IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DI LEMBAGA
IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DI LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH
Makalah ini di susun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fiqih mu’amalah
Dosen Pengampu Imam Mustofa, M.S.I.
Disusun oleh:
RIKI FISKA MANDALA 1502100301
Kelas C
S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks masalah muamalah berkaitan dengan berbagai aktivitas
kehidupan sehari-hari. Akad merupkan peristiwa hukum antara dua pihak yang
berisi ijab dan kabul, secara sah menurut syara dan menimbulkan akibat hukum.
Jika kita kaitkan dengan sebuah desain kontrak maka kita akan mencoba
mengkaitkan dengan Lembaga Keuangan dikarenakan akad merupakan dasar
sebuah instrumen dalam lembaga tersebut, terutama di Lembaga Keungan
Syariah Akad menjadi hal yang terpenting hal ini terkait dengan boleh atau
tidaknya sesuatu dilakukan di dalam islam.
Pada kesempatan ini akan membahas akad-akad yang di gunakan di
Lembaga Keungan Syariah yang telah sering dipergunakan dalam kehiduapan
sehari-hari terlebih berkembanganya ekonomi islam. Akad yang ada dalam bank
syariah ada yang merupakan dana kebajikan (tabarru’) dan ada juga akad yang
dijadikan dasar sebuah instrumen untuk transakasi yang tujuannya memperoleh
keuntungan (tijarah). Tentunya ini adalah hal yang berbeda dan pastilah dalam
akad itu ada beberapa penjabaran dan penjelasan bagaiman akad itu
seharusnya bisa dilakukan. Dalam makalah ini akan dibahas pengklasifikasian
dari berbagai akad yang digunakan dalam lembaga keuangan syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Implementasi Jual Beli Salam Dlam LKS
Salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan
sifatnya, yang dalam majelis itu pemesanan barang menyerahkan
uangnya terlebih dahulu.1 Salam merupakan bentuk jual beli
dengan membayar dimuka dan menyerahkan barang dikmudian
hari dengan harga, spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan tempat
penyerahan yang jelas serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian. Barang yang diperjual belikan belum tersedia pada saat
transaksi dan harus diproduksi terlebih dahulu, seperti produk
pertanian dan produk fungible lainnya. Barang non-fungible seperti
batu mulia, lukisan berharga, dan lain-lain merupakan barang yang
tidak dapat dijadikan objek salam.2
Transaksi ba’i salam merupakan transaksi yang biasanya
dilakukan bukan oleh pedagang . ada bentuk khusus dari ba’i
salam yang digunakan oleh bank syariah sebagai instrumen
pembiayaan, yaitu yang disebut pararel salam. Pararel salam
adalah back to back sales contact.3 Salam pararel merupakan
transaksi pembelian atas barang tertentu oleh nasabah kepada
LKS. Pembelian tidak secara langsung dengan melakukan
penyerahan barang, akan tetapi nasabah hanya memberikan
1
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Ddeskripsi dan ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2012). Hlm, 72
2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2011). Hlm.90
3
Sutan Remi Sjahdeini, perbankan syariah: produk-produk dan aspek hukumnya, (jakarta:
Kencana, 2014). hlm.252
3
spesifikasi barang kemudian LKS memesan barang yang diminta
nasabah kepada produsen.4
Pembayaran nasabah kepada pihak bank dapat dilakukan
dimuka pada saat ditandatanganinya akad salam atau secara tunai
pada saat penyerahan barang (salam wal ba’iu muthlaqah) atau
dengan cara mengangsur (salam wai murabahah)5
2. Tahapan pelaksanaan salam dan salam pararel SOP bank syariah
Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang
jelas oleh nasabah kepada bank syariah
waktu yang telah disepakati
yang diinginkan
Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan
Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang
Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah
ditetapkan
sisanya sebelum barang ditrima
Pembayaran oleh nasabah dilakukan di awal akad dan
Pengikatan II antara bank dan nasabah untuk membeli
barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan
pada waktu yang telah di tetapkan
Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli
dan nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan
4
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2016), hlm 91
Veithzal Rifai dan Adaria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: teori, konsep, dan
aplikasi panduan praktis, Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa. (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2008), hlm. 174
5
4
Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah
produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang
ditentukan.6
3. Aplikasi pembiayaan salam
Tujuan pembiayaan salam
Pembiayaan salam diutamakan untuk pembelian dan
penjualan
hasil
produksi
pertanian,
perkebunan
dan
peternakan. Petani dan peternak membutuhkan dana untuk
modal awal dalam melaksanakan aktivitasnya, sehingga
bank syariah bisa memberikan dana pada saat akad
Harga
Hasil
dari
produksi
pertanian
dan
perkebunan
dan
peternakan harus diketahui dengan jelas ciri-cirinya dan
bersifat umum seperti jenis, macam, ukuran, kualitas dan
kuantitasnya. Hasil produksinya harus sesuai yang telah
diperjanjikan. Apabila beda maka ditanggung oleh produsen.
Jangka waktu salam adalah jangka pendek, yaitu paling
lama satu tahun.7
4. Contoh skema salam pararel
Nasabah mengajukan pemesanan barang dengan menjelaskan
spesifikasinya kepada LKS
Setelah akad, LKS mewakilkan pemesanan kepada produsen
Bank membayar kepada produsen
Kemudian antara nasabah dan LKS melakukan akad salam
Setelah barang ada, produsen mengirim ke nasabah
Nasabah membayar barang kepada bank, biasanya secara
mengangsur
6
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.., hlm,226
Ismail, Perbankan Syariah, (jakarta: Kencana, 2013), hlm.156-157
7
5
RIKI mememesan motor Honda BEAT warna merah tahun 2016 kepada
LKS, lalu riki dan LKS melakukan akad jual beli salam, kemudian LKS membeli
motor tersebut secara kontan kepada produsen seharga 14.000.000 rupiah,
kemudian LKS memberikan motor tersebut kepada Riki dan memberikan harga
sebesar 15.000.000 rupiah, dan RIKI membayar kepada LKS, biasanya secara
kredit.8
NASABAH
LKS
PRODUSEN
5. Implementasi akad salam dalam produk pembiayaan perbankan
syariah
SEBI No. 10/14/DPbs tanggal 17 maret 2008 memberikan
ketentuan implementasi akad salam dalam produk pembiayaan
sebagai berikut:
Bank bertindak baik sebagai penyedia dana maupun
sebagai pembeli barang untuk kegiatan transaksi salam
dengan nasabah yang bertindak sebagai penjual barang
Barang dalam transaksi salam adalah objek jual beli dengan
spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, temapat dan
harga yang jelas
Bank
wajib
menjelaskan
kepada
nasabah
mengenai
karakteristik produk pembiayaan atas akad salam, serta hak
dan kewajiban nasabah sebagai mana diatur dalam
ketentuan bank Indonesia
Bank wajib menganalisis atas rencana pembiayaan atas
dasar salam kepada nasabah
8
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer . (jakarta: pt Raja Grafindo Persada), 2016. Hlm 93
6
Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam
bentuk perjanjian tertulis
Pembayaran yang dilakukan nasabah oleh bank harus
dilakukan dimuka secara penuh yaitu pembayaran segera
atas pembiayaan atas dasar akad.9
6. Penyerahan barang
Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu seusai
dengan pesanan
maka penjual tidak boleh meminta tambahan uang
Bila penjual memberikan barang dengan kualitas lebih bagus
Jika penjual memberikan barang dengan kualitas yang lebih
rendah lalu pembeli menerimanya, maka pembeli tidak boleh
meminta penurunan harga
Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati dengan syarat barang sesui dengan
yang dipesan oleh pembeli.10
Jika semua barang tidak tersedia atau tidak tepat pada waktunya atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak mau menerimanya maka
pembeli memiliki pilihan:
Menolak
atau
menerima
pengembalian dana
sejenisnya
barang
atau
meminta
Meminta kepada nasabah untuk mengganti barang
Menunggu barang hingga tersedia.11
9
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indoneia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Prees, 2009), hlm.117
10
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis
(jakarta: Kencana 2013), hlm.51
7
Pembatalan kontrak dapat dilakukan jika tidak merugikan kedua belah
pihak, maka persoalannya diselesaikan di pengadilan agama sesuai UU
No, 3/2006 setela tidak tercapai kesepakatan.12
7. Penerimaan pembayaran salam
Kebanyakan para ulama mengharuskan pembayaran salam
dilakukan ditempat kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli tidak dijadikan utang
penjual. Lebih khusus lagi, pembayaran salam tidak bisa dalam
bentuk pembebasan hutang yang harus dibayar oleh penjual. Hal
ini untuk menjauhi riba dalam praktik salam.13
8. Ilustrasi pembiayaan salam
Pembiayaan
salam
dilakukan
oleh
bank
syariah
untuk
pembiayaan pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Berikut ini ilustrasinya:
Misalnya egi (petani) sedang butuh dana untuk menanam padi. Egi
mengajukan pembiayaan pada bank syariah. Sebelum membrikan
pembiayaan kepada egi, bank syariah menawarkan padi kepada
PT SURYA dengan harga 6000/kg, PT SURYA setuju dan membeli
10 ton dengan harga 6000/kg, yang mana padi ini akan dikirim
tanggal 01 september 2010. Pada 01 mei 2010 bank syariah
membeli kepada egi 5000/kg. Bank syariah membayar pada saat
11
Muhammad, Sistem dan Prosedur Oprasional Bank Syariah, (Yogyakarta: Ull Prees Yogyakarta,
2008), hlm.118
12
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis
(jakarta: Kencana 2013), hlm.51
13
Muha
ad Syafi’i A to io, Ba k Syariah Dari Teori ke Praktik, Jkarta Ge a I sa i,
,
hlm.109
8
akad salam tanggal 01 mei 2010, nmun padinya akan dikirim pada
tanggal 01 september 2010.
Dari contoh tersebut maka keuntungan bank syariah adalah
10.000.000. dengan peritungan sebagai berikut:
Harga dari egi
:10.000kgx 5000= 50.000
Harga dijual PT SURYA
:10.000kgx 6000= 60.000
Margin keuntungan salam
= 10.000.000
Keuntungan tersebut diperoleh dari 01 mei 2010 sampai 01
september 2010.14
9. Keuntungan menggunakan sekema salam
a. Bagi petani
Skema salam dengen pembayaran diawal akan membantu para
petani dalam membiayaai kebutuhan petani dala memproduksi
barang pertanian. Dengan demikian, petani memiliki kesempatan
dan dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan produksinya
agar dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih banyak
sehingga disamping untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak
yang ditentukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri atau pihak
lain.
b. Bagi pengusaha
Penggunaan
skema
salam
bagi
pengusaha
berpotensi
meningkatkan efisiensi dan nilai penjualan pengusaha roduk
pertanian. Pengusaha dalam hal ini yang berperan sebagai penjual
produk pertanian baik untuk konsumsi lokal maupun ekspo.
Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya kepastian
14
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta kencana, 2013), hlm156-157
9
memperoleh barang yang diinginkan, sehingga tidak perlu khawatir
atas persaingan mendapatkan barang pada saat panen dengan
penguasa lain.
c. Bagi bank syariah
Mengingat pembeli sudah menyerahka uang dimuka , dengan
demikian resiko kegagalan membayar utang tidak ada sama sekali.
Walau transaksi ini menimbulkan resiko baru, yaitu kegagalan
menyerahkan barang , dengan pengalaman dan jaringan petani
yang dimiliki bank, resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh
bank syariah.15
15
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Alam Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta Selatan:
Salemba Empat, 2014), hlm.204-205
10
BAB III
PENUTUP
Salam adalah transaksi terhadap sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam
tanggungan dalam suatu tempo dengan harga yang diberikan kontan di tempat
transaksi. Dasar hukum salam adalah QS. Al-Baqarah ayat 282 dan QS.Al
Maidah ayat 1. Ada juga fatwa DSN-MUI yang mengatur tentang jual beli salam,
yaitu Fatwa DSN MUI Nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.
Rukun dari akad salamadalah pelaku akad, objek akad, dan sighat.
Praktik salam dalam perbankan adalah dalam bentuk pembiayaan salam.
Praktik salamdalam perbankan adalah Dalam praktik perbankan, salam biasa
digunakan untuk pembiayaan. Ketika barang telah diserahkan kepada bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah
adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.Dalam hal bank
menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan.Adapun dalam
hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual
dan jangka waktu pembayaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Ghofur
Anshori,
Perbankan
Syariah
di
Indoneia,
Yogyakarta:Gadjah Mada University Prees.2009.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada. 2011
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah:
Deskripsi dan ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia. 2012
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer,jakarta: pt Raja
Grafindo Persada.2016
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta kencana. 2013
Muhammad,
Sistem
dan
Prosedur
Oprasional
Bank
Syariah,Yogyakarta: Ull Prees Yogyakarta. 2008
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke
Praktik,Jakarta:Gema Insani. 2013
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah:
Tinjauan Teoritis dan Praktis jakarta: Kencana. 2013
Rizal
Yaya,
Aji
Erlangga,
Alam
Abdurahim,
Akuntansi
Perbankan Syariah, Jakarta Selatan: Salemba Empat. 2014
Sutan Remi Sjahdeini, perbankan syariah: produk-produk dan
aspek hukumnya, Jakarta: Kencana. 2014
Veithzal Rifai dan Adaria Permata Veithzal, Islamic Financial
Management: teori, konsep, dan aplikasi panduan praktis, Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 2008
12
KEUANGAN SYARIAH
Makalah ini di susun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fiqih mu’amalah
Dosen Pengampu Imam Mustofa, M.S.I.
Disusun oleh:
RIKI FISKA MANDALA 1502100301
Kelas C
S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks masalah muamalah berkaitan dengan berbagai aktivitas
kehidupan sehari-hari. Akad merupkan peristiwa hukum antara dua pihak yang
berisi ijab dan kabul, secara sah menurut syara dan menimbulkan akibat hukum.
Jika kita kaitkan dengan sebuah desain kontrak maka kita akan mencoba
mengkaitkan dengan Lembaga Keuangan dikarenakan akad merupakan dasar
sebuah instrumen dalam lembaga tersebut, terutama di Lembaga Keungan
Syariah Akad menjadi hal yang terpenting hal ini terkait dengan boleh atau
tidaknya sesuatu dilakukan di dalam islam.
Pada kesempatan ini akan membahas akad-akad yang di gunakan di
Lembaga Keungan Syariah yang telah sering dipergunakan dalam kehiduapan
sehari-hari terlebih berkembanganya ekonomi islam. Akad yang ada dalam bank
syariah ada yang merupakan dana kebajikan (tabarru’) dan ada juga akad yang
dijadikan dasar sebuah instrumen untuk transakasi yang tujuannya memperoleh
keuntungan (tijarah). Tentunya ini adalah hal yang berbeda dan pastilah dalam
akad itu ada beberapa penjabaran dan penjelasan bagaiman akad itu
seharusnya bisa dilakukan. Dalam makalah ini akan dibahas pengklasifikasian
dari berbagai akad yang digunakan dalam lembaga keuangan syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Implementasi Jual Beli Salam Dlam LKS
Salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan
sifatnya, yang dalam majelis itu pemesanan barang menyerahkan
uangnya terlebih dahulu.1 Salam merupakan bentuk jual beli
dengan membayar dimuka dan menyerahkan barang dikmudian
hari dengan harga, spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan tempat
penyerahan yang jelas serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian. Barang yang diperjual belikan belum tersedia pada saat
transaksi dan harus diproduksi terlebih dahulu, seperti produk
pertanian dan produk fungible lainnya. Barang non-fungible seperti
batu mulia, lukisan berharga, dan lain-lain merupakan barang yang
tidak dapat dijadikan objek salam.2
Transaksi ba’i salam merupakan transaksi yang biasanya
dilakukan bukan oleh pedagang . ada bentuk khusus dari ba’i
salam yang digunakan oleh bank syariah sebagai instrumen
pembiayaan, yaitu yang disebut pararel salam. Pararel salam
adalah back to back sales contact.3 Salam pararel merupakan
transaksi pembelian atas barang tertentu oleh nasabah kepada
LKS. Pembelian tidak secara langsung dengan melakukan
penyerahan barang, akan tetapi nasabah hanya memberikan
1
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Ddeskripsi dan ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2012). Hlm, 72
2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2011). Hlm.90
3
Sutan Remi Sjahdeini, perbankan syariah: produk-produk dan aspek hukumnya, (jakarta:
Kencana, 2014). hlm.252
3
spesifikasi barang kemudian LKS memesan barang yang diminta
nasabah kepada produsen.4
Pembayaran nasabah kepada pihak bank dapat dilakukan
dimuka pada saat ditandatanganinya akad salam atau secara tunai
pada saat penyerahan barang (salam wal ba’iu muthlaqah) atau
dengan cara mengangsur (salam wai murabahah)5
2. Tahapan pelaksanaan salam dan salam pararel SOP bank syariah
Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang
jelas oleh nasabah kepada bank syariah
waktu yang telah disepakati
yang diinginkan
Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan
Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang
Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah
ditetapkan
sisanya sebelum barang ditrima
Pembayaran oleh nasabah dilakukan di awal akad dan
Pengikatan II antara bank dan nasabah untuk membeli
barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan
pada waktu yang telah di tetapkan
Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli
dan nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan
4
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2016), hlm 91
Veithzal Rifai dan Adaria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: teori, konsep, dan
aplikasi panduan praktis, Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa. (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2008), hlm. 174
5
4
Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah
produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang
ditentukan.6
3. Aplikasi pembiayaan salam
Tujuan pembiayaan salam
Pembiayaan salam diutamakan untuk pembelian dan
penjualan
hasil
produksi
pertanian,
perkebunan
dan
peternakan. Petani dan peternak membutuhkan dana untuk
modal awal dalam melaksanakan aktivitasnya, sehingga
bank syariah bisa memberikan dana pada saat akad
Harga
Hasil
dari
produksi
pertanian
dan
perkebunan
dan
peternakan harus diketahui dengan jelas ciri-cirinya dan
bersifat umum seperti jenis, macam, ukuran, kualitas dan
kuantitasnya. Hasil produksinya harus sesuai yang telah
diperjanjikan. Apabila beda maka ditanggung oleh produsen.
Jangka waktu salam adalah jangka pendek, yaitu paling
lama satu tahun.7
4. Contoh skema salam pararel
Nasabah mengajukan pemesanan barang dengan menjelaskan
spesifikasinya kepada LKS
Setelah akad, LKS mewakilkan pemesanan kepada produsen
Bank membayar kepada produsen
Kemudian antara nasabah dan LKS melakukan akad salam
Setelah barang ada, produsen mengirim ke nasabah
Nasabah membayar barang kepada bank, biasanya secara
mengangsur
6
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.., hlm,226
Ismail, Perbankan Syariah, (jakarta: Kencana, 2013), hlm.156-157
7
5
RIKI mememesan motor Honda BEAT warna merah tahun 2016 kepada
LKS, lalu riki dan LKS melakukan akad jual beli salam, kemudian LKS membeli
motor tersebut secara kontan kepada produsen seharga 14.000.000 rupiah,
kemudian LKS memberikan motor tersebut kepada Riki dan memberikan harga
sebesar 15.000.000 rupiah, dan RIKI membayar kepada LKS, biasanya secara
kredit.8
NASABAH
LKS
PRODUSEN
5. Implementasi akad salam dalam produk pembiayaan perbankan
syariah
SEBI No. 10/14/DPbs tanggal 17 maret 2008 memberikan
ketentuan implementasi akad salam dalam produk pembiayaan
sebagai berikut:
Bank bertindak baik sebagai penyedia dana maupun
sebagai pembeli barang untuk kegiatan transaksi salam
dengan nasabah yang bertindak sebagai penjual barang
Barang dalam transaksi salam adalah objek jual beli dengan
spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, temapat dan
harga yang jelas
Bank
wajib
menjelaskan
kepada
nasabah
mengenai
karakteristik produk pembiayaan atas akad salam, serta hak
dan kewajiban nasabah sebagai mana diatur dalam
ketentuan bank Indonesia
Bank wajib menganalisis atas rencana pembiayaan atas
dasar salam kepada nasabah
8
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer . (jakarta: pt Raja Grafindo Persada), 2016. Hlm 93
6
Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam
bentuk perjanjian tertulis
Pembayaran yang dilakukan nasabah oleh bank harus
dilakukan dimuka secara penuh yaitu pembayaran segera
atas pembiayaan atas dasar akad.9
6. Penyerahan barang
Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu seusai
dengan pesanan
maka penjual tidak boleh meminta tambahan uang
Bila penjual memberikan barang dengan kualitas lebih bagus
Jika penjual memberikan barang dengan kualitas yang lebih
rendah lalu pembeli menerimanya, maka pembeli tidak boleh
meminta penurunan harga
Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati dengan syarat barang sesui dengan
yang dipesan oleh pembeli.10
Jika semua barang tidak tersedia atau tidak tepat pada waktunya atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak mau menerimanya maka
pembeli memiliki pilihan:
Menolak
atau
menerima
pengembalian dana
sejenisnya
barang
atau
meminta
Meminta kepada nasabah untuk mengganti barang
Menunggu barang hingga tersedia.11
9
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indoneia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Prees, 2009), hlm.117
10
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis
(jakarta: Kencana 2013), hlm.51
7
Pembatalan kontrak dapat dilakukan jika tidak merugikan kedua belah
pihak, maka persoalannya diselesaikan di pengadilan agama sesuai UU
No, 3/2006 setela tidak tercapai kesepakatan.12
7. Penerimaan pembayaran salam
Kebanyakan para ulama mengharuskan pembayaran salam
dilakukan ditempat kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli tidak dijadikan utang
penjual. Lebih khusus lagi, pembayaran salam tidak bisa dalam
bentuk pembebasan hutang yang harus dibayar oleh penjual. Hal
ini untuk menjauhi riba dalam praktik salam.13
8. Ilustrasi pembiayaan salam
Pembiayaan
salam
dilakukan
oleh
bank
syariah
untuk
pembiayaan pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Berikut ini ilustrasinya:
Misalnya egi (petani) sedang butuh dana untuk menanam padi. Egi
mengajukan pembiayaan pada bank syariah. Sebelum membrikan
pembiayaan kepada egi, bank syariah menawarkan padi kepada
PT SURYA dengan harga 6000/kg, PT SURYA setuju dan membeli
10 ton dengan harga 6000/kg, yang mana padi ini akan dikirim
tanggal 01 september 2010. Pada 01 mei 2010 bank syariah
membeli kepada egi 5000/kg. Bank syariah membayar pada saat
11
Muhammad, Sistem dan Prosedur Oprasional Bank Syariah, (Yogyakarta: Ull Prees Yogyakarta,
2008), hlm.118
12
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis
(jakarta: Kencana 2013), hlm.51
13
Muha
ad Syafi’i A to io, Ba k Syariah Dari Teori ke Praktik, Jkarta Ge a I sa i,
,
hlm.109
8
akad salam tanggal 01 mei 2010, nmun padinya akan dikirim pada
tanggal 01 september 2010.
Dari contoh tersebut maka keuntungan bank syariah adalah
10.000.000. dengan peritungan sebagai berikut:
Harga dari egi
:10.000kgx 5000= 50.000
Harga dijual PT SURYA
:10.000kgx 6000= 60.000
Margin keuntungan salam
= 10.000.000
Keuntungan tersebut diperoleh dari 01 mei 2010 sampai 01
september 2010.14
9. Keuntungan menggunakan sekema salam
a. Bagi petani
Skema salam dengen pembayaran diawal akan membantu para
petani dalam membiayaai kebutuhan petani dala memproduksi
barang pertanian. Dengan demikian, petani memiliki kesempatan
dan dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan produksinya
agar dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih banyak
sehingga disamping untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak
yang ditentukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri atau pihak
lain.
b. Bagi pengusaha
Penggunaan
skema
salam
bagi
pengusaha
berpotensi
meningkatkan efisiensi dan nilai penjualan pengusaha roduk
pertanian. Pengusaha dalam hal ini yang berperan sebagai penjual
produk pertanian baik untuk konsumsi lokal maupun ekspo.
Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya kepastian
14
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta kencana, 2013), hlm156-157
9
memperoleh barang yang diinginkan, sehingga tidak perlu khawatir
atas persaingan mendapatkan barang pada saat panen dengan
penguasa lain.
c. Bagi bank syariah
Mengingat pembeli sudah menyerahka uang dimuka , dengan
demikian resiko kegagalan membayar utang tidak ada sama sekali.
Walau transaksi ini menimbulkan resiko baru, yaitu kegagalan
menyerahkan barang , dengan pengalaman dan jaringan petani
yang dimiliki bank, resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh
bank syariah.15
15
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Alam Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta Selatan:
Salemba Empat, 2014), hlm.204-205
10
BAB III
PENUTUP
Salam adalah transaksi terhadap sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam
tanggungan dalam suatu tempo dengan harga yang diberikan kontan di tempat
transaksi. Dasar hukum salam adalah QS. Al-Baqarah ayat 282 dan QS.Al
Maidah ayat 1. Ada juga fatwa DSN-MUI yang mengatur tentang jual beli salam,
yaitu Fatwa DSN MUI Nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.
Rukun dari akad salamadalah pelaku akad, objek akad, dan sighat.
Praktik salam dalam perbankan adalah dalam bentuk pembiayaan salam.
Praktik salamdalam perbankan adalah Dalam praktik perbankan, salam biasa
digunakan untuk pembiayaan. Ketika barang telah diserahkan kepada bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah
adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.Dalam hal bank
menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan.Adapun dalam
hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual
dan jangka waktu pembayaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Ghofur
Anshori,
Perbankan
Syariah
di
Indoneia,
Yogyakarta:Gadjah Mada University Prees.2009.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada. 2011
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah:
Deskripsi dan ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia. 2012
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer,jakarta: pt Raja
Grafindo Persada.2016
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta kencana. 2013
Muhammad,
Sistem
dan
Prosedur
Oprasional
Bank
Syariah,Yogyakarta: Ull Prees Yogyakarta. 2008
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke
Praktik,Jakarta:Gema Insani. 2013
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah:
Tinjauan Teoritis dan Praktis jakarta: Kencana. 2013
Rizal
Yaya,
Aji
Erlangga,
Alam
Abdurahim,
Akuntansi
Perbankan Syariah, Jakarta Selatan: Salemba Empat. 2014
Sutan Remi Sjahdeini, perbankan syariah: produk-produk dan
aspek hukumnya, Jakarta: Kencana. 2014
Veithzal Rifai dan Adaria Permata Veithzal, Islamic Financial
Management: teori, konsep, dan aplikasi panduan praktis, Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 2008
12