PENGERTIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

PENGERTIAN DAN EVALUASI
PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Meri Marlina

(2011 121 056)

2. Desi Susanti

(2011 121 062)

3. Rijlaini

(2011 121 063)

Semester

:5


Kelas

:B

Mata Kuliah

: Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengasuh

: Retni Paradesa

Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Palembang
2013

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin, berkat hidayah dan kesehatan yang telah dilimpahkanNya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelas pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran dan sekaligus sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para pembaca
khususnya bagi teman-teman mahasiswa.
Penyusunan makalah ini terselesaikan atas pengarahan dosen pengasuh, serta
kerjasama kelompok dan terutama berkat pertolongan Allah SWT. Walaupun kami menyusun
makalah ini dengan sungguh-sungguh, karena berbagai keterbatasan kami, kami yakin
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, terutama teman-teman mahasiswa dan dosen
pengasuh agar ke depan lebih baik lagi.

Palembang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

................................................................................................

B. Rumusan Masalah

.........................................................................................

C. Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi .........................................................................................
B. Kedudukan Evaluasi .........................................................................................
C. Prosedur Evaluasi ...............................................................................................
D. Ruang Lingkup Evaluasi ..................................................................................
1. Obyek Evaluasi

.......................................................................................

2. Evaluasi Program Pendidikan.......................................................................

3. Evaluasi Secara Empirik ...............................................................................
4. Evaluasi Hasil Belajar ..................................................................................
5. Evaluasi Non Tes .......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

..............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh
tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif.
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia
pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang
dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana.
Dalam hugungan ini, hal yang dievaluasi bukanlah oarang secara fisik tetapi

karakteristik-karakteristik dari orang itu dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan proses belajar mengajar
adalah tampilan siswa dalam bidangkognitif (pengetahuan, intelektual, akal), afektif
(sikap, minat, motivasi, emosional), dan psikomotorik (keterampilan, gerak, tindakan).
Tampilan tersebut dapat dievaluasi melalui lisan, tertulis maupun perbuatan.
Evaluasi juga bisa mencakup seluruh profesi yang bisa dilakukan oleh manusia.
Setiap profesi manusia, misalnya pendidikan (guru), pemerintahan, politik, pertahanan
dan keamanan, industri, perekonomian, pertanian, dan hukum tidak akan terlepas dari
kegiatan evaluasi.
Sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah, khususnya tujuan pengajaran
matematika, ruang lingkup evaluasi yang akan dibicarakan adalah mengenai Obyek
Evaluasi, Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan, Evaluasi Program, evaluasi Hasil Belajar
(Tes), dan Evaluasi Non Hasil Belajar (Non Tes).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud evaluasi
2. Diprofesi mana sajakah pembicaraan mengenai kedudukan evaluasi?
3. Apa saja prosedur yang ada dalam evaluasi?
4. Apa saja yang terkait dalam ruang lingkup evaluasi?


C. Tujuan
1. Merumuskan pengertian evaluasi
2. Menjelaskan mengenai kedudukan evaluasi
3. Menjelaskan prosedur yang ada dalam evaluasi
4. Menjelaskan ruang lingkup evaluasi dalam tujuan pengajaran matematika

BAB II
PENDAHULUAN

A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi dari sebuah kata dalam Bahasa Inggris, yaitu “evaluation”. Norman
E. Gronlund (1976: 3) menyatakan bahwa, Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak
bisa diabaikan oleh seorang guru. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi
evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan belajar
mengajar yang baik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
suatu proses yang sistematik dan sinambung, untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan instruksional
yang telah ditetapkan. Seorang guru mau tidak mau harus memahami berbagai teknik dalam
melaksanakan evaluasi.
Dalam rangka kegiatan belajar mengajar, selanjutnya Norman E. Gronlund

(1976:6) menyatakan bahwa, Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik
dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Ada dua aspek penting
dari definisi di atas. Pertama, evaluasi menunjuk pada proses yang sistematik. Kedua, evaluasi
mengasumsikan bahwa tujuan instruksional ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar
mengajar berlangsung.
Edwin Wand dan Gerald W. Brown (1957:1) menyatakan bahwa. Evaluasi
berkenan dengan kegiatan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan
pendapat di atas, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses untuk
menentukan nilai dari segala sesuatuyang berkenna dengan pendidikan.
Witherington (1980:24) menyatakan bahwa, Evaluasi adalah pernyataan bahwa
sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Jadi, mengevaluasi diartikan sebagai memberikan
pernyataaan terhadap sesuatu hal, apakah ia bernilai tau tidak. Yang dimaksud denagn nilai
disini bisa kuantitatif, kualitatif, atau pun keduanya.

Mechrens dan Lechman (1984:5) menyatakan bahwa, Evaluasi diartikan sebagai
penentuan kesesuaian antara tampilan dengan tujuan-tujuan. Dalam hugungan ini, hal yang
dievaluasi bukanlah oarang secara fisik tetapi karakteristik-karakteristik dari orang itu dengan
menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang
lingkup kegiatan proses belajar mengajar adalah tampilan siswa dalam bidangkognitif
(pengetahuan, intelektual, akal), afektif (sikap, minat, motivasi, emosional), dan psikomotorik

(keterampilan, gerak, tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi melalui lisan, tertulis
maupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi adalah menentukan apabila tampilan
siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Berdasarkan pendapat ini tampak bahwa, dalam kaitannya dengan belajar mengajar, siswa
yang dievaluasi oleh guru tidak merupakan obyek melainkan subyek. Karena siswa yang
dievaluasi bukan siswa secara kesaluruhan (fisik maupun psikis) tetapi hanya satu atau
beberapa aspek dari karakteristik siswa tersebut. Selama evaluasi dilaksanakan, siswa yang
dievaluasi tetap aktif, jadi ia adalah subyek.
Sesuai dengan prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses
terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa, denagn sendirinya evaluais dapat dapat
dijadikan alat untuk mengetahui perubahan tersebut. Ini berarti bahwa dalam proses belajar
mengajar harus ada kriteria tertentu yang dapat dijadikan patokan untuk pelaksanaan
evaluasinya.
Dari pengertian-pengertian evaluasi yang dikemukakan di atas menunjukan bahwa
evaluasi sifatnya lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi meliputi aspek kuantitaif dan
kualitatif. Pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif,sedangkan evalusi selain
menyngkut pengukuran tersebut berlanjut dengan pemberian nilai (valuing) berupa
keputusan-keputusan maupun nilai tingkah laku yang diukur. Dengan demikian istilah
evaluasi, pengukuran dan penilaian dapat dibedakan. Istilah pengukuran (measurement)
menunjuk pada segi kuantitas (how much), istilah penilaian menunjuk pada segi kalitas (what


value), dan istilah evaluasi berkenaan dengan keduanya, yaitu pengukuran dan penilaian.
Evaluasi tidak hanya menyangkut gambaran tingkah laku secara kuantitatif tetapi juga secara
kualitatif. Dalam evaluasi terkandung makna pengukuran yang sifatnya kuantitatif dan
penilaian yang sifatnya kualitatif.
Antara evaluasi, pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang erat yang tidak
dapat dipisahkan. Norman E. Gronlund (1976:6) melukiskan hubungan ketiganya sebagai
berikut ini.
a.

Evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa (measurement, pengukuran) yang ditetapkan
dengan penentuan nilai.

b.

Evaluasi adalah deskripsi kualitatif siswa (judgement, pertimbangan, penilaian) yang
ditetapkan denagn penentuan nilai.
Dengan demikian, evaluasi dapat ditentukan dengan melalui pengukuran dan bisa

pula tanpa melalui pengukuran.

Istilah mengukur (to measure) adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran
tertentu, sedangkan menilai (to value, to judge) adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk atau kategori lainnya. Dalam istilah sehari-hari yang kita
pakai. Dalam hubungannya dengaa ruang lingkup kegiatan belajar mengajar, dari kata dalam
Bahasa Inggris “evaluation” muncul kata baru dalam bahasa Indonesia “evaluasi” yang sering
pula disebut “penilaian” yang mencakup istilah pengukuran.
Untuk lebih memperjelas uraian di atas dan untuk lebih memahami persamaan,
perbedaan dan hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi marilah kita simak
contoh-contoh berikut ini:
a.

Apabila kita akan menuju suatu kota tertentu yang dapat ditempuh melalui dua jalan yang
jaraknya berbeda, tentunya akan dipilih jalan terpendek untuk menuju ke kota tersebut.
Kita memilih jalan yang lebih “pendek” daripada jalan yang lebih “jauh”, kecuali ada

alasan lain misalnya pemandangan yang lebih indah, jalan yang lebih mulus atau
keperluan lain.
Konsep jarak sifatnya kuantitatif yang ditentukan melalui pengukuran. Pada saat
memilih jalan mana yang akan ditempuh, keputusan sudah dilaksananakan. Ini berarti
penilaian. Penilaian tersebut meliputi segi efisiensi waktu, biaya, atau atas dasar kondisi

lainnya.
b.

Untuk menilai apakah seorang siswa telah menguasai suatu konsep matematika tertentu,
seorang guru dapat mengetahuinya melalui beberapa tes secara lisan, tertulias, atau
perbuatan. Dari rata-rata skor yang diperoleh siswa tersebut, dengan menggunakan
kriteria tertentu, dapat dinilai tingkat penguasaannya. Skor yang dinyatakan dengan
bilangan

diperoleh

melalaui

“pengukuran”

kemudian

diinterprestasikan

untuk

menentukan nilai tingkat penguasaan konsep matematika dan siswa tersebut.
c.

Seorang calon guru dinilai telah cukup mampu untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar dikelas sebenarnya, dapat dilakukan dengan melalui tes tertulis dan tes lisan
mengenai penguasaan ilmu yang telah dimilikinya serta tes perbuatan dalam melakukan
simulasi di depan temannya. Hasil dari tes itu bisa dinyatakan dengan skor untuk kriteria
“ukuran” tertentu.

d.

Seorang guru dinilai telah mempunyai kualitas mengajar yang baik melalui “ukuran”
pengalaman dan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan guru lebih tinggi dan
pengalaman mengajar lebih banyak menentukan nilai kualitas guru yang lebih baik juga.

e.

Masyarakat seringkali menilai kualitas dari suatu lembaga pendidikan (sekolah) dilihat
dari “ukuran” jumlah siswa yang lulus Sipenmaru atau rata-rata NEM yang diperoleh
pada Ebtanas.

f.

Seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih baik menuru
“ukuran”nya, sebelum ia menentukan barang mana yang akan dibelinya. Jika ia akan
membeli radio akan dipilih radio yang suaranya bagus, bentuknya menarik, warnanya

yang indah dan terjangkau harganya. Radio tersebut dinilai memiliki kualitas baik jika
ukuran-ukuran yang dipakainya sesuai dengan keinginannya.
Dari contoh-contoh di atas disimpulkan bahwa penilaian sangat erat kaitannya
dengan pengukuran. Dasar untuk melakukan penilaian adalah pengukuran. Istilah
“pengukuran” disini tidak terbatas pada hal-hal yang sifatnya matematik (kuantitatif), tetapi
juga non matematik (kualitatif).

B. Kedudukan Evaluasi
Pembicaraan mengenai evaluasi bisa mencakup seluruh profesi yang bisa dilakukan
oleh manusia. Setiap profesi manusia, misalnya pendidikan (guru), pemerintahan, politik,
pertahanan dan keamanan, industri, perekonomian, pertanian, dan hukum tidak akan terlepas
dari kegiatan evaluasi.
Mengingat luasnya ruang lingkup kegiatan evaluais dan sesuai dengan profesi kita
sebagai guru matematika, pembicaraan mengenai evaluasi ini akan dibatasi pada lingkup
pendidikan, lebih khusus lagi dalam pendidikan yang berkenan dengan pengajaran
matematika.
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi dalam pendidikan, kedudukan evaluasi
dalam kegiatan belajar mengajar berada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar
berlangsung. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, evaluasi telah berjalan yang
dilakukan oleh pihak sekolah, terutama guru. Hal-hal yang dievaluasi diantaranya meliputi
calon siswa (input) mengenai usia, kematangan kognitif, kondisi fisik (untuk pendidikan
tertentu), kesiapan sarana dan prasarana sekolah. Evaluais semacam ini lebih condong pada
fungsinya sebagai alat seleksi dan penempatan. Pelaksanaannya bisa melalui tes tertulis, lisan,
perbuaatan ataupun dengan pertimbangan (judgement) melalui pengamatan dan obsevasi.

Kedudukan evaluasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dimaksudkan
sebagai evaluasi yang dilakukan dalam interval waktu pelajaran dimulai hingga saat
berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Interval waktu itu dapat dihitung dalam satuan waktu
pendek, yaitu satu kali pertemuan, dan satuan waktu panjang dalam satu semester. Kedudukan
evaluasi selama alat untuk mengukur efisiensi dan efektifitas (keberhasilan) proses belajar
mengajar dan diagnostik.Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung secara sadar
hendaknya guru mengevaluasi setiap langkah atau kegiatan yang sedang dilaksanakan.Hal ini
dimaksudkan

agar pelaksanaan kegiatan tersebut selalu berjalan sesuai dengan program

satuan pelajaran yang telah dibuat.Tanya jawab lisan yang diberikan oleh guru dalam rangka
mengaktifkan siswa untuk turutserta berpartisipasi dalam setiap kegiatan belajar mengajar
berlangsung.Misalnya dengan mengadakan quis,tes sub formatif,atau minimal instropeksi diri
Setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung dapat melaksanakan evaluasi
terhadap pencapaian hasil belajar siswa, baik individual maupun kelompok. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat diketahui pula kelemahan dan kelebihan siswa dalam memahami
konsep-konsep yang telah dipelajari, sehingga pengajaran remedial dapat dilaksanakan
dengan baik.
Jadi kedudukan evaluasi pendidikan, ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya terdiri
dari 3 jenis, yaitu sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Ditinjau dari sudut transformasi pendidikan, kedudukan evaluasi berperan untuk
mengevaluasi input (calon siswa), proses (kegiatan belajar mengajar beserta komponenkomponen penun jangnya seperti guru, metode dan pendekatan, materi, sumber, alat pelajaran
dan sarana lainnya, lingkungan), out put (lulusan), tujuan, dan balikan (feed back) dalam
rangka perbaikan dan peningkatan mutu dalam kegiatan yang akan datang. Balikan ini
terutama ditujukan untuk peninjauan input maupun proses. Balikan tersebut bisa diungkapkan
berupa input yang kurang baik, seleksi yang kurang tepat, guru dan personal yang kurang
berkualitas dan kurang tepatnya fungsi dan tugas, materi yang kurang cocok, metodee dan

sistem evaluasi yang kurang memadai, kurangnya sarana penunjang, dan sistem administrasi
yang kurang baik.

C. Prosedur Evaluasi
Prosedur evaluasi dimaksudkan sebagai langkah-langkah terurut yabg harus
ditempuh dalam melaksanakan evaluasi. Langkah-langkah tersebut merupakan tahapan dari
kegiatan permulaan sampai kegiatan akhir dalam rangka pelaksanaaan evaluasi pendidikan.
Muchtar Buchari (1972:24) menyebutkan bahwa langkah-langkah pokok yang
harus ditempuh sebagai prosedur evaluasi terdiri dari perencanaan (planing), pengumpulan
data (collecting), vertifikasi data (verification), analisis data (analysisi), dan penafsiran
(interpretation).
Tahap perencanaan meliputi kegiatan merumuskan tujuan evaluasi yang akan
dilaksanakan. Tujuan ini harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam
program pendidikan tersebut. Tentunya tujuan evaluasi berbeda satu sama lain, tergantung
pembuatnya. Tujuan evaluasi yang dibuat oleh panitia seleksi akan berbeda dengan tujuan
evaluasi yang dibuat oleh seorang guru bidang studi. Tujuan yang dibuat oleh guru bidang
studi yang sama pun akan berbeda pula sesuai dengan tingkat sekolah dan jurusannya. Tujuan
evaluasi yang dibuat oleh guru bidang studi haruslah disesuaikan tujuan instruksional yang
telah ditetapkan dalam satuan pelajaran. Hal lain yang harus dilakukan dalam tahap
perencanaan adalah menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Seorang guru Bimbingan
dan Penyuluhan (BP) mengadakan evaluasi bertujuan untuk memperoleh bahan informasi
yang cukup lengkap tentang siswa yang akan dibimbingnya. Aspek-aspek yang dievaluasi
biasanya mengenai minat, bakat, sikap, dan hubungan sosial. Seorang guru bidang studi
mengadakan evaluasi GBPP, dan buku sumber yang digunakan yang harus dicapai dalam
mata pelajaran yang bersangkutan.

Hal lain yang termasuk dalam tahap perencanaan adalah metode evaluasi yang akan
dipakai, seperti inventori, checklist, interview, observasi, atau tes; menyusun evaluasi yang
akan digunakan, misalnya pedoman observasi dan wwawancara, kisi-kisi tes hasil belajar;
menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, misalnya Penilaian Acuan Patokan
(PAP) atau Penilaian Acuan Normatif (PAN), skala 5, skala 10, skala 100; menetapkan
frekuensi evaluasi, sebulan sekali, 3 kali dalam satu semester, atau lebih sering lagi.
Selanjutnya tahap pengumpulan data, terdiri dari: penerimaan hasil dan pemberian
skor. Setelah pemberian skor selesai kemudian dikelompokan menurut tinggi rendahnya, jenis
kelamin, atau hal lainnya sesuai dengan tujuan pengelompokan tersebut. Langkah-langkah
tersebut dinamakan langkah verifikasi data. Setelah diverifikasi, data tersebut dianalisis atau
diolah dengan menggunakan teknik analisis statistik atau analisis non statistik. Data
kuantitatif bisa langsung dengan menggunakan teknik analisis statistik, tetapi untuk data
kualitatif apabila akan diolah secara statistik harus ditransformasi dulu menjadi data
kuantitatif.
Tahap akhir dalam prosedur evaluasi adalah interprestasi. Interprestasi dimakssud
sebagai pernyataan atau keputusan tentang hasil evaluasi. Data interprestasi ini dilakukan atas
dasar kriteria tertentu yang telah disusun secara rasional atau telah dibakukan. Interprestasi
hasil evaluasi tersebut bisa berupa pernyataan atau keputusan yang diungkapkan dengan katakata baik-cukup-buruk, tinggi-rendah-sedang, lulus-tidak lulus, dan lain-lain.
Julin C. Stanley (1964:299) mengemukakan hal yang hampir sama dengan
pendapat tersebut di atas mengenai prosedur evaluasi ini. Bedanya ia mengungkapkan dengan
cara lain. Langkah-langkah evaluasi menurut J. C. Stanley adalah menetapkan tujuan
program, memilih alat yang layak, pelaksanaan evaluasi, pemberian skor, menganalisis dan
menginprestasi skor, membuat catatan, dan menggunakan hasil evaluasi.

D. Ruang Lingkup Evaluasi
Sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah, khususnya tujuan pengajaran
matematika, ruang lingkup evaluasi yang akan dibicarakan adalah mengenai Obyek Evaluasi,
Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan, Evaluasi Program, evaluasi Hasil Belajar (Tes), dan
Evaluasi Non Hasil Belajar (Non Tes).
1. Obyek Evaluasi
Obyek atau sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan
evaluasi. Obyek evaluasi terdiri dari 3 bagian, yaitu input, proses, dan out put.
a. Masukan (input)
Calon siswa yang akan dibentuk menjadi manusia-manusia dewasa yang
berpribadi utuh merupakan subyek didikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar tidak memandang siswa
sebagai obyek evaluasi, sebab obyek evaluasi berkenan dengan siswa hanyalah
sebagian dari karakteristik siswa tersebut. Karakteristik siswa sebagai input dalam
proses belajar mengajar yang dievaluasi mencakup empat hal, yaitu:
i) Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan,
calon siswa harus memiliki kemampuan dasar yang cocok. Alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan (aptitude test)
ii) Kepribadian
Kepribadian adalah sifat yang terdapat pada diri seorang individu dan tampak
dalam bentuk tingkah laku. Alat evaluasi untuk mengetahui tentang kepribadian
ini disebut tes kepribadian (personality test)
iii) Sikap
Sikap lebih cenderung bersifat psikis daripada fisik. Tingkah laku seseorang yang
sifatnya fisik adalah manifestasi dari sikap yang dimiliki seseorang yang

bersumber pada kepribadiannya. Alat evaluasi untuk mengetahui sikap seseorang
terhadap sesuatu hal disebut dengan tes sikap (attitude test). Sebenarnya istilah tes
disini kurang tepat, seharusnya non tes karena berbentuk angket.
iv) Inteligensi
Inteligensi berkenan dengan kemampuan berpikir. Inteligensi seseorang disebut
tinggi bila kemampuan berpikirnya tinggi pula. Manifestasi dari inteligensi ini
bisa berupa tingkat pemahaman atau daya ingat terhadap setiap rangsangan
(stimulus) terhadap struktur kognitif. Struktur kognitif yang dimilki seseorang
dapat dengan cepat mengadaptasi dan tahan mengingat stimulus itu disebut
inteligensinya tinggi.
Untuk menhukur tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi. Tes ini sudah
merupakan tes baku (standardized test). Hasil tes ini disebut IQ (Inteligensi
Quotient), yaitu berupa bilangan yang diperoleh dari hasil bagi antara usia
kronologis dikalikan dengan 100.

b. Proses (process)
Pengertian proses sudah dijelaskan di muka, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut adalah kurikulum
(GBPP), materi pelajaran, pendekatan dan metode, cara menilai, sarana dan media,
sistem administrasi, guru dan personal lainnya. Unsur-unsur tersebut saling
berinteraksi secara fungsionalsatu sama lain dalam rangka kelancaran kegiatan
belajar mengajar. Jadi tidak berdiri sendiri. Dalam ruang lingkup yang lebih sempit,
yaitu dalam kegiatan belajar mengajar matematika, pemeriksaan dan pemberian nilai
untuk setiap langkah pengerjaan matematika berupa langkah-langkah pembuktian
atau penyelesaian yang terinci, sistematik, disertai alasan logis bisa dikategorikan
sebagai evaluasi proses. Untuk mengevaluasi proses matematiak seperti ini bisa

dilakukan dengan menyajikan soal tertulis tipe uraian (essay). Disamping itu evaluasi
proses dalam matematika bisa dilakukan melalui observasi terhadap siswa dalam
melukis atau menggambar dengan menggunakan alat, simulasi atau penjelasan lisan
tentang sesuatu konsep matematika di depan kelas. Jadi bersifat psikomotorik.

c. Keluaran (out put)
Out put pendidikan adalah lulusan satu jenjang pendidikan tertentu. Ini berarti
kata out put dipakai bagi mereka yang telah menamatkan dan berhasil lulus dari
suatu jenjang pendidikan, dari tingkat awal sampai dengan tingkat akhir jenjang
pendidikan tersebut. Siswa SD yang telah menempuh sampai dengan kelas VI dan
lulus dalam menenpuh UN, siswa SMP dan SMA telah menempu sampai dengan
kelas IX dan XII dan lulus dalam UN. Jika seseorang siswa tidak memenuhi kriteria
tersebut di atas, misalnya baru kelas kelas X atau kela XI, atau bahkan telah duduk di
kelas XII tetapi belum lulus UN kemudian keluar dari sekolah yang bersangkutan
tidak disebut out put tetapi drop out.
Dalam hal ini yang disebut out put adalah kondisi setelah kegiatan belajar
mengajar (proses) dilaksanakan, baik untuk 1 kali pertemuan, 1 semester, atau
bahkan setelah lulus pada tingkat akhir. Evaluasi terhadap out put ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian siswa setelah menjalani proses
belajar mengajar. Alat yang digunakan dalam mengevaluasi pencapaian ini disebut
tes pencapaian (achievement test). Intilah yang lebih populer dalam dunia pendidikan
(persekolahan) adalah Tes Prestasi Belajar (TPB), Tes Hasil Belajar (THB), dan
Evaluasi Hasil Belajar (EHB). Dalam hal ini obyek yang dievaluasi adalah prestasi
belajar atau hasil belajar siswa. Jadi bukan siswa secara utuh, tetapi salah satu
karakteristik dari siswa.

Berbibcara maslah obyek evaluasi seperti yang telah diutarakn dimuka,
tentunya ada istilah subyek evaluasi. Berbagai pendapat tentang hal ini telah banyak
dikemukakan oleh para pakar kependidikan. Pertama, yang dimaksud dengan
subyek evaluasi adalah pelaksana evaluasi (evaluator), yaitu guru atau orang lain
yang melaksanakan evaluais tersebut. Kedua, ada juga yang berpendapat bahwa
subyek evaluasi itu adalah siswa yaang dievaluasi. Disebut subyeek evaluasi karena
siswa aktif mengerjakan soal evaluais tersebut, yang dievaluasi adalah karakteristik
dari siswa tersebut. Ketiga, subyek evaluasi adalah pembuat alat evaluasi. Dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, nampaknya pendapat
ketiga itulah yang paling mendekati kebenaran. Evaluator atau subyek evaluasi
adalah pembuat alat evaluasi, dalam hal ini guru matematika. Sebab guru itulah yang
berperan menentukan dalam keseluruhan evaluasi tersebut. Masalah pelaksanaan
(dalam hal ini pengawasan dan administrasi ringan) bisa dilakkukan oleh siapa saja,
asal dijamin aman dan tertib.
Dengan demikian, subyek evaluasi (evaluator) haruslah orang yang ahli atau
dianggap ahli dalam bidangnya, sesuai dengan materi evaluasi tersebut. Jadi evaluasi
subyek evaluasi dalam pengajaran matematika di sekolah adalah guru matematika,
karena ia berperan utama dan menentukan.
Karena obyek evaluasi dalam pendidikan yang berperan dengan input dan out
put adalah karakteristik siswa, maka kemampuan siswa dalam bidang studi tertentu
tidak dilihat dari kondisi luarnya yang berupa tampilan fisik. Siswa yang pandai
dalam suatu mata pelajaran tertentu tidak dapat dibedakan dari siswa lainnya hanya
dengan melalui tampilan fisik anak tersebut. Untuk dapat menentukan siswa mana
yang lebih pandai dari siswa lainnya, guru tidak secara langsung mengetahuinya.
Kepandaian itu dievaluasi melalui indikator yang nampak sebagai cerminan dari

kepandaiannya. Misalnya kepandaian matematika seorang siswa dapt dievaluasi
melalui kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Dalam bidang di luar kependidikan, terutama yang berkenan langsung dengan
fisik manusia, pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara langsung karena obyek
evaluasi tersebut langsung dapat terlihat. Misalnya dalam menentukan seseorang
sehat atau sakit, suatu kendaraan baik atau tidak, buah-buahan telah masak atau
masih mentah. Dengan demikian evaluasi pendidikan mempunyai ciri khusus,
diantaranya:
i) Evaluais dilakukan secar tidak langsung. Dari contoh di atas, untuk mengevaluasi
kepandaian matematika diukur melalui kemampuan menyelesaikan soal-soal
matematika.
ii) Kebnayakan menggunakan ukuran kuntitatif berupa skor yang pada akhirnya
diinterprestasikan ke dalam bentuk kualitatif.
iii) Menggunakan satuan yang ralatif tetap yang disepakati bersama. Misalnya skala 1
atau skala 5.
iv) Hasil evaluasi bersifat relatif, yaitu hasil evaluais seorang siswa tidak akan persis
sama untuk materi yang sama yang diselenggarakan dalam waktu yang berlaianan.
Misalnya untuk suatu mata peelajaran tertentu dalam konsep yang sama, bagi
seorang siswa tiap kali di tes tidak akan mendapatkan hasil yang tepat sama
karena adanya unsur pengalaman.
v) Hasil evaluasi sering terjadi galat (eror). Galat ini dapat disebabkan oleh alat
evaluasi, pelaksanaan evaluasi, kondisi siswa, dan subyektifitas evaluator.

2. Evaluasi Program Pendidikan

Program adalah rencana kegiatan yang dirumuskan secara operasional dengan
memperhitungkan segala faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pencapaian
program tersebut. Program pendidikan adalah program yang sesuai dengan rumusan di
atas dalam ruang lingkup pendidikan. Ada 2 macam cara untuk mengevaluasi program
pendidikan, yaitu:
a. Evaluasi Secara Rasional
Cara ini bisa dilakukan sebelum suatu program dilaksanakan atau pada saat suatu
program selesai dibuat. Evaluasi dengan cara ini tidak mendapatkan hasil evaluasi
yang bersifat kuantitatif, akan tetapi berupa dugaan-dugaan tentang kelayakan
program yang dievaluasi itu.
Dalam mengevaluasi suatu program pendidikan, sebaiknya pendidikan itu dilihat
sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian, yaitu calon siswa sebagai raw
input; guru, kurikulum, fasilitas, metode, alat sebagai instrumen input; lingkungan
(harapan masyarakat, harapan keluarga, tuntutan tugas dikemudian hari, dan kondisi
lainnya) sebagai enfironmental inputs; dan pengetahuan, sikap, serta keterampilan
lulusannya sebagai out put. Itulah obyek evaluasi program secara rasional.
Evaluasi terhadap calon siswa dalam menempuh study, secara rasional diduga bahwa
calon siswa diterima dapat menyelesaikan program studinya berdasarkan karateristik
siswa tersebut (misalnya minat, bakat, kemampuan kognitif) dengan beban studi
yang akan ditempuh. Evaluasi terhadap guru yang melaksanakan program
pendidikan tersebut ditinjau dari tingkat pendidikan dan kewenangannya,
pengalaman yang ditunjuk dengan masa kerja dan pangkat, dan beban belajarnya.
Evaluasi terhadap struktur dan isi kurikulum ditinjau dari segi kemudahan
pelaksanaan, fasilitas yang menunjang, dana yang tersedia, dan kesesuaian dengan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Evaluasi terhadap out put bisa ditinjau dari tingkat pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Apabila semuanya itu dapat dinilai positif, berdasarkan pertimbangan
(judgement) perorangan atau dalam forum rapat sekurang-kurangnya sebagian besar
positif maka dapat dinyatakan program tersebut layak untuk dilaksanakan.

b. Evaluasi Secara Empirik
Empirik berarti berdasarkan pengalaman nyata di lapangan, da;lam hal ini
sekolah. Jadi evaluais progam pendidikan secara empirik diperoleh dari
pelaksanaan program tersebut, tidak hanya melalui pertimbangan rasional yang
sifatnya dugaan. Tolak ukur yang digunakan dalam cara ini adalah tolak ukur
empirik. Dengan mengubah kriteria pengukuran yang sifatnya kualitatif kedalam
bentuk bilangan (kuantitatif ). Data mengenai palaksanaan program

yang

diperoleh dari lapangan yang bisa diperoleh melalui angket, wawancara, ataupun
observasi diolah dengan menggunakan analisis statistik untuk dapat menarik
kesimpulan yang sifatnya lebih dapt dipertanggung jawabkan daripada hanya
dengan menduga-duga.
Dari uraian di atas tampak bahwa untuk mengevaluasi program tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat karena banyak aspek yang harus dievaluasi.
Evaluasi yang dilakukan secra rasionalpun akan memakan banyak waktu, karena
tidak cukup dilaksanakan oleh seorang agar hasil evaluais tersebut lebih akurat.
Apalagi untuk evaluais program yang dilaksanakan secara empirik. Selain banyak
aspek yang harus dinilai, ia memerlukan pelaksanna terlebih dahulu.

3. Evaluasi Hasil Belajar
Istilah hasil pada kata di atas tentunya telah melalui suatu proses, jadi merupakan
out put. Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, evaluasi hasil belajar dapat

dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajarberlangsung atau sesudahnya. Selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa dapat dievaluais melalui tanya jawab lisan
sambil mengarahkannya pada konsep atau materi baru. Evaluasi padsa akhir krgiatan
bisa dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan, pada setiap minggu, setiap akhir
semester.
Evaluais hasil belajar sifatnya berupa tes kemampuan, yaitu mengukur sampai
sejauh mana tingkat penguasaan materi pelajaran yang telah disajikan dalam kegiatan
belajar mengajar.

4. Evaluais Non Tes
Evaluaisi non tes adalah evaluasi yang berkenan dengan evaluasi proses dan hasil
belajar. Jika evaluasi hasil belajar dalm matematika dititikberatkan pada bidang kognitif
dan psikomotorik, maka evaluasi non tes titik bertanya adalah bidang afektif, seperti
sikap dan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam evaluasi sifatnya lebih
luas dari pengukuran yaitu, evaluasi meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi
selain menyangkut pengukuran tersebut berlanjutb dengan pemberian nilai berupa
keputusan-keputusan maupun nilai tingkah laku yang diukur. Anatara evaluasi,
pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang erat yang tidak dapat dipisahkan
(Norman E. Grondlund: 1976), melukiskan hubungan ketiganya, yaitu:
a. Evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa (measurement, pengukuran) yang
ditetapkan dengan penentuan nilai.
b. Evaluasi adalah deskripsi kualitatif siswa (judgement, pertimbangan, penilaian) yang
ditetapkan denagn penentuan nilai.

DAFTAR PUSTAKA