PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER
PADA ANAK MELALUI TRADISI SEDEKAH BUMI
SEBAGAI KEARIFAN LOKAL ADAT MASYARAKAT
DESA KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO
JAWA TIMUR

Saeful Anam
Institut Keislaman Abdullah Faqih Gresik Jawa Timur Indonesia
E-mail: shbt.saef@gmail.com

Abstrak
Artikel penelitian ini mendiskripsikan tentang Penanaman Pendidikan
Karakter Melalui Tradisi Sedekah Bumi sebagai Kearifan Lokal Adat Masyarakat
Kedungadem Bojonegoro Jawa Timur. Kita tahu bahwa budaya sebagai kearifan
lokal memiliki nilai tambah tersendiri, hal ini didasari atas pentingnya budaya
sebagai bentuk perwujudan karakter bangsa. Suku Jawa di Indonesia memiliki
beragam budaya, salah satunya ialah ritual budaya sedekah bumi. Suatu wujud
perayaan atas ekspresi rasa syukur masyarakat kepada Tuhan dari limpahan
rahmat dan rezeki yang telah diberikan (panen raya). Ekspresi rasa syukur
tersebut menjelma menjadi suatu warisan tradisi dari nenek moyang yang harus
dijaga dari tahun ke tahun. Sehingga banyak nilai dan pesan yang terkandung di

dalamnya, tidak terkecuali penanaman pendidikan karakter pada anak. Karena
pendidikan karakter menjadi salah satu tujuan dari pelestarian budaya yang
dimaksud. Karakter yang baik, berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing
the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting
the good). Sehingga bagaimana ketiga poin tersebut bisa dimnifestasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: Sedekah Bumi, Pendidikan, Karakter.

148

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

Abstract
This paper describes about Planting Character Education through SedekahBumi
Tradition as Indigenous Local Wisdom in Kedungadem Village Bojonegoro, East Java.
We know that culture as local wisdom has its own added values, it is based on the
importance of culture as an expression of national character. Javanese in Indonesia has a
diverse culture, one of which is the ritual culture SedekahBumi. It is a form of celebration

on the gratitude expression to God for grace and sustenance given (harvest). Gratitude
expression is transformed into a heritage of ancestors that must be kept from year to
year. So there are many values and messages contained in it, integration of character
education for children is no exception. Because, the character education became one of
the goals of preservation of the culture in question. Good character is related to knowing
good, loving the good, acting the good). Finally, the three points should be manifested in
everyday life.
Keywords:SedekahBumi, Education, Character.

A.

Pendahuluan

Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaannya,
kebudayaan bangsa Indonesia merupakan warisan leluhur dari nenek
moyang yang diwariskan kepada generasi penerus untuk ditumbuhkembangkan dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut mampu
hidup lestari sebab nilai yang terkandung di dalamnya sangat tinggi
bagi pembentukan kepribadian bangsa yang besar ini.
Banyak ragam budaya yang bisa dijumpai, seperti, grebeg1, sedekah
bumi /banchaki (bancakan), Kaago – Ago,2 dan lain sebagainya. Semua

1

Ritual kuno yang biasanya diselenggarakan di kerajaan seperti DIY
Yogyakarta. Tradisi ini berfungsi untuk menyatukan beberapa elemen kerajaan
dan juga rakyat, di mana mereka bersama-sama merayakan kelahiran Rasul pada
tanggal 12 Rabiul Awaal / 12 Mulud. Lihat dalam Muhammad Zamzami, Nilai
Suistik Pembudayaan Musik Shalawat Emprak Pesantren Kaliopak Yogyakarta,
MARAJI’ (Surabaya; Kopertais 4) Vol 2/ September 2015, 45, disebutkan pula
dalam Thomas Stamford Rafles dalam bukunya The History Of Java, menjelaskan
bahwa grebek merupakan salah satu ritual keagamaan yang berskala nasional
seperti mulud, pasa, dan besar. Pada perayaan ini, raja menampakkan diri
kehadapan mayarakat di alun-alun yang ramai dipenuhi orang yang kumpul
dari berbagai daerah. Lihat dalam Thomas Stamford Rafles, The History Of Java,
(Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 229
2
Sebuah ritual pencegah penyakit masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara
yang memiliki fungi religious sebagai jalan keselamatan, ketenangan jiwa serta

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |


149

itu adalah wujud dari kebhinekaan Indonesia yang selalu menjadi
nilai positif terciptanya kerukunan umat, sebagaimana semboyan
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu.
Di Jawa, tradisi sedekah bumi merupakan rangkaian
kegiatan tahunan yang diselenggarakan. Seperti perayaan sedekah
bumi sebagai tradisi adat masyarakat Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro Jawa Timur. Dalam tradisi ini banyak nilai-nilai yang
bisa dimunculkan, tidak terkecuali nilai pendidikan karakter sebagai
jalan pengeJawantahan budaya dengan sikap dan prilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan sedekah bumi merupakan
wujud rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT atas limpahan
rezeki yang didapat melalui panen raya masyarakat (padi). Selain itu,
sedekah bumi yang diselenggarakan memiliki ragam tujuan. Seperti
penanaman pendidikan karakter anak (character building), pemererat
tali sosial kemasyarakatan (hablu min anna>s), gotong royong serta
anjang keluarga.3 Dalam tradisi ini semua elemen masyarakat ikut
andil tanpa memilah-milah latar belakang dari strata sosial.4 Tradisi
ini hampir mirip dengan hari raya Idul Fitri, di mana semuanya ikut

serta merayakan dengan hati senang dan gembira.
Sedekah bumi mencoba menghidupkan suasana keharmonisan
umat dan penanaman pendidikan karakter dengan latar adat Jawanya,
ia merupakan moment penting dalam penanggalan Jawa. Selain itu
kontrol sosial kemasyarakatan. Ritual ini sebagai pencegah penyakit karena
masyarakat setempat menyakini timbulnya penyakit diakibatkan oleh ulah
mahluk halus yang selalu menghantui. Dengan pelaksanaan ritual kaago-ago
segala sesuatunya dapat teratasi, Lihat dalam La Ode Aris, Fungsi Ritual Kaago
– Ago (Ritual Pencegah Penyakit) Pada Masyarakat Muna Di Sulawesi Tenggara,
KOMUNITAS, (Semarang: Unversitas Negeri Semarang), Vol 4, No 1 /Maret
2012, 1-15.
3
Anjang keluarga dilakukan dengan cara mengunjungi rumah keluarga
dengan membawa makanan untuk dibagikan, selain itu pula maknan juga
diberikan kepada tetangga dekat, biasanya meliputi nasi, lauk pauk, kue dan
beberapa makanan khas desa setempat. Susilo Wahyu Sardjono, Wawancara,
Bojonegoro 15 Januari 2016.
Ibid.

150


|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

pula, dalam tradisi ini mencoba menghidupkan dan membangkitkan
spiritualitas masyarkat akan pentingnya rasa syukur kehadirat Allah
SWT (hablu min allah), dengan menyuskuri nikmat yang telah diberikan,
niscaya kenikmatan yang lainpun akan ditambhakan oleh-Nya5.
B.

Pengertian Karakter

Kevin Ryan (1999) dalam Sudrajat menjelaskan bahwa character
berasal dari bahasa Yunani charassein, yang memiliki pengertian
to engrave (melukis, menggambar). Seperti halnya orang melukis
kertas, memahat batu atau metal. Pemahat membuat bentuk sesuai
dengan karakter yang ia dapatkan.6 Dari arti kata tersebut, karakter
bisa diartikan sebagai ciri khusus atau tanda yang bersifat individual
yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku jasmani, karena aspek

jasmani menentukan karakter.7 Selanjutnya untuk mengetahui sifatsifat karakter seseorang bisa ditinjau dari beberapa tipologi menurut
asas-asas psikologi kepribadian, seperti tipologi konstitusi dan
tipologi kebudayaan.8
Tipologi konstitusi yang menjelaskan bahwa dalam tubuh
manusia terdapat empat zat cair dengan beragam sifat-sifat yang
ditampilkannya, sebagaimana dalam teori Hipocrtes (400 SM), zat cair
tersebut ialah darah yang memiliki sifat panas, lendir bersifat dingin,
Konsep tentang nikmat Syukur kepada Tuhan, banyak diirmankan
dalam Al Qur’an. Semisal dalam Surah Ibrahim ayat 7.
6
Lihat dalam Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter?, JURNAL
PENDIDIKAN KARAKTER, (Yogyakarta: UNY) Vol I, No 1 / Oktober 2011, 48
7
Purwa Almaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru,
(Jogjakarta: Arruz Media, 2013), h. 75. Setidaknya penentuan tersebut
merupakan penentu karakter yang baik, karena karakter yang baik berkaitan
dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the
good), dan melakukan yang baik (acting the good). Ketiga ideal ini satu sama lain
sangat berkaitan, seperti halnya Ki Hajar Dewantara yang mengungkapkan tiga
karakter yang harus harus dimilki oleh setiap individu yaitu, Cipta (Mengethui),

Rasa (Merasakan) dan Karsa (Tindakan), Lihat dalam Saeful Anam, Israq’ Mi’raj;
Spirit Pendidikan dalam Perintah Sholat, dalam AL FIKRAH, 15 Mei 2015
8
Tipologi ini oleh penulis sengaja dimunculkan dalam konsep pendidikan
Karakter, karena dari ragam karakter yang dimunculkan dari tipologi tersebut
sering banyak dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat.
5

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

151

empedu hitam bersifat basah dan empedu kuning bersifat kering.
Menurut Hiprocrates apabila darah yang paling dominan dibanding
dengan unsur lain, maka, seseorang akan memiliki kepribadian cepat,
periang, gembira, mudah tersenyum, optimis dan tidak setabil. Unsur
ini dinamakan dengan tipe sanguinis. Adapun jika zat cair lendir dalam
tubuh seseorang lebih dominan, maka tergolong dalam tipe legmatis,
sifat yang ditampilkan oleh tipe ini ialah lamban, sabar, plastis, tenang,
dingin, tidak mudah bergerak dan tidak mudah terpengaruh. Lebih

lanjut lagi Hiprocrates menjelaskan apabila zat cair berupa empedu
kuning yang lebih dominan, maka kebanyakan sifat yang dimunculkan
ialah garang, mudah marah, mudah tersinggung, pendendam dan
serius (tipe koleris). Dan yang terakhir ungkap Hiprocrates dalam
teorinya, apabila zat cair berupa empedu hitam yang lebih dominan,
maka sifat yang ditampakkan ialah pesimistis, pemurung, kaku dan
penakut, sifat ini tergolong dalam tipe melankolis.9
Selain dari unsur intrinsik tersebut, tipologi manusia dapat
didasarkan atas kebudayaannya (ekstrinsik), mengapa demikian?.
Menurut bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa manusia dalam kehidupan sosialnya tidak bisa dipisahkan dari
kebudayaan, karena kebudayaan selalu digunakan dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Spranger menggolongkan tipologi manusia
berdasarkan kebudayaan menjadi enam tipe. Pertama, tipe teoritis,
yakni kepribadian manusia yang didasarkan atas sifat empirirs, kritis
dan rasionalis, kebanyakan dari mereka suka mengamati sesuatu hal
disekitarnya (environment) dan lebih dominan terhadap rasa ingin tahu.
Kedua, tipe ekonomis, kepribadian seseorang yang banyak menaruh
minat terhadap nilai-nilai yang berguna baginya, seperti kepuasan
kebutuhan badaniyah (self peservasition). Orang yang berkarakter

ekonomis dalam lingkungan sangat memikirkan perhitungan laba

9

Dari adanya teori Hiprocrates ini membuka jalan baru bagi para ahli
untuk meneliti dan mengembangkan teori-teori yang berkaiatann dengan zat
cair dalam tumbuh, seperti halnya Canon seorang ahli kedokteran abad 20 dari
Amerika memberikan ulasan tentang sifat manusia ditinjau dari kelenjar dalam
tubuh manusia. Lebih lengkap buka dalam Purwa Almaja Prawira, Psikologi
Kepribadian,……h. 105-106

152

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

rugi (Jawa: eman) dalam setiap tindakan yang dilakukan.10 Ketiga, tipe
estetis. Tipologi kepribadian seseorang dengan ciri segala hal yang
utama/ nilai paling tinggi ialah harmonisasi dalam segala sesuatu,

yakni tindakan kemasarakatan dinilai baik manakala memberikan
nilai estetik. Keempat, tipe sosial, orang dengan kepribadian ini sangat
luwes, ramah, dan bersimpati terhadap orang lain, orang dengan tipe
seperti ini tidak memiliki rasa egoisme sama sekali sehingga interaksi
sosial yang diberikan memberikan kedamaian dalam bermasyarakat.
Kelima, tipe politik yang bisa dijumpai karakternya dengan sifat power
atau kekuasaannya. Kepribadian orang seperti ini berkompetisi dan
giat dala perjuangannya dibidang kekuasaan. Keenam, tipe agama
(religious), seseorang yang berwatak tipe agama ini menganggap nilai
yang paling tinggi dan norma yang tertinggi ialah kesatuan atau unity.
Ia memiliki kepedulian suka menolong orang lain, dan kurang senang
terhadap keduaniawian.11
Mengacu pada tipologi di atas, esensi dari realsisasi karakter
manusia ialah prilaku baik yang manusia berikan kepada sesamanya.
Karena Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik
(knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan
yang baik (acting the good), dalam bahasa Ki Hajar Dewantara disebut
dengan konsep tri sakti jiwa (cipta, rasa, karsa). Ketiga ideal ini satu sama
lain sangat berkaitan. Jika ada manusia yang terlahir dalam keadaan
keterbelakangan mental, maka yang perlu dipupuk dalam kaitannya
10

Tipe seseorang yang demikian banyak dijumpai dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, mereka yang tergolong dalam tipe ini memiliki rasa sosial yang
sangat rendah karena segala tindak laku yang ia lakukan harus ada perhitungan
laba yang kembali kepadanya, al hasil, kepedulian terhadap masyarakat kurang
dimiliki, bahkan dalam hal mensedekahkan harta orang yang bertipe ini merasa
enggan. Syaifuddin, wawancara, Bojonegoro 10 Januari 2016.
11
Disebutkan oleh springer bahwa tipe religious dibedakan atas dua
kondisi, yakni pertama, kondisi mistik immanent (immanent mystic), kondisi
transedental mistik (transcendental mystic). Kondisi mistik immanent mencirikan
bahwa manusia dalam pengalaman kehidupan sangat aktif dalam partisipasi
pengalaman agama, seperti antusianya dalam perayaan kegamnaan serta
pelaksanaan ibadah. Sedangkan trasedental mistik berusaha mencari kedamaian
dengan cara menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Lihat dalam Purwa
Almaja Prawira, Psikologi Kepribadian,……h 152-158

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

153

ini ialah bagaimana stimulus yang diberikan menjadi pengetahuan
awal yang baik, sehingga ada dorongan –dorongan dalam dirinya
memungkinkan untuk menguasai akal sehatnya. Sehingga, efek yang
mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan seseorang (stimulus)
akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar
menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan akal dan juga
ajaran agama.
Mengetahui fakta dan nilai yang baik berarti dapat memahami
dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Mengetahui
fakta dan nilai yang baik berarti mengembangkan kemampuan untuk
menyimpulkan suatu keadaan, untuk memilih sesuatu yang baik
untuk dilakukan, dan kemudian melakukannya menjadi realitas
kehidupan. Aristoteles dalam Sudrajat menyebutkan dengan practical
wisdom (kebijakan praktis). Yaitu memiliki kebijakan praktis dalam
melakukan aktiitas kehidupan yang diperlukan.12 Kebijakan praktis
yang dimaksud bukan melihat bagaimana peserta didik dapat
merencanakan kegiatan-kegiatannya dengan baik, seperti manajemen
waktu anak, akan tetapi kebijakan praktis berkaitan dengan prioritas
dan pemilihan sesuatu yang baik dalam semua suasana kehidupan.
Hal demikian ini tergolong pada kemampuan anak pada komitmen
yang dimilikinya, sehingga bisa berbuah menjadi kebiasaan dan serta
karakter baik pada anak.
Al-Ghozali menyebutkan bahwa karakter atau akhlak yang baik
keluar dari tubuh seseorang tanpa ada pikiran yang menyertainya,
dengan kata lain karakter timbul dari alam bawah sadar atau
spontanitas dan telah menjadi bagian dari tubuh manusia. Dalam
kaitannya ini pula, Aristoteles menjelaskan bahwa karakter yang
baik sebagai tingkah laku yang benar, tingkah laku yang benar dalam
hubungannya dengan orang lain dan juga dengan diri sendiri. Di pihak
lain, karakter, dalam pandangan ilosof kontemporer seperti Michael
Novak menjelaskan bahawa karakter ialah campuran atau perpaduan
semua kebaikan yang berasal dari beragam tradisi seperti tradisi
keagamaan, cerita, dan pendapat orang bijak (keadaan lingkungan /
environment). Lanjut Novak dalam Sudrajat, tidak seorang pun yang
12

Lihat dalam Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter……, h 49

154

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

memiliki semua kebajikan itu (perfect), karena setiap orang memiliki
kelemahan-kelemahan tersendiri. Seseorang dengan karakter terpuji
dapat dibedakan dari yang lainnya, begitu juga sebaliknya.13
C.

Pendidikan Karakter

Beberapa tahun silam bahkan sampai sekarang masih digalangkan
pendidikan karakter di sekolahan atau lembaga pendidikan, hal
ini menjadi isu utama dalam dunia pendidikan, hingga perubahan
kurikulum menjadi jalan untuk memunculkan pendidikan karakter
yang diinginkan. Semua tahu bahwa pendidikan karakter menjadi
kebutuhan pokok perkembangan anak pada era saat ini, latarbelakang
dari munculnya pendidikan karakter sendiri didasari atas keinginan
mewujudkan konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan
UUD 1945. Konsensus tersebut lalu dipertegas melalui UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama dalam
pasal 3.14 Dari dasar itulah menjadi sebuah keharusan semua elemen
pendidikan termasuk masyarakat ikut andil dalam memberikan
pendidikan karakter terhadap anak, agar bangsa ini bisa menjadi
bangsa yang lebih terhormat dengan karakter baik masyarakatnya.
Lickona dalam Santoso mendeinisikan pendidikan karakter
(character education) sebagai...is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values- suatu usaha
yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang
inti.15 Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan
13

Ibid., h.50
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung Jawab. Lihat dalam Depdiknas, Undangundang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Depdiknas, 2003),
h. 4
15
Lihat dalam Imam Santoso, “Pendidikan Karakter Dan Pembelajaran
Bahasa Asing Berwawasan Interkultural” dalam Jurnal Pendidikan Karakter,
14

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

155

karakter merupakan pendidikan budi pekerti yang melibatkan
aspek pengetahuan, perasaaan dan tindakan. Dengan demikian,
melalui pendidikan karakter, pembelajaran diharapkan tidak hanya
mengetahui nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat, tapi juga
mampu merasakannya dan merealisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapaun nilai-nilai yang menjadi patokan penanaman
pendidikan karakter pada anak ialah; 1) sikap religious, yakni sikap
patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya serta toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain. 2) sikap jujur, suatu prilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam bentuk perkataan, tindakan dan pekerjaan. 3)
disiplin dan kerja keras, yakni tindakan dan prilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas yang dilakukan
dengan tertib, patuh dan tepat waktu. 4) Kreatif dan Mandiri, yakni
pola ikir dan sikap yang tidak mudah tergantung kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu dengan cara baru. 5) demokratis, 6)
Rasa ingin tahu, 7) semangat kebangsaan, 8) menghargai prestasi, 9)
bersahabat dan komunikasi, 10) peduli lingkungan, 11) peduli sosial,
12) cinta damai, dan 13) gemar membaca.16
D.

Sedekah Bumi Masyarakat Kedungadem Bojonegoro Jawa
Timur

Sedekah bumi seperti halnya tradisi banchaki (bancakan), hal ini
telah disinggung dalam buku Thomas Stamfrod Rafles “The History
Of Java” yang menyatakan bahwa sedekah diadakan pada acara-acara
tertentu seperti acara pemakaman, atau untuk acara menghormati
kenangan dari orang yang telah meninggal, ataupun juga dalam acara
syukuran warga atas limpahan berkah pemberian bumi dari Allah
SWT.17 Adapun pengertian dari sedekah bumi sendiri ialah selamatan
yang diadakan sesudah panen raya (memotong padi), sebagai tanda
(Yogyakarta: UNY) Vol II, No 1 / Oktober 2012, 98
16
Lihat dalam Lilis Lestari, “Pendidikan Karakter di Sekolah “, makalah
dalam diskusi Seminar pada tanggal 14 April 2014, h. 8-10
17
Lihat dalam Thomas Stamford Rafles, The History Of Java…., h. 230

156

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki berupa hasil panen
yang bisa dibuat kebutuhan hidup.18
Sedekah bumi merupakan sebuah upacara adat yang
dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, khususnya warga di pelosok
desa. Prosesi pelaksanaannya ialah setiap orang membawa “berkat”
atau nasi lengkap dengan lauk pauknya dari rumah. Kemudian warga
berkumpul di balai desa19 atau masjid20. Menurut Sarjono, pada zaman
dahulu sebelum ada balai desa atau masjid, Upacara sedekah bumi
kerap dilaksanakan di area pemakaman desa (punden), tetapi ketika
sudah ada balai desa khususnya masjid sebagai tempat ibadah kaum
Islam, maka acara tidak dilaksanakan di tempat pemakaman lagi, hal
ini dikarenakan adanya asimilasi budaya masyarakat Jawa.21 Tradisi
sedekah bumi ini rajin digelar warga setiap setahun sekali yaitu pada
bulan “Apit” atau menurut penanggalan masehi jatuh pada bulan
Mei, namun bisa disesuaikan dengan waktu panen raya.
Tujuan dari dilaksanakan upacara sedekah bumi ialah supaya
keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh warga
desa dan sekitarnya. Sarjono menuturkan bahwa menurut kepercayaan
orang Jawa, sedekah bumi harus dilakukan dengan tujuan untuk
banchaki atau menyedekahi sawah yang dimiliki, agar hasil pertanian
melimpah, maka bumi yang mereka tanami tersebut harus dibanchaki
18

http://kbbi.co.id/arti-kata/sedekah-bumi/Diakses 31 Januari 2016
adalah sebuah tempat yang dipergunakan oleh perangkat desa untuk
melayani administrasi warga dan dipergunakan warga masyarakat untuk berkumpul
ketika akan mengadakan musyawarah desa, http://kbbi.co.id/arti-kata/sedekahbumi/Diakses 31 Januari 2016
20
Penentuan tempat tergantung keputusan musyawarah warga yang
diadakan sebelum masuk bulan perayaan sedekah bumi. Susilo Wahyu Sardjono,
Wawancara, Bojonegoro 15 Januari 2016.
21
Proses asimilasi budaya Jawa ini erat kaitannya dengan sejarah
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya tanah Jawa, para penyebar Islam
“wali songo” mampu merubah pola kehidupan masyarakat Jawa menjadi lebih
baik dan terarah. Seperti halnya pendidikan pesantren yang termodiikasi dari
budaya hindu-budha, para wali songo datang membentuk budaya tersebut
menjadi pusat pembelajaran yang khas akan keislamannya, Lihat dalam Hanun
Asrohah, “Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Indonesia”, Makalah dalam
Diskusi Sejarah Sosial Pendidikan Islam, pada tanggal oktober 2012. h. 6
19

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

157

agar tidak ada gangguan. Karena, segala rezeki yang kita dapat itu
tidak hanya berasal dari usaha manusia sendiri, melainkan lewat
campur tangan Allah SWT.22 Syaifuddin, tokoh agama setempat
menuturkan bahwa rezeki itu tidak semata uang, tapi juga kesehatan,
kebahagiaan, kenyamanan dan keamanan berkehidupan dalam
masyarakat.23 Sehingga upacara perayaan sedekah bumi menurut
kepercayaan masyarakat Kedungadem Bojonegoro menjadi wajib
untuk dilaksanakan pada setiap tahunnya demi mencari ridho dari
Allah SWT.
Pelaksanaan upacara sedekah bumi dipandu oleh sesepuh
desa atau tokoh agama (modin) yang ditetapkan sebagai pemimpin
dberbagai acara desa,hal ini berdasarkan kepercayaan, bahwa
modin merupakan orang yang mengerti urusan agama, sehingga
diberi wewenang untuk memimpin kegiatan keagamaan mulai dari
mengurusi pernikahan, orang meninggal dunia dan memimpin
upacara kenduri atau hajatan. Upacara yang dilakukan hanya
sederhana saja, seluruh warga masyarakat masing-masing membawa
berkat atau nasi lengkap dengan lauk pauknya yang dibawa dari
rumah. Kemudian seorang mudin memimpin do’a, setelah do’a
selesai berkat tersebut dimakan secara bersama-sama. Sesudah acara
makan selesai diperbolehkan untuk pulang, tetapi biasanya untuk
para lelaki dewasa tetap tinggal untuk mengobrol. Kemudian pada
malam harinya (semalam suntuk), diadakan hiburan seperti wayang
orang atau ketoprak untuk menghibur seluruh warga desa, biasanya
juga diadakan pengajian dengan menghadirkan penceramah atau kiai
untuk memberikan mauidah al-hasanah.24
Gelaran sedekah bumi biasanya dihadiri oleh pemerintah
desa atau kecamatan bahkan hingga pemerintah kota. Para pejabat
dan rakyat merasa terhibur dengan perayaan sedekah bumi dengan
nuansa Jawa yang agamis, pakem tradisi yang masih lekat ditambah
keasrian tempat tinggal di kawasan desa menjadikan sedekah bumi
masih relefan untuk dijadikan budaya sebagai pembentukan karakter
22

Susilo Wahyu Sardjono, Wawancara, Bojonegoro 15 Januari 2016.
Syaifuddin, wawancara, Bojonegoro 10 Januari 2016.
24
Ibid
23

158

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

bangsa. Selain itu, dalam acara terdapat moment tukar-menukar
seserahan, sehingga warga tidak bisa terhindar untuk saling berebut.
Selain menukar seserahan, warga juga menyerbu tumpeng buah
setinggi hampir 2 meter yang telah disediakan panitia pada siang
harinya25. Dalam sekejap, tumpengan buah yang terdiri dari buah
salak, apel, jeruk, belimbing, jambu, mentimun, dan pisang habis
diserbu warga.
Perayaan sedekah bumi ini terletak di Desa Kedungadem
Kecamatan Kedungadem Bojonegoro Jawa Timur, Sisi Selatan dari rel
Kereta Api Surabaya-Jakarta. Di kawasan inilah banyak perkampungan
yang masih memegang erat budaya Jawa, seperti krawitan, wayang
kulit, wayang golek, tari tengul Bojonegoro serta tari srimpi sebagai
kesenian daerah dan kearifan lokal wilayah Bojonegoro khususnya.
Sedekah Bumi di wilayah Kedungadem Bojonegoro Jawa Timur
merupakan media dengan berbagai tujuan; dakwah untuk menyerukan
ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat agar senantiasa bersyukur
atas rezeki Allah SWT yang telah diberikan, pendidikan karakter,
moral, etika, dan juga sarana untuk merenungkan esensi tugas
manusia sebagai khalifah di bumi (khalifah i al-ardh) yang senantiasa
menjaga dan melestarikan alam. Wujud keseluruhan adat dari
Sedekah Bumi ini memunculkan pesan yang dalam akan pentingnya
penanman pendidikan karakter anak, mengajak anak supaya mampu
berkhidupan sosial yang baik, mengetahui yang baik, mencintai yang
baik dan melakukan yang baik, semua bersumber dari nilai-nilai Islam
yang dibahasakan dengan nuansa lokal Jawa.
E.

Analisis Perayaan Adat Sedekah Bumi dalam Perspektif
Pendidikan Karakter

Sebagai perayaan adat, Sedekah Bumi telah banyak memberi
pesan positif dalam kehidupan sosial, dalam konteks pendidikan,
terutama pendidikan karakter, sedekah bumi juga sangat memberi
arti penting sebagai media penanaman pendidikan karakter bagi anak,
bahkan mampu membantu menjamah wilayah pendidikan formal
dalam menanamkan karakter dalam pribadi anak. Sehingga eksistensi
25

Susilo Wahyu Sardjono, Wawancara, Bojonegoro 18 Januari 2016.

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

159

masyarakat sebagai bagian pendidikan mampu menyegarkan dan
mensukseskan tujuan pendidikan nasional.
1.

Sedekah bumi sebagai adat Jawa

Sedekah bumi atau disebut pula Bersih Desa merupakan suatu
ritual adat budaya Jawa yang diwariskan oleh nenek moyang26. Pada
masa Hindu, ritual tersebut dinamakan dengan sesaji bumi/laut.
Karena masyrakat Jawa mempercayai adanya kekuatan supernatural
yang mengusai alam semesta, berupa dewa-dewa, sehingga masyarakat
memberikan sesaji untuk keselamatan hidup kepada dewa-dewa.
Kepercayaan seperti itu merupakan kepercayaan lama, dalam istilah
ilmu agama (science of religion) disebut animisme, dinamisme, dan
politheisme.
Pada era masuknya Islam, terutama masa Wali Songo, ritual
adat budaya lokal Jawa tidak dihilangkan, akan tetapi diadopsi dan
dilestarikan untuk mensyiarkan nilai-nilai Islam. Seperti halnya Sunan
Kalijaga, menyebarkan Islam dengan budaya Wayang. Raden Patah,
yang menjadi Raja Demak pertama menerbitkan kebijakan untuk
melindungi kebudayaan lokal, sehingga masyarakat muslim dapat
hidup bersama secara rukun dengan berbagai latar belakang tradisi,
budaya, dan agama.27
Sikap moderat para kekasih Allah (Walisongo) memberikan
nuansa baru terhadap kehidupan masyarakat Jawa, hal ini
membuktikan Islam datang membawa misi rahmatan lil’alamiin,
berpegang teguh terhadap nilai-nilai ketauhidan dan juga mampu
menerapkan nilai-nilai toleransi sehingga dapat hidup berdampingan,
bahkan dipandang baik oleh komunitas yang berbeda.28
26

Koentjaraningrat dalam Widyastuti menjelaskan bahwa Sedah bumi
atau Bersih Desa merupakan upacara yang sangat penting dan bersifat kramat,
upacara ini memerlukan biaya yang besar dibanding upacara selamatan biasanya.
Lihat dalam Mamik Widyastuti, Seni Pertunjukkan Etnik Jawa; Ritus, Simbolisme,
Politik, dan Problematika, (Malang: Gantar Gumelar, 2008), h. 39
27
Suparjo, “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam
Membnagun Masyarakat Muslim Indonesia” dalam KOMUNIKA, (Purwokerto:
Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto) No. 2/ Juli-Desember 2008, h.
28
Lihat dalam Yuliatu Tajudin, “Walisongo dalam Strategi Komunikasi
Dakwah: dalam Addin, (Kudus: STAIN Kudus) No 2 Agustus 2014, h. 6

160

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

Kedatangan Walisongo di tanah Jawa mampu merubah praktek
budaya secara berlahan, hal itu terbukti dengan praktek upacara
yang masih berjalan, meskipun sebagian penduduk sudah memeluk
agama Islam, seperti sesaji untuk bumi dan laut atau memperingati
hari kematian (tiga, tujuh, empat puluh, seratus dan seribu hari).
Hanya saja, lafal-lafalnya diganti dengan doa-doa secara Islam
dengan mengagungkan Allah SWT, dan nama upacara disesuaikan
dengana ajaran Islam, seperti sedekah29 laut dan sedekah bumi.30
Metode dakwah walisongo dalam menghadapi adat budaya Jawa
merubah aspek teologis yang dilakukan secara bertahap, hingga tidak
menimbulkan gejolak sosial “menangkap ikan tanpa keruh airnya”.31
Penjelasan Sarjono, sedekah bumi merupakan bentuk ritual
tradisional masyarakat Jawa yang sudah berlangsung secara turuntemurun. Ritual tersebut dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi
sebagai petani dan nelayan.32 Pada upacara sedekah bumi, biasanya
seluruh masyarakat sekitar membuat tumpeng dan berkumpul
menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempattempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat
untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut. Setelah itu,
kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa
atau tempat-tempat untuk di do’akan oleh tetua adat. usai dido’akan
oleh sesepuh atau tetua adat, kemudian kembali diserahkan kepada
masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang
sudah dido’akan di makan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang
merayakan acara tersebut. Namun, ada juga sebagian masyarakat
yang membawa pulang nasi tumpeng tersebut untuk dimakan beserta
sanak keluarganya di rumah masing-masing.
Menurut adat istiadat dalam tradisi budaya ini, di antara makanan
yang menjadi makanan pokok yang harus ada dalam tradisi ritual
Kata sedekah sendiri terserap dari bahasa Arab dari lafad “ ‫ »صد قة‬yang
memiliki arti memberi sedekah atau bersahabat. Sehingga dari uraian kata pada
acara ini esensinya ialah pemberian sedekah terhadap sesame untuk menjunjung
tali silaturahim baik dengan manusia ataupun dengan alam
30
Syaifuddin, wawancara, Bojonegoro 10 Januari 2016.
31
Ibid
32
Susilo Wahyu Sardjono, Wawancara, Bojonegoro 18 Januari 2016.
29

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

161

sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang. Sedangkan
yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya
bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. Dan pada
acara akhir, nantinya para petani biasanya menyisakan nasi, kepala
dan ceker ayam, ketiganya dibungkus dan diletakkan di sudut-sudut
petak sawahnya masing-masing.33
Dalam puncak acara ritual sedekah bumi diakhiri dengan
melantunkan do’a bersama-sama dengan dipimpin oleh tetua adat.
Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara
lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipadukan dengan khazanahkhazanah doa yang bernuansa Islami.34
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi
masyarakat Jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol
penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber
kehidupan. Manurut cerita dari para nenek moyang orang Jawa
terdahulu, Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi
kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi
penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah
yang menurut mereka sebagai salah satu simbol yang paling dominan
bagi masyarakat Jawa, khususnya para petani untuk menunjukan rasa
cinta kasih sayang dan penghargaan atas bumi yang telah memberi
kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu tanah yang dipijak
tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa
bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.35
33

Ibid
Umumnya dimulai dengan tawasul Al-Fatihah kepada Rasulullah
SAW, para sahabat, dan pengikutnya, serta ahli kubur (keluarga) yang sudah
meninggal. Membaca tahlil dan diakhir dengan berdo’a memohon kepada Allah
SWT limpahan rahmat semoga selalu dimudahkan rezekinya dan dilimpahkan
kesehatan untuk keluarga dan masyarakat desa.
35
Kepercayaan masyarakat atas konsep ini telah menjadi tugas manusia
untuk senantiasa menjaga dan melestarikan alam tanpa mensekutukan Allah
dengan lainnya, hal itu sebagaimana irman Allah dalam Surah Ar-rum ayat 4142;“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan
34

162

|

2.

Pendidikan Karakter dalam Perayaan Sedekah Bumi

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

Dalam penjelasan awal, telah disinggung mengenai pendidikan
karakter serta nilai-nilai yang menjadi patokan dimilikinya pendidikan
karakter oleh anak didik. Sudah menjadi suatu keharusan pendidikan
memberikan serta menanamkan nilai karakter dan budaya pada anak,
agar mereka menjadi generasi yang selalu berpijak terhadap karakter
yang dimiliku serta budaya bangsa yang dilestarikan.
Esensi pendidikan karaketr sendiri ialah bagaimana mengetahui
yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan
melakukan yang baik (acting the good), sehingga manusia tidak hanya
mampu mengetahui saja tanpa mencintai dan melaksanakannya.
Soekarno presiden pertama Indonesia menyampaikan bahwa
karakteristik manusia Indonesia ialah dirinya sendiri yang terwadahi
dalam kebudayaan sendiri.36 Artinya dalam memahami karakter
dari anak Indonesia, pijaknnya ialah kebudayaan yang melandasi
terbentuknya karakter tersebut. Dengan demikian adat kebudayaan
mayarakat sangatah dekat dengan pembentukan karakter pada anak.
Perayaan sedekah bumi di wiayah Kedungadem Bojonegoro
Jawa Timur memberikan nilai karaketer yang sangat esensial, hal
ini terbukti dari adanya tujuan diadakannya ritual sedekah bumi
(nilai religius) sebagai ucapan syukur yang dipanjatkan kepada
sang pencipta atas limpahan rezeki kepada masyrakat. Bagi Sarjono
sedekah bumi sangatlah mengena dalam pembentukan karakter anak,
dengan karakter yang dilandasi kebudayaan, Sarjono meyakini anak
akan memiliki pengetahuan (knowing the good) tentang pentingnya
rasa syukur, kemudian pengetahuan tersebut akan menjadi rasa cinta
(loving the good) yang membuahkan terhadap prilaku (acting the good)
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu.
kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Dengan konteks ini menjadi salah satu dasar penyebaran Islam oleh wali
songo untuk merubah paradigma masyarakat dahulu yang belum mengenal
Agama menjadi masyarkat yang Agamis dengan nilai-nilai Islam.
36
Lihat dalam Wahyudiyanto, Peran seni dalam Pendidikan Karakter;
Menuju Transformasi Budaya Pendidikan yang Membumi, Makalah dalam Seminar
Pendidikan dan Kesenian – STKW Surabaya pada Tanggal 6 Juli 2010

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

163

untuk menjaga dan melestarikan alam (nilai kepedulian lingkungan
dan sosial) tanpa merusaknya.37 Selain dari penanaman nilai karakter
tersebut, perayaan sedekah bumi membantu menciptakan suasana
keharmonisan sosial (nilai cinta damai) yang ditanamkan sebagai
media modeling (uswatun hasanah) kepada anak. Dengan memiliki rasa
cinta damai dalam hati, anak akan mampu menciptakan kerukunan
dalam msyarakat dan menjadi modal untuk hidup damai, rukun dan
sejahtera dalam berdampingan.
Proses menuju peradaban yang berkarakter bukanlah proses
individual, tetapi juga proses secara sosial. Dalam arti, ada nilai-nilai
yang diselipkan dalam prakter kebudayaan masyarakat. Sehingga
penanaman karakter merupakan pencapaian nilai yang diberikan
secara mendalam. Syaifuddin menjelaskan bahwa hakikat dari nilai
atau pesan yang disampaikan lewat kebudayaan sebenarnya sudah
terdapat dalam pribadi manusia sendiri, sehingga manusia hanya
perlu mengembangkan nilai dan pesan yang diterima menuju hakikat
terdalam. Sebagaimana tugas manusia diturun di muka bumi ini
sebagai khalifah il ard.38
F.

Simpulan

Perayaan Sedekah Bumi adalah ekspresi rasa syukur masyarakat
Jawa atas limpahan rahmat dan rezeki Allah SWT kepada manusia
berupa panen raya (potong padi). Dalam perayaan sedekah bumi
tersebut suasana khsusuk dan penuh bahaggia berhinggap dihati
masyarakat, sehingga perayaan sedekah bumi menjadi ritual tahunan
yang diwarikan oleh nenek moyangnya. Perayaan sedekah bumi
hanya sebagai media saja, bukan dijadikan sebagai bagain yang utama
dalam kehidupan beragam. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur
pribadi dalam menuju keridhoan Tuhan. Dalam konteks pendidikan
karakter, sedekah bumi membantu mensukseskan tujuan pendidikan
nasional, berupa membentuk manusia yang memiliki kebudayaan
yang bermartabat serta menjadikan manusia memiliki keimanan dan

37
38

Susilo Wahyu Sardjono, Wawancara, Bojonegoro 18 Januari 2016.
Surah al-Baqarah ayat 30

164

|

TAPiS, Vol. 16, No. 01 Januari-Juni 2016

ketakwaan kepada Tuhan serta akhlak mulia (chracter building) untuk
dicerminkan dalam kehidupan seharihari [.]

DATA PUSTAKA
Anam, Saeful. “Isra’ Mi’raj; Spirit Pendidikan dalam Perintah Sholat”
dalam AL FIKRAH. 15 Mei 2015
Aris, La Ode. “Fungsi Ritual Kaago – Ago (Ritual Pencegah Penyakit)
Pada Masyarakat Muna Di Sulawesi Tenggara” dalam
KOMUNITAS. Semarang: Unversitas Negeri Semarang. Vol 4,
No 1 /Maret 2012.
Asrohah, Hanun. “Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di
Indonesia”. Makalah dalam Diskusi Sejarah Sosial Pendidikan
Islam. Pada tanggal oktober 2012.
Depdiknas. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Pusat Dokumentasi Depdiknas, 2003),
http://kbbi.co.id/arti-kata/sedekah-bumi/Diakses 31 Januari 2016
Lestari, Lilis. “Pendidikan Karakter di Sekolah “. Makalah dalam diskusi
Seminar pada tanggal 14 April 2014.
Prawira, Purwa Almaja. Psikologi Kepribadian dengan Perspektif
Baru. Jogjakarta: Arruz Media. 2013.
Rafles, Thomas Stamford. The History Of Java. Yogyakarta: Narasi,
2008.
Santoso, Imam. “Pendidikan Karakter Dan Pembelajaran Bahasa Asing
Berwawasan Interkultural” dalam JURNAL PENDIDIKAN
KARAKTER. Yogyakarta: UNY. Vol II, No 1 / Oktober 2012.
Sardjono, Susilo Wahyu. Wawancara. Bojonegoro 15 Januari 2016.
--------------, Susilo Wahyu. Wawancara. Bojonegoro 18 Januari 2016.
Sudrajat, Ajat. “Mengapa Pendidikan Karakter” dalam JURNAL
PENDIDIKAN KARAKTER. Yogyakarta: UNY. Vol I, No 1 /
Oktober 2011.
Suparjo. “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam
Membnagun Masyarakat Muslim Indonesia” dalam
KOMUNIKA. Purwokerto: Jurusan Dakwah STAIN
Purwokerto. No. 2/ Juli-Desember 2008.

Penanaman Pendidikan Karakter pada Anak melalui Tradisi Sedekah Bumi.... |

165

Syaifuddin. Wawancara. Bojonegoro 10 Januari 2016.
Tajudin, Yuliatu. “Walisongo dalam Strategi Komunikasi Dakwah”
dalam ADDIN. Kudus: STAIN KUDUS. No 2 Agustus 2014.
Wahyudiyanto. Peran seni dalam Pendidikan Karakter; Menuju
Transformasi Budaya Pendidikan yang Membumi. Makalah
dalam Seminar Pendidikan dan Kesenian – STKW Surabaya.
Pada Tanggal 6 Juli 2010.
Widyastuti, Mamik. Seni Pertunjukkan Etnik Jawa; Ritus, Simbolisme,
Politik, dan Problematika. Malang: Gantar Gumelar. 2008.
Zamzami, Muhammad. Nilai Suistik Pembudayaan Musik Shalawat
Emprak Pesantren Kaliopak Yogyakarta dalam MARAJI’.
Surabaya; Kopertais 4. Vol 2/ September 2015.