EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA DI MTs. NEGERI SUNGAI KAKAP
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI SUNGAI KAKAP
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH :
KASIONO
F25109036
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
1
2
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA DI MTs. NEGERI SUNGAI KAKAP
Kasiono, Amrazi Zakso, Busri Endang
Program Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan, Pontianak
Email : [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan: (1) perencanaan evaluasi pembelajaran
pendidikan agama, (2) pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama, (3)
hasil evaluasi pembelajaran pendidikan agama. pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data
menggunakan, yaitu observasi, dokumentasi, angket dan wawancara. Hasil dari
penelitian adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan evaluasi pembelajaran
pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan
Rasau Jaya Tahun 2016 pendidik agama sudah mampu mengembangkan silabus
dan RPP secara mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan terbiasa meniru
model yang sudah ada; (2) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama
di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 adalah
Pendidik agama belum sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai
dengan standar penilaian dan KKM, (3) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan
agama di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 yang
diperoleh peserta didik telah mencapai hasil yang baik diatas batas minimal
kelulusan (KKM) yaitu 70. Diharapkan bagi kepala sekolah dan para pendidik
MTs Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya khususnya pendidik pendidikan agama
untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya agar dapat menjalankan tugasnya
secara optimal
Kata kunci : Evaluasi Program Pembelajaran, Pendidikan Agama.
Abstract : This study aims to determine: (1) Planning learning evaluation
religious education in MTs Negeri river snapper jaya subdistrict rasau 2016
religious educators has been able to develop syllabus and lesson plans in
accordance with the potential of learners and used to mimic the existing model;
(2) The evaluation study religious education in MTs Negeri River snapper
Kecamaatan Rasau Jaya 2016 are teachers of religion are not yet fully
implementing the stages of assessment in accordance with the standards of
assessment and KKM, (3) The results of the evaluation of teaching religious
education in MTs Negeri Jaya Sungai Rasau snapper Kecamaatan 2016 obtained
learners have achieved good results above the minimum level of graduation
(KKM) is 70. Expected to principals and educators MTs Negeri river snapper in
religious education, especially educators to improve their professional competence
in order to carry out their duties optimally
Keywords: Evaluation Program Religious, Education Learning.
3
D
unia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesusai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk menjawab
berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu
pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut meliputi pasar bebas (free trade)
tenaga kerja bebas (free labour) dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat.
Hal tersebut mendukukung pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan
yang harus dilakukan terus menerus. Sehingga pendidikan dapat digunakan
sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Peningkatan sumber daya
manusia merupakan dimensi penting dalam proses pembangunan nasional yang
berkaitan dengan dimensi ekonomi, sosial, budaya dan agama. Mardapi (2012:4)
menyebutkan: “bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian.
Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi
siswa untuk belajar yang lebih baik”. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya
manusia harus mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan
perencanaan secara sistematik dan rinci menuju masa depan. Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah melalui jalur pendidikan dan
secara formal pendidikan di selenggarakan oleh sekolah. Dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah terjadi proses belajar mengajar yang
melibatkan banyak faktor, baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu semua kegiatan, fasilitas, atau dana dan
daya diorientasikan untuk pencapaian misi atau tujuan tersebut. Dalam usaha
untuk mencapai tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah
sesuai dengan tujuan, sejauh mana proses untuk mencapai tujuan itu di tempuh,
adakah faktor yang menghambat usaha itu serta bagaimana mengatasinya. Upaya
untuk mengetahui hal tersebut dilakukan melalui evaluasi.
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah
penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang
sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran
menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,
menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi
peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan
motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Evaluasi program
pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil
pembelajaran. Dengan demikian focus evaluasi pembelajaran adalah hasil, baik
hasil yang berupa proses maupun berupa produk. Informasi hasil pembelajaran ini
kemudian dibandingkan dengan hasil pembelaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
nyata pembelajaran sesuai dengan hasil nyata yang ditetapkan, maka
pembelajaran dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak
sesuai dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran kurang
efektif. Menurut Endang Komara (dalam Sardiman, 2006: 34) pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
4
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar
dan aktivitas belajar. Proses belajar-mengajar merupakan dua peristiwa yang
berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan
interaksi yang saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain (Oemar
Hamalik, 2009: 24) Dengan demikian fokus evaluasi pembelajaran adalah pada
hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajaran
ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika
hasil nyata pembelajaran sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran
dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai
dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang
efektif. Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Dalam dunia pendidikan, Pendidikan
Agama memiliki kedudukan yang sejajar dengan pendidikan umum. Tujuan
Pendidikan Agama adalah untuk berkembangnya peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasannya dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kualitas pendidikan
agama sebagai salah satu pilar pembangunan sumber daya manusia sangatlah
penting maknanya bagi pembangunan nasional, bahkan dapat dikatakan masa
depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa
kini. Evaluasi program dalam pelaksanaan pembelajaran PAI juga mutlak
dibutuhkan dengan tujuan untuk memperoleh data-data autentik tentang keadaan
atau situasi yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan selanjutnya. Evaluasi program dalam pembelajaran PAI adalah evaluasi
tentang proses pembelajaran dimana guru berinteraksi dengan siswa atau guru
terlibat dalam pembelajaran. Maksud dilaksanakannya evaluasi adalah untuk
memperoleh sejumlah informasi yang dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya. Sehingga pelaksanaan evalusi tersebut memiliki makna. Agar
pelaksanaan evalusi dapat menghasilkan informasi yang sebenarnya, maka
diperlukan banyak faktor pendukung di dalamnya. Dari berbagi faktor yang
diperlukan dalam evaluasi, guru memegang peran penting dalam mencapai
suksesnya pelaksanaan evaluasi.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi program dalam pembelajaran adalah prinsip kebulatan,
dengan prinsip evaluator dalam melakukan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, dari segi pemahamannya
terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan aspek kognitif, maupun
dari segi aspek afektif, dan aspek psikomotorik (Suharsimi Arikunto, 2006: 117).
Seharusnya kegitan penentuan materi termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau
psikomotor dan penentuan jenis atau metode penilaian yang akan dilakukan dalam
pembelajaran ditentukan ketika guru melakukan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Evaluasi hasil belajar dalam ranah kognitif dilakukan dengan
teknik tes. Bentuk tes untuk mengukur ranah kognitif yang dilakukan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Kedarpan diantaranya: tes lisan dikelas dan tes tertulis baik dalam bentuk
5
pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, jawaban atau isian singkat maupun
menjodohkan. Sedangkan penilaian ranah afektif berbentuk laporan diri siswa
yang menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang biasanya dilakukan dengan mengisi
angket. Selain itu dilakukan dengan pengamatan guru dalam pembelajaran
maupun di luar jam pelajaran yang terkait dengan minat dan sikap siswa dalam
belajar dan memerlukan lembar pengamatan. Contoh nilai afektif yang dinilai di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya adalah seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama
Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah,
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam
yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan
agama Islam. Akan tetapi dalam ranah psikomotorik kegiatan evaluasi yang
dilakukan dengan mengukur ketrampilan (skill) ketika proses praktek atau tes
unjuk kerja peserta didik tidak dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamatan Rasau
Jaya. Akibatnya peserta didik hanya mampu memahami sebuah materi, tanpa
mengetahui tata cara yang sebenarnya untuk melaksanakan ibadah (Hasil
observasi tanggal 28 Mei 2016). Seharusnya bentuk tes dalam ranah psikomotorik
harus juga dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, yang
diantaranya adalah penilaian praktek-parektek ibadah seperti gerakan shalat, dan
tata cara berwudhu.
Tes dalam ranah psikomotorik inilah yang merupakan tes yang seharusnya
diutamakan, karena dengan tes psikomotorik, seorang guru akan mengetahui
tentang kemampuan pemahaman peserta didik akan sebuah materi pendidikan
agama Islam dan dengan tes psikomotorik juga, guru akan dapat mengetahui
praktek pelaksanaan ibadah-ibadah yang akan dilakasanakan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepala sekolah
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya mengadakan evaluasi program pada pembelajaran PAI di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya,
menurut beliau dengan melakukan evaluasi program pembelajaran, maka
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan evalusi program
pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran, pengklasifikasian materi
pelajaran termasuk dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik (hasil
wawancara dengan H. Sumargi, (sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya). Akhirnya, berdasarkan pemaparan
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Evaluasi Program
Pembelajaran Pendidikan Agama dengan judul “Evaluasi Program Pembelajaran
Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya
Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016”.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif diskriptif yang merupakan suatu
cara kerja atau metode kerja yang sistematis (dilakukan secara terencana dan
cermat) untuk memecahkan suatu permasalahan dengan menemukan suatu fakta
6
dan kesimpulan yang dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalikan keadaan (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2012: 18).
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Meleong (2004:3),
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Jadi, dalam
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Hal ini
bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan
dukungan data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian
hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara
berfikir formal dan argumentatif.
Hadari Nawawi (1995:63) menjelaskan bahwa metode diskriptif dapat
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode deskriptif dapat digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sumber
data kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen. Dalam penelitian ini penentuan lokasi digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai hal, yaitu dari segi ekonomi (kemampuan biaya
yang dikeluarkan oleh peneliti) maupun dari segi kualitas (kebenaran tempat
penelitian) lokasi yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016.
Prosedur pengumpulan data yang terdapat dalam suatu penelitian akan
memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan fleksibel, yang
pada gilirannya memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang obyektif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu: a.)
Observasi Non Partisipan. B.) Teknik Komunikasi Langsung. 3.) Dokumentasi.
Adapun alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
a.) Pedoman wawancara, b.) Catatan lapangan. C.) Kamera
Teknis analisis data kualitatif menurut Bgdan dan Biklen (dalam Moleong,
2010:284) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat di kelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan, dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada
orang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2010: 89), menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti tidak
selamanya memiliki kebenaran sesuai dengan fokus penelitian bahkan boleh jadi terdapat
kecurangan atau kelebihan ungkapan. Untuk itu, perlu adanya pengecekan terhadap data
7
yang telah terkumpul tersebut, sehingga penelitian tersebut memiliki kredibilitas yang
tinggi dalam pengecekan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perencanaan merupakan suatu cara untuk menentukan serangkaian
tindakan untuk mengarahkan tindakan tersebut agar sesuai dengan visi. Ackoff
menyatakan bahwa walaupun perencanaan itu merupakan suatu proses
pembuatan-keputusan, perencanaan adalah jenis pembuatan keputusan khusus: (a)
perencanaan merupakan sesuatu yang kita lakukan sebelum bertindak, artinya
adalah pembuatan keputusan yang sifatnya antisipatif; (b) perencanaan diperlukan
bila keadaan masa depan yang kita inginkan tersebut melibatkan sejumlah putusan
yang saling berkaitan, artinya suatu sistem keputusan; dan (c) perencanaan
merupakan suatu proses yang diarahkan untuk menghasilkan keadaan di masa
depan yang diinginkan, dan tidak diharapkan muncul kecuali ada suatu tindakan
yang dilakukan. Rencana evaluasi pembelajaran pada hakekatnya merupakan
persiapan jangka pendek yang dilakukan pendidik untuk memperkirakan atau
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Persiapan tersebut meliputi:
tujuan, aspek-aspek yang dinilai, metode, bentuk, serta menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kegiatan evaluasi yang baik. Berdasarkan data
observasi yang peneliti dapatkan pada tahap perencanaan evaluasi pembelajaran
dibuat oleh pendidik PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau
Jaya Kecamaatan Rasau Jaya bahwa perencanaan evaluasi dirumuskan dengan
pertimbangan yang matang atas dasar materi dan waktu yang tersedia.
Hal ini bisa dilihat dari data Program Tahunan (Prota), Program Semester
(Promes), Silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara
detail telah mencantumkan tujuan, aspek, waktu, materi, metode atau teknik, serta
instrument evaluasi yang digunakan. Dilihat dari segi tujuan, materi, dan waktu
perencanaan evaluasi dibuat atas dasar pertimbangan ketersediaan waktu yang
ada. Sebagai contoh perencanaan program semester dan silabus dalam perangkat
pembelajaran pendidik PAI disesuaikan ketersediaan waktu yang ada berdasarkan
kalender akademik sekolah yang mengacu pada kalender pendidikan tahun
2015/2016. Berdasarkan data yang di dapat, untuk waktu perencanaan
pelaksanaan ulangan harian tidak dicantumkan dan di jelaskan dalam program
semester, akan tetapi yang di cantumkan hanyalah untuk pelaksanaan ulangan mid
semester yang diperkirakan jatuh pada bulan oktober minggu ketiga serta untuk
pelaksanaan tes akhir semester diperkirakan jatuh pada bulan desember minggu
kedua.
Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran untuk dibuat oleh pendidik
PAI secara keseluruhan baik untuk evaluasi satuanpembelajaran, untuk ulangan
harian dan mid semester maupun semester sebagian besar diambilkan dari isi buku
paket yang terdiri dari latihan soal, bacaan dan soal-soal dari LKS. Pengambilan
instrumen evaluasi dari isi buku paket dan LKS ini dilaksanakan agar pokok
bahasan evaluasi tidak melenceng dengan materi yang diajarkan, sehingga
evaluasi benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur/dinilai serta
evaluasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan prinsip evaluasi mengacu pada
tujuan, reliabel dan valid. Penyusunan instrumen evaluasi untuk ulangan harian,
8
pendidik membuat dengan diambilkan dari setiap dua pokok bahasan selasai.
Sedangkan untuk penyusunan instrumen mid semester pembuatannya diambil dari
beberapa pokok bahasan yakni mulai materi pertama sampai materi ke empat.
Sedangkan untuk penyusunan intrumen evaluasi semester diambilkan dari materi
pertama sampai materi akhir semester. Lebih jelasnya, bentuk soal ulangan harian,
mid semester, semester terlampir.
Dalam perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program
pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada
evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang. Hal itu tergambar
dari pernyataan: “Perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program
pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada
evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang” (wawancara
dengan bapak Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Penggunaan evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki
pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang
mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar.
Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan
implementasi program atau sistem pengajaran baru. Hal itu tergambar dari
pernyataan: “Evaluasi formatif biasanya digunakan untuk memperbaiki
pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang
mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar.
Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan
implementasi program atau sistem pengajaran baru” (wawancara dengan bapak H.
Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau
Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Begitu juga pengawas, memberikan saran dan masukan terhadap
perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh
pengawas agar perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai
dengan standar penyusunan, tetap mengacu pada kurikulum yang ada serta
memiliki strategi yang lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran
nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun oleh pendidik dapat diaplikasikan
sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah. Hal itu tergambar dari pernyataan:
“Pengawas memberikan saran dan masukan terhadap perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh pengawas agar perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai dengan standar penyusunan, tetap
mengacu pada kurikulum yang ada serta memiliki strategi yang lebih efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun
oleh pendidik dapat diaplikasikan sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah”
(wawancara dengan bapak H. Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dilaksanakan pada awal
9
kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini
termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif akan
tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu
khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan
secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses
pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu
penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain
bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa
kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat
tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir. Hal itu
tergambar dari pernyataan: “Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada
awal kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi
ini termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif
akan tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu
khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan
secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses
pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu
penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain
bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa
kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat
tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir”
(wawancara dengan bapak Muhammad, pendidik PAI Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Pretest (tes awal) merupakan tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai.
Tes awal pada mata pelajaran PAI peserta didik dilaksanakan secara acak, yaitu
pendidik menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara lisan tentang
materi yang telah dibahas minggu lalu, tes ini untuk melihat apakah peserta didik
sudah paham dan masih ingat materi yang telah dijelaskan minggu lalu serta peserta
didik disuruh membaca sebagian ayat apakah dalam bacaannya sudah sesuai dengan
kaedah tajwid atau belum. Tes Tengah Kegiatan yaitu tes yang dilaksanakan di selasela atau pada waktu-waktu tertentu selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini
bertujuan untuk mengukur aspek afektif dengan cara mengamati (observasi langsung)
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian pengamatan dilaksanakan
setiap proses belajar mengajar berlangsung yaitu di sela-sela saat pendidik
menerangkan materi dengan melihat keseriusan, kerajinan, ketekunan peserta didik
serta tanya langsung kepada peserta didik apakah sudah paham materi tersebut
ataukah belum. Post-Test yaitu test yang diberikan setelah proses pembelajaran
berakhir. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian atau
penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan meliputi
pengetahuan, pemahamaan dan ketrampilan setelah mengikuti proses kegiatan
belajar. Adapun teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis (pilihan
ganda dan uraian).
Pada dasarnya evaluasi hasil belajar menekankan pada informasi tentang baik
buruknya hasil dari kegiatan belajar yang dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. Untuk melaksanakan evaluasi
hasil pembelajaran itu, seorang pendidik dapat menggunakan dua macam tes, yakni
tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan pendidik sendiri
10
(teacher-made test). Tujuan ulangan praktik diberikan dengan harapan peserta didik
mempunyai keterampilan mempraktekan gerakan sholat dengan baik dan sesuai
kaedah syariat Islam. Pelaksanaan tes ulangan praktek ini dilaksanakan sebelum
pelajaran dimulai dan hanya dilakukan satu kali selama semester dan dilaksanakan
dalam bentuk praktek dengan meminta peserta didik satu - persatu maju ke depan
untuk mempraktekan gerakan sholat. Sesuai hasil penelitian bahwa ulangan harian
dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu setelah menyelesaikan dua pokok bahasan
pelajaran. Teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis, yang terdiri
dari pilihan ganda dan uraian. Hal itu tergambar dari pernyataan
Penugasan ini dilaksanakan agar peserta didik tidak lupa dengan materi yang
telah diberikan serta peserta didik mau belajar, karena menurut pendidik kalau peserta
didik tidak diberikan tugas (PR) maka mereka tidak akan belajar. Setiap peserta didik
diharuskan mempunyai buku LKS dan buku tugas khusus. Buku tersebut setiap mau
mengikuti pembelajaran harus dikumpulkan dan akan dikembalikan setelah dikoreksi.
Penilaian tugas ini termasuk penilaian untuk mengukur aspek kognitif dan hasilnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan memberikan nilai akhir (nilai rapor).
Penilaian ini mengajarkan peserta didik agar selalu bertanggungjawab kepada apa
yang telah didapatkan di kelas. Hal itu tergambar dari pernyataan. Berdasarkan hasil
pengamatan (obeservasi) yang dilakukan oleh penulis, maka diperoleh data yang
menunjukan bahwa untuk evaluasi mid semester atau ulangan tengah semester di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya dilaksanakan setelah dua kali ulangan harian atau setelah menyelesaikan empat
pokok bahasan. Sesuai hasil penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, ditemukan bahwa baik hasil evaluasi
dari ulangan harian, mid semester, penugasan, maupun hasil tes semester bertujuan
untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik setelah satuan pelajaran selesai
maupun setelah beberapa proses pembelajaran. Adapun hasil dari ulangan harian,
ulangan praktik, penugasan dan pengamatan difungsikan untuk memperbaiki kinerja
pendidik dalam pengelolaan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan hasil dari
semesteran difungsikan untuk melihat kemampuan terhadap materi dari awal sampai
akhir yang telah diberikan. Hasil evaluasi keseluruhan untuk memberikan nilai rapor
peserta didik diperoleh dari hasil nilai ulangan harian, hasil dari pengamatan sikap
peserta didik, hasil dari nilai praktik, hasil dari nilai tugas, nilai mid semester, dan
semesteran, baik secara langsung ada catatan khusus maupun tidak. Proses
perhitungan akhir nilai rapor diambilkan dari rata-rata nilai hasil ulangan harian, hasil
tugas, hasil mid semester, dan nilai hasil semester. Proses perhitungan nilai rapor
tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus:
NR = RNH + NT + NMS + NS
4
NR
: Nilai Rapor
RNH
: Rata-Rata Nilai Harian
NT
: Nilai Tugas
NMS
: Nilai Mid Semester
NS
: Nilai Semester
Berdasarkan data hasil nilai yang diperoleh dapat diketahui bahwa seluruh
peserta didik untuk nilai rapor mendapatkan nilai total rata-rata di atas batas standar
11
penilaian atau kriteria yang ditentukan (kriteria kelulusan minimal/KKM). Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran PAI berjalan dengan dengan baik, yaitu
dengan ditunjukkannya hasil nilai keseluruhan peserta didik baik yang berada diatas
standar penilaian. Sandar penilaian mata pelajaran PAI untuk semua aspek ditentukan
oleh pendidik dengan batas nilai 70. Untuk itu, peserta didik yang nilai rapornya
berada di atas standar penilaian maka dianggap sudah mampu dan menguasai materi
yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar (nilai)
satu pelajaran yang digunakan untuk sampel, yaitu nilai pada mata pelajaran fiqih
pada kelas VIII, peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai tersebut dapat
dijadikan sampel untuk mewakili mata pelajaran pendidikana agama Islam (PAI)
yang lainnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pelaksanaan
evaluasi, dapat diketahui bahwasanya evaluasi mempunyai arti penting dan manfaat
yang besar bagi peserta didik, pendidik (pendidik), sekolah serta bagi oraang tua
peserta didik. Bagi peserta didik hasil evaluasi, memberikan informasi tentang
sejauhmana peserta didik telah menguasai bahan pelajaran yang telah disampaikan
pendidik, sehingga dengan evaluasi peserta didik dapat mengukur kemampuannya
sendiri. Mereka menjadi termotivasi untuk selalu belajar mengenai mata pelajaran
PAI dengan sebaik-baiknya, serta belajar membaca al-quran dengan baik dan benar
agar mendapatkan nilai yang lebih baik.
Hasil evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan
Rasau Jaya diperoleh guna melihat sejauhmana kondisi belajar yang diciptakan
mampu atau tidak dalam rangka membantu peserta didik untuk terampil dalam
implementasi di antaranya dapat mempraktekkan sholat dengan baik sesuai aturan
serta dapat membaca al-quran secara fasih dan benar sesuai kaedah bacaan. Apabila
hasil yang ditunjukan kurang yang diharapkan maka sekolah akan memberikan
perhatian khusus terkait dengan pembelajaran, mungkin dengan menambah fasilitas
yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi; penambahan buku-buku
tentang PAI, alat peraga, dan lain-lain. Hal itu tergambar dari pernyataan.
Pembahasan
1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Tahun 2016
Berdasarkan data perencanaan evaluasi pada bab sebelumnya dapat
diketahui bahwa kegiatan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya telah direncanakan dengan matang sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi.
Hal ini bisa dibuktikan dengan data tentang program semester (PROMES) mata
pelajaran PAI yang dengan jelas mengalokasikan waktu tersendiri bagi
pelaksanaan kegiatan evaluasi. Bila lebih dicermati pada jadual evaluasi mid
semester dan evaluasi semester ditemukan kesesuaian antara jadual akademik dan
waktu pelaksanaan evaluasi yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Kubu Raya. Hal ini setidaknya bisa menjadi gambaran bahwa dari segi waktu
evaluasi benar-benar telah direncanakan dan dipertimbangkan dengan seksama.
12
Sementara dari segi perencanaan metode dan teknik evaluasi yang akan
digunakan ditemukan adanya kesesuaian antara item test/teknik evaluasi yang
digunakan dengan aspek yang akan dinilai, baik pada silabus maupun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat adanya perencanaan yang cermat
mengenai metode dan teknik evaluasi berdasarkan kesesuaian masing-masing
bentuk evaluasi tersebut untuk mengukur hasil belajar peserta didik beserta
keragaman aspeknya. Sebagai contoh, perencanaan jenis evaluasi unjuk kerja
(praktik) pada materi Al-Qur’an Surat At-Tin, hadits tentang menuntut ilmu dan
materi lainya untuk mengukur ketrampilan baca tulis peserta didik, mengartikan,
dan ketrampilan mempraktikan gerakan atau prosedur kegiatan seperti pada
penyembelihan hewan dan ibadah haji. Penggunaan teknik evaluasi bentuk uraian
untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep peserta didik tentang materi
yang telah diajarkan. Demikian juga teknik penilaian diri untuk menilai sikap dan
perilaku peserta didik, khususnya berkaitan dengan implementasi ajaran-ajaran
islam yang telah dipelajari seperti, kandungan QS. At-Tin yang menganjurkan
untuk beramal sholeh dan anjuran rajin menuntut ilmu.
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa pada tahap perencanaan teknik
dan metode evaluasi benar-benar mempertimbangkan faktor Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada masing-masing topik ajar. Sehingga
perencanaan baik metode maupun materi yang akan diteskan sesuai dengan tujuan
diberikannya pokok bahasan tersebut. Dengan kata lain evaluasi benar mengukur
dan sesuai tujuan dan materi yang telah diajarkan. Hal ini penting berkenaan
dengan karakteristik tiap topik ajar PAI yang tidak hanya diorientasikan pada
pengembangan salah satu aspek potensi peserta didik dan meniadakan aspek
lainya. Melainkan, mencakup tiga ranah sekaligus, baik kognitif, afektif maupun
psikomotor. Oleh karenanya, metode dan teknik evaluasi yang digunakan juga
harus relefan dengan masing-masing aspek yang diukur.
Pada tahap akhir yakni proses penyusunan instrumen test yang akan
digunakan telah diupayakan dengan baik. Hal ini bisa dilihat pada contoh
instrumen evaluasi yang direncanakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan
penguasaan peserta didik tentang topik yang telah disampaikan. Begitu pula
intrumen evaluasi untuk mengetahui aspek kognitif maka instrumen yang
digunakan menggunakan tes tes tertulis, sementara untuk mengukur aspek afektif
maka instrumennya menggunakan skala sikap. Sedangkan untuk mengukur aspek
psikomotor-pun intrumen evaluasi berbentuk tes unjuk kerja atau ulangan praktik.
Hal ini nampak jelas bahwa intrumen yang digunakan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Untuk lebih jelasnya tentang intrumen evaluasi baik untuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dilihat di RPP.
Oleh karena itu seorang pendidik didalam kelas juga bertindak sebagai
manajer maka memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pendidik
untuk menyusun sebuah perencanaan dalam bentuk program pembelajaran.
Perencanaan yang dibuat oleh seorang pendidik menyangkut penetapan tujuan dan
memperkirakan cara pencapaiantujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang
diuangkapkan oleh Hamzah (2014:2): “Perencanaan yakni suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, di sertai dengan
berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Tahun 2016
Berdasarkan data penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya
dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan evaluasi atau penerapan seperangkat
rencana penilaian dapat ditinjau berdasarkan bagiannya masing-masing. Dari segi
waktu, tujuan, dan ruang lingkupnya, pelaksanaan evaluasi di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dibagi
menjadi evaluasi satuan kegiatan, evaluasi beberapa kegiatan, evaluasi tengah
semester, serta evaluasi akhir semester. Masing-masing kegiatan evaluasi tersebut
penting dalam pembelajaran mengingat pentingnya kegiatan pemantauan terhadap
proses belajar mengajar secara terus menerus. Pelaksanaan tersebut bisa
dikelompokkan menjadi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi hasil bisa
dilihat dari ulangan harian, ulangan praktik, mid semester, dan ulangan semester.
Sementara evaluasi proses dapat dilihat pada saat pembelajaran berrlangsung yang
meliputi penilaian awal kegiatan, tengah kegiatan dan akhir kegiatan.
Kegiatan penilaian yang dilakukan poleh pendidik PAI Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya pada
tiap satuan kegiatan secara praktis dapat menjadi patokan, baik bagi pendidik
maupun lembaga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada satuan
aktifitas belajar mengajar. Dengan demikian sikap dan tindakan selanjutnya dapat
segera diambil. Hal ini berarti peningkatan efektifitas dan kualitas pembelajaran
dapat diupayakan tanpa harus menunggu waktu. Demikian juga kegiatan evaluasi
yang lain, seperti evaluasi harian, mid semester, serta semester yang secara umum
telah dilaksanakan dengan maksimal. Pelaksanaan evaluasi secara terus menerus
seperti yang telah diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di
Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya mempunyai nilai positif berupa peningkatan
dan perbaikan terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung. Sementara
dari segi bentuk dan model evaluasi yang digunakan dapat dipahami perbedaan
pertimbangan dan tujuan dari masing-masing jenis evaluasi yang diterapkan.
Sebagai contoh, penilaian unjuk kerja (performance) yang lebih ditujukan
untuk mengetahui tingkat ketrampilan peserta didik dalam membaca, memahami
suatu peristiwa dan memperagakan rangkaian gerakan dengan benar. Penilaian
tertulis (paper and pencil tes) yang lebih diorientasikan untuk mengetahui
penguasaan konsep peserta didik. Penilaian diri, dan sikap dilakukan melalui
kegiatan pengamatan (observasi) yang bertujuan untuk mencari informasi
mengenai sikap dan perilaku peserta didik serta pengamalan terhadap normanorma agama yang telah dipelajari.
Aspek kognitif sebagai aspek kemampuan yang sangat erat kaitanya
dengan kemampuan intelektual harus dievaluasi dengan bentuk dan model yang
tepat, seperti: tes tertulis, penugasan, proyek dan lainya. Akan tetapi tidak
demikian dengan aspek kemampuan psikomotor yang lebih berhubungan dengan
tingkat ketrampilan dan tentu membutuhkan bentuk penilaian yang lebih tepat,
seperti: demonstrasi dan simulasi, serta praktik. Demikian juga pada aspek afektif
yang sangat berhubungan dengan sikap dan perilaku peserta didik dan harus
14
dinilai melalui pengamatan sikap, bukan melalui tes tertulis dan kuesioner dengan
mengajukan pertanyaan tentang baik dan buruk. Relefansi antara model dan
bentuk evaluasi dengan aspek yang diukur akan sangat berdampak pada tingkat
validitas informasi hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Tanpa
adanya relefansi beberapa hal di atas tidak menutup kemungkinan hasil yang
diperoleh tidak akan memiliki tingkat objektifitas dan validitas yang tinggi. Hal
ini berarti, informasi hasil tersebut secara mutlak tidak akan valid jika digunakan
sebagai bahan pengambilan tindakan selanjutnya.
Pada penilaian aspek psikomotor kekurangan berada pada kurang
menyeluruhya penggunaan bentuk unjuk kerja pada materi atau topik yang justru
sangat membutuhkan peragaan. Sementara pada evaluasi aspek afektif yang hanya
dilakukan satu kali dalam satu semester masih sangat kurang. Pelaksanaan
penilaian seperti di atas jelas tidak memenuhi prinsip terus menerus (continue).
Jika demikian halnya, maka proses perbaikan proses pembelajaran untuk
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik baru bisa diambil pada akhir
semester atau dua kali dalam setahun. Dengan demikian, tidak bisa diupayakan
penanganan lebih dini untuk meningkatkan perilaku peserta didik melalui proses
pembelajaran yang berlangsung.
Dari penjalasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, kedua-duanya dalam
pelaksaannya tidak sesuai dengan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Walaupun sebagian perencanaan telah dilaksankan dengan baik, akan tetaapi
sebagian lain belum tersentuh sama sekali. Hal paling banyak dilaksanakan dan
sesuai dengan perencanaan adalah pada evaluasi untuk mengukur aspek kognitif,
sedangkan untuk evaluasi afektif dan psikomotor secara jelas dibuat dengan baik
akan tetapi pada pelaksanaannya kuraang maksimal dan jauh dari yang
direncanaakan. Jika diteliti lebih lanjut tentang pelaksanaan evaluasi untuk aspek
afektif yang hanya dilakukaan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan
pada saat shalat berjamaah serta saat istirahat, tidak menutup kemungkinan
penilaian tidak bisa mewakili penilaian yang valid dan berkesinambungan apalagi
menyeluruh, karena obyek yang diamati sangat banyak apalagi tidak dibantu
dengan adanya catatan khusus maka evaluasi hanya bisa menggambarkan keadaan
peserta didik secara umum saja tidak secara personal.
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016
Data penilaian yang diperoleh dari beberapa kegiatan evaluasi belum
mampu menyajikan informasi valid mengenai tingkat kemampuan peserta didik
secara utuh. Data tersebut masih berbentuk data mentah dan terpisah dari
beberapa aspek kemampuan keagamaan peserta didik. Oleh karenanya, perlu
pengolahan agar mampu menyajikan informasi tentang kemampuan belajar
peserta didik secara utuh, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh dapat dipahami dan bisa dijadikan
bahan acuan pengambilan sikap dan tindakan selanjutnya. Berdasarkan abstraksi
proses pengolahan data evaluasi yang telah dipaparkan pada bab III terdapat
15
beberapa realitas dilapangan yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tidak seperti proses
pelaksanaan evaluasi yang telah terdapat relefansi antara bentuk, model dan jenis
yang digunakan dengan masing-masing aspek yang dinilai.
Pada bagian pengolahan hasil tersebut bila dicermati proses penilaian yang
komprehensip dan relefan tersebut tidak ditindak lanjuti dengan pengolahan hasil
yang komprehensip pula. Sehingga hasil yang didapatkan kurang mewakili
seluruh aspek, artinya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan prinsip evaluasi,
yaitu prinsip menyeluruh. Realitas ini dapat diperhatikan pada pengolahan nilai
raport yang hanya menggunaan hasil pengukuran aspek kognitif saja dan
mengabaikan dua aspek lainya, yaitu aspek afektif dan psikomotor. Penggunaan
rumus penghitungan nilai (NR=RNH+NT+NMS+NS/4) mencerminkan kurang
menyeluruhnya proses penghitungan nilai. Baik nilai harian, nilai tugas, nilai mid
semester dan nilai semester semuanya masuk dalam klasifikasi kemampuan
intelektual atau aspek kognitif peserta didik. Sementara aspek yang tidak kalah
pentingnya dalam menentukan nilai seperti aspek afektif dan psikomotor harus
menjadi perhitungan pula dalam menentukan nilai akhir. Mengacu pada
pertimbangan bahwa nilai raport merupakan data prestasi atau kemampuan peserta
didik selama satu semester dan meliputi seluruh aspek kemampuan, maka secara
praktis proses penghitungan nilai harus didasarkan pada kalkulasi nilai atau
kemampuan pada ketiga aspek secara menyeluruh, bukan sebatas nilai aspek
kognitif saja.
Sekalipun data evaluasi/prestasi belajar peserta didik menunjukan hasil
yang cukup memuaskan (memenuhi standar KKM yang ditetapkan), akan tetapi
nilai yang dicantumkan tersebut belum bisa dinyatakan mewakili seluruh aspek
kemampuan belajar peserta didik. Perolehan hasil belajar peserta didik melalui
kegiatan evaluasi tersebut tidak lebih hanya merupakan data prestasi pada aspek
kognitif saja. Jika demikian halnya, maka data hasil belajar peserta didik yang
tercantum dalam raport tidak kurang memiliki tingkat validitas yang tinggi.
Karena, kurangnya salah satu prinsip utama yang harus terpenuhi dalam kegiatan
evaluasi belajar mengajar, yakni prinsip menyeluruh (mencakup seluruh aspek
kemampuan peserta didik).
Kegunaan hasil yang dinyatakan baik dari segi perhitungan tentu saja tidak
hanya sebagai pengambil keputusan bagi pendidik, akan tetapi tidak kalah
pentingnya bagi peserta didik sendiri, karena dengan mengetahui hasil yang
diperolehnya maka bagi peserta didik yang nilainya kurang memuaskan pada
kelanjutannya akan lebih semangat dan termotivasi untuk menadapatkan hasil
yang lebih baik ketimbang sebelumnya, dan akan membuat peserta didik lebih
rajin dalam belajar. Begitu juga bagi orang tua peserta didik jika melihat hasil
yang peroleh anaknya sudah baik maka orang tua akan merasa senang dan lebih
semangat untuk kelanjutan belajar anaknya kelak. Sebaliknya jika hasil belajar
anaknya tidak baik atau kurang memuaskan pastinya mereka akan
mempermasalahkan apakah ada yang salah dengan pembelajaran di kelas dengan
menanyakan kepada anak juga kepada pihak sekolah atau bisa dengan
memberikan perhatian yang lebih lagi kepada anaknya.
16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data yang diperoleh dalam penelitian evaluasi
program pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut: 1. ) Perencanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, guru
pendidikan agama sudah mampu mengembangkan silabus dan RPP secara
mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan juga terbiasa meniru model yang
sudah ada. 2.) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama adalah
sebagai berikut : (a) Guru pendidikan agama belum sepenuhnya melaksanakan
tahap-tahap penilaian sesuai dengan standar penilaian. (b) Guru Pendidikan agama
belum membuat perencanaan penilaian seperti penyusunan dan pengembangan
kisi-kisi penilaian. (c) Guru pendidikan agama belum melaksanakan program
pengayaan untuk peserta didik yang telah tuntas lebih awal, dan (d) Guru
pendidikan agama belum menganalisis hasil ulangan harian dengan menggunakan
acuan KKM yang telah ditetapkan. 3.) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan
agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan
Rasau Jaya Tahun 2016 menunjukkan baik karena hasil rata-rata akhir yang
diperoleh peserta didik berada di atas batas minimal kelulusan 70.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti mencoba untuk memberikan
saran-saran, yaitu : 1.) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya, Kepala Sekolah
hendaknya bukan hanya mencermati dan mengoreksi laporan RPP yang dibuat
oleh guru PAI saja, akan tetapi juga mengadakan supervisi kepada guru yang
mengajar di kelas, hal ini perlu dilaksanakan agar diperoleh hasil proses
pembelajaran yang dihasilkan lebih maksimal. 2.) Pada tahap perencanaan
evaluasi guru PAI diharapkan mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri
sesuai dengan potensi peserta didik dan pada pelaksanaan evaluasi guru PAI
diharapkan juga dengan sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai
dengan standar penilaian dan KKM yang ditetapkan, membuat perencanaan
penilaian seperti penyusunan dan pengembangan kisi-kisi penilaian, program
remedial dan pengayaan melaksanakan program pengayaan untuk peserta didik
yang telah tuntas lebih awal, dan menganalisis hasil ulangan harian dengan
menggunakan acuan KKM yang telah ditetapkan. 3.) Untuk mendapatkan hasil
belajar peserta didik yang maksimal, guru PAI diharapkan untuk menggunakan
model dan jenis evaluasi yang tepat yang sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran yang pelajari oleh peserta didik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dja’man Satori dan Aan Komariah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Nawawi, H. Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Nuha
Medika, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penilain Program Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. J
PENDIDIKAN AGAMA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI SUNGAI KAKAP
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH :
KASIONO
F25109036
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
1
2
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA DI MTs. NEGERI SUNGAI KAKAP
Kasiono, Amrazi Zakso, Busri Endang
Program Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan, Pontianak
Email : [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan: (1) perencanaan evaluasi pembelajaran
pendidikan agama, (2) pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama, (3)
hasil evaluasi pembelajaran pendidikan agama. pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data
menggunakan, yaitu observasi, dokumentasi, angket dan wawancara. Hasil dari
penelitian adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan evaluasi pembelajaran
pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan
Rasau Jaya Tahun 2016 pendidik agama sudah mampu mengembangkan silabus
dan RPP secara mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan terbiasa meniru
model yang sudah ada; (2) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama
di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 adalah
Pendidik agama belum sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai
dengan standar penilaian dan KKM, (3) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan
agama di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 yang
diperoleh peserta didik telah mencapai hasil yang baik diatas batas minimal
kelulusan (KKM) yaitu 70. Diharapkan bagi kepala sekolah dan para pendidik
MTs Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya khususnya pendidik pendidikan agama
untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya agar dapat menjalankan tugasnya
secara optimal
Kata kunci : Evaluasi Program Pembelajaran, Pendidikan Agama.
Abstract : This study aims to determine: (1) Planning learning evaluation
religious education in MTs Negeri river snapper jaya subdistrict rasau 2016
religious educators has been able to develop syllabus and lesson plans in
accordance with the potential of learners and used to mimic the existing model;
(2) The evaluation study religious education in MTs Negeri River snapper
Kecamaatan Rasau Jaya 2016 are teachers of religion are not yet fully
implementing the stages of assessment in accordance with the standards of
assessment and KKM, (3) The results of the evaluation of teaching religious
education in MTs Negeri Jaya Sungai Rasau snapper Kecamaatan 2016 obtained
learners have achieved good results above the minimum level of graduation
(KKM) is 70. Expected to principals and educators MTs Negeri river snapper in
religious education, especially educators to improve their professional competence
in order to carry out their duties optimally
Keywords: Evaluation Program Religious, Education Learning.
3
D
unia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesusai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk menjawab
berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu
pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut meliputi pasar bebas (free trade)
tenaga kerja bebas (free labour) dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat.
Hal tersebut mendukukung pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan
yang harus dilakukan terus menerus. Sehingga pendidikan dapat digunakan
sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Peningkatan sumber daya
manusia merupakan dimensi penting dalam proses pembangunan nasional yang
berkaitan dengan dimensi ekonomi, sosial, budaya dan agama. Mardapi (2012:4)
menyebutkan: “bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian.
Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi
siswa untuk belajar yang lebih baik”. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya
manusia harus mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan
perencanaan secara sistematik dan rinci menuju masa depan. Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah melalui jalur pendidikan dan
secara formal pendidikan di selenggarakan oleh sekolah. Dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah terjadi proses belajar mengajar yang
melibatkan banyak faktor, baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu semua kegiatan, fasilitas, atau dana dan
daya diorientasikan untuk pencapaian misi atau tujuan tersebut. Dalam usaha
untuk mencapai tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah
sesuai dengan tujuan, sejauh mana proses untuk mencapai tujuan itu di tempuh,
adakah faktor yang menghambat usaha itu serta bagaimana mengatasinya. Upaya
untuk mengetahui hal tersebut dilakukan melalui evaluasi.
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah
penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang
sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran
menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,
menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi
peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan
motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Evaluasi program
pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil
pembelajaran. Dengan demikian focus evaluasi pembelajaran adalah hasil, baik
hasil yang berupa proses maupun berupa produk. Informasi hasil pembelajaran ini
kemudian dibandingkan dengan hasil pembelaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
nyata pembelajaran sesuai dengan hasil nyata yang ditetapkan, maka
pembelajaran dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak
sesuai dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran kurang
efektif. Menurut Endang Komara (dalam Sardiman, 2006: 34) pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
4
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar
dan aktivitas belajar. Proses belajar-mengajar merupakan dua peristiwa yang
berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan
interaksi yang saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain (Oemar
Hamalik, 2009: 24) Dengan demikian fokus evaluasi pembelajaran adalah pada
hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajaran
ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika
hasil nyata pembelajaran sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran
dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai
dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang
efektif. Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Dalam dunia pendidikan, Pendidikan
Agama memiliki kedudukan yang sejajar dengan pendidikan umum. Tujuan
Pendidikan Agama adalah untuk berkembangnya peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasannya dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kualitas pendidikan
agama sebagai salah satu pilar pembangunan sumber daya manusia sangatlah
penting maknanya bagi pembangunan nasional, bahkan dapat dikatakan masa
depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa
kini. Evaluasi program dalam pelaksanaan pembelajaran PAI juga mutlak
dibutuhkan dengan tujuan untuk memperoleh data-data autentik tentang keadaan
atau situasi yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan selanjutnya. Evaluasi program dalam pembelajaran PAI adalah evaluasi
tentang proses pembelajaran dimana guru berinteraksi dengan siswa atau guru
terlibat dalam pembelajaran. Maksud dilaksanakannya evaluasi adalah untuk
memperoleh sejumlah informasi yang dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya. Sehingga pelaksanaan evalusi tersebut memiliki makna. Agar
pelaksanaan evalusi dapat menghasilkan informasi yang sebenarnya, maka
diperlukan banyak faktor pendukung di dalamnya. Dari berbagi faktor yang
diperlukan dalam evaluasi, guru memegang peran penting dalam mencapai
suksesnya pelaksanaan evaluasi.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi program dalam pembelajaran adalah prinsip kebulatan,
dengan prinsip evaluator dalam melakukan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, dari segi pemahamannya
terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan aspek kognitif, maupun
dari segi aspek afektif, dan aspek psikomotorik (Suharsimi Arikunto, 2006: 117).
Seharusnya kegitan penentuan materi termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau
psikomotor dan penentuan jenis atau metode penilaian yang akan dilakukan dalam
pembelajaran ditentukan ketika guru melakukan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Evaluasi hasil belajar dalam ranah kognitif dilakukan dengan
teknik tes. Bentuk tes untuk mengukur ranah kognitif yang dilakukan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Kedarpan diantaranya: tes lisan dikelas dan tes tertulis baik dalam bentuk
5
pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, jawaban atau isian singkat maupun
menjodohkan. Sedangkan penilaian ranah afektif berbentuk laporan diri siswa
yang menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang biasanya dilakukan dengan mengisi
angket. Selain itu dilakukan dengan pengamatan guru dalam pembelajaran
maupun di luar jam pelajaran yang terkait dengan minat dan sikap siswa dalam
belajar dan memerlukan lembar pengamatan. Contoh nilai afektif yang dinilai di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya adalah seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama
Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah,
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam
yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan
agama Islam. Akan tetapi dalam ranah psikomotorik kegiatan evaluasi yang
dilakukan dengan mengukur ketrampilan (skill) ketika proses praktek atau tes
unjuk kerja peserta didik tidak dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamatan Rasau
Jaya. Akibatnya peserta didik hanya mampu memahami sebuah materi, tanpa
mengetahui tata cara yang sebenarnya untuk melaksanakan ibadah (Hasil
observasi tanggal 28 Mei 2016). Seharusnya bentuk tes dalam ranah psikomotorik
harus juga dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, yang
diantaranya adalah penilaian praktek-parektek ibadah seperti gerakan shalat, dan
tata cara berwudhu.
Tes dalam ranah psikomotorik inilah yang merupakan tes yang seharusnya
diutamakan, karena dengan tes psikomotorik, seorang guru akan mengetahui
tentang kemampuan pemahaman peserta didik akan sebuah materi pendidikan
agama Islam dan dengan tes psikomotorik juga, guru akan dapat mengetahui
praktek pelaksanaan ibadah-ibadah yang akan dilakasanakan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepala sekolah
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya mengadakan evaluasi program pada pembelajaran PAI di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya,
menurut beliau dengan melakukan evaluasi program pembelajaran, maka
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan evalusi program
pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran, pengklasifikasian materi
pelajaran termasuk dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik (hasil
wawancara dengan H. Sumargi, (sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya). Akhirnya, berdasarkan pemaparan
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Evaluasi Program
Pembelajaran Pendidikan Agama dengan judul “Evaluasi Program Pembelajaran
Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya
Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016”.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif diskriptif yang merupakan suatu
cara kerja atau metode kerja yang sistematis (dilakukan secara terencana dan
cermat) untuk memecahkan suatu permasalahan dengan menemukan suatu fakta
6
dan kesimpulan yang dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalikan keadaan (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2012: 18).
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Meleong (2004:3),
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Jadi, dalam
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Hal ini
bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan
dukungan data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian
hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara
berfikir formal dan argumentatif.
Hadari Nawawi (1995:63) menjelaskan bahwa metode diskriptif dapat
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode deskriptif dapat digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sumber
data kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen. Dalam penelitian ini penentuan lokasi digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai hal, yaitu dari segi ekonomi (kemampuan biaya
yang dikeluarkan oleh peneliti) maupun dari segi kualitas (kebenaran tempat
penelitian) lokasi yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016.
Prosedur pengumpulan data yang terdapat dalam suatu penelitian akan
memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan fleksibel, yang
pada gilirannya memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang obyektif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu: a.)
Observasi Non Partisipan. B.) Teknik Komunikasi Langsung. 3.) Dokumentasi.
Adapun alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
a.) Pedoman wawancara, b.) Catatan lapangan. C.) Kamera
Teknis analisis data kualitatif menurut Bgdan dan Biklen (dalam Moleong,
2010:284) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat di kelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan, dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada
orang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2010: 89), menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti tidak
selamanya memiliki kebenaran sesuai dengan fokus penelitian bahkan boleh jadi terdapat
kecurangan atau kelebihan ungkapan. Untuk itu, perlu adanya pengecekan terhadap data
7
yang telah terkumpul tersebut, sehingga penelitian tersebut memiliki kredibilitas yang
tinggi dalam pengecekan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perencanaan merupakan suatu cara untuk menentukan serangkaian
tindakan untuk mengarahkan tindakan tersebut agar sesuai dengan visi. Ackoff
menyatakan bahwa walaupun perencanaan itu merupakan suatu proses
pembuatan-keputusan, perencanaan adalah jenis pembuatan keputusan khusus: (a)
perencanaan merupakan sesuatu yang kita lakukan sebelum bertindak, artinya
adalah pembuatan keputusan yang sifatnya antisipatif; (b) perencanaan diperlukan
bila keadaan masa depan yang kita inginkan tersebut melibatkan sejumlah putusan
yang saling berkaitan, artinya suatu sistem keputusan; dan (c) perencanaan
merupakan suatu proses yang diarahkan untuk menghasilkan keadaan di masa
depan yang diinginkan, dan tidak diharapkan muncul kecuali ada suatu tindakan
yang dilakukan. Rencana evaluasi pembelajaran pada hakekatnya merupakan
persiapan jangka pendek yang dilakukan pendidik untuk memperkirakan atau
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Persiapan tersebut meliputi:
tujuan, aspek-aspek yang dinilai, metode, bentuk, serta menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kegiatan evaluasi yang baik. Berdasarkan data
observasi yang peneliti dapatkan pada tahap perencanaan evaluasi pembelajaran
dibuat oleh pendidik PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau
Jaya Kecamaatan Rasau Jaya bahwa perencanaan evaluasi dirumuskan dengan
pertimbangan yang matang atas dasar materi dan waktu yang tersedia.
Hal ini bisa dilihat dari data Program Tahunan (Prota), Program Semester
(Promes), Silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara
detail telah mencantumkan tujuan, aspek, waktu, materi, metode atau teknik, serta
instrument evaluasi yang digunakan. Dilihat dari segi tujuan, materi, dan waktu
perencanaan evaluasi dibuat atas dasar pertimbangan ketersediaan waktu yang
ada. Sebagai contoh perencanaan program semester dan silabus dalam perangkat
pembelajaran pendidik PAI disesuaikan ketersediaan waktu yang ada berdasarkan
kalender akademik sekolah yang mengacu pada kalender pendidikan tahun
2015/2016. Berdasarkan data yang di dapat, untuk waktu perencanaan
pelaksanaan ulangan harian tidak dicantumkan dan di jelaskan dalam program
semester, akan tetapi yang di cantumkan hanyalah untuk pelaksanaan ulangan mid
semester yang diperkirakan jatuh pada bulan oktober minggu ketiga serta untuk
pelaksanaan tes akhir semester diperkirakan jatuh pada bulan desember minggu
kedua.
Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran untuk dibuat oleh pendidik
PAI secara keseluruhan baik untuk evaluasi satuanpembelajaran, untuk ulangan
harian dan mid semester maupun semester sebagian besar diambilkan dari isi buku
paket yang terdiri dari latihan soal, bacaan dan soal-soal dari LKS. Pengambilan
instrumen evaluasi dari isi buku paket dan LKS ini dilaksanakan agar pokok
bahasan evaluasi tidak melenceng dengan materi yang diajarkan, sehingga
evaluasi benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur/dinilai serta
evaluasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan prinsip evaluasi mengacu pada
tujuan, reliabel dan valid. Penyusunan instrumen evaluasi untuk ulangan harian,
8
pendidik membuat dengan diambilkan dari setiap dua pokok bahasan selasai.
Sedangkan untuk penyusunan instrumen mid semester pembuatannya diambil dari
beberapa pokok bahasan yakni mulai materi pertama sampai materi ke empat.
Sedangkan untuk penyusunan intrumen evaluasi semester diambilkan dari materi
pertama sampai materi akhir semester. Lebih jelasnya, bentuk soal ulangan harian,
mid semester, semester terlampir.
Dalam perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program
pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada
evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang. Hal itu tergambar
dari pernyataan: “Perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program
pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada
evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang” (wawancara
dengan bapak Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Penggunaan evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki
pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang
mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar.
Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan
implementasi program atau sistem pengajaran baru. Hal itu tergambar dari
pernyataan: “Evaluasi formatif biasanya digunakan untuk memperbaiki
pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang
mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar.
Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan
implementasi program atau sistem pengajaran baru” (wawancara dengan bapak H.
Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau
Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Begitu juga pengawas, memberikan saran dan masukan terhadap
perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh
pengawas agar perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai
dengan standar penyusunan, tetap mengacu pada kurikulum yang ada serta
memiliki strategi yang lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran
nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun oleh pendidik dapat diaplikasikan
sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah. Hal itu tergambar dari pernyataan:
“Pengawas memberikan saran dan masukan terhadap perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh pengawas agar perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai dengan standar penyusunan, tetap
mengacu pada kurikulum yang ada serta memiliki strategi yang lebih efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun
oleh pendidik dapat diaplikasikan sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah”
(wawancara dengan bapak H. Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dilaksanakan pada awal
9
kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini
termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif akan
tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu
khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan
secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses
pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu
penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain
bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa
kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat
tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir. Hal itu
tergambar dari pernyataan: “Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada
awal kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi
ini termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif
akan tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu
khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan
secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses
pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu
penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain
bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa
kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat
tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir”
(wawancara dengan bapak Muhammad, pendidik PAI Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Pretest (tes awal) merupakan tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai.
Tes awal pada mata pelajaran PAI peserta didik dilaksanakan secara acak, yaitu
pendidik menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara lisan tentang
materi yang telah dibahas minggu lalu, tes ini untuk melihat apakah peserta didik
sudah paham dan masih ingat materi yang telah dijelaskan minggu lalu serta peserta
didik disuruh membaca sebagian ayat apakah dalam bacaannya sudah sesuai dengan
kaedah tajwid atau belum. Tes Tengah Kegiatan yaitu tes yang dilaksanakan di selasela atau pada waktu-waktu tertentu selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini
bertujuan untuk mengukur aspek afektif dengan cara mengamati (observasi langsung)
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian pengamatan dilaksanakan
setiap proses belajar mengajar berlangsung yaitu di sela-sela saat pendidik
menerangkan materi dengan melihat keseriusan, kerajinan, ketekunan peserta didik
serta tanya langsung kepada peserta didik apakah sudah paham materi tersebut
ataukah belum. Post-Test yaitu test yang diberikan setelah proses pembelajaran
berakhir. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian atau
penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan meliputi
pengetahuan, pemahamaan dan ketrampilan setelah mengikuti proses kegiatan
belajar. Adapun teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis (pilihan
ganda dan uraian).
Pada dasarnya evaluasi hasil belajar menekankan pada informasi tentang baik
buruknya hasil dari kegiatan belajar yang dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. Untuk melaksanakan evaluasi
hasil pembelajaran itu, seorang pendidik dapat menggunakan dua macam tes, yakni
tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan pendidik sendiri
10
(teacher-made test). Tujuan ulangan praktik diberikan dengan harapan peserta didik
mempunyai keterampilan mempraktekan gerakan sholat dengan baik dan sesuai
kaedah syariat Islam. Pelaksanaan tes ulangan praktek ini dilaksanakan sebelum
pelajaran dimulai dan hanya dilakukan satu kali selama semester dan dilaksanakan
dalam bentuk praktek dengan meminta peserta didik satu - persatu maju ke depan
untuk mempraktekan gerakan sholat. Sesuai hasil penelitian bahwa ulangan harian
dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu setelah menyelesaikan dua pokok bahasan
pelajaran. Teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis, yang terdiri
dari pilihan ganda dan uraian. Hal itu tergambar dari pernyataan
Penugasan ini dilaksanakan agar peserta didik tidak lupa dengan materi yang
telah diberikan serta peserta didik mau belajar, karena menurut pendidik kalau peserta
didik tidak diberikan tugas (PR) maka mereka tidak akan belajar. Setiap peserta didik
diharuskan mempunyai buku LKS dan buku tugas khusus. Buku tersebut setiap mau
mengikuti pembelajaran harus dikumpulkan dan akan dikembalikan setelah dikoreksi.
Penilaian tugas ini termasuk penilaian untuk mengukur aspek kognitif dan hasilnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan memberikan nilai akhir (nilai rapor).
Penilaian ini mengajarkan peserta didik agar selalu bertanggungjawab kepada apa
yang telah didapatkan di kelas. Hal itu tergambar dari pernyataan. Berdasarkan hasil
pengamatan (obeservasi) yang dilakukan oleh penulis, maka diperoleh data yang
menunjukan bahwa untuk evaluasi mid semester atau ulangan tengah semester di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya dilaksanakan setelah dua kali ulangan harian atau setelah menyelesaikan empat
pokok bahasan. Sesuai hasil penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, ditemukan bahwa baik hasil evaluasi
dari ulangan harian, mid semester, penugasan, maupun hasil tes semester bertujuan
untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik setelah satuan pelajaran selesai
maupun setelah beberapa proses pembelajaran. Adapun hasil dari ulangan harian,
ulangan praktik, penugasan dan pengamatan difungsikan untuk memperbaiki kinerja
pendidik dalam pengelolaan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan hasil dari
semesteran difungsikan untuk melihat kemampuan terhadap materi dari awal sampai
akhir yang telah diberikan. Hasil evaluasi keseluruhan untuk memberikan nilai rapor
peserta didik diperoleh dari hasil nilai ulangan harian, hasil dari pengamatan sikap
peserta didik, hasil dari nilai praktik, hasil dari nilai tugas, nilai mid semester, dan
semesteran, baik secara langsung ada catatan khusus maupun tidak. Proses
perhitungan akhir nilai rapor diambilkan dari rata-rata nilai hasil ulangan harian, hasil
tugas, hasil mid semester, dan nilai hasil semester. Proses perhitungan nilai rapor
tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus:
NR = RNH + NT + NMS + NS
4
NR
: Nilai Rapor
RNH
: Rata-Rata Nilai Harian
NT
: Nilai Tugas
NMS
: Nilai Mid Semester
NS
: Nilai Semester
Berdasarkan data hasil nilai yang diperoleh dapat diketahui bahwa seluruh
peserta didik untuk nilai rapor mendapatkan nilai total rata-rata di atas batas standar
11
penilaian atau kriteria yang ditentukan (kriteria kelulusan minimal/KKM). Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran PAI berjalan dengan dengan baik, yaitu
dengan ditunjukkannya hasil nilai keseluruhan peserta didik baik yang berada diatas
standar penilaian. Sandar penilaian mata pelajaran PAI untuk semua aspek ditentukan
oleh pendidik dengan batas nilai 70. Untuk itu, peserta didik yang nilai rapornya
berada di atas standar penilaian maka dianggap sudah mampu dan menguasai materi
yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar (nilai)
satu pelajaran yang digunakan untuk sampel, yaitu nilai pada mata pelajaran fiqih
pada kelas VIII, peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai tersebut dapat
dijadikan sampel untuk mewakili mata pelajaran pendidikana agama Islam (PAI)
yang lainnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pelaksanaan
evaluasi, dapat diketahui bahwasanya evaluasi mempunyai arti penting dan manfaat
yang besar bagi peserta didik, pendidik (pendidik), sekolah serta bagi oraang tua
peserta didik. Bagi peserta didik hasil evaluasi, memberikan informasi tentang
sejauhmana peserta didik telah menguasai bahan pelajaran yang telah disampaikan
pendidik, sehingga dengan evaluasi peserta didik dapat mengukur kemampuannya
sendiri. Mereka menjadi termotivasi untuk selalu belajar mengenai mata pelajaran
PAI dengan sebaik-baiknya, serta belajar membaca al-quran dengan baik dan benar
agar mendapatkan nilai yang lebih baik.
Hasil evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan
Rasau Jaya diperoleh guna melihat sejauhmana kondisi belajar yang diciptakan
mampu atau tidak dalam rangka membantu peserta didik untuk terampil dalam
implementasi di antaranya dapat mempraktekkan sholat dengan baik sesuai aturan
serta dapat membaca al-quran secara fasih dan benar sesuai kaedah bacaan. Apabila
hasil yang ditunjukan kurang yang diharapkan maka sekolah akan memberikan
perhatian khusus terkait dengan pembelajaran, mungkin dengan menambah fasilitas
yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi; penambahan buku-buku
tentang PAI, alat peraga, dan lain-lain. Hal itu tergambar dari pernyataan.
Pembahasan
1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Tahun 2016
Berdasarkan data perencanaan evaluasi pada bab sebelumnya dapat
diketahui bahwa kegiatan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya telah direncanakan dengan matang sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi.
Hal ini bisa dibuktikan dengan data tentang program semester (PROMES) mata
pelajaran PAI yang dengan jelas mengalokasikan waktu tersendiri bagi
pelaksanaan kegiatan evaluasi. Bila lebih dicermati pada jadual evaluasi mid
semester dan evaluasi semester ditemukan kesesuaian antara jadual akademik dan
waktu pelaksanaan evaluasi yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Kubu Raya. Hal ini setidaknya bisa menjadi gambaran bahwa dari segi waktu
evaluasi benar-benar telah direncanakan dan dipertimbangkan dengan seksama.
12
Sementara dari segi perencanaan metode dan teknik evaluasi yang akan
digunakan ditemukan adanya kesesuaian antara item test/teknik evaluasi yang
digunakan dengan aspek yang akan dinilai, baik pada silabus maupun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat adanya perencanaan yang cermat
mengenai metode dan teknik evaluasi berdasarkan kesesuaian masing-masing
bentuk evaluasi tersebut untuk mengukur hasil belajar peserta didik beserta
keragaman aspeknya. Sebagai contoh, perencanaan jenis evaluasi unjuk kerja
(praktik) pada materi Al-Qur’an Surat At-Tin, hadits tentang menuntut ilmu dan
materi lainya untuk mengukur ketrampilan baca tulis peserta didik, mengartikan,
dan ketrampilan mempraktikan gerakan atau prosedur kegiatan seperti pada
penyembelihan hewan dan ibadah haji. Penggunaan teknik evaluasi bentuk uraian
untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep peserta didik tentang materi
yang telah diajarkan. Demikian juga teknik penilaian diri untuk menilai sikap dan
perilaku peserta didik, khususnya berkaitan dengan implementasi ajaran-ajaran
islam yang telah dipelajari seperti, kandungan QS. At-Tin yang menganjurkan
untuk beramal sholeh dan anjuran rajin menuntut ilmu.
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa pada tahap perencanaan teknik
dan metode evaluasi benar-benar mempertimbangkan faktor Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada masing-masing topik ajar. Sehingga
perencanaan baik metode maupun materi yang akan diteskan sesuai dengan tujuan
diberikannya pokok bahasan tersebut. Dengan kata lain evaluasi benar mengukur
dan sesuai tujuan dan materi yang telah diajarkan. Hal ini penting berkenaan
dengan karakteristik tiap topik ajar PAI yang tidak hanya diorientasikan pada
pengembangan salah satu aspek potensi peserta didik dan meniadakan aspek
lainya. Melainkan, mencakup tiga ranah sekaligus, baik kognitif, afektif maupun
psikomotor. Oleh karenanya, metode dan teknik evaluasi yang digunakan juga
harus relefan dengan masing-masing aspek yang diukur.
Pada tahap akhir yakni proses penyusunan instrumen test yang akan
digunakan telah diupayakan dengan baik. Hal ini bisa dilihat pada contoh
instrumen evaluasi yang direncanakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan
penguasaan peserta didik tentang topik yang telah disampaikan. Begitu pula
intrumen evaluasi untuk mengetahui aspek kognitif maka instrumen yang
digunakan menggunakan tes tes tertulis, sementara untuk mengukur aspek afektif
maka instrumennya menggunakan skala sikap. Sedangkan untuk mengukur aspek
psikomotor-pun intrumen evaluasi berbentuk tes unjuk kerja atau ulangan praktik.
Hal ini nampak jelas bahwa intrumen yang digunakan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Untuk lebih jelasnya tentang intrumen evaluasi baik untuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dilihat di RPP.
Oleh karena itu seorang pendidik didalam kelas juga bertindak sebagai
manajer maka memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pendidik
untuk menyusun sebuah perencanaan dalam bentuk program pembelajaran.
Perencanaan yang dibuat oleh seorang pendidik menyangkut penetapan tujuan dan
memperkirakan cara pencapaiantujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang
diuangkapkan oleh Hamzah (2014:2): “Perencanaan yakni suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, di sertai dengan
berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya Tahun 2016
Berdasarkan data penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya
dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan evaluasi atau penerapan seperangkat
rencana penilaian dapat ditinjau berdasarkan bagiannya masing-masing. Dari segi
waktu, tujuan, dan ruang lingkupnya, pelaksanaan evaluasi di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dibagi
menjadi evaluasi satuan kegiatan, evaluasi beberapa kegiatan, evaluasi tengah
semester, serta evaluasi akhir semester. Masing-masing kegiatan evaluasi tersebut
penting dalam pembelajaran mengingat pentingnya kegiatan pemantauan terhadap
proses belajar mengajar secara terus menerus. Pelaksanaan tersebut bisa
dikelompokkan menjadi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi hasil bisa
dilihat dari ulangan harian, ulangan praktik, mid semester, dan ulangan semester.
Sementara evaluasi proses dapat dilihat pada saat pembelajaran berrlangsung yang
meliputi penilaian awal kegiatan, tengah kegiatan dan akhir kegiatan.
Kegiatan penilaian yang dilakukan poleh pendidik PAI Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya pada
tiap satuan kegiatan secara praktis dapat menjadi patokan, baik bagi pendidik
maupun lembaga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada satuan
aktifitas belajar mengajar. Dengan demikian sikap dan tindakan selanjutnya dapat
segera diambil. Hal ini berarti peningkatan efektifitas dan kualitas pembelajaran
dapat diupayakan tanpa harus menunggu waktu. Demikian juga kegiatan evaluasi
yang lain, seperti evaluasi harian, mid semester, serta semester yang secara umum
telah dilaksanakan dengan maksimal. Pelaksanaan evaluasi secara terus menerus
seperti yang telah diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di
Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya mempunyai nilai positif berupa peningkatan
dan perbaikan terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung. Sementara
dari segi bentuk dan model evaluasi yang digunakan dapat dipahami perbedaan
pertimbangan dan tujuan dari masing-masing jenis evaluasi yang diterapkan.
Sebagai contoh, penilaian unjuk kerja (performance) yang lebih ditujukan
untuk mengetahui tingkat ketrampilan peserta didik dalam membaca, memahami
suatu peristiwa dan memperagakan rangkaian gerakan dengan benar. Penilaian
tertulis (paper and pencil tes) yang lebih diorientasikan untuk mengetahui
penguasaan konsep peserta didik. Penilaian diri, dan sikap dilakukan melalui
kegiatan pengamatan (observasi) yang bertujuan untuk mencari informasi
mengenai sikap dan perilaku peserta didik serta pengamalan terhadap normanorma agama yang telah dipelajari.
Aspek kognitif sebagai aspek kemampuan yang sangat erat kaitanya
dengan kemampuan intelektual harus dievaluasi dengan bentuk dan model yang
tepat, seperti: tes tertulis, penugasan, proyek dan lainya. Akan tetapi tidak
demikian dengan aspek kemampuan psikomotor yang lebih berhubungan dengan
tingkat ketrampilan dan tentu membutuhkan bentuk penilaian yang lebih tepat,
seperti: demonstrasi dan simulasi, serta praktik. Demikian juga pada aspek afektif
yang sangat berhubungan dengan sikap dan perilaku peserta didik dan harus
14
dinilai melalui pengamatan sikap, bukan melalui tes tertulis dan kuesioner dengan
mengajukan pertanyaan tentang baik dan buruk. Relefansi antara model dan
bentuk evaluasi dengan aspek yang diukur akan sangat berdampak pada tingkat
validitas informasi hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Tanpa
adanya relefansi beberapa hal di atas tidak menutup kemungkinan hasil yang
diperoleh tidak akan memiliki tingkat objektifitas dan validitas yang tinggi. Hal
ini berarti, informasi hasil tersebut secara mutlak tidak akan valid jika digunakan
sebagai bahan pengambilan tindakan selanjutnya.
Pada penilaian aspek psikomotor kekurangan berada pada kurang
menyeluruhya penggunaan bentuk unjuk kerja pada materi atau topik yang justru
sangat membutuhkan peragaan. Sementara pada evaluasi aspek afektif yang hanya
dilakukan satu kali dalam satu semester masih sangat kurang. Pelaksanaan
penilaian seperti di atas jelas tidak memenuhi prinsip terus menerus (continue).
Jika demikian halnya, maka proses perbaikan proses pembelajaran untuk
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik baru bisa diambil pada akhir
semester atau dua kali dalam setahun. Dengan demikian, tidak bisa diupayakan
penanganan lebih dini untuk meningkatkan perilaku peserta didik melalui proses
pembelajaran yang berlangsung.
Dari penjalasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau
Jaya baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, kedua-duanya dalam
pelaksaannya tidak sesuai dengan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Walaupun sebagian perencanaan telah dilaksankan dengan baik, akan tetaapi
sebagian lain belum tersentuh sama sekali. Hal paling banyak dilaksanakan dan
sesuai dengan perencanaan adalah pada evaluasi untuk mengukur aspek kognitif,
sedangkan untuk evaluasi afektif dan psikomotor secara jelas dibuat dengan baik
akan tetapi pada pelaksanaannya kuraang maksimal dan jauh dari yang
direncanaakan. Jika diteliti lebih lanjut tentang pelaksanaan evaluasi untuk aspek
afektif yang hanya dilakukaan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan
pada saat shalat berjamaah serta saat istirahat, tidak menutup kemungkinan
penilaian tidak bisa mewakili penilaian yang valid dan berkesinambungan apalagi
menyeluruh, karena obyek yang diamati sangat banyak apalagi tidak dibantu
dengan adanya catatan khusus maka evaluasi hanya bisa menggambarkan keadaan
peserta didik secara umum saja tidak secara personal.
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016
Data penilaian yang diperoleh dari beberapa kegiatan evaluasi belum
mampu menyajikan informasi valid mengenai tingkat kemampuan peserta didik
secara utuh. Data tersebut masih berbentuk data mentah dan terpisah dari
beberapa aspek kemampuan keagamaan peserta didik. Oleh karenanya, perlu
pengolahan agar mampu menyajikan informasi tentang kemampuan belajar
peserta didik secara utuh, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh dapat dipahami dan bisa dijadikan
bahan acuan pengambilan sikap dan tindakan selanjutnya. Berdasarkan abstraksi
proses pengolahan data evaluasi yang telah dipaparkan pada bab III terdapat
15
beberapa realitas dilapangan yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tidak seperti proses
pelaksanaan evaluasi yang telah terdapat relefansi antara bentuk, model dan jenis
yang digunakan dengan masing-masing aspek yang dinilai.
Pada bagian pengolahan hasil tersebut bila dicermati proses penilaian yang
komprehensip dan relefan tersebut tidak ditindak lanjuti dengan pengolahan hasil
yang komprehensip pula. Sehingga hasil yang didapatkan kurang mewakili
seluruh aspek, artinya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan prinsip evaluasi,
yaitu prinsip menyeluruh. Realitas ini dapat diperhatikan pada pengolahan nilai
raport yang hanya menggunaan hasil pengukuran aspek kognitif saja dan
mengabaikan dua aspek lainya, yaitu aspek afektif dan psikomotor. Penggunaan
rumus penghitungan nilai (NR=RNH+NT+NMS+NS/4) mencerminkan kurang
menyeluruhnya proses penghitungan nilai. Baik nilai harian, nilai tugas, nilai mid
semester dan nilai semester semuanya masuk dalam klasifikasi kemampuan
intelektual atau aspek kognitif peserta didik. Sementara aspek yang tidak kalah
pentingnya dalam menentukan nilai seperti aspek afektif dan psikomotor harus
menjadi perhitungan pula dalam menentukan nilai akhir. Mengacu pada
pertimbangan bahwa nilai raport merupakan data prestasi atau kemampuan peserta
didik selama satu semester dan meliputi seluruh aspek kemampuan, maka secara
praktis proses penghitungan nilai harus didasarkan pada kalkulasi nilai atau
kemampuan pada ketiga aspek secara menyeluruh, bukan sebatas nilai aspek
kognitif saja.
Sekalipun data evaluasi/prestasi belajar peserta didik menunjukan hasil
yang cukup memuaskan (memenuhi standar KKM yang ditetapkan), akan tetapi
nilai yang dicantumkan tersebut belum bisa dinyatakan mewakili seluruh aspek
kemampuan belajar peserta didik. Perolehan hasil belajar peserta didik melalui
kegiatan evaluasi tersebut tidak lebih hanya merupakan data prestasi pada aspek
kognitif saja. Jika demikian halnya, maka data hasil belajar peserta didik yang
tercantum dalam raport tidak kurang memiliki tingkat validitas yang tinggi.
Karena, kurangnya salah satu prinsip utama yang harus terpenuhi dalam kegiatan
evaluasi belajar mengajar, yakni prinsip menyeluruh (mencakup seluruh aspek
kemampuan peserta didik).
Kegunaan hasil yang dinyatakan baik dari segi perhitungan tentu saja tidak
hanya sebagai pengambil keputusan bagi pendidik, akan tetapi tidak kalah
pentingnya bagi peserta didik sendiri, karena dengan mengetahui hasil yang
diperolehnya maka bagi peserta didik yang nilainya kurang memuaskan pada
kelanjutannya akan lebih semangat dan termotivasi untuk menadapatkan hasil
yang lebih baik ketimbang sebelumnya, dan akan membuat peserta didik lebih
rajin dalam belajar. Begitu juga bagi orang tua peserta didik jika melihat hasil
yang peroleh anaknya sudah baik maka orang tua akan merasa senang dan lebih
semangat untuk kelanjutan belajar anaknya kelak. Sebaliknya jika hasil belajar
anaknya tidak baik atau kurang memuaskan pastinya mereka akan
mempermasalahkan apakah ada yang salah dengan pembelajaran di kelas dengan
menanyakan kepada anak juga kepada pihak sekolah atau bisa dengan
memberikan perhatian yang lebih lagi kepada anaknya.
16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data yang diperoleh dalam penelitian evaluasi
program pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai
Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut: 1. ) Perencanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, guru
pendidikan agama sudah mampu mengembangkan silabus dan RPP secara
mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan juga terbiasa meniru model yang
sudah ada. 2.) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama adalah
sebagai berikut : (a) Guru pendidikan agama belum sepenuhnya melaksanakan
tahap-tahap penilaian sesuai dengan standar penilaian. (b) Guru Pendidikan agama
belum membuat perencanaan penilaian seperti penyusunan dan pengembangan
kisi-kisi penilaian. (c) Guru pendidikan agama belum melaksanakan program
pengayaan untuk peserta didik yang telah tuntas lebih awal, dan (d) Guru
pendidikan agama belum menganalisis hasil ulangan harian dengan menggunakan
acuan KKM yang telah ditetapkan. 3.) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan
agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan
Rasau Jaya Tahun 2016 menunjukkan baik karena hasil rata-rata akhir yang
diperoleh peserta didik berada di atas batas minimal kelulusan 70.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti mencoba untuk memberikan
saran-saran, yaitu : 1.) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya, Kepala Sekolah
hendaknya bukan hanya mencermati dan mengoreksi laporan RPP yang dibuat
oleh guru PAI saja, akan tetapi juga mengadakan supervisi kepada guru yang
mengajar di kelas, hal ini perlu dilaksanakan agar diperoleh hasil proses
pembelajaran yang dihasilkan lebih maksimal. 2.) Pada tahap perencanaan
evaluasi guru PAI diharapkan mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri
sesuai dengan potensi peserta didik dan pada pelaksanaan evaluasi guru PAI
diharapkan juga dengan sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai
dengan standar penilaian dan KKM yang ditetapkan, membuat perencanaan
penilaian seperti penyusunan dan pengembangan kisi-kisi penilaian, program
remedial dan pengayaan melaksanakan program pengayaan untuk peserta didik
yang telah tuntas lebih awal, dan menganalisis hasil ulangan harian dengan
menggunakan acuan KKM yang telah ditetapkan. 3.) Untuk mendapatkan hasil
belajar peserta didik yang maksimal, guru PAI diharapkan untuk menggunakan
model dan jenis evaluasi yang tepat yang sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran yang pelajari oleh peserta didik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dja’man Satori dan Aan Komariah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Nawawi, H. Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Nuha
Medika, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penilain Program Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. J