I. PENDAHULUAN - LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

  

LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI

PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

  1 Suhariyono

  ABSTRAK: Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Legalisasi aset pemerintah daerah yang berupa tanah diwajibkan kepada pihak yang menguasai atau menggunakan tanah, dan diatur baik dalam hukum tanah, hukum pemerintahan daerah maupun hukum keuangan negara/daerah. (2) Pelaksanaan legalisasi aset pemerintah daerah melalui pendaftaran tanah untuk pertama kali diawali dengan permohonan pendaftaran tanah dengan melampirkan dokumen-dokumen pertanahan, di antaranya adalah bukti penguasaan tanah yang dibuat oleh pengguna aset pemerintah daerah, selanjutnya oleh Kantor Pertanahan Kebupaten Pringsewu dilakukan pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis serta pembukuan haknya, penerbita surat keputusan pemberian hak pakai, penerbitan sertipikat, dan penyimpanan daftar umum dan dokumen. Kata Kunci: Legalisasi Aset, Pemerintah Daerah, Pendaftaran Tanah I.

   PENDAHULUAN

  Tanah merupakan faktor ekonomi penting dan memiliki nilai strategis, baik dilihat

  2

  dari aspek sosial maupun kultural. Tanah merupakan aset daerah sebagai sumber daya penting bagi pemerintah daerah untuk penopang utama pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mengelola tanah secara memadai, mulai dari pendataan hingga proses pendaftaran, melalui pensertifikatan tanah- tanah yang belum memiliki sertifikat sebagai jaminan kepastian hukum sebagai aset pemerintah daerah.

  Pada umumnya di Indonesia memiliki permasalahan yang sama mengenai aset 1 berharga ini, yaitu khususnya bagi daerah-daerah yang melakukan pemekaran

  

Penulis sebagai Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung

(email : herrybono@yahoo.co.id)

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 wilayahnya, masalah pertanahan dari status haknya, subjek hak hingga objek haknya harus diatur dan didata kembali mengenai kepemilikannya. Oleh karena itu, tanah perlu dikelola dan diatur untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas bidang tanah melalui pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah merupakan upaya pengadministrasian tanah untuk mengamankan hak-hak seseorang atas tanah dan demi terwujudnya ketertiban administrasi pertanahan sehingga sengketa tanah dapat dielimininasi. Sesuai dengan amanat pada Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), mengatur untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Selain itu bagi pemerintah daerah, pendaftaran tanah ini merupakan bagian dari kegiatan legalisasi aset. Legalisasi aset merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi (pengumpulan data fisik, data yuridis, pengumuman serta penetapan dan/atau penerbitan surat keputusan pemberian hak atas tanah), pendaftaran hak atas tanah serta penerbitan sertifikat hak atas tanah yang secara hukum merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hak atas tanah yang dimiliki serta penguatan hak atas tanah untuk mengurangi sengketa agraria (Undang-Undang Pokok Agraria

  Pasal 19 ayat 1). Legalisasi aset menjadi salah satu bagian terpenting di dalam pengelolaan aset agar pengelolaan aset di daerah menjadi optimal. Kepemilikan sertifikat atas tanah hak pakai dan hak pengelolaan yang dimiliki oleh daerah juga ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dalam Pasal tersebut bahwa pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum.

  Pasal 49 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah mengatur bahwa: 1)

  Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) disertai dokumen; 2)

  Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk barang milik daerah berupa tanah yaitu fotokopi sertifikat. Pentingnya penyertifikatan tanah hak pakai dan hak pengelolaan memiliki implikasi yuridis terhadap kedudukan tanah tersebut sebagai aset daerah.

  Proses penyelesaian legalisasi Aset pemerintah ini belum berjalan maksimal khususnya tanah/barang tidak bergerak BPK telah menemukan banyak tanah pemerintah yang tidak bersertifikat sejak pemeriksaan atas Laporan Keuangan

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 masih ditemukan dalam hasil pemeriksaan BPK atas LKPP pada empat tahun terakhir, yaitu Tahun 2011 s.d 2014. Selain itu, permasalahan pensertipikatan tanah pemda masih ditemukan dalam hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa pensertipikatan tanah pemerintah sudah cukup lama menjadi

  3 permasalahan, namun penyelesaiannya sampai saat ini belum tuntas.

  Pensertipikatan tanah tersebut dilakukan untuk pengamanan BMN/D yang mencakup tiga aspek yaitu pengamanan fisik, administrasi dan hukum. Tanpa pengamanan hukum yang memadai, tanah pemerintah rawan digunakan/dikuasai oleh pihak lain, dan/atau disalahgunakan oleh aparat pemerintah, sehingga berpotensi hilangnya aset pemerintah. Tanah pemerintah yang dikuasai oleh masyarakat juga dapat menimbulkan risiko biaya sosial untuk pembebasannya. Misalnya, Pemprov DKI Jakarta harus mengeluarkan biaya relokasi warga masyarakat untuk pembebasan tanah Waduk Pluit dan Waduk Ria rio pada Tahun 2013. Dalam hasil pemeriksaannya, BPK juga masih menemukan adanya

  4 permasalahan tanah pemerintah yang dikuasai oleh pihak lain.

  Permasalahan yang terjadi adalah pensertipikatan tanah pemerintah pusat/ daerah terhambat karena (1) tanah yang dikuasai pemerintah tidak didukung dokumen kepemilikan; (2) implementasi prosedur pensertipikatan tanah pemerintah pusat/daerah tidak efektif; (3) inventarisasi tanah belum efektif; dan (4) pembiayaan

  5 pensertipikatan tanah tidak terintegrasi.

  Sehubungan hal tersebut di atas, dalam rangka memberikan kemudahan dan percepatan dalam pengurusan hak dan penyelesaian sertifikat tanah-tanah aset Instansi Pemerintah Daerah BPN menerbitkan suatu Kebijakan berupa Surat Edaran tanggal 22 April 2016, Nomor: 1855/15.1/IV/2016, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Instansi Pemerintah yang harus dilaksanakan oleh seluruh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

  Aset tanah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu, terdapat 419 bidang tanah (84,64 persen) dari jumlah keseluruhan bidang tanah yang masih harus dilegalisasi. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu harus menyediakan anggaran yang cukup untuk menyelesaikan permasalahan legalisasi aset tanah tersebut sehingga aset-aset tanah memiliki legalitas yang kuat. Anggaran yang disediakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu setiap tahunnya saat ini adalah sangat minim untuk penyelesaian proses legalisasi aset- 3 aset tanah pemerintah.

  

Panduan Pensertifikatan Tanah Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan Republik

4 Indonesia. BPK RI Jakarta 2015, hlm. 1 Ibid, hlm. 2

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Permasalahan dalam penelitian ini adalah: a.

  Bagaimana pengaturan legalisasi aset pemerintah daerah menurut Sistem Hukum Tanah Nasional? b. Bagaimanakah pelaksanaan legalisasi aset pemerintah daerah melalui pendaftaran tanah untuk pertama kali?

  II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.

  Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan seleksi data, klasifikasi data dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

  III. PEMBAHASAN

  Pelaksanaan legalisasi aset pemerintah daerah diimplementasikan melalui pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah merupakan hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian secara serius dan seksama dalam rangka pengumpulan data dan menentukan status atau pemilikan dan penguasaan atas sebidang tanah. Hal ini dipertegas dalam PP Nomor 24 Tahun 1997: a.

  Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau Perundang-Undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain.

  b.

  Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan Perundang-undangan yang bersangkutan.

  Proses pendaftaran tanah untuk pertama kali merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh masyarakat yang memiliki tanah, untuk memenuhi aspek kepastian hukum sesuai dengan undang-undang. Berdasarkan hasil penelitian pada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pringsewu maka diperoleh penjelasan bahwa implementasi pendaftaran telah dilaksanakan sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 1997 jo. PMNA Nomor 3 Tahun 1997, artinya setiap kegiatan pendaftaran tanah dimaksud sepanjang hasil penelitian data fisik

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dan data yuridis tidak diketemukan permasalahan, dapat dilanjutkan sampai dengan

  6

  proses akhir, yakni sertipikat atas hak tanah Implementasi pendaftaran tanah untuk pertama kali diimplementasikan ke dalam tiga bidang kegiatan:

  1. Bidang fisik atau “teknis kadastral” Kegiatan ini mengenai tanahnya, yaitu untuk memperoleh data mengenai letaknya, batas-batasnya, luasnya, bangunan-bangunan dan/atau tanaman- tanaman penting yang ada di atasnya. Setelah dipastikan letak tanahnya, ditetapkan batas-batasnya serta diberikan tanda-tanda batas di tiap sudutnya.

  Diikuti dengan kegiatan pengukuran dan pembuatan petanya. Penetapan batas dilakukan oleh pejabat pendaftaran tanah yang ditunjuk oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan disetujui oleh pemegang hak atas tanah yang berbatasan. Kegiatan ini menghasilkan peta-pendaftaran yang melukiskan semua tanah yang ada di wilayah pendaftaran yang sudah diukur. Untuk tiap bidang tanah yang haknya didaftar dibuatkan surat ukur.

  2. Bidang yuridis Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya hak pihak lain yang membebaninya. Pengumpulan datanya menggunakan alat pembuktian berupa dokumen dan lain-lainnya.

  3. Penerbitan dokumen tanda-bukti hak Bentuk kegiatan pendaftaran dan hasilnya, termasuk apa yang merupakan surat tanda bukti hak, tergantung pada sistem pendaftaran yang digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan.

  Selanjutnya menurut keterangan Syaiful Anwar diketahui bahwa: setelah ada permohonan yang diajukan oleh pemohon maka tahapan selanjutnya adalah: a.

  Identifikasi/penelitian berkas oleh petugas peneliti berkas (penerimaan dan pemeriksaan dokumen permohonan) b.

  Penerimaan pembayaran biaya pengukuran dan pemeriksaan tanah c. Penelitian dan pemeriksaan lapangan serta penilaian terhadap data fisik dan data yuridis oleh Tim yang disebut dengan Tim Peneliti Tanah (Pengukuran dan Pemeriksaan Tanah) d. Pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan e. Pembuatan risalah pemeriksaan tanah f. Penerbitan surat keputusan hak dari Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu g. 6 Pelaksanaan pendaftaran Surat Keputusan (SK) Hak Pakai

  

Hasil wawancara dengan Syaiful Anwar, Kasie Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 h.

  Selanjutnya adalah pembukuan hak dan penerbitan sertifikat (pencetakan,

  7 penggambaran sampai dengan penandatangannya.

  Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara sistematik dan secara sporadik.

1. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

  Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak, yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan pendaftaran tanah yang melibatkan pemerintah (Badan Pertanahan Nasional), sebagai pelaksana dibantu oleh sebuah panitia independen. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 8 PP Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa: (1) dalam melaksanakan pendaftaran secara sistematik Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh sebuah Panitia Ajudikasi, yang dibentuk oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk; (2) susunan Panitia Ajudikasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : 1)

  Seorang ketua panitia merangkap anggota yang di jabat oleh seorang pegawai BPN. 2)

  Beberapa orang anggota yang terdiri dari seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan di bidang pendaftaran tanah, seseorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan di bidang hak atas tanah, kepala desa/kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang pamong desa/kelurahan yang ditunjuknya. 3)

  Keanggotaan panitia ajudikasi dapat ditambah dengan seorang anggota yang sangat diperlukan dalam penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang- bidang tanah yang wilayah desa/kelurahan yang bersangkutan. 4)

  Dalam melaksanakan tugasnya panitia ajudikasi dibantu oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan satuan tugas pengumpul data yuridis dan satuan administrasi yang tugas dan susunannya diatur oleh menteri. Pendaftaran tanah secara sistematik meliputi: Pelaksana Pengukuran dan Pemetaan, Kegiatan pengukuran titik dasar teknik, pengukuran dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar pendaftaran, serta pengukuran dan pemetaan untuk pembuatan peta dapat dilaksanakan oleh pihak swasta. Persyaratan pihak swasta yang dapat ditugaskan melakukan tugas ditetapkan oleh Menteri Penetapan Lokasi pendaftaran tanah secara sistematis ditetapkan oleh Menteri atas usul kepala kantor wilayah, yaitu satuan lokasi pendaftaran tanah secara sistematk adalah seluruh atau 7 sebagian wilayah satu Desa/ Kelurahan. Usul penetapan lokasi pendaftaran tanah

  

Hasil wawancara dengan Syaiful Anwar, Kasie Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 secara sistematik berdasarkan atas rencana kerja kantor pertanahan dengan mengutamakan wilayah Desa/Kelurahan yang diantaranya: 1)

  Sebagian wilayahnya sudah didaftar secara sistematik 2)

  Jumlah bidang tanah yang terdaftar relatif kecil, yaitu berkisar sampai dengan 30 % (tiga puluh persen) dari perkiraan jumlah bidang tanah yang ada 3)

  Merupakan daerah pengembangan perkotaan yang tingkat pembangunannya tinggi 4)

  Merupakan daerah pertanian yang produktif 5)

  Tersedia titik-titik kerangka dasar teknik nasional Pendaftaran tanah secara sistematik dibiayai dengan anggaran pemerintah pusat atau daerah, atau secara swadaya oleh masyarakat dengan persetujuan menteri. Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahan untuk memberi kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan mengenai data fisik dan data yuridis yang sudah dikumpulkan oleh panitia ajudikasi, maka daftar data yuridis dan data fisik bidang tanah dan peta bidang-bidang tanah diumumkan selama 30 (tiga puluh) hari di Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan. Penandatanganan sertipikat dilakukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan 2.

  Pendaftaran tanah secara sporadik Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal, yang dilakukan atas permintaan pemegang atau penerima hak atas tanah yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 11 PP Nomor 24 Tahun 1997, kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan datanya, yang produk akhirnya adalah sertipikat hak atas tanah sebagai tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya.

3. Penerbitan Sertipikat

  Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Oleh karena itu, kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.

  Sertipikat menurut Pasal 1 angka 20 PP Nomor 24 Tahun 1997, adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 bersangkutan. Sertipikat terdiri atas salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen (Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961) kemudian diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. Sertipikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota. Sedangkan pejabat yang menandatangani sertipikat, adalah: a.

  Dalam pendaftaran tanah secara sistematik, sertipikat ditandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota.

  b.

  Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual (perseorangan), sertipikat ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota.

  c.

  Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat massal, sertipikat ditandatangani oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atas nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota. Sertipikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya. Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia, sertipikat diserahkan kepada ahli warisnya atau salah seorang ahli waris dengan persetujuan para ahli waris yang lain. Sedangkan sertipikat tanah wakaf diserahkan kepada nadzirnya.

  Proses penerbitan serifikat melalui tahapan sebagai berikut: 1.

  Pengumpulan dan pengolahan data fisik Pengumpulan dan pengolahan data fisik dilaksanakan untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik pertama-tama dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan kegiatan ini meliputi pembuatan peta dasar pendaftaran, penetapan atas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftara, pembuatan daftar tanah serta pembuatan surat ukur. Dalam rangka pengumpulan dan pengolahan data fisik pertama-tama dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan yang meliputi pembuatan peta dasar pendaftaran, penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran, pembuatan daftar tanah dan pembuatan surat ukur. Pembuatan peta dasar pendaftaran tersebut merupakan dasar untuk pembuatan peta pendaftaran. Pada pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik, peta dasar pendaftaran digunakan untuk memetakan bidang-bidang tanah yang sebelumnya sudah didaftar. Sedangkan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik peta dasar pendaftaran tersebut disediakan agar bidang tanah yang didaftar dapat Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dalam suatu wilayah, sehingga dapat dihindarkan terjadinya penerbitan sertipikat ganda atas satu bidang tanah. Penyiapan peta dasar pendaftaran diperlukan, agar setiap bidang tanah yang didaftar dijamin letaknya secara pasti, karena dapat direkonstruksi di lapangan setiap saat. Selanjutnya untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah, bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan. Hal ini diatur dalam Pasal 17 PP Nomor 24 Tahun 1997. Penetapan batas bidang tanah dilakukan berdasarkan penunjukan batas oleh pemegang hak yang bersangkutan dan disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang berbatasan guna memenuhi asas contradictoire delimitatie. Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya, diukur dan dilakukan pemetaan dalam peta dasar pendaftaran untuk kemudian dibubuhkan nomor pendaftarannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 PP Nomor 24 Tahun 1997. Selanjutnya bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan tersebut dibukukan dalam daftar tanah (Pasal 21 PP Nomor 24 Tahun 1997), dan untuk keperluan pendaftaran haknya, maka bidang-bidang tanah tersebut dibuatkan surat ukur (Pasal 22 PP Nomor 24 Tahun 1997).

2. Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan hak

  Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan hak dibedakan antara pembuktian hak baru dan hak lama, hak-hak baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya PP Nomor 24 Tahun1997. Sedangkan hak-hak lama yaitu hak-hak atas tanah yang berasal dari koversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP 10 Tahun 1961. Kepemilikan atas tanah ada tiga kemungkinan alat pembuktiannya yaitu:

  a. Bukti tertulisnya lengkap tidak memerlukan tambahan alat bukti lain

  b. Bukti tertulis sebagian tidak ada lagi diperkuat keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan.

  c. Bukti tertulisnya semuanya tidak ada lagi diganti keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan. Dalam proses pendaftaran tanah semuanya akan diteliti lagi melalui pengumuman untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yuridis bertujuan untuk

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 adanya hak pihak lain yang membebaninya. Pengumpulan data tersebut menggunakan alat pembuktian berupa dokumen dan lain-lainnya. Dalam kegiatan pengumpulan data yuridis diadakan perbedaan antara pembuktian hak- hak baru dan hak lama. Hak-hak baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya PP Nomor 24 Tahun 1997 dan untuk keperluan pendaftaran data yuridisnya dibuktikan antara lain dengan penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang atau asli akta Pejabat Pembuat Akta Tanah yang memuat pemberian hak tersebut, demikian menurut Pasal 23 PP Nomor 24 Tahun 1997. Sedangkan hak-hak lama yaitu hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. Data yuridis hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti tertulis, yang apabila bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi, maka pembuktian pemilikan dapat dilakukan dengan keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi/ Kepala Kantor Pertanahan dianggap cukup sebagai dasar mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya (Pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997). Dalam Penjelasan Pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997, disebutkan bahwa bukti pemilikan pada dasarnya terdiri dari bukti pemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960 dan apabila hak tersebut kemudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan hak yang bersangkutan yang dilakukan melalui penegasan konversi hak yang lama menjadi hak baru yang didaftar. Alat-alat bukti tertulis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 dan ditegaskan dalam Penjelasan Pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997, antara lain adalah grosse akta hak eigendom, grosse akta hak eigendom, surat tanda bukti Hak Milik, petuk pajak bumi/ landrente, girik,pipil, kekitir, dan lain-lain. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian pemilikan yang tertulis, keterangan saksi ataupun pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya, maka pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (duapuluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan dilakukan dengan itikad baik, nyata dan terbuka, tidak diganggu gugat dan dibenarkan oleh masyarakat Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dipercaya serta telah diadakan penelitian mengenai kebenaran hal tersebut, kemudian telah diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan melalui pengumuman. Pada akhirnya kesimpulan mengenai status tanah dan pemegang haknya dituangkan dalam keputusan berupa pengakuan hak yang bersangkutan oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik dan oleh Kepala Kantor Pertanahn dalam pendaftaran tanah secara sporadik. Mengenai pembukuan hak diatur di dalam Pasal 29 PP Nomor 24 Tahun 1997. Disebutkan bahwa hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah, yang memuat data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan hak dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur merupakan bukti, bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftar menurut Peraturan Pemerintah (Pasal 29 ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997).

3. Pemberian Surat Keputusan Hak Pakai

  Pemberian Surat Keputusan Hak Pakai ini didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 rentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak

8 Pengelolaan.

  Menurut Pasal 103 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 kewajiban penerima hak atas tanah adalah: a.

  Membayar Bea Perolehan hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan uang pemasukan kepada negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai b. Memelihara tanda-tanda batas, yaitu mencegah adanya perselisihan tentang tanda batas tanah pemohon.

  c.

  Menggunakan tanah secara optimal sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

  d.

  Mencegah kerusakan-kerusakan dan hilangnya kesuburan tanah e. Menggunakan tanah sesuai kondisi lingkungan hidup agar pemohon ikut berpartisipasi dalam pembangunan baik yang ada di lingkungan Desa, 8 Kecamatan, maupun yang ada di tingkat Kabupaten/Kota.

  

Hasil wawancara dengan Al Farabi, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu. Kamis 12

Januari 2017

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

  4. Pembukuan Hak Pelaksanan pembukuan diatur dalam Pasal 30 PP Nomor 24 Tahun 1997 atas dasar alat bukti dan berita acara pengesahan tersebut di atas hak atas bidang tanah: a.

  Data fisik dan yuridis sudah lengkap dan tidak ada yang disengketakan dilakukan pembukuannya dalam buku tanah b.

  Data fisik dan yuridis belum langkap dan tidak ada yang disengketakan dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai hal- hal yang belum lengkap c. Data fisik dan yuridis disengketakan tetapi diajukan gugatan kepengadilan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut.

  d.

  Data fisik dan yuridis disengketakan dan diajukan gugatan dipengadilan tetapi tidak ada perintah dari pengadilan untuk status quo dan tidak ada putusan penyitaan dari pengadilan dilakukan pembukuan dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut e.

  Data fisik dan yuridis disengketakan dan diajukan gugatan dipengadilan tetapi ada perintah dari pengadilan untuk status quo dan tidak ada putusan penyitaaan dari pengadilan dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dan mengosongkan nama pemegang haknya dan hal-hal lain yang di sengketakan.

  5. Penerbitan Sertifikat Sertifikat sebagai surat tanda bukti hak diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftarkan dalam buku tanah. Sertifikat hanya boleh diberikan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya. Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia sertifikat diterimakan kepada ahli warisnya atau salah seorang ahli warisnya dengan persetujuan ahli waris lainnya

  Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan legalisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu melalui pendaftaran tanah pertama kali adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dengan tahapan Penyajian data fisik dan data yuridis yang ditujukan untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Hal ini sesuai dengan asas pendaftaran tanah yaitu terbuka. Selanjutnya Penyimpanan Daftar Umum dan Dokumen, Daftar umum dan dokumen-dokumen

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Kantor Pertanahan untuk mencegah hilangnya dokumen yang sangat penting tersebut. Dokumen-dokumen tersebut harus tetap berada di Kantor Pertanahan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri. Apabila ada instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya, pemeriksaannya wajib dilakukan di Kantor Pertanahan dan hanya atas perintah pengadilan yang sedang mengadili suatu perkara, asli dokumen boleh dibawa oleh Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuknya ke sidang pengadilan, untuk diperlihatkan kepada Majelis Hakim dan para pihak yang bersangkutan. Kemudian dokumen tersebut harus disimpan kembali di Kantor Pertanahan semula. Ketentuan mengenai prosedurnya, pengumpulan, penyimpanan, dan penyajian data fisik dan data yuridis serta penerbitan sertifikat dalam PP Nomor 24 Tahun 1997. Sebagaimana telah diuraikan di atas, pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran secara sistematik dan sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakarsa badan pertanahan nasional yang didasarkan atas suatu rencana kerja jangka panjang dan rencana tahunan, yang berkesinambungan. Pelaksanaan dilangsungkan diwilayah-wilayah yang ditentukan oleh menteri serta diwilayah-wilayah yang belum ditunjuk oleh menteri. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas obyek atas pendaftaran tanah, yang bersangkutan yang akan diutamakan dalam pendaftaran tanah secara sistematik tetapi pendaftaran tanah secara sporadik juga akan ditingkatkan. Pendaftaran tersebut telah dilaksanakan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu selama periode Tahun 2015-2016, dengan jumlah 36 pendaftaran. Jenis hak yang didaftarkan adalah hak pakai, dengan rincian sebagai yaitu pada tahun 2015 terealisasi 16 pendaftaran status tanah non pertanian dan tahun 2016 terealisasi 20 pendaftaran status tanah non pertanian. Proses pendaftaran tanah sebagai legalisasi aset oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu tersebut berlaku sama untuk setiap bidang tanah yang didaftarkan. Pemberlakuan Kebijakan Badan Pertanahan Nasional berupa Surat Edaran tanggal

  22 April 2016, Nomor: 1855/15.5/IV/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Instansi Pemerintah memberikan kemudahan proses legalisasi aset Pemerintah daerah.Llegalisasi aset dimplementasikan dengan pendaftaran tanah sebagai aset pemerintah daerah di Kabupaten Pringsewu pada periode Tahun 2015-2016.

IV. PENUTUP A. SIMPULAN 1.

  Pengaturan legalisasi aset pemerintah daerah menurut Sistem Hukum Tanah

  Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 hukum keuangan negara/daerah. Selain itu pemberlakuan Surat Edaran Badan Pertanahan Nasional tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Instansi Pemerintah memberikan kemudahan proses legalisasi aset Pemerintah daerah di Kabupaten Pringsewu.

  2. Legalisasi aset pemerintah daerah melalui pendaftaran tanah untuk pertama kali berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah pada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pringsewu dilaksanakan Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu selama periode Tahun 2015-2016, dengan jumlah 36 pendaftaran. Jenis hak yang didaftarkan adalah hak pakai, dengan rincian sebagai yaitu pada tahun 2015 terealisasi 16 pendaftaran status tanah non pertanian dan tahun 2016 terealisasi 20 pendaftaran status tanah non pertanian

B. SARAN 1.

  Pemerintah Kabupaten Pringsewu melalui BPKAD disarankan untuk lebih intensif dalam mendata dan mendaftarkan tanah sebagai aset pemerintah daerah, sehingga tanah yang belum terdaftar agar segera dapat dilaksanakan proses pendaftaran hak atas tanah guna memberikan kepastian hukum hak atas kepemilikan tanah tersebut.

  2. Badan Pertanahan Kabupaten Pringsewu disarankan untuk meningkatkan penyuluhan hukum atau sosialisasi tentang pertanahan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum terhadap masalah pendaftaran tanah.

DAFTAR PUSTAKA

  Santoso, Urip. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta, Panduan Pensertifikatan Tanah Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Pemeriksa

  Keuangan Republik Indonesia. BPK RI Jakarta 2015 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

  Agraria Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

  Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Surat Edaran BPN Nomor: 1855/15.5/IV/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan

  Pendaftaran Tanah Instansi Pemerintah dalam rangka pelaksanaan