Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok

PERUBAHAN KONDISI FISIK DAN EKONOMI WILAYAH SEKITAR BANDARA SELAMA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK

Disusun Oleh : MERI FITRI ANDRIYANI I0607054

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

3.2.4 Penentuan Sampel………………………..………..... 3– 7

3.2.5 Teknik Analisis Data.................................................. 3 – 8

BAB 4 GAMBARAN KAWASAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Tentang Bandara Internasional Lombok............................... 4–1

4.2 Kondisi Fisik Kawasan Penelitain .......................................................... 4 – 11

4.2.1 Orientasi Kawasan Penelitian..................................... 4 – 11

4.2.2 Topografi dan Klimatologi......................................... 4 – 13

4.2.3 Tata Guna Lahan…………………………………….. 4 – 13

4.2.4 Sarana Perdagangan dan Jasa………………………... 4 – 25

4.2.5 Kondisi Jaringan Jalan………………………………. 4 – 30

4.3 Kondisi Ekonomi Kawasan Penelitian…………………….. 4 – 35

4.3.1 Nilai Lahan………..………………………………… 4 – 35

4.3.2 Pendapatan Masyarakat……………………….…….. 4 – 39

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Terhadap Kondisi Fisik .......................................................... 5–1

5.1.1 Perubahan Penggunaan Lahan……………………….5 – 1

5.1.2 Pola Persebaran/Pergerakan Aktifitas Kawasan......... 5 – 9

5.1.3 Perubahan Sarana Perdagangan Jasa dan Perkembangan Jaringan Jalan…………………….....

5 – 16

5.2 Pengaruh Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ................................ 5 – 25

5.2.1 Nilai Lahan................................................................

5.2.2 Tingkat Pendapatan Masyarakat..................................

5 – 25

5 – 26

BAB 6 PENUTUP

6.1. Kesimpulan ......................................................................... 6 – 1

6.2 Rekomendasi........................................................................ 6 – 3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

commit to user

Pembangunan bandara bertaraf internasional di Pulau Lombok merupakan

upaya pemerintah atau program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memeratakan pembangunan kawasan Indonesia bagian timur. Selain itu, adanya pembangunan bandara tersebut karena adanya peningkatan penumpang pada Bandara Selaparang yang ada di Pulau Lombok. Adanya pembangunan bandara ini menyebabkan perubahan pada wilayah sekitarnya karena semakin bertambahnya aktifitas di wilayah tersebut. Perubahan tersebut yang terjadi di wilayah sekitar bandara selama pembangunan dapat berupa perubahan kondisi fisik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara internasional, dari rumusan masalah tersebut yang ingin diketahui adalah seberapa jauh perubahan yang terjadi pada wilayah sekitar lokasi pembangunan bandara tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 19 desa/kelurahan yang berada dekat kawasan bandara dan merupakan desa yang berada dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan yang diarahkan berdasarkan Perda No 7 Tahun 2006 tentang RDTR Kawasan Bandara Baru Lombok. Untuk metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan untuk teknik analisisnya adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif , deskriptif kuantitatif, superimpose, dan kebijakan.

Hasil studi yang diperoleh menunjukan bahwa selama pembangunan bandara

tersebut tahun 2005 hingga tahun 2010 untuk wilayah sekitarnya mengalami perubahan kondisi fisik dan ekonomi antara lain adalah perubahan penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis seluas 222 hektar menjadi penggunaan pekarangan dan penggunaan lainnya ; perubahan pola persebaran aktifitas permukiman, peningkatan jumlah sarana perdagangan dan jasa terutama untuk toko dan kios yaitu 47% dan 24%; perkembangan jaringan jalan yaitu berupa peningkatan kondisi jalan, pembuatan jalan baru, dan penggantian nama ruas /kelas jalan; peningkatan nilai lahan wilayah dimana semakin dekat dengan pusat kota dan kawasan bandara semakin tinggi nilai lahannya; dan terjadinya perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar bandara yaitu peningkatan pendapatan 9,30%. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai input dalam perencanaan, pemanfaatan, pengendalian perkembangan wilayah sekitar bandara, sehingga segala potensi dan permasalahan perubahan dapat diantisipasi sedini mungkin.

Kata kunci : Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi, Pembangunan Bandara

commit to user

Construction of international airport on the island of Lombok is the government's efforts or the government programs aimed at improving the welfare and development evenly region of eastern Indonesia. In addition, the development of the airport is due to an increase in airport passenger Selaparang existing on the island of Lombok. The existence of the airport development is cause changes in the surrounding area because of the increasing activity in the region. Changes that occur in the region around the airport during construction may include changes in physical condition, economic, social, and cultural..

Formulation of the issues raised in this study is how changes in physical and economic conditions around the airport area during the construction of international airports, from the formulation, we want to know is how far the changes that occur in the region around the airport construction site. The research was conducted in 19 villages / urban villages located near the airport and is a village which is within the safety of flight operations are directed by Regulation No. 7 of 2006 concerning RDTR New Lombok airport Regions. For the research method used is descriptive method. As for the technique using the technique of descriptive analysis is qualitative, quantitative descriptive, superimpose, and policies.

The study results obtained show that during the airport construction in 2005 until 2010 for the surrounding area changes the physical and economic conditions among other are changes in the use of irrigated land area of 222 hectares of semi-technical to use the yard and other uses; changes in distribution patterns of settlement activities, an increasing number of trade facilities and services especially for shops and kiosks that is 47% and 24%; development of road network that is in the form of an increase in road conditions, new road construction, and replacement segment name / class roads; areas where land values increase the closer to downtown and the airport area the higher the value of their land, and the occurrence of changes in income levels of residents around the airport which is an increase in revenue 9,30%. These results are expected to be used as input in the planning, utilization, control the development of the region around the airport, so all the potential and problems of change can be anticipated as early as possible.

Keyword : Change the physical and Economic Condition, Airport Development

commit to user

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, memberikan peluang bagi daerah kabupaten atau kota untuk menciptakan kemandirian dalam pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara optimal untuk membangun daerah dan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memeratakan pembangunan adalah mengadakan perencanaan pembangunan infrastruktur di beberapa daerah di kawasan timur Indonesia, seperti halnya dalam instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2002 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan timur Indonesia. Selain itu, adanya Keputusan Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang kebijakan dan strategi nasional percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia merupakan upaya untuk mewujudkan percepatan pembangunan serta mewujudkan kesetaraan akses ekonomi, sosial dan keberdayaan masyarakat antar kawasan barat dan kawasan timur Indonesia.

Salah satu wilayah yang berada di kawasan timur Indonesia yang menjadi perhatian pemerintah pusat adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Lombok yang memiliki banyak potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah. Untuk meningkatkan potensi yang ada diwilayah tersebut dan didukung dengan program pemerintah pusat berupa pembangunan bandara baru yang bertaraf internasional tersebut, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau memajukan wilayah Pulau Lombok.

Bandar udara merupakan salah satu bagian dari infrastruktur yang memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

commit to user

wisatawan baik asing maupun domestik yang akan menggerakkan perekonomian daerah. Pulau Lombok sebenarnya telah memiliki bandar udara yang menjadi pintu gerbang menuju Provinsi Nusa Tenggara Barat, namun saat ini kondisinya kurang memadai sehingga masih memerlukan pembangunan berbagai sarana perhubungan yang lebih memadai guna tercapainya pelayanan publik yang optimal serta membuka akses untuk daerah terpencil di provinsi ini agar tidak terisolir.

Menurut General Manager Angkasa Pura I Bandara Selaparang Ketut Adi Nuka menjelaskan adanya masalah kepadatan penumpang di terminal Bandara Selaparang yaitu kepadatan penumpang pergi dan datang di Bandara Selaparang Mataram yang memiliki kemampuan pelayanan sekitar 850.000 orang setahun. Pertumbuhan penumpang yang terus meningkat per tahun menjadi perhatian serius pengelola bandara dan untuk memberikan kenyamanan dan jaminan keselamatan kepada pengguna jasa sehingga dilakukan pencarian lokasi baru untuk Bandar udara baru.

Tabel 1.1 Jumlah Warga asing dan Penumpang Domestik

No Tahun

Sumber : Angkasa Pura I Catatan : - Tidak ada data

Dari tabel tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Rute pesawat juga mengalami kenaikan dari 16.137 unit pada tahun 2006 menjadi 18.975 unit pada tahun 2010. Berbagai pesawat yang melayani rute tujuan Lombok antara lain Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Batavia Air, IAT dan Silk Air, sehingga perlu penanganan untuk mengatasi masalah peningkatan pertumbuhan penumpang. Jika adanya sarana transportasi udara baru yang

commit to user

atas ketidaknyamanan masyarakat. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Provinsi NTB terus melakukan terobosan untuk membuka akses transportasi dari dan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat demi kemudahan masyarakat memenuhi tuntunan kebutuhan. Terobosan yang telah dilakukan antara lain, memberikan subsidi kepada perusahaan angkutan udara dengan membuka jalur penerbangan langsung rute dalam wilayah provinsi. Sebelumnya tidak ada hubungan langsung melalui udara dari Bima dan Sumbawa ke Mataram. Terobosan terbesar yang dilakukan dalam bidang transportasi oleh pemerintah untuk mengatasi masalah peningkatan penumpang di Bandara Selaparang adalah dengan melakukan pembangunan Bandara Internasional Lombok baru yang berlokasi di Desa Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah yang menghabiskan lahan sekitar 595 hektar.

Persiapan pembangunan bandar udara baru yang bertaraf internasional tersebut dilakukan pada tahun 2005, dan pembangunan fasilitas Aeronotika penerbangan dan terminal penumpang telah dilaksanakan pada tahun 2008 hingga 2009. Pada tahun 2010 sebenarnya pembangunan bandara tersebut hampir selesai dan beroperasi pada bulan Desember namun target pengoperasiaanya menjadi mundur karena

pembangunan terminal diperluas dari 12.000 m 2 menjadi 21.000 m 2 dan lantai bandara yang semula keramik diganti dengan marmer, serta ruang executive lounge di lantai tiga terminal yang semula masuk tahap pembangunan berikutnya menjadi dipercepat pembangunannya.

Kegiatan pembangunan bandara tersebut merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur dalam suatu wilayah, dimana begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur dalam suatu wilayah sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat (Aschaeur, 1989 dan Munnel, 1990) menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003), dan adanya suatu bandara dalam suatu wilayah memiliki pengaruh atau dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain

commit to user

sekitar bandara memiliki pertumbuhan wilayah yang relatif berkembang lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut juga diketahui bahwa kegiatan pembangunan menyebabkan adanya perubahan terhadap wilayah sekitarnya karena adanya suatu aktifitas dalam wilayah tersebut.

Pembangunan bandara baru yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah mempengaruhi perubahan di wilayah sekitarnya baik itu kondisi fisik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Dengan adanya pembangunan bandara dan didukung dengan perkembangan jaringan jalan otomatis memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk mencapai lokasi tertentu sehingga terjadi perkembangan dalam suatau wilayah. Adanya bandara tersebut juga dapat meningkatkan aksesibilitas dari dan ke Pulau Lombok yang sesuai dengan pendapat Yunus (2002) dimana wilayah yang memiliki aksesibilitas tinggi mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan wilayah yang memiliki aksesibilitas rendah.

Berdasarkan tinjauan tata ruang bandara dalam RDTR Kawasan Bandara Baru Tahun 2006, kegiatan kebandarudaraan mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi ikutan yang memberikan multiplier effect bagi daerah sekitar karena adanya pembangunan bandar udara baru tersebut dapat menjadi penggerak utama dalam suatu kawasan. Kegiatan ikutan tersebut dapat berupa: · Tumbuhnya berbagai institusi bisnis baru untuk pengelolaan kegiatan-

kegiatan bisnis yang berkait dengan transportasi udara (kantor maskapai penerbangan, kantor perusahaan jasa pengiriman barang, dan lain-lain);

· Tumbuhnya usaha jasa pendukung aktivitas kebandarudaraan (seperti hotel, pertokoan, rumah makan, dan sebagainya);

· Tumbuhnya kegiatan ekonomi baru pada area-area perlintasan antara bandar udara dan berbagai simpul kegiatan ekonomi yang telah ada.

· Pada sektor perdagangan dan jasa, dibangunnya sarana bandar udara dapat meningkatkan jalur perdagangan, baik pada tingkat perdagangan

commit to user

lokal dapat didistribusikan ke luar daerah dengan lebih efektif dan efisien, sebagai alternatif bagi distribusi barang melalui jalur darat dan laut.

Adanya pembangunan bandar udara baru tersebut menyebabkan perubahan fisik dan ekonomi wilayah sekitarnya terutama kawasan yang berada semakin dekat dengan bandara. Untuk menentukan dan menetapkan panduan pemanfaatan ruang sekitar kawasan bandara baru, serta menciptakan keserasian lingkungan dan intensitas pemanfaatan ruang kawasan, sehingga Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menetapkan Perda No. 7 tahun 2006 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Bandar Udara Lombok Baru Kabupaten Lombok Tengah. Dalam RDTR tersebut kawasan perencanaannya mencakup 31 desa/kelurahan, namun kawasan yang dijadikan wilayah penelitian adalah daerah yang berada dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan, meliputi 19 desa/kelurahan Batujai, Batunyala, Darek, Jontlak, Kawo, Ketara, Lajut, Leneng, Panjisari, Pejanggik, Penujak, Praya, Prapen, Puyung, Sesake, Semayan, Segala Anyar, Tanak Awu, dan Tiwu Galih.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perubahan kondisi fisik dan ekonomi yang terjadi di sekitar kawasan bandara selama pembangunan Bandara Internasional Lombok.

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1 Tujuan

Mengetahui perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan Bandara Internasional Lombok.

1.3.2 Sasaran

1. Teridentifikasi perubahan lahan pada wilayah sekitar kawasan bandara selama pembangunan bandara

commit to user

muncul selama pembangunan bandara.

3. Teridentifikasi perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan jasa selama pembangunan bandara.

4. Teridentifikasi perubahan nilai lahan selama pembangunan bandara

5. Teridentifikasi perubahan tingkat pendapatan masyarakat sekitar selama pembangunan bandara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

Mengetahui besarnya perubahan yang terjadi di wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara terkait kondisi fisik dan ekonomi.

1.4.2 Manfaat bagi Pemerintah Setempat

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan suatu gagasan atau sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam hal evaluasi dan monitoring perkembangan wilayah kawasan bandara sehingga perkembangannya sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan untuk kawasan tersebut.

1.4.3 Manfaat bagi Akademisi

Memberikan wawasan dalam bidang perencanaan wilayah kota, khususnya dalam mengidentifikasi perubahan fisik dan ekonomi kawasan sekitar bandara. Hasil studi dapat dijadikan perbendaharaan studi ilmiah bagi universitas.

1.4.4 Manfaat bagi Pengembang/Investor

Hasil studi dapat dijadikan informasi lokasi dan investasi yang sesuai untuk dikembangkan di masa yang akan datang dan sesuai dengan perda yang telah ditetapkan pemerintah.

commit to user

Agar masyarakat mengetahui kondisi perubahan yang terjadi di lingkungan wilayah sekitar bandara sehingga diharapkan adanya upaya untuk menjaga lingkungan sekitar dan menghindari pertumbuhan permukiman di kawasan yang rawan kecelakaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi berfungsi untuk memfokuskan pembahasan yang menjadi penelitian dan memberikan batasan pengkajian permasalahan serta menghindari penelitian yang terlalu luas. Selama pembangunan bandara terjadi perubahan-perubahan untuk wilayah sekitarnya, antara lain adalah faktor yang terkait dengan perubahan aspek fisik dan ekonomi. Penelitian yang berjudul “Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok” dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perubahan terkait kondisi fisik dan ekonomi yang terjadi di wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara tersebut dilakukan. Penjabaran lebih lanjut tentang fisik dan ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kondisi fisik yang diteliti, dibatasi pada penggunaan lahan, sarana perdagangan dan jasa, dan jaringan jalan di 19 desa/kelurahan yang berada di sekitar pembangunan bandara baru tersebut selama pembangunan bandara dilakukan. Untuk penggunaan lahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi luasan penggunaan lahan,

perubahan penggunaan lahan, pemanfaatannya dan pola persebaran aktifitas. Pembahasan tentang sarana perdagangan dan jasa mencakup komposisi dan pertambahan sarana perdagangan dan jasa. Jaringan jalan yang dibahas, mencakup perubahan kelas jalan, perkembangan jaringan jalan di wilayah sekitar bandara .

commit to user

pendapatan masyarakat. Untuk nilai lahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu perubahan nilai lahan dan untuk pendapatan penduduk adalah perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar bandara.

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang tertuang dalam Perda No. 7 Tahun 2006 terdiri dari 31 desa/kelurahan, namun wilayah yang dijadikan penelitian merupakan kawasan yang termasuk KKOP dan terletak dekat dengan lokasi pembangunan bandara yang terdiri dari 19 desa/kelurahan. Desa/kelurahan tersebut antara lain adalah desa/kelurahan Batujai, Batunyala, Darek, Jontlak, Kawo, Ketara, Lajut, Leneng, Panjisari, Pejanggik, Penujak, Praya, Prapen, Puyung, Sesake, Semayan, Segala Anyar, Tanak Awu, dan Tiwu Galih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 Peta Wilayah Penelitian.

1.5.3 Ruang Lingkup Waktu

Lingkup waktu yang dibahas untuk penelitian ini adalah selama pembangunan Bandara Internasional Lombok tersebut dilakukan tepatnya dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Proses Pembangunan Bandara Internasional Lombok

Tahun

Aktivitas

2005 Ground Breaking dan persiapan pembangunan 2006- 2007

Mulai pembangunan seperti saluran pengaman dan gebalan rumput, landclearing landside, pembuatan pos jaga, pos polisi, dan guard house

2008 – 2009 Pembangunan fasilitas Aeronotika penerbangan, Terminal penumpang, Pembangunan pagar dan gerbang kawasan Bandara, dan fasilitas penunjang

2010- sekarang Perbaikan dan perluasan Terminal penumpang

Sumber : Angkasa Pura I

commit to user

commit to user

Tujuan : mengetahui perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan Bandara Internasional Lombok Sasaran :

1. Teridentifikasi perubahan penggunaan lahan sekitar bandara selama pembangunan bandara 2. Teridentifikasi pola pergerakan aktifitas kawasan yang muncul selama pembangunan bandara. 3. Teridentifikasi perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan dan jasa selama pembangunan

bandara 4. Teridentifikasi perubahan nilai lahan selama pembangunan bandara 5. Teridentifikasi perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar selama pembangunan bandara

Latar Belakang :

· Adanya UU tentang otonomi daerah yang memberikan peluang bagi daerah untuk menciptakan

kemandirin dalam pengelolaan SDA dan SDM · Pulau Lombok memiliki banyak potensi namun belum dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh

pemerintah daerah · Kapasitas Bandara Selaparang yang sudah tidak memadai · Adanya terobosan pemerintah untuk melakukan pembangunan Bandar udara baru yang bertaraf

internasional di Kabupaten Lombok Tengah · Bandar udara memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia · Suatu kegiatan kebandarudaraan akan memicu pertumbuhan kegiatan ekonomi ikutan yang

memberikan multiplier effect bagi daerah sekitar dan perubahan wterhadap wilayah sekitarnya

Pembangunan Bandara Internasional Lombok

Bagaimana perubahan kondisi fisik dan ekonomi sekitar bandara selama

pembangunan bandara internasional Lombok

Tinjauan Teori: · Teori Bandar Udara dan lngkungannya

serta perda terkait kawasan bandara · Perubahan Pemanfaatan Lahan, Pola

Penggunaan lahan · Nilai Lahan

· Pusat pertumbuhan dan grafitasi

Kompilasi Data : · Gambaran tentang BIL · Kondisi Fisik Kawasan ( administrasi

kawasan,tgl,sarana perdagangan jasa dan jaringan jalan)

· Kondisi Ekonomi ( nilai lahan,pendapatan masyarakat)

Analisis :

· Analisis Kondisi Fisik( analisis peubahan penggunaan lahan, perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan dan jasa, pola persebaran aktifitas kawasan )

· Analisis pengaruh ekonomi ( perubahan nilai lahan, tingkat pendapatan masyarakat )

Kesimpulan

Rekomendasi

commit to user

Sistematika pembahasan laporan penelitian “Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok” ini terdiri dari :

BAB 1 Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka pikir dan sistematika pembahasan.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini yaitu, transportasi udara secara umum, definisi Bandar udara, perubahan penggunaan lahan, pola penggunaan lahan, nilai lahan, pusat pertumbuhan, dan kajian tentang kawasan bandara.

BAB 3 Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, tahapan penelitian(persiapan, penentuan variable, pengumpulan data, penentuan sampel, analisis data).

BAB 4 Gambaran Wilayah Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang gambaran tentang Bandara Internasional Lombok, Tata guna lahan, sarana perdagangan dan jasa, jaringan jalan, nilai lahan, dan pendapatan penduduk sekitar.

BAB 5 Pembahasan

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan dari penelitian yang dilakukan. Hasilnya berupa analisis perubahan penggunaan lahan, analisis pola persebaran aktifitas kawasan, analisis perkembangan jaringan jalan dan perubahan sarana perdagangan jasa, analisis perubahan nilai tanah, analisis tingkat pendapatan masyarakat.

BAB 6 Penutup

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan kegiatan dengan menggunakan pesawat udara yang memiliki keistimewaan dapat membuat interaksi atau memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain dengan relatif waktu yang lebih cepat pencapaiannya dan juga mampu melintasi rintangan alam yang tidak teratasi oleh transportasi lainnya. Seperti transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai unsure penunjang dan unsure pendorong(Abubakar,2000). Peran trasnportasi udara sebagai penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa trasnportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan. Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai-maskapai baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang sangat kompetitif. Jika dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul, hal ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu memberikan nilai tambah berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang lebih cepat dan tentunya hal ini berarti penekanan biaya produksi. Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah dan pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah pelosok termasuk yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk setempat, sehingga akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya juga pendapatan pemerintah.

Transportasi meningkatkan aksesibilitas dari potensi-potensi sumber alam dan luas pasar (Nasution, 2004:14). Menurut Catanese dan

commit to user

sangat besar bagi kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota. Keberadaan suatu transportasi secara umum memiliki pengaruh antara lain adalah perubahan penggunaan lahan, penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik, dan perubahan social budaya masyarakat. Dengan keberadaan transportasi udara tersebut menjadi pemicu perubahan fisik pada wilayah sekitar.

2.2 Tinjauan Khusus Terkait Penelitian

2.2.1 Kajian Tentang Bandar Udara

1. Definisi Bandar Udara

Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi(Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001, BAB I, Pasal 1). Pengertian bandar udara sama dengan Airport (dalam bahasa Inggris) yaitu lapangan dan gedung terminal, tempat pesawat udara berangkat, mendarat dan parkir. Pengertian lain dari bandar udara yaitu lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi (Keputusan Menteri Perhubungan No KM 77 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum). Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) definisi bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk

commit to user

definisi bandar udara menurut PT (Persero) Angkasa Pura I adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 yang mengatur tentang ketentuan penyelenggaraan bandar udara nasional, setiap pengoperasian bandar udara harus memenuhi : · Penetapan lokasi bandar udara. · Rencana induk bandar udara. · Penetapan pembangunan bandar udara. · Penetapan pengoperasian bandar udara. · Penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara. · Penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. · Penetapan kawasan kebisingan di sekitar bandar udara. · Penetapan pengelolaan limbah di bandar udara. · penetapan pejabat fungsi koordinasi di bandar udara yang

dikelola oleh badan usaha kebandarudaraan. · Penetapan besaran tarif jasa kebandarudaraan yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Rencana Induk Bandar Udara adalah pedoman pembangunan dan pengembangan bandar udara yang mencangkup seluruh kebutuhan dan penggunaan lahan serta ruang udara untuk kegiatan penerbangan dan kegiatan penunjang penerbangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya. Daerah lingkungan kerja bandar udara adalah wilayah daratan dan/atau perairan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan bandar udara (Kep.Men. Perhubungan No. KM 48/2002, BAB I, Pasal 1).

commit to user

pembagian wilayah menurut tinggi dan bahaya yang maksudnya adalah untuk melindungi daerah pendekatan ke bandar udara dari halangan pandangan. Untuk yang kedua, pembagian wilayah tata guna lahan. Pembagian tata guna lahan terdiri dari 2 golongan, yaitu tata guna lahan yang terkait dengan kegiatan penerbangan pesawat dan penggunaan lahan yang tidak berkaitan dengan kegiatan penerbangan yang meliputi tempat rekreasi, industri dan perdagangan di kawasan sekitar bandar udara. Tujuan utama penataan guna lahan untuk daerah di sekitar bandar udara adalah untuk mengurangi pengaruh buruk kebisingan. Sedangkan dasar yang cukup efektif yang dijadikan acuan dalam penataan guna lahan tersebut adalah kontur kebisingan. Garis kontur kebisingan merupakan garis yang yang menunjukkan tingkat kepekaan kawasan terhadap kebisingan. Kontur kebisingan ini dapat dijadikan dasar untuk menetapkan daerah yang cocok atau tidak cocok untuk daerah permukiman, industri, perdagangan, rekreasi, dan fasilitas perkotaan yang lain (Horonjeff,1988: 168).

2. Kebijakan Kawasan Sekitar Bandara Menurut Perda Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor

7 Tahun 2006 Tentang Rencana Detil Tata Ruang Kawasan Bandar Udara Lombok Baru Kabupaten Lombok Tengah, kawasan yang ditentukan dalam RDTR Kawasan Bandar Udara Lombok Baru adalah:

· Kawasan rencana berbentuk ruang elips yang dibentuk oleh ketentuan KKOP Bandar Udara;

commit to user

Peta arahan KKOP

commit to user

· Kawasan rencana mencakup 31 (tiga puluh satu) wilayah atau bagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah, meliputi desa/kelurahan Batujai, Batunyala, Bonder, Darek, Jontlak,

Kateng, Kawo, Kelebuh, Ketara, Lajut, Leneng, Marong, Mujur, Panjisari, Pejanggik, Pengembur, Penujak, Praya, Prapen, Gerantung, Gapura, Puyung, Sesake, Semayan, Sengkol, Setangor, Segala Anyar, Sukarara, Tanak Awu, Tiwu Galih dan Truwai dan 7 (tujuh) wilayah atau bagian wilayah kecamatan, yaitu Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya Barat Daya, Praya Tengah, Praya Timur dan Pujut di Kabupaten Lombok Tengah.

Ketentuan–ketentuan yang diarahkan untuk kawasan bandara tersebut adalah antara lain :

· Arah Persebaran Penduduk Dan Fungsi Kawasan

Kawasan rencana dalam RDTR Kawasan Bandar Udara Lombok Baru diklasifikasikan menjadi: Ø 22 (dua puluh dua) blok kawasan, yang terbentuk dari

perpotongan batas fisik (jalan, sungai) dengan garis elips imajiner dari KKOP Bandar Udara;

Ø 6 (enam) arahan fungsi blok kawasan yakni: konservasi air, preservasi sawah, tumbuh lambat, tumbuh cepat, perkotaan

dan rawan kecelakaan penerbangan; Ø 3 (tiga) bagian utama dari KKOP, yakni kawasan horisontal dalam, kawasan horisontal luar dan kawasan rawan kecelakaan penerbangan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta blok rencana RDTR Kawasan Bandara Internasional Lombok dibawah ini.

· Arah sistem pergerakan transportasi dimaksudkan untuk menunjang sistem pergerakan pada kawasan rencana dengan

kawasan regional Lombok, yang diakibatkan oleh adanya Bandar Udara Lombok Baru di Lombok Tengah. Berdasarkan

commit to user

terdiri dari:

Ø Jalan Arteri Sekunder yang menghubungkan Tanak Awu ke Kota Mataram melalui Batujai – Kuripan – Gerung;

Ø Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan: § Praya ke Kota Mataram melalui Ubung; § Praya ke Kopang; § Tanak Awu ke Kuta melalui Sengkol ; § Sengkol ke Praya melalui Batunyala; § Batunyala ke Mujur.

Ø Jalan Kolektor Sekunder yang menghubungkan Penujak ke

Selong Belanak. · Pengembangan Prasarana dan Sarana Lain

Penyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana wilayah lainnya mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pengendalian pada wilayah rencana, yakni pengembangan sarana-prasarana:

Ø Irigasi dilakukan sebagai upaya untuk konservasi air dan

lahan pertanian sawah; Ø Air bersih guna menunjang pengembangan pusat-pusat

pengembangan

wilayah

(CBD) dan pusat-pusat permukiman dengan tetap mempertimbangkan daya dukung sumber daya air yang ada;

Ø Drainase sebagai penunjang sistem pergerakan kawasan dan pengaturan kawasan permukiman dari genangan air hujan;

Ø Sanitasi persampahan dan air limbah pada pusat-pusat

pengembangan wilayah dan permukiman; Ø Energi listrik pada seluruh kawasan rencana dengan pertimbangan khusus pada perletakan jaringan transmisi tegangan tinggi berkaitan dengan tinggi bangunan transmisi

commit to user

IMB; Ø Jaringan telekomunikasi diserahkan pada jasa penyedia telekomunikasi, baik kabel maupun nir-kabel dengan pertimbangan khusus pada perletakan tower telekomunikasi berkaitan dengan tinggi bangunan sesuai ketentuan KKOP

dan IMB. · Pemanfaatan ruang pada kawasan rencana diarahkan pada:

Ø Konservasi air, ditujukan pada blok kawasan Batujai dan sekitarnya, didukung oleh kelestarian kawasan Lombok

Tengah bagian Utara; Ø Preservasi lahan pertanian sawah, yakni pada blok kawasan yang didominasi oleh lahan sawah dan blok kawasan dekat dengan landas pacu Bandar Udara;

Ø Permukiman perdesaan sebagai blok kawasan tumbuh lambat, guna melindungi lahan dari pertumbuhan urbanisasi

yang tak terkendali; Ø Permukiman perkotaan sebagai blok kawasan tumbuh cepat, ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan sarana-

prasarana perkotaan yang efisien; Ø Pengembangan pusat pertumbuhan perkotaan di blok

kawasan Prayadan Tanak Awu. · Pemanfaatan ruang khusus adalah:

Ø Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penunjang pariwisata dan kebandarudaraan pada blok kawasan Batujai, Penujak, Tanak Awu dan Sengkol;

Ø Pengendalian blok kawasan pada zona KKOP, khususnya blok kawasan rawan bahaya kecelakaan penerbangan, untuk tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka, lahan pertanian

sawah dan atau permukiman yang sudah ada sesuai

commit to user

KKOP. · Berkaitan dengan rencana pengembangan Bandar Udara

Lombok Baru, maka di rekomendaikan pengembangan dan pengendalian pemanfaatan ruang di luar wilayah perencanaan sebagai berikut : Ø Pengembangan Kawasan Pantai Kuta Selatan Lombok

Tengah sebagai kawasan wisata pantai dan akomodasi wisata utama di Kabupaten Lombok Tengah, sekaligus sesegera mungkin dilakukan pengendalian pengembangan berkaitan dengan ketentuan sempadan pantai, pengelolaan air limbah dan sampah serta daya dukung kawasan;

Ø Konservasi kawasan lindung bawahan pada kawasan Lombok Tengah bagian Utara, sebagai kawasan penangkap

air bagi wilayah bawahannya, dimana kawasan rencana dan Bandar Udara Lombok Baru berada;

Ø Peningkatan pengelolaan kawasan Desa Budaya Sade, khususnya sanitasi lingkungan dan perparkiran.

2.2.2 Perubahan dan Pola Pemanfaatan Lahan

Menurut Khadiyanto (2005), kebutuhan lahan adalah implikasi dari semakin beragamnya fungsi kawasan perkotaan (pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, dan sebagainya) yang disebabkan oleh kelebihan dalam ketersediaan fasilitas dan kemudahan aksesibilitas sehingga mampu menarik berbagai kegiatan untuk beraglomerasi. Dengan ketersediaan lahan yang terbatas, dinamika perkembangan kegiatan ini akan menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada pergeseran penggunaan lahan dengan intensitas yang semakin tinggi.

Proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi lain merupakan dinamika tata ruang kota yang diakibatkan oleh

commit to user

yang dimiliki oleh lahan tersebut. Potensi terbesar yang paling berpengaruh terhadap perubahan guna lahan adalah potensi ekonomi, meskipun banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan tersebut (Rossi dalam Napituliu, 1999).

Dalam perkembangan wilayah tersebut adanya suatu kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi tidak di setiap lokasi yang ada. Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfaatan lahan (Alit,2001). Pendekatan teori neoklasik tentang ekonomi dan perubahan lokasi mengemukakan bahwa secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari lahan atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya (Alit,2001). Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan lokasi lainnya seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas.

Selain itu, gejala perubahan pemanfaatan lahan tidak terjadi di setiap lokasi secara seragam, karena setiap lahan memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang berbeda (Legawa dalam Wijayanti, 1998). Pengalokasian guna lahan di perkotaan akan mengarah ke lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi (Goldberg dalam Yunus, 2000), sehingga lahan–lahan yang memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang lebih besar akan lebih berpeluang mengalami proses perubahan pemanfaatan lahan. Pada umumnya gejala ini terjadi di jalan–jalan utama atau kawasan–kawasan tertentu yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri.

Menurut Bourne dalam Yusran (2006), ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan, yaitu: perluasan batas kota, peremajaan di pusat kota, perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi serta tumbuh dan

commit to user

dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam yang dipengaruhi antara lain:

1. Faktor manusia, yang terdiri dari kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi;

2. Faktor fisik kota, meliputi pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian;

3. Faktor bentang alam yang berupa kemiringan lereng dan ketinggian lahan.

Menurut

Charles

C. Colby

(dalam Yunus:1994) mengidentifikasikan 2 gaya yang berlawanan dalam proses pembentukan dan perubahan pemanfaatan lahan, yaitu :

1. Gaya sentrifugal, yaitu gaya yang mendorong kegiatan berpindah dari suatu kawasan pusat kota ke wilayah pinggiran. Gaya ini terdiri dari : gaya ruang (meningkatnya kemacetan), gaya tapak (kerugian akibat pusat kota terlalu sensitif), gaya situasional (jarak antar bangunan dan alinemen fungsional tidak memuaskan), gaya evolusi sosial (tingginya nilai lahan, pajak, dan keterbatasan perkembangan), dan status dan organisasi hunian (bentuk fungsional yang kadaluarsa, pola mengkristal, dan fasilitas transportasi yang tidak memuaskan).

2. Gaya sentripetal, yaitu gaya yang bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu di suatu kawasan pusat kota dan menarik fungsi lain ke dalamnya. Gaya ini dipengaruhi oleh daya tarik fisik dan tapak alami, kenyamanan fungsional dan gengsi fungsional.

Menurut Yunus, 2002 faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan spasial antara lain adalah :

1. Faktor Aksesibilitas Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap perubahan pemanfaatan lahan. Aksesibilitas tersebut dikenal dengan berbagai

commit to user

aksesibilitas budaya, aksesibilitas politik, dan aksesibilitas spasial/fiskal. Aksesibilitas yang terkait dalam hal ini adalah aksesibilitas fiskal. Pengukuran aksesibilitas fiskal tersebut dengan menilai prasarana transportasi yang ada bersama-sama dengan sarana transportasinya. Suatu wilayah yang mempunyai aksesibilitas yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan wilayah yang mempunyai aksesibilitas rendah terhadap penduduk maupun fungsi–fungsi kekotaan.

2. Faktor Pelayanan Umum Faktor pelayanan umum merupakan faktor penarik terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotan untuk datang kearahnya. Makin banyak jenis dan macam pelayanan umum yang terkonsentrasi pada suatu wilayah, maka makin besar daya tariknya terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan.

3. Faktor Karakteristik Lahan Lahan-lahan yang terbebas dari banjir, stabilitas tanahnya tinggi, topografi relatif datar atau mempunyai kemiringan yang kecil, air tanah relatif dangkal, relief mikronya tidak menyulitkan untuk pembangunan, drainasenya baik, terbebas dari polusi air, udara maupun tanah akan mempunyai daya tarik yang lebih besar terhadap penduduk maupun fungsi-fungsi kekotaan dibandingkan dengan daerah-daerah yang skor komposit variabel karakteristik lahannya lebih rendah. Selain itu juga bentuk pemanfaatan lahan yang berbeda akan mempunyai daya tarik yang berbeda pula.

4. Faktor Karakteristik Pemilik Lahan Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat. Pemilik-pemilik lahan berekonomi lemah kebanyakan berasosiasi dengan pemilikan lahan yang sempit dan mereka inilah yang paling

commit to user

sementera itu upaya pengolahan lahannya tidak menguntungkan. Mereka yang berekonomi kuat tidak didera oleh kebutuhan ekonomi mendesak, sehingga kemampuan untuk mempertahankan lahannya atau tidak menjual lahannya lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang berekonomi lemah. Hal inilah antara lain alasan rasional yang mendasari mengapa karakteristik pemilik lahan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan spasial di daerah pinggiran kota. Pada daerah yang didominasi oleh pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah, transaksi jual-beli lahan akan lebih intensif dibandingkan dengan daerah yang didominasi oleh pemilik lahan berekonomi kuat.

5. Faktor Keberadaan Peraturan Yang Mengatur Tata Ruang Salah satu Faktor yang berpengaruh kuat terhadap intensitas perkembangan spasial di daerah pinggiran kota apabila peraturan yang ada dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

6. Faktor Pemrakarsa Pengembang Faktor ini juga memiliki peranan yang kuat dalam mengarahkan pengembangan spasial suatu daerah karena pengembang selalu menggunakan ruang yang cukup luas maka keberadaan kompleks yang dibangun akan mempunyai dampak yang besar pula terhadap lingkungan sekitar.

Menurut Sadyohutomo (2006:89) bahwa perubahan penggunaan lahan terjadi akibat adanya kegiatan pembangunan di atas lahan tersebut. Variabel perubahan penggunaan lahan adalah :

1. Sifat Fisik Lahan Potensi fisik lahan yang memungkinkan lahan tersebut dibangun/ diubah sesuai penggunaan yang diinginkan. Sifat fisik tersebut menggambarkan kemampuan secara umum dan menjadi dasar dalam menilai kesesuaiannya untuk jenis - jenis penggunaan lahan yang telah ditentukan.

commit to user

Prasarana yang tersedia pada jarak tertentu memberi pendorong seseorang untuk membangun lahannya. Prasarana yang vital untuk penggunaan lahan perkotaan seperti jalan.

3. Jarak ke lokasi Strategis Lokasi strategis ditentukan oleh tersedianya prasarna yang ada dari segi kuantitas dan kualitas. Lokasi strategis tersebut biasanya berupa pusat kota, pusat perdagangan, pelabuhan, terminal, pusat pemerintahan, dan sebagainya.

4. Peruntukan Lahan Peruntukan yang sesuai dengan kehendak seseorang dapat merangsang pembangunan lahan, sedangkan yang tidak sesuai menjadi penghambat pembangunan lahan.

5. Status Lahan Hak atas lahan menyatakan hubungan hokum antara individu, kelompokatau badan hukum dengan lahan. Lahan yang dimiliki oleh seseorangbelum dapat dibangun oleh orang lain sebelum dibeli atau dibebaskan.

Pola tata guna lahan adalah model susunan tata guna lahan dalam konteks keruangan suatu kota, dalam penggunaan media atau lahan untuk fungsi kota. Tiap kota di negara maju maupun negara berkembang mempunyai pola tata guna lahan atau pola keruangan kota yang tidak sama. Perbedaan pola keruangan ini menurut Bintarto (1977:56) disebabkan oleh: luas daerah kota, unsur topografi, faktor sosial, faktor budaya, faktor politik dan faktor ekonomi. Selain itu, pola penggunaan lahan adalah rumusan distribusi spasial dengan kegiatan perkotaan dan penduduknya. Penggunaan lahan di perkotaan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di dalam kota tersebut. Kebutuhan Lahan untuk pembangunan struktur strategis yang berorientasi ke pusat pemasaran/kota, seringkali harus bersaing dengan kebutuhan lahan untuk keseimbangan lingkungan ekonomi. Oleh

commit to user

suatu penataan ruang dengan pola penggunaan lahan agar lebih efektif dan efisien ( Dirjen Cipta Karya, 1989) .

Distribusi perubahan penggunaan lahan akan mempunyai pola- pola perubahan penggunaan lahan. Menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dikelompokkan menjadi :

1. Pola memanjang mengikuti jalan.

2. Pola memanjang mengikuti sungai

3. Pola radial

4. Pola tersebar

5. Pola memanjang mengikuti garis pantai

6. Pola memanjang mengikuti rel kereta api.

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi di masing-masing daerah. Dalam penggunaan lahan baik untuk perumahan maupun untuk pertanian harus diperhitungkan beberapa unsur alam seperti ketinggian tempat, ketersediaan air dan lain sebagainya sehingga diharapkan akan tercipta keseimbangan dan keserasian dalam tata guna lahan dan diperoleh manfaat yang optimal dari penggunaannya dan menjaga kelestariaannya.

Menurut Cheema dalam Jayadinata (1999:179), karena keadaan topografi tertentu atau karena perkembangan sosial ekonomi tertentu maka akan berkembang beberapa pola perkembangan kota dengan pola menyebar (dispersed pattern), pola sejajar (lineair pattern) dan pola merumpun (clustered pattern). Pola menyebar terjadi pada keadaan topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Pada pola sejajar,

perkotaan terjadi akibat adanya perkembangan sepanjang jalan, lembah, sungai dan pantai. Pada pola merumpun, biasanya terjadi pada kota-kota yang berhubungan dengan pertambangan dengan topografi agak datar meskipun terdapat beberapa relief lokal yang nyata.

commit to user