MAKALAH KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN INOV

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN
INOVASI
“MEMBUAT USAHA BARU”
Dilampirkan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Kewirausahaan dan Manajemen
Inovasi

Oleh :
Kelompok 7
Kelas E

1. Ayu Almaulidta

(105030200111155)

2. Agustin Tri S.

(115030200111116)

3. Halimatus Sa’diyah

(115030200111133)


4. Miki Ambarwati

(115030201111088)

Jurusan Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
2013

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan bisnis merupakan langkah awal dalam menjalankan bisnis,
biasanya terdiri dari apa yang kita lakukan, kapan, dan bagaimana cara lebih jelas
mengenai tipe bisnis yang akan dirintis, siapa saja yang akan menjadi pelanggan
dan produk atau jasa apa yang akan ditawarkan.
Rencana


bisnis

dikembangkan

dengan

focus

kepada

pemegang

kepentingan. Rencana bisnis yang lengkap biasanya termasuk suatu penaksiran
lingkungan bisnis, rencana manajemen, rencana pemasaran, dan rencana
keuangan.
Penaksiran lingkungan bisnis meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan
industri, dan lingkungan global. Rencana manajemen termasuk di dalamnya
rencana operasional menitikberatkan pada usulan struktur organisasi produksidan
sumber daya manusia dalam perusahaan.
Perencanaan pemasaran meliputi lima langkah yaitu : target pasar,

karakteristik pasar, penentuan harga, distribusi, dan promosi. Selanjutnya rencan
keuangan terdiri dari dua yaitu kelayakan bisnis dan pendanaan bisnis.
Jenis usaha kecil tidak perlu membuat rencana bisnis yang rumit untuk
memulai usahanya. Seringkali rencana bisnis dibuat bentuk catatan saat
melakukan diskusi atau tanya jawab. Seringkali juga orang memulai bisnis tanpa
rencana sama sekali, sehingga ide-ide menjadi kabur dan mereka tidak tahu apa
yang selanjutnya harus mereka lakukan. Dengan menulis sebuah rencana,
meskipun itu berupa catatan-catatan kecil, kita akan mendapatkan gambaran yang
lebih jelas mengenai jenis bisnis yang diinginkan, serta bagaimana bisnis harus
dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman.
Beberapa hal yag dapat dipikirkan saat menulis rencana bisnis, yaitu :
1. Jenis usaha apa yang akan dirintis
2. Tujuan apa dari bisnis yang akan dirintis
3. Bagaimana bisnis akan menghasilkan uang
4. Siapa yang akan menjadi pelanggan

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum beberapa rumusan
masalah yang diangkat antara lain :
a. Bagaimana cara membuat usaha baru?

b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membuat usaha baru?
c. Apa indikator yang dapat dicapai ketika usaha tersebut dikatakan berhasil?
d. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi ketika membuat usaha baru?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah yang mengenai tentang cara membuat usaha baru ini memiliki
beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahu cara-cara dalammembuat usaha baru
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam membuat usaha
baru
c. Untuk mengetahui indikator keberhasilan usaha
d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam membuat usaha
baru

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Cara Memulai Usaha Baru
Analogi seorang yang memulai kewirausahaan ialah seperti seorang
belajar naik sepeda, pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang
dan takut, ragu-ragu untuk memulai mengayuh, takut jatuh atau nabrak namun
ketika peadal sepeda muali dikayu dan si anak dapat menguasai rasa takutnya,

ternyuata naik sepeda itu mudah semudah berjalan kaki.
Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk
memulai usaha baru, yaitu :
1. Merintis usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang
sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan
yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama
dan organisasi yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha
dengan preusan besar dalam mengadakan persetujuan jual – beli hak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).
2.2 Mengembangkan Ide Usaha Baru
Apakah setiap orang dapat menjadi seorang wirausahawan yag sukses?
Tentu saja jawabannya adalah dapat. Pertanyaan lebih lanjut adalah wirausahawan
atau pengusaha macam apa yang diinginkan? Apakah kita akan memulai dengan
menjadi wirausahawan berskala kecil atau berskala menengah? Banyak orang
membayangkan bahwa yang dimaksud menjadi wirausahawan berskala kecil itu
adalah usaha berskala rumah tangga. Misalnya toko sembako, penjual mie ayam,
pengusaha jasa laundry, penjual bubur ayam, pengecer pulsa, atau semua usaha

bisa dilakukan di rumah. Sedangkan usaha berskala menengah adalah usaha-usaha

yang sama namun sudah bercabangcabang, memiliki sekian banyak gerai atau
sekian banyak gerobag dorong.
Ada juga sementara orang yang membedakannya dengan melihat
sumberdaya yang dimiliki, baik berupa sumber daya manusia, teknologi,
bahanbaku, keuangan atau modal, kepemimpinan, dan sebagainya. Banyak buku
pendidikan kewirausahaan mulai dengan analisis berbagai sumber daya di atas.
Biasanya disebutkan jikalau kita memiliki sumber daya yang memadai maka kita
dapat langsung menjadi wirausahawan dengan skala menengah. Tetapi
sebaliknya, buku-buku kewirausahaan yang lebih empirik-praktis atau buku-buku
“how to” kewirausahaan yang banyak dibeli anggota masyarakat justru
berpendapat sebaliknya. Pertanyaan yang mau dijelaskan dalam buku-buku
tersebut biasanya sekitar bagaimana memulai usaha dari nol. Buku-buku semacam
ini lebih mengedepankan tekad, cita-cita, kemauan dan semangat berusaha yang
besar disertai kerja keras.
Dua hal di atas sama-sama ekstrim kendati tidak ada yag salah. Memang
benar, dalam keadaan normal, biasanya orang memulai usaha dengan berusaha
sekuat tenaga untuk mencari modal sedikit demi sedikit, dengan berbagai sumber
daya dan fasilitas yang terbatas. Awalnya tentu mulai dengan menjadi

wirausahawan berskala kecil namun dengan ide-ide yang baru dalam menjalankan
usaha. Sangat boleh jadi banyak orang mengawali bisnisnya dengan perasaan
ragu-ragu dan pesimistik tetapi berakhir dengan keberhasilan yang gemilang.
Akan tetapi tidak sedikit juga yang memulainya dengan optimistik, persiapan
yang matang, sumber daya yang cukup. Hasil akhirnya ada yang berhasil ada yang
tidak. Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini adalah mulailah dengan ide-ide
baru.
Ide-ide untuk memulai sebuah usaha atau bisnis diawali dengan
mengamati lingkungan. Biasanya ide baru muncul sebagai hasil dari proses
interaksi seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu pilihan akan lingkungan
dan bentuk bisnis harus diamati dengan seksama. Di sini seorang wirausahawan
harus jeli dalam menilai dan menangani berbagai permasalahan dan peluang yang
muncul di lingkungan tersebut. Sebagi contoh, ada dua orang calon wirausahawan

datang di sebuah masyarakat di suatu tempat. Dua orang ini menemukan
kenyataan yang sama bahwa semua orang dalam masyarakat tersebut ternyata
tidak memakai sepatu atau sandal. Setelah mempelajari dan mengidentifikasi
penyebabnya, calon wirausahawan A menyimpulkan tidak ada gunanya memulai
bisnis sepatu di sini karena A berkeyakinan perilaku masyarakat yang tidak
bersepatu atau sandal ini sudah mendarah daging dan tidak bisa diubah.

Sebaliknya calon wirausahawan B berkesimpulan sebaliknya bahwa
masyarakat akan mengubah perilakunya kalau ada upaya meng-edukasi
masyarakat tersebut untuk bersepatu. Ide-ide bisnis yang dikembangkan oleh
seorang wirausahawan pada umumnya merupakan ide-ide praktis yang diyakini
memiliki kepastian untuk berhasil. Keberhasilan ini sering berawal dari usaha
berskala kecil. Oleh karena itu banyak penulis buku kewirausahaan menyarankan,
mulailah berbisnis dalam skala kecil (Suharno, 2007 ; Frinzes, 2011 : 223).
Menurut sebuah survei yang dilakukan Peggy Lambing (2000) seperti
yang dikutip Suryana (2003: 70), sekitar 43% responden (wirausahawan)
mendapatkan ide bisnis dari pengalaman ketika mereka bekerja di perusahaan atau
tempat-tempat profesional lainnya. Dari pengalaman tersebut, mereka mengetahui
cara-cara mengoperasikan perusahaan. Sebanyak 15% responden menyatakan
telah mencoba dan merasa mampu mengerjakannya dengan baik. Dari para
wirausahawan yang disurvai, 11% di antaranya memulai usaha untuk memenuhi
peluang pasar, sementara 46% lainnya karena hobi.
Banyak cara atau jalan untuk menjadi berhasil dalam bisnis. Setiap orang
bisa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada satu jalan yang
dianggap jalan atau cara yang paling baik atau paling benar. Di samping faktor
keberuntungan (luck atau hoki), ada faktor lain yang mempengaruhi misalnya
kerja keras, perencanaan yang matang, pengamatan yang jeli, pemikiran kreatif,

inovatifdan sebagainya.
2.3 Identifikasi Peluang Usaha
Sebuah (atau lebih) peluang usaha (business opportunities) dikatakan ada
jika di dalam pasar terdapat kemungkinan yang menguntungkan untuk

menawarkan atau menjual barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan , keinginan, atau preferensi konsumen (Frinzes, 2011 : 229).
Selanjutnya Frinzes (2011: 230) mengidentifikasi ada tidaknya sebuah
peluang usaha berdasarkan tiga kondisi pasar sebagai berikut :
1. Ketika sebuah produk atau jasa sudah ada di pasaran tetapi tidak atau belum
dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, atau selera konsumen. Hal ini dapat
terjadi karena : Kualitasnya rendah, Produknya tidak user friendly atau tidak
ramah pemakai, Harganya terlalu mahal atau tidak rasional, Produk tidak
sesuai

dengan

keyakinan/kepercayaan

pemakainya,


Produk

dinilai

ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan mode atau trend, Konsumen merasa
kesulitan memperoleh produk tersebut, Tidak memiliki fitur yang membuat
konsumen terkesan
2. Adanya kenyataan atau kondisi ketika konsumen membutuhkan sebuah
produk yang dapat mengatasi persoalan yang mereka hadapi namun tidak ada
di pasaran. Misalnya sebuah produk yang dapat mempercepat proses
pengeringan kaca atau lantai atau mobil, cairan yang dapat dengan cepat
memberihkan porselin atau keramik yang sudah telanjur kotor dan sulit
dibersihkan dengan cara biasa.
3. Ketika ada sebuah inovasi (temuan baru) barang atau jasa yang sebelumnya
tidak diketahui oleh konsumen. Misalnya upaya menciptakan sebuah “atap”
yang dapat melindungi pengendara sepeda motor dari panas dan hujan.
Sebuah alat serupa payung yang dapat melindungi jemuran dari terpaan hujan
dengan segera.
Kendati bukan perkara yang mudah, setidaknya ada 4 langkah strategis

yang diusulkan Frinzes (2011: 233) untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
memilih sebuah peluang bisnis yakni, pertama, mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen ; kedua, memindai (scanning) atau menyaring lingkungan,
mengevaluasi individu dan masyarakat secara umum ; ketiga, meneliti secara
cermat peluang-peluang bisnis yang muncul ; keempat, memilih salah satu
peluang dan mempersiapkan sebuah rencana usaha.

Dari 4 langkah di atas, disebutkan bahwa langkah pertama yakni:
Mengidentifikasi kebutuhan atau keinginan konsumen merupakan langkah yang
paling banyak diberi perhatian. Mengapa? Karena setiap peluang bisnis dimulai
dengan adanya kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan konsumen
dianggap sebagai sesuatu yang paling mendasar di dalam kehidupan. Namun
demikian perlu dicatat bahwa mengidentifikasi kebutuhan saja sebenarnya
belumlah cukup memadai. Para indutriwan atau pengusaha besar yang bergerak di
bidang industri konsumsi tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan melainkan juga
meng-create kebutuhan atau menciptakan kebutuhan. Artinya menggarap
konsumen agar mereka merasa butuh atau setidak-tidaknya membuat mereka
merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri kalau tidak mengkonsumsi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh para pemain industri konsumsi besar. Pada suatu
titik, seorang wirausahawan dituntut untuk itu.
Menurut Lambing (Suryana, 2003 : 70), ada dua pendekatan utama yang
digunakan wirausahawan untuk menemukan peluang dengan mendirikan usaha
baru. Pertama, pendekatan inside-out yakni pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci keberhasilan. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang
menentukan jenis usaha berdasarkan ketrampilan, kemampuan, dan latar belakang
diri sendiri. Kedua, pendekatan the out-side in atau disebut juga opportunity
recognition yakni pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu usaha
akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar.
Sudah barang tentu hal ini didasari dengan pengamatan lingkungan yang cermat.
2.4 Merintis Usaha Baru
Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki
keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business
owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus
memiliki:
a. Kecakapan untuk bekerja
b. Kemampuan mengorganisir
c. Kreatif

d. Lebih menyukai tantangan
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan
perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu
terbatas), perseroan, dan firma
3. Tempat usaha yang akan dipilih.
Dalam

menentukan

tempat

usaha

ada

beberapa

hal

yang

perlu

dipertimbangkan, diantaranya:
o Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau
pelanggan maupun pasar?
o Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
o Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
pengangkut dan jalan raya
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha
dan skala usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan
inovasi, sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen.
Semakin kecil perusahaan maka semakin besar fungsi kewirausahaan, tetapi
semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
6. Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan.

Lingkungan

usaha/perusahaan

adalah

yang

dapat

lingkungan mikro

mempengaruhi
dan lingkungan

jalannya
makro.

Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham,
majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi

lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan
sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.
2.5 Membeli Perusahaan yang sudah didirikan
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada
daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
a. Resiko lebih rendah
b. Lebih mudah
c. Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar
Membeli perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan, yaitu:
Masalah eksternal, yaitu
a. Lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
b. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,
misalnya image atau reputasi perusahaan.
2.6 Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)
Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/
penyalur. Inti dari

Franchising adalah memberi hak monopoli untuk

menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi,
sedangkan Franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau
dealer).

Bentuk
Merintis Usaha

Membeli Perusahaan

Kelebihan
Kekurangan
 Gagasan Murni
 Pengakuan nama
 Bebas beroperasi
barang
 Fasilitas inefisien
 Fleksibel dan mudah
 Persaingan kurang
penggunaan
diketahui
 Kemungkinan
 Perusahaan yang
sukses
dijual
biasanya
 Lokasi sudah cocok
lemah
 Peralatan
tak
 Karyawan
dan
efisien
pemasok biasanya
 Mahal
sudah mantap
 Sudah siap operasi
 Sulit inovasi

Kerja
manajemen

sama

 Mendapat
pengalaman dalam
logo, nama, metoda,
teknik
produksi,
pelatihan dan buruan
modal
 Penggunaan nama,
merek yang sudah
dikenal

 Tidak mandiri
 Kreativitas
tidak
berkembang
 Menjadi
independen
terdominasi, rentan
terhadap perubahan
franchisor

2.7 Manfaat Membuka Usaha
Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepuasan diri. Rutinitas
yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan
kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur) perusahaan
yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan mendorong
orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian,
maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan perusahaan.
Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan untuk
dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari
membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut:
1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan
orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji
(mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan
tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh
pemilik perusahaan. Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan
yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha
sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih
besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha.
Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya,
potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya
tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha.
2. Memaksimalkan kemampuan

Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang lain
seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri
maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi
dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya batasan-batasan yang
mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan
disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan
berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja
yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang
maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas
berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya
dalam mengelola usaha tersebut.
3. Bebas mengatur waktu kerja
Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu
transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli. Seseorang telah
menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan. Jika
bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu,
sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat
mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika
usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang
mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin
banyak waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang
makin sibuk jika usahanya mulai berkembang.
4. Sikap mental yang mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam
menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Sikap
mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang
menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil
tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang
bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan
manajer pada usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh
para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Kemandirian dan sikap mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan
pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self
manajemen (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat pentin yang
harus dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi
para bawahan atau karyawannya.
2.8 Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution dalam bukunya yang berjudul ”Pengembangan
Wirausaha Baru” (2001 : 15), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan
usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan
bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari
perusahaan tersebut bertambah. Sedangkan menurut Anoraga (2002), Apapun
pilihan usaha baru yang diputuskan, untuk menjamin keberhasilan dalam usaha
harus dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana
usaha (Business Plan). Business plan merupakan dokumen yang disiapkan sercara
seksama yang menerangkan mengenai pola dari usaha yang akan digeluti, sasaran
dari entrepreneur dan rencana tindakan untuk mencapai sasaran serta keberhasilan
dalam usaha. Suatu rencana usaha biasanya disusun berdasarkan fungsi – fungsi
operasional usaha, yaitu fungsi pemasaran, produksi, keuangan dan fungsi
ketenagaan atau sumber daya manusia. Secara garis besar seorang wirausahawan
tentu akan memulai menyusun rencana dengan pertama – tama menyusun rencana
pemasaran, kemudian rencana produksi, organisasi dan manajemen (yang
berhubungan dengan personalia) dan rencana keuangan.
2.9 Strategi Untuk Mempertinggi Kesempatan Sukses Usaha Baru
Berbagai buku mendefinisikan manajemen strategi dengan kata-kata yang
berbeda. Diantaranya, menurut Nawawi (2003), manajemen strategi merupakan
perencanaan strategi yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan
yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan

operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategis) dan berbagai sasaran organisasi.
Pengertian manajemen strategi begitu banyak didefenisikan, namun pada
dasarnya manajemen strategi merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan
memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang
terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan komponen
kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya, sasaran dan tujuan
operasional,

pelaksanaan

fungsi-fungsi

manajemen

berupa

fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta
umpan balik.
Melaksanakan Manajemen strategi berarti entrepreneur juga harus
membuat perencanaan dalam bentuk formulasi bisnis secara matang. Resnik
dalam Certo dan Peter (1991) seperti dikutip I Putu Sugi Darmawan (2004),
terdapat 10 formulasi strategi yang disarankan dirancang untuk mempertinggi
kesempatan hidup dan sukses sebuah usaha kecil.
Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menjadi objektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam
bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal
yang mendasar.
2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah
efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak
dan keuntungan adalah hal yang paling utama.
3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan
keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang
menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.
4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan
bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.

5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung
pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki
catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya
dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.
7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia
usaha kecil.
8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat.
Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.
9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan
keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari
seluruh fungsi bisnis.
10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis
dan menantang, pencapaian sasaran, tujuan dan mengubahnya menjadi
aktifitas yang produktif.
2.10 Hambatan – Hambatan dalam Memasuki Industri Menurut Peggy
Lambing (2000: 95)
Ada bebrapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu :
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru
masih kurang sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan
karena telah lamam mngetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya
2. Biaya perubahan. Yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para
karyawan dan penggantian alat serta sistem yang lama
3. Respon dari pesaing yang secara agresif akan mempertahnkan pangsa pasar
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
http://wiki.uii.ac.id/images/7/71/M6_MENGEMBANGKAN_USAHA_BARU.pdf
http://bak.usu.ac.id/files/Start%20Up%20Business%20(Buchori).pdf
http://formatmasadepan.forumotion.net/t4-merintis-usaha-baru-dan-modelpengembangannya
http://ghanoz2480.files.wordpress.com/2008/04/10-03-2008-merintis-usaha-baru-danmodel-pengembangannya.pdf
Lupiyoadi, Rambat.2004.Entrepreneurship from mindset to strategy.Depok:Universitas
Indonesia