IMPLEMENTASI NILAI NILAI PANCASILA DALAM (1)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
MEMBENTUK SIKAP KEJUANGAN BANGSA INDONESIA

Tugas Individu

Nama
NIM
Kelas

Oleh:
: Faisal Ardianto Aji Saputra
: 141150337
: EM-I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015
i


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Widya
Mwat Yasa dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membentuk
Sikap Kejuangan Masyarakat Indonesia” dimaksudkan untuk memenuhi tugas
akhir semester mata kuliah Widya Mwat Yasa (Wimaya). Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan semangat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada para pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Yogyakarta, 12 Desember 2015
Penulis


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................

ii

DAFTAR ISI ............................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................

1
4


BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ....................................................................................
B. Pembahasan .........................................................................................

5
10

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

18
19

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

20

iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, nama alternatif yang biasa
dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa lebih,
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara
yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia
terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan
Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih
banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa
Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari
seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka
tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), berarti keberagaman yang
membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas,

Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia.

1

2

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang

dipimpin

oleh

hikmat


kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang lebih baik,
di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila
yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian
Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan
dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap


3

warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Pancasila adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia yang telah dirumuskan oleh para
pendiri negeri. Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah
jelas, bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara
Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup
bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya
diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan seharihari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, nilai kejuangan
dimaksudkan untuk menggambarkan daya pendorong, pelawan, dan
pendobrak yang mampu membawa bangsa ini untuk membebaskan dirinya
dan penjajahan dan bebas merdeka. Nilai kejuangan diletakkan pada upaya
selama bergenerasi-generasi untuk mencapai kemerdekaan. Nilai kejuangan

seperti ini dimiliki oleh generasi pra 45 dan generasi 45. Nilai kejuangan ini
mewaris terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya
Semangat juang 45, adalah semangat untuk berjuang bersama tanpa
pamrih mengusir penjajah. Setelah merdeka semangat kejuangan itu tetap
relevan guna membangun segala sesuatu yang dicita-citakan, yaitu

4

memberantas kemiskinan, kebodohan, menegakkan kehidupan bersama yang
jujur, melawan korupsi dan ketidakadilan merupakan sebuah “maha karya”
dalam upaya membangun karakter bangsa (nation and character building).
Nilai-nilai kejuangan Angkatan 45 di tengah-tengah kehidupan yang semakin
kompleks dewasa ini memang dirasakan kian kehilangan makna. Peringatan
untuk mengenang perjuangan mereka yang telah menyerahkan jiwa-raga
demi kejayaan bangsa, nyaris tidak lagi menarik minat generasi muda.
Generasi penerus bangsa sekarang ini sebagai pelaksana cita-cita
pahlawan agar bentuk NKRI tetap utuh dibawah panji Pancasila dan UUD
1945 harus mewarisi semangat juang para leluhur yang dengan segala daya
upaya rela berkorban demi masa depan bangsa. Sebagai generasi penerus
bangsa harus memiliki tekad dan semangat nilai-nilai juang 45 agar tidak

gampang terbawa arus yang sudah mulai memasuki sendi-sendi kehidupan
generasi muda

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
membentuk sikap kejuangan bangsa Indonesia?

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang diambil dari dari
kitab Negarakertagama yaitu “Pantjasyila”, Pantja yang berarti lima dan
syila yang berarti sendi/alas/dasar. Dalam pengertian lain, syila berarti
juga peraturan tingkah laku yang penting/baik. Dengan demikian,
Pantjasyila (Pancasila) pada waktu itu berarti lima dasar atau lima
peraturan tingkah laku yang penting/baik.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari Pancasila yang
memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata

Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.Dalam
ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan
melalui Samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban moral yang
berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila.
Di negara kita, istilah Pancasila pertama kali ditemukan dalam
buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis pada jaman Kerajaaan
Majapahit (abad 14). Hal ini membuktikan bahwa Pancasila yang kita
jadikan dasar negara sudah ada pada masa itu. Fungsi Pancasila sendiri
memiliki urutan waktu diantaranya Pancasila Agama, Pancasila Soial
Budaya dan Pancasila Kenegaraan.
5

6

2. Pengertian Implementasi
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Menurut Majone dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman,

(2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Menurut Browne
dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman, (2004), mengemukakan bahwa
”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga
dikemukakan oleh Mclaughin dalam Nurdin dan Usman, (2004). Adapun
Schubert dalam Nurdin dan Usman, (2002), mengemukakan bahwa
”implementasi adalah sistem rekayasa.” Sedangkan implementasi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan.
Pengertian-pengertian

di

atas

memperlihatkan

bahwa

kata

implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu
untuk mencapai tujuan kegiatan dengan proses untuk melaksanakan ide,
program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat
menerima dan melakukan perubahan.

7

Dalam konteks implementasi pendapat-pendapat yang telah
dikemukakan memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi
adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer
ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk
desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masingmasing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.
3. Implementasi Pancasila
Pancasila adalah dijiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai
dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah
diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian
Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara
serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di
pusat maupun di daerah.

8

4. Nilai Kejuangan
Menurut Conny (2002) dalam Agus Surata, (2015), bahwa
kejuangan merupakan ketahanmalangan dalam menghadapi realita hidup.
Semakin tinggi ketahanmalangan seseorang, maka ia akan semakin
berpeluang untuk sukses dalam hidupnya. Penderitaan bukan sebagai
alasan untuk sebuah kegagalan. Untuk bisa mengatasi/menghadapi
penderitaan, maka ketahanmalangan/kejuangannya harus tinggi.
Jiwa semangat dan nilai-nilai 45 sebagai nilai kejuangan bangsa
merupakan roh bangsa yang harus tetap hidup dan dihidupkan dalam diri
anak bangsa. Dalam menapak kehidupan berbangsa dan bernegara,
sekalipun nilai orientasi nilai perjuangan berbeda sesuai dengan dinamika
dan kreatifitas kehidupan. Serta perkembangan dan tantangan yang
dihadapi bangsa, namun nilai-nilai dasar kejuangan seperti yang tersirat
dalam pancasila, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan UUD
1945 tetap menjadi landasan motivasi dan daya dorong yang kuat.
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dan negara adalah suatu
proses yang dinamis, nuansa perjuangan pada era revolusi kemerdekaan
Indonesia tahun 1945 berbeda dengan nuansa perjuangan masa kini pada
era globalisasi ekonomi, teknologi komunikasi, dan informasi. Begitu juga
ancaman, tantangan dan hambatan serta gangguan yang dihadapi bangsa,
yang bisa bertahan adalah jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa
untuk mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa. Ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan selalu menghadang diantaranya delapan aspek

9

kehidupan nasional yaitu aspek alamiah, berupa situasi geografi negara
dengan kekayaan alamnya, kemampuan penduduknya dan beberapa aspek
kemasyarakatannya berupa, ideologi bangsa, politik, ekonomi kerakyatan
sosial budaya masyarakat, dan pertahanan keamanan. Upaya mencapai
tujuan dan cita-cita nasional bukanlah hal yang mudah jika Bangsa
Indonesia tidak mempunyai cara pandang yang sama tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yaitu Pancasila dan UUD
1945. Berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang
dihadapi kehidupan nasional memerlukan penyikapan yang sama, satu
pandangan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan nasional. Kesamaan cara pandang yang sama dapat membangun
kekuatan dan ketagguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara utamanya kekuatan dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan,
gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
(Nasional Out Look), berdasarkan pancasila dan UUD 1945 tentang diri
dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba Nusantara dan
pemekarannya dalam mengekspresikan diri sebagai Bangsa Indonesia
dalam upaya mencapai tujuan Nasionalnya. Wawasan Nusantara
merupakan pandangan geopolitik sekaligus landasan geostrategi bangsa
Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan
wadah beserta segenap isinya secara utuh dan bulat sebagai satu kesatuan

10

politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya dan satu
kesatuan pertahanan keamanan. Dengan demikian, wawasan Nusantara
menjadi sumber utama dan landasan yang kokoh dalam penyelenggaraan
kehidupan Nasional. Untuk mencapai cita-cita, kepentingan dan tujuan
Nasional diperlukan kekuatan, kemampuan, daya tahan dan keuletan yang
disebut Ketahanan Nasional Indonesia yang berpedoman kepada wawasan
Nasionalnya.

B. Pembahasan
Kejuangan mengandung makna kesadaran tentang adanya makna dan
tujuan hidup yang lebih tinggi daripada kepentingan pribadi atau kelompok
dalam arti sempit, disusul dengan kesediaan untuk berkorban guna
mewujudkan makna dan tujuan hidup itu. Karena itu nilai kejuangan dengan
sendirinya terkait dengan masalah makna dan tujuan hidup tersebut yang
bersifat tidak terbatas hanya kepada kehidupan terestrial (duniawi), tetapi
selestial atau transendental (ukhrawi). Dengan kata lain, nilai kejuangan
terkait erat dengan "persoalan pungkasan" (the problem of ultimacy), yaitu
persoalan yang menjadi jawaban atas pertanyaan: hidup ini apa? Darimana?
Untuk apa? Dan mau kemana? Atau persoalan "alfa-omega"-nya hidup, dan
persoalan sangkan-paran.
Dampak nyata nilai kejuangan selalu bersifat sosial, dalam arti
menyangkut orang banyak. Tetapi titik tolak yang amat mendalam bagi
kejuangan adalah hal-hal yang amat personal, yang tersimpan dalam diri

11

manusia yang paling mendalam, tanpa kemungkinan bagi orang lain untuk
mengintervensinya. Hal-hal yang amat personal ini, berupa sistem keyakinan
atau keimanan yang memberi seseorang makna dan tujuan hidupnya,
merupakan pangkal motivasi dan gerak jiwa dan ruhaninya untuk menempuh
hidup kejuangan. Jadi kejuangan memang menyangkut jati diri manusia yang
paling mendalam, dan berhubungan dengan rasa bahagia yang paling
mendalam pula.
Dengan adanya kesadaran akan makna dan tujuan hidup yang ultimate
itu maka orang akan mempunyai kesanggupan untuk menderita sementara,
dengan keyakinan bahwa di belakang hari akan diketemukan kebahagiaan
abadi yang sejati. Kesediaan menderita sementara ini menjadi dasar dari sifatsifat paling asasi bagi semangat kejuangan, seperti kesediaan berkorban,
mendahulukan kepentingan orang banyak, kepahlawanan, dan sikap-sikap
hidup altruistik lainnya yang dilandasi keyakinan bahwa mendahulukan orang
banyak baik dalam lembaga kenegaraan dan komunitas adalah terpuji secara
intrinsik dan dapat menjadi tujuan dalam dirinya sendiri (the end in itself).
Maka pangkal sikap hidup kejuangan ialah kesanggupan melakukan
pengingkaran kepada diri sendiri (self denial), yaitu kesediaan menunda
kesenangan sementara yang sempit dan egoistis. Semua sikap hidup yang
membawa sukses dan kebahagiaan sejati dan besar memerlukan kesanggupan
menunda kesenangan sementara.

12

Nilai kejuangan ini tidak hanya diperlukan pada saat-saat kritis bagi
bangsa atau masyarakat, melainkan merupakan keharusan sepanjang masa.
Sebab korelasi nilai kejuangan ialah sikap hidup penuh tanggung jawab dan
bermoral. Dalam masa pembangunan bangsa yang lebih lanjut (advanced),
moral dan etika umum atau sosial adalah fondasi yang tidak-bisa-tidak.
Bangsa-bangsa yang maju memiliki ciri moral atau etika sosial yang tegar
(tough), sedangkan negara-negara terkebelakang, sebagaimana diamati oleh
Gunnar Myrdal (seorang pemenang hadiah Nobel dalam ilmu sosialekonomi), kebanyakan mempunyai ciri moral yang lunak (soft).
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang, dimulai
pada jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, majapahit sampai pada datengnya
penjajah. Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa
yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan
hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the
founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang
meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Secara Historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara
obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal
nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri,
atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

13

Secara Filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah
sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum,
sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Pancasila sebagai dasar negara melalui proses yang panjang dalam
perumusannya. Proses perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh telah
memberikan pelajaran berharga bagi kita. Semua itu dilakukan dengan penuh
nilai perjuangan dan diliputi dalam semangat kebersamaan. Dalam proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara terdapat nilai-nilai juang dan
sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari yaitu antara lain: Para pejuang tersebut memiliki jiwa
dan semangat kejuangan yang tinggi untuk merdeka. Pada pita yang
dicengkeram burung garuda tertulis “Bhinneka Tunggal Ika”. Artinya,
meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang ada
bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup
rukun. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling
mengenal, menghormati, menolong, dan bekerja sama. Jiwa dan semangat
kejuangan yang dimiliki oleh pejuang itu, di antaranya sebagai berikut.

14

1. Jiwa solidaritas atau kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat
terhadap perjuangan kemerdekaan.
2. Pro patria dan primus patrialis, yaitu selalu berjiwa untuk tanah air dan
mendahulukan kepentingan tanah air.
3. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antar umat beragama, suku, golongan,
dan bangsa.
4. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab.
5. Jiwa ksatria, kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia, hal ini sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Pancasila tidak hanya sebagai jiwa bangsa Indonesia, juga sebagai
kepribadian bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia,
dewasa ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia
dari ancaman disintegrasi selama lebih dari lima puluh tahun. Namun
sebaliknya sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam
format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila.
Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus
bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks
implementasinya.

Tantangan

terhadap

Pancasila

sebagai

kristalisasi

pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya bersal dari faktor
domestik, tetapi juga dunia internasional.

15

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian Pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu,
kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neoliberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki
cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa
meminggirkan Pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme
baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Implementasi Pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pada
hakikatmya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa.
Adapun pengimplementasian tersebut di rinci dalam berbagai macam bidang
antara lain:
1. Implementasi Pancasila dalam bidang Politik
Pembangunan

dan

pengembangan

bidang

politik

harus

mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh
karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi
harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.

16

2. Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang
menang, sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal
ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada
tujuan

demi

kesejahteraan

rakyat

secara

luas

(Mubyarto,1999).

Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja
melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh
bangsa.
3. Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.

17

Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya
nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
4. Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat
hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban
warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Lima sendi
utama penyusun pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila adalah di jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang lebih baik. Generasi penerus bangsa
sekarang ini sebagai pelaksana cita-cita pahlawan agar bentuk NKRI tetap
utuh dibawah panji Pancasila dan UUD 1945 harus mewarisi semangat juang
para leluhur yang dengan segala upaya rela berkorban demi masa depan
bangsa.
Pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa
dalam berbagai macam bidang diantarannya di bidang politik, bidang
ekonomi, bidang sosial dan budaya, serta bidang pertahanan keamanan.

18

19

B. Saran
Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia berperan
dalam membentuk sikap kejuangan pada masyarakat Indonesia dalam
berbangsa dan bernegara, maka kita harus menjungjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh
rasa tanggung jawab guna menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Angreiny, Ima. (2012). “Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli”. [Online].
Tersedia: http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi
-menurut-para.html?m=0 [12 Desember 2015].
Athoillah, Adib. (2013). “Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa”.
[Online].
Tersedia:
http://adibathoillah.blogspot.co.id/2013/01/
implementasi-pancasila-dalam-kehidupan.html?m=0 [12 Desember 2015].
Djafar, Syamsul. (2015). “Nilai Kejuangan Bangsa, Sebagai Perekat Wawasan
Nusantara
dan
Ketahanan
Nasional”.
[Online].
Tersedia:
http://dokumen.tips/documents/nilai-kejuangan-bangsa.html [12 Desember
2015].
Fasha, Ahmad Tafrizi. (2011). “Implementasi Terhadap Ke-5 Sila dalam
Pancasila”. [Online]. Tersedia: http://ahmad-tafrizi.blog.ugm.ac.id/2013
/01/06/makalah-pancasila/ [12 Desember 2015].
Kartianto, Mardevin. (2014). “Makalah Implementasi Pancasila Sebagai Dasar
Negara”. [Online]. Tersedia: http://warnet178meulaboh.blogspot.co.id
/2013/06/makalah-implementasi-pancasila-sebagai.html?m=0
[12
Desember 2015].
Madjid, Nurcholish. (2001). “Pembinaan Nilai-nilai Kejuangan sesuai dengan Jati
Diri Bangsa guna Menyukseskan PJP-II”. [Online]. Tersedia:
http://www.oocities.org/fauzy70/para/p032.html [12 Desember 2015].
Surata, Agus. (2015). Bela Negara & Widya Mwat Yasa. Yogyakarta: UPN
“Veteran” Yogyakarta Press.
Thok, Tugino. (2015). “Nilai Juang Perumusan Dasar Negara”. [Online].
Tersedia: http://mastugino.blogspot.co.id/2012/08/nilai-juang.html?m=1
[12 Desember 2015].

20