Hotel Dan Shopping Mall Di Purwokerto Dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
Disusun oleh:
REVI AULIA PURBANDINI I0207079
Dosen Pembimbing:
Ir. EDI PRAMONO SINGGIH, MT YOSAFAT WINARTO, ST.MT PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
oleh: Revi Aulia Purbandini I0207079
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. Dampak fenomena pemanasan global ditandai dengan makin buruknya kondisi alam di muka bumi. Sektor bangunan justru menjadi kontributor terhadap kerusakan alam dan konsumsi energi. Arsitektur seringkali didesain dengan orientasi estetis dan ekonomis semata, serta mengesampingkan aspek keberlanjutan. Arsitektur Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mengatasi permasalahan dis-orientasi tersebut melalui konsep efisiensi energi dan ramah lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.
Kata Kunci : hotel, shopping mall, purwokerto, arsitektur hijau
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach
by: Revi Aulia Purbandini I0207079
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach is a building that has two functions that form of activity inside the container in the form of service for hotel accommodation for people who travel, and provide shopping facilities for both residential as well as the general public by applying the concept of architecture that minimize impacts on the environment and produce a better life and healthier. The impact of global warming phenomenon is characterized by worsening natural conditions on earth. Building sector became contributors to the destruction of nature and of energy consumption. Architectures are often designed with aesthetic and economic orientation only, and exclude aspects of sustainability. Green architecture is a concept that can overcome the problems of dis-orientation through the concept of energy efficiency and environmentally friendly. This concept aims to formulate a conceptual foundation of planning and design of the hotel and shopping mall in one building that can cater to tourists and peoples in Purwokerto and surrounding communities.
Key Word : hotel, shopping mall, purwokerto, green architecture
PENDAHULUAN
I.1. PENGERTIAN JUDUL JUDUL
:Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto
SUB JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
Hotel
Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial dam memenuhi ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut.
Shopping Mall
Shopping Mall menurut Frank H. Spink Jr,1977 adalah suatu kelompok fasilitas komersial (pertokoan dan jasa) yang menyatu secara arsitektural. Fasilitas ini didirikan dalam suatu tapak (dalam satu bangunan) yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan diatur sebagai suatu unit.
Purwokerto
Kota Administratif Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara 108 derajat 39 ‘17’’ - 109 derajat 27 ‘15’’ Bujur Timur dan 7 derajat 15 ‘05’’ -
7 derajat 37 ‘10’’ Lintang Selatan. Kota Purwokerto merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berada di jalur transportasi antar propinsi baik transportasi bus antar kota maupun kereta api, menjadikan kota Purwokerto sangat strategis untuk menjadi tujuan bagi para pengunjung dari luar kota.
Kebumen.
Selatan : Kabupaten Cilacap Barat
: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes Jarak Kabupaten Purwokerto dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut: - Ke Purbalingga
= 20 km
- Ke Banjarnegara
= 65 km
- Ke Cilacap
= 53 km
- Ke Kebumen
= 85 km
Arsitektur Hijau
Konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat.
Jadi, Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan
Gambar 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Banyumas
Sumber: www.purwokerto.go.id Sumber: www.purwokerto.go.id
I.2. LATAR BELAKANG
I.2.1. Latar Belakang Permasalahan
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi pada kota- kota di Indonesia menuntut berbagai macam fasilitas yang salah satunya adalah fasilitas layak lahan pakai yang menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Lahan tersebut harus memiliki aksesibilitas dan kesiapan infrakstruktur. Fasilitas tersebut diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang timbul sebagai efek samping dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi sehingga peremajaan kawasan strategis kota harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan layak pakai bagi penduduk di Purwokerto.
ini, yang membuat Negara-negara sibuk untuk mengantisipasi hal tersebut, termasuk Indonesia yang aktif dengan AFTA sebagai salah satu upaya untuk menghadapi dan mengantisipasi era globalisasi. Pembangunan pada beberapa pusat kawasan bisnis di kota-kota di Indonesia saat ini mengarah pada konsep superblock. Dengan konsep ini mengakibatkan munculnya konsep lain seperti CBD (Central Business Distric ), Superblock, Mix Use Development, yang merupakan upaya dari pemanfaatan ruang lahan yang semakin terbatas.
Laju pembangunan yang terjadi pada dewasa ini sangat pesat, hal ini terjadi karena pertambahan penduduk yang sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang akhirnya menimbulkan berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk yang mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan peradaban manusia yang semakin berkembang. Demikian juga dengan sarana perdagangan perlu peningkatan.
Semakin pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia maka semakin meningkat pula kota sebagai pusat dari perdagangan, sehingga pusat-pusat perbelanjaaan tersebut akan lebih mendapat perhatian. Tak terkecuali juga dengan kota Purwokerto yang sedang berkembang.
I.2.2. Perekonomian Purwokerto
Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia, tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008, mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia, tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008, mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya
Selama periode 2005-2009, kinerja perekonomian Purwokerto yang ditunjukkan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 9,19 triliun. Secara nominal, PDRB Kabupaten Purwokerto pada kurun waktu 2005-2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.3,6 triliun. Namun demikian, kenaikan ini masih mengandung kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama kurun waktu tersebut.
Berdasarkan harga kenstan 2000, nilai PDRB juga mengalami kenaikan dari Rp. 3,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4,40 triliun di tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Purwokerto mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut murni sebagai peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah terbebas dari pengaruh inflasi. 1
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Kota Purwokerto
2005-2009 (persen)
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Bersih
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
*) = angka perbaikan Sumber: BPS Kabupaten Banyumas
Grafik 1.1. Kinerja Perekonomian Kota Purwokerto Tahun 2005-
PDRB konstan
Sumber: Banyumas Dalam Angka 2010
I.2.3. Purwokerto Ibu Kota Banyumas
Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Propinsi Dati I Jawa Tengah, ditetapkan kota Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan kota Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang
akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya. 2 Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan barat wilayah propinsi Jawa Tengah berperan memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.
ER
EN
3.6 3.76 3.96 4.17 4.4
5.58
9.19
8.34
7.27
6.43
maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut akan meningkatkan ekonominya secara mandiri, bahkan akan membantu mengembangkan daerah sekitarnya.
Di samping sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, kota Purwokerto juga merupakan kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan simpul distribusi perdagangan yang nantinya akan menjadi wilayah penyangga (hinterland) bagi kota Cilacap yang merupakan kota industri yang
menjadi wilayah pengembangan Jawa Tengah Selatan bagian barat. 3 Perkembangan kota Purwokerto dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditingkatkan dan ditambah. Tak terkecuali dengan fasilitas untuk perbelanjaan dan hunian dengan menyatukan beberapa kegiatan fungsi utama pada satu lahan yang merupakan salah satu kegiatan di Purwokerto. Dengan terpenuhinya fasilitas tersebut, maka sektor perdagangan akan mengalami perkembangan pula seperti sektor industri, sektor pendidikan, dan juga sektor pariwisata adalah rangkaian yang saling mendukung dan saling terkait yang masih memerlukan sarana-sarana untuk mendukung di bidang lainnya.
I.2.4. Industri Pariwisata di Purwokerto
Meningkatnya volume dan dinamika ekonomi Asia Pasifik telah menjadi salah satu faktor sangat kuat dari terjadinya transformasi industri pariwisata dunia.
Asia Pasifik menjadi pasar yang semakin penting bagi industri pariwisata Indonesia, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan peranan di sektor pariwisata sebagai elemen sangat strategis di dalam strategi pembangunan nasional.
Adanya perkembangan pariwisata Indonesia yang cukup baik, mendukung terbukanya peluang berbagai pihak terkait dalam industri pariwisata untuk ikut berperan di industri pariwisata seperti: hotel, restorant, biro-biro perjalanan, dan cindera mata yang masih sangat terbuka untuk dimasuki para investor penanam modal. Dalam industri pariwisata, Purwokerto sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kota mode dan kota belanja. Hal ini semakin memacu pertumbuhan kota Purwokerto di bidang-bidang industri pariwisata yang terkait seperti hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan (Shopping Mall). Dengan adanya fasilitas tersebut tidak terlepas dari desakan globalisasi dan keseriusan pembangunan kepariwisataan nasional.
Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan bidang budaya dan pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam susunannya, yaitu: membangun ketahanan budaya sebagai unsur perekat kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta kota dan mengembangkan pariwisata daerah. Program – program Prioritas:
a. Peningkatan apresiasi nilai budaya dan pelestarian asset budaya,
b. Pengembangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,
c. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata,
Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila dilihat dari kondisi, potensi, visi, dan misi kota. Bidang pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor–faktor intern maupun ekstern dan bersifat multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung oleh bidang – bidang yang lain.
Tabel 1.2. Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Purwokerto Selama Tahun 2005-2009
Objek Wisata Pengunjung (orang)
Curug Cipendok
49.941 52.349 Telaga Sunyi
2.611 3.415 Pancuran Tiga
16.207 24.111 Pancuran Tujuh
12.352 21.894 Bumi Perkemahan Baturaden
2.323 1.750 Lokawisata Baturaden
5.394 5.988 Wanawisata Baturaden
14.706 13.044 Curug Gede
25.218 22.605 Curug Ceheng
10.827 12.950 Museum Wayang Sendang Mas
THR Pangsar Soedirman
18.838 12.356 Masjid Saka Tunggal
Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur - Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur - Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas
I.2.5. Peluang Perhotelan di Purwokerto
Tahun 2005 menjadi titik awal baru bagi dunia pariwisata Kota Purwokerto dan sekitarnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Purwokerto tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan setelah beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah kenaikan harga BBM.
Jumlah hotel berbintang di Purwokerto selama tahun 2009 berjumlah 7 buah, sedangkan untuk hotel non bintang sebanyak 164 buah.
Tabel 1.3. Banyaknya Hotel di Wilayah Kabupaten Purwokerto Tahun 2009
Hotel Bintang
Hotel Non Bintang
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas (Listing Hotel Tahunan)
Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan wisata, menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan wisata, menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh
Tabel 1.4. Hotel-hotel di Purwokerto
Nama Hotel
Jumlah Kamar
Jumlah Bed
Queen Garden ***
Puri Wisata Astro Cendrawasih
Wisata Niaga
Sumber: Purwokerto Guine Book (HMJM FE Universitas Jendral Soedirman)
Potensi wisata kota yang semakin meningkat beberapa tahun terakhir ini juga akan berdampak bagus dalam prospek perencanaan hotel berbintang ini nantinya. Ditambah laju pertumbuhan bisnis Kota Purwokerto yang semakin meningkat secara tidak langsung dapat berhubungan juga dengan pariwisata kota. Peningkatan mobilitas para pelaku bisnis tersebut pada akhirnya akan berimbas hingga ke sektor pariwisata. Hal tersebut dikarenakan kesempatan pre dan past kegiatan utama diisi dengan kegiatan wisata. Selain itu traveling yang mereka lakukan biasanya tidak dilakukan sedirian melainkan melibatkan keluarga
Dalama dunia pariwisata sendiri kegiatan tersebut merupakan suatu business travel , yaitu kegiatan wisata dengan tujuan utama adalah bisnis. Dari gambaran di atas sangatlah terbuka bagi kota Purwokerto untuk dapat menarik wisatawan dan pelaku bisnis datang ke Purwokerto, yang tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai sehingga nantinya para pengunjung tadi memperoleh kemudahan dan fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di Kota Purwokerto.
I.2.6. Peluang Shopping Mall di Purwokerto
Hadirnya beberapa pusat perbelanjaaan yang sedang dibangun di Purwokerto serta meningkatnya minat dan daya beli masyarakat Purwokerto terhadap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan yang lengkap, menyebabkan Shopping Mall mempunyai masa depan yang cerah dalam dunia perdagangan di kota Purwokerto.
Tabel 1.5. Banyaknya Pasar di Purwokerto Tahun 2009
Department
Store
Pasar Swalayan
Pusat Perbelanjaan
Pasar Umum Hewan
Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Banyumas
Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak. Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja. Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisah–pisah dan tersebar, sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak. Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja. Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisah–pisah dan tersebar, sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh
a. Bioskop
b. Café, Restaurant, Foodcourt yang dilengkapi hotspot
c. Aneka jenis permainan dan ketangkasan seperti game center, billiard, bowling
d. Tempat untuk melepas kepenatan seperti taman dan pusat jajan
e. Di sisi lain ada bagian yang terhubung ke hotel, sehingga pengunjung hotel juga mengakses fasilitas di mall.
Penyebaran fasilitas perdagangan lebih banyak terkonsentrasi di pusat kota. Hal ini menunjukkan belum adanaya pemerataan pelayanan fasilitas perdagangan lokasi yang berupa toko. Perkiraan kebutuhan pertokoan, juga pusat perbelanjaan untuk lingkungan dan perbelanjaan seluruh kota.
Tabel 1.6. Tempat-tempat Perbelanjaan di Purwokerto
No
Nama Toko
Alamat
Keterangan
1 Sri Ratu
Jl. Jend. Soedirman
Dept. Store & Supermarket
2 Moro
Jl. Jend Soedirman
Supermarket
3 Rita
Jl. Jend. Soeprapto
Dept. Store & Supermarket
4 Matahari
Jl. Jend. Soedirman
Dept. Store & Supermarket
5 Metro Jaya
Komplek Kebondalem
Book Store
6 Intan
Jl. Jend Soedirman
Dept. Store & Supermarket
7 Aroma
Jl. Jend Soedirman
Dept. Store
8 Super Ekonomi
Jl. Kyai Moch. Safii Dept. Store & Supermarket
Sumber: Analisa Pribadi
Indonesia telah terdapat suatu tempat perbelanjaan dengan berbagai fasilitas pendukung telah berdiri, yaitu sebuah tempat perbelanjaan yang terdiri dari pertokoan, pasaraya, department store, dan toko sebagai tempat perbelanjaan, disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya, yang kesemuanya tadi saling mendukung satu sama lainnya.
Lain halnya di kota Purwokerto, fasilitas perbelanjaan yang ada belum disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya. Jadi keberadaannya pun masih belum terpusat karena antara fasilitas yang satu dengan fasilitas yang lain keberadaannya saling berjauhan. Perkembangan dan penyebaran fasilitas perdagangan dan jasa di Purwokerto lebih banyak terdapat di sekitas jalan utama (jalan Gerilya dan jalan Jendral Sudirman). Fasilitas perdagangan tersebut berupa pertokoan dengan skala pelayanan lokal. Maka bagi Purwokerto yang sedang berkembang perlu diadakannya tempat perbelanjaan skala kota yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi atau hiburan yang keberadaannya saling mendukung dan melengkapi.
I.2.7. Kondisi Ekologis di Purwokerto
I.2.7.1. Jumlah penduduk selalu bertambah baik penduduk asli maupun pendatang.
Fenomena ini tentunya menuntut berbagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sekaligus melengkapi fasilitas–fasilitas yang belum ada. Hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya lahan hijau untuk ruang publik di dalam kota. Padahal ruang publik merupakan salah satu
Aksi babat pohon yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purwokerto akhir-akhir ini banyak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengecam tindakan tersebut karena dianggap merusak lingkungan dan ekosisitem. Jalan – jalan di Kota Purwokerto dirasa semakin panas dan gersang akibat ditebangnya pepohonan di sepanjang jalan tersebut. Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2010
I.2.7.3. Peningkatan polusi di Purwokerto
Peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, dan bangunan untuk menunjang kehidupan modern manusia yang berada di Kota Purwokerto. Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi Juni 2009
I.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
I.3.1. Permasalahan
Diperlukannya bangunan dwi fungsi yang didalamnya merupakan gabungan hotel dan shopping mall di suatu kawasan bisnis Purwokerto yang mampu melayani wisatawan maupun masyarakat setempat yang terintegrasi dengan baik sehingga dapat saling menunjang satu sama lainnya dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat.
I.3.2. Persoalan
a. Pemilihan lokasi Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan a. Pemilihan lokasi Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan
b. Pengolahan site Bagaimana mengolah site yang tepat sehingga site dapat merespon dengan baik kegiatan perbelanjaan, promosi sekaligus rekreasi dan menghasilkan gubahan massa yang sesuai dengan data fisik yang ada, sehingga akan mengoptimalakan gubahan masa hotel dan shopping mall sebagai bangunan komersial dan akan mengoptimalkana arsitektur hijau pada desain.
c. Sistem Kegiatan dan Peruangan - Bagaimana menentukan jenis dan pola kegiatan yang mampu mewadahi kebutuhan konsumen dan pengguna dalam memenuhi kebutuhan kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi.
- Bagaimana menentukan program ruang dimana menata dan mengatur fasilitas berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan ruang yang menunjang efisiensi ruang bangunan komersial yang mempertimbangkan aspek kelancaran dan sirkulasi, kenyamanan, keseimbangan kebutuhan ruang fungsional, dan servis.
d. Tampilan Bagaimana mewujudkan bentuk fisik hotel dan shopping mall, baik interior maupun eksterior yang mampu mencitrakan sebuah bangunan komersial yang representatif sebagai pusat perbelanjaan di kota Purwokerto dengan penerapan arsitektur hijau yang unik dan sesuai dengan jaman (20 – 25 tahun) sebagai daya tarik awal pengunjung dan penyewa.
e. Bagaimana menentukan tata lansekap yang dapat menunjang kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi .
1.4.1. Tujuan
Merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.
I.4.2. Sasaran
Mewujudkan hotel dan shopping mall menjadi sebuah hunian dan pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang mampu memberi kepuasan pengunjung, penyewa maupun investor melalui penyusunan strategi penataan atau pengaturan retail dan fasilitas pendukung lainnya yang tepat dengan didukung arsitektur hijau, meliputi:
a. Konsep lokasi
b. Konsep site
c. Konsep sistem kegiatan dan peruangan
d. Konsep tampilan bangunan yang meliputi: konsep bentuk ruang, bentuk massa banguanan, interior dan eksterior fasade bangunan yang sesuai dengan karakter arsitektur hijau yang menerjemahkan karakter hotel dan shopping mall yang identik dengan gaya hidup masyarakat urban.
e. Konsep penataan lansekap
f. Konsep sistem struktur, konstruksi, material, dan utilitas.
I.5. LINGKUP BATASAN MASALAH
Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah: Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah:
b. Dalam pembahasan hotel dan shopping mall ini diproyeksikan dalam jangka waktu
pertimbangan untuk mempertahankan konsep hijau yang sesuai dengan jaman pada periode tersebut.
c. Untuk mendapatkan fungsi hotel dan mall dengan tampilan arsitektur hijau yang optimal, maka masalah finansial tidak ditekankan dan dianggap sudah tersedia,
I.6. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode pengumpulan data primer dan sekunder.
I.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer • Melalui survey terhadap hotel dan shopping mall yang telah ada, survey
yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan hotel dan shopping mall yang terdapat di Purwokerto.
• Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding dilakukan terhadap bangunan hotel dan shopping mall yang sesuai dengan konsep hotel dan shopping mall yang direncanakan.
Studi Literatur
• Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan
konsep sebuah hotel, shopping mall, dan arsitektur hijau • Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, maupun
perpustakaan jurusan Arsitektur • Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada
sebelumnya. • Mencari refrensi mengenai hotel dan shopping mall melalui pencarian
di internet • Mencari buku-buku yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall
melalui toko buku.
I.6.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik data primer maupun data sekunder, diantaranya:
I.6.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran dilakukan sesuai dengan aspek penekanan hotel dan shopping mall yang ingin dirancang.
I.6.3.2 Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, data primer, dan data sekunder.
I.6.3.3 Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat dan disajikan dalam beberapa bentuk, diantaranya:
• Deskripsi data • Gambar
• Grafik
I.6.3.4 Analisis Data
• Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat melalui refrensi (data sekunder). • Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai
dengan dasar-dasar arsitektur hijau. • Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan dijadikan sebagai data pendukung. • Mencari benang merah antara hotel dan shopping mall dari data yang didapat dengan arsitektur hijau berdasarkan data yang sudah didapat
I.6.3.5. Menarik kesimpulan
I.7. TAHAPAN PEMBAHASAN TAHAP I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.
TAHAP II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan preseden; serta Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks (peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang direncanakan.
TAHAP III BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN
Membahas tentang gambaran umum mengenai hotel dan shopping mall di Purwokerto yang direncanakan.
PERANCANGAN
Menganalisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall di Purwokerto, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, pengolahan site, sistem sirkulasi, bentuk dan massa bangunan, environment, serta struktur bangunan.
TAHAP V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Merupakan hasil pengolahan TAHAP IV, proses penentuan konsep melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur bangunan.
TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KOTA
II.1. TINJAUAN HOTEL
II.1.1.Sejarah Singkat Hotel
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan public ini sudah disebut–sebut sejak akhir abad ke–17, Maknanya kira–kira, “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap–makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar – kamarnya mulai ditata sedemikian rupa membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun–tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.
Di Indonesia, kata hotel dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau umum hanya menyediakan tempat–tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan.
II.1.2. Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada
banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel. Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987 adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27). Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum (kamus Webster). Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial.
II.1.3. Penggolongan Hotel
a. Hotel Berdasarkan Lokasi
1) Hotel Kota Hotel yang terletak dipusat kota yang mendukung pengunjung yang mempunyai tujuan utama untuk urusan bisnis dan kegiatan yang lainnya yang berlokasi di kota.
2) Hotel Pegunungan Hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam pegunungan serta budaya masyarakat setempat atau mempunyai kegiatan lain disekitar pegunungan.
3) Hotel Pantai
Hotel yang terletak disuatu daerah yang sebagian alamnya masih asli seperti hutan tropis, cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat istiadat suatu penduduk asli pedalaman.
b. Hotel berdasarkan Lamanya Menginap
1) Seasonal Hotel Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap dalam jangka
waktu tertentu (singkat).
2) Transit Hotel Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung, dimana hotel tersebut dekat
dengan jalur lalu lintas dan dipergunakan sebagai transit karena dekat dengan fasilitas umum. Biasanya merupakan tempat singgah atau istirahat sebelum melanjutkan tujuan.
3) Residential Hotel Hotel diperuntukan bagi tamu yang tinggal dalam jangka waktu lama
tetapi tidak menetap.
c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel
1) Businness Hotel Untuk tamu yang bertujuan bisnis / kegiatan lain yang berhubungan degan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dsb.
2) Resort Hotel Salah satu bentuk akomodasi bagi wisatawan yang berlibur.
3) Pleasure Hotel Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk bersenang-senang dan menikmati suasana serta fasilitas hiburan dari pihak hotel.
Hotel yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan tujuan mengadakan penelitian / riset.
6) Sport Hotel Hotel di mana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan.
d. Penggunaan Hotel berdasarkan Jumlah Kamar yang tersedia
1) Hotel kecil
: jumlah kamarnya antara 10 – 49 kamar.
2) Hotel menengah
: jumlah kamarnya antara 50 - 100 kamar.
3) Hotel besar
: jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.
e. Hotel berdasarkan Kesibukan Lalu Lintas
1) Hotel Lintas (Highway / Motor Hotel / Motel) Hotel yang terletak sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama sara parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar – kamar yang disewakan.
2) Hotel Station Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat.
3) Hotel Pelabuhan Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung aktivitas pelabuhan.
f. Hotel berdasarkan Sistem Operasi
1). Chain Hotel Operation Hotel yang beroperasi secar berantai pada beberapa kota besar di beberapa negara denga tetap memakai satu nama.
2). Federal Operation Sistem Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling memberi informasi dan bantuan kepada yang lain.
3). Franchised Operation Sistem
Hotel berbintang 1, 2, 3, 4,5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata selama 3 tahun sekali. Penilaian tersebut antara lain penilaian persyaratan fisik mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya (tingkat pendidikan dan kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga dan sebagainya.
II.1.4. Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel
a. Pelaku Kegiatan Hotel
• Tamu Hotel Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegiatan utamanya antara lain istirahat, makan – minum, rekreasi.
• Pengelola Pengelola adalah orang yang mengelola fasilitas hote dapat berlangsung baik, seperti:
- Melakukan kegiatan administrasi hotel. - Memberikan pelayanan bagi para tamu hotel. - Melakukan perawatan unit kamar.
b. Organisasi Pengelolaan Hotel
Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama yaitu pelayanan penginapan, makanan dan minuman. Secara umum pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakann menurut fungsi, sifat maupun standart internasional.
Pembagian organisasi ruang menurut fungsi
Diagram II.1. Organisasi ruang menurut fungsi
(Sumber : Analisa Pribadi)
• Public Space , kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama dan front office serta function room. • Consession and rentable space , kelompok ruang yang disewakan untuk melayani keperluan tamu hotek dan juga usaha bisnis lainnya yang terpisah dari kegiatan hotel.
• Food and beverage space , kelompok ruang yang melayani bagian makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak mengianap, disamping juga melayani bagi keperluan function room dan termasuk kelompok ini adalah restaurant, coffe chop, bar, kitcen dan gudang.
• General Service space , kelompok ruang pelayanan meliputi bagian penarimaan, storage employee’s room, employee dining room, laundry, linen room, house keeping, maintenance , dll.
• Guest Room Space , kelompok yang terdiri daei ruang tidur bagi tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur, toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya.
Consession & Rentable Space
General Service
Space
Guest Room
Space
Food and Beverage Space
Sport Space
olahraga yang biasanya diprioritaskan untuk tamu hotel yang memerlukan selain itu terbuka bagi masyarakat luar.
Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya
Diagram II.2. Organisasi ruang menurut Sifat
(Sumber : Analisa Pribadi)
• Public Room , kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum seperti lobby utama, front office, restaurant, recreation, and sport centre, function room, and rentable room.
• Bed room , kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping, maintenance , dll.
II.1.5. Waktu Operasional Hotel
Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi 24 jam, dengan spesifikasi kegiatan : • Waktu aktifitas penerimaan tamu
: 24 jam • Waktu aktifitas clening service and laundry
: 07.00 – 17.00 • Waktu aktivitas kantor
: 08.00 – 17.00 • Waktu aktifitas Shopping mall
: 09.00 – 21.00 • Waktu aktifitas keamanan
: 24 jam
Service Room
Bed Room Public Room
World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan – persyaratan dan sistem klasifikasi tersebut telah digunakan oleh banyak Negara. Di Indonesia ada instansi yang berwenag dalam hal itu yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan – persyaratan sesuai dengan kondisi lokal.
a. Penilaian World Trade Orrganization (WTO) Sejak tahun 1962 telah menetapkan sistem penggolongan hotel yang telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan oleh IHA (International Hotel Association). Confederation of National and Restaurant association (HOTREC) atau konfederasi hotel nasional dan asosiasi restaurant Negara – Negara Eropa menemukan sistem alternative menggunakan symbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa klasifikasi.
Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu klasifikasi resmi dan penilaian bebas.
Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah : • Infrastruktur lokal
Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan
Beberapa perusahaan memiliki cirri- cirri yang istimewa baik itu sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan poin berharga tersebut.
• Dasar yang sesungguhnya Seluruh pola mempertimbangkan factor yang nyata seperti ruangg, fasilitas, cirri – cirri dan penyediaan pelayanan. Aspek kulaitatif seperti penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian subjektif cenderung lebih bervariasi.
• Lokasi dan kebutuhan pasar Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan.
• Perawatan Kualitas hotel tergantung pada kebersihan dan perawtan yang mampu menghalangi kenyamanan dan keamanan, namun sulit untuk dimonitor.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, WTO memberikan penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu :
• Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi kecil.
• Hotel yang memiliki standar – standar akomodasi yang lebih tinggi dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi.
• Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara lengkap pada hotel ini.
standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan pengunjung.
• Hotel luar biasa dengan kulaitas akomodasi perlengkapan khusus dengan standar kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan dan keleluasaan.
b. Penilaian Dirjen Pariwisata Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan – persyaratan penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi sebuah hotel yaitu :
• Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan. • Bentuk pelayanan yang diberikan. • Jumlah kamar minimum yang tersedia. • Kulifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan
karyawan. • Fasilitas olahraga dan rekreasi.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, maka klasifikasi bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah :
1. Hotel Bintang I
a. Jumlah kamar minimum 10 kamar
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum: Kamar single
: 18 m2
Kamar double
: 20 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby , ruang makan (luas lantai minimal 30 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga
2. Hotel Bintang II
Kamar single
: 20 m2
Kamar Doule
: 24 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar, ruang makan (luas lantai minimal 36 m2)
d. Pelayanan ; akomodasi + penitipan barang berharga.
3. Hotel Bintang III
a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar double
: 28 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar (minimal 25 m2), ruang makan (minimal 72 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput.
4. Hotel Bintang IV
a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar duble
: 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar (minimal 40 m2), ruang makan (minimal 100 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
5. Hotel Bintang V
a. Jumlah kamar minimum 96 kamar +4 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar duble
: 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar (minimal 75 m2), ruang makan (minimal 135 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur Ruang laundry minimal 30 m2 Dry cleaning minimal 20 m2 Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.
f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall, fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.
II.1.7. Organisasi Fungsional Hotel
Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain: • Private area
Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar pada hotel.
Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya.
• Semi Public area Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama karyawan administrasi, ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya.
• Service area Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain: • Front of the house (sektor depan hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of the house yaitu:
A. Guest Room Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
B. Public Space Area Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
Lobby Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby: Lobby Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
o Front desk / Reception desk
Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk memproses dan mengelola administrasi pengunjung.
o Guest elevator
Sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya kontak sosial di antara pengunjung.
o Retail Area Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari o Bell man
Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa membawakan koper-koper pengunjung.
o Support function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain- lain.
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari: - Travel agent room - Perawatan kecantikan / salon - Toko buku dan majalah - Money changer - Souvenir shop - Toko-toko khusus
Food and Beverages outlets Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman berupa :
• Restoran • Coffee shop • Lounge • Bar
Ruang Serbaguna Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan antara lain:
• Pameran • Seminar • Pertemuan / pernikahan
Area rekreasi Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi, berolah raga, santai dan lain-lain, yang antara lain: • Swimming pool
• Kolam dan kanal buatan , Amphitheatre + Dancing Fountain • Taman • Sarana olahraga • Fitness • Spa dan Sauna
• Back of the house (sektor belakang hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: Daerah dapur dan gudang (food and storages area) Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash and general storage area ) Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dan ke dalam mobil pengangkut.
Daerah pegawai / staff hotel (employees area) Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll.
Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang, tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk melayani tamu hotel.
Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area) Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area)
Diagram 2.3 Penzoningan Area Privat, Publik dan Semipublik pada Hotel
Sumber: Analisis Pribadi
II.1.8. Karakter Pengunjung Hotel
Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu untuk tujuan bisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat dibagi atas: Tabel 2.1. Karakteristik pengunjung hotel:
Jenis Pengunjung
Karakter Pengunjung
Tujuan
Tipe kamar