A. KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

A. KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku
pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya
keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara,
antara lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif,
dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang
diemban Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada
kejaksaan atas dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam memiliki
kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian sanksi administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan UndangUndang Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat
Nomor 13 Tahun 1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti
karena materinya sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan
pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan
berdasarkan beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang
mencakup integritas dan profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban
untuk selalu melakukan penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan
hukum yang semakin penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan
lembaga kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan

kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan demikian perangkat perundangundangan yang mengatur mengenai pasar modal diharapkan dapat memberi kontribusi positif
bagi penegakan hukum di dalam memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar
modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku
dengan jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki
karekteristik yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami
dan membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal
juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak
pidana yang dikenal dibidang pasar modal, antara lain:

1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli

atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek,
bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa
penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
-

Melawan hokum;
Memakai nama palsu atau martabat palsu;
Tipu muslihat;
Rangkaian kebohongan
Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.

Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas
dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau
penjualan efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek
maupun diluar bursa atas efek emiten atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu
muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud
untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar,
atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang
kemungkinan bisa melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan
merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar,
antara lain:
-

-

Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga efek
perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian
harga efeknya jatuh tajam di bursa;
Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation).

Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan

yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh
pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan
informasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut.
Informasi merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan
terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai
informasi yang benar, bagaimana kegiatan perdaganyan pasar modal bisa berjalan?
Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar,
akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada konfirmasi bahwa informasi
itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti dan berjalan normal kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu
dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran
jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar
antara lain untuk meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan harga efek. Dalam
praktik perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan
sebagai manipulasi pasar, yaitu:
I.


Marking the Close
Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek
pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk
harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari berikutnya.

II.

Painting The Tape
Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan
rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki
keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya
painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat dilakukan setiap
saat.

III.

Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
menentukan bahwa, pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger,
konsolidasi, atau akuisisi berhak meminta kepada perseroan untuk membeli

saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan
ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.

IV.

Cornering The Market
Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga
dapat menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan
short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya.
Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu penyelesaian
transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah
transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang
bersangkutan harus membeli efek tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih
mahal dari harga di pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan dari
situasi tersebut dengan melakukan cornering the market, yaitu membeli dalam
jumlah besar efek tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang
mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar tunai yang sudah
dikuasai oleh pelaku.

V.


Pools
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuensi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.

VI.

Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana
tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut
dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar
dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya.

VII.

Perdagangan Orang Dalam

Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak
pertama yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari emiten
atau perusahaan publik atau disebut juga pihak yang berada dalam fiduciary
position, dan pihak kedua yang menerima informasi orang dalam dari pihak
pertama (disebut juga tippees).

Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena

kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam
dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi
dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkanya
informasi material kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan
perdagangan yang tidak wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara
lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;

c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila
pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada
perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan
informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari
tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik
barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu
banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator
dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat
terhadap pasar modal juga akan pudar.

B. KASUS REKSA DANA PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS
Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap
penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang.
Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.
Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya
Ananda, untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah

terhimpun 17 nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan
Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening. Rekening itu
digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena
dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi,
maka Herman meminta Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau
Trading Available (TA). Lalu, Lanny menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian
informasi dan teknologi (IT) untuk memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut.
Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi
Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui
dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah nominee tidak mencukupi, para
direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat

melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang dilakukan
Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama kurang lebih enam tahun,
Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan rekening ketujuhbelas
nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana 13074 nasabah
yang tersimpan di main account Sarijaya
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini
telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan
sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana

penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.
Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus Sarijaya masuk
dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar Modal.
Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal,
melainkan kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang.

C. ANALISA HUKUM ATAS KASUS PT. SARIJAYA PERMANA
SEKURITAS
Dari Kasus diatas maka adapun fakta hukum yang bisa disimpulkan yakni :
1. Adanya 17 Rekening Fiktif yang terdapat di PT. Sarijaya Permana Sekuritas
2. 17 Rekening Fiktif itu dibuka oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas dan sebagai pemegang saham terbesar
3. Dana yang dimasukan dalam 17 rekening fiktif itu berasal dari dana nasabah PT Sarijaya
Permana Sekuritas dengan cara mendebet 13074 rekening nasabah
4. Adanya perintah dari Herman Ramli kepada stafnya untuk menaikkan batas transaksi agar
bisa melakukan transaksi
5. Adanya persetujuan dari direksi untuk menaikkan batas tarnsaksi tersebut
Permasalahan yang muncul dalam kasus PT Sarjaya Permana Sekuritas ini yakni bahwa
oleh BAPEPAM-LK dianggap sebagai kejahatan Pidana Umum dan bukan kajahatan pasar
modal sehingga kasus ini diserahkan kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan.
Dari kenyataan diatas maka alangkah baiknya jika permasalahan PT Sarijaya Permana
Sekuritas ini coba kami tinjau dari sudut pandang Undang-Undang Pasar Modal khususnya
yang menyangkut Kejahatan Pasar Modal.

Seperti diutarakan sebelumnya bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah
menggariskan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi
pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang

pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda
dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu yang bervariasi.
Dari beberapa jenis kejahatan pasar modal sebagaimana diutarakan diatas maka jika
kita hubungkan dengan kasus yang dialami oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas maka akan
lebih mengarah ke kejahatan pasar moda yang berupa penipuan sebagaimana diatur dalam
pasal 90 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang isinya atara lain :
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak
langsung:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi
Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek. Namun seperti kita ketahui dalam sistem
pembuktian pidana maka suatu kejahatn atau tindak pidana dapat terbukti jika memenuhi
unsur-unsur pidana selain itu mengingat jika dikaji maka pasal ini merupakan delik materiil
maka perlu untuk dijelaskan unsur-unsur pidana ang terkandung dalam pasal 90 tersebut.
Menurut hemat kami maka ada beberpa unsur dalam pasal 90 diatas yakni :

1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Dalam penjelasan pasal 90 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “kegiatan
perdagangan Efek” dalam Pasal ini adalah kegiatan yangmeliputi kegiatan penawaran,
pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi dalam rangkaPenawaran Umum, atau terjadi
di Bursa Efek, maupun kegiatan penawaran, pembelian dan ataupenjualan Efek di luar Bursa
Efek atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik
2. Unsur Setiap Pihak
Yang dimaksud dengan pihak dalam undang-undang pasar modal khususnya pasal 1
angka 23 yakni orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau keompok
terorganisasi.
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan,
disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;

(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.
Selain pengertian penipuan dalam pasal 378 KUHP, adapun oleh beberapa ahli yang
memberikan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan penipuan di bidang pasar modal
yakni sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c yakni membuat pernyataan tidak benar
mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang
dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak
lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun
Cara yang dimaksudkan jalan untuk melakukan sesuatu sedangkan sarana yang
dimaksudkan yakni segala sesuatu yg dapat dipakai sbg alat dl mencapai maksud atau tujuan
Dari unsur-unsur pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 maka akan kita analisa lebih lanjut dihubungkan dengan fakta hukum yang
terdapat dalam kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas yakni :
1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Unsur kegiatan perdagangan efek yang terjadi dalam kasus PT Sarijaya Permana
Sekuritas yakni Tindakan Herman Remli sebagai komsaris PT Sarijaya Permana Sekuritas
yang melakukan transaksi efek baik penjualan maupun pembelian efek dengan menggunakan
dana nasabah yang didebet dalam 17 rekening fiktif. Dengan demikian unsur kegiatan
perdagangan efek telah terbukti
2. Unsur setiap pihak
Unsur setiap pihak yang dimaksudkan dalam kasus ini yakni Herman Ramli sebagai
orang perorangan. dengan demikian unsur setiap pihak telah terbukti
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Unsur menipu atau mengelabui pihak lain yakni membuat pernyataan tidak benar
mengenai fakta material yang berupa 17 rekening fiktif dan melakukan transaksi saham
untuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak lain yang ditipu yakni
BAPEPAM-LK sebagai pengawas maupun Para SRO dan pihak nasabah sendiri yang
dananya telah didebet pada 17 Rekening Fiktif tersebut. Dengan demikian nsur menipu atau
mengelabui pihak lain telah terbukti.

4. Unsur menggunakan cara atau sarana apapun

Adapun cara yang digunakan Herman Ramli untuk melakukan tindak pidana pasar
modal ini yakni dengan membuka 17 rekening fiktif dan mendebet dana 13074 rekening
nasabah PT sarijaya permana sekuritas dan menaikkan batas transaksi untuk dapat melakukan
transaksi sebagaimana mestinya.
Selain itu Herman Ramli juga menggunakan sarana yakni memanfaatkan jabatannya
sebagai komisaris dan pemegang saham terbesar pada PT. Sarijaya Permana Sekuritas untuk
memerintahkan stafnya menaikkan batas transaksi dan meminta direksi untuk menyetujui
penaikkan batas transaksi tersebut. Dengan demikian unsur menggunakan cara atau sarana
apapun telah terbukti.
Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga pengawas
adalah kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni pemeriksaan terhadap
setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM. Dalam
kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas indikasi kejahatan yang dilakukan oleh komisaris
Herman Ramli sehingga peran bapepam harus diawali dengan melakukan tindakan
pemeriksaan berupa meminta konfirmasi dari pihak pihak terkait yag diduga melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya selanjutnya
dari tahap itu dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni penyidikan, jika berkas penyidikan telah
lengkap maka bisa dilimpahkan kepada kejaksaan untuk melakukan penuntutan.