BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen

  aktivitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaan/aktivitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi (Information Highway) dalam masa pemerintahannya guna mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi.

  

Interconnection networking (Internet) telah menjadi sangat penting bagi manusia

  di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan Internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya internet.

  Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property

  Rights (TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan

  dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia (WTO), HKI ini meliputi

  copyrights (hak cipta), dan industrial property (paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang).

  Diantara hak-hak tersebut, hak cipta yang semula bernama hak pengarang (author

  

rights ) merupakan kajian HKI yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif

  yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang

   sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software).

  Indonesia telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization), maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, setelah mengalami revisi 5 (lima) kali perubahan dan pembaharuan, maka pengaturan hak cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC). Selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil HKI. Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HKI tumbuh dengan subur. Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan dengan pembajakan hak cipta. HKI memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat

  

  dengan aspek teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya. Hak cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak (software) pada komputer, foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan 1 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005), hlm.30. 2 Ahmad M. Ramli, Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan

  

Teknologi. Informasi di Indonesia (Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM, Jakarta), hlm.3. akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.

  Melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum hak cipta antara karya cipta digital (termasuk musik digital, film digital, program/dokumen digital) dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran hak cipta, karya cipta digital menjadi substansi baru dalam hukum hak cipta. Hal yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu ide/gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik (misalnya buku, kaset/CD) ke dalam bentuk digital (misalnya e-book, MP3) atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan atau konversi.

  Seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap hak cipta terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki hak cipta.

  Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik tiruan (lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya) diperlukan upaya

  \sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik. Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia.

  Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.

  Secara yuridis, inti permasalahan pembajakan musik dan lagu ini bertentangan dengan Pasal 2 angka (1) Berne Convention for The Protection of

  

Literary and Artistic Works (Konvensi Bern Untuk Perlindungan Karya Cipta

  Seni dan Sastra), yang di dalamnya dituliskan bahwa musik adalah suatu ciptaan yang dilindungi. Konvensi Bern ini juga mengatur tentang exclusive rights (hak- hak eksklusif) dimana exclusive rights ini dapat dilakukan oleh pihak lain dengan cara memberikan royalty kepada pemilik hak cipta tersebut. Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Bern tersebut seharusnya dapat beradaptasi dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis didalamnya. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara peserta World Intellectual Property

  Organization (WIPO), permasalahan pembajakan musik dan lagu ini juga bertentangan dengan WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau traktat mengenai pertunjukan dan rekaman suara yang diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO

  

Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau Traktat Mengenai

  Pertunjukan dan Rekaman Suara, traktat ini mengatur tentang hak-hak terkait (neighbouring rights) yaitu hak-hak Pelaku yang dalam hal ini adalah aktor, penyayi, pemusik, penari dan mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau

   memainkan karya seni atau sastra dan Produser Rekaman Suara.

  Dilihat dari segi ekonomis, pemerintah seharusnya melakukan negosiasi dengan pencipta dan produser untuk meminimalkan harga dari CD asli yang sesuai dengan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat terdorong untuk membeli CD asli karena dapat menikmati hasil karya musik atau lagu dengan harga yang murah dan kualitas yang bagus. Dari segi kemajuan teknologi, pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan para ahli-ahli teknologi komputer dan produser-produser rekaman untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan memberikan proteksi terhadap CD asli setiap kali akan diluncurkan ke pasaran.

  Sehingga para pembajak CD pun tidak mempunyai sumber untuk dibajak. Karena teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu, maka tidak tertutup kemungkinan hadirnya teknologi baru yang dapat membobol proteksi CD tersebut, maka dari itu pemerintah harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan melakukan metode proteksi CD ini secara berlanjut. Persoalan yang dihadapi 3 Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”,

  diakses tanggal 12 April 2015). bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan hak cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya cipta yang yang dihasilkan dari proses alih media/digitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hak cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran hak cipta.

  Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang No.28

  Tahun 2014 ? 2. Bagaimana pembajakan karya seni digital di jejaring sosial menurut Undang-

  Undang No.28 Tahun 2014 ? 3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pencipta atas pembajakan karya seni digital pada jejaring sosial menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui kriteria pelanggaran hak cipta atas karya lagu melalui internet.

  2. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan oleh pelanggaran hak cipta atas karya lagu atau musik melalui internet.

  3. Untuk mengetahui perlindungan hukum pencipta atas pelanggaran hak cipta karya lagu melalui internet.

  Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:

  1. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umum nya, perkembangan Hukum Ekonomi dan Khusus nya mengenai akuisisi terhadap perjanjian tenaga .

  2. Kegunaan praktis Sebagai acuan bahan pegangan dan referensi bagi masyarakat khususnya dalam hal akibat hukum akuisisi terhadap perjanjian tenaga kerja. Selain itu juga menjadi bahan masukan terhadap akademisi, mahasiswa, dan praktisi hukum.

  D. Keaslian Penulisan

  Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas Pembajakan Karya Seni Digital Pada Jejaring Sosial Ditinjau Dari Undang- Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ” ini ditulis dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

  Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul . Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan di teliti dalam bentuk yang sama.

  Dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan skripsi ini, maka dapat disimpulkan baha apa yang ada di dalam skripsi ini merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku- buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar, serta media cetak berupa Koran-koran , media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak , berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur , rasional dan terbuka. Semua ini adalah merupakan implikasi dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.

  E. Tinjauan Pustaka

  Hukum atas kekayaan intelektual adalah hukum yang mengatur perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif sehubungan dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu, tujuan hukum atas hak kekayaan intelektual adalah menyalurkan kreativitas individu untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai suatu hak ekslusif, hak atas kekayaan intelektual secara umum mendapatkan tempat yang ssama dengan hak-hak yang dimilikinya.

  Hak cipta merupakan salah satu hak pribadi bagi si pencipta karya seni untuk mendapatkan perlindungan. hak cipta itu sendiri sering tidak dihargai oleh berbagai kalangan didunia, padahal untuk memeperoleh hak cipta diperlukan adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui, misalnya pencatatan hak cipta itu sendiri.

  Hak cipta yang dibahas disini merupakan suatu bentuk pelanggaran karya seni digital yang banyak terjadi di era globalisasi ini. Dimana orang lain dengan mudahnya mengambil karya seni orang lain dengan mengcopy karya tersebut

  

  untuk dikonsumsi atau disebarluaskan lagi. Beberapa alasan mengapa hak cipta harus dilindungi dapat dikemukakan sebagai berikut :

  1. Bahwa kepada pencipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra ataupun penemuan dibidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan perngakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan

  

  ciptaan baru itu. Dengan demikian atas usaha dari pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Kepadanya layak diberikan hak-hak ekslusif untuk mengeksploitasi Hak cipta guna meraih kembali apa yang dikeluarkannya. 4 5 Wikipedia “Hak Cipta” , http://id.wikipedia.or (diakses 12 April 2015).

  Ahmad M.Ramli dan Fathurahman P, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia) (Bandung: Ghalia Indonesia,2004), hlm.14.

  2. Bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan atau penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan resiko pihak lain akan mendapatkan dan melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan

  

  yang dihasilkan oleh penemu. Oleh karenanya, penemuan-penemuan mendasar itu pun harus dilindungi, meskipun belum tentu bisa memperoleh perlindungan dibawah hukum, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau informasi yang dirahasiakan.

  3. Bahwa pada bidang tertentu penemuan yang bersifat terbuka, penemunya wajib untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya dengan cukup jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau melanksanakan penemuan itu, sehingga imbalan kepada penemu tersebut diberikan hak ekslusif untuk dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan eksploitasi atas

   penemuannya.

  Hak cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual telah dikenal sejak lama. Namun ironisnya, pelanggaran akan hak cipta ini lebih banyak terjadi dibanding kekayaan intelektual lainnya. Perlindungan dan penegakkan hukum atas hak kekayaan intelektual ditujukan untuk memacu penemuan baru dibidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta penyebaran teknologi, dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau gairah untuk menghasilkan 6 7 Ibid, hlm.15.

  Ibid, hlm.15. kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini sebenarnya adalah wajar.

  Dibalik perlindungan terhadap hak cipta ada serangkaian pemikiran konsepsional yang dituangkan dan diuraikan, bahwa pemilik hak cipta telah mencurahkan karya, pemikiran, tenaga dan dana untuk memperoleh hasil dari karya tersebut. Apabila kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud komersil, maka dianggap wajar bila pemilik hak cipta tersebut memperoleh kompensasi dari pengguna kekayaan tadi.

  Secara simplisitis, pertama, bentuk penggunaan komersil dari kekayaan intelektual dapat dilakukan langsung oleh pemilik kekayaan intelektual tersebut.

  Dengan demikian, maka pemilik memperoleh kompensasi secara langsung bagi dirinya. Kedua, pemilik dapat menjual atau memperoleh kompensasi finasial dengan memperbolehkan pengguanaan kekeyaan intelektual tersebut kepada orang lain. Ketiga, pemilik hak kekayaan intelektual tersebut dapat mencegah

   pihak lain memperoleh dan menggunakannya.

  Pemikiran diatas telah menjadi titik awal kesadaran masyarakat internasional, regional dan domestik akan pentingnya memberikan penghargaan, berupa perlindungan hukum terhadap hak atas kekayaan intelektual. Perlindungan hak atas azasi manusia seseorang bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan (untuk kepentingan moral dan materil) yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusastraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta. 8 Ibid, hlm. 17. Kepentingan moral ini direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam hak kekayaan intelektual yang tidak dapat dicabut dari pencipta.

  Karya seni seseorang merupakan hasil pemikiran dan ide yang dituangkan dalam berbagai bentuk, seperti gambar, video, foto, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat yang menuangkan karya tersebut kedalam dunia internet, hal tersebut dimaksudkan agar karya yang mereka miliki dapat dilihat dan diketahui oleh orang lain. Tetapi hal tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pohak yang tidak bertanggung jawab sebagai faktor mencari rezeki. Pembajakan yang dilakukan para para pembajak karya seni sering dilakukan melalalui media internet. Dengan pembajakan karya yang dimiliki oleh para pencipta dapat dengan mudah diambil atau dicopy oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.

  Banyak sekali kerugian yang disebabkan oleh pembajakan karya cipta, yang secara langsung dirasakan oleh pihak yang bersangkutan, yaitu si pencipta.

  Hal inilah yang memicu pemerintah untuk lebih menggalakkan dan mengedapankan prioritas si pencipta didalam dunia seni tanah air ini. Karena tingkat pembajakan karya seni khususnya didunia internet semakin hari semakin marak terjadi.

F. Metode Penelitian

  Demi mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.

  Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Sifat dan jenis penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normative.

  Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan mengolah dan mengumpulkan data-data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

  2. Data penelitian Kelengkapan materi skripsi, dicari dan diambil bahan penelitian melalui data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut: a.

  Bahan hukum primer, yaitu berbagai dokumen perundang-undangan yang tertulis yang ada dalam dunia Hak Cipta Undang-Undnag Nomor 28 Tahun 2014 serta peraturan perundang-undangan lain dibawah undang-undang.

  b.

  Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai hak cipta seperti hasil seminar atau makalah-makalah dari pakar hukum, koran, majalah, serta sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas. c.

  Bahan hukum tersier, yaitu mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.

  3. Teknik pengumpulan data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan degan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan maslaha yang dibahas dalam skripsi ini.

  4. Analisis data Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan metode kualitatif. metode kualitatif adalah metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang di ajukan.

G. Sistematika Penulisan

  Pembahasan skiripsi ini, dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa bagian sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Berikut ini merupakan garis besar atau sistematika tata penulisan skripsi ini yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tentang latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan pembajakan karya seni digital dijejaring sosial.

  BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 Bab ini membahas mengenai hak cipta yang diterapkan di Inonesia, dari mulai pengertian, sifat, ciri-ciri dan pencatatan mengenai hak cipta.

  BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL Bab ini membahas mengenai pembajakan dan karya seni digital yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia, sehingga harus dilihat dari segi perlindungan hak cipta yang terdapat didalam UUHC.

  BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UU NO.28 TAHUN 2014 Bab ini membahas mengenai perlindungan dari pemerintah kepada para pencipta karya seni digital pada jejaring sosial, sanksi dari pemerintah, serta usaha-usaha yang dilakukan dari para pencipta untuk melindungi karya mereka.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini beriksikan kesimpulan dan saran dari skripsi yang ditulis ini. Kesimpulan dan saran merupakan inti dari setiap bab yang dibahas dan dikemukakan.

Dokumen yang terkait

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Kabupaten Solok Selatan - Batombe(Tradisi Masyarakat di Daerah Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Batombe(Tradisi Masyarakat di Daerah Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan

0 0 19

METODE PENELITIAN - Respon Phaeophleospora Sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Tembaga Oksida Secara In Vitro

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Silikat - Analisis Kadar Silika pada Air Umpan Ketel dan Air Boiler dengan Metode Comparasi di PKS Adolina

1 3 47

BAB II KETERKAITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO DENGAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang N

2 1 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air - Analisis Kadar Kadmium, Tembaga, dan Seng dalam Air Sumgai Deli di Kelurahan Pekan Labuhan secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika - Analisa Metanol, Etanol dan Triklosan dalam Sabun CAir Sirih Sumber Ayu Orchid secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Inovasi Terhadap Minat Beli Konsumen Lopian Kopi Kafe di Kota Medan

0 0 13

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 A. Pengertian Hak Cipta - Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi

0 0 30