KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN MANAJEME




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN MANAJEMEN
PENGETAHUAN
Jeanny Novita Sidupa
Magister Teknologi Pendidikan UPH, Jakarta, sjeanny90@gmail.com

ABSTRAK
Untuk mengembangkan mutu pendidikan dan menghadapi tantangan yang ada,
sekolah sebagai institusi pendidkan perlu menerapkan manajemen pengetahuan sebagai
bagian dari proses mengembangkan potensi seluruh stakeholder yang terdapat di
dalamnya. Penelitian ini merangkum dan menganalisa literatur mengenai kajian
kepemimpinan pendidikan dan pengelolaan pengetahuan di dalam organisasi
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam
mengenai pengelolaan pengetahuan dan penerapan strategi manajemen pengetahuan

yang efektif di sekolah. Selain itu penelitian ini juga mengungkapkan sejauh mana
peran dan fungsi kepala sekolah dalam menerapkan manajemen pengetahuan sesuai
dengan teori proses manajemen pengetahuan. Hasil penelitan ini dapat digunakan
sebagai dasar penyelidikan lebih lanjut mengenai program penerapan sistem manajemen
pengetahuan dan restrukturisasi peran kepala sekolah di sekolah.
Kata Kunci: Manajemen Pengetahuan, Peran Kepala Sekolah, Kepemimpinan Kepala Sekolah

ABSTRACT
To improve the quality of education and to achieve desired goals, schools as
educational institution needs to apply knowledge management as part of the strategic
plan to support effective knowledge management amongst school stakeholders. This
study summarizes and analyzes the available literature of education leadership and
knowledge management. This study aims to provide an in-depth understanding of
knowledge management and the implementation of effective knowledge management
strategies in schools. This research will also analyze principal’s role and function as
educational leader in applying knowledge management based on knowledge
management process theory. The results of this research can be used as a basis for
further investigation of the implementation of knowledge management systems and the
restructuring of the school principal's role.
Keywords: Knowledge Management, Principal Role, Principal Leadership





PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan lingkungan sosial, ekonomi, politik, hukum dan
ideologi, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak jarang menghadapi banyak
tantangan. Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan merupakan salah satu penentu mutu
sumber daya manusia (SDM) (Herrera, 2010). Peningkatan mutu pendidikan tidak
hanya dapat dilakukan melalui perbaikan proses pembelajaran seperti kurikulum,
metode pembelajaran, perbaikan kualitas guru atau sarana pendidikan tetapi juga
melalui kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola pengetahuan (Chu et al, 2011;
Kuang Chi et al, 2012 & Micic, 2015).
Pengetahuan dan kemampuan untuk menciptakan dan memanfaatkan
pengetahuan merupakan faktor penting untuk memperoleh keunggulan kompetitif

organisasi. Pengetahuan didefinisikan sebagai sesuatu yang dipahami seseorang
mengenai berbagai hal seperti konsep, gagasan, teori, prosedur dan praktik (Armstrong
& Taylor, 2014). Pengelolaan pengetahuan merupakan sebuah proses yang secara
simultan mengungkapkan pengetahuan dan bagaimana memanfaatkan informasi
tersebut secara efektif dan efisien.
Manajemen pengetahuan merupakan proses pengelolaan informasi yang terdapat
di sekolah sehingga mampu mengembangkan potensi seluruh stakeholder dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, kepala sekolah
tidak dapat hanya menjadi pemimpin instruksional tunggal tetapi juga harus
membimbing dan memberdayakan guru dan staf secara keseluruhan dalam melakukan
perubahan dan terus dapat beradaptasi dengan peran yang berubah-ubah dengan
memperluas batasan-batasan yang ada (Crawford, 2004).
Memahami pentingnya peran kepala sekolah dalam menerapkan manajemen
pengetahuan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai sejauh
mana peran kepala sekolah dalam mengelola pengetahuan dan penerapan strategi
manajemen pengetahuan yang efektif di sekolah.
TINJAUAN LITERATUR
Epistemologi Tradisional Pengetahuan
Saat ini pengetahuan dan kemampuan untuk menciptakan dan memanfaatkan
pengetahuan dipertimbangkan sebagai sumber paling penting dari keunggulan

kompetitif organisasi (Chouikha, 2016). Pengetahuan dalam epistemologi traditional
memandang pengetahuan sebagai ‘keyakinan akan kebenaran yang dibenarkan’ atau
justified true belief dan menekankan pada aspek ‘kebenaran’ atau truthfulness
(Takeuchi, 2006). Pengetahuan dalam hal ini dianggap sebagai sesuatu yang
mutlak, statis dan non human.
Sedangkan di dalam knowledge creation, pandangan tentang pengetahuan
menekankan pada pentingnya aspek ‘justifikasi’ atau ‘pembenaran’ (Nonaka et al
2000). Pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, relatif dan bersifat
humanistis. Sehingga pengetahuan adalah proses manusia yang dinamis di mana ada
pembenaran kepercayaan pribadi terhadap kebenaran. Tanpa sebuah konteks,
pengetahuan hanya berupa informasi saja, atau dengan kata lain hal tersebut bukanlah
sebuah pengetahuan. Lemos (2007) menjabarkan kebenaran (truth), kepercayaan (trust)
dan pembenaran (justified) sebagai berikut:




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017



Tabel 1. Pengertian kebenaran, kepercayaan dan pembenaran

Kebenaran
(Truth)
Sebuah proposisi adalah
benar jika dan hanya
jika sesuai dengan
fakta-fakta.

Kepercayaan
(Trust)
Sebuah proposisi
dikatakan benar apabila
proposisi tersebut
dipercayai kebenarannya
(berdasarkan
pengetahuan yang
dimiliki.


Pembenaran
(Justified)
Sebuah proposisi
dikatakan benar apabila
kepercayaan tersebut
dibenarkan.
Pembenaran atas
kepercayaan didapatkan
melalui pengalaman,
panca indra, observasi,
dan perasaan.

Macam Pengetahuan
Menurut Nonaka et al (2000) terdapat dua jenis pengetahuan yang terdapat
dalam setiap organisasi, yaitu pengetahuan yang bersifat tacit dan eksplisit. 1)
Pengetahuan tacit meliputi model mental, kepercayaan, dan persuasi dari setiap orang
dalam organisasi. Pengetahuan tacit ini ada di dalam individu dan sulit diekspresikan
dengan kata-kata. Pengetahuan tacit juga dapat dipandang sebagai pengetahuan yang
terdapat di dalam budaya organisasi, misalnya motivasi dan kemampuan adaptasi yang

ditunjukkan oleh pekerja yang bekerja pada suatu budaya perusahaan tertentu, misalnya
gagasan, persepsi, dan cara berpikir. 2) Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang
dapat dikodifikasi, dapat dibagikan, dan dikomunikasikan kepada orang lain.
Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam
bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk.
Kepemimpinan Pendidikan
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki posisi di dalam suatu organisasi
dengan mengemban tugas untuk melaksanakan kepemimpinan. Kepemimpinan
melibatkan pembangunan tim yang kohesif dan berorientasi pada tujuan bersama
(Reinhartz & Beach, 2004; Ferdinandus et al, 2015; Kuang Chi et al, 2012).
Kepemimpinan pendidikan adalah proses interaktif dimana kepala sekolah sebagai
pemimpin lembaga kependidikan mempengaruhi perilaku berbagai konstituen, termasuk
guru, staf, siswa, orang tua, pendidik lainnya, dan anggota masyarakat untuk mencapai
visi dan misi sekolah (Reinhartz & Beach, 2004). Hubungan interaktif antara
kepemimpinan dengan sekolah yang efektif dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini;




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017

Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


Gambar 1. Proses Kepemimpinan (Reinhartz & Beach, 2004)

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0296 Tahun 1996,
Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin
pnyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu sekolah. Kepala sekolah
adalah kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah
tidak hanya memiliki tanggung jawab dan otoritas terhadap program sekolah, kurikulum
dan keputusan personel tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
keberhasilan siswa (Nurkolis, 2003). Terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki
kepala sekolah agar dapat memimpin lembaga pendidikan secara efektif sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang standar kepala sekolah/madrasah
Nomor 13 Tahun 2007, yaitu; kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi dan sosial.
Proses Manajemen Pengetahuan
Terdapat sebuah kerangka sistematis yang dapat dilakukan organisasi dalam
mengelola pengetahuan yaitu; penciptaan pengetahuan (knowledge creation);

penyimpanan dan penerimaan pengetahuan (storage and retrieval); dan transfer
pengetahuan dan aplikasi pengetahuan (transfer and application) (Alavi dan Leidner
2001).
Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)
Penciptaan pengetahuan merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dimana
seseorang akan melampaui batasan-batasan sehingga memiliki konteks, pandangan dan
pengetahuan yang baru. Untuk memahami bagaimana sebuah organisasi menciptakan
pengetahuan secara dinamis, Nonaka et al (2000) memperkenalkan sebuah proses
penciptaan pengetahuan yang terdiri dari tiga elemen yaitu; Proses SECI (Sosialisasi,
Externalisasi, Kombinasi, dan Internalisasi), Ba yaitu konteks dan ruang untuk
menciptakan pengetahuan dan Knowledege Assets yaitu sumber daya yang diperlukan
untuk memungkinkan penciptaan pengetahuan, seperti input, output, dan moderator dari
proses pengetahuan menciptakan. Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dengan
sehingga terbentuk spiral pengetahuan dalam menciptakan pengetahuan.




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH

27 Mei 2017


Konversi pengetahuan tasit dan eksplisit yang dimiliki sebuah organisasi dapat
dibagi lagi menjadi empat tahap, yaitu:
- Sosialisasi : adalah konversi pengetahuan tasit ke pengetahuan tasit. Dalam hal
ini pengetahuan tasit yang baru tidak hanya dapat diperoleh melalui pengalaman
bersama namun juga melalui berbagi pemahaman umum (Gottschalk, 2005).
- Eksternalisasi : adalah konversi pengetahuan tasit ke pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan tasit diartikulasikan ke pengetahuan eksplisit berupa kata-kata dan
angka dalam bentuk data, formula ilmiah, spesifikasi, manual dan sejenisnya.
- Kombinasi : adalah konversi dari pengetahuan eksplisit pengetahuan eksplisit.
Dalam hal ini pengetahuan eksplisit diubah menjadi lebih kompleks dan
sistematis. Pengetahuan eksplisit yang berasal dari dalam dan luar organisasi
dikumpulkan kemudian digabungkan, diedit dan diproses untuk membentuk
sebuah pengetahuan eksplisit yang baru.
- Internalisasi : adalah konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tasit.
Seseorang dapat memiliki pengetahuan tasit yang baru melalui pengetahuan
eksplisit berupa dokumen , manual dll.
Sebuah organisasi menciptakan suatu pengetahuan baru melalui proses SECI yang

terjadi pada ba yaitu tempat atau ruang (fisik, virtual dan mental) dalam menciptakan
pengetahuan. Lebih lanjut Nonaka et al (2000) menjelaskan empat jenis ba yaitu;
- Originating Ba : merupakan adalah tempat atau ruang dimana individu berbagi
pengalaman melalui interaksi tatap muka dan dengan berada di tempat yang
sama pada waktu yang sama pula.
- Interacting Ba: merupakan proses eksternalisasi pengetahuan tacit dikonversi ke
pengetahuan eksplisit melalui proses dialog dan kolaborasi antar individu.
- Cyber Ba : mengacu pada ruang interaksi virtual dan berkoresponden dengan
kombinasi penciptaan pengetahuan.
- Exercising Ba : merupakan proses konversi pengetahuan eksplisit ke
pengetahuan tacit melalui proses internalisasi.
Pengetahuan yang dihasilkan kemudian menjadi knowledge asset organisasi dan
menjadi dasar dari sebuah siklus baru knowledge creation.
Penyimpanan dan Pengambilan Pengetahuan
Menurut Caroline et al (2015) penyimpanan pengetahuan melibatkan penggunaan
infrastruktur teknis seperti perangkat keras dan lunak dan juga kemampuan seseorang
dalam mengidentifikasi suatu pengetahuan di dalam organisasi untuk selanjutnya
dikodifikasikan.
Dengan demikian penyimpanan, dan pengambilan pengetahuan organisasi, juga
disebut sebagai asset pengetahuan organisasi, merupakan aspek penting dari manajemen
pengetahuan. Asset pengetahuan organisasi dapat berupa dokumentasi tertulis,
informasi terstruktur yang disimpan dalam database elektronik, pengetahuan manusia
yang telah dikodifikasi dan dokumentasi prosedur organisasi (Gottschalk, 2005).
Terdapat dua pendekatan strategi manajemen pengetahuan yaitu strategi kodifikasi
dan strategi personalisasi. Strategi kodifikasi mengelola pengetahuan yang ada
dikodifikasi dengan hati-hati dan disimpan di dalam sistem pengelolaan pengetahuan
berupa database sehingga dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh setiap
anggota organisasi (Armstrong, 2014; Ferdinandus et al, 2015). Strategi personalisasi
mendapatkan pengetahuan melalui kontak langsung dengan individu yang memiliki




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


pengetahuan yang dirasa penting bagi organisasi. Pendekatan ini dapat dilakukan
dengan menciptakan jaringan dan mendorong terjadinya komunikasi tatap muka melalui
kegiatan loka karya, brainstorming, rapat dan sesi one on one (Ferdinandus et al, 2015).
Transfer Pengetahuan
Menurut transfer pengetahuan merupakan situasi dimana pengetahuan dipindahkan
dari individu ke individu lainnya (Sarka, 2014). Dalam hal ini proses komunikasi
merupakan faktor penting dalam menggerakkan arus informasi dalam sebuah organisasi
sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan di tempat dan waktu yang tepat.
Transfer pengetahuan terjadi pada berbagai tingkat dalam sebuah organisasi:
transfer pengetahuan antara individu, dari individu ke sumber eksplisit, dari individu ke
kelompok, antara kelompok-kelompok, dan dari kelompok ke organisasi (Gottschalk,
2005).
Aplikasi Pengetahuan
Aplikasi pengetahuan adalah ketika pengetahuan yang tersedia digunakan untuk
membuat keputusan dan melakukan tugas-tugas sesuai dengan arahan dan rutinitas
organisasi. Teknologi informasi dapat mendukung aplikasi pengetahuan dan
mengurangi kebutuhan untuk komunikasi dan koordinasi yang berkaitan dengan
pekerjaan, informasi, aturan, dan kegiatan organisasi dengan menanamkan pengetahuan
ke dalam rutinitas organisasi secara sistematis (Gottschalk, 2005).

Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat dikatakan efektif apabila kepemimpinan tersebut berjalan
sesuai dengan fungsinya. Menurut Nawawi & Hadari (1995), kepemimpinan memiliki
lima fungsi yaitu instruktif, konsultatif, partisipasi, delegasi dan pengendalian.
Fungsi Instruktif
Fungsi pemimpin dalam hal ini adalah memerintahkan pelaksanaannya kepada
orang orang yang dipimpinnya. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang
menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah tersebut),
bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan di mana
(tempat mengerjakan perintah) agar keputusannya dapat diwujudkan secara efektif.
Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan
dan memotivasi orang lain agar dapat melaksanakan perintahnya dengan baik. Perintah
yang jelas dari segi kepemimpinan berarti juga sebagai perwujudan proses bimbingan
dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapain tujuan
kelompok/organisasi.
Fungsi Konsultatif
Sebelum mengambil sebuah keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan
pertimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan warga
sekolah. Untuk mendapatkan pendapat, saran, dan feed back pemimpin dapat
mengadakan pertemuan dengan sebagian ataupun seluruh anggotanya agar dapat
digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang akan
diambil, ditetapkan dan dilaksanakan. Menurut Nurkolis (2003), terdapat tiga varietas
kepemimpinan konsultatif: a) pemimpin telah membuat keputusan tanpa konsultasi




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


kemudian bersedia melakukan perubahan karena adanya keberatan dari para
pengikutnya; b) pemimpin memberi usulan sementara dan mendorong pengikutnya
untuk memberi saran-saran untuk memperbaikinya; c) pemimpin mendorong partisipasi
pengikutnya dalam mendiagnosis dan mengembangkan pemecahan masalah.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan yang
diambil oleh pemimpin akan mendapat dukungan dan lebih mudah untuk memberi
instruksi sehingga kepemimpinan akan berjalan dengan efektif.
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin harus membangun hubungan yang efektif
dengan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan, pembuatan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengevaluasian pendidikan sekolah.
Diharapkan partisipasi dapat mendorong setiap komponen sekolah untuk menggunakan
haknya menyampaikan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan
sekolah (Zafira, 2010). Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat dan
gagasan dalam mengambil keputusan demi tercapainya tujuan bersama.
Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi didasari oleh kepercayaan untuk mewujudkan kepemimpinan yang
efektif. Pemimpin dalam hal ini memberikan wewenang kepada orang yang
dipimpinnya untuk melakukan tugas-tugas kepemimpinan seperti menetapkan/membuat
keputusan. Kesempatan kepemimpinan tersebut akan membentuk dorongan,
membangkitkan semangat untuk bertindak dan mengembangkan keterampilan strategis
dan konseptual. Penerima delegasi harus mampu menjaga kepercayaan yang telah
diberikan dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Fungsi ini dapat
diwujudkan dengan baik apabila pemimpin mampu memberikan kesamaan prinsip dan
aspirasi dengan orang yang dipimpinnya sehingga menghilangkan kemungkinan bagi
penerima delegasi untuk menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan yang akan
berdampak buruk terhadap organisasi secara keseluruhan.
Fungsi Pengendalian
Dalam fungsi ini, kepemimpinan yang efektif terwujud apabila pemimpin mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi. Kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan mengikutsertakan
tiap anggota dalam organisasi sehingga terwujud kerja sama yang harmonis untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha pencapain tujuan bersama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang difokuskan pada pencarian
literatur mengenai kajian kepemimpinan pendidikan dan pengelolaan pengetahuan di
dalam organisasi. Studi lebih lanjut dilakukan dengan melakukan pencarian komputer
menggunakan perpustakaan online, database bibliografi seperti ERIC, Proquest dan
katalog perpustakaan elektronik lainnya. Tinjauan sistematis terhadap artikel dan buku
jurnal dalam publikasi ini terkait langsung dengan tujuan penelitian utama yaitu
memberikan gambaran yang mendalam mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam menerapkan manajemen pengetahuan yang efektif di sekolah. Studi ini juga




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


memberikan contoh kerangka teoritis yang berkaitan dengan pengembangan
kepemimpinan di bidang pendidikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peran dan Fungsi Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pengetahuan
Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)
Dalam tahap ini kepala sekolah harus mampu menciptakan budaya berbagi
pengetahuan (knowledge sharing) mengidentifikasikan pengetahuan dasar yang ada di
dalam sekolah, mengevaluasi sumber-sumber tersebut dan menentukan relevansinya
pada tujuan sekolah. Dalam tahap ini telah terjadi proses sosialisasi dimana konversi
pengetahuan tasit ke tasit terjadi melalui diskusi dan dialog.
Kepala sekolah dalam mengelola pengetahuan, dapat mengaplikasikan fungsi
konsultatif untuk mendapatkan pendapat, saran, dan feed back yang dibutuhkan. Selain
itu kepala sekolah juga dapat melaksanakan fungsi instruktif dengan memberikan ruang
atau konteks dan mendukung terjadinya penciptaan pengetahuan di sekolah sehingga
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapain tujuan kelompok/organisasi
Penyimpanan Dan Penerimaan Pengetahuan (Storage And Retrieval)
Dalam melakukan penyimpanan dan penerimaan pengetahuan, kepala sekolah harus
membangun hirarki dan penguatan jaringan informasi yang akan memudahkan
pertukaran informasi dan pengetahuan di sekolah. Hal ini penting dilakukan karena
penyimpan dan penerimaan pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dan positif
terhadap performa kinerja (Caroline et al, 2015).
Dalam melakukan penyimpanan dan penerimaan pengetahuan, kepala sekolah harus
membangun sebuah proses untuk mengidentifikasi pengetahuan dalam organisasi untuk
kemudian dapat dikodifikasikan dan diindeks dalam sebuah sistem informasi teknis
seperti perangkat keras dan lunak. Hal ini akan mencegahnya hilangnya pengetahuan
(knowledge lost) karena kesalahan identifikasi mengenai pengetahuan yang relevan
dalam organisasi.
Kepala sekolah dalam tahap ini menjalankan fungsi partisipasi dengan melibatkan
warga sekolah dalam mengambil keputusan, membuat kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan/pengevaluasian mengenai pengelolaan pengetahuan di
dalam sekolah. Dalam tahap ini terjadi proses eksternalisasi dimana pengetahuan tacit
yang dimiliki oleh guru diartikulasikan dalam bentuk tulisan yang kemudian akan
menjadi pengetahuan eksplisit.
Transfer Dan Aplikasi Pengetahuan (Transfer and Application)
Dalam tahap ini kepala sekolah harus menciptakan iklim inovasi dan kreativitas
yang akan berkontribusi pada peningkatan pengetahuan individu dan kolektif.
Selanjutnya, agar penerapan pengetahuan menjadi efektif kepala sekolah perlu
menentukan distribusi pengetahuan dengan tepat yaitu kepada siapa pengetahuan
tersebut ditujukan agar relevan dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
Dalam tahap ini telah terjadi proses kombinasi dimana pengetahuan eksplisit
dikonversi menjadi pengetahuan eksplisit dengan menggunakan media yang lebih




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


kompleks dan sistematis. Tahap internalisasi, akan terjadi kepada anggota sekolah
dimana mereka akan memiliki pengetahuan tasit dari pengetahuan eksplisit.
Kepala sekolah melaksanakan fungsi pengendalian dengan mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan terkoordinasi dengan mengikutsertakan tiap anggota
dalam organisasi sehingga terwujud kerja sama yang harmonis untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas aplikasi pengetahuan di sekolah.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kepala sekolah dalam mengelola pengetahuan sekolah dapat berjalan efektif
apabila kepemimpinan kepala sekolah berjalan sesuai dengan fungsinya (konsultatif,
instruktif, partisipasi, delegasi dan pengendalian). Dalam mengelola pengetahuan,
kepala sekolah juga harus melaksanakan setiap tahap proses manajemen pengetahuan
sehingga pengetahuan sekolah dapat diterima, didata dan diaplikasikan dengan baik.
Manajemen pengetahuan dalam organisasi pendidikan dapat membantu
menangkap, mengkodifikasi dan mendistribusikan pengetahuan melalui penerapan
teknologi informasi sehingga dapat diakses dan digunakan oleh seluruh elemen sekolah.
Selain itu, dengan melakukan proses manajemen pengetahuan yaitu, penciptaan
pengetahuan, penyimpanan dan pengambilan pengetahuan, transfer pengetahuan dan
aplikasi pengetahuan, setiap elemen di dalam organisasi mampu memberikan kontribusi
dan terlibat langsung di setiap prosesnya. Hal ini dapat menimbulkan rasa memiliki
yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dan staf dan kualitas mutu
pendidikan.




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


DAFTAR PUSTAKA
Alavi, Maryam., dan Leidner, Dorothy. (2001). Knowledge Management and
Knowledge Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues.
MIS Quarterly, Vol. 25, No. 1. pp. 107-136.
Armstrong, Michael., dan Taylor, Stephen. (2014). Armstrong Handbook of Human
Resource Management Practice. UK: Ashford Colour press Ltd.
Caroline, Koech Sitienei., Mugun, Boit John., dan Loice, Maru. (2015). Knowledge
Storage, Retrieval And Employee Performance: The Moderating Role Of
Employee Engagement. International Journal of Small Business and
Entrepreneurship Research: Vol.3, No.6, pp.1-13
Chouikha, Ben Mona. (2016). Organizational Design for Knowledge Management (1).
USA: Wiley-ISTE.
Crawford, C. B.. 2003. Exploring The Relationship Between Knowledge Management
And Transformational Leadership. Journal of Knowledge Management and
Leadership: 9 (6), 6-16.
Ferdinandus, Elsina., Imron, Ali., dan Supriyanto, Achmad. (2015). Model Knowledge
Management Dalam Organisasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol.
3 No. 2, Hal 106-115.
Gottschalk, Petter. (2005). Strategic Knowledge Management Technology. USA: Idea
Group Inc.
Herrera, Robert. (2010). Principal Leadership And School Effectiveness: Perspectives
From Principals And Teachers. Dissertation, Faculty of The Graduate College of
the Western Michigan University.
Kuang Chi, Hsin., Hsiung Lan, Chun., dan Dorjgotov, Battogtokh . (2012). The
Moderating Effect Of Transformational Leadership On Knowledge Management
And Organizational Effectiveness. Social Behavior and Personality: 40(6), 10151024 .
Lemos, Noah. (2007). An Introduction to the Theory of Knowledge. USA: Cambridge
University Press.
Micic, Radmila. (2015). Leadership Role In Certain Phases Of Knowledge Management
Processes. International Journal of Small Business and Entrepreneurship
Research, Vol.3, No.6, pp.1-13.
Nawawi, Hadari, (1995), Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nonaka, Toyama., dan Konno. (2000). SECI, Ba and Leadership: A Unified Model of
Dynamic Knowledge Creation. Amsterdam: Elsevier Science Ltd.




PERILAKU ORGANISASI GENAP 2016/2017
Magister Teknologi Pendidikan, UPH
27 Mei 2017


Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT
Gramedia.
Reinhartz, Judy., dan Beach, Don M. (2004). Educational Leadership. USA: Pearson
Education Inc.
Sarka, Hudcova. Tools of Internal Communication from Knowledge Transfer
Perspective. Vol. 6, Issue 4, pp. 50-62, December 2014
Takeuchi, Hirotaka. The Know Dynamism of The Knowledge-Creating Company.
Washington DC: World Bank Institute, 2006.
Wing Chu, Kai., Wang, Minhong., dan H.K. Yuen, Allan. (2011). The Moderating
Effect Of Transformational Leadership On Knowledge Management And
Organizational Effectiveness. Knowledge Management & E-Learning: An
International Journal: Vol.3, No.2.
Zafira, C. (2010). Pedoman Materi Inti Kepala Sekolah. Jakarta: BP Panca Bhakti.