TGS Askep Keluarga Binaan OK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada

masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk di Indonesia.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yaitu didapatkan karena menderita penyakit lain,
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan Diabetes
Mellitus. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala (Sidabutar, 2009). Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar
972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan
50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya
(Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia
memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15% penduduk dewasa di

Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris,
Selandia Baru, dan Eropa Barat juga tinggi (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat 15% ras
kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi
(Miswar, 2004). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di
Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun
2008 meningkat menjadi 16-18%. Secara nasional Provinsi Jawa Tengah menempati
peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua
umur di Indonesia (Depkes, 2010). Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012,
kasus tertinggi penyakit tidak menular di Jawa Tengah tahun 2012 pada kelompok
penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial, yaitu sebanyak
554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 (634.860 kasus/72,13%).
Berdasarkan data dari Puskesmas Janti pada bulan Januari tahun 2018 tercatat jumlah

1

pasien penderita Hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas janti sebanyak 185 orang,
yang terdiri dari 69 penderita berjenis kelamin laki-laki dan 116 penderita perempuan.
Angka kejadian hipertensi ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menjadi

prioritas utama masalah kesehatan yang terjadi di Kecamatan Sukun tersebut. Penyakit
hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan diobati. Hal ini
dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan pembuluh darah di
otak. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya
hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui
sebagai penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diamdiam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga
menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika
dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya
hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi
kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Bila
seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin
dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasuskasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan
kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh
darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat
mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Hal ini

dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi lansia pendidikannya masih rendah dan
terkadang ada kendala lain untuk berobat. Pendidikan yang rendah pada pasien hipertensi
lansia tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai penyakit hipertensi secara
baik. Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada kebiasaan yang
kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap mengkonsumsi garam berlebih,
kebiasaan minum kopi merupakan contoh bagaimana kebiasaan yang salah tetap
dilaksanakan. Pengetahuan yang kurang dan kebiasaan yang masih kurang tepat pada
lansia hipertensi dapat mempengaruhi motivasi lansia dalam berobat. Motivasi merupakan
dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
2

melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.
Proses untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan perawatan non
farmakologi seperti olah raga, namun juga dilakukan dengan cara pengobatan farmakologi.
Pengobatan farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara melakukan kontrol ke
puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di puskesmas yang rutin sesuai jadwal
kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan darah pasien hipertensi lansia tetap terjaga
dengan normal. Lansia menyatakan hanya merasakan keluhan seperti pusing dan mual.
Pasien juga menyatakan bahwa jarang melakukan kontrol ke puskesmas/ klinik terdekat,
karena pasien merasa sehat dan tidak merasakan pusing-pusing sehingga tidak melakukan

kontrol ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil studi awal tersebut menunjukkan bahwa
ada berbagai masalah yang menyebabkan pasien hipertensi tidak melaksanakan kontrol
darah, diantaranya adalah sebagian besar pasien hipertensi tidak merasakan adanya
keluhan, kurangnya pengetahuan pasien hipertensi tentang bahaya penyakit hipertensi itu
sendiri, aktiiitas atau kesibukan klien hipertensi sehingga sebagian dari mereka kurang
termotivasi untuk melakukan kontrol.
1.2

Tujuan Penulisan

1.2.1

Tujuan umum
Untuk mengenal permasalahan kesehatan keluarga dan memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi.

1.2.2

Tujuan Khusus
a.


Agar mahasiswa mampu mengenal permasalahan kesehatan keluarga dan dapat
memberikan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan penyakit
hipertensi.

b.

Agar keluarga mampu memodifikasi perilaku yang dapat memperparah
penyakit yang diderita oleh anggota keluarga.

c.

Agar keluarga dapat memahami konsep serta penatalaksanaan pada kasus
hipertensi dan komplikasinya.

d.

Agar keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menangani
masalah kesehatan.


3

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP HIPERTENSI
1.

DEFINISI
Hipertensi merupakan penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah

sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah normal.Tekanan darah sistolik
(angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar
bunyi pertama pada alat pengukur tekanan darah.Tekanan darah distolik (angka bawah)
diambil ke ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali (Sheps,SG 2005)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg.Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,ginjal
dan pembuluh darah,makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya (Price 2000).

Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan
mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas seseorang.Hipertensi (tekanan darah tinggi) berarti meningkatnya tekanan
darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa
faktor yang berperan mempertahankan darah agar tetep normal.Tekanan darah adalah
tekanan desakan darah ke dinding pembuluh darah (Jain,2011).
2.

ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipetensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik kerena tidak diketahui penyebabnya Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :genetik,lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko yaitu obesitas,merokok,alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hepertensi yang berhubungan dengan kehamilan.


4

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan darah sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan distolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas pada dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No


Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

1.

Optimal

120

.

5

3.

EPIDEMIOLOGI
Hipertensi merupakan masalah global dunia. Data WHO tahun 2000 menunjukan


di seluruh dunia,sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.Dari 972 juta pengidap hipertensi 333 juta berada
di negara maju dan sisanya 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Siburian (2004) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan SKRT (2001) adalah 19,3%. Penyakit ini banyak diderita oleh berumur >40
tahun (28%), pada perempuan (30,7%), pada penduduk yang yang gemuk (36,7%) dan
pada perokok (13%). Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
penyakit degeneratif seperti gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah
tepi.Hipertensi sering disebut pembunuh yang diam-diam (silent killer), karena penderita
hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymtomatik) selama beberapa tahun dan
kemudian mengalami stroke atau gagal jantung yang fatal (Depkes,2008).
Penderita hipertensi sangat heterogen diderita oleh orang banyak yang datang dari
berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor
resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik,
maupun yang bersifat eksogen, seperti rokok, nutrisi,stresor dan lainnya. Hipertensi
merupakan masalah yang besar dan serius,di samping karena prevalensinya yang tinggi
dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,juga karena tingkat keganasan
penyakit yang diakibatkan sangat tinggi seperti jantung,stoke,gagal ginjal dan lainnya, juga

menimbulkan kecacatan permanen dan kematian yang mendadak. Kehadiran hipertensi
pada kelompok dewasa sangat membebani perekonomian keluarga karena biaya
pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang bahkan seumur hidup.
4.

KLASIFIKASI
Tekanan darah normal apabila tekanan darah sistolik100 mmHg
(Iskandar, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg

: Tekanan darah normal

b. 85 – 99

: Tekanan darah normal tinggi

c. 90 -104

: Hipertensi ringan

d. 105 – 114

: Hipertensi sedang

e. >115

: Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg

: Tekanan darah normal

b. 140 – 159

: Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c. > 160

: Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.
7

2)

Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).

5.

PATHOFISIOLOGIS
Syukraini Irza (2009) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi

terjadi karena adanya gangguan dalam sistim peredaran darah.Gangguan tersebut dapat
berupa gangguan sirkulasi darah,gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah
atau komponen dalam darah yang tidak normal.gangguan tersebut menyebabkan darah
tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan lancar.Untuk itu diperlukan pemompaan
yang lebih keras dari jantung.hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalm
pembuluh darah atau disebut hipertensi.
Price dan Wilson (2002) menyatakan tekanan darah adalah fungsi berulang dari
cardiac output karena adanya resistensi perifeal (resitensi dalam pembuluh darah untuk
mengalirkan darah).Diameter pembuluh darah ini sangat mempengaruhi aliran darah.Jika
diameter

menurun

meningkat.Jika

misalnya

diameter

pada

meningkat

aterosklerosis,resistensi
misalnya

dengan

dan
adanya

tekanan

darah

terapi

obat

vasodilator,resistensi dan tekanan darah menurun.Ada dua mekanisme yang mengontrol
homeostatik dari tekanan darah,yaitu :
a. Short term control (sistem saraf simpatik).
Mekanisme ini sebagai respon
terhadap penurunan tekanan,system saraf simpatik mensekresikan norepinephrin
yang merupakan suatu vasoconstrictor yang akan pada
arteri kecil dan arteriola meningkatkan resistensi peripheral sehingga
tekanan darah meningkat.
b. Long term control (ginjal).

8

Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara mengontrol volume cairan
ekstraseluler dan mensekresikan renin yang akan mengaktivasi sistem renin dan
angiotensin (Rinawang,2011).
Proses terjadinya hipertensi

melalui

tiga

mekanisme,yaitu

gangguan

keseimbangan natrium,kelenturan atau elasisitas pembuluh darah berkurang
(menjadi kaku) dan penyempitan pembuluh darah.Pada stadium awal sebagian
besar pasien hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan diikuti
dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenikan tekanan darah
yang menetap,curah jantung dan tahanan perifer dan atrium kanan
mempengaruhi tekanan darah.

PATHWAY HIPERTENSI
Faktor predisposisi usia,jenis
kelamin,merokok,stress,kurang
olahraga,genetic,alkohol,konsentrasi
garam ,obesitas
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Beban kerja jantung
meningkat

HIPERTENSI

Tekanan sistemik
darah

9

Aliran darah makin cepat
ke seluruh tubuh
sedangkan nutrisi dalam
sel sudah mencukupi
kebutuhan

Peubahan srtuktur

Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokonsriksi

Perubahan situasi

Krisis situasional

Informasi yang minim

Defisiensi
pengetahuan
Ansietas

Resistensi pembuluh

Nyeri kepala

Metode koping
tidak efektif
Ketidakefektifan
koping

darah otak
Gangguan sirkulasi

Otak
Suplai O2 ke otak

Ginjal

Retina

Resiko
ketidakefektifan
perfusi ke jaringan
otak

Pembuluh darah

Vasokonsriksi
pemb.darah ginjal

Blood flow darah

Spasme arteriol
Sistemik
Resiko cedera
Vasokonstriksi

Respon RAA

Koroner

Penurunan curah
jantung

Iskemia miokard

Afterload
Nyeri

Merangsang
aldosteron

Kelebihan volume
cairan

Retensi Na

6.

Fatugue

Edema

Intoleransi aktifitas

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala yang lazim

10

Sering dikatakan bahwa gejala tyang paling sering menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya gejala ini yang sering mengenai
kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.
Beberapa tanda pada pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala,pusing
b. Lemas,kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

7.

TATALAKSANA MEDIS
a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup (Yugiantoro 2006)
menyatakan penatalaksanaan non farmakologis yaitu tindakan mengurangi faktor
resiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi
seperti menurunkan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol dan
mengurangi asam garam, kalsium dan magnesium, sayuran serta olahraga
dinamik,seperti lari, berenang, bersepeda, salah satu anjuran yang umumnya sulit
dilakukan, anjuran hidup tanpa stress terutama dalam kondisi kehidupan. Terapi
non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lain.
b. Penatalaksanaan farmakologis (Yugiantoro 2006) menyatakan bahwa terapi
farmakologis adalah dengan menggunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi
memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.Berdasarkan uji
klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa :
1. Keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah.
2. Pengelompokan pasien berdasarkan keperluan pertimbangan khusus yaitu
kelompok indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lain.
3. Terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara
progresif dalam beberapa minggu,dengan dosis rendah lalu perlahan
ditingkatkan dosisnya.
11

4. Menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.
5. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi.
Roslina (2008) menyatakan ada 2 prinsip pengobatan hipertensi yaitu :
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan kausal.
Pengobatan hipertensi esensial bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan dapat memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.
2. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dicapai dengan menggunakan anti
hipertensi dengan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup
8.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht :untuk mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas)

dan

dapat

mengindikasikan

faktor

resiko

seperti

hipokoagulabilitas,anemia.
 BUN/kreatinin :memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
 Glucosa :hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa :darah,protein,glukosa,mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
2. CT Scan :mengkaji adanya tumor cerebral,encelopati
3. EKG :dapat menunjukan pola regangan,dimana luas,peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP :mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Foto dada :menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

B. KONSEP DIABETES MELITUS
1.

DEFINISI
12

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2.

KLASIFIKASI

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya
mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)

13

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan
olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun
dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
3.

ETIOLOGI

1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
 Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
 Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
 Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

14

2) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar
yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

4.

a.

Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b.

Obesitas

c.
d.

Riwayat keluarga
Kelompok etnik

PATOFISOLOGIS
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
15

urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asamasam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
16

insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahuntahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
PATHWAY DM

DM TIPE I

DM TIPE II

Reaksi Autoimun

Idiopatik, Usia, gen, dll

Sel ß pankreas hancur

Reaksi Autoimun

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia

Katabolisme protein meningkat

Liposis meningkat

Fleksibilitas darah merah

Pembatasan diit

Penurunan BB

Pelepasan O2

intake tidak adekuat

Resiko nutrisi kurang

Hipoksia perifer

Poliuria

Defisit vol. cairan

Nyeri

17
Perfusi jaringan tidak efektif

5.

MANIFESTASI KLINIS

Diabetes Type I
1. Hiperglikemia berpuasa
2. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3. Keletihan & kelemahan
4. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, bahkan menyebabkan kematian)
2. Diabetes Type II
1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
3. Gejala umumnya bersifat ringan mencakup keletihan, gampang tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yg sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur

6.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
18

10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.

7.

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan

dikurangi atau

ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

19

1.
2.
3.
4.

Kurus (underweight) BBR < 90 %
Normal (ideal)
BBR 90% - 110%
Gemuk (overweight) BBR > 110%
Obesitas apabila
BBR > 120%
a. Obesitas ringan

BBR 120 % - 130%

b. Obesitas sedang

BBR 130% - 140%

c. Obesitas berat

BBR 140% - 200%

d. Morbid

BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah :
1.
2.
3.
4.

Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
Normal (ideal)
BB X 30 kalori sehari
Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
Obesitas apabila
BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :


Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.



Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore



Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen



Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein



Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.



Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
20



Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi
insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.



Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
1. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
o Menghambat absorpsi karbohidrat
o Menghambat glukoneogenesis di hati
o Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatDM tipe II yang pada
saat tertentu tidak dapatguan faal hati yang berat
o DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
o DM dan TBC paru akut
o DM dan koma lain pada DM
o DM operasi
o DM patah tulang
o DM dan underweight
o DM dan penyakit Graves

5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik.
8.

KOMPLIKASI

1.

Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik yakni kadar gula darah yg rendah. Kadar gula darah yg normal 60100 mg% yg bergantung pada berbagai kondisi. Salah satu bentuk dari kegawatan
hipoglikemik yaitu koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yg tak
21

diketahui sebabnya sehingga mesti dicurigai sebagai suatu hipoglikemik &
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik kebanyakan
disebabkan oleh overdosis insulin. diluar itu dapat juga disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yg berlebih.

b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK)
HONK yakni kondisi hiperglikemi & hiperosmoliti tanpa timbulnya ketosis.
Umumnya konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan hingga mencapai
angka 2000, tak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati angka 350 MOsm
perkilogram, tidak terdapat asidosis & fungsi ginjal pada biasanya terganggu di
mana BUN berbanding kreatinin lebih dari 30 : 1, Jumlah kadar elektrolit natrium
berkisar antara 100 hingga 150 MEq per liter kalium bervariasi.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
DM Ketoasidosis yaitu komplikasi akut diabetes mellitus yg ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit & asidosis.
2.

Komplikasi kronik
Sebuah komplikasi umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), dapat mengenai sirkulasi koroner,
vaskular serebral & vaskular perifer.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), biasanya mengenai mata
(retinopati) dan pada ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk dapat
memperlambat/menunda

awitan

baik

komplikasi

mikrovaskular

maupun

makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, dapat mengenai saraf sensorik-motorik & autonomi serta dapat
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

9.

PENCEGAHAN

Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan yaitu:
a. Pengendalian berat badan
b. Aktivitas fisik/olahraga
22

c. Makan dengan menu seimbang/ sehat
Dengan menurunkan berat badan antara 5-7% dari total berat badan disertai olahraga 5 hari
dalam seminggu selama 30 menit dan makan menu yang sehat mampu mengendalikan
terjadinya penyakit DM bagi yang punya riwayat.
Setiap orang mulai berusia 45 tahun, terutama yang berberat badan lebih seharusnya
meakukan uji diabetes untuk mengidenifikasi diri terhadap resiko diabetes.
Pencegahan diabetes sepenuhnya meliputi:
1. Pencegahan premordial
Pencegahan ini bagi orang yang sehat untuk berperilaku positif dalam mendukung
kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari resiko DM, misalnya tidak
merokok, diet yang sehat, dan lain-lain.
2. Promosi kesehatan
Penyuluahan ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat yang
beresiko untuk meminimalkan kejadian DM.
3. Pencegahan khusus
Ditujukan kepada kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan
atau upaya sehingga tidak jatuh ke Diabetes Melitus.
4. Diagnoosis awal
Dengan melakukan pemeriksaan gula darah secara dini untuk mendeteksi adanya
penyakit DM sejak dini sehingga cepat dilakukan tindakan.
5. Pengobatan yang tepat
Diupayakan bagi kelompok masyarakat yang sudah terkena DM tetapi belum parah
agar tidak jatuh dalam DM yang lebih berat/ komplikasinya.
6. Disability limitation
Pembatasan kecacatan yang ditujukan kepada upaya maksimal mengatasi dampak
komplikasi DM yang lebih berat.
7. Rehabilitasi
Untuk memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau kecacatan yang
terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjutan DM
yang menyebabkan adanya amputasi.
23

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.

Pengertian
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama

sebagai suatu kesatuan atau unit yang terkecil dalam masyarakat, dan biasanya, tetapi tidak
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain, mereka hidup bersama
dalam satu rumah (tempat tinggal) biasanya dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
(Depkes RI, 2001)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan salng ketergantungan. (Depkes RI, 2003)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga dan
berinteraksi satu sama laindan didalam peranannya masing-masing menciptakan serta
memperhatikan kebudayaan. (SalviclanG. Bailon dan Maglaya)
Kesimpulan dari ketiga pendapat di atas pengertian keluarga adalah :
1. Unit terkecil dari masyarakat
2. Terdiri dari dua orang atau lebih
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4. Hidup dalam satu rumah tangga
5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
6. Berinteraksi satu sama lain
7. Setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing
a.

Struktur Keluarga
Struktur keluarga bermacam-macam diantaranya adalah:
Struktur Keluarga
1. patrilineal

Pengertian
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun

2. matrilineal

melalui jalur garis ayah
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
24

3. Matrilokal

melalui jalur garis ibu
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

4. Patrilokal

keluarga sedarah istri
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

5. Keluarga

keluarga sedarah suami
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

kawinan

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami dan istri

b. Ciri-ciri struktur keluarga :
Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut :
1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing
c.

Bentuk Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
Bentuk keluarga
1. Keluarga Inti
(Nuclear family)
2. Keluarga Besar
(Extended family)
3. Keluarga Berantai
(Serial family)

Pengertian
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, paman, bibi, dsb.
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria

yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan inti
4. Keluarga Duda/
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
Janda
(single
kematian
family)
5. Keluarga
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
berkomposisi
(Composite)
6. Keluarga Kabitas
(Cohabitation)

dan hidup secara bersama-sama
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga

25

Tipe keluarga di Indonesia umumnya menganut type keluarga besar
(extended family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa
suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat
d. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah
2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ibu
3. Equalilitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah
dan ibu
e.

Peranan Keluarga
1. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakatdari lingkungannya
3. Peranan Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai salah satu kelompok peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung serta sebagai pencari nafkahtambahan dalam
keluarganya
4. Peranan Anak
Anak-anak

melaksanakan

peranan

psikososial

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
f.

Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga :
1. Fungsi biologis
-

Untuk meneruskan keturunan

-

Memelihara dan membesarkan anak
26

-

Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

-

Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi psikologis
-

Memberi kasih sayang dan rasa aman

-

Memberi perhaian diantara anggota keluarga

-

Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

-

Memberi identitas keluarga

3. Fungsi Sosial
-

Membina sosialisasi pada anak

-

Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak

-

Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi Ekonomi
-

Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga

-

Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga

-

Menabung untuk memenuhi kebutuhan dimasa akan datang misalnya :
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dsb.

5. Fungsi Pendidikan
-

Menyekolahkan

anak-anak

untuk

memberikan

pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliknya
-

Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

-

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, yaitu :
a. Asih,

adalah

memberikan

kasih

sayang,

perhatian,

rasa

aman,

kehangatankepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tubuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak
27

c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya
g.

Tahap-tahap perkembangan dalam Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvail adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam pembentukan
rumah tangga
b. Tahap menjelang Kelahiran anak, tugas keluarga untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan, anak merupakan
kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang akan dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga dapat mengasuh,
mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap
ini bayi kehidupan sangat bergantung kepada kedua orangtuanya dan
kondisinya sangat lemah
d. Tahap menghadapi anak pra-sekolah, pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,
tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah muli
menanamkan norma-norma sosial budaya
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga
adalahbagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk memepersiapkan
masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol
tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum pada anak
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini merupakan tahap yang paling
rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas baku dalam
membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara
kedua orangtua dan anak perlu dipelihara dan dikembangkan
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan
anak telah dapat menyelesaikanpendidikannya. Maka tahap selanjutnya
adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupan yang

28

sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah
tangga
h. Tahap berdua kembali setelah anak besardan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami dan istri berdua saja. Dalam
tahap ini keluarga akan merasa sepi dan tidak dapat menerima kenyataan
akan dapat me