PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR - Perancangan Komik Kumbakarna Lakon Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang Dan Budaya Lokal

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMIK KUMBAKARNA LAKON GUGUR UNTUK MENGANGKAT KOMIK WAYANG DAN BUDAYA LOKAL

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan

Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh: WISNU TRI ANGGORO NIM C0707041 JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahan untuk : Kedua orang tua tercinta, Segenap keluarga yang selalu memberi dukungan

HALAMAN MOTTO

“Kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu, dan 90% sisanya adalah bagaimana kamu menghadapinya ”

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir ini dengan judul “Perancangan Komik

Kumbakarna Lakon Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan Budaya Lokal ”. Dengan terselesaikannnya Pengantar Karya Tugas Akhir ini penulis dapat memenuhi persyaratan guna mencapai syarat mendapatkan gelar Sarjana

Seni jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan segala bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung dari awal hingga terselesainya Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan seluruh jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

2. Drs. M. Suharto, M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

3. Jazuli Abdin Munib, S.Sn, selaku Pembimbing Akademik dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;

4. Anugrah Irfan Ismail, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;

5. Drs. Ahmad Adib, M.Hum, selaku Koordinator Tugas Akhir;

6. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS yang telah bersedia memberikan bekal ilmu dan bimbingan kuliah dan bantuan administrasinya;

7. Keluarga tercinta;

8. Teman-teman DKV 07, teman-teman wisma Ofia, terimakasih banyak atas dukungan, kebersamaan dan kritikannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Semoga Pengantar Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terimakasih.

Surakarta, 2011 Penulis,

Wisnu Tri Anggoro

1. Strategi Visual Verbal ……………………………………… 66

2. Strategi Visual Non Verbal ………………………………... 67

D. Pemilihan Media dan Media Placement……………………… 103

E. Prediksi Biaya ……………………………………………… 109

BAB V VISUALISASI KARYA ………………………………………… 118 BAB VI PENUTUP ……………………………………………………….. 165

esimpulan …………………………………………………… 132 A. K

B. Saran ………………………………………………………… 133

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PERANCANGAN KOMIK LAKON KUMBAKARNA GUGUR UNTUK MENGNGKAT KOMIK WAYANG DAN BUDAYA LOKAL

Wisnu Tri Anggoro 1

Jazuli Abdin Munib S.Sn 2 Anugrah Irfan Ismail S.Sn 3

ABSTRAK

Wisnu Tri Anggoro . 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Komik Lakon Kumbakarna Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan Budaya Lokal. Adapun permasalahan yang dikaji adalah Bagaimana mengangkat kembali komik yang berlatar belakang budaya lokal, dalam hal ini berupa wayang, melalui media komik, dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap komik lokal pada kalangan remaja, serta bagaimana menyajikan ilustrasi menarik yang dapat memikat konsumen, khususnya pecinta komik, agar lebih memberikan apresiasi kepada komik lokal. Maraknya komik impor yang di datangkan ke Indonesia seakan-akan membuat komik lokal tersingkir dari pasaran, selain Industri komik di Indonesia belum professional dan masih jauh untuk menjadi sebuah industri komik, faktor lain seperti ketertarikan konsumen (baik itu pecinta komik maupun masyarakat awam) yang lebih memilih komik luar juga merupakan kendalanya. Adapun tujuan dari perancangan Komik Kumbakarna (Lakon Kumbakarna Gugur) ini adalah untuk mengangkat kembali komik lokal yang mengangkat budaya lokal, dalam hal ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, menanamkan kecintaan terhadap komik lokal, serta untuk menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat di terima para pecinta komik, agar daya apresiasi terhadap komik lokal meningkat.

Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM C0707041

THE COMIC DESIGN OF KUMBAKARNA GUGUR TO ADAPT WAYANG COMIC AND LOCAL CULTURE

Wisnu Tri Anggoro 1

Jazuli Abdin Munib, S.Sn 2 Anugrah Irfan Ismail, S.Sn 3

ABSTRACT

Wisnu Tri Anggoro, 2011. The title of the final assignment is the comic design of kumbakarna gugur to adapt wayang comic and local culture. There are several problem in this assignment, namely, how to readapt comic with local culture background, for example was wayang with illustration which understood the recent condition. Next problem was how to make the people especially teenager loved and read the local comic. The other problem was how to provide an interesting illustration which could interest the comic lovers so that they could give a better appreciation with local comic. The causes were many comics which were imported to Indonesia that made the local comic aside from the market. Then, unprofessionalism of comic industry and also they hadn’t fulfilled the requirement in becoming a comic industry. The other factor came from the consumer’s interest itself (comic lover and common people), which chose the foreign comic. There are several purpose in designing Kumbakarna Comic, namely, are to adapt the local culture, especially wayang through comic with recent condition illustration, to make teenager love the local comic, and also to provide a better illustration which interest the comic lovers, so that the appreciation in local comic improves.

1 The student of Visual Communication Design, Faculty of Language and Art , Sebelas Maret Surakarta University, Student number C0707037

Wisnu Tri Anggoro 1

Jazuli Abdin Munib S.Sn 2 Anugrah Irfan Ismail S.Sn 3

ABSTRAK

2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Komik Lakon Kumbakarna Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan Budaya Lokal. Adapun permasalahan yang dikaji adalah Bagaimana mengangkat kembali komik yang berlatar belakang budaya lokal, dalam hal ini berupa wayang, melalui media komik, dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap komik lokal pada kalangan remaja, serta bagaimana menyajikan ilustrasi menarik yang dapat memikat konsumen, khususnya pecinta komik, agar lebih memberikan apresiasi kepada komik lokal. Maraknya komik impor yang di datangkan ke Indonesia seakan-akan membuat komik lokal tersingkir dari pasaran, selain Industri komik di Indonesia belum professional dan masih jauh untuk menjadi sebuah industri komik, faktor lain seperti ketertarikan konsumen (baik itu pecinta komik maupun masyarakat awam) yang lebih memilih komik luar juga merupakan kendalanya. Adapun tujuan dari perancangan Komik Kumbakarna (Lakon Kumbakarna Gugur) ini adalah untuk mengangkat kembali komik lokal yang mengangkat budaya lokal, dalam hal ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, menanamkan kecintaan terhadap komik lokal, serta untuk menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat di terima para

1 Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM C0707041

2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebudayaan besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah Wayang, Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Wayang, sebagian orang menyebutnya juga sebagai komik-nya Indonesia. Para Wali di tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana. Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Cerita dalam pewayangan di sebut juga Lakon, Lakon adalah suatu jenis cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis, yang terutama lebih ditujukan untuk dipentaskan dari pada dibaca. Lakon tertulis merupakan suatu jenis karya sastra yang terdiri dari dialog antar para pelakon dan latar belakang kejadian. Terdapat beberapa macam Lakon dalam pewayangan, di antarannya: Cerita dalam pewayangan di sebut juga Lakon, Lakon adalah suatu jenis cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis, yang terutama lebih ditujukan untuk dipentaskan dari pada dibaca. Lakon tertulis merupakan suatu jenis karya sastra yang terdiri dari dialog antar para pelakon dan latar belakang kejadian. Terdapat beberapa macam Lakon dalam pewayangan, di antarannya:

Komik Indonesia memang tidak dapat dikatakan tidak bangkit lagi. Komik Indonesia mulai menggeliat akhir-akhir ini, geliat komik Indonesia ini tidak akan lengkap rasanya tanpa kehadiran tema pewayangan. Karena wayang adalah salah satu bentuk atau tema komik yang tergolong khas di Indonesia. Selain wayang merupakan tradisi adiluhung bangsa ini. Komik wayang memang menempati porsinya tersendiri di jagat perkomikan Indonesia dari dulu kala. Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar, munculah komik- komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental.

Melalui Cerita Bergambar atau komik, pengeksplorasian ilustrasi dan cerita, penulis ingin menghidupkan kembali kecintaan akan budaya lokal, pada umumnya, dan ikut berpartisipasi dalam menghidupkan kembali geliat komik wayang pada khususnya.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian permasalahan di atas, penulis mencoba untuk ikut serta mengangkat budaya lokal dengan mensosialisasikan kembali Komik Wayang. Untuk itu, perlu di upayakan penyelesaian dari permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana mengangkat kembali komik yang mengangkat budaya lokal, yang berupa wayang, melalui media komik dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini?

2. Bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal pada kalangan remaja?

3. Bagaimana menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat diterima kalangan pecinta komik ?

C. Tujuan Penulisan/perancangan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat di ketahui tujuan perancangan komik wayang sebagai berikut :

1. Untuk mengangkat kembali cergam yang mengangkat budaya lokal, dalam hal ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini.

2. Menanamkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal pada kalangan remaja.

3. Menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat diterima kalangan penikmat komik.

D. Target Market dan Audiens

Dalam perancangan komik ini, target market dan target audiens menjadi satu. Target market adalah sasaran yang dituju sebagai pihak yang merupakan pelaku utama. Target audiens adalah sasaran yang dirasa akan atau calon pengguna diluar target market. Adapun pembagaian target market dan target audiens adalah sebagai berikut :

a. Segmentasi Geografis

: Jawa

b. Segmentasi Demografis :

1) Jenis Kelamin : Laki – laki dan Perempuan

2) Usia

: 19 - 28 tahun

3) Pekerjaan

: Semua

4) Status Ekonomi

: Semua kalangan

5) Golongan

: Semua

c. Segmentasi Psikografis Masyarakat pecinta komik yang belum mengenal cerita pewayangan, serta belum mengenal komik wayang yang ada di Indonesia.

E. Target Visual / Karya

1. Komik

a. Desain judul

b. Visualisasi penokohan

c. Desain properti dalam cerita (environments)

d. Desain cover

2. Karya pendukung ( penunjang promosi)

a. X-banner

b. Poster

c. Sticker

d. T-shirt

e. Pembatas buku

f. Facebook (fan page penerbit Koloni)

F. Metode Penciptaan/Perancangan

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu antara lain :

1. Pengamatan (Observasi) Yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan didalam situasi buatan yang khusus diadakan, meninjau obyek yang menjadi komparasi.

2. Dokumentasi Salah satu metode perancangan ini yaitu penulis menggali informasi dari literatur-literatur, baik cetak maupun elektronik, yang memuat informasi mengenai komik wayang dan cergam tentang wayang.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keadaan Umum

1. Perancangan

Definisi perancangan menurut kamus bahasa Indonesia yaitu proses, cara, perbuatan merancang .

Perancangan berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian mendapat awalan per- dan akhiran –an. Perancangan dapat diartikan merencanakan segala sesuatu sebaai bagian dari kerangka kerja. ( Kamus Lengkap Bahasa Indonesai,691).

1. Pengertian perancangan menurut bahasa (etimologi)

a. DESIGNOSE, dari bahasa latin yang arinya memotong dengan gergaji atau tindakan menakik atau memberi tanda yang mempunyai maksud memberi citra terhadap suatu objek.

b. DESIGNARE, dari bahasa Perancis yang mempunyai arti manandai, memisahkan yang meksudnya menghilangkan kesimpangan.

c. DESIGN, dari bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru

2. Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen antara lain :

a. Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang memerlukan peran pemasaran strategis.

b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasila yang lebih besar.

c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada ataumenyingkirkan ancama yang tampak dalam analisi lingkungan c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada ataumenyingkirkan ancama yang tampak dalam analisi lingkungan

e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik.

f. Menempatkan system dan struktur organissai yang perludalam fungsi pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipatikan.

g. Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan dan tugas tanggung jawab tertentu.

h. Menentapkan patokan untuk mengukur hasi sementara dan hasi akhir program

i. Melaksanakan program yang telah direncanakan j. Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya bila diperlukan.

2. Kebudayaan

Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsa kerta ‖buddhayah‖, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti ―budi‖ atau ―akal‖ (Koentjaraningrat,2000:181).

Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai ―daya budi‖ yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta budhayah, bentuk jamak dari ―buddi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan bisa diartikan sebagai ―hal-hal yang bersangkutan dengan akal‖. Kata ―budaya‖ sebagai perkembangan kata ―budidaya‖ yang berarti daya dari budi . Karena itu, kata budaya dan kebudayaan dibedakan.

Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi, kebudayaan atau disingkat

―budaya‖, menurut Koentjaraningrat merupakan ―keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.‖ Selain itu, ada beberapa pengertian lain yaitu ―Budaya adalah daya

dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan berarti segala hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu ‖ (MM. Djoyodiguno, 1958: 24).

Dalam antropologi budaya tidak ada perbedaan arti antara budaya dan kebudayaan. Dalam hal ini kata budaya hanya dipakai sebagai penyingkat saja. Adapun kata culture yang artinya sama dengan kebudayaan, berasal dari kata Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah, atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Karena jangkauannya begitu luas, maka Ernest Cassire, membaginya ke dalam lima aspek yang meliputi : kehidupan spiritual, bahasa dan kesusasteraan, keseniaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, studi tentang kebudayaan berarti studi mengenai tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dalam cahaya studi budaya dapat dilukiskan sebagai kerja, dan bicara. Tiga aktivitas tersebut disebut gerakan dasar karena sesuai dengan tiga syarat yang menguasai eksistensi manusia di dunia.

Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat.

3. Wujud Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1985), kebudayaan mempunyai 3 wujud, antara lain:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, adapt istiadat, dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (kebudayaan fisik), merupakan total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat.

Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :

a. Wujud Ide Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang

Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.

b. Wujud perilaku Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.

c. Wujud Artefak Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

Menurut M.M. Djojodigoeno, dalam bukunya Asas-asas Sosiologi (1958), menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa.

Cipta, adalah kerinduan manausia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.

Karsa , adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangka paran . Dari mana maanusia sebelum lahir [=sangkan] dan kemana manusia Karsa , adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangka paran . Dari mana maanusia sebelum lahir [=sangkan] dan kemana manusia

Rasa, adalah kerinduan manusiaa akan keindahan sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan berbagai macam kesenian.

Wayang adalah salah satu dari tiga wujud kebudayaan, yaitu kebudayaan fisik yang merupakan hasil dari dua wujud kebudayaan, yaitu ide- ide dan aktifitas manusia. Ditinjau dari fungsi wayang sebagai sarana penyampaian pesan juga hiburan, ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak terpisah dan mempunyai hubungan erat yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (transactional interpendency). Wayang juga termasuk kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

B. Tinjauan Wayang

1. Istilah Wayang

Menurut Drs. Sunarto dalam Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta (Sunarto, 1989: 5), Wayang adalah bentuk budaya yang sudah banyak di soroti,

Tulisan-tulisan yang sudah ada secara umum terbagi dalam dua golongan, yaitu yang mengenai wayang itu sendiri yang menyangkut penyajian lakon serta makna yang terkandung dalam lakon itu, dan mengenai wayang yang di tinjau dari sudut budaya.

Menurut Sri Mulyono, dalam Wayang Asal usul, Filsafat dan Masa Depannya, mengungkapkan, wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia (Jawa) asli, yang berarti bayang –bayang, atau bayang yang berasal dari akar kata ―yang‖ mendapat imbuhan ―wa‖ menjadi wayang. Dengan perbandinga

dan pengertian beberapa akar kata, serta variasinya itu, dapat di temukan bahwa arti dasarnya adalah tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang, bergerak kesana kemari .(Sri Mulyono, 1978: 9)

Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

Wayang bukanlah sekedar bentuk yang indah dan menyenangkan, tetapi mempunyai nilai khusus bagi bangsa Indonesia umumnyaa, dan masyarakat Jawa khususnya, atau mengandung maksud-maksud yang lebih mendalam, yaitu memberikan gambaran tentang hidup dan kehidupan. Wayang merupakan karya seni rupa yang mempunyai makna, symbol bagi falsafah hidup bagi anggota-anggota masyarakat pendukungnya.

Wayang dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup, dan kehidupan yang lebih bersifat rohaniyah daripada lahiriyah. Orang melihat wayang seperti melihat kaca rias.( Sri Mulyono,1979 :15-16)

Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the Netherland Indie dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia (von Heine-Geldern, 1945: 987).

2. Jenis-jenis wayang

Seperti halnya fungsi wayang yang selalu mengalami perubahan- perubahan sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat pendukungnya, jenis-jenis wayang inipun juga tidak luput dari perkembangannya. Jenis-jenis wayang dapat di kelompokkan sebagai berikut:

a. Wayang Kulit

1) Wayang Purwa Wayang purwa adalah sebutan lain untuk pertunjukan wayang kulit Jawa yang mengambil cerita dari epos Mahabarata dan Ramayana. Adapun versi Indianya tetap diikuti sebatas hal itu tidak bertentangan dengan syariat serta hukum-hukum islam, dengan asumsi bahwa tokoh-tokoh serta cerita yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah tokoh serta cerita yang telah mengalami modifikasi dalam bentuk, cerita dan 1) Wayang Purwa Wayang purwa adalah sebutan lain untuk pertunjukan wayang kulit Jawa yang mengambil cerita dari epos Mahabarata dan Ramayana. Adapun versi Indianya tetap diikuti sebatas hal itu tidak bertentangan dengan syariat serta hukum-hukum islam, dengan asumsi bahwa tokoh-tokoh serta cerita yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah tokoh serta cerita yang telah mengalami modifikasi dalam bentuk, cerita dan

2) Wayang Madya Bentuk figurnya merupakan perpaduan antara Wayang Purwa dan Wayang Gedog yakni bagian bawahnya meniru Wayang Gedog (berkain rapekan dan memakai keris).

3) Wayang Gedog Wayang yang memakai cerita dari serat Panji

4) Wayang Calonarang salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen.

5) Wayang Krucil Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik.

6) Wayang Parwa Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagaiAstha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali.

b. Wayang Kayu

1) Wayang Golek

2) Wayang Menak

3) Wayang Klitik

4) Wayang Beber

5) Wayang Orang

6) Wayang Suket

7) Wayang Gung

8) Wayang Timplong

9) Wayang Potehi

10) Wayang Gambuh

11) Wayang Cupak

3. Fungsi Wayang

Didalam pertumbuhannya fungsi wayang sejak mulai diciptakan sampai pada jaman sekarang inipun juga mengalami beberapa perubahan. Wayang pada waktu pertama kali diciptakan mempunyai fungsi sebagai alat suatu upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan (magic,religius).

Nenek moyang kita pada jaman dahulu mempunyai kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal tetap hidup dan tinggal pada kayu-kayu besar,batu- batu besar dan gunung-gunung,serta dapat memberi pertolongan kepada mereka yang pandai mengambil hatinya. Cara mengambil hati tersebut dengan jalan memberikan saji-sajian dan mengucapkan mantera-mantera yang tepat. Roh-roh tersebut tinggal atau bersemayam di gunung / goa yang angker di dekat pintu gerbang desa,di persimpangan jalan yang penting-penting dan lain sebagainya. Roh –roh orang besar yang bertuah dan sangat besar kekuasaannya sering disebut ―Hyang‖atau ―Danyang‖ danyang tersebut suka

memberi pertolongan atau perlindungan tapi juga suka memberi gangguan atau memberi pertolongan atau perlindungan tapi juga suka memberi gangguan atau

mengadakan persembahan pada ―Hyang‖. ―Setiap saat orang ingin berhubungan dengan roh-roh nenek moyang,

orang mengadakan pertunjukkan bayang- bayang atau wayang‖ (Sri Mulyono, 1989: 54).

Di dalam pertumbuhannya, ternyata fungsi tersebut telah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Perubahan tersebut yakni sejak diciptakannya wayang sebagai alat suatu upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan pada jaman animisme sampai pada fungsinya sebagai alat penerangan maupun pendidikan pada jaman sekarang ini.

B. Tinjauan Komik

1. Pengertian Komik

Menurut Will Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan. Namun Scott McCloud mempunyai pengertian yang berbeda, Komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Reinventing Comics (McCloud Scott, 2000: 8-9). Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar kreasi yang dipresentasikan secara visual .

Ciri khas bentuk kesenian ini adalah membawa kita berimajinasi kealam yang berbeda dari alam kita atau ke lingkungan sosial yang tidak akan pernah kita masuki, secara langsung atau melalui tokoh-tokohnya di dalam situasi komunikasi melalui perilaku verbal yang miskin nuansa karena adanya bingkai (Marcel Bonnef, 1998:8)

Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris ―comic‖ yang berarti segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Cukup sulit untuk

menemukan padanan kata yang cocok untuk menyebutnya sehingga penulis akan menyebutnya sebagai komik. Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Panel-panel kaku yang dahulu digunakan sebagai pembatas, kini tidak lagi kaku. Tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar. Gagasan dan gambar menjadi semakin kompleks dengan banyaknya simbol yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pembacanya Dan sekarang menemukan padanan kata yang cocok untuk menyebutnya sehingga penulis akan menyebutnya sebagai komik. Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Panel-panel kaku yang dahulu digunakan sebagai pembatas, kini tidak lagi kaku. Tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar. Gagasan dan gambar menjadi semakin kompleks dengan banyaknya simbol yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pembacanya Dan sekarang

Komik merupakan suatu gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.

2. Komik Sebagai Seni

Dalam bukunya, Scott McCloud mcngutip kata dari Will Eisner tcntang dcvinisi komik, bahwa komik adalah "Scni Bcrturutan". Dalam kata lain bahwa scni dalam gambar dapat berubah nilainya menjadi seni komik bilamana gambar-gambar yang ada tidak berdiri sendiri dan disusun secara berturutan. Meskipun hanya terdiri dari dua gambar.

Sebenarnya, pada awal pcrkembangannya, komik dianggap scbagai "scni rendahan"(Darmawan dan tim Visual Art). Darmawan dan tim Visual Art mcngatakan bahwa komik masih mcncari-cari pcngakuan, komik masih diragukan dalam ruang lingkup scni mumi. Scbagian kcwaguan ini karcna kontcks historis-sosiologis komik yang mcncmpatkan komik scbagai bagian dari "seni rcndahan" (Darmawan dan tim Visual Art."Komik" 18).

Kctcrampilan dan cstctika dalam komik yang harus mcnghamba pada tujuan utamanya yang mcnghibur dan mcngcjar oplah bclaka juga mcmbuatnya dianggap scbagai "scni rcndahan". Bclum lagi faktor kclatahan para pcncrbit. Faktor konsumcn komik yang bcrasal dari kaum miskin pcrkotaan, dan faktor harga komik yang murah, mcmbuat komik tcridcntifikasi scbagai medium Kctcrampilan dan cstctika dalam komik yang harus mcnghamba pada tujuan utamanya yang mcnghibur dan mcngcjar oplah bclaka juga mcmbuatnya dianggap scbagai "scni rcndahan". Bclum lagi faktor kclatahan para pcncrbit. Faktor konsumcn komik yang bcrasal dari kaum miskin pcrkotaan, dan faktor harga komik yang murah, mcmbuat komik tcridcntifikasi scbagai medium

Hal berbcda terjadi pada perkcmbangan komik pada jaman sekarang dengan adanya kemajuan dan perkcmbangan tentang identitikasi komik. Komik scbagai hasil kegiatan dan penciptaan dengan menggunakan akal budi manusia dapat dikatcgorikan scbagai budaya. Selain itu, komik merupakan produk manusia atau bagian dari kcbudayaan yang dikcnal dan disukai orang banyak. Komik jauh lcbih mudah dipahami oleh orang awam dibandingkan seni semisal seni lukis. Komik sebagai produk budaya juga sesuai dengan kcbutuhan masyarakat pada umumnya.

Sehingga walaupun komik pada jaman dahulu disebut sebagai "scni rendahan". hal bcrbcda terjadi di jaman sckarang, dimana komik mcnjadi bagian dari budaya populer, sama halnya dcngan film atau musik.

Ukuran-ukuran scni rupa yang lazim tak akan bisa mcmbaca scbuah karya komik sccara adil, dcmikian juga dcngan ukuran-ukuran sastrawi yang tidak akan lengkap dalam mcmbaca komik, bclum lagi jika hcndak mcmbaca komik dcngan kacamata ilmu dcsain grafis atau komunikasi visual. Mau tak mau komik scmcstinya diukur dari tolak ukur komik scndiri. Dcngan kata lain, komik scndiri, dalam kcutuhannya. adalah scbuah scni mandiri, tidak di bawah atau di atas scni murni (fine art) yang dikcnal sclama ini.(Darmawan dkk, "Komik")

2. Komik Sebagai lndustri

Titik balik kemajuan komik tcrjadi pada era Revolusi Industri di Eropa. Tidak ada sumber yang mengatakan kapan komik berubah menjadi sebuah industri, tetapi menurut McCloud, salah satu faktor utama dari pcrkcmbangan komik adalah ketika ditemukannya mesin cetak sehingga dengan penemuan mesin cetak tersebut. Bentuk seni yang scbclumnya hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya dan bcrkuasa bisa dinikmati olch orang banyak. Akan tctapi, pada awal pcrkcmbangan industri komik, komik yang ada pada masa itu bukan seperti buku komik yang selalu kita baca saat ini. Pada awal-awal tcrscbut. komik bcrcdar scbagai bagian tcrscndiri dari surat kabar (mass media) bcrupa comic strip, atau komik yang terdiri dari beberapa panel/kolom saja, Contoh yang dapat kita tcmui pada saat ini adalah pada kolom "Scnyum itu Sehat" yang dapat selalu kita temukan pada surat kabar Jawa Pos. Pada masa sckarang, scbagai scbuah industri, komik bcredar dalam masyarakat untuk mcmberikan warnanya tersendiri bagi masyarakat. Komik tidak lagi dianggap sebagai bacaan anak-anak belaka, namun telah beredar scsuai segmentasi targetnya masing-masing.

Dan sebagai sebuah industri. peran seorang komikus tidak lagi sebagai pejuang sendiri. Ada peran-peran yang saling mendukung untuk menerbitkan komik, dan bcbcrapa peran dalam scbuah industri komik (Concept, 2007 : 37) diantaranya scbagai bcrikut :

a. Script Writer Bcrtugas scbagai pcnulis ccrita, dan hams mcmiliki visi visual, karcna

cerita yang dibuat harus mudah dituangkam dalam ilustrasi oleh cerita yang dibuat harus mudah dituangkam dalam ilustrasi oleh

Bcrtugas mcmindahkan ccrita kc dalam bcntuk skctsa gambar.

c. Inker Bcrtugas mcninta skctsa yang dibuat oleh penciler sebelum diwarna

oleh colourist.

d. Colourist Pelaku dasar pewamaan, setelah proses dasar komik yaitu "outline".

e. Editor Bertindak sebagai quality control dari komik yang akan diterbitkan.

Tugasnya mengedit semua hasil akhir dari komik yang dibuat sebelum naik cetak.

f. Publisher

Sebagai orang yang menbiayai produksi komik dan mcnerbitkannya.

g. Distributor

Bertugas memasarkan komik seluas-Iuasnya.

Akan tetapi bertolak belakang dengan keadaan industri komik di Iuar negeri, industri komik dalam negcri bisa dikatakan kembang kempis. Adapun permasalahan-permasalahan yang terjadi tidak Icpas dari perkcmbangan komik itu sendiri di Indonesia.

2. Tinjauan Komik Di Beberapa Negara

Komik merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Negara yang paling banyak menghasilkan komik saat ini adalah Jcpang, banyak tema komik yang ditawarkan, komik-komik tersebut memiliki beberapa tema cerita, baik yang berbau humor, horor, percintaan, dan lain sebagainya. Tetapi pada awalnya industri komik yang sekarang ini sebagian besar dikuasai oleh komik Jepang (biasanya disebut manga), tidak tcrlcpas dari pcngamh perkembangan komik dari ncgara Eropa dan Amerika. Komik Eropa pun tidak tcrlcpas dari asal mula komik yang berupa bahasa gambar dari Mcsir Kuno.

a. Komik Eropa

Komik Eropa pcrtama yang cukup tcrkcnal, yang mcmcgang peranan penting bagi pcrkcmbangan kcmik lainnya di Eropa adalah komik yang bcrjudul "Tintin", komik ini berasal dari ncgara Bclgia ciptaan scorang komikus yang bcmama Gcorgc Rcmi atau yang lcbih dikcnal dengan nama Hcrgé Kcmudian kcesuksesan Tintin diikuti oleh komik-komik lain seperti Lucky Luke, Spirvu et Fantasia , Modesfe et Pompon, Gaston Legufe. Iddles noires. Astetix, The Smurf dan lain Sebagainya. Kemudian kesuksesan Tintin diikuti oleh komik-komik lain seperti Lucky Luke. Spirau et Fantasio , Modeste et Pompon, Guston Lagaffe dan lain sebagainya.

Sebagian besar komik yang berasal dari negara Eropa memiliki tema yang berbau humor, dengan gaya gambar yang sederhana dan berkesan lucu, cerita yang disajikan biasanya bersifat ringan dan menyegarkan.

b. Komik Amerika

Komik Amerika sebagain besar mengangkat tema mengenai superhero dan kepahlawanan, gaya ilustrasi yang disajikan dalam komik Amerika bersifat realis dan semi realis, penggambaran karakter komiknya sangat idealis dan atletis, penggambaran otot tokoh cerita komik berkesan berlebihan. Cerita yang disajikan 0leh komik-komik Amerika bersifat sederhana, karena sebagian besar komiknya bertema superhero, maka cerita yang dihasilkan antara komik satu dengan komik yang lainnya berkesan senada, dan kurang variatif.

c. Komik Jcpang

Komik yang bcrasal dari ncgara Jcpang yang disebut manga merupakan komik yang paling banyak bcrcdar di ncgara Indonesia, banyak kelebihan yang ditawarkan dalam komik Jcpang, baik dalam hal cerita, gaya pcnggambaran tokoh yang didcformasi schingga tampak lcbih indah, layout panel yang luwes. Dalam hal ilustrasi tokoh ccrita komik, komik Jcpang bcrkesan lebih sederhana, sclain itu gambar yang disajikan tcrlihat lcbih luwes dan indah karena beberapa di antaranya mcnggunakan elemen-elemen dekoratif dalam penggambaran tiap halamannya.

d. Komik Cina Komik Cina mcmiliki bcbcrapa kcmiripan dcngan komik Amerika, scpcrti

dalam pcnggambaran tokoh yang digambarkan dcngan tubuh sangat atlctis dan idcalis, otot-otot yang digambarkan sccara berlebihan serta bcrkesan kaku. Tcma yang diangkat dalam komik-komik Cina scbagian bcsar adalah tcntang kung fu, pcnggambaran kung fu tcrscbut bcrkcsan dilcbih-lcbihkan dalam pcnggambaran tokoh yang digambarkan dcngan tubuh sangat atlctis dan idcalis, otot-otot yang digambarkan sccara berlebihan serta bcrkesan kaku. Tcma yang diangkat dalam komik-komik Cina scbagian bcsar adalah tcntang kung fu, pcnggambaran kung fu tcrscbut bcrkcsan dilcbih-lcbihkan

3. Perkembangan Komik Indonesia

Bertolak belakang dengan keadaan industri komik di Iuar negeri, industri komik dalam negcri bisa dikatakan kembang kempis. Adapun permasalahan- permasalahan yang terjadi tidak Icpas dari perkcmbangan komik itu sendiri di Indonesia.

Bila ditilik dari awal mulanya perkembangan komik di Indonesia, maka mengacu pada devinisi komik menurut Scott McCloud yaitu komik sebagai gambar-gambar serta Iambang-Iambang Iain yang terjukstaposisi (berdekatan, berscbelahan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca.

Maka pcrkembangan komik Indonesia dapat diurutkan dari masa kc masa sebagai berikut :

a. Era Prasejarah

Merujuk dari definisi komik dari Scott McCloud, sebagai gambar- gambar serta lambang-lambang Iain yang terjukstaposisi (berdekatan,bersebelahan) dalam urutan tertentu, maka dapat dikatakan bahwaurutan-urutan cerita dalam bentuk gambar pada dinding candi-candi di Indonesia bisa dikatakan sebagai komik pada era prasejarah. Meskipun menyerupai cergam (a.k.a komik) pada saat ini, tetapi relief-relief yang ada di dinding candi sebetulnya sudah bisa Merujuk dari definisi komik dari Scott McCloud, sebagai gambar- gambar serta lambang-lambang Iain yang terjukstaposisi (berdekatan,bersebelahan) dalam urutan tertentu, maka dapat dikatakan bahwaurutan-urutan cerita dalam bentuk gambar pada dinding candi-candi di Indonesia bisa dikatakan sebagai komik pada era prasejarah. Meskipun menyerupai cergam (a.k.a komik) pada saat ini, tetapi relief-relief yang ada di dinding candi sebetulnya sudah bisa

Pada tahun 1930-an ini bisa dikatakan scbagai tonggak komik modem Indonesia, dengan munculnya komik strip Put On karya Kho Wang Gic pada surat kabar Sinpo. Komik ini tcrus bcrcdar hingga surat kabar Sinpo dilarang terbit olch pemerintah pada tahun 1960.

Scmcntara pada tahun l940-an, Indoncsia bcrada pada masa pcndudukan Jcpang. Pcrs dibcrangus fungsinya hanya untuk mcnjadi sara propaganda Jcpang pada masa itu. Walaupun dcmikian, komik- komik yang muncul pada masa itu scpcrti komik Lcgcnda Roro Mendoet , karya dari B.Margono tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan propaganda Jepang pada masa itu.

Pengaruh komik Amerika mulai mcmasuki pasar Indonesia pada sekitar tahun I947 dcngan tcrbitnya komik Tarzan olch pcncrbit Keng Po. Setelah itu banyak komik asing scpcrti Rip Kirby, Phantom, dan Johny Hazard masuk kc dalam pcrcdaran dunia komik Indonesia. Untuk mcnandingi peredaran dan pengaruh komik asing pada masa itu, muncul komik Sie Djie Kaei. yang bcrgaya gambar Cina, dan mcnccritakan tcntang jendral dari kckaisaran Tang di Cina. Dan komik Sie Djie Koei ini dapat dikatakan scbagai pclopor komik- komik silat yang populcr sckitar tahun l968. Pada era ini pula muncul komik-komik yang dicap scbagai imitasi dari komik-komik asing yang bcrcdar. Komik scpcrti Sri Asih, Puteri Bintang dan Garuda Putih adalah scbagian dari komik-komik yang dicap imitasi yang Pengaruh komik Amerika mulai mcmasuki pasar Indonesia pada sekitar tahun I947 dcngan tcrbitnya komik Tarzan olch pcncrbit Keng Po. Setelah itu banyak komik asing scpcrti Rip Kirby, Phantom, dan Johny Hazard masuk kc dalam pcrcdaran dunia komik Indonesia. Untuk mcnandingi peredaran dan pengaruh komik asing pada masa itu, muncul komik Sie Djie Kaei. yang bcrgaya gambar Cina, dan mcnccritakan tcntang jendral dari kckaisaran Tang di Cina. Dan komik Sie Djie Koei ini dapat dikatakan scbagai pclopor komik- komik silat yang populcr sckitar tahun l968. Pada era ini pula muncul komik-komik yang dicap scbagai imitasi dari komik-komik asing yang bcrcdar. Komik scpcrti Sri Asih, Puteri Bintang dan Garuda Putih adalah scbagian dari komik-komik yang dicap imitasi yang

Pada masa ini. kalangan pcndidik mcnganggap komik scbagai mcdia yang tidak mendidik dan hanya menampilkan budaya-budaya asing semata dan mclupakan budaya scndiri. Olch munculnya tnnggapan tersebut, maka hal tersebut ditanggapi olch beberapa penerbitan scpcrti Keng Po dan Melody dcngan terbitnya komik-komik yang bcroricntasikan kcbudayaan nasional dcngan komik Luhimyu Gatutkaca dan Mahabharata. Dan tidak hanya budaya wayang saja, unsur- unsur budaya dacrah-dacrah juga diangkut scbagai kisah dan tcma utama dalam peredaran komik lndoncsia pada masa ini, scpcrti Lutung Kusarung, Berdirinyu Majapahit, Damar Wulan, dan lain scbagainya.

b. Tahun 1960-1963

Pada era ini oleh para sejarahwan komik, disebut sebagai "Periode Medan", dikarenakan peredaran komik di Indonesia terpusat di Medan. Selain karena lesunya peredaran komik di pulau Jawa, juga banyaknya komik-komik yang terbit bertemakan budaya, kisah dan legenda dari Minangkabau.

c. Tahun 1963-1965

Tidak hanya komik dengan kisah-kisah Minangkabau saja, di Medan juga scring muncul komik-komik bertemakan nasionalismc. Dan pada era tcrscbut. iklim polirik Indonesia juga sedang "memanas" berhubungan dengan konflik Irian Barat dengan Belanda. Di era ini, Tidak hanya komik dengan kisah-kisah Minangkabau saja, di Medan juga scring muncul komik-komik bertemakan nasionalismc. Dan pada era tcrscbut. iklim polirik Indonesia juga sedang "memanas" berhubungan dengan konflik Irian Barat dengan Belanda. Di era ini,

d. Tahun 1966-1967

Karena kondisi politik Indonesia yang memanas akibat konflik PKI dan ABRI, maka semua bidang dalam negeri dijaga kctat. Tcrutama dalam bidang pers dan surat kabar. Komik yang juga menjadi media pengantar pesan pun tidak ketinggalan dikawal ketat oleh pemerintah, sehingga pada masa ini arah perkomikan Indonesia tidak jelas, dan bcberapa komikus seperti Ganes TH, diinterogerasi oleh pihak berwajib karena aktivitasnya sebagai karikaturis di media Warta Bhakti. Untuk melindungi hal; dan kepentingan para cergamis (a.k.a komikus), maka pada masa itu dibentuklah Ikasti (lkatan Seniman Tjergamis Indonesia).

g. Tahun 1968-1980

Selepas tahun 1971-an, komik mulai bebas dari pengawalan yang ketat. Setelah tahun 1967, para penerbit mulai melirik masa depan cergam. Jumlah terbitan murah meningkat sejak tahun 1967-1968. Dan saat kondisi ekonomi stabil, pada tahun 1968, jumlah halaman komik dan format komik mulai disetarakan.

g. Era Generasi Baru (1993- sekarang)