Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau Dari Aspek Ekonomi Dan Keuangan

Ibu dan Bapakku Amal dan Tyas Keluarga Besarku Sahabat-sahabatku Semua orang yang kusayangi Seluruh pengisi hidupku

commit to user v

HALAMAN MOTTO

Allah tidak akan memberi apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita butuhkan.

(Anonymous)

If you ask for God to help you, it means that you trust God’s ability. If God doesn’t help you yet, it means God trusts yours.

(Anonymous)

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

QS. al-Zalzalah (99) : 7-8

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya bukan hanya karena andil penulis saja, melainkan juga atas bantuan dan dukungan banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh bimbingan dan bantuan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Sri Hanggana, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang selama ini telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

commit to user vii

5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama masa perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, serta pelayanan kepada penulis. 7. Ibu dan Bapakku tersayang, Ibunda Sri Utami dan Bapak Sudarsono, yang selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian, dukungan, arahan, serta doa yang tak kunjung putus. 8. Adik-adikku terkasih, Amal Prayogi Sudarsono dan Alm. Hilmia Cahyaning Tyas, yang selama ini memberikan kasih sayang dan doa. 9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan kesukseanku dari jauh. 10. Telon-ku tersayang, Adu, Ayus, Dyah, Endah, serta Dinda, yang telah mendampingi langkahku dan berjuang bersama dalam suka dan duka selama di bangku kuliah. 11. Raga Data, yang telah mengisi hari-hariku, juga membantu, mendukung dan mendoakanku. 12. Masyarakat Wisma Putri Sari, Mitha, Windy, Riris, Dwi, Mbak Dwi, Nana, Rini, Ipung, Lena, Tia, Mbak Rini, Mbak Yuli, Mbak Icha, Mbak Ning, dan semua alumnus kost yang telah mengisi keseharianku selama di kota ini. Juga kepada Bapak dan Ibu Kost, yang selama ini telah membantu dan mengarahkan.

commit to user

viii

13. Kru satu tim saya, Eva Rhisna Andretti, yang telah berjuang bersama dalam mengerjakan proposal, mencari data, sampai menyelesaikan skripsi ini. 14. Sahabat saya tersayang, Nindy, Ni Luh, Anita, Fajar, Lando, dan Panji, yang selalu mendukung dan mendoakan saya dari kejauhan. 15. Semua sahabat TK, SD, SMP, SMA-ku yang pernah mengisi kehidupan dan mengajarkan banyak hal. 16. Orang-orang yang pernah mengisi hidupku dan mengajarkan pengalaman serta pelajaran tentang hidup. 17. Semua kawan yang pernah menjadi teman sekelas di masa kuliah, yang telah memberikan kebersamaan dan pelajaran hidup. 18. Kawan-kawan seperjuangan Agen 007, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi bersama. 19. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.

Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, 7 Oktober 2011

Penulis

commit to user x

C. Studi Kelayakan Bisnis..…………...................………..….….. 17 D. Aspek Ekonomi dan Keuangan Dalam Studi

Kelayakan...........................…………….......………...............

17

BAB III METODE PENELITIAN..........………….............……….. 22

A. Populasi dan Sampel….......…..…..…..…..…..…..…......……. 22 B. Jenis Data..........................................................................……. 24 C. Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…..................……. 25 D. Metode Analisis Data.......................…..…..…..…..….....……. 25

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…......... 27

A. Pelaksanaan Penelitian.............................…..…..…..….....…… 27 B. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................…… 27

BAB V PENUTUP…..…..…..….....…....…....…....…....…....…....... 51

Simpulan…………….....……………………………................

51 Keterbatasan Penelitian..….........…....…...…....…..............…...... 52 Saran............………………....…………………………............... 53

DAFTAR PUSTAKA………….…………………….......………….. 55 LAMPIRAN....………………....…………………………................. 57

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel II. 1

Suhu Ideal Kandang..…..….....…....…....…....…....…...... 11 Tabel III. 1

Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010..…..….....…....…....…....…....…...............

22

Tabel III. 2 Distribusi Sampel..…..….....…....…....…....…....….......... 23 Tabel IV. 1

Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli 2011..…..….....…....…....…....…....….........…....….....

28 Tabel IV. 2

Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor Ayam.…..….....…....…....…....…....….........…....…....

30 Tabel IV. 3

Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode....….........….......….........…....…....

31 Tabel IV. 4

Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam per Periode...…....…....…....…....….........…..........…...

33 Tabel IV. 5

Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor Ayam per Periode...….........….......….........…....…......

34 Tabel IV. 6

Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per Periode…..….....…....…....…....…....….........…....…....

34 Tabel IV. 7

Perincian Biaya Gaji Pegawai per 100 Ekor Ayam per Periode…..….....…....…....…....…....….........…....…....

36 Tabel IV. 8

Perincian Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam per Periode... 36 Tabel IV. 9

Perincian Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam per Periode... 38

Tabel IV. 10 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Pedaging per

100 Ekor Ayam per Periode…....….........…....…..........

39

Tabel IV. 11 Perincian Biaya Pembelian DOC per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

40

commit to user

xii

Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per

100 Ekor Ayam per Periode....….........…....….............

41

Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

42

Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Pedaging per

100 Ekor Ayam per Periode....….........…....….............

43

Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

45

Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

46

Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

47

Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..….....…....…....…....…....….........…....….......

49

commit to user xiii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran I Kuesioner Penelitian............................................................. 58 Lampiran II Rekap Data Kuesioner …………………….................…… 60

commit to user xiv

ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras pedaging jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah peternakan ayam pedaging yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per periodenya. ROI yang dihasilkan sampel adalah 3,79% dan suku bunga bank 1,22%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 23 ekor per 100 ekor ayam pedaging.

Kata kunci : kelayakan, peternakan ayam pedaging, ROI, PBP, BEP

commit to user xv

ABSTRACT

FEASIBILITY STUDY OF BROILER RACE FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT

Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102

The purpose of this researsch is to find out about feasibility of broiler race farm if being observed from economics and financial aspect. The samples which used in this research were five broiler farms which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or

manager of the farm, and data which be used like farm’s financial data on July 2011.

In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.

The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per period. It means that ROI was 3,79% and interest rate was 1,22%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 4 years and 5 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 23 broilers per 100 broilers.

Keywords : feasibility, broiler farm, ROI, PBP, BEP

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara yang belum mengkonsumsi daging dengan cukup, Krissantono (2010) menyatakan bahwa konsumsi daging ayam di Indonesia hanya 4,8 kg per kapita per tahun, sedangkan untuk konsumsi telur sebanyak

50 butir per kapita per tahun. Apabila data tersebut dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, maka konsumsi daging dan telur ayam di Indonesia masih jauh tertinggal. Khomsan (2010) menyatakan bahwa jumlah konsumsi daging ayam Indonesia yang hanya 4,8 kg per kapita per tahun adalah seperdelapan konsumsi Malaysia yang mencapai angka 38 kg per kapita per tahun, dan seperenam jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 28 kg per kapita per tahunnya. Tidak hanya konsumsi daging ayam yang rendah, konsumsi telur Indonesia pun rendah, seperti yang dinyatakan Khomsan (2010), dengan jumlah penduduk yang besar, konsumsi telur yang hanya 50 butir per kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan dengan Jepang yang sebanyak 269 butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir per kapita per tahunnya.

Rendahnya konsumsi daging dan telur ayam merupakan hal yang kurang baik, karena daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang dibutuhkan tubuh, dan rendahnya tingkat konsumsi Indonesia mengindikasikan bahwa konsumsi protein masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Telah diketahui bahwa protein memegang peranan yang sangat penting bagi kesehatan manusia, protein antara lain berperan penting dalam perkembangan sel otak, memelihara dan mengganti sel yang rusak, dan sangat berkaitan dengan tingkat intelektualitas seseorang. Peranan tersebut tidak dapat

commit to user

manusia. Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis aktivitas, dan faktor lainnya. Komposisi kebutuhan protein sebaiknya 25% dipenuhi dari hewan, dan 75% dari protein nabati. Protein yang berasal dari hewan sangat penting bagi manusia karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan protein nabati. Selain itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber vitamin B12 yang tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah memiliki rasa yang lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan air, yaitu ikan dan produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan sapi. Dari berbagai sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam merupakan sumber protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah dijangkau. Namun jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang mudah didapatkan.

Ali Khomsan (2010) juga menyatakan, bahwa kurangnya asupan protein yang cukup akan membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak tidak optimal, dan dalam jangka panjang tertentu akan berdampak pada negara karena minimnya SDM berkualitas. Dampak dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur akan menimbulkan akibat yang tidak baik terhadap negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah menargetkan agar dalam lima tahun ke depan konsumsi daging ayam di Indonesia bisa mencapai 7 kg per kapita per tahun, dan telur mencapai 8 kg per kapita per tahun.

commit to user

serta upaya Pemerintah untuk meningkatkan konsumsi tersebut, tentunya ini merupakan suatu peluang bagi para pengusaha perunggasan untuk mendukung peningkatan konsumsi ayam di Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang banyak, dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus meningkat, tentunya faktor ini akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam. Retnani et al. (2009) menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi. Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam, dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk menjalankan usaha ternak.

Apabila melihat kondisi Indonesia saat ini, usaha ternak merupakan usaha yang memiliki prospek yang cukup baik, terutama peternakan unggas. Suprihatin (2008) menyatakan, komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik, dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.

Peternakan unggas yang namanya melambung adalah peternakan ayam, baik untuk ayam pedaging maupun petelur. Permintaan ayam pedaging (broiler) merupakan permintaan unggas yang tertinggi dibandingkan dengan unggas lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain terjadi di Indonesia, permintaan yang tinggi terhadap broiler juga terjadi di negara-negara lain, di Botswana, broiler lebih populer dibandingkan dengan ayam petelur, karena broiler memiliki siklus produksi yang lebih singkat jika dibandingkan dengan produksi telur, dengan demikian menawarkan

commit to user

(2010) menyatakan bahwa daging ayam lebih dapat diterima oleh semua jenis konsumen di Bangladesh, tanpa ada batasan kasta dan agama, sehingga menyebabkan permintaan terhadap broiler menjadi tinggi.

Jayanata dan Harianto (2011) menyatakan, di Indonesia bisnis broiler menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah permintaan broiler di DKI Jakarta pada tahun 2010 telah mencapai lebih dari satu juta ekor per hari. Jumlah di DKI Jakarta tersebut merupakan 25 – 30% dari jumlah permintaan nasional, dan dari perkiraan tersebut dapat dihitung kebutuhan pasokan broiler secara nasional sekitar 4,8 – 5 juta ekor per harinya. Permintaan semakin meningkat pada saat khusus, seperti hari raya, permintaan dapat meningkat sampai 50%. Selain karena jumlah permintaan dalam negeri yang berjumlah banyak, usaha ternak ayam broiler juga menarik karena usaha ini adalah sebagai salah satu komoditas yang mempunyai potensi ekspor.

Peningkatan jumlah permintaan broiler di Indonesia dari tahun ke tahun menurut Jayanata dan Harianto (2011: 4) disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Jumlah penduduk yang terus bertambah jelas meningkatkan konsumsi bahan pangan protein hewani, termasuk ayam.

2. Ayam merupakan sumber protein hewani yang digemari mayoritas masyarakat Indonesia. Daging ayam mudah didapatkan dan harganya terjangkau, selain itu pengolahannya relatif mudah.

3. Semakin banyak restoran (rumah makan) yang menyajikan menu yang berasal dari ayam.

commit to user

dan minat pemodal terhadap broiler mulai muncul setelah mengetahui bahwa broiler dapat dijual pada umur 35-40 hari, dan pada umur itu bobot badan broiler hampir sama dengan bobot badan ayam kampung yang berumur satu tahun. Masyarakat Indonesia juga mengenal ayam broiler sebagai saingan ayam kampung karena mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Dan daging ayam broiler merupakan salah satu produk hewani yang paling digemari masyarakat (Retnani et al., 2009). Daging broiler sudah banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat, oleh karena itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat melalui protein hewani akan lebih murah dan efektif dengan cara mengembangkan peternakan broiler (Ilham et al., 2002).

Permintaan yang tinggi akan broiler merupakan isyarat yang baik bagi para peternak ayam pedaging agar memperluas usahanya, atau bagi para peminat usaha ternak ayam pedaging agar segera memulai usahanya. Dan sepertinya para pengusaha Indonesia telah menanggapi permintaan yang tinggi tersebut, dan didukung dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di daerah eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar , Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Jumlah peternakan ayam di Karesidenan Surakarta sudah cukup banyak, baik untuk ayam pedaging dan petelur sudah tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta, namun untuk ayam DOC (Daily Old Chicken) belum ada. Peternakan yang berada di eks-Karesidenan Surakarta akan menjadi sumber penghasil daging dan telur ayam yang dikonsumsi masyarakat eks-Karesidenan Surakarta. Karena konsumsi masyarakat eks-Karesidenan Surakarta terhadap daging dan telur ayam cukup tinggi, maka peternakan ayam yang menjadi pemasok kebutuhan masyarakat tersebut

commit to user

kelayakan dari peternakan yang berada di eks-Karesidenan Surakarta maka haruslah dilakukan studi kelayakan bisnis, studi ini akan menentukan apakah peternakan di eks- Karesidenan Surakarta layak untuk melanjutkan usaha atau tidak. Karena permintaan masyarakat terhadap ayam pedaging menempati urutan yang paling tinggi, maka penulis berpendapat agar dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta.

Penelitian kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging telah dilakukan, salah satunya adalah yang dilakukan Pratiwi (2008) terhadap satu usaha ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Grobogan dengan ditinjau dari segi ekonomi dan keuangan, hasilnya menyatakan bahwa usaha ternak tersebut layak untuk terus dijalankan. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian tersebut, penelitian sejenis yang dilakukan oleh Jatmiko (2010) pada Dinas Aneka Usaha Ternak di Desa Dawung, Sragen, memberikan hasil bahwa usaha ini menunjukkan kerugian, tetapi layak untuk dijalankan. Sedangkan hasil penelitian dari Nasarudin (2009) yang dilakukan pada usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau menyatakan bahwa dilihat dari aspek ekonomi, kinerja marketing secara umum menunjukkan status berwarna kuning, berarti usaha ini masih layak untuk dijalankan namun kinerja marketing perlu ditingkatkan.

Karena permintaan terhadap ayam broiler di Karesidenan Surakarta lebih besar dibandingkan jenis ayam lainnya dan mengacu pada penelitian-penelitian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejenis terhadap wilayah Karesidenan Surakarta, dan penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Studi

Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Keuangan”.

commit to user

Jika mengacu pada topik mengenai studi kelayakan bisnis industri peternakan ayam pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta tersebut, maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu, apakah peternakan ayam ras pedaging yang berada di area eks-Karesidenan Surakarta layak diteruskan atau tidak bila ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah industri peternakan ayam ras pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta layak atau tidak jika dilihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi penulis Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi penulis, berupa wawasan dan pengetahuan baru mengenai usaha peternakan ayam ras pedaging, serta penerapan dan pengaplikasian nyata akan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah.

2. Bagi pengusaha dan pemilik modal Manfaat yang diperoleh pengusaha atau para pemilik modal dari penelitian ini adalah sebagai salah satu dasar untuk mengetahui kelayakan usaha yang selama ini dijalankan, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk kelangsungan usaha tersebut, serta untuk peningkatan kinerja yang sudah ada.

commit to user

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang memiliki tema yang sama dengan penelitian ini.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga saat ini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, seperti hanya dalam waktu singkat sudah dapat dipanen, ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.

1. Jenis Ayam Pedaging Para peternak ayam pedaging di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak tidak akan menghadapi kesulitan dalam menentukan pilihannya terhadap jenis ayam ras pedaging, karena jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia sudah banyak, sehingga para peternak dapat memilih jenis ayam pedaging yang mana yang akan dijadikan ternak. Meskipun terdapat berbagai jenis ayam pedaging yang beredar di Indonesia, namun pada dasarnya berbagai jenis ayam pedaging tersebut memiliki daya produktifitas yang relatif sama. Jadi seandainya terdapat perbedaan di antara berbagai jenis ayam pedaging tersebut, perbedaannya tidaklah terlalu mencolok atau sangat kecil sekali.

Dalam menentukan pilihan jenis ayam pedaging apa yang akan dipelihara, para peternak harus cermat dan teliti. Peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di poultry shop untuk dijadikan sebagai dasar

commit to user

beberapa jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia adalah sebagai berikut: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall ”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan CP 707.

2. Teknis Budidaya Ayam Pedaging Sebelum memulai usaha beternak, peternak harus menentukan lokasi yang tepat untuk beternak. Lokasi yang baik untuk beternak adalah sebagai berikut:

a. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian atau perumahan penduduk.

b. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

c. Lokasi terpilih bersifat menetap. Setelah memiliki lokasi untuk beternak, maka peternak harus memahami dan memenuhi hal-hal berikut agar dapat menghasilkan hasil ternak yang maksimal:

a. Pemilihan bibit Bibit ayam pedaging yang baik mempunyai ciri yang sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih, serta lubang kotoran (anus) bersih.

b. Kondisi teknis yang ideal

1) Lokasi kandang Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.

commit to user

Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.

3) Suhu udara dalam kandang Suhu ideal kandang sesuai umur dapat dilihat di Tabel II. 1:

Tabel II. 1 Suhu Ideal Kandang

Umur (Hari)

Suhu (ºC)

4) Kemudahan mendapatkan sarana produksi Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

c. Tata laksana pemeliharaan

1) Perkembangan

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun,

commit to user

mudah terserang penyakit.

2) Pakan

Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan ayam pedaging. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).

3) Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum. Selain vaksin-vaksin tersebut, juga terdapat vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.

4) Teknis Pemeliharaan

a) Minggu pertama (hari ke-1 – 7).

DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Sedangkan untuk pakan dapat diberikan dengan kebutuhan 13 gr per ekor atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan

commit to user

kecil (crumbles).

b) Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen

Air minum yang diberikan sudah berupa air dingin dengan penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.

c) Minggu kedua (hari ke-8 – 14)

Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.

d) Minggu ketiga (hari ke-15 – 21)

Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah POC NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.

commit to user

Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.

f) Minggu kelima (hari ke-29 – 35)

Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tata laksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.

g) Minggu keenam (hari ke-36 – 42)

Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

commit to user

Manfaat yang dapat diperoleh dari beternak ayam ras pedaging antara lain sebagai:

a. Penyediaan kebutuhan protein hewani.

b. Pengisi waktu luang di masa pensiun.

c. Pendidikan dan latihan keterampilan di kalangan remaja.

d. Tabungan di hari tua.

e. Mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif).

B. VALUE CHAIN ANALYSIS

Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut: “ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes .”

Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari seluruh aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.

Jika mengacu pada pengertian-pengertian tersebut, maka value chain analysis terhadap industri peternakan ayam adalah sebagai berikut:

commit to user

2. Selanjutnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan ayam DOC (Daily Old Chicken). DOC yang sudah lahir terbagi menjadi dua jenis, yaitu DOC ayam ras pedaging dan ras petelur, jenis ras tergantung dari tujuan DOC tersebut ditetaskan.

3. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC yang dipilih disesuaikan dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam broiler , dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.

4. Bibit DOC tersebut selanjutnya dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam pedaging atau petelur hingga mencapai masa panen sesuai dengan kriteria peternak.

5. Setelah dipelihara sebagai ayam pedaging atau petelur, kemudian ayam-ayam tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil yang diperoleh adalah daging untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk ayam petelur.

6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga, ataupun industri-industri seperti restaurant, catering, rumah makan cepat saji, dan jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan daging ayam. Jika daging ayam yang berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh masyarakat, maka telur yang berasal dari ayam petelur juga akan dijual kepada masyarakat yang membutuhkan telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging, konsumsi terhadap telur mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun usaha- usaha yang memerlukan telur.

commit to user

Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi dan keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan (Wikipedia, 2011). Sedangkan Ibrahim (2009: 1) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Dalam penelitian ini, untuk dapat menentukan apakah peternakan ayam pedaging yang berada di eks-karesidenan Surakarta layak atau tidak, penulis akan melihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.

D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN

Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian dari aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:

1. Investasi Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri atas pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya feasibility study, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Investasi juga

commit to user

kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha dapat beroperasi dan menghasilkan produknya.

2. Pendapatan Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih (ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI (2007: 23.1) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras pedaging adalah penjualan atas ayam pedaging. Pendapatan atau benefit yang diterima dari usaha atau proyek yang harus benar- benar dapat diperhitungkan secara benar sehingga keputusan yang diambil untuk periode berikutnya dapat dipertanggungjawabkan.

3. Biaya Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007: 13) mendefinisikan beban sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Istilah biaya dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang sama. Perhitungan biaya ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal.

commit to user

biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu, contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah pula jumlah biaya variabelnya, contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi variabel mendekati perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan sebagai biaya tetap.

4. Laba Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya operasional setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Laba = Pendapatan – Biaya

5. Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Analisis kriteria dilihat dari segi berikut ini:

commit to user

Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan pendanaan ekuitas dan utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini digunakan untuk melakukan analisis profitabilitas dari suatu usaha atau proyek. ROI digunakan untuk membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi yang sulit dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. Sebagai contoh, suatu investasi senilai Rp1.000.000 yang menghasilkan bunga Rp50.000 jelas memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai Rp100.000 yang memberikan bunga Rp20.000, tetapi investasi Rp100.000 memberikan ROI yang lebih besar. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai berikut:

Investasi Total

Bersih Laba

ROI =

b. Pay Back Period (PBP) Pay back period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih (net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim (2009: 154) menyatakan bahwa semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut, karena semakin lancar perputaran modalnya. Berikut ini adalah formula untuk menghitung pay back period:

Bersih Masuk Bersih Kas Aliran Kas

dibutuhkan yang Investasi

PBP =

commit to user

Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Rianto, 2010: 359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana total revenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan.

Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Break-even point atas dasar kuantitas (Quantity).

2) Break-even point atas dasar sales dalam Rupiah.

BEP (Rupiah)

VC

FC -

Keterangan: Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual). FC = Fixed Cost (Biaya tetap). P

= Price (Harga jual per unit). VC = Variable Cost (Biaya variabel per unit).

commit to user

METODE PENELITIAN

A. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis adalah peternakan-peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di wilayah eks- Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Jumlah populasi peternakan ayam pedaging yang terdaftar di wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III. 1

Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010

No

Kabupaten

Atau Kota

Jumlah (Ekor)

1 Kab. Boyolali

847.025

2 Kab. Klaten

1.143.777

3 Kab. Sukoharjo

4.397.284

4 Kab. Wonogiri

220.500

5 Kab. Karanganyar

2.574.500

6 Kab. Sragen

3.163.934

7 Kota Surakarta

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah

Informasi pada Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan populasi ayam pedaging yang berada di 6 Kabupaten dan 1 Kota di area eks- Karesidenan Surakarta pada tahun 2010 lalu adalah sejumlah 12.359.020 ekor

commit to user

tahun 2011 belum tersedia.

2. Sampel Sampel adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Kriteria atas sampel yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Peternakan ayam pedaging

b. Berlokasi di area eks-Karesidenan Surakarta

c. Dapat memberikan data yang wajar Dari penyebaran kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa sentra peternakan ayam pedaging di eks-Karesidenan Surakarta, terdapat beberapa peternakan yang sesuai kriteria dan bersedia untuk memberikan data yang dibutuhkan, dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel III. 2 Distribusi Sampel

No

Nama Peternakan

Lokasi

Kapasitas Kandang (Ekor)

1 Peternakan Krismanto

Sambi, Boyolali

4.500

2 Peternakan Kasti

Sambi, Boyolali

6.000

3 Peternakan Joko S.

Tasik Madu, Karanganyar

9.000

4 Peternakan Agus S.

Gondangrejo, Karanganyar

5.000

5 Peternakan Leman A

Gondangrejo, Karanganyar

32.000

Tabel III. 2 menunjukkan bahwa kapasitas setiap sampel peternakan berbeda-beda, dan apabila dijumlah akan menghasilkan kapasitas keseluruhan sebanyak 56.500 ekor ayam. Jumlah tersebut tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan jumlah populasi ayam yang terdapat di eks-Karesidenan Surakarta yang sebanyak 12.359.020 ekor ayam. Penulis mengalami sedikit

commit to user

pengelola peternakan yang telah didatangi penulis cenderung menolak untuk memberikan informasi mengenai data keuangan peternakan karena mereka merasa bahwa data tersebut adalah rahasia.

B. JENIS DATA

1. Data Primer Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, di mana pengisian kuesioner dilakukan dengan metode wawancara. Selain pemberian kuesioner, penulis juga melakukan pengamatan terhadap peternakan ayam pedaging yang diteliti.

2. Data Sekunder Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data sekunder yang dipakai oleh penulis adalah literatur-literatur seperti buku, majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis yang dapat diperoleh dari internet maupun perpustakaan.

commit to user

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta. Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara atas pertanyaan-pertanyaan yang tertera di kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada para pemilik peternakan berkisar mengenai data inventaris peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dan penjualan yang terjadi setelah masa panen.

D. METODE ANALISIS DATA

Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu dari aspek studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam aspek ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah:

5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).

Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara menghitung kriteria-kriteria investasi berikut ini:

commit to user

Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey dilaksanakan. Apabila ROI > tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek layak, sedangkan jika ROI < tingkat suku bunga pinjaman, proyek tidak feasible (layak).

2. Pay Back Period (PBP) PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut.

3. Break-Even Point (BEP) Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek semakin cepat dalam mencapai BEP-nya.

commit to user

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus 2011, yaitu dengan melakukan pemberian kuesioner kepada beberapa pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, tepatnya di Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Dari kedua kabupaten tersebut, penulis memperoleh data dari 5 buah peternakan ayam pedaging, yaitu Peternakan Krismanto dan Peternakan Kasti yang terletak di daerah Sambi, Boyolali, serta Peternakan Joko S., Peternakan Agus S., dan Peternakan Leman A. yang berlokasi di daerah Tasik Madu dan Gondangrejo, Karanganyar.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Studi kelayakan merupakan cara untuk menentukan apakah suatu usaha atau proyek layak untuk terus dijalankan atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu aspek dalam menentukan kelayakan yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut adalah pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan: