PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP…………………..………………..…… (Umi Murtini dan Rizal Mansyur)

 

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN DI INDONESIA
Umi Murtini
Rizal Mansyur
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana
Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224
umimurtini@yahoo.com

ABSTRACT
This research aims to test the impact of corporate governance mechanism towards earnings
management hold by Indonesian companies. The reseach explains the impact of manajerial,
institusional ownership, independent commissioner, the size of commissioner council, and
auditor quality (as corporate governance proxy) towards earnings management. The result
proves that manajerial ownership and independent commissioner give negative impact while
commissioner council gives positive impact and institusional ownership and auditor quality
do not affect the earnings management.
Keywords: corporate governance, earnings management, auditor quality


PENDAHULUAN
Tujuan umum laporan keuangan
menurut PSAK No. 1 paragraf 05 adalah
memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan diharapkan dapat
menyediakan informasi mengenai kinerja
keuangan perusahaan terhadap pihak yang
membutuhkan.
Laporan keuangan dapat dilakukan
dengan menggunakan dasar akrual maupun
kas. Dasar akrual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan
kondisi keuangan perusahaan secara riil,
namun penggunaan dasar akrual dapat

memberikan keleluasaan kepada pihak

manajemen dalam memilih metode
akuntansi selama tidak menyimpang dari
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku. Metode akuntansi yang secara
sengaja dipilih oleh manajemen untuk
tujuan tertentu dapat mengarah pada
earnings management.
Manajemen laba (earnings management) ditimbulkan dari masalah keagenan
(agency problem). Masalah keagenan ini
muncul karena perbedaan kepentingan
antara pemegang saham (principal) dengan
pengelola atau manajemen perusahaan
(agent). Manajemen selaku pengelola
perusahaan memiliki informasi tentang
perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu
daripada pemegang saham. Hal ini
memunculkan asimetri informasi yang
memungkinkan manajemen melakukan

praktek akuntansi dengan orientasi pada
laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu.

69 
 

JRAK, Volume 8, No.1 Februari 2012

 
 

Teori agensi berpandangan bahwa
praktik earnings management dapat
diminimumkan dengan penerapan good
corporate governance. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk meminimumkan praktik earnings management adalah
memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) sehingga kepentingan pemilik atau
pemegang saham dapat disejajarkan
dengan kepentingan manajer.
Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian sebelumnya

Nasution dan Setiawan (2007) tentang
“pengaruh corporate governance terhadap
manajemen laba di industri perbankan
indonesia” serta Ujiyantho dan Pramuka
“mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan pada
industi manufaktur indonesia”. Penelitian
ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh
mekanisme Corporate Governance terhadap manajemen laba industri perbankan di
BEI, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh penulis adalah untuk menguji
pengaruh Corporate Governance terhadap
Earnings Management secara menyeluruh
pada perusahaan go public atau yang
terdaftar di BEI selain industri keuangan,
dari tahun 2004 sampai dengan 2007.

pemegang saham, pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka, atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Berdasarkan bebera pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya corporate gover-nance
mengenai sistem, proses, dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan demi
tercapainya tujuan perusahaan.
Penerapan corporate governance
dalam perusahaaan memiliki beberapa
manfaat. 1) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, peningkatan efisiensi operasional perusahaan dan
pelayanan kepada shareholders. 2)
mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor
kepercayaan) yang akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3) meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya. 4) pemegang saham akan
merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus akan meningkatkan
shareholders value dan deviden khusus
bagi BUMN akan membantu penerimaan
APBN terutama dari hasil privatisasi.


KAJIAN LITERATUR
Corporate Governance

Kepemilikan Manajerial dan
Manajemen Laba

Good corporate governance (GCG)
menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) adalah salah satu
pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate
governance berkaitan erat dengan kepercayaan, baik terhadap perusahaan yang
melaksanakannya maupun terhadap iklim
usaha di suatu negara. Penerapan GCG
mendorong terciptanya persaingan yang
sehat dan iklim usaha yang kondusif.
Corporate governance (FCGI, 2001)
didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara

Dari sudut pandang teori akuntansi,

manajemen laba ditentukan oleh motivasi
manajer. Motivasi yang berbeda akan
menghasilkan besaran manajemen laba
yang berbeda. Motivasi manajemen laba
bagi manajer yang sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak
sebagai
pemegang
saham
akan
berbeda.Kepemilikan saham oleh manajer
menentukan kebijakan terhadap metode
akuntansi yang diterapkan perusahaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur
kepemilikan manajerial adalah persentase

70 
 

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP…………………..………………..…… (Umi Murtini dan Rizal Mansyur)


 

jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan
yang beredar.Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan
saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen laba
(Gideon, 2005).
Secara teoritis ketika kepemilikan
manajemen rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi
perbedaan kepentingan antara pemegang
saham luar dengan manajemen (Jansen dan
Meckling, 1976 dalam Siallagan dan
Machfoedz, 2006). Permasalahan keagenan diasumsikan akan berkurang apabila
seorang manajer adalah juga seorang
pemilik.
Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba
Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan mengendalikan manajemen

melalui monitoring sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham
tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan
keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan
pihak manajemen (Gideon, 2005). Cornertt
et al., 2006 (dalam Ujiyantho dan
Pramuka, 2007), menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan perusahaan dan
investor insitusional dapat membatasi
perilaku manajer. Pengawasan perusahaan
olehinvestor institusi dapat mendorong
manajerlebih memfokuskan perhatiannya
terhadap kinerja perusahaan sehingga akan
mengurangi perilaku opportunistic.
Komisaris Independen dan Manajemen
Laba

kan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantarapara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik
untuk melaksanakan fungsi monitoring

agar tercipta perusahaan yang good
corporate governance. Pranata dan Mas’ud
(2003) memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota
dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan atau outside director dapat
mempengaruhi tindakan manajemen laba.
Ukuran Dewan Komisaris dan
Manajemen Laba
Pengaruh ukuran dewan komisaris
terhadap kinerja perusahaan memiliki hasil
yang beragam. Salah satu argumen menyatakan bahwa makin banyaknya personel
yang menjadi dewan komisaris dapat
berakibat pada makin buruknya kinerja
yang dimiliki perusahaan (Yermack 1996,
Eisenberg, Sundgren, dan Wells 1998, dan
Jensen 1993 dalam Nasution dan Setiawan,
2007). Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan adanya agency problems yaitu
dengan makin banyaknya anggota dewan
komisaris maka badan ini akan mengalami

kesulitan dalam menjalankan perannya,
diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoor-dinir kerja anggota
dewan, dalam mengawasi dan mengendalikan manajemen, dalam mengambil
keputusan yang berguna bagi perusahaan.
Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap manajemen
laba.Semakin besar ukuran dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan.
Kualitas Auditordan Manajemen Laba

Fama dan Jensen (1983) dalam
Ujiyantho dan Pramuka (2007), menyata-

Audit merupakan proses untuk
mengurangi ketidakselarasan informasi
71 

 

JRAK, Volume 8, No.1 Februari 2012

 
 

yang terdapat antara manajer dan para
pemegang saham dengan menggunakan
pihak luar untuk memberikan pengesahan
terhadap laporan keuangan. Para pengguna
laporan keuangan terutama para pemegang
saham akan mengambil keputusan
berdasarkan laporan yang telah dibuat oleh
auditor mengenai laporan keuangan suatu
perusahaan. Hal ini berarti auditor
mempunyai peranan penting dalam
pengesahan laporan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu kualitas audit merupakan
hal penting yang harus diperhatikan para
auditor dalam proses pengauditan.
Kualitas audior bukanlah sesuatu
yang dapat diamati langsung. Persepsi
terhadap kualitas audit selalu berkaitan
dengan nama auditor. Dalam hal ini
reputasi perusahaan merupakan gambaran
yang paling penting. Baik secara teori
ataupun empiris, kualitas seringkali diukur
dengan menggunakan ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP). Reputasiauditor
yang baik merupakan salah satu faktor
yang dapat mengurangiterjadinya tindakan
manajemen laba, oleh karena dengan
adanya auditor yangmempunyai reputasi
kurang baik maka manajer berpeluang
untuk melakukan manajemen laba. Pengauditan merupakan mekanisme kontrol
yang bernilai dalam mengendalikan kebijakan manajerial perusahaan, maka nilai ini
diharapkan bervariasi dengan kualitas
Kantor Akuntan Publik (KAP). Proxy yang
paling sering digunakan untuk kualitas
audit adalah variabel dummy untuk
anggota KAP Big Four dan Non Big Four.
Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses
pengambilan langkah yang disengaja
dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik di dalammaupun di luar
batas General Accepted Accounting Principle (GAAP). Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keua72 
 

ngan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Pengertian manajemen laba oleh Merchan
(1989) dan Rockness (1994) dalam
Belkaoui et al., (2007) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempe-ngaruhi
laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntu-ngan
ekonomis (economic advantage) yang
sesungguhnya tidak dialami perusahaan.
Dalam jangka panjang tindakan tersebut
bisa merugikan perusahaan.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Xie, Davidson, dan Dadalt (2003)
dalam Cornett et al., (2006), meneliti
efektifitas komite audit dalam mengurangi
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Penelitian ini memberikan
kesimpulan komite audit yang berasal dari
luar mampu melindungi kepentingan
pemegang saham dari tindakan manajemen
laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Gidion dan Budiono (2005), menemukan hasil penelitian bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Cornett et al., (2006)
meneliti hubungan antara keahlian komite
audit di bidang keuangan dan manajemen
laba dan menyimpulkan bahwa keahlian
komite audit independen di bidang keuangan terbukti mengurangi manajemen laba.
Ujiyantho dan Pramuka (2007),
meneliti pengaruh kepemilikan institusional, manajerial, dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris terhadap earnings management dan hasilnya semua variable yang
diteliti berpengaruh terhadap manajemenl
aba. Penelitian Nasution dan Setiawan
(2007), memberikan hasil bahwa dewan
komisaris, ukuran dewan dan komite audit
berpengaruh terhadap manajemen laba di
industri perbankan Indonesia. Penelitian
Herawaty (2008), memberikan hasil bahwa
kepemilikan
institusional,
komisaris

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP…………………..………………..…… (Umi Murtini dan Rizal Mansyur)

 

independen dan kualitas audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
FCGI mendefinisikan corporate
governance sebagai seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
kreditur, pemerintah, karyawan, serta
pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976), dalam Cornett et al.,
(2006) menyatakan untuk meminimalkan
konflik
keagenan
dengan
cara
meningkatkan kepemilikan manajerial di
dalam perusahaan, sehingga permasalahan
keagenan diasumsikan akan berkurang
apabila manajer sekaligus sebagai pemilik.
Kepemilikan manajerial terhadap saham
perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer.
Gidion dan Boediono (2005)
berpendapat bahwa melalui mekanisme
kepemilikan
institusional,
efektivitas
pengelolaan sumber daya perusahaan oleh
manajemen dapat diketahui dari informasi
yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas
pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga
mengurangi tindakan manajemen melakukan
earnings
management.
Dasar
argumentasi ini adalah semakin besar
tingkat kepemilikan oleh institusi, maka
semakin efektif pula mekanisme kontrol
terhadap kinerja manajemen. Berdasar
argumentasi di atas maka disusun hipotesis
penelitian:
H1:
Kepemilikan manajerial, institusional, komisaris independen,kualitas
auditor
dan
ukuran
dewan
komisaris berpengaruh terhadap
earning management.

METODA PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan go public di Indonesia.
Metoda sampling yang digunakanadalah
purposive sampling dengan criteria:
bukanperusahaankeuangan
(perbankan,
asuransi, investasi dan sekuritas) yang
memiliki data kepemilikan manajerial,
kepemilikan
institusional,
komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, dan
kualitas auditor pada tahun 2004 sampai
dengan 2007.
Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah earnings management. Earnings
managementmerupakan intervensi manajer
dengan maksud tertentu terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper,
1989). Penggunaan discretionary accruals
sebagai proksi manajemen laba dihitung
dengan menggunakan Modified Jones
Model(Model Jones yang dimodifikasi).
Earnings management dicari dengan
menggunakan persamaan berikut:
TCA = NI - CFO
Keterangan:
TCA adalah Total Current Accruals; NI
adalah Net Income; CFOadalah Cash
Flow Operation
Model 1: TCAt / At-1 = α1 (1 / At-1) + α2[ ∆REVt
- ∆RECt ) / At-1] + α3 (PPEt / At-1) + Et

Keterangan: TCA adalah Total Current
Accruals; At-1 adalah Total Aktiva pada
tahun ke t-1; ∆REVt adalah
Perubahan
pendapatan pada tahun ke t; ∆RECt adalah
Perubahan piutang Bersih pada tahun ke t;
PPEt adalah Aktiva Tetap pada tahun ke
t; Et adalah error; α1, α2, α3 adalah koefisien
setiap variabel;

73 
 

JRAK, Volume 8, No.1 Februari 2012

 
 

Setelah mendapat nilai koefisien α1,
α2 danα3yang signifikan, maka data
tersebut dipakai untuk menghitung NDA
dengan cara memasukkan nilai koefisien
pada persamaan NDA berikut ini:
NDAt = α1 (1 / At - 1 ) + α2 [ (∆REVt - ∆RECt) /
At – 1] + α3 (PPEt / At – 1)

Setelah mengetahui nilai dari NDA,
maka dilakukan perhitungan DAt dengan
persamaan berikut :
DAt = (TCAt - NDAt) / At
Keterangan:
TCA = Total Current Accruals; NDAt
adalah Non-Discretionary Accruals (akrual
bukan pilihan ditahun
t
disimbolkan
dengan aktiva total keseluruhan); DA
adalah Discretionary Accruals; ∆REVt=
Perubahan pendapatan pada tahun ke t;
∆RECt adalah perubahan piutang bersih
pada tahun ke t; PPEt adalah aktiva tetap
pada tahun ke t; Ata adalah total aktiva
pada tahun ke t; α1, α2, α3 adalah koefisien
setiap variabel
Rumus untuk mendapatkan ∆REVt dan
∆RECt :
∆REVt = REVt - REVt-1
∆RECt = RECt - RECt-1 
Untuk mendeteksi adanya Earnings
Management / Manajemen Laba dapat
dilihat dari nilai DA (Discretoinary
Accrual). Jika DA ≠ 0 maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut melakukan Earnings Management / Manajemen
Laba.
Kepemilikan
manajerial
adalah
jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005).
Indikator yang digunakan untuk mengukur
kepemilikan manajerial adalah persentase
jumlah saham yang dimiliki pihak
74 
 

manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang beredar.
Kepemilikan Institusional merupakan
kepemilikan saham yang dimiliki oleh
institusi atau perusahaan. Dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan indikator
persentase jumlah saham yang dimiliki
institusi dari seluruh modal saham yang
beredar.
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan
bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan
(Komite Nasional Kebijakan Governance,
2004). Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator
persentase anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan dari seluruh
anggota dewan komisaris perusahaan.
Ukuran dewan komisaris adalah
jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Ukuran dewan komisaris diukur
dengan menggunakan indikator jumlah
anggota dewan komisaris dan dewan
direksi suatu perusahaan.
Kualitasauditor merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangiterjadinya
tindakan manajemen laba. Perusahaan
yang menggunakan KAP Big Four di
proxy dengan angka 1 dan yang tidak
termasuk Big Four dengan angka 0.
KAPBig Four adalah auditor internasional
terbesar yang menangani jasa audit bagi
perusahaan
publik
serta
beberapa
perusahaan swasta. Di Indonesia terdapat
empat auditor besar, semua adalah afiliasi
dari the Big Four: KAP Purwantono,
Sarwoko, Sandjaja - afiliasi dari Ernst &
Young; KAP Osman Bing Satrio –afiliasi
dari Deloitte Touche Tohmatsu (DTT);
KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja - afiliasi
dari KPMG. KAP Haryanto Sahari afiliasi dari PwC.

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP…………………..………………..…… (Umi Murtini dan Rizal Mansyur)

 

regression) dengan pooled. Persamaan
regresibeganda yang digunakan:

Model Empiris
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple

EM = α + βCG + e .
EM = α + β1MGR + β2INST + β3BOARDINDP + β4BOARDSIZE + β5KA+e...
Keterangan:
EM adalah earnings management; MGR
adalah kepemilikan manajerial; INST
adalah
kepemilikan
institusional;
BOARDINDP
adalah
komisaris
independen; BOARDSIZE adalah ukuran
dewan komisaris; KA adalah
komite

(1)
(2)

audit; α adalah konstanta; β1 – β5 adalah
koefisien regresi; e adalah error term
HASIL ANALISIS
Dengan
menggunakanuji
WLS
(Weighted Least Square) maka diperoleh
hasil seperti pada table 1 di bawah ini

Tabel 1
HasilUji WLS (Weight Least Square)
Variabel

Coefficients

t hitung

Prob-sig

-.020
.000
-.011
.007
-.024

-2.704***
-.719
-7.526***
3.616***
-.934

.007
.473
.000
.000
.351

Kepemilikan Managerial
KepemilikanInstitusional
DewanKomisarisIndependen
UkuranDewanKomisaris
Kualitas Auditor
Keterangan : *** sig pada α 1 %

Berdasarkan tabel 1, disimpulkan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negative, dewan komisaris independen
berpengaruh negatif, sedang ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap
earning
management.
Kepemilikan
institusional dan kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap earning management.
PEMBAHASAN
Kepemilikan Manajerial berpengaruh
negatif terhadap earnings management.
Semakin
bertambah
kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka akan
semakin mengurangi terjadinya earning
management dalam perusahaan. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya Ujiyantho dan Pramuka
(2007) dan Cornett et al., (2006). Hasil ini
menujukan bahwa kepemilikan manajerial
mampu menjadi mekanisme corporate
governance yang dapat mengurangi
ketidak selarasan kepentingan antara
manajemen dengan pemilik atau pemegang
saham.
Kepemilikan
Institusional
tidak
berpengaruh terhadap earnings management. Hasil penelitian ini tidak
mendukung peneliti lain yang dikutip oleh
Ujiyantho dan Pramuka (2007) yaitu
penelitian Jensen dan Meckling (1976),
Morck et al., (1988) dan Pranata dan
Mas’ud (2003) yang menemukan adanya
pengaruh negatif (dalam Ujiyantho dan
75 

 

JRAK, Volume 8, No.1 Februari 2012

 
 

Pramuka (2007)). Berapapun saham yang
dimiliki oleh insitusi tidak mempengaruhi
besarkecilnya earning manajemen yang
dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pandangan atau konsep
yang mengatakan bahwa institusional
adalah pemilik yang lebih memfokuskan
pada current earnings (Porter, 1992 dalam
Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Akibatnya
manajer terpaksa untuk melakukan
tindakan yang dapat meningkatkan laba
jangka
pendek,
misalnya
dengan
melakukan manipulasi laba. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cornett
et al., (2006) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional akan membuat
manajer merasa terikat untuk memenuhi
target laba dari para investor, sehingga
mereka akan tetap cenderung terlibat
dalam tindakan manipulasi laba.
Komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap earnings management.
Hasil ini tidak mendukung penelitian
Ujiyantho dan Pramuka (2007), namun
mendukung penelitian Dechow, Patricia,
Sloan dan Sweeney (1996), Klein (2002),
Peasnell, Pope dan Young (2001),
Chtourou et al. (2001) dan Xie, Biao,
Wallace dan Peter (2003), seperti dikutip
oleh Cornett et al., (2006) yang
memberikan simpulan bahwa perusahaan
yang memiliki proporsi anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan earnings management. Jika
anggota dewan komisaris dari luar
meningkatkan
tindakan
pengawasan,
menyebabkan semakin rendah penggunaan
earnings management (Cornett et al.,
2006).
Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap earnings management.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Dechow et al.,(1996), Klein (2002),
Chtourou et al., (2001), Xie et al., (2003),
dalam Cornett et al., (2006). Jensen (1993)
dan Lipton dan Lorsch (1992), seperti
kutipan dalam Ujiyantho dan Pramuka
76 
 

(2007) menyimpulkan bahwa ukuran
dewan komisaris merupakan bagian dari
mekanisme corporate governance. Penelitian yang dilakukan Yermack (1996),
Beaslley (1996) dan Jensen (1993) dalam
Bernhart dan Rosenstein (1998) menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang
berukuran kecil akan lebih efektif dalam
melakukan tindakan pengawasan dibandingkan dewan komisaris berukuran besar.
Ukuran dewan komisaris yang besar
dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan.
Kualitas Auditor tidak berpengaruh
terhadap earnings management. Penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Herawaty (2008) yaitu kualitas
auditordapat meminimumkan manajemen
laba pada perusahan. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini berupa kesimpulan
bahwa kualitas auditor yang berasal dari
KAPbelum mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Dari sini dapat terlihat bahwa
kualitas auditor yang berasal dari KAP Big
Four yang ada di perusahaan sampel
diduga kurang menjalankan tugas dengan
semestinya dalam melakukan pengawasan
terhadap perusahaan dengan menjunjung
prinsip corporate governance, transparansi, keadilan, akuntabilitas, tanggung jawab,
dan independensi (FCGI). Artinya kualitas
audit yang termasuk dalam Big Four
maupun dari auditor internal perusahaan
tidak mampu mengurangi tindakan
earnings managementyang terjadi di
perusahaan.
SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasar analisis maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan GCG dengan
mengijinkan manajemen untuk memiliki
saham lebih banyak sudah tercapai. Karena

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP…………………..………………..…… (Umi Murtini dan Rizal Mansyur)

 

dengan semakin banyak saham yang
dimiliki oleh manajemen akan mengurangi
earnings management. Demikiam pula
dengan komisaris independen, apabila
perusahaan memiliki semakin banyak
dewan komisaris independen maka usaha
earnings management yang dilakukan
manager dapat diminimalisasi. Sedangkan
ukuran dewan komisaris yang semakin
besar akan menyebabkan manajemen lebih
leluasa melakukan earnings management,
karena dewan komisaris menjadi sulit
efektif dalam bekerja. Untuk mengurangi
praktek earnings management disarankan
perusahaan memiliki jumlah dewan
komisaris yang lebih sedikit dan memperbanyak dewan komisaris independen.
Kualitas auditor yang masuk dalam
Big Four, belum dapat melindungi pihak
pemakai laporan keuangan dari tindakan
earnings
management.
Kepemilikan
institusional juga tidak dapat melindungi
pemakai laporan keuangan terhadap
tindakan earnings management, karena
mereka lebih mengutamakan kepentingan
jangka pendek, yaitu mendapatkan
keuntungan.
Penelitian ini tidak memasukkan
unsuk kepemilikan keluarga dan kepemilikan public. Untuk penelitian selanjutnya
dapat memasukkan unsure kepemilikan
keluarga dan public, supaya dapat melengkapi kesimpulan yang telah diperoleh dari
penelitian ini.

DAFTAR REFERENSI
Belkaoui, Ahmed, Riahi. 2007. Accounting
Theory. 5th Edition. Jakarta: Salemba
Empat.
Bernhart, S.W. and Rosenstein S. 1998.
“Board Composition Managerial
Ownership and Firm Performance:
An Empirical Analysis”. Financial
Review, 33:1-16.

Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi
Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance
dan
Dampak
Manajemen
Laba
Dengan
Menggunakan
Analisis
Jalur.
Prosiding, Simposium Nasional
Akuntansi VIII, September 2005,
Solo.
Cornett M.M., Marcuss JJ., Saunders, and
Tehranian H. 2006. Earnings
Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.
http://papers.ssrn.com.
Forum for Corporate Governance in
Indonesia. 2002. The Essense of
Good
Corporate
Governance.
Jakarta: YPPMI Institute.
Gumanti, T. 2000. Earnings Management:
Suatu
Telaah
Pustaka.Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 2 (2).
http://puslit.petra.ac.id.
Herawaty, V. 2008. “Peran Praktek
Corporate
Governance
Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh
Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan”.Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 10 (2).
Ujiyantho, A dan Pramuka, B. S.. 2007.
Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba Dan Kinerja
Keuangan.Prosiding,
Simposium
Nasional Akuntansi X, Juli 2007,
Makassar.
Nasution, M dan Setiawan, D. 2007.
Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manaemen Laba Di
Industri
Perbankan
Indonesia.
Prosiding, Simposium Nasional
Akuntansi X, Juli 2007, Makassar.
Siallagan, H. 2007. “Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap
77 

 

JRAK, Volume 8, No.1 Februari 2012

 
 

Kualitas Laba”. Jurnal Widya
Manajemen & Akuntansi, 7 (1).
Tjager, Ny. I., Alijoyo, A. F., Djemat, H.
R. dan Soembodo, B. 2003.

78 
 

Corporate Governance: Tantangan
dan Kesempatan Bagi Komunitas
Bisnis Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar
Mandiriabadi.