DAMPAK EVOLUSIONISME DAN GLOBALISASI TER

DAMPAK EVOLUSIONISME DAN GLOBALISASI TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA

TUGAS INDIVIDU

Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Perubahan Sosial

Oleh:
BURHAN JAELANI H.

(131510601071)

PROGRAM STUDI AGRIBSINIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan adanya

kehadiran serta bantuan orang lain, perlunya individu lain dalam kehidupan
manusia mutlak harus dipenuhi guna mencapai kepuasan hidup. Kehadiran orang
lain menjadikan manusia melakukan banyak kegiatan bersama-sama seperti
bekerjasama, gotong royong, bertentangan, berkomunikasi sebagai upaya untuk
mencapai keharmonisan hidup. Ketergantungan antar manusia memberikan
kesadaran untuk saling berkelompok dan bekerjasama untuk mencapai tujuannya
masing-masing.
Kelompok manusia atau masyarakat sejatinya memiliki keterampilan dan
kemajuan dalam bidang tertentu, keterampilan ini memiliki tingkatan yang
berbeda-beda yang dapat dilihat dari sikap dan kondisi lingkungan masyarakat.
Bagi masyarakat yang sudah maju terus menciptakan teknologi baru yang efisien
dan berkelanjutan, namun bagi masyarakat yang sedang berkembang adalah
mengembangkan energi dan teknologi yang sudah ada dengan menggunakan
sumberdaya secara maksimal. Tingkatan yang berbeda ini mendorong masyarakat
berkembang untuk terus melakukan evolusi diri guna mencapai pemanfaatan
sumberdaya yang efisien.
Evolusi atau perubahan secara perlahan kepada suatu titik tertentu tidak
jarang juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat, hal ini tidak lain
karena pengaruh negara atau masyarakat yang mereka tiru. Evolusi Sosial
digambarkan sebagai serangkaian perubahan sosial pada masyarakat yang

berlangsung lama dan berawal dari kelompok suku dan/atau masyarakat sederhana
dan homogen kemudian secara bertahap menjadi masyarakat yang lebih maju dan
akhirnya menjadi masyarakat modern yang heterogen, kompleks dan diferensiasi
fungsi. Evolusi ini secara nyata berdampak pada perubahan sikap dan perilaku,
kebiasaan, adat istiadat serta sifat masyarakatnya.

Hubungan yang terjadi antar masyarkat yang berbeda menyebabkan
perubahan yang terjadi antar keduanya, perubahan ini tidak hanya terjadi dalam
ruang lingkup yang sempit, namun sudah menjadi hal yang lumrah dalam
kehidupan global. Globalisasi di era reformasi ini, dirasa sangat kental, hal
tersebut masuk kesetiap bagian dalam suatu Negara, misalnya ekonomi,
pendidikan, IPTEK, sosial budaya dan lain lain. Bahkan semua orang dapat
merakan efek dan pengaruh yang dibawa Globalisasi. Pengaruh positif tentu
sangat baik dan bisa diterima. Namun selain pengaruh positif, juga terdapat
pengaruh negatif. Hal ini patut kita cerna dan telaah lebih lanjut. Oleh karena itu,
pada tugas kali ini saya akan membahas mengenai dampak Evolusionisme dan
Globalisasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Evolusionisme

Dalam artian Epistimologi, Evolusi berarti perubahan secara perlahan
namun pasti menuju kesuatu titik. Sedangkan Teori Evolusi Sosial yang
dipopulerkan oleh Sir Herbert Spencer (1820-1903), yang menyatakan bahwa
masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak teratur menjadi bentuk
yang koheren dan teratur. Evolusi Sosial digambarkan sebagai serangkaian
perubahan sosial pada masyarakat yang berlangsung lama dan berawal dari
kelompok suku dan/atau masyarakat sederhana dan homogen kemudian secara
bertahap menjadi masyarakat yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat
modern yang heterogen, kompleks dan diferensiasi fungsi.
Evolusi bisa di definisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan,
seperti perubahan sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya dianggap
bersifat lambat laun. Paradigma yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut
adalah evolusianisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan
lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana menjadi kompleks.
Sebagai kebalikan dari evolusi adalah revolusi yang berarti perubahan yang cepat.
Tak berlebihan bila dikatakan bahwa evolusionisme adalah landasan awal bagi
pembentukan berbagai paradigma dalam antropologi.
Menurut para ahli, meskipun sebagian paradigma pada masa kini
menyatakan secara implisit atau eksplisit tidak sepakat, atau tidak memandang
sentral, eksplanasi evolusionisme, khususnya bagi memahami masyarakat dan

kebudayaan, secara sadar atau semua antropolog dan juga ahli ilmu sosial lainnya
menggunakan ungkapan-ungkapan evolusionistik dalam menaggapi gejala sosial
tertentu.
Dalam evolusi biologi, variabilitas berasal dari rekomendasi genetik dan
mutasi. Dalam evolusi kebudayaan, variabilitas datang dari rekomendasi prilaku
yang dipelajari dan penemuan-penemuan (invention) kebudayaan tidaklah tertutup
atau terisolasi secara reproduktif seperti halnya spesies. Suatu spesies tidak dapat
meminjam unsur-unsur genetik dari spesies lain, tetapi kebudayaan dapat

meminjam hal-hal baru dan prilaku dari kebudayaan lain. Sebagai contoh, cara
bertanam jagung di suatu daerah dapat diterapkan juga di daerah-daerah lain.
Mengenai syarat reproduksi diferensial, tidak menjadi persoalan unsur tertentu
genetik atau dipelajari. Ketidakkonsistenan prilaku akan menjurus kepada
kepunahan sama halnya seperti di proporsisi morfologi atau difesiensi pada suatu
organ vital. Prilaku juga cenderung mengalami seleksi seperti halnya seleksi
terhadap ukuran tubuh atau resitansi terhadap penyakit.
Selama spesies manusia terus eksis, tak ada alasan seleksi alam atas ciri
biologi dan kebudayaan berhenti. Namun, evolusi tergantung pada aneka ragam
perubahan yang kerap kali tidak bisa diprediksi dalam hal lingkungan fisisk dan
sosial (jolly, 1989 : Ridley, 1991). Dalam antropologi, ada empat alur besar

pemikiran evolusionis, yakni unilinear, universal, dan multilinear, ditambah neo
Darwinisme. Tiga alur pertama adalah pendekatan gradualis dengan label
unilinear, universal, dan multilinear. Neo Darwinisme datan dengan cara lain,
yakni berasal dari sosiobiologi pada tahun 1970an dan yang setipe hingga
pendekatan-pendekatan yang lebih muktahir tehadap asal usul kebudayaan
simbolik.
2.1.1 Peubahan Dalam Evolusionisme
Sering kali evolusionisme dianggap hasil pemikiran modern, padahal
dalam kenyataannya, evolusionisme berakar jauh di masa lampau, yaitu pada
pemikiran Yunani. Anaximander (611-546 SM) mengembangkan suatu pandangan
lengkap tentang evolusi kosmos yang berasal dari apeiron yang juga menjadi
tujuan kem¬bali segala hal, termasuk manusia. Herakleitos (533- – 475 SM)
mengajarkan bahwa segala sesuatu mengalir dan tak satu hal pun bisa
menghalangi proses itu. Walau ada logos rasional yang menjaga tertib segala
se¬suatu, prinsip utama realitas adalah perubahan.
Pandangan evolusionistis juga dijumpai pada pemikiran Empedokles,
Anaxagoras, Demokritus, Leucippus, Epikurus, dan beberapa filsuf lainnya.
Aristoteles juga mengembangkan pandangan evolusi. Ia berpendapat bahwa
bentuk makhluk mengalami pergantian berkesinambungan. Selama pergantian itu,
wujud yang lama yang kurang sempurna secara bertahap memberi kesempatan


untuk muncul pada wujud lebih muda dan lebih baik. Menurut Aristoteles, hidup
sendiri muncul melalui metamorfosis langsung dari zat anorganik. Dalam
pergantian itu, yang pertama adalah tumbuhan, lalu hewan tetumbuhan, dan
kemudian binatang yang dianugerahi penginderaan dan kekuatan berpikir sampai
batas tertentu. Tingkat tertinggi adalah manusia yang dapat menggapai pemikiran
abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa proses alam adalah perjuangan menuju
kesempurnaan sebagai ungkapan atau perwujudan dari prinsip me-nyempurnakan
yang inheren dalam alam semesta. Ha¬silnya adalah evolusi dari yang rendah ke
yang tinggi.
Dalam menjalani tahapan-tahapan perubahan tersebut setiap kelompok
masyarakat mempunyai metode atau cara yang tidak sama karena menyesuaikan
dengan unsur budaya lokal. Adalah pemikiran Auguste Comte sebelum Herbert
Spencer, yang menitikberatkan bahwa masyarakat adalah pemimpin yang
memiliki kedudukan dominan terhadap individu manusia pribadi. Darwinisme
Sosial menggambarkan bahwa perubahan dalam masyarakat berlangsung secara
evolusioner (lama) yang dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat diubah oleh
perilaku manusia. Individu menjadi poros utama perubahan.
Meski masyarakat dapat dianalisis secara struktural, namun individu
pribadi adalah dasar dari struktur sosial, karena Spencer memandang sosiologi

sebagai ilmu pengetahuan mengenai hakikat manusia secara inkorporatif. Struktur
sosial dibangun untuk memenuhi keperluan anggotanya. Teori Spencer
mengedepankan perjuangan hidup dan karenanya sangat cocok dengan
perkembangan kapitalisme, liberalisme dan individualisme.
2.1.2 Perubahan Budaya Karena Evolusionisme
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat
yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling
berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Proses perubahan budaya juga dapat terjadi karena difusi, yakni unsur budaya
yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi kompleks, di
mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya.
Sebagai contoh adalah masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya

beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung
diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani
sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan. Semua terjadi karena adanya
salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga
menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan

organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung
dari dinamika masyarakatnya.
Ada

faktor-faktor

yang

mendorong

dan

menghambat

perubahan

kebudayaan yaitu:
a. Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,
terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material). Adanya

individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda.Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang
mudah berubah.
b. Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah
seperti : adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material), Adanya
individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama
generasi tu yang kolot.
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1. Faktor intern
a) Perubahan Demografis
Perubahan

demografis

disuatu

daerah

biasanya


cenderung

terus

bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor
kehidupan: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi
persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

b) Konflik sosial
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan
dalam suatu masyarakat: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan
penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah
mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersamasama para transmigran.
c) Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara
sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim
sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan
hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan
lingkungan setempat.

2. Faktor ekstern
a) Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur
Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan
pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya
mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan
percampuran budaya yang ada.
b) Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab
bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian
pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama
Kristen dan kolonialisme.
c) Peperangan
Kedatangan

bangsa Barat

ke

Indonesia

umumnya

menimbulkan

perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk
pula unsur-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.

2.2 Globalisasi
Menurut Edison A. Jamli Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses
dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa
lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bangsa-bangsa di seluruh dunia. b. Sartono Kartodirjo
berpendapat bahwa proses globalisasi sebenarnya merupakan gejala sejarah yang
telah ada sejak jaman prasejarah. Beberapa contoh antara lain bangsa-bangsa dari
Asia ke Eropa, ke Amerika, dari Asia ke Nusantara, dan lain-lain. Berdasarkan
tinjauan sejarah, Indonesia sebenarnya telah lama mengalami proses globalisasi.
Konsep globalisasi dipahami sebagai kegiatan ekonomi, teknologi serta
komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga yang
tidak hanya menawarkan berbagai peluang baru tetapi juga tantangan baru bagi
umat manusia.
Globalisasi meliputi lebih luas daripada sekedar isu-isu perdagangan
internasional dan produktivitas. Adanya penyebaran perusahaan-perusahaan
secara internasional, pertumbuhan pasar dan modal secara internasional, dimana
mata uang dapat dipertukarkan secara mudah walaupun menyeberang perbatasan
antar negara, peningkatan perdagangan, hukum dan kebijakan internasional. Hal
ini membentuk struktur industri dan meningkatkan persaingan. Hal yang sangat
menonjol dalam era globalisasi adalah tingginya dinamika perubahan dan
persaingan yang terjadi dalam semua sektor kehidupan.
Fenomena perubahan yang terjadi secara drastis dalam berbagai aspek
kehidupan, hubungan dan pergaulan antar bangsa dan negara memunculkan pula
fenomena baru dalam bentuk semakin ketatnya persaingan di berbagai sektor.
Bukan hanya negara, akan tetapi semua organisasi mau tidak mau akan terseret
dalam kancah persaingan global. Dalam era seperti sekarang ini, ketika dunia
dihadapkan pada ketidakpastian dan ketidak menentuan (turbulance and
uncertainty), teknologi informasi yang semakin canggih, masyarakat yang
semakin berani dengan beragam tuntutannya, dan persaingan yang semakin ketat.
Munculnya berbagai tekanan dan tantangan atau bahkan ancaman dari berbagai
arah terhadap negara.

Globalisasi berlangsung dengan cepat dan melanda semua bangsa dan
negara di dunia dalam waktu dan periode yang bersamaan atau serentak.
Globalisasi sifatnya multi dimensional, dengan proses kompleks yang
mempengaruhi intelektual, emosional, sosial, politik, ekonomi, dan dimensi
budaya di seluruh dunia. Kecenderungannya di bidang ekonomi, komunikasi
berteknologi tinggi, kegiatan sosial, politik serta kemanusiaan yang menjadi
semakin bertambah dalam kancah internasional baik dalam jangkauan maupun
peran.
2.2.1 Dampak Globalisasi Di Beberapa Bidang Kehidupan
1. Bidang Ekonomi
Globalisasi ekonomi ini sesungguhnya didukung oleh sebuah kekuatan yang
luar biasa hebatnya, yaitu apa yang disebut liberalisme ekonomi, yang sering juga
disebut kapitalisme pasar bebas. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang
mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa. Kapitalisme ini
mempunyai tiga ciri pokok :
a. Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu
b. Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas yang bersifat kompetitif.
c. Modal diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba.
Dalam perkembangannya sistem kapitalisme ini berkembang tidak sehat,
karena timbulnya persaingan tidak sehat dan mengabaikan unsur etika dan moral.
Dimana yang modalnya kuat akan menguasai yang modalnya lemah, akhirnya
Pemerintah harus ikut mengaturnya.
Pengaruh gaya hidup asing antar lain melalui makanan yang kita santap
sehari-hari Bagi negara-negara berkembang, hal tersebut jelas akan sangat
merugikan, karena produk dalam negerinya tidak akan mampu bersaing dengan
produk negara maju. Selain itu, bagi masyarakat, yang mengikuti pola hidup yang
konsumtif, akan langsung menggunakan apa saja yang datang dari negara lain,
karena barangkali itu yang dianggap paling baik, juga sebagai pertanda sudah
memasuki kehidupan yang modern. Jika dilihat dari kacamata yang positif, maka
globalisasi akan mempunyai dampak yang menyenangkan, karena dengan
globalisasi di bidang ekonomi, orang akan secara mudah memperoleh barang

konsumtif yang dibutuhkan, membuka lapangan kerja bagi yang memiliki
keterampilan, dapat mempermudah proses pembangunan industri, juga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Bidang Sosial Budaya Dalam bidang sosial dan budaya
Dampak globalisasi antara lain adalah meningkatnya individualisme,
perubahan pada pola kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam
masyarakat. Saat ini di kalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan
jati dirinya. Mereka berlomba-lomba meniru gaya hidup ala Barat yang tidak
cocok jika diterapkan di Indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, Melestarikan
budaya daerah merupakan konsumtif dan hedonisme. Namun di sisi lain
globalisasi upaya dapat bagian dari juga mempertahankan jatidiri bangsa.
mempercepat

perubahan

pola

kehidupan

bangsa.

Misalnya

melahirkan

pranatapranata atau lembaga-lembaga sosial baru seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), organisasi profesi dan pasar modal. Perkembangan pakaian,
seni dan ilmu pengetahuan turut meramaikan kehidupan bermasyarakat.
3. Bidang Politik Bidang politik-pun tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Saat ini kita telah menyaksikan terciptanya suatu pemerintahan dunia
(world government). Hampir semua aktivitas negara-negara dan bangsa-bangsa di
dunia tunduk pada aturanaturan yang diciptakan oleh lembaga-lembaga
internasional yang mengatur tata hubungan antara negara-negara dan bangsabangsa di dunia. Badan-badan internasional memegang peranan yang signifikan di
era globalisasi. Negaranegara kuat di dunia seringkali dapat dengan mudah
mencampuri urusan dalam negeri suatu negara. Amerika Serikat telah tampil
sebagai kekuatan politik utama di dunia, karena negara itulah yang paling kuat
ekonomi dan sistem persenjataannya. Setiap saat negara-negara di dunia dapat
mengalami instabilitas akibat intervensi negara dan bangsa lain terhadap urusan
dalam negeri suatu negara
2.2.2 Cara Menyikapi Globalisasi
Meskipun Globalisasi sebagian banyak merugikan kita, namun kita tidak
bisa menghentikan laju Globalisasi. Globalisasi adalah tantangan hidup yang
harus dihadapi bukan dihindari. Lebih kepada memanfaatkan Globalisasi sebaik

mungkin, maka akan mengurangi dampak negative Globalisasi atau bahkan
mungkin damapk negatifnya dapat kita hilangkan. Berkaitan dengan dampaknya
dibidang social budaya, maka sebagai generasi muda penerus bangsa, kita harus
mengambil sikap untuk menghadapi Globalisasi, diantaranya:
1. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan Dan Moralitas Masyarakat
Meskipun Globalisasi datang dengan setumpuk pengaruh negative, namun dengan
perisai keimanan dan moral yang tinggi, maka pengaruh Globalisasi khususnya
yang menimbulkan sifat-sifat seperti matrealistis, hedonisme, permisif, dan lainlain tidak akan bisa menguasai diri kita. Maka keimanan dan moral kita dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu dibenahi dan
ditingkatkan lagi.
2. Meningkatkan Jiwa Dan Semangat Persatuan, Kesatuan, Dan Nasionalisme
Lunturnya sikap gotong-royong, tolong-menolong yang telah diajarkan oleh
nenek moyang kita diakibatkan kurangnya rasa persatuan. Jiwa indivisualisme
lebih kental pada setiap individu. Rasa kesatuan dan Nasionalisme pun ikut pudar
karena lebih memilih hal-hal yang menguntungkan saja. Perlu adanya kesadaran
diri untuk memupuk dan meningkatkan rasa persatuan, kesatuan dan
Nasionalisme
3. Melestarikan Kebudayaan Dan Adat Istiadat Daerah
Jika bukan kita sendiri sebagai generasi muda yang turut melestasikan warisan
budaya leluhur, lalu adakah orang lain? Kebiasaan yang ada dalam masyarakat
pun mulai hilang ketika Globalisasi dating. Globalisasi perlahan-lahan dapat
mengikir budaya asli. Ini sangat berbahaya. Sebagai generasi muda, kita harus
melestarikan budaya dan adat istiadat daerah bersam-sama
Setelah nilai globalisasi menyatu dengan nilai dasar budaya bangsa maka
kita sebagai bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan
sebagai bangsa, yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia
Indonesia yang dilandasi oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan
untuk ber kompetisi dalam dunia global. Sikap positif lain yang perlu
dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut:
a)

Berkompetisi dalam kemajuan iptek

b) Meningkatkan motif berprestasi
c)

Meningkatkan kualitas/mutu

d) Selalu berorientasi ke masa depan.
Selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sebagai penyaring terhadap pengaruh globalisasi yang
bersifat negatif. Terlebih lagi kita memiliki Pancasila yang merupakan penyaring
terhadap pengaruh globalisasi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus
memiliki sikap dan usaha untuk menghadapi pengaruh dari proses globalisasi, di
antaranya sebagai berikut. Selalu meningkatkan penghayatan dan pengamalan kita
terhadap Pancasila untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
a) Selalu meningkatkan ilmu pengetahuan kita agar dapat menilai mana yang
dianggap baik dan benar terhadap pengaruh globa lisasi.
b) Selalu meningkatkan pendidikan dan keterampilan kita agar dapat menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain.
c) Selalu meningkatkan penguasaan kita terhadap teknologi modern di segala
bidang sehingga tidak tertinggal dan bergantung pada bangsa lain.
d) Selalu mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tradisional agar tidak
digantikan oleh budaya bangsa asing.
e) Selalu meningkatkan kualitas produk hasil produksi dalam negeri sehingga
dapat igunakan dan selalu dicintai oleh masyarakat dalam negeri. Selain itu,
produk hasil produksi dapat bersaing dan dapat merebut pasar lokal serta
internasional.
f) Selalu menumbuhkan sikap terbuka dan tanggap terhadap pembaruan
sehingga mampu menilai pengaruh yang dinilai baik bagi pembangunan. Jadi
sifat-sifat positif manusia modern sangat penting dikembang kan dalam era
globalisasi.

BAB 3. KESIMPULAN