PHERENIALISME DALAM PENDIDIKAN M A K A L (1)
PHERENIALISME DALAM PENDIDIKAN
M A K A LA H
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan
Dosen Pembimbing :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh:
1. Mauludiyah
2013471894
2. Sri Wahyuni
2013471901
MADIN/ PAI SEMESTER 3B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
April 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku Ketua STAI Muhammadiyah
Tulugagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I selaku dosen pembimbing Filsafat
Pendidikan Islam.
3. Rekan-rekan
Mahasiswa-Mahasiswi
yang
telah
membantu
terselesainya tugas makalah ini..
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
……………………………………………….…..…
i
Kata Pengantar
…………………………………………………..….
ii
Daftar Isi
…………………………………………………..….
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
1
C. Tujuan Masalah ………………………………………
1
PEMBAHASAN
PERENIALISME PENDIDIKAN
A. Pengertian Perenialisme …………………..................
2
B. Sejarah Perkembangan Perenialisme..............................
2
C. Pandangan pherenialisme Terhadap Pendidikan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………..
6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kita sering sekali mendengar teori dan praktek dalam dunia pendidikan.
Perlu diketahui bahwa teori dan praktek pendidikan tidak hanya dilandasi oleh
ilmu pendidikan itu saja, namun didasari juga oleh ilmu-ilmu lain, seperti
filsafat, Psikologi, Sosial dan Antropologi, dimana Filsafat berperan dalam
menemukan hakikat pendidikan yang sebenarnya, hakikat peserta didik dan
arah kemana mereka akan dikembangkan.
Oleh karena itu, bagi seorang calon pendidik khususnya kita mahasiswa
jurusan tarbiyah haraus mengetahui dan memiliki bekal-bekal dasar yang
terkait dengan hakikat segala yang ada dalam pendidikan dan pemikiran
pendidikan yang selama ini diwacanakan oleh para filosof yang sesui dengan
problematika yang sedang dihadapi oleh umat manusia.
Berdasarkan hal diatas maka dalam makalah ini penulis akan membahas
dua teori dalam filsafat pendidikan yang nantinya akan menjadi tambahan
pengetahuan bagi para calon pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran perenialisme?
2. Bagaimana sejarah perkembangan aliran pherenialisme?
3. Bagaimana pandangan aliran perenialisme terhadap dunia pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aliran perenialisme
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran pherenialisme
3. Untuk mengetahui pandangan aliran perenialisme terhadap dunia
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perenialisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perenialisme mengandung kata
“perenial” yang berarti “dapat hidup terus menerus”.1 [1] Sedangkan menurut
Zuhairini, Perenialisme diambil dari kata “perennial” yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing
throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” yang artinya abadi
atau kekal.2[2] Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah
menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis
ini perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan
masa lampau” regresive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang
penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia
zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampauyang dianggap cukup ideal
yang telah teruji ketangguhan nya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang
terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah supremasi
gereja katolik. Dengan orientasipada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas –
dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles. 3
[3]
1
op, cit, Santoso, h.390
2 Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h.27
3 Ibid, Zuhairini, h.28
B.
Sejarah Perkembagan Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh
kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan
sosiokultural.4 [4]
Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke
belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad
pertengahan. Peradaban – kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap
sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad keabad.
5
[5]
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis
zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep
filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan
hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan
bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap
untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang
mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam
pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan
interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang
kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam
lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain
4
Sa’dullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009,
h.151
5 Ibid, Sa’dullah
seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Semuanya itu mendasari
konsep filsafat pendidikan perenialisme.6 [6]
C. Pandangan Perenialisme Terhadap Pendidikan
Dibidang pendidikan, perenialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh
tokohnya: Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran
Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari pada
hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban sosial
hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata
pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah “membina pemimpin yang
sadar dan mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu,
kemauwan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itudan
kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat
bisa terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih
mendekat pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah
“kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani,
emosi yang intelek harus dikenbangkan secara seimbang.
Seperti halnya prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang
dimaui oleh Thomas Aquinas adalah sebagai ”Usaha mewujutkan kapasitas yang
ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini
peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada nya.
Prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah
mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk
sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa. 7[7]
Menurut Dinn Wahyudin dalam bukunya, adapun pandangan aliran
perenialisme yang berkauitan dangan pendidikan yaitu:
Pendidikan
6 Bamadib, Filsafat Pendidikan, Bandung: Mizan, 1990, h.64-65
7
Op, cit, Zuhairini, h.28-29
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan
sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang
seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang
ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai
kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa
lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan
”Pendidikan
mengimplikasikan
pengajaran.
Pengajaran
mengiplikasikan
pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun dan
kapanpun adalah sama”. Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu
persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi,
inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan
pendidikannya
adalah
membantu
peserta
didik
menyingkapkan
dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan
dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang
mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi
pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta
didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist
merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan
dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi
pelajaran. Materi pelajaran haris bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu
materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia,
sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status
tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content” yang lebih
besar.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh
perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karyakarya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan
pikiran.
Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta
mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan
moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang
propesional yang qualifiet dan superior. 8[8]
BAB III
PENUTUP
8 Op,cit, Dinn Wahyudin, h.20-21
Kesimpulan
1. Pengertian pherenialisme
Perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
2.Sejarah pherenialisme
Aliran perenialisme lahir pada abad 20 sebagai reaksi terhadap
pendidikan progresif.
3.Pandangan pherenialisme dalam pendidikan
Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang
berlangsung terus menerus. Keberanian apapun akan selalu benar
dimanapun berada, kebenaran bersifat universal dan tidak terikat oleh
waktu.
Pendidikan harus menstimulus para siswa untuk berfikir secara
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bamadib, Filsafat Pendidikan, Bandung: Mizan, 1990
Chaedra Alwasiah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2008
Dinn Wahyuni, dkk, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Uneversitas Terbuka,
2010
Djumransyah, Filsafat Pendidikan, Bayumedia, 2004
Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1986
Sa’dullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009
Santoso, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Agung
Harapan, 2012
Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
M A K A LA H
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan
Dosen Pembimbing :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh:
1. Mauludiyah
2013471894
2. Sri Wahyuni
2013471901
MADIN/ PAI SEMESTER 3B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
April 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku Ketua STAI Muhammadiyah
Tulugagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I selaku dosen pembimbing Filsafat
Pendidikan Islam.
3. Rekan-rekan
Mahasiswa-Mahasiswi
yang
telah
membantu
terselesainya tugas makalah ini..
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
……………………………………………….…..…
i
Kata Pengantar
…………………………………………………..….
ii
Daftar Isi
…………………………………………………..….
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
1
C. Tujuan Masalah ………………………………………
1
PEMBAHASAN
PERENIALISME PENDIDIKAN
A. Pengertian Perenialisme …………………..................
2
B. Sejarah Perkembangan Perenialisme..............................
2
C. Pandangan pherenialisme Terhadap Pendidikan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………..
6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kita sering sekali mendengar teori dan praktek dalam dunia pendidikan.
Perlu diketahui bahwa teori dan praktek pendidikan tidak hanya dilandasi oleh
ilmu pendidikan itu saja, namun didasari juga oleh ilmu-ilmu lain, seperti
filsafat, Psikologi, Sosial dan Antropologi, dimana Filsafat berperan dalam
menemukan hakikat pendidikan yang sebenarnya, hakikat peserta didik dan
arah kemana mereka akan dikembangkan.
Oleh karena itu, bagi seorang calon pendidik khususnya kita mahasiswa
jurusan tarbiyah haraus mengetahui dan memiliki bekal-bekal dasar yang
terkait dengan hakikat segala yang ada dalam pendidikan dan pemikiran
pendidikan yang selama ini diwacanakan oleh para filosof yang sesui dengan
problematika yang sedang dihadapi oleh umat manusia.
Berdasarkan hal diatas maka dalam makalah ini penulis akan membahas
dua teori dalam filsafat pendidikan yang nantinya akan menjadi tambahan
pengetahuan bagi para calon pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran perenialisme?
2. Bagaimana sejarah perkembangan aliran pherenialisme?
3. Bagaimana pandangan aliran perenialisme terhadap dunia pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aliran perenialisme
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran pherenialisme
3. Untuk mengetahui pandangan aliran perenialisme terhadap dunia
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perenialisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perenialisme mengandung kata
“perenial” yang berarti “dapat hidup terus menerus”.1 [1] Sedangkan menurut
Zuhairini, Perenialisme diambil dari kata “perennial” yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing
throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” yang artinya abadi
atau kekal.2[2] Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah
menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis
ini perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan
masa lampau” regresive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang
penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia
zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampauyang dianggap cukup ideal
yang telah teruji ketangguhan nya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang
terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah supremasi
gereja katolik. Dengan orientasipada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas –
dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles. 3
[3]
1
op, cit, Santoso, h.390
2 Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h.27
3 Ibid, Zuhairini, h.28
B.
Sejarah Perkembagan Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh
kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan
sosiokultural.4 [4]
Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke
belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad
pertengahan. Peradaban – kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap
sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad keabad.
5
[5]
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis
zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep
filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan
hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan
bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap
untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang
mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam
pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan
interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang
kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam
lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain
4
Sa’dullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009,
h.151
5 Ibid, Sa’dullah
seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Semuanya itu mendasari
konsep filsafat pendidikan perenialisme.6 [6]
C. Pandangan Perenialisme Terhadap Pendidikan
Dibidang pendidikan, perenialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh
tokohnya: Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran
Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari pada
hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban sosial
hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata
pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah “membina pemimpin yang
sadar dan mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu,
kemauwan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itudan
kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat
bisa terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih
mendekat pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah
“kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani,
emosi yang intelek harus dikenbangkan secara seimbang.
Seperti halnya prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang
dimaui oleh Thomas Aquinas adalah sebagai ”Usaha mewujutkan kapasitas yang
ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini
peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada nya.
Prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah
mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk
sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa. 7[7]
Menurut Dinn Wahyudin dalam bukunya, adapun pandangan aliran
perenialisme yang berkauitan dangan pendidikan yaitu:
Pendidikan
6 Bamadib, Filsafat Pendidikan, Bandung: Mizan, 1990, h.64-65
7
Op, cit, Zuhairini, h.28-29
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan
sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang
seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang
ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai
kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa
lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan
”Pendidikan
mengimplikasikan
pengajaran.
Pengajaran
mengiplikasikan
pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun dan
kapanpun adalah sama”. Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu
persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi,
inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan
pendidikannya
adalah
membantu
peserta
didik
menyingkapkan
dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan
dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang
mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi
pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta
didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist
merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan
dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi
pelajaran. Materi pelajaran haris bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu
materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia,
sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status
tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content” yang lebih
besar.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh
perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karyakarya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan
pikiran.
Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta
mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan
moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang
propesional yang qualifiet dan superior. 8[8]
BAB III
PENUTUP
8 Op,cit, Dinn Wahyudin, h.20-21
Kesimpulan
1. Pengertian pherenialisme
Perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
2.Sejarah pherenialisme
Aliran perenialisme lahir pada abad 20 sebagai reaksi terhadap
pendidikan progresif.
3.Pandangan pherenialisme dalam pendidikan
Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang
berlangsung terus menerus. Keberanian apapun akan selalu benar
dimanapun berada, kebenaran bersifat universal dan tidak terikat oleh
waktu.
Pendidikan harus menstimulus para siswa untuk berfikir secara
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bamadib, Filsafat Pendidikan, Bandung: Mizan, 1990
Chaedra Alwasiah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2008
Dinn Wahyuni, dkk, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Uneversitas Terbuka,
2010
Djumransyah, Filsafat Pendidikan, Bayumedia, 2004
Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1986
Sa’dullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009
Santoso, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Agung
Harapan, 2012
Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008