PENGARUH BELANJA PEMERINTAH UNTUK PENDID
PENGARUH BELANJA PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN, KESEHATAN,
INFRASTRUKTUR SERTA PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN
Penulis
Royda1, Frecilia Nanda Melvani2
Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Tridinanti Palembang
Email : [email protected]
ABSTRACT
The objective of this research is analyzing how government.s expenditure on
education, health, infrastructure and agriculture influence economic growth in cities of
Sumatera Selatan Province. The government.s expenditures on education and
infrastructure are basically investments on economic growth. The effect of the
development on those three sectors has no direct impact but it requires several periods
to feel the after effects. The model used are panel regression data, with independent
variable is education expenditure,health expenditure, infrastructure expenditure, and
agriculture expenditure. Dependent variable is economic growth. The end result
showing is that education expenditure have positive influence and do significantly affect
the economic growth. Then, Health expenditure have negative influence and
significantly affect the economic growth as for the infrastructure expenditure variable
also showing negative influence and not significantly affect the economic growth, while
the agriculture expenditure also have negative influence and significantly affect the
economic growth in cities of Sumatera Selatan Province.
Keyword: Economic growth, Government
Infrastructure, Agriculture, Panel regression.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu daerah yang pembangunannya
berhasil
dapat
diidentifikasi
dari
meningkatnya kesejahteraan masyarakat,
untuk
mengukur
keberhasilan
pembangunan suatu daerah ada bebarapa
indikator hasil pembangunan yang bisa
dilihat seperti PDRB, laju pertumbuhan
ekonomi, dan pendapatan perkapita di
suatu daerah. Faktor yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi, antara
lain ketersediaan sumberdaya manusia,
expenditure,
Education,
Health,
sumberdaya alam, pembentukan modal,
dan teknologi. Perwujudan dari kinerja
pelayanan pemerintah daerah terhadap
masyarakatnya dapat tercermin dari
pengeluaran pemerintahnya yaitu APBD
tiap tahunnya.
Anggaran Belanja Daerah yang
tercantum dalam Anggaran Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
mencerminkan potret pemerintah daerah
dalam menentukan skala prioritas terkait
program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Bagaimana pemerintah daerah menyusun
anggaran Belanja Daerah dapat menunjukkan
apakah suatu daerah pro poor, growth, and jobs.
Pada komponen Belanja Daerah juga nampak
seberapa besar porsi belanja langsung yang
dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
daerah dan terkait langsung dalam pemenuhan
pelayanan kepada masyarakat.
Apabila
kebutuhan
dasar
seperti
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
terpenuhi maka akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya yang
berkualitas serta adanya lapangan pekerjaan
yang memadai seperti pada sektor pertanian
akan mampu memberikan kontribusi dalam
kemajuan teknologi yang lebih mutakhir
sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Belanja daerah yang berhubungan langsung
dengan pembentukan modal dan pertumbuhan
ekonomi diantaranya belanja pemerintah di
bidang pendidikan kesehatan dan infrastruktur,
sedangkan belanja yang juga berkontribusi pada
pembangunan ekonomi daerah salah satunya
adalah belanja pertanian. Grafik di bawah ini
merupakan gambaran belanja pemerintah di
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
serta pertanian untuk tahun 2015 yang termasuk
dalam belanja daerah Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
yang digambarkan oleh grafik di atas dapat
dilihat bahwa rata-rata kabupaten dan kota di
provinsi Sumatera Selatan pengeluaran belanja
di bidang pendidikan tiap tahunnya paling tinggi
sedangkan belanja di bidang pertanian berada di
posisi yang terendah.
Berikut grafik pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera
Selatan.
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
Grafik
di
atas
menggambarkan
perkembangan
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
dalam kurun waktu 2012 sampai 2015. Pada
grafik di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi tiap kabupaten dan kota cukup
berfluktuasi. Masih rendahnya pertumbuhan
ekonomi beberapa Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan belanja
pembangunan yang dianggarkan pemerintah
merupakan hal yang menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai seberapa besar pengaruh
belanja
pemerintah
untuk
pendidikan,
kesehatan, infrastruktur serta pertanian dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah di
Provinsi Sumatera Selatan.
Mengingat begitu pentingnya belanja
pemerintah serta adanya masalah yang telah
dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Belanja Pemerintah Untuk Pendidikan,
Kesehatan, Infrastruktur Serta Pertanian
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Di
pendidikan
kesehatan
infrastruktur
pertanian
Gambar. 1.1 Grafik Perkembangan Belanja
Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan,
kesehatan infrastruktur dan Pertanian pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
74
Tahun 2015 (dalam jutaan Rupiah).
Pada
grafik
di atas
merupakan
perkembangan belanja pemerintah di bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
pertanian daerah kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, seperti
Rata-rata pertumbuhan ekonomi
14
12
10
8
6
4
2
0
-2 u
r
s
a
u
l
U wa imu tar ga
g
a
g
R u T s U in
in
er usi Ul wa k L
u
m M g
a
in i R Lub
Ko
r
s
e
n
m Mu
ga
o
O
K
n
a
g
O
2012
2013
2014
2015
rata2
Gambar 1.2. Grafik Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2012-2015 (%)
Kabupaten/Kota
Selatan”.
Provinsi
Sumatera
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
a) Berapa besar pengaruh belanja pemerintah
untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dan pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan secara simultan?
b) Berapa besar pengaruh belanja pemerintah
untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dan pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh belanja
pemerintah untuk
pendidikan, kesehatan,
infrastruktur
serta
pertanian
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
75
2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah
Salah satu bentuk kebijakan yang
dilakukan pemerintah adalah menentukan
besarnya pengeluaran yang berupa anggaran
belanja pemerintah daerah (APBD). Hubungan
antara
pengeluaran
pemerintah
dan
pertumbuhan ekonomi secara teori diterangkan
dalam Keynesian Cross (Mankiw 2003: 263)
yang
menyebutkan
bahwa
peningkatan
pengeluaran pemerintah berdampak pada
kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur
melalui pendapatan dan tingkat output. Bailey
dalam Purnomo (1995: 43) membagi teori
mengenai
perkembangan
pengeluaran
pemerintah menjadi dua, yaitu teori makro dan
teori mikro. Model makro dapat menjelaskan
perhitungan jangka panjang
pertumbuhan
pengeluaran pemerintah, sedangkan model
mikro menjelaskan perubahan secara partikular
komponen-komponen pengeluaran pemerintah.
Beberapa teori ekonomi makro mengenai
perkembangan pengeluaran pemerintah antara
lain; (1) Model pembangunan tentang
perkembangan pengeluaran pemerintah, (2)
Hukum Wagner mengenai perkembangan
aktivitas pemerintah, (3) Teori Peacock &
Wiseman.
2.2 Pembentukan Modal
Pembentukan modal (capital formation)
memiliki arti penting sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi. Menurut Dr. Singer
dalam Jhingan (2004: 337), pembentukan modal
terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik,
alat-alat dan mesin, maupun barabg yang tidak
Nampak seperti pendidikan bermutu tinggi,
kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian.
pendapat yang sama juga juga dinyatakan
Kuznets bahwa pembentukan modal domestic
tidak hanya mencakup biaya untuk konstruksi,
peralatan dan persediaan dalam negeri, tetapi
juga pengeluaran lain kecuali pengeluaran yang
diperlukan untuk mempertahankan output pada
sektor produksi
Pembentukan modal manusia karenanya
dikaitkan dengan investasi pada manusia dan
pengembangannya sebagai suatu sumber yang
kreatif dan produktif. Menurut Jhingan, dalam
pengertian luas, investasi pada modal manusia
berarti pengeluaran di bidang pelayanan
kesehatan, pendidikan dan sosial pada
umumnya: dan dalam pengertian sempit, berarti
pengeluaran di bidang pendidikan dan pelatihan.
Studi yang diadakan oleh ahli ekonomi seperti
Schultz, Harbinson, Dension, Kendrick, Moses
Abramovits, Becker, Mary Bowman, Kuznets
dan sekelompok ahli ekonomi lainnya
menyatakan bahwa salah satu dari beberapa
faktor penting yang menyebabkan bahwa salah
satu dari beberapa faktor penting penyebab
pertumbuhan cepat perekonomian Amerika
adalah pembiayaan pendidikan yang secara
relatif meningkat (Jhingan, 2004: 415).
Menurut Kuznets, Sektor pertanian
mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dalam 4
bentuk, yaitu:
a. Kontribusi
Produk
contohnya
:
Penyediaan makanan untuk penduduk,
penyediaan Bahan baku untuk industri
manufaktur. contohnya , seperti industri
tekstil, barang dari kulit, makanan dan
minuman.
b. Kontribusi
Pasar
contohnya
:Pembentukan pasar domestik untuk
barang industri dan konsumsi.
c. Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan
Penurunan
peranan
pertanian
di
pembangunan ekonomi, maka terjadi
transfer surplus modal dari 76
sektor
pertanian ke sektor lain.
d. Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai
sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan (NPI) melalui ekspor
produk pertanian dan produk pertanian
yang menggantikan produk impor.
2.3 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah
kenaikan itu kebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
perubahan struktur ekonomi yang terjadi atau
tidak (Arsyad 2004: 13). Teori pertumbuhan
ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan
kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana
faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses
pertumbuhan (Boediono 2000: 2).
Ada empat faktor pertumbuhan ekonomi
(Samuelson & Nordhaus, 2004: 250) yaitu:
a) Sumberdaya manusia (penawaran tenaga
kerja, pendidikan, disiplin, motivasi).
b) Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan
bakar, kualitas lingkungan).
c) Pembentukan modal (mesin, pabrik, jalan)
d) Teknologi (sains, rekayasa, manajemen,
kewirausahaan).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
di
15
kabupaten/kota di Sumatera Selatan, yaitu untuk
Kabupaten: Lahat, Musi Banyuasin, Musi
Rawas, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan
Komering Ulu, Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu
Selatan Dan Empat Lawang. Untuk Kota :
Prabumulih, Pagar Alam, Lubuk Linggau Dan
Palembang.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian
adalah data panel dari tahun 2008 sampai tahun
2015, data panel adalah gabungan antara data
runtun waktu (time series) dan data silang
(cross section).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini dilakukan dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah metode
pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan data dari literatur literatur dan buku-buku yang mendukung. Data
tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
data online dari situs resmi Departemen
Keuangan Direktorat Jenderal Keuangan
(www.djpk.depkeu.go.id) serta dari situs
internet resmi Departemen Keuangan Republik
Indonesia dan Dinas atau Instansi terkait serta
literatur lainnya, seperti : jurnal, surat kabar dan
majalah.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan variabel
operasional sebagai berikut :
a. Belanja pemerintah bidang pendidikan 77
Belanja pemerintah bidang pendidikan
merupakan
belanja/pengeluaran
yang
dilakukan
pemerintah
pada
bidang
pendidikan, contoh belanja pada sektor
pendidikan
diantaranya:
pembangunan
sekolah-sekolah,
fasilitas
pendidikan,
beasiswa di bidang pendidikan, dan lain-lain.
Variabel ini dilihat dari belanja daerah
menrut fungsi pendidikan.
b. Belanja Pemerintah bidang kesehatan
Belanja pemerintah bidang kesehatan
merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di bidang kesehatan, contohnya
belanja untuk pembangunan fasilitas-fasilitas
kesehatan, jaminan kesehatan masyrakat, dan
lain-lain
c. Belanja pemerintah bidang infrastruktur
Belanja pemerintah bidang infrastruktur
merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di sektor infrastruktur. pada
variabel ini peneliti mengambil belanja
infrastruktur untuk perumahan dan fasilitas
umum yang dilihat dari belanja daerah untuk
perumahan dan fasilitas umum.
d. Belanja pemerintah bidang pertanian
Merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di sektor pertanian. Variabel ini
dilihat dari belanja daerah menurut pos
urusan di APBD.
e. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan
dalam
prekonomian
yang
menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran
masyarakat
meningkat.
Pertumbuhan ekonomi diukur dari selisih
antara pendapatan domestic regional bruto
(PDRB) pada saat ini dengan PDRB
sebelumnya dibagi dengan PDRB saat ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif
digunakan untuk mendeskripsikan fenomena –
fenomena yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis informasi
kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji, dan
diinformasikan dalam bentuk persamaan, tabel,
dan sebagainya). Tahapan analisis kuantitatif
terdiri dari spesifikasi model, analisis dengan
data panel, uji asumsi klasik, dan uji statistik.
3.6 Spesifikasi Model
Model persamaan yang
penelitian sebagai berikut:
digunakan
dalam
PEit = α + β1LnBPit + β2LnBKit + β2LnBIit
+ β2LnBKPit +µ
Dimana:
PE = Laju Pertumbuhan ekonomi
BP
= Belanja Pendidikan
BK = Belanja Kesehatan
BI
= Belanja Infrastruktur
BPt = Belanja Pertanian
α
= Intercept
β1,2 = Koefisien regresi
µ
= Error
i
= 1,2,…,n
t
= Tahun
4. PEMBAHASAN
4.1 Memilih Metode Data Panel
78
Tabel 4. 1 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
d.f.
Cross-section F
1.220755 (14,101)
Cross-section Chisquare
18.759762 14
Prob.
0.2723
0.1743
Sumber: Data diolah
Nilai probabilitas untuk cross section >
0,05 sehingga model yang terpilih adalah
common effect. Dikarenakan model yang
dipilihadalah common effect, maka pengujian
selanjutnya adalah dengan metode Langrange
model.
4.2 Uji Hausman
Dari hasil regresi berdasarkan metode
Random Effect Model diperoleh nilai ChiSquare statistic sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Uji Hausman
Correlated Random Effects -
Hausman Test
Pool:
Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq
. d.f.
Prob.
Cross-section
random
0.331909
3
0.9539
4.4 Uji asumsi klasik
4.4.1 Uji Normalitas
79
Sumber: Data diolah
Pada perhitungan yang dilakukan, dapat
dilihat bahwa nilai probabilitas cross section
random effect memperlihatkan angka bernilai
0,9539 yang berarti tidak signifikan dengan
tingkat signifikasi 95% (α = 5%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan model
terbaik yang dapat digunakan untuk model
penelitian adalah Random Effect Model.
4.3 Ikhtisar Pemilihan Model Akhir
Tabel 4.3
Perbandingan Koefisien Determinasi Model Efek
Random Dan Model Efek Tetap
Model
Efek
Efek tetap
random
R-Squared
0.003559
0.646710
Adjusted R-0.031200
0.563294
Squared
Prob(F0.958437
0.000000
statistic)
Sumber: Data diolah
Dalam
pengujian
yang
dilakukan
sebelumnya, estimasi paremeter dalam data
panel menurut Uji Chow akan lebih tepat
menggunakan metode model fixed effect
sedangkan setelah dilakukan uji hausman model
yang digunakan sebaiknya model random effect.
Namun apabila dilihat dari tabel di atas model
random effect nilai Adjusted r-squarednya hanya
-0,031200 tidak memberikan interprestasi yang
baik dibandingkan dengan model fixed effect
yaitu sebesar 0,563294. Koefisien determinan
tersebut
menunjukkan
seberapa
jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen secara statistik, maka model
yang akan dipilih adalah model efek tetap (fixed
effect models).
Untuk melihat nilai residual berdistribusi
normal atau tidak diliihat dari nilai Jarque-Bera
(JB Test) < nilai χ2 (Chi Square) tabel. Dengan
df = (n-k) = 120 – 4 = 116, maka diperoleh nilai
χ2 (Chi Square) tabel 142.138. Dibandingkan
dengan nilai Jarque-Bera pada gambar sebesar
29.75677, dapat disimpulkan bahwa probalitas
gangguan μi
regresi tersebut berdistribusi
normal karena nilai Jarque-Bera lebih kecil
dibandingkan nilai χ2 (Chi Square) tabel.
4.4.2 Uji Heterokedastisitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedastisitas digunakan Chi squared. Chi
squared hitung adalah sebesar (R2 * observasi)
= 59.23044 dan Chi Squared tabel nilainya
adalah 142.138. Oleh karena nilai Chi squared
hitung lebih kecil daripada nilai kritis Chi
squared, maka H0 ditolak sehingga tidak
terdapat permasalahan heteroskedastisitas pada
penelitian.
4.4.3 Uji Autokorelasi
Dengan nilai DW sebesar 2,145060, maka
diperoleh juga nilai dL = 1,6339 dan dU=1,7715
yang didapat dari jumlah observasi dan k.
Setelah dihitung dari kelima kriteria pengujian
Durbin Watson, maka dapat disimpulkan bahwa
data terletak pada pengujian yang ketiga pada
rule of thumb yaitu : dU < DW < 4-dU sehingga
dapat dinyatakan gagal menolak hipotesis nol
dan tidak terdapat autokorelasi positif maupun
negatif.
estimasi tersebut dapat diringkas sebagaimana
Tabel 4.4 di bawah ini.
4.5 Hasil Estimasi Regresi Data Panel
Dengan Metode FEM
4.5.1 Uji Simultan (Uji F)
Hasil regresi pengaruh belanja modal
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan
bidang pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008-2015 dengan
menggunakan taraf keyakinan 95 persen (� = 5
persen), dengan df = 120, dapat dilihat
berdasarkan uji F, nilai F statistik sebesar
9.569529 lebih besar dari nilai F kritis (F tabel)
pada = 5%, df = 120, yaitu sebesar 2.68281.
Artinya, seluruh variabel bebas yaitu belanja
bidang pendidikan , belanja bidang kesehatan,
belanja bidang infrastruktur dan belanja bidang
pertanian dalam model memiliki pengaruh yang
nyata
terhadap
variabel
terikat
yaitu
pertumbuhan ekonomi pada tingkat keyakinan
95%, atau bahkan 99%. Signifikansi kedua
variabel bebas ditunjukkan juga oleh nilai
probablitas F = 0,0000 < 0,05 (yakni nilai
=5%) atau bahkan probablitas F = 0,0000 <
0,01 (yakni nilai =1%).
Berdasarkan uji simultan tersebut dapat
dijelaskan bahwa keempat variabel independen
yaitu belanja pendidikan, belanja kesehatan,
belanja infrastruktur dan belanja bidang
pertanian memiliki pengaruh yang kuat terhadap
laju pertumbuhan ekonomi.
4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
80
Berdasarkan output estimasi regresi data
panel dengan metode FEM di atas, maka hasil
Tabel 4. 4
Tabel Nilai T-Statistik
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
X3
2.559894
0.242158
-0.210676
-0.063405
0.366407
0.039360
0.050326
0.040469
6.986485
6.152329
-4.186256
-1.566756
0.0000
0.0000
0.0001
0.1201
X4
-0.067424
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.493587
0.442008
0.565189
9.569529
0.000000
0.027988
-2.409026
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.0177
5.684154
3.660884
34.49942
2.145060
Dari tabel 4.4 di atas maka persamaan regresi yang tercipta adalah:
PE = α + β1LnBPit + β2LnBKit + β3LnBMIit + β3LnBPTIit + µ
PE = 2.559894 + 0.2421BPit - 0.2107BKit - 0.0634BIit - 0.067424 + µ
Nilai t- semua variable, ternyata lebih kecil
dari t-hitung pada =5% yaitu 1,9876, maka H0
ditolak yang artinya semua variable bebas yaitu
belanja bidang pendidikan ,belanja bidang
kesehatan, belanja bidang infrastruktur dan
belanja bidang pertanian (X1, X2, X3, dan X4)
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
(Y).
4.5.3 Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Hasil koefisien determinan pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen
secara statistik dengan nilai koefisien
determinasi (R2) = 0.493587, hal ini berarti
bahwa 49 persen pertumbuhan ekonomi di 15
Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan dapat
dijelaskan oleh variabel belanja bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
pertanian. Sedangkan 51 persen dijelaskan oleh
variabel lain di luar model atau faktor – faktor
lain di luar penelitian ini.
4.6 Analisis Ekonomi
81
4.6.1 Pengaruh Belanja Pemerintah Di
Bidang Pendidikan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi
Sumatera Selatan
Pada hasil regresi data panel menunjukkan
bahwa variabel belanja pemerintah di bidang
pendidikan dalam jangka pendek signifikan (0.
0000). Hal tersebut sesuai dengan hipotesis
yang digunakan dalam penelitian, dimana
belanja pemerintah di bidang pendidikan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera selatan.
Jadi hasil penelitian menunjukkan kesesuaian
teori dimana pengeluaran pemerintah atas
pendidikan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil tersebut bermakna bahwa belanja
pemerintah bidang pendidikan berpengaruh
secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera selatan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan
jika belanja pemerintah bidang pendidikan
meningkat
maka
akan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Menurut Todaro (2004: 441) pengeluaran
pemerintah yang ditujukan sebagai perbaikan
modal manusia pada dasarnya merupakan suatu
investasi. Sehingga pengeluaran tersebut tidak
dapat secara langsung berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4.6.2 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera
Selatan
Pada penelitian ini hasil dari regresi data
panel diketahui bahwa variabel belanja
pemerintah bidang kesehatan memiliki arah
hubungan negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan dan signifikan (0,0001), hasil yang
diperoleh sesuai dengan hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini. Menurut teori
hubungan
pengeluaran
pemerintah
atas
kesehatan di negara sedang berkembang seperti
Indonesia
sedang
mengalami
tahap
perkembangan menengah, dimana pemerintah
harus menyediakan lebih banyak sarana publik
seperti
kesehatan
untuk
meningkatkan
produktifitas
ekonomi.
Berarti
belanja
pemerintah atas kesehatan dapat secara
langsung mempengaruhi kualitas sumberdaya
manusia yang merupakan investasi modal
manusia yang kemudian dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
4.6.3 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Infrastuktur
terhadap
Pertumbuhan
82
Ekonomi
Belanja pemerintah bidang infrastruktur
tidk berpengaruh signifikan (0.1201) namun
mempunyai
hubungan
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan. Hal tersebut
menunjukkan masih tidak efisien dan efektifnya
belanja pemerintah bidang infrastruktur di
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
atau hubungan yang besifat negatif ini
dimungkinkan karena jangka waktu penelitian
yang terlalu pendek.. Tingginya pertumbuhan
belanja infrastruktur ini dimungkinkan akan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek karena belanja
yang terlalu besar pada suatu bidang maka akan
berpengaruh terhadap besarnya anggaran pada
bidang lain yang mungkin lebih berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan
hubungan negatif antara belanja infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi. seperti korupsi,
pada penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati
(Peneliti KPPOD, 2012) yang mengemukakan
bahwa Korupsi memiliki dampak terhadap
peningkatan belanja Pemda di sektor
infrastruktur dimana hal ini mengindikasikan
adanya
penggelembungan
nilai
proyek
pemerintah sebagai sumber dana korupsi.
Peningkatan belanja infrastruktur berdampak
terhadap perbaikan kualitas infrastruktur secara
signifikan. Namun bila anggaran tersebut
dikorupsi maka dampaknya justru menurunkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
4.6.4 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan
Pada penelitian ini hasil dari regresi data
panel diketahui bahwa variabel belanja
pemerintah bidang kesehatan memiliki arah
hubungan negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan dan signifikan (0,0177). Hal tersebut
sesuai dengan hipotesis yang digunakan dalam
penelitian, dimana belanja pemerintah di bidang
pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
selatan. Jadi hasil penelitian menunjukkan
kesesuaian teori dimana pengeluaran pemerintah
atas pendidikan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kurangnya perhatian pemerintah pada
sektor pertanian dapat dilihat dari masih
kecilnya pengeluaran pemerintah pada sektor ini
dibandingkan pengeluan di bidang-bidang
lainnya. Apabila dilihat dari hasil penelitian ini
bahwa pengeluaran pemerintah pada bidang
pertanian berpengaruh signifika terhadap
pertumbuhan ekonomi maka seharusnya
pengeluaran sektor pertanian juga menjadi
prioritas utama pemerintah dibanding bidangbidang lainnya.
5. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisa, beberapa
simpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut.
a) Secara bersama-sama pengaruh belanja
pendidikan, belanja kesehatan, belanja
infrastruktur dan belanja pertanian dalam
model memiliki pengaruh yang nyata
terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
b) Secara parsial dapat diketahui bahwa belanja
pendidikan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
(0,0000)
terhadap
laju
83
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan. Belanja bidang
kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan
(0,0001) terhadap laju pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan. Belanja bidang infrastruktur
berpengaruh negatif dan tidak signifikan
(0,1201) terhadap laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Sedangkan
belanja
bidang
pertanian
berpenaruh negatif dan signifikan (0,0177)
terhadap pertumbuhan ekonomi.
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penulis mencoba
mengungkapkan beberapa saran diantaranya
sebagai berikut:
a) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi
belanja
pemerintah
bidang
pendidikan sudah dapat mempengaruhi
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
selatan, sedangkan belanja infrastruktur
menunjukkan hubungan negatif dan tidak
signifikan. ini menunjukkan pemerintah
kabupaten/kota harus mampu mengevaluasi
efektifitas dan efisiensi pembelanjaan mereka
Dalam hal ini, peningkatan perencanaan yang
baik, penganggaran, pengadaan, manajemen
keuangan, dan praktik-praktik akuntabilitas
menjadi prioritas penting.
b) Perlunya meningkatkan proporsi pada
belanja bidang kesehatan karena masih
terlihat sangat rendah dibandingkan dengan
porsi belanja lainnya. Adanya pengawasan
dan kontrol yang baik pada proses
perencanaan dan penyaluran dana pada tiaptiap belanja yang dilakukan pemerintah
adalah sangat penting agar terdistribusi
secara tepat sasaran sehingga dampaknya
dapat dinikmati seluruh masyarakat pada
daerah tersebut.
c) Variabel-variabel pada penelitian ini tidak
dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi maka disarankan untuk melakukan
pengujian dengan model lain. Bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian yang sama,
diharapkan menambah periode dan variabel
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Lincolin.
2005.
Pengantar
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Edisi Kedua. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Jhingan M.L .2007. Ekonomi Pembangunan
Dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
persada.
Lincoln, arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan
Edisi Ke Empat. STIE YKPN, Yogyakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Makroekonomi,
Edisi 6, alih bahasa Fitria Liza dan Imam
Nurmawan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nordhaus, Samuelson. 2004. Makro Ekonomi,
Edisi Keempat belas. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Sukirno
Sadono.
2006.
Ekonomi
Pembangunan : Proses, Masalah dan
Dasar Kebijakan, Edisi Kedua. Jakarta :
Penerbit Kencana.
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2006.
Pembangunan Ekonomi, Edisi 8, alih
bahasa Haris Munandar.Jakarta : Penerbit
Erlangga.
84
INFRASTRUKTUR SERTA PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN
Penulis
Royda1, Frecilia Nanda Melvani2
Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Tridinanti Palembang
Email : [email protected]
ABSTRACT
The objective of this research is analyzing how government.s expenditure on
education, health, infrastructure and agriculture influence economic growth in cities of
Sumatera Selatan Province. The government.s expenditures on education and
infrastructure are basically investments on economic growth. The effect of the
development on those three sectors has no direct impact but it requires several periods
to feel the after effects. The model used are panel regression data, with independent
variable is education expenditure,health expenditure, infrastructure expenditure, and
agriculture expenditure. Dependent variable is economic growth. The end result
showing is that education expenditure have positive influence and do significantly affect
the economic growth. Then, Health expenditure have negative influence and
significantly affect the economic growth as for the infrastructure expenditure variable
also showing negative influence and not significantly affect the economic growth, while
the agriculture expenditure also have negative influence and significantly affect the
economic growth in cities of Sumatera Selatan Province.
Keyword: Economic growth, Government
Infrastructure, Agriculture, Panel regression.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu daerah yang pembangunannya
berhasil
dapat
diidentifikasi
dari
meningkatnya kesejahteraan masyarakat,
untuk
mengukur
keberhasilan
pembangunan suatu daerah ada bebarapa
indikator hasil pembangunan yang bisa
dilihat seperti PDRB, laju pertumbuhan
ekonomi, dan pendapatan perkapita di
suatu daerah. Faktor yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi, antara
lain ketersediaan sumberdaya manusia,
expenditure,
Education,
Health,
sumberdaya alam, pembentukan modal,
dan teknologi. Perwujudan dari kinerja
pelayanan pemerintah daerah terhadap
masyarakatnya dapat tercermin dari
pengeluaran pemerintahnya yaitu APBD
tiap tahunnya.
Anggaran Belanja Daerah yang
tercantum dalam Anggaran Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
mencerminkan potret pemerintah daerah
dalam menentukan skala prioritas terkait
program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Bagaimana pemerintah daerah menyusun
anggaran Belanja Daerah dapat menunjukkan
apakah suatu daerah pro poor, growth, and jobs.
Pada komponen Belanja Daerah juga nampak
seberapa besar porsi belanja langsung yang
dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
daerah dan terkait langsung dalam pemenuhan
pelayanan kepada masyarakat.
Apabila
kebutuhan
dasar
seperti
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
terpenuhi maka akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya yang
berkualitas serta adanya lapangan pekerjaan
yang memadai seperti pada sektor pertanian
akan mampu memberikan kontribusi dalam
kemajuan teknologi yang lebih mutakhir
sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Belanja daerah yang berhubungan langsung
dengan pembentukan modal dan pertumbuhan
ekonomi diantaranya belanja pemerintah di
bidang pendidikan kesehatan dan infrastruktur,
sedangkan belanja yang juga berkontribusi pada
pembangunan ekonomi daerah salah satunya
adalah belanja pertanian. Grafik di bawah ini
merupakan gambaran belanja pemerintah di
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
serta pertanian untuk tahun 2015 yang termasuk
dalam belanja daerah Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
yang digambarkan oleh grafik di atas dapat
dilihat bahwa rata-rata kabupaten dan kota di
provinsi Sumatera Selatan pengeluaran belanja
di bidang pendidikan tiap tahunnya paling tinggi
sedangkan belanja di bidang pertanian berada di
posisi yang terendah.
Berikut grafik pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera
Selatan.
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
Grafik
di
atas
menggambarkan
perkembangan
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
dalam kurun waktu 2012 sampai 2015. Pada
grafik di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi tiap kabupaten dan kota cukup
berfluktuasi. Masih rendahnya pertumbuhan
ekonomi beberapa Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan belanja
pembangunan yang dianggarkan pemerintah
merupakan hal yang menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai seberapa besar pengaruh
belanja
pemerintah
untuk
pendidikan,
kesehatan, infrastruktur serta pertanian dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah di
Provinsi Sumatera Selatan.
Mengingat begitu pentingnya belanja
pemerintah serta adanya masalah yang telah
dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Belanja Pemerintah Untuk Pendidikan,
Kesehatan, Infrastruktur Serta Pertanian
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Di
pendidikan
kesehatan
infrastruktur
pertanian
Gambar. 1.1 Grafik Perkembangan Belanja
Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan,
kesehatan infrastruktur dan Pertanian pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
74
Tahun 2015 (dalam jutaan Rupiah).
Pada
grafik
di atas
merupakan
perkembangan belanja pemerintah di bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
pertanian daerah kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, seperti
Rata-rata pertumbuhan ekonomi
14
12
10
8
6
4
2
0
-2 u
r
s
a
u
l
U wa imu tar ga
g
a
g
R u T s U in
in
er usi Ul wa k L
u
m M g
a
in i R Lub
Ko
r
s
e
n
m Mu
ga
o
O
K
n
a
g
O
2012
2013
2014
2015
rata2
Gambar 1.2. Grafik Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2012-2015 (%)
Kabupaten/Kota
Selatan”.
Provinsi
Sumatera
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
a) Berapa besar pengaruh belanja pemerintah
untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dan pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan secara simultan?
b) Berapa besar pengaruh belanja pemerintah
untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dan pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh belanja
pemerintah untuk
pendidikan, kesehatan,
infrastruktur
serta
pertanian
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
75
2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah
Salah satu bentuk kebijakan yang
dilakukan pemerintah adalah menentukan
besarnya pengeluaran yang berupa anggaran
belanja pemerintah daerah (APBD). Hubungan
antara
pengeluaran
pemerintah
dan
pertumbuhan ekonomi secara teori diterangkan
dalam Keynesian Cross (Mankiw 2003: 263)
yang
menyebutkan
bahwa
peningkatan
pengeluaran pemerintah berdampak pada
kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur
melalui pendapatan dan tingkat output. Bailey
dalam Purnomo (1995: 43) membagi teori
mengenai
perkembangan
pengeluaran
pemerintah menjadi dua, yaitu teori makro dan
teori mikro. Model makro dapat menjelaskan
perhitungan jangka panjang
pertumbuhan
pengeluaran pemerintah, sedangkan model
mikro menjelaskan perubahan secara partikular
komponen-komponen pengeluaran pemerintah.
Beberapa teori ekonomi makro mengenai
perkembangan pengeluaran pemerintah antara
lain; (1) Model pembangunan tentang
perkembangan pengeluaran pemerintah, (2)
Hukum Wagner mengenai perkembangan
aktivitas pemerintah, (3) Teori Peacock &
Wiseman.
2.2 Pembentukan Modal
Pembentukan modal (capital formation)
memiliki arti penting sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi. Menurut Dr. Singer
dalam Jhingan (2004: 337), pembentukan modal
terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik,
alat-alat dan mesin, maupun barabg yang tidak
Nampak seperti pendidikan bermutu tinggi,
kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian.
pendapat yang sama juga juga dinyatakan
Kuznets bahwa pembentukan modal domestic
tidak hanya mencakup biaya untuk konstruksi,
peralatan dan persediaan dalam negeri, tetapi
juga pengeluaran lain kecuali pengeluaran yang
diperlukan untuk mempertahankan output pada
sektor produksi
Pembentukan modal manusia karenanya
dikaitkan dengan investasi pada manusia dan
pengembangannya sebagai suatu sumber yang
kreatif dan produktif. Menurut Jhingan, dalam
pengertian luas, investasi pada modal manusia
berarti pengeluaran di bidang pelayanan
kesehatan, pendidikan dan sosial pada
umumnya: dan dalam pengertian sempit, berarti
pengeluaran di bidang pendidikan dan pelatihan.
Studi yang diadakan oleh ahli ekonomi seperti
Schultz, Harbinson, Dension, Kendrick, Moses
Abramovits, Becker, Mary Bowman, Kuznets
dan sekelompok ahli ekonomi lainnya
menyatakan bahwa salah satu dari beberapa
faktor penting yang menyebabkan bahwa salah
satu dari beberapa faktor penting penyebab
pertumbuhan cepat perekonomian Amerika
adalah pembiayaan pendidikan yang secara
relatif meningkat (Jhingan, 2004: 415).
Menurut Kuznets, Sektor pertanian
mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dalam 4
bentuk, yaitu:
a. Kontribusi
Produk
contohnya
:
Penyediaan makanan untuk penduduk,
penyediaan Bahan baku untuk industri
manufaktur. contohnya , seperti industri
tekstil, barang dari kulit, makanan dan
minuman.
b. Kontribusi
Pasar
contohnya
:Pembentukan pasar domestik untuk
barang industri dan konsumsi.
c. Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan
Penurunan
peranan
pertanian
di
pembangunan ekonomi, maka terjadi
transfer surplus modal dari 76
sektor
pertanian ke sektor lain.
d. Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai
sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan (NPI) melalui ekspor
produk pertanian dan produk pertanian
yang menggantikan produk impor.
2.3 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah
kenaikan itu kebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
perubahan struktur ekonomi yang terjadi atau
tidak (Arsyad 2004: 13). Teori pertumbuhan
ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan
kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana
faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses
pertumbuhan (Boediono 2000: 2).
Ada empat faktor pertumbuhan ekonomi
(Samuelson & Nordhaus, 2004: 250) yaitu:
a) Sumberdaya manusia (penawaran tenaga
kerja, pendidikan, disiplin, motivasi).
b) Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan
bakar, kualitas lingkungan).
c) Pembentukan modal (mesin, pabrik, jalan)
d) Teknologi (sains, rekayasa, manajemen,
kewirausahaan).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
di
15
kabupaten/kota di Sumatera Selatan, yaitu untuk
Kabupaten: Lahat, Musi Banyuasin, Musi
Rawas, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan
Komering Ulu, Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu
Selatan Dan Empat Lawang. Untuk Kota :
Prabumulih, Pagar Alam, Lubuk Linggau Dan
Palembang.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian
adalah data panel dari tahun 2008 sampai tahun
2015, data panel adalah gabungan antara data
runtun waktu (time series) dan data silang
(cross section).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini dilakukan dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah metode
pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan data dari literatur literatur dan buku-buku yang mendukung. Data
tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
data online dari situs resmi Departemen
Keuangan Direktorat Jenderal Keuangan
(www.djpk.depkeu.go.id) serta dari situs
internet resmi Departemen Keuangan Republik
Indonesia dan Dinas atau Instansi terkait serta
literatur lainnya, seperti : jurnal, surat kabar dan
majalah.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan variabel
operasional sebagai berikut :
a. Belanja pemerintah bidang pendidikan 77
Belanja pemerintah bidang pendidikan
merupakan
belanja/pengeluaran
yang
dilakukan
pemerintah
pada
bidang
pendidikan, contoh belanja pada sektor
pendidikan
diantaranya:
pembangunan
sekolah-sekolah,
fasilitas
pendidikan,
beasiswa di bidang pendidikan, dan lain-lain.
Variabel ini dilihat dari belanja daerah
menrut fungsi pendidikan.
b. Belanja Pemerintah bidang kesehatan
Belanja pemerintah bidang kesehatan
merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di bidang kesehatan, contohnya
belanja untuk pembangunan fasilitas-fasilitas
kesehatan, jaminan kesehatan masyrakat, dan
lain-lain
c. Belanja pemerintah bidang infrastruktur
Belanja pemerintah bidang infrastruktur
merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di sektor infrastruktur. pada
variabel ini peneliti mengambil belanja
infrastruktur untuk perumahan dan fasilitas
umum yang dilihat dari belanja daerah untuk
perumahan dan fasilitas umum.
d. Belanja pemerintah bidang pertanian
Merupakan besarnya belanja/pengeluaran
pemerintah di sektor pertanian. Variabel ini
dilihat dari belanja daerah menurut pos
urusan di APBD.
e. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan
dalam
prekonomian
yang
menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran
masyarakat
meningkat.
Pertumbuhan ekonomi diukur dari selisih
antara pendapatan domestic regional bruto
(PDRB) pada saat ini dengan PDRB
sebelumnya dibagi dengan PDRB saat ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif
digunakan untuk mendeskripsikan fenomena –
fenomena yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis informasi
kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji, dan
diinformasikan dalam bentuk persamaan, tabel,
dan sebagainya). Tahapan analisis kuantitatif
terdiri dari spesifikasi model, analisis dengan
data panel, uji asumsi klasik, dan uji statistik.
3.6 Spesifikasi Model
Model persamaan yang
penelitian sebagai berikut:
digunakan
dalam
PEit = α + β1LnBPit + β2LnBKit + β2LnBIit
+ β2LnBKPit +µ
Dimana:
PE = Laju Pertumbuhan ekonomi
BP
= Belanja Pendidikan
BK = Belanja Kesehatan
BI
= Belanja Infrastruktur
BPt = Belanja Pertanian
α
= Intercept
β1,2 = Koefisien regresi
µ
= Error
i
= 1,2,…,n
t
= Tahun
4. PEMBAHASAN
4.1 Memilih Metode Data Panel
78
Tabel 4. 1 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
d.f.
Cross-section F
1.220755 (14,101)
Cross-section Chisquare
18.759762 14
Prob.
0.2723
0.1743
Sumber: Data diolah
Nilai probabilitas untuk cross section >
0,05 sehingga model yang terpilih adalah
common effect. Dikarenakan model yang
dipilihadalah common effect, maka pengujian
selanjutnya adalah dengan metode Langrange
model.
4.2 Uji Hausman
Dari hasil regresi berdasarkan metode
Random Effect Model diperoleh nilai ChiSquare statistic sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Uji Hausman
Correlated Random Effects -
Hausman Test
Pool:
Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq
. d.f.
Prob.
Cross-section
random
0.331909
3
0.9539
4.4 Uji asumsi klasik
4.4.1 Uji Normalitas
79
Sumber: Data diolah
Pada perhitungan yang dilakukan, dapat
dilihat bahwa nilai probabilitas cross section
random effect memperlihatkan angka bernilai
0,9539 yang berarti tidak signifikan dengan
tingkat signifikasi 95% (α = 5%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan model
terbaik yang dapat digunakan untuk model
penelitian adalah Random Effect Model.
4.3 Ikhtisar Pemilihan Model Akhir
Tabel 4.3
Perbandingan Koefisien Determinasi Model Efek
Random Dan Model Efek Tetap
Model
Efek
Efek tetap
random
R-Squared
0.003559
0.646710
Adjusted R-0.031200
0.563294
Squared
Prob(F0.958437
0.000000
statistic)
Sumber: Data diolah
Dalam
pengujian
yang
dilakukan
sebelumnya, estimasi paremeter dalam data
panel menurut Uji Chow akan lebih tepat
menggunakan metode model fixed effect
sedangkan setelah dilakukan uji hausman model
yang digunakan sebaiknya model random effect.
Namun apabila dilihat dari tabel di atas model
random effect nilai Adjusted r-squarednya hanya
-0,031200 tidak memberikan interprestasi yang
baik dibandingkan dengan model fixed effect
yaitu sebesar 0,563294. Koefisien determinan
tersebut
menunjukkan
seberapa
jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen secara statistik, maka model
yang akan dipilih adalah model efek tetap (fixed
effect models).
Untuk melihat nilai residual berdistribusi
normal atau tidak diliihat dari nilai Jarque-Bera
(JB Test) < nilai χ2 (Chi Square) tabel. Dengan
df = (n-k) = 120 – 4 = 116, maka diperoleh nilai
χ2 (Chi Square) tabel 142.138. Dibandingkan
dengan nilai Jarque-Bera pada gambar sebesar
29.75677, dapat disimpulkan bahwa probalitas
gangguan μi
regresi tersebut berdistribusi
normal karena nilai Jarque-Bera lebih kecil
dibandingkan nilai χ2 (Chi Square) tabel.
4.4.2 Uji Heterokedastisitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedastisitas digunakan Chi squared. Chi
squared hitung adalah sebesar (R2 * observasi)
= 59.23044 dan Chi Squared tabel nilainya
adalah 142.138. Oleh karena nilai Chi squared
hitung lebih kecil daripada nilai kritis Chi
squared, maka H0 ditolak sehingga tidak
terdapat permasalahan heteroskedastisitas pada
penelitian.
4.4.3 Uji Autokorelasi
Dengan nilai DW sebesar 2,145060, maka
diperoleh juga nilai dL = 1,6339 dan dU=1,7715
yang didapat dari jumlah observasi dan k.
Setelah dihitung dari kelima kriteria pengujian
Durbin Watson, maka dapat disimpulkan bahwa
data terletak pada pengujian yang ketiga pada
rule of thumb yaitu : dU < DW < 4-dU sehingga
dapat dinyatakan gagal menolak hipotesis nol
dan tidak terdapat autokorelasi positif maupun
negatif.
estimasi tersebut dapat diringkas sebagaimana
Tabel 4.4 di bawah ini.
4.5 Hasil Estimasi Regresi Data Panel
Dengan Metode FEM
4.5.1 Uji Simultan (Uji F)
Hasil regresi pengaruh belanja modal
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan
bidang pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008-2015 dengan
menggunakan taraf keyakinan 95 persen (� = 5
persen), dengan df = 120, dapat dilihat
berdasarkan uji F, nilai F statistik sebesar
9.569529 lebih besar dari nilai F kritis (F tabel)
pada = 5%, df = 120, yaitu sebesar 2.68281.
Artinya, seluruh variabel bebas yaitu belanja
bidang pendidikan , belanja bidang kesehatan,
belanja bidang infrastruktur dan belanja bidang
pertanian dalam model memiliki pengaruh yang
nyata
terhadap
variabel
terikat
yaitu
pertumbuhan ekonomi pada tingkat keyakinan
95%, atau bahkan 99%. Signifikansi kedua
variabel bebas ditunjukkan juga oleh nilai
probablitas F = 0,0000 < 0,05 (yakni nilai
=5%) atau bahkan probablitas F = 0,0000 <
0,01 (yakni nilai =1%).
Berdasarkan uji simultan tersebut dapat
dijelaskan bahwa keempat variabel independen
yaitu belanja pendidikan, belanja kesehatan,
belanja infrastruktur dan belanja bidang
pertanian memiliki pengaruh yang kuat terhadap
laju pertumbuhan ekonomi.
4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
80
Berdasarkan output estimasi regresi data
panel dengan metode FEM di atas, maka hasil
Tabel 4. 4
Tabel Nilai T-Statistik
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
X3
2.559894
0.242158
-0.210676
-0.063405
0.366407
0.039360
0.050326
0.040469
6.986485
6.152329
-4.186256
-1.566756
0.0000
0.0000
0.0001
0.1201
X4
-0.067424
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.493587
0.442008
0.565189
9.569529
0.000000
0.027988
-2.409026
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.0177
5.684154
3.660884
34.49942
2.145060
Dari tabel 4.4 di atas maka persamaan regresi yang tercipta adalah:
PE = α + β1LnBPit + β2LnBKit + β3LnBMIit + β3LnBPTIit + µ
PE = 2.559894 + 0.2421BPit - 0.2107BKit - 0.0634BIit - 0.067424 + µ
Nilai t- semua variable, ternyata lebih kecil
dari t-hitung pada =5% yaitu 1,9876, maka H0
ditolak yang artinya semua variable bebas yaitu
belanja bidang pendidikan ,belanja bidang
kesehatan, belanja bidang infrastruktur dan
belanja bidang pertanian (X1, X2, X3, dan X4)
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
(Y).
4.5.3 Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Hasil koefisien determinan pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen
secara statistik dengan nilai koefisien
determinasi (R2) = 0.493587, hal ini berarti
bahwa 49 persen pertumbuhan ekonomi di 15
Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan dapat
dijelaskan oleh variabel belanja bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
pertanian. Sedangkan 51 persen dijelaskan oleh
variabel lain di luar model atau faktor – faktor
lain di luar penelitian ini.
4.6 Analisis Ekonomi
81
4.6.1 Pengaruh Belanja Pemerintah Di
Bidang Pendidikan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi
Sumatera Selatan
Pada hasil regresi data panel menunjukkan
bahwa variabel belanja pemerintah di bidang
pendidikan dalam jangka pendek signifikan (0.
0000). Hal tersebut sesuai dengan hipotesis
yang digunakan dalam penelitian, dimana
belanja pemerintah di bidang pendidikan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera selatan.
Jadi hasil penelitian menunjukkan kesesuaian
teori dimana pengeluaran pemerintah atas
pendidikan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil tersebut bermakna bahwa belanja
pemerintah bidang pendidikan berpengaruh
secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera selatan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan
jika belanja pemerintah bidang pendidikan
meningkat
maka
akan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Menurut Todaro (2004: 441) pengeluaran
pemerintah yang ditujukan sebagai perbaikan
modal manusia pada dasarnya merupakan suatu
investasi. Sehingga pengeluaran tersebut tidak
dapat secara langsung berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4.6.2 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera
Selatan
Pada penelitian ini hasil dari regresi data
panel diketahui bahwa variabel belanja
pemerintah bidang kesehatan memiliki arah
hubungan negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan dan signifikan (0,0001), hasil yang
diperoleh sesuai dengan hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini. Menurut teori
hubungan
pengeluaran
pemerintah
atas
kesehatan di negara sedang berkembang seperti
Indonesia
sedang
mengalami
tahap
perkembangan menengah, dimana pemerintah
harus menyediakan lebih banyak sarana publik
seperti
kesehatan
untuk
meningkatkan
produktifitas
ekonomi.
Berarti
belanja
pemerintah atas kesehatan dapat secara
langsung mempengaruhi kualitas sumberdaya
manusia yang merupakan investasi modal
manusia yang kemudian dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan.
4.6.3 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Infrastuktur
terhadap
Pertumbuhan
82
Ekonomi
Belanja pemerintah bidang infrastruktur
tidk berpengaruh signifikan (0.1201) namun
mempunyai
hubungan
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan. Hal tersebut
menunjukkan masih tidak efisien dan efektifnya
belanja pemerintah bidang infrastruktur di
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
atau hubungan yang besifat negatif ini
dimungkinkan karena jangka waktu penelitian
yang terlalu pendek.. Tingginya pertumbuhan
belanja infrastruktur ini dimungkinkan akan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek karena belanja
yang terlalu besar pada suatu bidang maka akan
berpengaruh terhadap besarnya anggaran pada
bidang lain yang mungkin lebih berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan
hubungan negatif antara belanja infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi. seperti korupsi,
pada penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati
(Peneliti KPPOD, 2012) yang mengemukakan
bahwa Korupsi memiliki dampak terhadap
peningkatan belanja Pemda di sektor
infrastruktur dimana hal ini mengindikasikan
adanya
penggelembungan
nilai
proyek
pemerintah sebagai sumber dana korupsi.
Peningkatan belanja infrastruktur berdampak
terhadap perbaikan kualitas infrastruktur secara
signifikan. Namun bila anggaran tersebut
dikorupsi maka dampaknya justru menurunkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
4.6.4 Pengaruh Belanja Pemerintah Bidang
Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan
Pada penelitian ini hasil dari regresi data
panel diketahui bahwa variabel belanja
pemerintah bidang kesehatan memiliki arah
hubungan negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan dan signifikan (0,0177). Hal tersebut
sesuai dengan hipotesis yang digunakan dalam
penelitian, dimana belanja pemerintah di bidang
pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
selatan. Jadi hasil penelitian menunjukkan
kesesuaian teori dimana pengeluaran pemerintah
atas pendidikan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kurangnya perhatian pemerintah pada
sektor pertanian dapat dilihat dari masih
kecilnya pengeluaran pemerintah pada sektor ini
dibandingkan pengeluan di bidang-bidang
lainnya. Apabila dilihat dari hasil penelitian ini
bahwa pengeluaran pemerintah pada bidang
pertanian berpengaruh signifika terhadap
pertumbuhan ekonomi maka seharusnya
pengeluaran sektor pertanian juga menjadi
prioritas utama pemerintah dibanding bidangbidang lainnya.
5. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisa, beberapa
simpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut.
a) Secara bersama-sama pengaruh belanja
pendidikan, belanja kesehatan, belanja
infrastruktur dan belanja pertanian dalam
model memiliki pengaruh yang nyata
terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
b) Secara parsial dapat diketahui bahwa belanja
pendidikan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
(0,0000)
terhadap
laju
83
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan. Belanja bidang
kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan
(0,0001) terhadap laju pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan. Belanja bidang infrastruktur
berpengaruh negatif dan tidak signifikan
(0,1201) terhadap laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Sedangkan
belanja
bidang
pertanian
berpenaruh negatif dan signifikan (0,0177)
terhadap pertumbuhan ekonomi.
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penulis mencoba
mengungkapkan beberapa saran diantaranya
sebagai berikut:
a) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi
belanja
pemerintah
bidang
pendidikan sudah dapat mempengaruhi
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
selatan, sedangkan belanja infrastruktur
menunjukkan hubungan negatif dan tidak
signifikan. ini menunjukkan pemerintah
kabupaten/kota harus mampu mengevaluasi
efektifitas dan efisiensi pembelanjaan mereka
Dalam hal ini, peningkatan perencanaan yang
baik, penganggaran, pengadaan, manajemen
keuangan, dan praktik-praktik akuntabilitas
menjadi prioritas penting.
b) Perlunya meningkatkan proporsi pada
belanja bidang kesehatan karena masih
terlihat sangat rendah dibandingkan dengan
porsi belanja lainnya. Adanya pengawasan
dan kontrol yang baik pada proses
perencanaan dan penyaluran dana pada tiaptiap belanja yang dilakukan pemerintah
adalah sangat penting agar terdistribusi
secara tepat sasaran sehingga dampaknya
dapat dinikmati seluruh masyarakat pada
daerah tersebut.
c) Variabel-variabel pada penelitian ini tidak
dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi maka disarankan untuk melakukan
pengujian dengan model lain. Bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian yang sama,
diharapkan menambah periode dan variabel
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Lincolin.
2005.
Pengantar
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Edisi Kedua. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Jhingan M.L .2007. Ekonomi Pembangunan
Dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
persada.
Lincoln, arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan
Edisi Ke Empat. STIE YKPN, Yogyakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Makroekonomi,
Edisi 6, alih bahasa Fitria Liza dan Imam
Nurmawan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nordhaus, Samuelson. 2004. Makro Ekonomi,
Edisi Keempat belas. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Sukirno
Sadono.
2006.
Ekonomi
Pembangunan : Proses, Masalah dan
Dasar Kebijakan, Edisi Kedua. Jakarta :
Penerbit Kencana.
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2006.
Pembangunan Ekonomi, Edisi 8, alih
bahasa Haris Munandar.Jakarta : Penerbit
Erlangga.
84