PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 38 PALEMBANG
PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS
VIII SMP NEGERI 38 PALEMBANG
SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
DIEN OKTARIA NIM. 09 221 014
Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2014
ABSTRAK
Umumnya siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Salah satu faktor yang menunjang anggapan siswa tersebut adalah cara penyampaian materi pelajaran yang tidak bervariasi sehingga hasil belajar yang dicapai siswa sangat rendah. Sehingga rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning di SMP Negeri 38 Palembang dan apakah penerapan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII di SMP Negeri 38 Palembang dan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
tersebut. Penelitian ini merupakan pre eksperimental design dengan kategori Pre-test and Post-test group. Populasi terdiri dari 261 siswa dan sampel adalah 36 siswa dari siswa kelas VIII SMP Negeri 38
Palembang tahun ajaran 2013/2014 yaitu, kelas VIII 5 sebagai kelas
eksperimen dengan menggunakan model Quantum learning. Dengan penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Teknik analisis data tes berupa mencari rata-rata hasil tes siswa baik Pre-test maupun Post-test. Berdasarkan hasil penelitian dari uji normalitas dan homogenitas bahwa kelompok tersebut normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji-t. Hasil analisis data tes yang diperoleh yaitu ada perbedaan, rata-rata Post-test 79,63 sedangkan pada Pre-test 42,33. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model Quantum learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun pengujian hipotesis dengan Uji-t didapat t hitung = 17,58 > t tabel = 1,996 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model Quantum learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 38 Palembang.
Kata-kata Kunci: Model Quantum Learning, Hasil Belajar Siswa.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Umumnya siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Salah satu faktor yang menunjang anggapan siswa tersebut adalah cara penyampaian materi pelajaran yang tidak bervariasi sehingga dapat membosankan siswa. Oleh karena itu, kiranya guru matematika perlu memahami, mencoba dan mengembangkan berbagai model, metode, teknik, strategi, pendapat dan keterampilan dalam mengajar matematika.
Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien, dan efektif mungkin (Slameto, 2010: 65). Tujuannya adalah agar guru dapat menyusun program pengajarannya yang dapat membangkitkan minat usaha untuk belajar matematika secara antusias, bahkan siswa benar-benar ikut mengambil bagian dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat menghayati secara lebih mantap sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik.
Selain memahami dan menguasai berbagai model, metode atau strategi guru juga harus menguasai materi dengan baik sehingga dapat menyajikan bentuk atau Selain memahami dan menguasai berbagai model, metode atau strategi guru juga harus menguasai materi dengan baik sehingga dapat menyajikan bentuk atau
Didalam Al- Qur’an telah dijelaskan bahwa belajar itu sangat dianjurkan. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, sebagai khalifah maka manusia wajib belajar. Rasulullah SAW telah memberikan teladan kepada para umatnya berdasarkan firman Allah SWT di dalam Al- Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi : Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5)
Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Perubahan perilaku itu merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman (Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 34).
Dalam Al- Qur’an, telah dijelaskan cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut, yaitu dalam surat Al-Kahfi ayat 65 yang berbunyi :
Artinya :
Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (QS. Al-Kahfi [18] : 65).
Dan terdapat juga surat lainnya yang menjelaskan tentang cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku, yaitu surat Al- Ra’d yang berbunyi :
Artinya :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Al- Ra’d [13] : 11).
Dalam mengajarkan sebuah topik atau pokok bahasan dapat disajikan dengan berbagai model. Guru harus pandai memilih salah satu model yang ada. Pemilihan ini harus mempertimbangkan topik bahasan yang akan diberikan dan kondisi siswa yang akan diajar. Belum tentu satu topik diajarkan dengan baik menggunakan satu model, metode atau strategi tertentu, tetapi dengan menggunakan kombinasi berbagai model dapat memberikan pencapaian hasil yang lebih tinggi.
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Bahkan mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau pun dimana saja. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil melaksanakannya (Slameto, 2010 : 29).
Arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah memahami, menyelesaikan dan mengkomunikasikan matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kemampuan kognitif juga mempengaruhi hasil belajar Arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah memahami, menyelesaikan dan mengkomunikasikan matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kemampuan kognitif juga mempengaruhi hasil belajar
Model quantum learning sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa yang akan membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan dalam proses belajar siswa yang mampu meningkatkan hasil belajar. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing (Bobby dan Hernachi, 2009 : 14).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, model quantum learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan adanya pengaruh situasi kelas saat proses belajar dilaksanakan. Siswa diberi lingkungan baru dalam ruang kelas sehingga siswa mampu bereksplorasi dengan tepat dalam pencapaian pemahaman pada suatu materi pembelajaran. Quantum learning merupakan suatu model dalam pembelajaran dengan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan (Dwi Rai Oktamarini, 2011: 23).
Dalam pelaksanaan model quantum learning harus memperhatikan beberapa hal, seperti yang berhubungan dengan lingkungan, fisik, dan suasana.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat
permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang?
2) Apakah penerapan model quantum learning berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang.
2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model quantum learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi siswa: Sebagai bahan acuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2) Bagi guru : Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar, meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, serta dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
3) Bagi sekolah : Dengan dilaksanakannya pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi serta mampu memperbaiki mutu pendidikan yang ada di sekolah itu sendiri.
4) Bagi peneliti :
Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan model quantum learning pada mata pelajaran matematika dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2). Perubahan ini meliputi perubahan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi, sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Definisi etimologis di atas mungkin sangat singkat dan sederhana, sehingga masih diperlukan penjelasan terminologis mengenai definisi belajar yang lebih mendalam. Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar.
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut siswa menggunakan seluruh panca indranya (Cronbach, 1954 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 13). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Morgan dkk, 1986 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 14). Pernyataan Morgan dkk ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respons secara alamiah, kedewasaan atau keadaan organism yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau gabungan dari semuanya (Soekamto dan Winataputra, 1997 dalam Baharuddin dan Esa nur wahyuni, 2012 : 14). Dari definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses penerimaan informasi untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang timbul akibat praktek, pengalaman dan latihan. Proses ini membutuhkan kesiapan yang matang dan merupakan salah satu cara untuk mempelajari matematika. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2012 : 10). Menurut Sudjana (2005), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Setelah mengetahui pengertian belajar maka kita harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor- faktor tersebut yaitu :
1. Faktor Internal Faktor- faktor internal adalah faktor- faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor- faktor internal ini meliputi :
a) Faktor fisiologis Faktor- faktor fisiologis adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor- faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama , keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Kedua , keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
b) Faktor psikologis Faktor- faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2. Faktor Eksternal Selain karakteristik siswa atau faktor- faktor internal, faktor- faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa, diantaranya yaitu :
a) Lingkungan sosial
1) Lingkungan sosial sekolah Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa uantuk belajar lebih baik di sekolah.
2) Lingkungan sosial masyarakat Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa akan kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
3) Lingkungan sosial keluarga Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan non sosial
1) Lingkungan alamiah Lingkungan alamiah berupa kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silai atau kuat, suasana yang sejuk dan tenang.
2) Faktor instrumental Perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : hardware yang berupa gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan sebagainya. Dan perangkat software , seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
3) Faktor materi pelajaran Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: (a) Pengetahuan, (b) Pemahaman, (c) Aplikasi, (d) Analisis, (e) Sintesis, dan (f) Evaluasi.
2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yakni: (a) Penerimaan, (b) Jawaban atau reaksi, (c) Penilaian, (d) Organisasi, dan (e) Internalisasi.
3. Ranah Psikomotoris Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) Gerakan refleks, (b) Keterampilan gerakan dasar, (c) Kemampuan perceptual, (d) Keharmonisan atau ketepatan, (e) Gerakan keterampilan kompleks, dan (f) Gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2012: 22). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami siswa. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti ranah kognitif yaitu dengan indikator:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya.
2. Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata 2. Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata
3. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan- hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada siswa.
B. Model Quantum Learning
1) Sejarah model quantum learning
Pembelajaran quantum dimulai di supercamp, sebuah program percepatan quantum learning yang ditawarkan learning forum yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgy Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksp erimen tentang “Suggetology”. Prinsipnya adalah sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik Pembelajaran quantum dimulai di supercamp, sebuah program percepatan quantum learning yang ditawarkan learning forum yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgy Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksp erimen tentang “Suggetology”. Prinsipnya adalah sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik
2) Pengertian Model Quantum learning
Quantum learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”, berarti sesuatu yang dapat diandalkan atau diukur.
Maka quantum learning dapat diartikan pembelajaran yang dapat diandalkan atau diujikan dan diukur keberhasilannya (De Porter, 1999 : 209). Quantum learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”, artinya pengubahan bermacam-macam interaksi
yang ada dalam sekitar momen belajar yaitu interaksi-interaksi yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik yaitu bagaimana otak mengatur informasi yang diperoleh dalam belajar. Quantum learning merupakan sebuah pendekatan komprehensif sebagai teori pembelajaran. Dukungan lingkungan positif sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar, tujuan utama dalam quantum learning untuk menciptakan pembelajaran optimal (Nggermanto, 2002 : 209).
Dari pengertian quantum learning diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model quantum learning dapat menciptakan pembelajaran yang optimal yaitu dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, memperbesar keyakinan diri khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) yang dipengaruhi lingkungan yang mendukung kesuksesan proses kegiatan belajar mengajar.
3) Gaya Belajar Model Quantum Learning
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam semua hal terutama belajar. Banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar seseorang. Menurut Rita Dunn dalam De Porter (1999 : 110), variabel yang mempengaruhi cara belajar itu mencakup faktor-faktor fisik, emosional, dan lingkungan. Seorang misalnya dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang sedangkan dengan yang lain pencahayaan yang suram. Ada yang belajar paling baik dalam keadaan berkelompok, tetapi ada juga yang merasa lebih baik dengan belajar mandiri, yang lain lagi memilih adanya figure otoriter seperti orang tua atau guru. Dari sinilah akhirnya disepaki oleh para peneliti
dalam “Quantum Learning”adanya dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan
mudah (modalitas) dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut (domisi otak) (De Porter, 1999 : 110). Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda intinya tetap sama bahwa definisi gaya belajar adalah kombinasi ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Karena siswa mudah (modalitas) dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut (domisi otak) (De Porter, 1999 : 110). Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda intinya tetap sama bahwa definisi gaya belajar adalah kombinasi ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Karena siswa
a) Visual ( belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas saat berbicara, berbicar dengan cepat. Bagi siswa yang belajar dengan gaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan (visual), dalam hal ini model pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau dititikberatkan pada peragaan atau media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang memiliki gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat menggunakan tampilan-tampilan visual seperti, diagram, buku pelajaran bergambar dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian atau presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan tekun
7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan , tetapi tidak pandai memilih kata-kata
8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9. Lebih suka seni dari pada music
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta
2. Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting
3. Ajak anak untuk membaca buku yang berilustrasi
4. Gunakan multi-media (contohnya komputer atau video)
5. Ajak anak untuk mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b) Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri atau kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang- sedang aja. Siswa yang betipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengaran), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang b) Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri atau kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang- sedang aja. Siswa yang betipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengaran), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
1. Saat bekerja maka bicara pada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada apa yang dilihat
5. Sering membaca dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan kena dari pada menulisnya
9. Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visual
10. Berbicara dalam irama yang terpola
11. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama, dan warna suara. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak
4. Biarkan anak merekam materi pelajaranya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
c) Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan ke bawak bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangat kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1. Berbicara perlahan
2. Berpakaian rapi
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9. Menyukai permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik :
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
2. Ajak anak belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru)
3. Gunakan warna-warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan
4. Izinkan anak belajar sambil mendengarkan musik. Gaya belajar dapat menentukan prestasi hasil belajar anak. Jika diberikan model yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
4) Langkah – langkah menerapkan quantum learning
Metode pembelajaran quantum learning, yaitu dengan berpedoman pada De Porter (1999 : 205) mendesain pengajaran quantum yang diberi nama “EEL Dr. C”. Nama metode ini adalah suatu singkatan dari kata-kata : Enroll, Experience, Label, Demonstration, Review, dan Celebrate. Secara rinci De Porter dan kawan-kawan menguraikan kerangka rancangan dasar pengajaran quantum-EEL Dr. C beserta tahapan-tahapan implementasi sebagai berikut : Metode pembelajaran quantum learning, yaitu dengan berpedoman pada De Porter (1999 : 205) mendesain pengajaran quantum yang diberi nama “EEL Dr. C”. Nama metode ini adalah suatu singkatan dari kata-kata : Enroll, Experience, Label, Demonstration, Review, dan Celebrate. Secara rinci De Porter dan kawan-kawan menguraikan kerangka rancangan dasar pengajaran quantum-EEL Dr. C beserta tahapan-tahapan implementasi sebagai berikut :
b. Experience : pada tahap ini guru memberikan pengalaman-pengalaman umum kepada siswanya. Pengalaman-pengalaman umum dimaksudkan agar seluruh siswa dapat mengaitkan pengalaman hidupnya dengan pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh guru.
c. Label : pada tahap labeling, guru melakukan proses pemberian kata- kata kunci, konsep-konsep model-model, dan rumusan-rumusan. Tahap ini merupakan tahap pemberian “input” bagi siswa.
d. Demonstration : pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka telah mengetahui dan memahami “input” yang telah mereka peroleh pada tahap sebelumnya.
e. Review : pada tahap ini merupakan pengulangan oleh siswa bahwa mereka benar-benar tahu.
f. Celebrate : tahap ini merupakan tahap pemberian pengakuan penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan, semangat ataupun tepukan.
Berdasarkan tahapan di atas maka peneliti akan mengimplementasikan tahapan-tahapan tersebut pada pembelajaran matematika materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang, yaitu sebagai berikut :
a. Enroll Guru melakukan pendahuluan dengan cara membangkitkan atau menumbuhkan minat dan perhatian siswa melalui informasi.
Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Manfaat yang dapat diperoleh siswa jika mempelajari materi ini. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
b. Experience Siswa mengaitkan kembali materi prasyarat yang telah mereka miliki sebelumnya untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Siswa diikut sertakan dalam pemanfaatan media yang digunakan pada saat pembelajaran.
c. Label Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tuntunan kepada siswa
untuk mengembangkan materi yang dipelajari.
d. Demonstration Siswa mendemonstrasikan hasil belajarnya setelah mereka melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya.
e. Review
Siswa materi rangkuman dari kegiatan pembelajaran tersebut.
f. Celebrate Siswa memberikan aplaus atau tepuk tangan atas keberhasilan temannya dalam menjawab soal dan guru memotivasi kepada siswa
yang kurang memahami materi tersebut.
5) Manfaat dan kekurangan model quantum learning
Penekanan model quantum learning dalam belajar adalah bagaimana selalu merasa bahagia ketika belajar. Karena belajar merupakan kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Menurut
De Porter (1999 : 339), penerapan model quantum learning dalan belajar bermanfaat dalam :
1. Mengembangkan sikap positif
2. Meningkatkan motivasi belajar
3. Mengembangkan kemampuan belajar seumur hidup
4. Meningkatkan kepercayaan diri
5. Mencapai keberhasilan atau kesuksesan. Keseluruhan untuk mencapai kesuksesan penerapan model quantum learning perlu dipahami kiat-kiat khusus. Kiat-kiat yang ada di dalam model quantum learning adalah ( De Porter, 1999 : 339 ) :
1. Menemukan satu manfaat dari apa yang akan dikerjakan atau yang mau dikerjakan
2. Memberikan motivasi berupa pujian positif untuk tiap pribadi
3. Menciptakan tempat yang nyaman untuk belajar
4. Menyadari gaya belajar
5. Menggunakan catatan
6. Menganggap menulis sebagai kreatif dalam segala situasi
7. Mengetahui potensi kecepatan membaca
8. Berpikir secara kreatif dalam mengingat segala situasi
9. Berusaha untuk mengingat. Adapun kekurangan dari model quantum learning :
a. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
C. Kajian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
1. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Persamaan linier dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua variable dimana pangkat atau derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Bentuk umum dari persamaan linier dua variabel adalah :
ax + by = c , dimana x dan y adalah variabelnya. Sistem persamaan linier dua variabel adalah dua persamaan linier dua
variabel yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu penyelesaian. Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel adalah :
ax + by = c px + qy = r
a, b, p dan q adalah koefisien
c dan r adalah konstanta Contoh : Buatlah model matematika persamaan linier dari kalimat-kalimat berikut:
1. Umur adik ditambah 2 kali umur kakak adalah 20 tahun.
2. Harga 2 buku ditambah 3 pensil adalah Rp10.000,00
Jawab :
1. x + 2y = 20
2. 2x + 3y = 10000
2. Metode Grafik
Sistem persamaan linier dua variabel terdiri dari dua persamaan maka grafiknya berupa 2 buah garis lurus. Penyelesaiannya dapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis lurus tersebut.
Contoh : Gunakan metode grafik, tentukan penyelesaian SPLDV berikut :
x + y =2 dan 3x +y = 6 Jawab : Langkah pertama : menentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y pada masing-masing persamaan :
1. Persamaan x + y = 2 Titik potong dengan sumbu x,berarti y = 0 x+y=2 x+0=2
x=2 maka diperoleh titik potong dengan sumbu x (2, 0) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0 x+y=2 0+y=2
y=2 maka diperoleh titik potong dengan sumbu y (0, 2)
2. Persamaan 3x + y = 6
Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0 3x + y = 6
3x = 6 x=2 maka diperoleh titik potong dengan sumbu x (2, 0) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0 3x + y = 6 3(0) + y = 6
y =6 maka diperoleh titik potong dengan sumbu y (0, 6) Langkah kedua : menggambar kedua persamaan tersebut ke dalam bidang koordinat cartesius.
Langkah ke tiga: menentukan himpunan penyelesaian SPLDV tersebut. Titik potong antara garis x + y = 2 dan 3x + y = 6 adalah (2, 0) Jadi, HP = {2, 0}
3. Metode Substitusi
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu ke dalam Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu ke dalam
Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 2x + 3y = 6 dan x –y=3 Jawab : Persamaan x – y = 3 ekuivalen dengan x = y + 3.
Dengan menyubtitusi persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 diperoleh:
2x + 3y = 6
2 ( y+3) + 3y = 6 2y + 6 + 3y = 6
Selanjutnya untuk memperoleh nilai x. substitusikan nilai y ke persamaan x = y + 3, sehingga diperoleh : x = y +3 x=0+3 x=3 Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {3, 0}
4. Metode Eliminasi
Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel, caranya adalah dengan Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel, caranya adalah dengan
Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan berikut : 2x + 3y = 6 dan x –y=3 Jawab: Langkah I : Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 3 2x + 3y = 6 3x – 3y = 9 + 5x = 15
x =3 Untuk mengeliminasi variabel x, koefisien x harus sama, sehingga 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 2 2x + 3y =6 2x – 2y = 6 –
5y =0 y=0 Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {3, 0}
5. Metode Gabungan
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan metode gabung, kita menggabungkan metode eliminasi dan substitusi. Contoh : Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y=3
Jawab : Langkah I yaitu dengan metode eliminasi, diperoleh :
Untuk mengeliminasi variabel y, koefisien y harus sama, sehingga persamaan 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan x – y = 3 dikalikan 3
Kemudian disubstitusikan nilai x ke persamaan x – y = 3 sehingga diperoleh:
x –y=3
3 –y=3 -y = 3-3 -y = 0
y=0 Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {3, 0}
D. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penggunaan model quantum learning dalam pembelajaran matematika telah digunakan dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan beberapa materi pembelajaran dan tingkat sekolah. Di bawah ini ada beberapa peneliti yang menggunakan model quantum learning dalam penelitiannya, yaitu :
Table 1. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
No. Nama
Judul skripsi
Materi
Kesimpulan
Diti Hariani
Penerapan model
Peluang
1. Aktivitas belajar siswa saat quantum learning penerapan metode quantum
pada pembelajaran
learning pada pembelajaran
matematika di kelas
matematika dengan keseluruhan
XI SMP Negeri 1
dari aktivitas sebesar 75%.
Jurai
2. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diterapkan pembelajaran matematika dengan metode quantum learning di kelas XI SMP Negeri 1 Jurai pada materi peluang dengan rata- rata 80, 03 dikategorikan baik.
Penerapan Model
Penerapan model quantum learning Quantum Learning dengan teknik Mind Mapping terjadi
dengan Teknik Mind
peningkatan
prestasi belajar
Mapping untuk
Matematika pada siswa kelas V SD
Meningkatkan
No 2 Bongan serta respons siswa
Prestasi Belajar
kelas V SD No 2 Bongan sangat
Matematika pada
setuju dengan menerapkan model
Siswa Kelas V SD
quantum learning dengan teknik
No 2 Bongan
Mind Mapping untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika.
Nurmawati
Penerapan
Operasi hitung
Dari hasil analisis data pembahasan
pembelajaran metode
bahwa rata-rata hasil belajar siswa
quantum learning
kelas VII SMP Negeri 23 Palembang
pada pokok nahasan
pada pokok bahasan operasi hitung
operasi hitung di
bilangan bulat setelah dilakukan
kelas VII SMP
pembelajaran metode quantum
Negeri 23 Palembang
learning diperoleh x = 83, 8 terletak antara rentang 75-84 sehingga dikategorikan baik.
Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa Model Quantum Learning mempunyai pengaruh positif terhadap pembelajaran Matematika.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dikemukakan (Sugiyono, 2012 : 64). Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah diterapkan model quantum learning.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental, dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dasar pemilihan desain ini melihat dari kondisi kelas eksperimen yang merupakan kelas dengan kemampuan matematika yang rendah. Peneliti ingin melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah memperoleh model pembelajaran. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah model quantum learning, sedangkan aspek yang diukurnya adalah hasil belajar siswa.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 61). Adapun yang menjadi variabel penelitian dalam melakukan penelitian adalah: Variabel bebas : Penerapan Model Quantum learning Variabel terikat
: Hasil belajar matematika siswa.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1) Model quantum learning merupakan suatu model yang mengajak siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, 1) Model quantum learning merupakan suatu model yang mengajak siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan,
2) Hasil belajar adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan melalui tes, tes dilakukan sebelum (pre- test) dan setelah (post-test) penerapan model quantum learning pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Hasil belajar tersebut dihitung dengan menggunakan teknik penskoran.
D. Populasi dan Sampel
1) Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010 : 173). Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi subjek penelitian ini secara keseluruhan adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 38 Palembang. Untuk lebih jelasnya populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Populasi Penelitian
No.
Kelas
Jumlah Siswa
1. VIII. 1 38 2. VIII. 2 36 3. VIII. 3 38 4. VIII. 4 38 5. VIII. 5 36 6. VIII. 6 38 7. VIII. 7 37
Jumlah
261
(Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 38 Palembang tahun ajaran 2013-2014)
2) Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010 : 174). Di SMP Negeri 38 Palembang siswa-siswa dalam setiap kelas bersifat homogen, karena penetapan kelas tidak sesuai peringkat. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Adapun cara pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara cluster random sampling . Dengan demikian peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap kelas untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Pengambilan sampel dengan cara cluster random sampling ini dilakukan dengan cara undian (untung-untungan). Dimana peneliti menuliskan nomor subjek yang berupa nama kelas pada kertas kecil-kecil, satu nomor untuk satu kelas. Kemudian kertas-kertas ini digulung, dengan tanpa prasangka kertas-kertas tadi diundi dan kertas yang terambil saat pengundian ini akan menjadi sampel penelitian dan nama kelas yang menjadi sampel penelitian
tersebut adalah kelas VIII 5 .
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi permasalahan,
b. Merencanakan pembelajaran (RPP), bahan ajar, serta alat yang akan digunakan dalam penelitian, b. Merencanakan pembelajaran (RPP), bahan ajar, serta alat yang akan digunakan dalam penelitian,
d. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian,
e. Menentukan dan memilih subjek penelitian,
f. Menyusun instrument penelitian,
g. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba ini diberikan kepada siswa yang bukan merupakan anggota dari subjek penelitian,
h. Analisis kualitas atau kritera instrumen,
i. Merevisi instrumen apabila diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a. Melakukan pengukuran kemampuan masing-masing siswa dikelas, dalam penelitian ini pengukuran dilakukan melalui survei terhadap nilai matematika pada rapot siswa,
b. Memberikan pre-test kepada subjek penelitian untuk mengetahui aktifitas dan hasil belajar matematika awal siswa,
c. Melakukan kegiatan pembelajaran pada kelas tersebut dengan menggunakan model quantum learning pada materi SPLDV,
d. Memberikan post-test pada kelas tersebut.
3. Tahap Akhir Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a. Memberikan skor pada lembar jawaban masing-masing siswa, a. Memberikan skor pada lembar jawaban masing-masing siswa,
c. Melaporkan hasil penelitian dan pembahasannya kepada dosen pembimbing.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006 : 150). Instrumen tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa soal-soal berbentuk uraian yang berkaitan dengan mata pelajaran SPLDV yang dapat melihat hasil belajar siswa. Dalam menjawab tes siswa dituntut untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan model matematika, menentukan penyelesaian dari model matematika dan memberikan tafsiran terhadap hasil-hasil yang diperoleh.
Pada penelitian ini tes yang digunakan terbagi menjadi 2 macam tes, yaitu:
a) Pre-test yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan untuk mengukur kemampuan awal siswa.
b) Post-test yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Sebelum dua macam tes ini diberikan kepada siswa maka terlebih dulu akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada tim ahli. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya tes tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan kesimpulan maka hasil data tes formatif yang diberikan kepada siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dengan menggunakan uji test-t (Student-t). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
Pada pengujian normalitas memerlukan rumus-rumus sebagai berikut: (1) Menghitung rentang data Rank = data terbesar-data terkecil
(2) Menghitung banyak interval K = 1 + 3,3 log n Keterangan: K = banyak kelas interval n = banyak sampel penelitian
(3) Menghitung panjang kelas interval
(4) Menghitung rata-rata dari masing-masing kelompok data
f ixi x
(Herrhyanto, 2007: 4.4)
fi Keterangan: x
= Nilai rata-rata = Nilai rata-rata
(5) Menentukan varians dan simpangan baku
2 fi xi x
fi xi x
2 (Herrhyanto, 2007: 5.19)
Keterangan: S 2 = varians sampel
S = simpangan baku sampel n = jumlah sampel
(6) Menentukan modus baku
(Herrhyanto, 2007: 6.2)
Keterangan: M o = Modus
b = Batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak p
= Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak
b 1 = Frekuensi pada kelas interval yang terbanyak dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.