KEPEMIMPINAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Ia
memiliki hubungan fungsional simbiotik dengan ajaran islam. yaitu, dari satu sisi keberadaan
pesantren diwarnai oleh corak dan dinamika ajaran islam yang dianut oleh para pendiri dan
kiai pesantren yang mengasuhnya. Tidak hanya itu pesantren juga memiliki kedekatan
hubungna dengan masyarakat disekitarnya. Yakni dari satu sisi, keberadaan pesantren amat
bergantung kepada masyarakat yang ikut memberikan support bagi keberadaannya,
sedangkan pada sisi lain pesantren juga harus memberikan jawaban atas masalah atau
memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual, social, cultural, politik, bahkan medis dan lainnya
yang dibutuhkan oleh masyarakat.1
Perkembangan pondok pesantren dewasa ini semakin pesat. Pesantren merupakan
penggabungan antara dua sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan
pengajaran agama Islam. Pengertian pesantren sekarang ini tidak lagi bersifat tradisional,
namun berkembang secara modern serta menyesuaikan kebutuhan. Bahkan sekarang telah
berkembang berbagai macam istilah pesantren yang di dalamnya terdapat berbagai macam
pelajaran khusus seperti pesantren perbengkelan, pesantren pertanian, pesantren buruh pabrik
bahkan pesantren sapi hingga pesantren bisnis dan perdagangan.2

Menurut M. Arifin Pesantren memiliki arti sebagai suatu lembaga pendidikan agama
Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya di bawah kedaulatan dari leadershipseorang atau beberapa orang kiai dengan
ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.3
Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa pesantren itu adalah suatu lembaga
pendidikan Islam, dimana lembaga tidak lepas dari yang kita sebut struktur organisasi.

1 Prof.Dr. H. Abuddin Nata, kapita selekta pendidikan islam, (Jakarta:PT. Raja grafindo, 2012), hlm 311
2 Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 230.
3 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju DemokrarisasiInstitusi, (Jakarta: Erlangga,
2009), hlm. 2

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 1

Dalam struktur organisasi akan ada pembagian-pembagian tugas dan suatu jabatan pada
orang-orang yang terpilih untuk terlibat dalam mengurus suatu pesantren. Struktur organisasi
ini di buat untuk mempermudah dan mengefektifkan suatu tugas dalam mengelola suatu

pesantren.
Struktur Organisasi pesantren sangat erat kaitannya dengan pemimpin dan kepemimpinan
di pesantren. Karena dalam struktur organisasi memiliki pemimpin yang dijadikan pusat
untuk memberikan intruksi kepada bawahannya. Tentu semua itu tidak lepas dari pola-pola
kepemimpinan dan tipe kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin dan mengelola
suatu pesantren. Pemimpin dalam pesantren pun memiliki pola-pola yang berbeda dalam
melakukan kepemimpinannya. Berbicara tentang lembaga, organisasi, kepemimpinan pasti
ada sesuatu kebijakan yang diambil guna untuk mengembangkan lembaga tersebut.
Istilah pemimpin dan kepemimpinan memiliki mata dasar yang sama, tetapi mempunyai
makna yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , pemimpin adalah orang
yang memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan. Stephen P.
Robbins (2006) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.4
Denim dan Suparno (2009), memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan
mempengaruhi dan member arah yang terkandung di dalam diri pribadi pemimpin. Gibson
sebagaimana dikutip Nawawi (2003) mengatakan kepemimpimnan adalah seni menggunakan
berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi untuk
mencapai tujuan. 5
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses yang dilakukan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk bekerja

secara bersama tanpa paksaan dalam mencapai tujuan dari suatu organisasi.
Melihat uraian di atas , maka dalam makalah ini penulis akan menjabarkan lebih detail
mengenai organisasi, tugas pokok, kepemimpinan serta kebijakan dalam pengembangan
pesantren.
4 Andang M.Pd. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta:ARR-RUZZ MEDIA, 2014), hal. 38
5 Andang M.Pd. hal. 39

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 2

1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.

Rumusan masalah

Apa pengertian pondok pesantren ?
Bagaimana sejarah berdirinya pesantren?
Bagaimana struktur organisasi yang ada di pesantren ?
Apa saja tugas-tugas pokok pesantren ?
Bagaimana sistem kepemimpinan yang ada di pesantren?
Apa saja kebijakan – kebijakan yang di terapkan dalam rangka pengembangan
pesantren ?

1.3.
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
1.3.4.
1.3.5.
1.3.6.

Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pondok pesantren
Untuk mengetahui berdirinya pesantren
Untuk mengetahui struktur organisasi yang ada di pesantren

Untuk mengetahui tugas-tugas pokok pesantren
Untuk mengetahui sistem kepemimpinan yang ada di pesantren
Untuk mengetahui kebijakan – kebijakan yang di terapkan dalam rangka pengembangan
pesantren

BAB II
PEMBAHASAN
1.1.

Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok
atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu, atau kata “pondok” berasal dari bahasa Arab

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 3

“funduq” yang artinya hotel atau asrama.6 Sedangkan “pesantren” berasal dari kata santri
dengan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat tinggal para santri. Prof. Johns
berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji.7

Sedangkan menurut istilah Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari. 8 Para ahli
mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam memberikandefinisi tentang pondok
pesantren, untuk lebih

memberikan gambaran yanglebih sempurna di bawah ini akan

dikemukakan definisi dari para ahli tentang pengertian pondok pesantren.
Menurut M. Arifin, Pondok Pesantren adalah “suatu lembaga pendidikan Islam yang
tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama atau kampus, di mana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau Madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas
yang bersifat kharismatik, serta independent dalam segala hal.9
Sedangkan menurut Mastuhu, sebagaimana dikutip oleh Drs. Hasbullah dalam bukunya
“Kapita Selekta Pendidikan Islam”, yaitu pesantren merupakan lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama
Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari- hari.10
Dari beberapa definisi di atas, kiranya dapat memberikan gambaran kepada kita tentang

pengertian pondok pesantren dan akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
pondok pesantren adalah Lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari ajaran
Islam untuk diamalkan dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Pesantren memiliki misi untuk mengembangkan dakwah Islam. Dalam
pembelajaran, pondok pesanten memiliki ciri khas yang tidak dipraktekkan di lembagalembaga pendidikan pada umumnya.
1.2.

Asal Mula Berdirinya Pondok Pesantren

6 Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren, Asal-Usul Dan Perkembangan Pesantren Di Jawa, (Jakarta: Depag RI,
2004), hal. 32
7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:LP3ES, 1985) hal. 18
8 Jamaluddin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian Dan Profesionalisme Santri, (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2005), Cet. Ke-1, h.119
9 Mujamil Qomar, hal. 2
10 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada,1996), h. 39

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 4


Syaikh Maulāna Mālik Ibrāhīm atau Sunan Gresik merupakan orang pertama yang
membangun lembaga pengajian yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren sebagai
tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya adalah agar para santri menjadi
juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas. Usaha
Syaikh menemukan momuntem seiring dengan mulai runtuhnya singgasana kekuasaan
Majapahit (1293 – 1478 M). Islam pun berkembang demikian pesat, khususnya di daerah
pesisir yang kebetulan menjadi pusat perdagangan antar daerah bahkan antar Negara.11
Hasil penelusuran sejarah ditemukan sejumlah bukti kuat yang menunjukkan bahwa
cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah-daerah sepanjang pantai
utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem,
dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi
jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para pedagang dan
muballig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Hadramaut, Persia, dan Irak12.
Kiprah pondok pesantren dalam segala zaman nampaknya tidak diragukan lagi, betapa
tidak bahwa pesantren sebenarnya memiliki latar belakang histories yang sangat panjang
unuk mengalami perkembangan hingga berwujud seperti yang ada kebanyakan saat ini.
Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo.
Pengenalan pesantren sebagai sebuah wadah untuk mengkaji ilmu agama Islam, serta
kebudayaan Islam yang pada masa selanjutnya mengalami akulturasi dengan budaya lokal.

Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan disebuah wilayah, tanah perdikan
yang diberikan oleh Raja Majapahit kepada Sunan Ampel karena jasanya dalam melakukan
pendidikan moral kepada abdi dalem dan masyarakat majapahit pada saat itu, wilayah
tersebut kemudian di namakan Ampel Denta yang terletak di kota Surabaya saat ini dan
menjadikannya sebagai pusat pendidikan di Jawa.13
Para santri yang belajar kepada Sunan Ampel pun berasal dari berbagai daerah, bahkan
anak dan keponakan beliau menjadi tokoh terkemuka setelah menimba ilmu di Ampel Denta,
diantaranya adalah Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Giri. Para santri yang berasal
dari daerah lainnya di pulau Jawa juga banyak yang datang untuk menuntut ilmu agama,
11 Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung: Mizan, 2002),Cet1, hal. 23
12 Fatah Syukur, Dinamika Pesantren dan Madrasah ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),Cet1, hal. 248
13 Abdul Qodir Djaelani, Peran Ulama dan Santri dalam perjuangan Politik Islam di Indonesia (Surabaya : PT Bina
Ilmu, 1994 ),hal.12-13

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 5

diantaranya adalah Batara Kathong dari Ponorogo, Raden Fatah dari Demak yang kemudian
menjadi sultan di kerajaan Islam Demak, Sunan Kalijaga dari Kadilangu, wilayah Demak dan

masih banyak lainnya, bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo serta
Sulawesi.14
Dengan demikian pesantren Ampel Denta dapat dikatakan sebagai cikal bakal berdirinya
pesantren-pesantren di Tanah Air, hal ini di sebabkan ketika para santri telah menyelesaikan
studinya, para santri-santri tersebut merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di
daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti
pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel Denta, maka munculnya wilayahwilayah seperti giri kedaton menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi persebaran dan
pengembangan pesantren yang telah di contoh kan oleh Sunan Ampel melalui pesantrennya
di surabaya.
Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan
kajian

dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan

ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa
keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar
sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa
kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya. Bentuk ke-ikhlasan itu
terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama
sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan

pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.
Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, Nahwu, Tafsir, Tauhid, Hadist
dan lain- lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab Turost atau yang dikenal
dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi Nahwu dan Fiqih mendapat porsi
Mayoritas. Hal itu karena mereka memandang bahwa ilmu Nahwu adalah ilmu kunci.
Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai Nahwu. Sedangkan
materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan
masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar meneybut sistem pendidikan Islam
pada pesantren dahulu bersifat “fiqih orientied” atau “nahwu orientied”.
14 Abdul Qodir Djaelani, hal. 21-23

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 6

Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang
Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai
menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di
daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.
Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan
masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat
sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa
seperti di daerah Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pesantren
dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi,
metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi
telah terjadi pembenahan. Contoh bentuk terakhir ini terdapat pada Pondok Pesantren Tebu
Ireng dan Tegalrejo.15
1.3.

Struktur Organisasi Pondok Pesantren
Suatu organisasi pasti tidak lepas dengan yang namanya manajemen, sebelum kita
berbicara mengenai struktur organisasi yang ada di pondok pesantren, alangkah lebih baiknya
jika kita mengetahui terlebih dahulu hakikat manajemen.
Sebagai suatu sistem, hakikat manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus
untuk melakukan kegiatan bersama orang lain atau melalui orang dalam mencapai tujuan
organisasi. Menurut James A. Stoner, management is the process of planning, organizing,
leading and controlling the efforts of organizing member and of using all ather
oragnizational resourcess to achieve stated organizational goals (1987:24). Di sini Stoner
menekankan

bahwa

manajemen

merupakan

sebuah

proses

merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, serta mengatur dan mendayagunakan
semua potensi sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Harold Koontz dan Heich Weinrich (1990:40)
bahwa “management is the process designing and maintraining an environment in with
15 Irfan Hielmy, Pesan Moral dari Pesantren: Menigkatkan Kualitas Umat, Menjaga Ukhuwah,(Bandung: Nuansa,
1999), 32.

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 7

individuals, working together in group efficiently accomplish selected aims. This basic
definition needs to be expanded: 1. As managers, people carry act the managerial function of
planning, organizing, staffing, leading and controlling; 2. Management applies to any kind
of organization; 3. It applies to managers at all organization; 4. The aim of all managers is
the same, to scarred a surplus; and 5. Managing is concerned which productivity, this
impulse effectiveness and efficiency.
Sementara itu, Ernest Dale (1973:4) dengan mengutip pendapat beberapa ahli
menyimpulkan bahwa manajemen sebagai; 1. mengelola orang-orang; 2. pengambilan
keputusan; 3. proses mengorganisasi dan memakai sumber-sumber untuk menye-lesaikan
tujuan yang sudah ditentukan. Sedangkan Ricard A. Johnson (1973) secara umum
mengatakan bahwa manajemen adalah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.16
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas pada prinsipnya manajemen
merupakan

serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, manajemen merupakan suatu disiplin
ilmu pengetahuan mengenai kemampuan dan keterampilan melakukan kegiatan bersama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, terdapat beberapa fungsi manajemen
yang secara konseptual memiliki kesamaan yakni Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating (penggerakkan), dan Controlling (pengawasan) atau sering
disingkat dengan POAC.
George R. (1982) mendefinisikan manajamen adalah cara pencapaian tujuan yang
ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain. Haiman (dalam Manulang)
mengatakan manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang
lain, mengawasi usaha – usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. Selanjutnya
Sondang P. (1997) mendefinisikan manajmen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam pencapaian tujuan melalui kegiatan – kegiatan orang lain.17

16 H. Hendra Zainuddin. S.Ag, M.Pd.I, Organisasi Dan Sistem Pondok Pesantren,hal. 2
17 Andang. M.Pd, hal. 21

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 8

Dari pengertian manajemen tersebut, dapat diambil keismpulan bahwa manajmen
meliputi adanya proses, adanya tujuan yang akan dicapai, proses melalui pelaksanaan
pencapaian tujuan, dan tujuan dicapai melalui pemanfaatan sumber daya yang ada.
Sebelum definisi struktur organisasi lebih baik untuk mengetahui dulu apa itu organisasi.
Organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. 18 Selain itu ada pula definisi lain bahwa
organisasi yaitu sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam
suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Struktur organisasi menggambarkan jelas pemisahan
kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan
fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa
melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggungjawaban apa yang akan dikerjakan.19
Struktur Organisasi dalam pesantren sudah pasti berbeda-beda bentuknya karena setiap
pesantren memiliki perbedaan dalam kepemimpinan dan kepengurusan sesuai kebutuhan
pesantren tersebut, karena itu disini kami akan memberikan serta menjelaskan pembagian/
struktur organisasi dari salah satu contoh pesantren. Pembagian struktur organisasi tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Majelis Pengasuh/Dewan Pembina/Kyai
Pengasuh adalah pimpinan tertinggi yang memegang wewenang penuh di Pondok
pesantren.

Kewenangan

tersebut

diantaranya

adalah

mengangkat

dan

memeberhentikan ketua umu Yayasan, menentukan arah kebijakan pondok pesantren
ke dalam dan ke luar, memberikan legalisasi terhadap semua kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh pengurus harian.
2. Dewan Pengawas
Dewan pengawas adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai pendamping
Majelis pengasuh dalam hal memberikan masukan dan melakukan pengawasan
terhadap kebijakan, kinerja, dan pelaksanaan program-program yayasan.
3. Pengurus Harian
18 Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung: CV Alfabeta, 2013) cet. I, hal. 111.
19 Rynaldi Dwitama, “Pengertian Struktur Organsasi”, diakses dari http://rynaldidwitama.blogspot.com/2012/05/pengertian-struktur-organisasi.html pada tanggal 31 Maret 2016, pukul 5:550pm

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 9

Pengurus adalah pelaksana harian seluruh program-program yayasna yang telah
digariskan sekaligus penanggungjawab seluruh kebijakan-kebijakan yang diambil.
Pada setiap periode pengurusnya terdiri dari 9 orang dengan struktur organisasi Ketua
Umum, Ketua I dan Ketua II, Sekretaris Umum, Skeretaris I dan Sekretaris II,
Bendahara Umum, Bendahara I dan Bendahara II.
Dalam tatanan operasinya ketua umum dengan dibantu oleh Sekretaris Umum gai
Top Leader, yang bertanggung jawab terhadap semua kebijakan dan program
Departemen Pendidikan, Departemen HUMASY, Departemen KAMTIB, dan
Departemen Infokom. Sedangkan sekretaris II dengan dibantu oleh Sekretaris II
bertanggung jawab terhadap kebijakan dan program Depertemen Wirus, Departemen
Sarana Prasarana dan Departemen Layanan Kesehatan dan Olahraga, Departemen
Penelola Aset, Departemen Ekonomi dan Koperasi.
4.

Pengurus Bidang/Departemen
Pengurus departemen adalah ujung tombak bagi perkembangan yayasan. Selain
sebagai pelaksana program yang telah digariskan, pengurus Departemen juga dituntut
berkreatifitas dengan daya inovasi yang tinggi guna menentukan berbagai program
dan kebijakan yang diharapkan mampu melahirkan terobosan baru bagi
pengembangan dan kemajuan masing-masing bidang.dan pengurus departemen ada 9
yang telah disebutkan pada poin ke tiga.20

Proses Pengorganisasian Pesantren
Seperti disinggung pada penjelasan di atas bahwa pada prinsipnya manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi segala
upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dalam
rangka mencapai tujuan organisasi itu tidak terlepas dari beberapa unsur atau elemen yang
ada dalam manajemen. Menurut Winardi (1990:7) unsur-unsur dasar manajemen yang lazim
dipakai sebagai berikut;
1. Manusia (Man);
2. Bahan-bahan (Materials);
20 “Struktur Organisasi dan Pengurus”, diakses dari http://sidogiri.net/struktur/ pada tanggal 31 Maret 2016, pukul
5:52pm

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 10

3. Mesin-mesin (Mechines);
4. Metode-metode (Methods);
5. Uang (Money);
6. Pasar (Marker).21
Dengan demikian, untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dalam
manajemen, maka keenam “M” ini harus direncanakan, diorganisasikan, digerakkan dan
diawasi. Dengan kata lain, semua unsur manajemen ini harus berorientasi pada konsepsi
fungsi manajemen yang lazim dinamakan POAC.
Salah satu unsur atau elemen manajemen adalah pengorganisasian. Pengorganisasian
merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orangorang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien untuk memperoleh kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Dalam hal ini, Ibnu Syamsi (1994:13) mengatakan bahwa organisasi dapat diartikan
secara statis dan inamis. Dikatakan statis, organisasi sebagai wadah kerjasama sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dan dikatakan dinamis, organisasi merupakan suatu
sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam melakukan
aktivitas atau kegiatan, suatu organisasi harus mengacu pada prinsip-prinsip organisasi. Ada
beberapa prinsip organisasi, di antaranya; 1). pembagian tugas pekerjaan; 2). kesatuan
pengarahan; 3). sentralisasi; dan 4). mata rantai tingkat jenjang organisasi.22
Proses pengorganisasian ini sangat penting sebagai proses pembagian kerja ke dalam
tugas-tugas yang lebih kecil dan sekaligus membebankan tugas-tugas tersebut kepada orang
yang sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Selain itu, proses pengorganisasian juga
akan membantu mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikannya dalam rangka
efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Aspek-aspek Pengorganisasian Pesantren

21 H. Hendra Zainuddin. S.Ag, M.Pd.I,hal. 3

22 Ibnu Syamsi. Pokok-pokok Organisasi & Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 36
Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 11

Untuk melihat proses pengorganisasian di pondok pesantren diperlukan parameter aspekaspek

pengorganisasian dalam manajemen modern. Amin Wijaya Tunggal (1993:214)

mengemukakan delapan (8) aspek pengorganisasian dalam manajemen modern, yakni; 1).
struktur organisasi; 2). koordinasi; 3). desain organisasi; 4). wewenang dan kekuasaan; 5).
desentralisasi; 6) pendelegasian; 7). budaya dan organisasi; dan 8). inovasi. Sedangkan
Sukanto (2000:37-47) mengungkapkan tujuh (7) aspek pengorganisasian, yaitu; a).
departementasi; b). pembagian kerja; c). wewenang, tanggung jawab dan pelaporan; d).
wewenang garis dan staf; e). pendelegasian dan sentralisasi; f). rentang pengawasan; dan g).
perubahan organisasi.
Pendapat di atas dielaborasi menjadi enam (6) aspek pengorganisasian pondok pesantren
yang meliputi;
1. Struktur Organisasi. Secara tradisional, struktur organisasi dipandang sebagai suatu
jaringan tempat mengalirnya informasi. Dalam hubungannya dengan komunikasi akan
terjadi; 1). instruksi dan perintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan dari seseorang
kepada orang yang berada di bawah hirarkinya langsung dan 2). laporan, pertanyaan,
permohonan, selalu dikomunikasikan ke atas melalui rantai komando dari seseorang
kepada atasannya langsung. Pada umumnya pondok pesantren telah memiliki struktur
organisasi yang menggambarkan arus interaksi personal serta hubungan satuan
pekerjaannya. Bagan struktur umumnya berbentuk piramid, yakni bagan organisasi yang
saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat
yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya. Bagan piramid merupakan
bagan yang lazim dipakai berbagai organisasi, sebab sifatnya yang sederhana dan mudah
dibuat.
2. Koordinasi. Koordinasi adalah proses mengintegrasikan sasaran-sasaran dan aktivitas
dari unit kerja yang terpisah agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara efektif.
Di sinilah pentingnya komunikasi sebagai kunci dari koordinasi yang efektif.
3. Wewenang, Tanggung Jawab dan Pelaporan. Wewenang adalah hak memerintah atau
berbuat. Hak ini muncul kerana kedudukan formalnya dalam organisasi.

Seorang

pimpinan memiliki wewenang yang didelegasikan kepada bawahannya. Sedangkan
tanggung jawab merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya
Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 12

melaksanakan kegiatan-kegiatan. Tanggung jawab tercipta dengan diterimanya tugas
tersebut. Namun demikian, baik pimpinan maupun bawahan bertanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing. Dengan demikian, tanggung jawab pada dasarnya tidak dapat
didelegasikan. Selain bertanggung jawab, bawahan juga berkewajiban memberikan
laporan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pada umumnya, pondok pesantren telah memiliki
struktur organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab bagi personalia
organisasi pondok pesantren. Sementara itu, sistem pelaporan dari pelaksanaan tugas
dilakukan secara formal melalui rapat berkala maupun infomral dan insidental.
4. Pendelegasian dan Desentralisasi. Delegasi bermakna pelimpahan wewenang formal dan
tanggung jawab kepada seseorang atas pelaksanaan aktivitas tertentu. Biasanya
pendelegasian ditunjang oleh unsur motivasi

dan komunikasi yang baik

untuk

membantu pimpinan melaksanakan tugas pokoknya. Pendelegasian ini tentunya
memerlukan persyaratan, yaitu 1). spesifikasi tugas dan 2). kesamaan fungsi dan rentang
manajemen. Pada umumnya di pondok pesantren pendelegasian pada bidang pekerjaan
formal relatif jarang dilakukan. Yang sering terjadi adalah pendelegasian untuk urusanurusan informal, seperti menghadiri undangan dan hal-hal yang bersifat insidental. Selain
pendelegasian, terjadi pula desentralisasi wewenang disebabkan; 1). orang cenderung
ingin bebas mengambil keputusan; 2). dinamika usaha memerlukan putusan cepat; 3).
makin bertambahnya orang yang berkemampuan mengelola organisasi; dan 4). teknik
pengawasan berkembang dengan cepat.
5. Pengawasan. Apabila diperhatikan pada struktur organisasi pondok pesantren tergambar
rentang atau tingkat pengawasan. Misalnya, masing-masing bidang pekerjaan di
kepalai/dikoordinir oleh seseorang dan dibantu beberapa staf. Kepala atau koordinator
senantiasa melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan stafnya.
6. Inovasi dan Perubahan. Pada prinsipnya sumber inovasi terdiri atas faktor internal,
meliputi a). kejadian atau hasil yang tidak diharapkan; b). keganjilan, keanehan, dan
ketidakpastian; c). kebutuhan prosen; d) perubahan yang tidak diharapkan dalam
industri/struktur pasar. Sedangkan faktor eksternal, yakni perubahan penduduk,

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 13

perubahan persepsi dan pengetahuan baru. Pada umumnya, inovasi yang terjadi di
pondok pesantren berkaitan dengan kurikulum. 23

1.4.

Tugas Pokok Pondok Pesantren
Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya Islam hingga sekarang,
pesantren telah

berkumpul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman

menghadapi berbagai corak masyarakat dalam rentang waktu. Pesantren tumbuh atas
dukungan masyarakat, bahkan menurut Husni Rahim (2001 : 152), pesantren berdiri
didorong permintaan dan kebutuhan masyarakat, sehingga pesantren memiliki fungsi yang
jelas. Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai sekarang telah mengalami
perkembangan. Visi, posisi dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Pesantren
pada masa yang paling awal (masa Syaikh Maulana Malik Ibrahim) berfungsi sebagai pusat
pendidikan dan penyiaran agama Islam (Qomar, 2002 : 22).24
Kedua fungsi ini bergerak saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam
mengumandangkan dakwah, sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam
membangun sistem pendidikan. Jika ditelusuri akar sejarah berdirinya sebagai kelanjutan dari
pengembangan dakwah, sebenarnya fungsi edukatif pesantren adalah sekedar membonceng
misi dakwah. Misi dakwah Islamiyah inilah yang mengakibatkan terbangnya sistem
pendidikan. Pada masa Walisongo, unsur dakwah lebih dominan dibanding unsur pendidikan.
Fungsi pesantren pada kurun Walisongo adalah sebagai pencetak calon ulama dan mubaligh
yang mulai dalam meyiarkan agama Islam. Sebagai lembaga dakwah, pesantren berusaha
mendekati masyarakat. Pesantren bekerja sama dengan masyarakat dalam mewujudkan
pembangunan. Sejak semula pesantren terlibat aktif dalam mobilisasi pembangunan sosial
masyarakat desa.
Warga pesantren telah terlatih melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat khususnya, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara santri dan
masyrakat, antara kyai dan kepala desa. Oleh karena itu fungsi pesantren semula
mencangkup tiga aspek yaitu fungsi religius (diniyyah),fungsi sosial(ijtima`iyyah)dan fungsi
23 H. Hendra Zainuddin. S.Ag, M.Pd.I, Organisasi Dan Sistem Pondok Pesantren,hal. 7-9
24 Mujamil Qomar, hal. 22

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 14

edukasi (tarbawiyyah).Ketiga fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang. Fungsi lain
adalah sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga sebagai lembaga pendidikan moral dan
kultural. Di samping sebagai pendidikan, pesantren juga sebagai lembaga pembinaan moral
dan kultural, baik di kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat. Kedudukan ini
memberikan isyarat bahwa penyelenggaraan keadilan sosial melalui pesantren lebih banyak
menggunakan pendekatan kultural (Qomar, 2002 : 23).25
Sedangkan peran paling menonjol di masa penjajahan adalah dalam menggerakkan,
memimpin dan melakukan perjuangan untuk mengusir penjajahan. Kemudian ikut
memprakarsai berdirinya negara Republik Indonesia yang tercinta ini. Di samping itu
pesantren juga berperan dalam berbagai bidang lainnya secara multidimensional baik
berkaitan langsung dengan aktivitas – aktivitas pendidikan maupun di luar wewenang.
Dimulai dari upaya mencerdaskan bangsa, hasil berbagai observasi menunjukkan bahwa
pesantren tercatat peranan penting dalam sejarah pendidikan di tanah air dan telah banyak
memberikan sumbangan dan mencerdaskan rakyat.
Pondok pesantren juga terlibat langsung menaggulangi bahaya narkoba, bahkan pondok
pesantren Suryalaya sejak tahun 1972 telah aktif membantu pemerintah dalam masalah
narkotika dengan mendirikan lembaga khusus untuk penyembuhan, yang disebut Pondok
Remaja Inabah.Dapat disimpulkan pesantren telah terlibat dalam menegakkan negara dan
mengisi pembangunan sebagai pusat perhatian pemerintah. Hanya saja dalam kaitan dengan
peran tradisionalnya, sering di identifikasikan memiliki tiga peran penting dalam masyarakat
Indonesia ; 1) sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu – ilmu Islam tradisional, 2)
sebagia penjaga dan pemeliharaan keberlangsungan Islam tradisional, 3) sebagai pusat
reproduksi ulama (Qomar, 2002 : 25 – 26).26
1.5.

Kepemimpinan Dalam Pondok Pesantren
Pada dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok) dengan kyai sebagai sentra utama serta masjid
sebagai pusat lembaganya.27 Kyai disini adalah seorang pemimpin, sama seperti kepala

25 Mujamil Qomar, hal. 23
26 Mujamil Qomar, hal. 25-26
27 Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai (Kasus Pondok Pesantren Tebuireng),( Malang:Kalimasada Press, 1993) hal. 3.

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 15

sekolah tetapi masing-masing punya karakteristik dan pola tersendiri dalam menjalankan
kepemimpinannya. Ini dikarenakan tempat (lembaganya) yang berbeda baik sistem dan
tujuannya. Keberadaan seorang kyai sebagai pemimpin pesanren, ditinjau dari tugas dan
fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Legitimasi
kepemimpinan seorang kyai secara langsung diperoleh dari masyarakat yang menilai tidak
saja dari segi keahlian ilmu-ilmu agama seorang kyai melainkan dinilai pula dari
kewibawaan (kharisma) yang bersumber dari ilmu, kesaktian, sifat pribadi dan seringkali
keturunan.
Hal

ini

tentunya

sangat

berbeda

dengan

kepala

sekolah

yang

legitimasi

kepemimpinannya diperoleh dari pengangkatan dan bukan dari masyarakat. Sekalipun secara
umum keberadaan kyai hanya dipandang sebagai pemimpin informal (informal leader), tetapi
kyai dipercayai memiliki keunggulan baik secara moral maupun sebagai seorang alim.
Pengaruh kyai diperhitngkan baik oleh pejabat-pejabat Nasional maupun oleh masyarakat
umum. Pengaruh mereka (kyai) sepenuhnya ditentukan oleh kualitas kekarismaan mereka.
Lebih dari itu kualitas kekarismaan seorang kyai pada gilirannya diyakini oleh masyarakat
dapat memancarkan barokah bagi ummat yang dipimpinnya, dimana muncul konsep barokah
ini berkaitan dengan kapasitas seorang pemimpin yang sudah dianggap memiliki karomah
yaitu suatu kekuatan gaib yang diberikan oleh Tuhan kepada siapa yang dikehendakinya.28
Pola kepemimpinan seorang Kyai di pesantren di dukung oleh watak sosial komunitas di
mana ia hidup. Hal itu masih di tambah lagi dengan konsep-konsep kepemimpinan Islam di
wilayatul imam dan pengaruh ajaran sufi. Dengan demikian dapat difahami mengapa pola
kepemimpinan Kyai dapat menjadi sedemikian rupa sentralnya dalam kehidupan di
pesantren,

dimana

kekuasaan

mutlak

berada

di

tangan

Kyai.29

sehingga

pola

kepemimpinannya cenderung otoriter, ini terjadi secara otomatis mengingat Kyai merupakan
sosok atau figur guru besar pesantren yang membawa barokah. Santri yang tidak taat maka
ilmunya tidak akan manfaat merupakan suatu kepercayaan tersendiri di kalangan santri.
Dalam lembaga pendidikan formal terdapat kepemimpinan kepala sekolah dan dalam
lembaga pendidikan nonformal seperti pesantren terdapat kepemimpinan kyai. Masing28 Imron Arifin, hal. 45
29 Imron Arifin, hal. 47

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 16

masing punya corak, gaya maupun metode tersendiri dalam menjalankan lembaga yang
dipimpinnya. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang
khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih pemimpin untuk dikerjakan,
cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinannya.30 Dari perbedaan cara memimpin, bertindak untuk mempengaruhi anak
buahnya dari seorang Kyai yang memimpin pondok pesantren dan seorang kepala sekolah
yang memimpin suatu sekolah tentunya menjadi fenomena tersendiri jika dari kedua unsur
tersebut menjadi satu yaitu kepala sekolah dari unsur Kyai pesantren.
Keefektifan kepemimpinan seorang Kyai yang menjadi kepala sekolah bisa dilihat dari
kenerjanya dalam pencapaian tujuannya sesuai dengan juklak dan juknis yang sudah ada.
Kepala sekolah menjalankan kepemimpinan manajerial karena di sekolah ada sejumlah
personel yang berinteraksi dengan kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas sekolah.
Demokratis dan musyawarah untuk mufakat tentunya menjadikan landasan utama bagi
seorang manajerial bukan kharismatik dan otoriter yang di jalankan seorang pemimpin.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan dunia pendidikan menuntut dunia
pendidikan untuk berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat, kini banyak ditemui lembaga pendidikan formal yang dipimpin oleh seorang
kyai pesantren. Ini terutama ditemukan di lembaga-lembaga pendidikan swasta, dengan
tujuan untuk mencapai baik kuantitas maupun kualitas input sampai output dari lembaga
tersebut.
1.6.

Kebijakan Pengembangan Pesantren
Banyak gagasan yang menopang bagi perkembangan pesantren pada umumnya, namun
hemat penulis seperti apa yang telah paparkan oleh tabloid bulanan al-ma’had terbitan
pesantren gontor, ada 2 pola yang bisa diupayakan yaitu pola vertikal dan horizontal. Secara
vertikal pesantren selayaknya berusaha untuk semakin mengembangkan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan keagamaan yang memberikan pembinaan secara lebih khusus terhadap
moralitas dan spiritual santri. Bidang ini merupakan muatan pragmatis, yaitu perhatian
terhadap hubungan dengan masalah-masalah kebutuhan moral dan spiritual masyarakat
modern yang dihadapkan kepada masalah-masalah kontemporer. Penekanan di bidnang ini

30 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ( Konsep, Strategi dan Implementasi), (Bandung : Rosda Karya ,2003),
hal. 108.

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 17

dilaksanakan melalui penciptaan kondisi penghayatan keagamaan yang kuat dan indah,
sehingga tercipta hubungan hakiki yang terus menerus. Menurut iqbal sebagaimana ditulis
abdul hadi W. M, hubungan ini dapat membuat jiwa atau batin kita mekar, mengalami
transendensi dan sanggup mengatasi berbagai macam problematika kehidupan yang tampak
rumit, dengan pengembangan ini diharapkan nilai-nilai moral dan spiritual itu dapat
“dibumikan” dalam kehidupan nyata dalam kebutuhan dunia modern.
Pola pembaharuan kedua yang bisa diupayakan dilakukan dipesantren adalah yang bersifat
horizontal. Pembaharuan ini meliputi sistem pendidikan dan sistem manajemen pesantren.
A. Sistem Pendidikan
Pembaharuan ini meliputi jenis, jenjang, dan sumber daya pendidikan.
Pembaharuan jenis

pendidikan adalah dengan memasukan jenis pendidikan lain di

samping pendidikan agama seperti pendidikan akademik dan pendidikan keterampilan
baik bersifat formal atau non-formal.

B. Sistem Manajemen
Menurut Prof. H.A.R. Tilaar, dalam manajemen pendidikan nasional, ada tiga
faktor upaya dalam sistem manajemen yaitu manajemen sebagai faktor upaya, organisasi
sebagai faktor sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Ketiga faktor ini dapat
memberikan arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan pelaksanaan,
mengawasi serta manilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam upaya mencapai satu
tujuan.
Bagi pesantren yang menyelenggarakan satuan atau program pendidikan dengan system
yang

sudah berjalan selama ini tentu tidak menghadapi masalah apa-apa. Namun, bagi

pesantren yang tetap ingin nenyelenggarakan ilmu agama murni atau tetap tidak mau ikut
sepenuhnya kurikulum Negara, peluangnya terdapat di dua model berikut ini:
1) Apa pun satuan dan program pendidikan yang diselenggarakannya akan di hitung oleh
hukum Negara sebagai bukan pendidikan formal melalui proses standarisasi dan
akreditasi. Jika pesantren semacam ini mengeluarkan ijazah, maka ijazah nya tentu
bukan ijazah yang berstatus terakreditasi. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan
formal tanpa akreditasi, maka pesantren tetap seperti sedia kala, akan besar bersama
Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 18

penerimaan masyarakat. Dengan mengecualikan santri diusia 7-15 tahun karena wajib
bagi mereka mengikuti program wajar Diknas 9 tahun.
2) Jika pendidikan yang dikembangkan pesantren tidak memenuhi criteria standar nasional
pendidikan dan tidak melampau proses akreditasi, akan tetapi pesantrn tersebut mampu
menciptakan keluaran pendidikan yang kualitas kompetensinya memadahi. Maka
peluang pengakuan pesantren ,masih bisa titempuh ,melalui proses pengakuan akreditasi
yang dilakuakan oleh mentri pendidikan nasional dan mentri agama. Pengakuan setara
pendidika formal yang akan diperoleh pesantren ini masihjauh lebih memungkinkan dari
pengakuan Negara atas penyetaraan yang diperuntukkan pada peserta didik pendidikan
non formal dan in formal (UU Sisdiknas).
3) Kaum santri pada umumnya kini sudah mendengar bahwa UU Sisdiknas baru, telah
mengadopsi model pesantren sebagai bagian integral dalam system pendidikan nasional.
Ini bisa dimaknai angin segar bagi model pendidikan yang merasa terpinggirkan seperti
pesantren selama ini.31
Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana kita harus menyikapi hal-hal yang
menyangkut system pendidikan pesantren, kini kita harus berpikir kembali untuk terus
mengembangkan dan memperbahuri system pendidikan pesantren kita agar tidak
ketinggalan dan membukitikan bahwa kaum muslim juga mampu menjadi cendekia dalam
bidang ilmu pendidikan, baik agama maupun umum. Karena bagaimanapun pesantren adalah
satu-satunya lembaga pendidikan agama islam yang memiliki kekhasan yang tidak dimiliki
oleh lembaga pendidikan lain, selain itu peran pesantren dalam sejarah Indonesia sangat
berpengaruh, sehingga eksistensi dan kiprahnya harus terus dijaga.

31 Perkembangan Pesantren Dan Madrasah dalam seonuno.blogspot.co.id/2013/07.html, diakses pada tanggal 31
Maret, pukul 10:24pm

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 19

BAB III
PENUTUP
1.1.

KESIMPULAN
Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok
atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu, atau kata “pondok” berasal dari bahasa Arab
“funduq” yang artinya hotel atau asrama. Sedangkan “pesantren” berasal dari kata santri
dengan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat tinggal para santri. Prof. Johns
berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji.
Struktur Organisasi dalam pesantren sudah pasti berbeda-beda bentuknya karena setiap
pesantren memiliki perbedaan dalam kepemimpinan dan kepengurusan sesuai kebutuhan
pesantren tersebut, karena itu disini kami akan memberikan serta menjelaskan pembagian/
struktur organisasi dari salah satu contoh pesantren.
Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai sekarang telah mengalami perkembangan.
Visi, posisi dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Pesantren pada masa yang
paling awal (masa Syaikh Maulana Malik Ibrahim) berfungsi sebagai pusat pendidikan dan
penyiaran agama Islam.
Kyai adalah seorang pemimpin, sama seperti kepala sekolah tetapi masing-masing punya
karakteristik dan pola tersendiri dalam menjalankan kepemimpinannya. Ini dikarenakan
tempat (lembaganya) yang berbeda baik sistem dan tujuannya. Keberadaan seorang kyai
sebagai pemimpin pesanren, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 20

fenomena kepemimpinan yang unik. Legitimasi kepemimpinan seorang kyai secara langsung
diperoleh dari masyarakat yang menilai tidak saja dari segi keahlian ilmu-ilmu agama
seorang kyai melainkan dinilai pula dari kewibawaan (kharisma) yang bersumber dari ilmu,
kesaktian, sifat pribadi dan seringkali keturunan.
1.2.

SARAN
Setelah kita mengetahui semua yang berhubungan dengan organisasi yang ada di dalam
pesantren, baik dari segi kepemimpinannya, tugas-tugasnya, dll,maka penulis berharap
kepada pembaca , semoga makalah ini dapat memberikan tambaan wawasan mengenai
pesantren dan juga tambahan referensi serta sangat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis
sendiri.

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 21

DAFTAR PUSTAKA
Andang M.Pd. ,2014, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta:ARR-RUZZ
MEDIA
Arifin,

Imron, 1993,
Kepemimpinan
Malang:Kalimasada Press

Kyai (Kasus

Pondok Pesantren Tebuireng),

Asrohah, Hanun , 2004, Pelembagaan Pesantren, Asal-Usul Dan Perkembangan Pesantren Di
Jawa, Jakarta: Depag RI
Badrudin, 2013, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: CV Alfabeta
Basri, Hasan dan Beni Ahmad Saebani,2010, Ilmu Pendidikan Islam Bandung: Pustaka Setia
Dhofier, Zamakhsyari, 1985, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta:LP3ES, 1985
Hasbullah,1996Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada
Hielmy, Irfan , 1999, Pesan Moral dari Pesantren: Menigkatkan Kualitas Umat, Menjaga
Ukhuwah, Bandung: Nuansa
Malik, Jamaluddin,2005, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian Dan Profesionalisme
Santri, Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Mulyasa,2003, Manajemen Berbasis Sekolah ( Konsep, Strategi dan Implementasi), Bandung :
Rosda Karya
Nata, Abuddin, 2012, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Raja grafindo
Shihab, Alwi , 2002, Islam Inklusif , Bandung: Mizan
Syamsi, Ibnu ,1994, Pokok-pokok Organisasi & Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 22

Syukur, Fatah, 2002, Dinamika Pesantren dan Madrasah , Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Qodir Djaelani, Abdul , 1994, Peran Ulama dan Santri dalam perjuangan Politik Islam di
Indonesia, Surabaya : PT Bina Ilmu
Qomar, Mujamil, 2009, Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokrarisasi
Institusi, Jakarta: Erlangga

Perkembangan Pesantren Dan Madrasah dalam seonuno.blogspot.co.id/2013/07.html
Rynaldi Dwitama, “Pengertian Struktur Organsasi”, diakses
dwitama.blogspot.com/2012/05/pengertian-struktur-organisasi.html
Struktur Organisasi dan Pengurus”, diakses dari http://sidogiri.net/struktur/

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 23

dari

http://rynaldi-

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Page 24