SAINS TEKNOLOGI DAN BUDAYA SUDRA.pdf

SAINS TEKNOLOGI DAN BUDAYA SUDRA
Oleh Pertampilan S. Brahmana
ABSTRAK
SAINS TEKNOLOGI DAN BUDAYA SUDRA
Dalam Hindu ada empat warna yaitu Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Adapun nilai-nilai yang dikeluarkan oleh setiap
warna ini adalah nilai moral, kejujuran dari Brahmana, nilai cinta
tanah air dan bangsa dari Ksatria, nilai ekonomi dari Waisya, dan
nilai teknologi dari Sudra. Maka dengan bercemin kepada keempat
warna ini, kondisi nilai yang mendominasi kehidupan kita, di dalam
dunia sains dan teknologi saat ini beserta pengiringnya (dampak dan
impaknya) di dominasi oleh nilai Sudra yang menggandeng nilai
Waisya. Budaya kita saat ini adalah type budaya sudra, budaya
pekerja yang menggandeng budaya Waisya. Manusia bekerja pada
banyak bidang menjadi "budak" ekonomi. Manusia pekerja yang
berorientasi ekonomi ditandai watak tekun, trampil, hemat, cermat
dan berkeahlian untuk membangun kemakmuran terutama dirinya,
mereka bekerja cenderung tanpa memperhatikan waktu. Ungkapan
waktu adalah uang, yang menjadi kata mutiara dan begitu dipuja-puja
oleh masyarakat di luar Bali adalah gabungan semangat budaya
Sudra dan Waisya.

Pendahuluan
Seandainya manusia tidak berusaha melawan tantangan alam
dengan mempergunakan akal dan pikirannya, dan seandainya
manusia tidak mensekat ruang dan waktu dan kemudian
mengevaluasi hasil pekerjaannya ketika melawan tantangan alam,
entah bagaimana jadinya wajah peradapan manusia, akankah
kemajuan (progres) itu sehebat sekarang? Jelas tidak. Maka
peradapan
yang dimiliki dan dicapai manusia saat ini, yang
diperolehnya melalui pengembangan akal dan pikirannya adalah
hasil kerjanya yang bersifat kumulatif. Manusia mensekat ruang dan

waktu, kemudian hasil kerjanya itu dievaluasinya dari ruang dan
waktu yang satu ke ruang waktu yang lainnya.
Akibat begitu gesitnya manusia mempergunakan akal dan
pikiran untuk menjawab tantangan alam, maka manusia begitu
perkasa terhadap lingkungan hidupnya. Dalam padangan Arnold J.
Toynbee, pada masa kini, manusia telah memperkosa dan menodai
alam bukan-manusia di seluruh dunia. Ini adalah akibat kumulatif dua
alasan yang berbeda; pertama masalah kemajuan teknologi yang

dipercepat, kedua ledakan penduduk yang dimungkinkan oleh
kemajuan teknologi. Manusia memang hebat dalam menguasai alam,
tetapi tragisnya, kemenangan tersebut telah disalahgunakan,
manusia telah memperkosa alam dengan sewenang-wenang dan
membabi buta, keindahan alam telah dirusak dan bahkan ditambah
dengan bahaya pencemaran. Lebih lanjut Arnold J. Toynbee
berpendapat prestasi manusia untuk menguasai alam bukanmanusia harus dibayar mahal dengan pengorbanan berupa
memperbudak diri sendiri di lingkungan buatan manusia yang baru.
Warna Dalam Hindu
Dalam stratifikasi sosial Hindu, dikenal catur wangsa, namun
ada pula yang menyebutnya kasta, ada pula yang menebutnya
warna. Catur wangsa atau warna tersebut adalah pertama
Brahmana, kewajiban utama golongan ini adalah mempelajari Weda.
Juga ditugasi untuk melaksanakan pekerjaan yang dipandang perlu
demi kesejahteraan spiritual masyarakat. Ciri-ciri kaum Brahmana
adalah orang yang mampu mengendalikan panca indranya,
berpengetahuan suci, berbudi baik dan tekun, mampu menguasai
dirinya sepenuhnya, selalu hormat kepada orang lain. Kelompok
Brahmana ini terdiri dari para pendeta yang menguasai ilmu agama.
Kedua adalah Ksatria, golongan para perwira dan prajurit. Fungsinya

adalah memerintah, untuk memerintah memerlukan kekuasaan,
kekuasaan itu memerlukan kekuatan, kekuatan itu di tangan perwira
dan prajurit. Kewajiban Ksatria adalah untuk menjaga ketentraman
untuk kepentingan masyarakat. Ketiga adalah Waisya, golongan para
pedagang. Fungsinya untuk memajukan kemakmuran ekonomi
masyarakat. Sebagai golongan fungsional Waisya memiliki watak

tekun, trampil, hemat, cermat dan berkeahlian untuk membangun
kemakmuran masyarakat. Dan keempat adalah Sudra, golongan
pekerja, buruh. Sebagai golongan funsional Sudra memiliki kekuatan
fisik, taat, tekun dan berbakat sebagai pekerja.
Masing-masing catur wangsa ini, melahirkan nilai-nilai.
Brahmana, yang terdiri dari para pendeta yang menguasai ilmu
agama, nilai yang mereka keluarkan adalah nilai moral. Ksatria yang
terdiri dari golongan para perwira, nilai yang mereka keluarkan
adalah nilai cinta tanah air dan bangsa. Waisya, yang terdiri dari
golongan para pedagang, nilai yang mereka keluarkan adalah nilai
ekonomi. Dan Sudra, yang terdiri golongan pekerja, buruh, nilai yang
mereka keluarkan adalah nilai teknologi.
Maka bila melihat perkembangan kemajuan teknologi saat ini,

tak dapat dipungkiri, kemajuan dalam bidang sains teknologi
berkembang sangat pesat. Sains dan Teknologi sebagai output
dalam perspektif kebudayaan sekaligus dapat pula menjadi input
baru yang menghadapkan manusia kepada permasalahan baru,
mengenai dampaknya dan arah perubahan budaya manusia
sipemakai kemajuan tersebut.
Sains dan Teknologi dan Pekerja
Menurut MT. Zein, perkembangan sains dan teknologi,
mempengaruhi empat bidang yaitu pertama langsung ke bidang
intekletual,
meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan,
ataupun
kepercayaan-kepercayaan tradisional dan mengambil kebiasaankebiasaan baru, kedua pengaruh kepada bidang industri dan
kemampuan di medan perang, ketiga perubahan yang dibawanya
kepada organisasi-organisasi sosial lambat laun merambat dalam
kehidupan politik dan keempat perubahan maupun benturan
terhadap tata lingkungan.
Pensekatan ruang dan waktu oleh manusia, kemudian
diadakan evaluasi terhadap kemajuan peradapan yang mereka capai

membuat perkembangan peradapan manusia semakin meningkat
dari ke tahap rumit (maju), manusia terus menerus mewujudkan
impian-impian yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya. Kini
peradapan yang sederhana yang diwariskan oleh generasi
sebelumnya, kini telah menjadi peradapan yang moderen dan penuh

dengan kerumitan, bahkan kerumitan (kemajuan) kebudayaan itu,
justru telah meninggalkan manusia itu sendiri. Pada fase ini banyak
produk sains dan teknologi sebagai output kebudayaan berkembang
dengan pesat, yang dampaknya melebihi dari yang diperkirakan
seperti yang kita lihat saat ini. Sebagai contoh inseminasi buatan
dengan proyek bayi tabung sebagai salah satu contoh dari kemajuan
dalam bidang bioteknologi, telah membuka peluang besar kepada
mereka yang tidak dapat melahirkan mendapatkan anak melalui
kehamilan buatan. Contoh lain masih dalam kaitan bayi tabung untuk
menolong pasangan suami istri yang mandul, agar mempunyai anak.
Dalam perkembangan selanjutnya adalah dengan memperkenalkan
teknik In Vitro dan GIFT. Teknik In Vitro dan GIFT (Gamet Intra
Fallopian Transfer) adalah dengan mempertemukan sel sperma dan
sel telur manusia di laboratorium agar terjadi pembuahan. Sel telur

yang telah dibuahi ini kemudian dikembalikan ke rahim sipemiliknya.
Kemajuan dalam bidang inseminasi buatan ini, terbukti berhasil
dengan baik, bayi tabung pertama lahir di Inggris pada tahun 1970.
Perubahan lain yang terjadi adalah yang menghantam sistem
sosial dan budaya teruetama dalam bidang moral yaitu terjadinya
konflik moral. Pertama Kartono Muhammad, (1992:71-80)
memasalahkan pemusnahan sel telur yang sudah dikeluarkan dan di
buahi tersebut di atas tetapi tidak dikembalikan ke rahim pemiliknya.
Jumlah sekitar 7-10 sel telur yang diambil dan dibuahi, yang
dikembalikan ke dalam rahim maksimum hanya 4 lalu sisanya
dikemanakan?. Kalau dibuang apakah tidak sama dengan
pengguguran kandungan?. Bila menurut pandangan kalangan gereja,
penghentian pada tahap sel mulai hidup sama jahatnya dengan
melakukan pembunuhan. Dalam kalangan Islam juga berpendapat
sama, pemusnahan sel telur yang sudah dibuahi sebagai perbuatan
dosa besar.
Masalah besar lain yang masih berhubungan erat dengan cara
untuk menolong pasangan suami istri yang mandul, agar mempunyai
anak, adalah apabila diadakan sewa rahim. Kasus yang dialami
orang tua Louis Brown dan juga pasangan suami istri yang lain,

dapat dikatakan belum sampai merusak pengertian Ibu, keluarga dan
persaudaraan. Namun kasus relawan Italia yang bernama Angela
seperti yang diberikan harian Kompas 9 Maret 1997, yang berusia 35
tahun, yang telah mempunyai tiga anak, diberitakan kini sedang

mengandung dua jabang bayi yang berasal dari dua pasangan yang
berbeda. Angela hanya ingin membantu kedua pasangan yang
berbeda tersebut di atas, untuk mendapatkan anak. Angela rela
mengandung dua sel telur yang telah dibuahi yang berasal dari dua
pasangan yang berbeda yang belum mempunyai anak, tanpa diberi
imbalan apa-apa.
Apa yang dilakukan Angela ini dari satu sisi penuh dengan
nilai-nilai kemanusiaan, namun disisi lain akan menghancurkan atau
mendefinsi ulang konsep keluarga, dan konsep saudara. Hal tersebut
karena (1) bagaimana hubungan persaudaraan antara anak Angela
sebelumnya dengan dua anak yang akan dilahirkan Angela yang
bersumber dari dua pasangan yang berbeda, (2) bagaimana pula
hubungan saudara antara kedua anak yang dilahirkan Angela
tersebut di kemudian hari, mengingat, orang tuanya saling berbeda,
(3) kemudian bagaimana hubungan keluarga antara Angela dengan

kedua anak yang dilahirkannya tersebut, mengingat, baik sel telur
yang telah dibuahi yang cangkokkan ke dalam rahimnya, bukan
berasal dari sel telurnya sendiri dan bukan pula berasal dari
suaminya yang sah. Maka
melalui kasus Angela ini, perlu
diredefinisikan kembali konsep keluarga karena antara ibu yang
melahirkan dengan ayah si bayi, tidak mempunyai hubungan apa-apa
(tidak terikat kepada hubungan suami istri. Diredefinisikan kembali
konsep saudara karena antara di antara anak-anak Angela (yang
berasal suami yang sah), tidak jelas hubungan persaudaraannya
dengan anak Angela dari dua anak yang dilahirkannya yang
kemudian. Oleh Pastor Katolik Italia dikatakan Dua anak Angela yang
trakhir, adalah anak-anak ilmu pengetahuan. Oleh Rosana Dela
Corte, wanita Italia yang juga pernah menimbulkan kehebohan
karena melahirkan bayinya diusia 62 tahun melalui program bayi
tabung, malah memuji kasus Angela dengan mengatakan "mukjijat
indahnya ilmu pengetahuan" walau dia sendiri menentang soal ibu
pengganti tersebut. Dari kasus Angela ini lahir istilah ibu biologis, ibu
yang melahirkan dan ibu asuh. Ibu biologis adalah ibu yang
memberikan sel telurnya dibenahi oleh sperma ayah tetapi

dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain. Ibu yang melahirkan
adalah ibu yang mengandung dan kemudian melahirkan. Ibu yang
melahirkan ini belum tentu menjadi ibu biologis, sebab mungkin saja
bayi yang kandungan, bukan berasal dari sel telurnya namun berasal

dari sel telur wanita lain yang telah dibuahi. Dari kasus Angela, dari
dua anak Angela yang trakhir posisi Angela hanya sebatas ibu yang
melahirkan, bukan ibu biologis. Angela hanya melahirkan saja,
sementara sel telur yang dicangkokkan ke dalam rahimnya berasal
dari ibu biologis si jabang bayi. Sedangkan ibu asuh, adalah ibu yang
mengasuh, mendidik dan membesarkan, dia bukan ibu biologis dan
bukan ibu yang melahirkan. Maka pengertian ibu yang selama ini
dalam konsep tradisional dicakup ketiganya, kini sudah dapat
dipecah-pecah. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kedokteran dapat membantu manusia mendapatkan
keturunan, dampaknya adalah kini definisi ibu bisa menjadi tiga: ibu
biologis, ibu yang melahirkan dan ibu asuh.
Apa yang didapat dari kasus-kasus yang diungkapkan di atas
melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia
kedokteran, selain membuat sistem sosial dan sistem budaya

masyarakat menjadi porak poranda dan perlu ditata kembali, juga
melahirkan manusia-manusia pekerja, manusia terus ingin
mewujudkan impian-impiannya.
Perkembangan lebih lanjut kemajuan teknologi dalam bidang
kedokteran ini adalah teknologi kloning (pencangkokkan) sebenarnya
merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual. Penerapan teknologi
seperti ini, terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan berdampak (1)
dapat meningkatkan cara-cara menghasilkan tanaman atau hewan
yang diinginkan, (2) teknik-teknik pengklonan dapat dipergunakan
dalam bidang penelitian dasar dan medis, misalnya tikus dapat diklon
dan dipergunakan untuk mempelajari penyakit-penyakit genetik,
kanker dan penyakit-penyakit lain.
Pengkloningan lebih lanjut terhadap manusia belum dapat
diramalkan bagaimana dampaknya, tetapi ada yang meramalkan
dampaknya akan negatif yaitu akan mengubah struktur sosial dan
budaya masyarakat. Namun bukan pula tidak ada positipnya. Jadi
kemajuan dalam dunia sains dan teknologi yang mengantar manusia
kepada kemudahan, yang pada gilirannya meningkatkan mutu hidup
hidup manusia, memang bersisi ganda, dapat pula membuat
manusia sebaliknya dan keduanya menjadikan manusia menjadi

pekerja. Semua kemajuan itu dicapai oleh adanya kaum pekerja.
Maka kemajuan di atas adalah produk pekerja yang tekun, trampil,
cermat dan berkeahlian dalam bidangnya dan ini adalah nilai-nilai

dari budaya pekerja (Sudra).
Dalam bidang industri pun, perkembangan sains dan teknologi
ini besar sekali pengaruhnya, baik itu industri manufaktur maupun
industri jasa. Dalam industri manufaktur, walaupun banyak tenaga
manusia digantikan oleh robot, sehingga saat ini dunia industri,
menjadi padat modal dan teknologi, keberadan manusia justru
menjadi "budak" dari perkembangan sains dan teknologi tersebut.
Pekerja kasar dikurangi, namun pekerja intelektual diperbanyak.
Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan transportasi, telah
menjadikan dunia ini seperti "kampung kecil", sebuah peristiwa yang
terjadi di belahan bumi Amerika misalnya, dapat dilihat secara
bersama-sama dengan penduduk yang tinggal dibelahan bumi Asia,
pada saat yang bersamaan, pun demikian, keberadan manusia justru
tetap menjadi "budak" dari perkembangan sains dan teknologi
tersebut, mereka melahirkan manusia-manusia pekerja.
Kebudayaan moderen ini bersifat universal, karena ini telah
menggejala dibanyak tempat, bukan lagi dimonopoli oleh satu
negara. Kebudayaan moderen ini, juga adalah produk pekerja yang
tekun, trampil, cermat dan berkeahlian dalam bidangnya dan ini
adalah nilai-nilai dari budaya pekerja.
Kebudayaan teknologis
moderen melahirkan para pekerja, para pekerja berdasarkan Warna
Hindu adalah golongan Sudra. Maka kebudayaan teknologis
moderen pada dasarnya juga adalah kebudayaan Sudra. Maka
kemajuan di atas adalah juga produk pekerja (Sudra).
Penutup
Perkembangan sains dan teknologi, jelas dilakukan oleh para
pekerja yang tekun pada bidangnya. Dilihat dari konsep nilai dalam
warna Hindu
keempat warna ini adalah pertama Brahmana,
kelompok ini terdiri dari para pendeta yang menguasai ilmu agama.
Nilai yang mereka keluarkan adalah nilai moral. Kedua adalah
Ksatria, golongan para perwira. Nilai yang mereka keluarkan adalah
nilai cinta tanah air dan bangsa. Ketiga adalah Waisya, golongan
para pedagang. Nilai yang mereka keluarkan adalah nilai ekonomi.
Keempat adalah Sudra, golongan pekerja, buruh. Nilai yang mereka
keluarkan adalah nilai teknologi. Maka kondisi nilai yang
mendominasi kehidupan kita dalam dunia sains dan teknologi saat

ini beserta pengiringnya (dampak dan impaknya) di dominasi oleh
nilai sudra. Budaya kita saat ini adalah type budaya sudra, budaya
pekerja yang menggandeng budaya waisya. Manusia bekerja pada
banyak bidang menjadi "budak" ekonomi. Manusia-manusia pekerja
yang berorientasi ekonomi ditandai watak tekun, trampil, hemat,
cermat dan berkeahlian untuk membangun kemakmuran dirinya dan
masyarakat, bahkan tanpa memperhatikan waktu. Ungkapan waktu
adalah uang, yang begitu dipuja-puja saat oleh masyarakat nonHindu di luar Bali adalah gabungan type budaya sudra dan waisya.
Daftar Bacaan
Bertens, K. Relativisme Budaya dan Relativisme Moral. Makalah
yang disajikan dalam diskusi Senat Mahasiswa Fak.
Sastra UGM, 6-7 November 1989.
Muhammad,
Kartono.
1992.
Teknologi
Kedokteran
dan
Tantangannya Terhadap Bioetika. Jakarta: Gramedia.
Suseno, Franz Magnis. Rampak Relativisme Kebudayaan. Makalah
yang disajikan dalam diskusi Senat Mahasiswa Fak.
Sastra UGM, 6-7 November 1989.
Toynbee, Arnold J. 1988. Menyelamatkan Hari Depan Manusia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wiana, Ketut, Santeri, Raka. 1993. Kasta Dalam Hindu
Kesalahpahaman Berabad-abad. Denpasar: Yayasan
Dharma Naradha.
Zen, MT., (Ed). 1984. Sains, Teknologi dan Hari Depan Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Penerbit PT.
Gramedia.
Kompas, 08-08-1988.
Kompas, 27-08-1989.
Kompas, Minggu 9 Maret 1997.