KONSTRUKSI RETORIKA POLITIK ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA Drs. RIJAL SIRAIT PADA PEMILU DPD TAHUN 2014

KONSTRUKSI RETORIKA POLITIK
ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA
Drs. RIJAL SIRAIT PADA PEMILU
DPD TAHUN 2014
Alfi Syahri
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara Jalan Dr. Sofyan No 1
Email:alfi_syahri15@yahoo.com
Abstract
The research aimed to be achieved is to get the effect of the use of Islamic symbols in the
DPD election in 2014 in North Sumatra. The theories that are used as guidelines in this
thesis is to use an interpretive paradigm, consisting of theory phenomenology,
hermeneutics theory, symbolic interactionism theory, political communication as a
communication persuasion propaganda, advertising and rhetoric. Research data
collection techniques using observation techniques and in-depth interviews with the
analysis of data using an interactive model of Miles and Huberman through data
collection, data reduction and conclusion (verification). The results showed that the
symbol of Islam through the use of white lobe and white koko for prospective DPD No. 20
in the perspective of political communication is communication success. Able to penetrate
the complexity of communication that is not singular. North Sumatra community
participation on 9 April 2014 DPD election to the White Lobe is inseparable from Islamic
symbolism displayed. North Sumatra public recruitment techniques in the last election by

the candidate DPD DPD No. 20 of the White Lobe, the part that can not be separated
from the political persuasive communication messages rhetoric.
Keywords: Political Persuasion, DPD RI Rijal Sirait.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efek penggunaan simbol Islam dalam Pemilu
DPD 2014 di Sumatera Utara. Teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam
penulisan tesis ini menggunakan paradigma interpretif, terdiri dari teori fenomenologi,
teori hermeneutika, teori interaksionisme simbolis, komunikasi politik sebagai
komunikasi persuasi retorika. Informan penelitian dibedakan menjadi tiga kategori, yakni
informan kunci 1 orang, informan utama 4 orang, dan informan tambahan 3 orang.
Teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan
wawancara mendalam dengan analisis data menggunakan model interaktif Miles dan
Huberman melalui kegiatan pengumpulan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan
(verifikasi). Hasil penelitian: simbol Islam melalui penggunaan lobe putih dan baju koko
putih bagi calon DPD RI No. 20 dalam perspektif komunikasi politik merupakan
keberhasilan komunikasi. Mampu menembus rumitnya komunikasi. Partisipasi
masyarakat Sumatera Utara pada Pemilu DPD 9 April 2014 terhadap si Lobe Putih tidak
terlepas dari simbolisasi Islami yang ditampilkan. Teknik perekrutan masyarakat

72


Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........73

Sumatera Utara pada Pemilu DPD lalu oleh calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih, tidak
dapat dipisahkan dari komunikasi persuasif politik pada pesan-pesan retorika.
Kata kunci: Persuasi Politik, DPD RI Rijal Sirait.

luar organisasi politik akibat dari

Pendahuluan
Masyarakat
disenangkan

calon

dengan

pemilih

penampilan


sirkus,

dipertontonkan

mereka

melalui

kepada

kontestasi

politik.

Relasi

antara

politik, pribadi dan Tuhan menjadi

standar

perilaku

politik

dalam

cara

kontestasi politik. Inilah sikap yang

kandidat, mulai dari kemampuan

selalu diminta dalam setiap konteks

orasi, pemaaf, rendah hati, hingga

kontestasi


menjadi

pun,

menang

layaknya dipertontonkan di ruang

diusung

publik. Pesan disampaikan dalam

Pemilihan Umum (Pemilu) baik di

komunikasi persuasi diidentifikasi di

tingkat nasional, dan di daerah.

dalam


beragam

kondektur

proses

sekali

persuader

(ahli

dengan
dan

jargon

“siap

kalah”


yang

siap

oleh

penyelenggaran

Pendekatan

sistem

politik

dipersuasi

diwakili oleh penelitian dilakukan

(anggota kelompok, perseorangan,


Indrayani (2009), yang disebutkan

atau

Perilaku

sebagai era opini publik menandai

ditunjukkan para politisi itu bukan

politik Indonesia kontemporer. Opini

sungguhan, hanya sebuah suguhan,

publik menggiring peranan media

akan

dalam kaitannya dengan pencitraan


retorika)

dan

yang

kolaborator).

tetapi

masyarakat

senang

dengan hal seperti itu.

kandidat politik.

Pengaruh media


Kepercayaan tentang sistem

atas opini publik menjadi semakin

politik stabil menjadi kontradiktif

pelik ketika industri media terkait

ketika dikaitkan dengan kekuasaan,

dengan lingkaran kekuasan serta

karena sesungguhnya kekuasan yang

pemilik

dicari bahkan diperebutkan dengan

industri


memperoleh suara terbanyak dalam

melanggengkan

kontestasi politik tidak akan pernah

Sebagai image making machine,

stabil, akan terjadi terus konflik di

media berkolaborasi untuk mencetak

dalam organisasi politik dan juga di

kandidat politik sebagai komoditas.

modal.

Sebagai

budaya,
fenomena

sebuah
media
hype.

74 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
Arendt mengkritik kecenderungan

merupakan dasar sangat penting bagi

zaman

tidak

pemilih rasional dalam menentukan

memisahkan ruang publik dan ruang

pilihannya, termasuk apakah akan

privat. Pembedaan kerja dan karya

tetap mempertahankan wakil yang

dipertahankan

dipilih

modern

yang

oleh

hanya

sebelumnya

sebagai

pembedaan lingkup ekonomi-sosial

penghargaan atas kinerja politik yang

dan lingkup politik (Haryatmoko,

ditunjukkan

2014: 182).

hukuman berupa cabutan dukungan

atau

memberikan

menjadi

terhadap mereka yang selama ini

pasar, politikus dianggap pengusaha

dipercayakan menjadi wakil mereka.

dan pasar adalah politik, sedangkan

Ketersediaan informasi yang cukup

pemilih adalah konsumen. Semua

akan memberikan alternatif pilihan

tindakan politikus dinilai sebagai

kandidat dari partai yang selama ini

pilihan rasional dikur dari ongkos

dibela untuk menjadi wakil atau ada

atau

yang lain dari partai berbeda akan

Politik

biaya

direduksi

dan

keuntungannya.

Semua yang dilakukan politikus

tetapi sesuai dengan pilihan mereka.
Pemilih

dinilai sebagai bentuk investasi untuk

tidak

semuanya

memenangkan pasar, investasi, entah

rasional, masih terdapat pemilih-

waktu,

dan

pemilih karena keterkaitan dogmatis

konsultasi. Semua ada biaya, entah

ideologis dan kultural yang kuat. Di

keuangan, biaya psikologis, atau

kalangan pemilih demikian, terdapat

biaya politik.

pandangan “baik atau tidak, benar

tempat, komunikasi,

Masalah akuntabilitas wakil

atau salah”, yang penting memilih

rakyat menjadi masalah cukup serius,

partainya sendiri. Bahkan belakangan

tidak berdiri sendiri yang berkenaan

ini muncul pemilih rasional-material,

dengan diri, masyarakat, dan sikap

tentang materi apa yang akan ia

ketika dikaitkan dengan konstituen.

terima dari para kandidat yang

Realitas bahwa para pemilih tidak

memunculkan istilah-istilah lazim

sepenuhnya memiliki informasi yang

seperti wani piro, ambil duitnya

cukup terhadap wakilnya. Padahal,

jangan

penguasaan informasi yang cukup

semuanya merupakan kondisi politik

pilih

orangnya,

yang

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........75

di dalam masyarakat dalam diri

persuasi.

Tujuan

sadar

yang

individu dan kelompok.

ditunjukkan oleh para politisi atau
memberikan

bahkan calon politisi yang secara

suaranya kepada kandidat pilihan,

sadar dilakukan menjadi indikator

hadiah (reward) oleh pemilih untuk

persuasi, yang menjadi ciri khas

mewakili

pembeda antar satu pribadi dengan

Masyarakat

mereka

memberikan

suara

dengan

di

Pemilihan

lainnya.
Persuasi sebagai satu teknik

Umum (Pemilu). Hadiah (reward)
persuasi,

memperkenalkan diri secara terbuka

sebagai satu proses di dalamnya baik

kepada calon pemilih mengharuskan

persuader (calon politisi) maupun

pembentukan opini publik positif

yang

sama-sama

dari citra diri kandidat terlebih

responsif, bukan reaktif terhadap satu

dahulu. Hingga hubungan antara

sama lain. Perilaku yang terbangun

calon

antara persuader dengan khalayak

menunjukkan proses dua arah, timbal

calon

konstruktif,

balik, di mana politisi sebagai aktor

dipikirkan,

politik

dilihat

dari

perspektif

dipersuasi

pemilih

interpretatif,

itu
dan

wakil

dan

terwakil

harus

itu

menyesuaikan

membuktikan bahwa pemilih dan

imbauannya dengan titik pandangan

calon pemilih tidak pasif dan tidak

pendengar

bukan

memilih

memikirkan

mereka
informasi

akan
yang

siapa

tetapi

calon

terkadang

mereka

peroleh

mereka

karena,
komunikasi

“khalayak
yang

dianggap

menyenangkan”

(Nimmo,

oleh
paling
1989:

sebagai pemberitahuan dari masing-

168). Kapasitas politisi atau calon

masing kandidat tidak sepenuhnya

politisi

benar. Dalam terminologi persuasi,

mengharuskan mereka kreatif dan

setiap jenis persuasi adalah tindakan,

dinamis,

bukan

dalam

subjektif mereka sendiri. Sebagai

Nimmo, 1989: 162). Sebagai sebuah

makhluk sosial, kesadaran kehidupan

tindakan,

merupakan

sehari-hari adalah sebuah kesadaran

pemilihan cara menanggapi, cara

sosial yang menempatkan setiap diri

yang dinamis berdasarkan tujuan

individu

gerakan

(Burke

persuasi

sebagai

aktor

berdasarkan

(aktor

politik)

politik

orientasi

sebagai

76 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
penanaman

kesadaran

diciptakan

dan

dengan

diri

yang

dikomunikasikan

pandangan satu sama lain melalui
tindakan timbal balik satu sama lain.
Pada penelitian ini, penulis

kelompok-kelompok

ingin melihat tentang komunikasi

individu.
komunikasi

persuasi oleh Calon DPD Provinsi

persuasi sebagai pilihan komunikasi

Sumatera Utara pada Pemilu DPD 9-

yang menyenangkan bagi khalayak

April-2014, Drs. H. Rijal Sirat, yang

menunjukkan suatu strategi, cara

berani

tertentu dimainkan calon politisi

muslim dengan menggunakan lobe

sebagai

Penggunaan

menampilkan

citra

diri

politik

tentang

putih dan baju koko putih khas, yang

seharusnya

pesan

berbeda dengan calon lainnya secara

dikemas dan disampaikan kepada

simbolis menggunakan kopiah hitam

calon

berbeda

dan jas menggambarkan perspektif

menyenangkan satu individu dengan

berbeda kepada para pemilih dengan

individu lain, satu kelompok dengan

identitas nasionalis. Keberanian si

kelompok

satu

Lobe Putih menggunakan simbolisasi

kerumunan massa dengan massa

Islami pada dirinya di Pemilu DPD

lainnya menjadi strategi politik para

2014 awalnya dinilai tidak efektif.

aktor bahkan aktris politik. Inilah

Perkiraan

yang

tindakan

jam’iyatul Washliyah yang secara

rasional dan irasional pemilih yang

historis setelah tahun 1999 pada

menempatkan

menjadi

Pemilu DPD di Sumatera Utara

individu atau kelompok yang bisa

belum mampu melahirkan kembali

didekati melalui teknik komunikasi

figur layaknya Almarhum Abdul

persuasif

Halim Harahap, sosok ulama yang

aktor

bagaimana

pemilih.

Cara

lainnya,

disebut

dan

sebagai

mereka

dengan

menggunakan

lain

organisasi

Al-

diterima luas di kalangan kader dan

retorika.
disertai

masyarakat luas di Sumatera Utara

dengan retorika, sebagai komunikasi

dengan perolehan suara mencapai

satu kepada satu, yang terjadi secara

800 ribu suara. Sosok Rijal Sirait,

dua arah, masing-masing dengan

bukan tokoh sekelas Abdul Halim

sadar

Harahap. Berani melanggar aturan

Persuasi

untuk

politik

mempengaruhi

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........77

umum yang berlaku dari perspektif

mengantarkannya

kontestasi partai politik sejak Pemilu

rakyat tahun 1999-2004, kemudian

1999, 2004, 2009 perolehan suara

Kota Siantar, Kabupaten Simalungun

partai-partai

dengan

tahun 2009-2009, dan Kota Medan

simbolisasi Islam menurun drastis,

tahun 2009-2014, putra daerah Kota

seperti yang dialami pada tahun 1999

Tanjung

perolehan suara gabungan partai-

Asahan. Jargon Islami, dan tidak

partai

transaksional yang selama Pemilu

Islam

Islam

(PPP,

PKS,

PBB,

menjadi

Balai

dan

wakil

Kabupaten

PKNU) mencapai 36,8%, tahun 2004

DPD

sebanyak 38,1 dan tahun 2009

keinginan

sebanyak 29%, dibandingkan dengan

tentang transaksi uang di dalam

Pemilu tahun 1955 perolehan suara

kampanye dengan berbagai alasan

gabungan

Islam

transaksional pemilih dengan calon

(Masyumi, NU, PSII, dan Perti) di

politisi, tidak lagi mengedepankan

atas 43,7%. Satu hal yang diyakini

keterkaitan

sejak awal oleh kader Alwashliyah

Menghadapi

ini bahwa pemilih Islam di Sumatera

tentang pemilih rasional dan irasional

Utara tidak memilih organisasinya

di

semata,

dukungan

partai-partai

tetapi

tetap

digunakan

menentang

umum

(fenemologi)

internal

dogmatis

ideologis.

benturan

kultural

organisasi. Bermodal
organisatoris

dari

Al-

memperhitungkan siapa calon yang

Washliyah Provinsi Sumatera Utara

diajukan organisasi, dikenal atau

dengan mencalonkan diri menjadi

tidak.

calon

anggota

DPD

RI

daerah

Idealisme diri berdasarkan

Sumatera Utara dan terpilih dengan

pengalaman yang dilakukan selama

perolehan suara 445.059 suara dari

menjadi Anggota DPRD dari PPP

total suara terkumpul 1.937.775,

Provinsi Sumatera Utara menjadikan

Lobe Putih berhasil memperoleh

si Lobe Putih cukup dikenal luas

total suara pemilih 22,96% dari

terutama di Kabupaten Labuhan Batu

seluruh total pemilih di Sumatera

Induk, Kabupaten Labuhan Batu

Utara, peringkat ke 2 setelah Prof.

Utara, Kabupaten Labuhan Batu

Darmayanti Lubis.

Selatan

daerah

pemilihan

yang

78 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
Metode Penelitian

Sumatera Utara, dan penggunaan

Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan strategi

iklan serta retorika untuk masyarakat
di luar kedua organisasi tersebut.

fenomenologi. Metodologi kualitatif
peneliti gunakan sebagai prosedur

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

penelitian untuk menghasilkan data

Retorika

dalam

persuasi

tentang komunikasi politik yang

politik merupakan komunikasi dua

dinamis, menggunakan pertanyaan-

arah, satu kepada satu, dalam arti

pertanyaan

bahwa

terbuka,

melalui

satu

atau

lebih

orang

pengumpulan data-data wawancara

(seseorang

dan observasi, menggunakan analisis

beberapa orang maupun seseorang

tekstual,

dengan

berbicara kepada orang lain) masing-

menggunakan interpretasi peneliti.

masing berusaha dengan sadar untuk

Komunikasi persuasi politik yang

mempengaruhi

dianalisis, teknik retorika politik

melalui tindakan timbal balik satu

yang dilakukan oleh calon DPD

sama lain. Penempatan diri pada

Provinsi Sumatera Utara Rijal Sirait

masing-masing

pada Pemilu DPD 9 Apil 2014.

berkomunikasi menempatkan dialog

dan

Aspek

analisis

kajian

berbicara

satu

kepada

sama

pihak

lain

yang

peneliti

sebagai demokrasi kata, masing-

berkenaan

dengan

pendalaman

masing pihak coba mamahami dan

terhadap

bentuk

partisipasi

ingin dipahami. Dalam arti luas,

masyarakat dari komunikasi politik

retorika

membangun citra diri yang dilakukan

mempelajari

oleh si Lobe Putih sebagai subjek

komposisi kata-kata agar timbul

penelitian

yang

kesan yang dikehendaki pada diri

pendekatan

komunikasi

berbeda,

yakni

propaganda

bagi

Jam’iyatul

Washliyah

menggunakan

cara

yang

mengatur

khalayak”. Rakhmat, mengemukakan

penggunaan

arti retorika secara sempit, yakni:

kader

(PPP)

“ilmu

persuasi

Al-

“ilmu yang mempelajari prinsip-

Provinsi

prinsip persiapan, penyusunan, dan

di

Sumatera Utara dan Partai Persatuan
Pembangunan

berarti:

Provinsi

penyampaian

pidato

sehingga

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........79

tercapai tujuan yang dikehendaki”

memberikan

(Sobur, 2014: 692).

penguasaan masalah sosial dan tema-

Retorika
dipandang

secara

sebagai

ilmiah

ilmu

yang

nilai

kemampuan

tema lainnya yang diusung melalui
pidato.

Bagaimana

yakinnya

memelajari proses pernyataan antar

masyarakat terhadap satu kandidat

manusia.

politisi

Meminjam

pengertian

tertentu

yang

mampu

retorika yang dikemukakan oleh

membangun masa depan bersama,

Socrates (469-432 SM), adalah: demi

masa untuk bertindak nyata melalui

kebenaran dengan dialog sebagai

kekuatan pidato yang disampaikan.

tekniknya. Alasan ini dimunculkan

Melalui retorika persuader dan yang

Socrates

diri

dipersuasi saling bekerja sama dalam

tentang kebenaran timbul dengan

merumuskan kepercayaan, nilai, dan

sendrinya melalui dialog.

pengharapan

karena

keyakinan

Artinya, retorika merupakan
komunikasi dua arah, satu kepada

mereka,

sebagai

substansi perasaan, konsep, citra,
gagasan, dan sikap yang sama.
Secara

satu bahwa satu atau lebih orang

lugas ini

menjadi

masing-masing secara sadar berusaha

pemahaman disiplin ilmu tentang

mempengaruhi

domain terpenting dari persoalan

satu

pandangan

dengan lainnya. Akan tetapi perlu

komunikasi

diingat persuasi timbal balik dalam

adalah

pesan, tidak perlu dibatasi pada

Zulkarimein

orang-orang

memberi contoh lintas disiplin ilmu

yang

turut

dalam

politik

studi

di

antaranya

pemberian

suara.

Nasution

(1990)

di

dalam

pembentukan

televisi misalnya, penonton dapat

politik

yakni:

melihat dan merasakan pengaruh dari

sosiologi mendorong minat tentang

retorika politik yang disuguhkan

linguistik dan simbolisme serta telah

kepada mereka. Dengan mengingat

menumbuhkan studi-studi mengenai

sifat

bahasa

perdebatan,

bila

ditayangkan

transaksional

mengatakan

bahwa

ini,

saya
retorika

psikologi

komunikasi

“Antropologi

politik;
sosial

psikologi

dan

dan

membangkitkan

digunakan sebagai kemampun setiap

minat tentang aspek-aspek subjektf

diri dalam kontestasi politik untuk

komunikasi, studi perubahan sikap

80 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
mental dan belajar, efek dari daya

tindakan timbal balik satu sama lain.

tarik politik yang bermedia, serta

Dengan

sosialisasi

transaksional ini, kita katakan bahwa

politik;

komunikasi

sedangkan

wicara

(speech
telah

communication)

mengingat

retorika

adalah:

lambang

untuk

sifat

“penggunaan
mengidentifikasi

menyumbangkan analisis historis,

pembicara dengan (para) pendengar

kritikal, dan kuantitatif mengenai

melalui pidato” (Nimmo, 1989: 155).

pesan-pesan

Retorika dalam arti luas, ilmu yang

dan

penerimaannya.

Ilmuwan politik melaksanakan studi-

mempelajari

studi tentang voting yang sejak lama

komposisi kata-kata agar timbul

membentuk

konsep

mengenai

kesan yang dikehendaki pada diri

komunikasi

dalam

kampanye

khalayak (Sobur, 2014: 692).

pemilihan

umum,

sedangkan

komunikasi

massa

menyelidiki

penggunaan

teknologi

meyakinkan

dampak

perubahan

cara

mengatur

Retorika

merupakan
bahasa

atau

untuk

mempengaruhi

komunikasi dalam kehidupan sosial

orang lain, dan bahasa merupakan

yang

perhatian

hasil dari praktik ini. Tujuan retorika

mengenai peran komunikasi massa

dalam persuasi politik adalah untuk

dalam mengubah sistem politik”

membantu kandidat tertentu yang

(Nasution, 1990: 36).

dipersuasi dalam membangun citra

menunjukkan

Propaganda dan periklanan

tentang masa depan, masa untuk

melibatkan komunikasi satu kepada

bertindak; melalui retorika, persuader

banyak. Retorika adalah komunikasi

dan yang dipersuasi saling bekerja

dua arah, satu kepada satu, dalam arti

sama

bahwa

orang

kepercayaan, nilai dan pengharapan

kepada

mereka. Sifat ini oleh Burke disebut

beberapa orang maupun seorang

konsubstansialitas; orang-orang yang

berbicara

lain)

“bertindak bersama-sama... memiliki

dengan

perasaan, konsep, citra, gagasan,

mempengaruhi

sikap yang sama yang membuat

satu

(seseorang

atau

berbicara

kepada

masing-masing
sadar

lebih

untuk

seorang

berusaha

pandangan satu sama lain melalui

mereka

dalam

merumuskan

konsubstansial”

(Nimmo,

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........81

1989:

156).

Kesadaran

Uraian teori penelitian saya

akan

identifikasi seperti ini inheren di

gambarkan sebagai berikut:

dalam retorika. Identifikasi sebagai

Teori
Fenomenologi

proses membangkitkan di dalam
Perspektif
Interpretif

suatu khalayak kesadaran bekerja
sama dengan pembicara sehingga
khalayak

merasa

berpartisipasi

bahwa

dengan

Teori
Hermeneutika
Teori
Interaksionisme
Simbolik

Konstruksi Pesan
Persuasi Politik

mereka
Komunikasi
Persuasif

pembicara

Retorika Politik

dalam menciptakan dan mencapai
tujuan.
Tujuan

retorika

dalam

komunikasi persuasif agar membantu

Gambar 01. Teorisasi (Theorizing)
Sumber: Kajian Pustaka dan Kerangka
Pemikiran Penelitian Tahun 2015.

kandidat politik mencapai citra diri.

Retorika

politik,

persuasif

Citra diri ini berhubungan dengan

politik dilakukan calon anggota DPD

bagian diri manusia menginterpretasi

RI No. 20 si Lobe Putih, lebih pada

keadaan

dalam

teknik pendekatan tradisional, seni

pengalaman diri, membentuk sistem

merumuskan argumen menggunakan

sosial,

bahasa, memersuasi orang lain. Si

yang

dan

terjadi

melakukan

transaksi

simbolis.

Lobe

Guna menangkap nuansa dan

Putih

mensosialisasikan

sebutan

untuk

diri

senator

kompleksitas dari konstruksi pesan

Sumatera Utara ini pada Pemilu DPD

persuasi politik aggota DPD Provinsi

RI 2014 lalu, hanya menggunakan

Sumatera Utara Rijal Sirait pada

argumen

penggunaan

Pemilu DPD Tahun 2014. Konstruksi

“Ingatkan

saya.

pesan harus dipahami sebagai upaya

terpilih pada Pemilu DPD RI dan

membangun sikap pemilih di internal

mewakili

organisasi Aljam’iyatul Washliyah

Utara. Saya akan datang lagi,

Sumatera Utara, yang dibedakan

berkunjung seperti saya datang saat

menjadi

ini”. Atau dengan kata lain, “Datang

irasional.

pemilih

rasional

dan

nampak

Doakan

Alwashliyah

muka,

punggung”,

bahasa:

pulang

saya

Sumatera

nampak

mengisyaratkan

82 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
kedatangan yang memang diinginkan
dan pulang memang di lepas dengan
ikhlas.

Penekanan

berkunjung

kembali merupakan cita-cita yang
harus dimenangkan bersama, dengan
segala kehormatan dan kepercayaan
yang diberikan kader Alwashliyah
Sumatera Utara.
Retorika

politik

yang

dilakukan Rijal Sirait dalam Pemilu
DPD

2014,

berdasarkan

hasil

penelitian mampu mengkonstruksi
pemikiran pemilih yang diuraikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 01.
Issues Vs Personality
Issues: Islam
Rijal Sirait
sebagai Entitas
sebagai Tokoh
dan Identitas
Islam Sumut
1) Membela status
quo

2) Anti regenerasi
kekuasaan di
Aljam’iyatul
Washliyah
3) Memecah massa
Alwashliyah
dengan sebutan
“kader” dan
“pekerja”
4) Melakukan
transaksi
kepentingan

5) Pertukaran
kesempatan
dengan pimpian

1) Pilihan terakhir
untuk mewakili
Alwashliyah
untuk DPD
Sumatera Utara
2) Pribadi yang
tenang

3) Menghargai
orang lain

Alwashliyah
untuk kekuasaan
mendatang
6) Monopolistik
kekuasaan

6) Satu-satunya
calon DPD yang
menggunakan
lobe putih
7) Anti perbedaan
7) Tidak suka
pilihan
memberikan
janji
8) Penolakan kader 8) Tidak
PPP Tapanuli
melakukan
Tengan
politik
transaksional
(money politik,
hadiah)
9) Gerakan anti Rijal 9) Pribadi yang
Sirait yang
baik
dilakukan secara
peronal oleh kader
Alwashliyah
10) Diterima
masyarakat
suku Jawa
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015
(Data Diolah)

Dari

temuan

penelitian

menunjukkan, bahwa Rijal Sirait
sebagai tokoh Islam Sumatera Utara,
kader Alwashliyah, mampu menjadi
opini positif ini dinilai cukup efektif
dalam membangun citra diri positif
mengalahkan issue politik. Kesannya
bahwa

selain

berempati,

tokoh

Alwashliyah ini juga rendah hati,
4) Sosok yang
dikenal sebagai
Sekretaris
Alwashliyah
Sumatera Utara
dan tokoh PPP
Sumatera Utara
5) Mudah diterima
setiap orang

tidak

terkesan

keinginan

diri

sombong
tetap

karena

diingatkan.

Diperkuat dengan sosok diri calon
yang

secara

organisatoris

lebih

kurang 25 tahun sudah menjadi
bagian dari organisasi Aljam’iyatul

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........83

Washliyah,

mulai

kepemudaan
Sekretaris

dari

tingkat

hingga

menjadi

Alwashliyah

Sumatera

Provinsi

Sumatera

Utara,

Sisingamangaraja

Medan.

suasana

yang

berbeda

Ada
peneliti

Utara. Selain juga aktif secara politik

tangkap,

menjadi anggota DPRD Provinsi

pencalonan menjadi DPD tahun 2014

Sumatera Utara mulai dari tahun

lalu, peneliti bisa masuk bersama tim

1999 hingga terakhir tahun 2014,

ke Sekretariat Alwashliyah Sumatera

sebelum memutuskan menjadi calon

Utara hingga ke ruangan pimpinan,

perseorangan

kali ini, tahun 2015, peneliti dan

non

parpol

pada

kalau

Jl.

tahun-tahun

saudara Ali Sirait hanya duduk di

Pemilu DPD 9 April 2014.
massa

PPP

Musholla yang tempatnya sudah

tidak

dapat

dipindahkan. Washillah yang hanya

diabaikan, karena dalam kurun waktu

tinggal menjadi kenangan, karena

15 tahun menjadi anggota DPRD

kekalahan kubu Hasbullah Hadi,

Provinsi Sumatera Utara dengan

mantan ketua Alwashliyah Sumatera

daerah pemilihan berbeda, menjadi

Utara

modal

Alwashliyah tahun 2015. Politik

Kekuatan
Sumatera

Utara

sosial

sosialisasi

diri

dalam
H.

rangkan

Rijal

Siriat.

Ungkapan ini, dijelaskan oleh salah

pada

yang

pemilihan

mengalahkan

ketua

persaudaraan

(washillah).

seorang tim sukses Sumatera Utara,

Sebagai satu-satunya calon

saudara Ali Sirait: “selain kekuatan

DPD RI yang didukung Alwashliyah,

massa

PPP

Lobe Putih, diuntungkan dengan

Sumatera Utara, mulai dari Labuhan

penggunaan lambang Alwashliyah

Batu,

Sumatera Utara secara internal setiap

Alwashliyah,

Siantar

kader

Simalungun,

Kota

Medan, memberikan suara cukup

kali

signifikan

untuk

Ijal”,

muka di internal organisasi massa

pernyataan

ini

dapatkan

Islam Sumatera Utara ini. Diperkuat

bang

penulis

melakukan

sosialisasi

ketika upaya memperbaiki tesis dari

dengan

rekomendasi seminar hasil yang

Alwashliyah pada setiap daerah (PD)

harus diperjelas dalam penelitian, di

yang

Alwashliyah

kesempatan kedatangan calon DPD

Sumatera

Utara

dukungan

tatap

ikut

serta

pengurus

pada

setiap

84 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
RI ini, maka layak kalau tokoh

DPRD

Alwashliyah ini menyatakan bahwa:

minim atau bahkan tidak ada berita

“Saya Alwashliyah dan Alwashliyah

miring

adalah bahagian yang tidak dapat

kelemahan beliau, juga lemah dalam

dipisahkan dari hidup saya”, bukan

pemberitaan tentang langkah dan

keyakinan tidak beralasan, karena 15

perjuangan politis yang dilakukan

tahun karir politik di PPP tidak bisa

dalam waktu kekuasaan itu. Jadi,

dilepaskan dari simbol organisasi

aktor politik dari Alwashliyah dan

massa

bekas politisi PPP Sumatera Utara

yang

memang

juga

Provinsi

Sumatera

yang

menyebutkan

menjadikan PPP sebagai aspirasi

ini,

politik selama ini.

memodifikasi pengharapan.

Keadaan

ini

mampu

oleh Nimmo (1989: 155), bahwa

untuk

retorika

(interpretasi),

lambang

menciptakan

dan

Fenomenologi bagian teori

digambarkan

menggunakan

Utara

memperkuat
sebagai

interpretif
penafsiran

untuk mengindentifikasi pembicara

terhadap

dengan

pendengar

(labenswelt), abstraksi dari realitas.

Lambang

Bahasa dan pembentukan makna

Alwashliyah yang digunakan secara

bersama menjadi dasar keyakinan,

di eksternal organisasi melalui kartu

nilai dan teknik komunikasi yang

nama, baleho, dan alat peraga diri

dilakukan, sebagai realitas yang tidak

lainnya yang tidak terlepas dari logo

dapat diabaikan. Dunia sehari-hari

Alwashliyah, membangun citra diri

membentuk bahasa dan makna, yang

tentang masa depan Alwashliyah

diyakini,

yang

dalam berkomunikasi, sehingga akan

(para)

melalui

para

pidato.

menjadi

tanggung

jawab

dunia-kehidupan

dinilai

dan

digunakan

kandidat jika perjuangan ini berhasil

membentuk

sosialitas,

mencapai tujuan.

pembentukan

makna

Kekuatan retorika calon DPD

dan
bersama.

Pidato adalah konsep yang sama

No. 20 ini selain penyampaian pesan

pentingnya

yang

retorika (Nimmo, 1989: 156), konsep

tidak

persuader,

dapat
karena

ditolak
selama

oleh
kurun

waktu 15 tahun menjadi anggota

negosiasi;

dalam

proses

menganalisis

memberi

dan

menerima yang kreatif. “Doakan

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........85

saya akan datang lagi kemari”,

pesan (komunikan), di mana harus

merupakan

biasa

dipahami bahwa kontrol sosial dapat

diucapkan dalam setiap pertemuan

dilakukan jika khalayak yang dituju

tatap muka di internal Alwashliyah,

adalah bahagian dari orang-orang di

berkonotasi pada permintaan yang

dalam organisasi yang diikat oleh

sangat kuat yang mengikat seluruh

ideologi, cita-cita dan impian yang

kader Alwashliyah agar takut kepada

sama pesan politik yang digunakan

Allah

secara

adalah propaganda, kemudian pesan

organisatoris telah diputuskan untuk

satu kepada banyak orang di luar

mendukung satu-satunya calon DPD

organisasi

berakibat

RI untuk Sumatera Utara yang

keselektifan

konvergen,

dikenal luas sebagai si Lobe Putih.

diperkuat dengan retorika politik

Ketika beliau tidak datang lagi, tentu,

sebagai konstruksi pesan persuasi

pada

antarpribadi

kalimat

Swt,

waktu

yang

karena

itu

kegagalan

yang

pada
dan

memungkinkan

organisatoris dan penghianatan yang

terbentuknya nilai, keyakinan dan

dilakukan oleh kader Alwashliyah

komunikasi

Sumatera Utara harus dibayar mahal

pada negosiasi.

bersama

berdasarkan

mensosialisasikan,

Identitas posisi diri dan calon

memperjuangkan, dan memenangkan

DPD RI dari Alwashliyah Sumatera

beliau, tanpa lagi bertanya apa

Utara

manfaat bagi diri secara pribadi atas

penting

keterpilihan atau tidaknya kandidat

kader PPP Sumatera Utara, karena

tersebut.

secara pribadi, kader PPP merupakan

karena

tidak

Konstruksi

pesan

persuasi

kader

ini

juga

yang

menjadi

diyakini

bagian

mengikat

Alwashliyah

politik pada penelitian ini harus

Memungkinkan

dipahami sebagai upaya-upaya nyata

kedekatan emosional, dan perkenalan

yang

antar pribadi yang terjalin baik

dilakukan

dalam

proses

terjadi

juga.
karena

komunikasi di mana persuasi politik

selama

proses

sebelumnya

dan

(pesan) tidak dapat dilepaskan dari

hingga

waktu

pemilihan

DPD

pribadi aktor politik (komunikator),

Provinsi Sumatera Utara pada 9

dan jangkauan khalayak sasaran

April 2014 lalu.

86 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
pengklasifikasian

9 April 2014 akan datang tidak lagi

retorika sebagai bagian dari persuasi

menjadi calon dari PPP akan tetapi

politik,

menggunakan

Dalam

berdasarkan

pendapat

jalur

perseorangan

Aristoteles dalam karyanya Retorika

melalui DPD RI Provinsi Sumatera

(Nimmo, 1989: 157), diidentifikasi

Utara, kalimat ini disebutkan tokoh

atau dapat dikenali tipe-tipe retorika

ini, ketika reses di Kecamatan Medan

politik, terdiri dari: 1) deliberatif, 2)

Deli,

forensik, dan 3) demonstratif.

petikannya sebagai berikut: “Jangan

Kelurahan

Mabar,

yang

Deliberatif merupakan salah

cari saya di kertas selain warna biru,

satu tipe retorika, yakni komunikasi

lihat nomor 20, si Lobe Putih”,

antarpribadi

pesan persuasi retorika demonstratif

yang

dikembangkan

dalam setiap pertemuan tatap muka

untuk

memperkuat

daya

ingat

yang dilakukan kandidat, dengan

pemilih dan agar tidak salah dalam

mengusung

kata:

“Saya

Alwashliyah...”,

fokusnya

adalah

Interpretif sebagai paradigma

pada apa yang akan terjadi jika

yakni keyakinan, nilai, dan teknik

Alwashliyah

yang

tidak

menentukan

menentukan pilihan kedepan.

peneliti

dalam

pilihannya pada pencalonan DPD RI

penelitian

untuk Sumatera Utara dan itu adalah

pendekatan

saya. Pada pertemuan lain, reses

fungsional) yang menjadi keyakinan,

yang dilakukan calon DPD RI dari

nilai, dan teknik komunikasi selain

Alwashliyah ini, misalnya secara

peneliti. Perspektif interpretif peneliti

retorika forensik, ia menunjukkan

gunakan

dirinya

pemahaman tentang konstruksi pesan

sebagai

bagian

dari

ini

gunakan

mengesampingkan

positivis

dalam

(struktural

rangka

mencari

kekuasaan yang tidak korup: “Insya

persuasi

Allah 15 tahun saya menjadi anggota

Provinsi Sumatera Utara Rijal Sirait

DPRD Provinsi Sumatera Utara dari

pada Pemilu DPD tahun 2014.

politik

anggota

DPD

PPP, tetap amanah”, menunjukkan

Tindakan sosial jika dikaitkan

bentuk ketidakbersalahan beliau di

dengan penelitian ini akan dibentuk

depan

berdasarkan

hukum

dan

sekaligus

menyatakan diri beliau pada Pemilu

tindakan

komunikasi

yang dilakukan oleh kandidat. Pada

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........87

penelitian ini, calon DPD RI Provinsi

kebaikan dan keadilan, membuat,

Sumatera Utara merupakan individu

mempertahankan,

secara langsung dapat diamati baik

bagian-bagian dari peraturan umum

verbal atau tanda-tanda nonverbal

dalam kehidupan bernegara, dan

dan pembangunan citra diri yang

tujuannya

dibangun untuk menampilkan

kehidupan

secara

pribadi

dan

diri

mewakili

dan

adalah

merubah

harmonisasi

bersama.

Artinya,

komunikasi politik yang dimaksud

organisasi. Artinya, sebagai individu,

dalam

pendekatan

penelitian

calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih

sebagai

ini, dapat dinilai dari interaksi di

pemahaman bersama dan arti dari

mana ia mengetengahkan dirinya

pengalaman masing-masing individu

sendiri (the self), yang menjadi ciri

dalam kelompok atau masyarakat

khas, atau karakter diri sendiri dan

secara timbal balik sebagai warga

citra yang diterima oleh orang lain di

negara

luar dirinya.

terhadap masyarakat guna tercapai

Komunikasi politik yang dilakukan si

kebaikan, keadilan dan harmonisasi

Lobe Putih harus dilihat sebagai

kehidupan bersama dalam negara.

dasar

dan

ini

membangun

kewajiban

negara

suatu proses yang memungkinkan
orang

berbagi

pengertian

perasaan

bahwa

atau

Simpulan
Pengukuran persuasi politik

pengalaman
dalam

dengan model komunikasi persuasi

kelompok atau masyarakat dapat

retorika yang dilakukan si Lobe

dipahami dan menjadi berarti. Pada

Putih dalam upaya menanamkan

konteks

tujuan

masing-masing

individu

politik,

komunikasi

digunakan

sebagai

membangun

kehidupan

proses

dan

pencarian

(dialektika) ke

dalam

kebenaran
pemikiran

yang

pemilih. Pendekatan fenomenologi

dipahami bersama dan berarti dalam

sebagai salah satu varian penelitian

hubungan timbal balik antara negara

kualitatif

yang

menjadi

model

dan warga negara. Hubungan timbal

penelitian

ini

diterapkan

untuk

balik

memperoleh

yang

komunikasi

diinginkan
politik

dari

mencapai

ungkapan-ungkapan

pengalaman personal dengan tujuan

88 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
memahami makna dari berbagai

dan

gejala dan peristiwa yang dialami

Gitanyali.

orang-orang dalam situasi tertentu,

Buchari,

Sri

bahwa fenomena masyarakat sebagai

Kebangkitan

dunia

Politik

sehari-hari

kenyataan

paling

merupakan
dasar,

dengan

bahasa dan pembentukan makna

Yogyakarta:

Aplikasi.

Astuti.

(2014).

Etnis

Menuju
Jakarta:

Identitas.

Pustaka Obor Indonesia.
Budiharsana,

Suyuti

S.

(2003).

bersama menjadi realitas terpenting

Politik Komunikasi. Jakarta:

dalam kehidupan manusia. Dengan

GramediaWidiasarana

begitu,

Indonesia (GRASINDO).

fenomenologi

pengalaman

nyata

membuat

sebagai

data

Bungin,

B.

(2013).

Metodologi

pokok sebuah realitas membentuk

Penelitian Sosial & Ekonomi.

masyarakat dengan makna bersama.

Jakarta:

Retorika politik merupakan teknik

Media Grup.

perekrutan

masyarakat

Sumatera

Creswell,

Kencana

Jhon

W.

Prenada

Penerjemah

Utara pada Pemilu DPD lalu oleh

Ahmad

calon DPD RI No. 20 si Lobe Putih

Research Desaign: Pendekatan

dan mendapat dukungan luas dari

Kualitatif,

masyarakat Sumatera Utara pada

Mixed. Yogyakarta: Pustaka

Pemilu DPD 9 April 2014.

Pelajar.
Ginting,

Elvinora,

dan

Anees,

Bambang Q. (2007). Filsafat
Ilmu Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Politik.

Bandung:

Nembah

F.

Widya

Padjajaran.
Birowo, Antonius. (2004). Metode
Penelitian Komunikasi: Teori

dan

Hartimbul.
Manajemen

Pemasaran. Bandung: Yrama
Widya.
Halim, Abdul. (2014). Politik Lokal:
Pola

Arrianie, Lely. (2010). Komunikasi

(2013).

Kuantitatif,

(2011).

Daftar Pustaka
Ardianto,

Fawaid.

Aktor

Dramatikalnya.

&

Alur

Yogykarta:

LP2B.
Haryatmoko. (2014). Etika Politik
Kekuasaan. Jakarta: Kompas
Media Nusantara.

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........89

Ihza, Yustiman. (2013). Bujuk Rayu

Moleong,

Lexy

Konsumerisme:

Menelaah

Metodologi

Persuasi

di

Kualitatif.

Iklan

Era

(2009).

Penelitian
Edisi

Revisi.

Metodologi

Penelitian Kualitatif: Aplikasi

Morissan. (2013). Teori Komunikasi

Untuk Penelitian Pendidikan,

Individu

Hukum,

Jakarta: Kencana.

Ekonomi

Manajemen,
Humaniora,

(2006).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Konsumsi. Depok: Linea.
Iskandar.

J.

&
Sosial,

politik,

Agama

dan Filsafat. Jakarta: Gaung

------------.

Khaeron, Herman. (2013). Etika

(2012).

Massa.

Periklanan:

Komunikasi

Pemasaran

Terpadu. Jakarta: Kencana.
Mulyana,

Persada.

Hingga

Deddy.

Komunikasi

(2014).

Politik

Politik

Politik:

Paradigma

Politik

Komunikasi: Membedah Visi

Bersih,

Cerdas,

Santun

dan Gaya Komunikasi Praktisi

Berbasis

Islam.

Bandung:

Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik
Riset

Komunikasi.

Jakarta: Kencana.

---------------------.

(2013).

Metodologi

Penelitian

Kualitatif:

Littlejhon, Stephen W dan Karen A.

Paradigma Baru

Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Foss. Penerjemah M. Yusuf

Sosial

Hamdan.

Remaja Rosdakarya.

Komunikasi
Human

Remaja

Rosdakarya.

Nuansa Cendikia.

Praktis

Bandung:

Politik.

(2011).

Teori

(Theories

of

Communication).

Jakarta: Salemba Humanika.
Marijan, Kacung. (2012). Sistem
Politik Indonesia: Konsolidasi

Muslimin.

Lainnya.

(2009).

Masyarakat

Bandung:

Hubungan

dan

Konsep

Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Nimmo, Dan. (1989). Komunikasi

Demokrasi Pasca – Orde Baru.

Politik:

Jakarta: Kencana.

dan Media. Bandung: Remadja
Karya.

Komunikasi,

Pesan

90 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
Poerwanto, dan Zakaria Lantang

Severin, Werner J dan Jr, James W.

Sukirno. (2014). Komunikasi

Tankard.

Bisnis: Perspektif Konseptual

Komunikasi: Sejarah, Metode,

Yogyakarta:

dan Terapan di Dalam Media

dan

Kultural.

(2005).

Teori

Massa. Jakarta: Kencana.

Pustaka Pelajar.
Priyatna, Soeganda, dan Elvinaro

Simarmata, Salvatore. (2014). Media

Ardianto. (2009). Komunikasi

& Politik: Sikap Pers terhadap

Bisnis: Tuju Pilar Strategi

Pemerintahan

Komunikasi Bisnis. Bandung:

Indonesia.

Widya Padjajaran.

Obor Indonesia.

Koalisi

Jakarta:

di

Pustaka

Putra, Dedi Kurnia Syah. (2012).

Sobur, Alex. (2014). Ensiklopedia

Media dan Politik: Menemukan

Komunikasi A – Z. Bandung:

Relasi

Remaja Rosdakarya.

Antara

Dimensi

Simbiosis-Mutualisme

Media

----------------.

(2013).

Filsafat

dan Politik. Yogyakarta: Graha

Komunikasi:

Tradisi

Ilmu.

Metode

Fenomenologi.

Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi
Promosi

Yang

Analisis

Kasus

Marketing
Jakarta:

Kreatif

&

Integrated

Communication.
Gramedia

Pustaka

Utama.

Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soyomukti,

Nurani.

Komunikasi
Politik

Muka Dua: Topeng Kekuasaan

Politik:

Komunikasi

Malang:

Sumarwan,

dkk.

(2013).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bogor: IPB Press.

Komunikasi
Politik.

Intrans

dan

Riset

Konsumen.

(2014).

Sunyoto, Danang. (2012). Dasar-

Pemasaran

dasar Manajemen Pemasaran:

Dulah.

Bandung:

Rosdakarya.

dan

Publishing.

Pemasaran

Solatun

Kudeta
Analisis

Rakyat

dari Hobbes hingga Orwell.

Sayuti,

(2013).

Media,

Penguasa.

Runciman, David. (2012). Politik

dan

Remaja

Konsep, Strategi, dan Kasus.
Yogyakarta: CAPS.

Alfi Syahri I Konstruksi Retorika Politik Anggota........91

Suryabrata,

Sumadi.

(2011).

Psikologi Kepribadian. Jakarta:

Bagong,

dan

Oaks: Sage.
Kuswarno,

Raja Grafindo Persada.
Suyanto,

Political Marketing. Thousand

E.

(2006).

Tradisi

Sutinah.

Fenomenologi pada Penelitian

(2006).

Metode

Penelitian

Komunikasi Kualitatif: Sebuah

Sosial

Berbagai

Alternatif

Pengalaman Akademis. Jurnal

Pendekatan. Jakarta: Prenada

Mediator, Vol. 7, No. 1. 30

Media Grup.

Agustus

Syam, Nina W. (2013). Model-Model
Bandung:

Komunikasi.

Simbiosa Rekatama Media.

2015.

www.portalgaruda.org.
Suryadi, Karim. (2007). Budaya
Komunikasi

Wirawan, IB. (2012). Teori-teori

Politik

Santri:

Penetrasi Simbol Agama Ke

Sosial Dalam Tiga Paradigma:

Dalam

Pola

Komunikasi

Fakta Sosial, Definisi Sosial &

Politik

Partai

Kebangkitan

Perilaku

Jakarta:

Sosial.

Kencana.
Zulkarimen

Bangsa (PKB). Jurnal Ilmu
Komunikasi 5.3, hlm. 139-152.

Nasution.

Komunikasi
Pengenalan

(1990).

Pembangunan:
Teori

dan

Tesis dan Desertasi:
Indrayani,

Khairunnisa.

(2009).

Opini Publik dalam Indonesia

Penerapannya.. Jakarta: Raja

Kontemporer.

Grafindo Persada.

Tidak Dipublikasikan, Fakultas

Tesis

Master

Jurnal:

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kaid, Linda L. dan Daniela V.

Udayana, Bali.

Dimitrova.

2005.

Television
Battleground
Presidential

in

“The

Novitayani. (2014). Warung Kopi

Advertising

Sebagai Sarana Komunikasi

the

2004

Election”.

Jurnalism Studies 6.2.
Kinsey, Dennis E. 1999. “Political
Consulting”. Dalam Bruce. I
Newaman, ed. Handbook of

dan Sumber Informasi Bagi
Profesi

Wartawan.

Tesis

Master Tidak Dipublikasikan,
Magister

Ilmu

Komunikasi,

FISIP, USU, Medan.

92 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 1 | Edisi : Januari 2017 | hlm 72-92
Rotua Nurnaini Tampubolon. (2015).
Komunikasi Intim di Kalangan
Gay Urban Indonesia (Studi
Fenomenologi

tentang

Penggunaan Grindr Sebagai
Medium Komunikasi). Tesis
Master Tidak Dipublikasikan,
Magister

Ilmu

Komunikasi,

FISIP, USU, Medan.
Sadikin,

Aning

Sofyan.

(2013).

Pengaruh Pemasaran Politik
terhadap Sikap Kader Politik:
Studi Partai Golkar di Jawa
Barat. Desertasi Doktor Tidak
Dipublikasikan,
Pascasarjana

Program
Universitas

Padjajaran.
Wahyuningsih, Sri. (2014). Efek
Komodifikasi

Perempuan

dalam Iklan. Tesis Master Ilmu
Komunikasi, FISIP. Madura:
Universitas Trunojoyo.
Undang-undang:
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun
2014 tentang MPR, DPR,
DPD,

dan

Yogyakarta:
Mahardika.

DPRD.

2015.
Pustaka

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124