HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MOT

HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA
DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA
Wati Susiawati
Dosen Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta
Email : wati.susiawati@uinjkt.ac.id

Abstract:
This research aims to know how is parent's education includes educational level and
motivation to learn civics students in SD Islam Al-Khairiyah Cilegon. Sampling was conducted
using random sampling (a random number). The sample of research was 25 students (10% of the
population). The conclusion is the education level of the parents in SD Islam Al-Khairiyah Cilegon
belonging to the education level is still low. It can be seen from the calculation of the questionnaire
that was answered by the students that most of the recent education graduates majority of their
parents SD / MI alone. Civics students' learning motivation level in SD Islam Al-Khairiyah Cilegon
have very high motivation terutapa on citizenship education lessons.
Keywords: education, motivation to learn, SD Islam Alkhairiyyah

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan orang tua yang meliputi
tingkat pendidikan dan motivasi belajar PKn siswa di SD Islam Al-Khairiyah Cilegon. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan random sampling (pengambilan secara acak). Sampel
penelitian ini berjumlah 25 siswa (10% dari jumlah populasi). Kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian ini adalah Tingkat pendidikan orang tua di SD Islam Al-Khairiyah Cilegon
tergolong pada tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan
angket yang telah dijawab oleh siswa yaitu sebagian besar pendidikan terakhir orang tua mereka
mayoritas lulusan SD/MI saja. Tingkat motivasi belajar PKn siswa di SD Islam Al-Khairiyah
Cilegon memiliki motivasi yang sangat tinggi terutapa pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Kata Kunci: Pendidikan, Motivasi belajar, SD Islam ALkhairiyyah

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

89

untuk belajar kita tidak boleh menunda-nunda

PENDAHULUAN
Pendidikan

nasional


berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentu
watak

serta

peradaban

bangsa

yang

bermartabat dan mencerdaskan kehidupan
bangsa,

bertujuan

untuk


yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
Negara

yang

demokratis

serta

bertanggung jawab”.1
Dalam Al-Qur’an disebutkan juga
bahwa setiap orang beriman diwajibkan untuk
memperoleh

pengetahuan,

dalam


rangka

meningkatkan derajat kehidupannya. Hal ini
dinyatakan dalam surat Al-Mujadalah ayat:
11 yang berbunyi:
‫يرفع له الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات‬
Artinya: “… Allah akan meninggikan orangorang yang beriman diantaramu dan orangorang

yang

diberi

Artinya: “Tuntutlah

ilmu

pengetahuan

beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11).2


Dengan belajar kita akan mengetahui
banyak hal, kita juga bisa mewujudkan
keinginan dan cita-cita yang kita inginkan,

Ilmu Dari

Buayan

Sampai Ke Liang Lahat”.

berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia

warga

waktu. Ada pepatah mengatakan:
ْ ‫اه‬
‫طلهبه الع ْلم من ْالم ْهد إلى ال ْلحْ د‬


Pendidikan merupakan upaya manusia
untuk memperluas cakrawala pengetahuannya
dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan
prilaku. Sebagai upaya yang bukan saja
membuahkan manfaat yang besar, pendidikan
juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia

yang

sering

dirasakan

belum

memenuhi harapan. Hal itu disebabkan
banyak lulusan pendidikan formal yang
belum dapat memenuhi kriteria tuntutan
lapangan


kerja

yang

tersedia,

apalagi

menciptakan lapangan kerja baru sebagai
presentase

penguasaan

diperolehnya

dari

ilmu


lembaga

yang

pendidikan.

Kondisi seperti ini merupakan gambaran
rendahnya kualitas pendidikan kita.
Banyak

faktor

mempengaruhi
pendidikan.

yang

rendahnya

Apabila


pendidikan

turut
kualitas
dilihat

sebagai suatu sistem maka faktor yang turut
mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut,
menurut Deming meliputi: input mentah atau
siswa,

lingkungan

instruksional,

proses

1


Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: CV.
Mini Jaya Abadi) hal. 9
2
Al-Qur’an Dan Terjemahnya.

90

pendidikan, dan keluaran pendidikan. Dalam
proses pendidikan, di dalamnya terdapat

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

Hakikat

aktivitas guru mengajar, peran serta siswa

motivasi

belajar


adalah

pengelolaan

dorongan internal dan eksternal pada siswa-

administrasi, serta mekanisme kepemimpinan

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

kepala sekolah merupakan hal yang perlu

perubahan tingkah laku, pada umumnya

dioptimalkan

dengan beberapa indikator atau unsur yang

dalam

belajar,

sistem

fungsinya

agar

kualitas

mendukung. Hal itu mempunyai peranan

pendidikan dapat ditingkatkan.
Manusia adalah makhluk yang mampu

besar dalam keberhasilan seseorang dalam

saja

belajar. Indikator motivasi belajar dapat

menggolong-golongkan benda dan aktivitas

diklasifikasi sebagai berikut: adanya hasrat

tetapi juga manusia itu sendiri. Salah satu

dan keinginan untuk melakukan kegiatan,

hasil proses evaluasi itu adalah pembagian

adanya

masyarakat ke dalam kelas atau tingkatan

melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-

sedemikian rupa, sehingga orang dalam kelas

cita masa depan, adanya penghargaan dalam

tertentu digolongkan sama, tetapi tingkatan-

belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam

tingkatan itu sendiri disusun secara hirarkis.

belajar, adanya lingkungan belajar yang

Kriteria mana yang dipergunakan untuk

kondusif, sehingga memungkinkan seseorang

menempatkan orang dalam tiap-tiap kelas

siswa dapat belajar dengan baik.

mengadakan

evaluasi.

Ia

tidak

dorongan

dan

kebutuhan

untuk

Berdasarkan hasil observasi di SD

berbeda dari satu masyarakat kepada yang
dalam

Islam Al-Khairiyah sangat penting karena

peperangan, pengetahuan teknik, pendidikan

terlihat dari proses belajar mengajar sehari-

kesusastraan dan kemanusiaan, kesucian, atau

hari pasti ada mata pelajaran yang diajarkan.

keberhasilan keuangan system stratifikasi

Itu semua diberikan secara bertahap dari

dapat

dengan

jenjang

seperti

pengetahuan lebih lanjut.

lain:

keberanian

pula

menggunakan

dan

keahlian

dibandingkan
berbagai

variabel,

pengetahuan

Sedangkan

umpamanya kriteria untuk penempatan kelas,

yang

dasar

berdasarkan

ke

hasil

bagaimana sulitnya berpindah dari satu kelas

wawancara dengan salah satu guru mata

ke kelas lain, bagaimana tajamnya perbedaan

pelajaran

kelas-kelas itu, bagaimana secara sosial

menegaskan

jauhnya perbedaan antara kelas atas dan

kewarganegaraan sangat penting bagi masa

bawah, atau bagaimana jumlah keseluruhan

depan para generasi mendatang termasuk para

penduduk terbagi diantara kelas-kelas.

siswa

Pendidikan

kewarganegaraan

bahwa

yang belajar

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

di

pendidikan

SD

Islam

Al-

91

Khairiyah. Beliau juga menegaskan hasil

PEMBAHASAN

belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan

B.1. Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua

kewarganegaraan juga masih rendah hal itu

dan Tingkat Pendidikan Orang Tua.
Stratifikasi

dapat dilihat dari nilai-nilai ujian atau nilai

berasal

dari

kata

ulangan harian mereka, dan salah satu

stratus yang artinya lapisan (berlapis-

penyebabnya adalah kurangnya motivasi dan

lapis).

dorongan dari para orang tua siswa dalam

berarti “lapisan masyarakat”. Suatu

proses belajar mengajar. Dan juga disebabkan

kiasan untuk menggambarkan bahwa

oleh tingkat ekonomi orang tua yang masih di

dalam tiapkelompok terdapat perbedaan

bawah maksimal.

kedudukan

Sehingga

stratifikasi

rendah,

sosial

seolah-olah

Dengan demikian pendapatan orang

merupakan lapisan yang bersap-sap dari

tua yang masih rendah dapat menyebabkan

atas ke bawah. Kalau kita amati maka

kurangnya motivasi dan semangat belajar

pada setiap masyarakat (kelompok)

siswa sehingga menyebabkan minat belajar

pasti terdapat beberapa orang yang lebih

siswa menjadi rendah. Mengingat pentingnya

dihormati dari orang lain.3

tingkat

sosial

ekonomi

dalam

Stratifikasi ternyata tidak hanya

menunjang proses belajar mengajar siswa

terjadi di masa sekarang. Di masa kuno

maka perlu ditekankan agar pemerintah lebih

pun sudah terjadi. Sehingga filosof

memperhatikan

mutu

Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa

pendidikan baik pada jenjang Madrasah

dalam Negara terdapat tiga unsur, yaitu

Ibtidaiyyah.

mereka yang kaya sekali, melarat, dan

dan

keluarga

meningkatkan

Begitu besar dan pentingnya peran

ada di tengah-tengah antara kaya dan
miskin4.

orang tua dalam membina anak agar anak
mau rajin belajar, maka di sini penulis ingin

Astride S. Susanto menjelaskan

meneliti hal tersebut lebih dalam lagi dengan

bahwa stratifikasi sosial adalah hasil

memilih judul “Hubungan Tingkat Sosial

kebiasaan hubungan antar manusia

Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Orang
Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas
Kelas Vi Pada Mata Pelajaran Pkn Di Sd
Islam Al-Khairiyah Cilegon”.

92

3

H. Hartono, Dkk. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2001) Cet. 5. Hal. 194
4
Budiono, Sosiologi XI Untuk Kelas XI SMA dan
MA, (Jakarta: CV. Rizqi Mandiri, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), Cet. Ke-2.
Hal. 19-20.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

secara teratur dan tersusun sehingga

tinggi,

setiap orang mempunyai situasi yang

rendah”.6

menentukan hubungannya dengan orang

keterampilan,

seperti

pada

struktur

dan

lapis

srtatifikasi

bahwa stratifikasi sosial adalah sistem

sosial

untuk

keluarganya,

mendidik anak sebaik mungkin, baik
secara

adanya

jasmani,

sosial,

maupun

intelektual.
2. Middle Class: di sini tidak diadakan

suatu kelompok sisoal (komunitas)

penyelidikan.

secara bertingkat. Misalnya, dalam
terdapat

membantu

mereka berjuang agar mereka dapat

perbedaan dan atau pengelompokan

tersebut

dibedakan

menaruh harapan. Anak diharapkan

yang

“Stratifikasi sosial adalah sebuah

komunitas

dapat

terhadap anak adalah bangga dan

berdasarkan tingkat pendidikannya5.

menunjukan

sosial

1. Upper Class: dalam kelas ini sikap

menempatkan

mereka pada kelas sosial yang sesuai.

yang

warga

menjadi tiga macam:

yang menempatkan seseorang sesuai

konsep

membagi-bagi

Menurut Bossard dan Bill bahwa

Bruce J. Cohen mengemukakan

pelapisan

yang

B.2. Macam-Macam Stratifikasi Sosial

tenaga tidak terlatih.

Contohnya,

sosial,

secara bertingkat.

terampil, tenaga semi terampil, dan

dan

stratifikasi

masyarakat ke dalam beberapa lapisan

profesional, semi profesional, tenaga

kualitas

adalah

stratifikasi sosial adalah sistem berlapis-

sebuah

perusahaan terdapat golongan elite,

dengan

strata

dan turut berperan dalam menciptakan

sosial berdasarkan bidang pekerjaan
kecakapan,

dan

unsur pokok yang ada di masyarakat

masyarakatnya. Contohnya, pelapisan

keahlian,

sedang,

Dari penjelasan di atas salah satu

secara vertikal maupun mendatar dalam

menurut

strata

3. Lowwer Class: disini keinginan-

strata

keinginan seperti upper class itu

5

Budiono, Sosiologi XI Untuk Kelas XI SMA dan
MA, (Jakarta: CV Rizqi Mandiri, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), Cet. Ke-2.
Hal. 20.

6

h. Abdullah idi, m.ed, sosiologi pendidikan,
(Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2011), Cet. Ke1, hal. 178.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

93

kurang

karena

alasan-alasan

ekonomi dan sosial.7
Maka

oleh

Landasan

terbentuknya

stratifikasi sosial yang terjadi

sebab

itu

pada

dengan sendirinya, antara lain:

umumnya warga lapisan atas (Upper

1) Kepandaian;

Class) tidak terlalu banyak apabila

2) Tingkat umur (yang senior);

dibandingkan dengan lapisan menengah

3) Sifat keaslian keanggotaan

(Middle Class) dan lapisan bawah

kerabat

(Lowwer Class). Bila digambarkan akan

masyarakat;

terlihat seperti pada gambar di bawah
ini:

4) Harta

seorang

dalam

kepala

batas-batas

tertentu;
Namun

demikian,

setiap

masyarakat memiliki landasan

Upper Class

tersendiri dalam terbentuknya

Middle Class
Lower Class

stratifikasi

sosial.

Landasan

terbentuknya stratifikasi sosial
pada masyarakat berburu tentu

Adapun

usaha

manusia

itu

akan berbeda dengan stratifikasi

bermacam-macam ada yang berdagang,

sosial pada masyarakat bercocok

bertani, bekerja dan sebagainya, yang

tanam.

pada dasarnya adalah untuk mencari
rezeki

sebagai

penunjang

kehidupannya.

b. Stratifikasi sosial yang sengaja
disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama.

1. Terbentuknya Stratifikasi Sosial
a. Stratifikasi sosial yang terjadi
dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat.

Stratifikasi sosial yang sengaja
disusun untuk mencapai tujuan
tertentu

biasanya

berkaitan

dengan pembagian kekuasaan
dan wewenang resmi dalam
organisasi

7

H. M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung:
CV. Pustakla Setia, 1997) Hal. 157

94

formal.

Misalnya,

pemerintahan,

badan

partai

dan

politik,

usaha,
angkatan

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

bersenjata.

Pada

stratifikasi

a.

sosial jenis ini kekuasaan dan

Pendidikan dasar adalah pendidikan

wewenang

umum yang lamanya sembilan

merupakan

unsur

khusus dalam stratifikasi sosial.8

tahun,

dengan

adalah

tahapan

ditetapkan

jenjang

berdasarkan

yang
tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan
dikembangkan.9

yang

pendidikan

formal

Jenjang

terdiri

dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi.10
Tingkat pendidikan atau sering
disebut

dengan

adalah

tahapan

ditetapkan

jenjang

pendidkan

pendidikan

berdasarkan

yang
tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan
yang
pendidikan

dikembangkan.
formal

tingkat

pendidkan

pendidikan

terdiri

selama

tiga tahun di sekolah lanjutan

Tingkat pendidikan atau sering
disebut

diselenggarakan

enam tahun di sekolah dasar dan

B.3. Pengertian Tingkat Pendidikan

Jenjang
dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi.
8

Pendidikan Dasar

Budiono, Sosiologi XI Untuk Kelas XI SMA dan
MA, (Jakarta: CV Rizqi Mandiri, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), Cet. Ke-2.
Hal. 21-22.
9
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka
Ilmu, 2003), hlm. 3.
10
Ibid.,hlm. 10.

pertama

atau

satuan

pendidikan yang sederajat.
b.

Pendidikan Menengah
Pendidikan

menengah

adalah

pendidikan yang diselenggarakan
bagi lulusan pendidikan dasar yang
mengutamakan

perluasan

dan

peningkatan ketrampilan siswa.
Pengembangan
menengah
pendidikan

pendidikan
sebagai

dasar

ditingkatkan

lanjutan
di

sekolah

agar

mampu

membentuk pribadi manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur serta untuk memenuhi
kebutuhan

pembangunan

yang

memerlukan tenaga berkemampuan
dan berketrampilan. Perlu diadakan
penyesuaian kurikulum dan isi
pendidikannya

serta

kelembagaan

penataan
pendidikan

menengah, termasuk pendidikan
kejuruan
pembekalan

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

yang
untuk

merupakan
pendidikan

95

tinggi atau bekal hidup dalam

c.

Motivasi

adalah

proses

masyarakat.

mendorong kekuatan yang terdapat

Pendidikan Tinggi

dalam

Pendidikan
jenjang

tinggi

merupakan

pendidikan

pendidikan

setelah

menengah

yang

mencakup

program

pendidikan

diploma,

sarjana,

Magister,

Spesialis

dan

seseorang

kelompok

untuk

mengadakan

perubahan

laku

lebih

yang

memenuhi

atau

berusaha
tingkah

baik

kebutuhan

dalam

hidupnya

(Adi, 1994). Dengan demikian,

yang

motivasi dalam pengertian tersebut

Perguruan

memiliki dua aspek, yaitu adanya

Tinggi. Perguruan tinggi di sini

dorongan dari dalam dan dari luar

dapat

akademi,

untuk mengadakan perubahan dari

politeknik, sekolah tinggi, institut

suatu keadaan pada keadaan yang

atau universitas, pendidikan tinggi

diharapkan,

diselenggarakan

dilakukan untuk mencapai suati

diselenggarakan

Doktor

diri

oleh

berbentuk

dengan

sistem

serta

yang

tujuan.

terbuka.

Motivasi
 Pengertian Motivasi
“Dalam

seseorang untuk melakukan tujuan

psikologi

motivasi

merupakan

dorongan dan kekuatan dalam diri

B.4. Motivasi Belajar

masalah

usaha

belajar,

tertentu yang ingin dicapainya.

selalu

Pernyataan tersebut dapat diartikan

ini

mendapat perhatian khusus oleh

bahwa

para ahli. Karena motivasi itu

tujuan adalah sesuatu yang berada

sendiri merupakan gejala jiwa yang

di luar diri manusia sehingga

dapat mendorong manusia untuk

kegiatan manusia lebih terarah

bertindak

atau

berbuat

karena seseorang akan berusaha

keinginan

dan

kebutuhan

sesuatu
atau

motif-motif”.11

yang

dimaksud

dengan

lebih semangat dan giat dalam
mengupayakan

sesuatu

yang

11
H. Tayar Yusuf, dan Syaiful Anwar. Metodologi
Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab. (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 1995). Cet. Ke-1. Hal. 97

96

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

diinginkannya

(Wahosumidjo,

1992).12

dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang

Dalam
masalah

psikologi

motivasi

belajar,

ini

selalu

menimulkan kegiatan belajar, yang
menjamin

kelangsungan

mendapat perhatian khusus oleh

kegiatan

para ahli. Karena motivasi itu

memberikan arah pada kegiatan

sendiri merupakan gejala jiwa yang

belajar,

dapat mendorong manusia untuk

dikehendaki oleh subjek belajar itu

bertindak

atau

berbuat

dapat tercapai.

keinginan

dan

kebutuhan

sesuatu
atau

belajar

dan

sehingga

yang

tujuan

yang

 Macam-macam Motivasi

motif-motif.

Dalam membicarakan soal

Dengan demikian motivasi

macam-macam

motivasi,

hanya

adalah keseluruhan daya penggerak

akan

dari

dua

sudut

didalam

pandang,

motivasi

yang

diri

seseorang

untuk

dibahas
yakni

melakukan sesuatu perbuatan untuk

berasal dari dalam diri pribadi

mencapai tujuan.

seseorang yang disebut “motivasi

Motivasi

juga

dapat

intrinsik”

dan

motivasi

yang

dikatakan serangkaian usaha untuk

berasal dari luar diri seseorang

menyediakan

yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

kondisi-kondisi

tertentu, sehingga seseorang mau

a.

Motivasi Instrinsik

dan ingin melakukan sesuatu, dan

Yang

bila ia tidak suka, maka akan

motivasi

berusaha untuk meniadakan atau

motif-motif yang menjadi aktif

mengelakkan perasaan tidak suka

atau berfungsinya tidak perlu

itu.

dirangsang dari luar, karena

Jadi

motivasi

itu

dapat

dimaksud
instrinsik

dirangsang oleh faktor dari luar

dalam

setiap

tetapi motivasi itu adalah tumbuh di

sudah

ada

dalam

melakukan sesuatu.

diri

seseorang.

Dalam

kegiatan belajar, motivasi dapat
Drs. Lukman Hakim, M.Pd, Manajemen
Pendidikan. (Genta Press, 2008), Hal. 121-122

diri
diringan

dengan
adalah

individu
untuk

Motivasi itu instrinsik bila
tujuannya

12

dari

inheren

dengan

situasi belajar dan bertemu

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

97

 Fungsi Motivasi

dengan kebutuhan dan tujuan
anak didik untuk menguasai

Dari macam-macam motivasi

nilai-nilai yang terkandung di

tersebut, jelaslah bahwa fungsinya

dalam pelajaran itu. Anak didik

motivasi sesuai dengan tujuan yang

termotivasi

ingin dicapai.

untuk

belajar

Dalam

semata-mata untuk menguasai

belajar

terkandung

mengajar pasti ditemukan anak

dalam bahan pelajaran, bukan

didik yang malas berpartisipasi

karena keinginan lain seperti

dalam belajar. Sementara anak

ingin mendapat pujian, nilai

didik yang lain aktif berpartisipasi

yang tinggi, atau hadiah dan

dalam kegiatan, seorang atau dua

sebagainya.

orang anak didik duduk dengan

Motivasi Ekstrinsik

santainya di kursi mereka dengan

nilai-nilai

b.

kegiatan

yang

adalah

alam pemikiran yang jauh entah

motivasi

kemana. Sedikit pun tidak tergerak

instrinsik. Motivasi ekstrinsik

hatinya untuk mengikuti pelajaran

adalah motif-motif yang aktif

dengan

dan berfungsi karena adanya

penjelasan guru dan mengerjakan

perangsang dari luar.

tugas-tugas yang diberikan.

Motivasi

ekstrinsik

kebalikan

dari

Motivasi

belajar

ekstrinsik

bila

menempatkan

dalam belajar tersebut adalah:

didik

a.

tujuan

b.

situasi belajar. Anak didik
karena

c.

Motivasi

sebagai

pengarah

perbuatan;13

di luar hal yang di pelajarinya.
untuk

Motivasi sebagai penggerak
perbuatan;

hendak

mencapai tujuan yang terletak

Misalnya,

Motivasi sebagai pendorong
perbuatan;

belajarnya di luar factor-faktor

belajar

mendengarkan

Untuk jelasnya fungsi motivasi

dikatakan
anak

cara

mencapai

angka tinggi, diploma, gelar,
kehormatan, dan sebagainya.

98

13

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Cet. Ke-2, Hal. 149151, 156-157.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

 Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam

sekolah. Sebagai contoh, seorang
guru memberikan pujian kepada

Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi

seorang siswa yang maju ke depan

yang dapat dimanfaatkan dalam

kelas

rangka mengarahkan belajar anak

hitungan matematika di papan tulis.

didik di kelas, sebagai berikut:

Dengan pujian itu, dalam diri anak

Member angka, Hadiah, Kompetisi,

tersebut

Ego-involvement,

Member

sehingga ia tidak takut dan malu

ulangan, Mengetahui hasil, Pujian,

lagi jika disuruh maju ke depan

Hukuman, Hasrat untuk belajar,

kelas.15

 Faktor

Minat, Tujuan yang diakui.14

 Tujuan Motivasi

untuk

tujuan

mengerjakan

timbul

Yang

motivasi

menggerakan

Secara

keberaniannya

Mempengaruhi

global,

faktor-faktor

adalah

yang mempengaruhi belajar siswa

atau

dapat kita bedakan menjadi tiga

menggugah seseorang agar timbul

macam, yakni:

keinginan dan kemauannya untuk

a.

Faktor Internal (faktor dalam

melakukan sesuatu sehingga dapat

diri

memperoleh hasil atau mencapai

keadaan/kondisi jasmani dan

tujuan tertentu. Bagi seorang guru,

rohani siswa;

tujuan

motivasi

adalah

b.

untuk

siswa),

yakni

Faktor Eksternal (faktor dari

menggerakan atau memacu para

luar

siswanya agar timbul keinginan dan

lingkungan di sekitar siswa;
c.

kemauannya untuk meningkatkan
prestasi

belajarnya

siswa),

Faktor

yakni

Pendekatan

kondisi

belajar,

yakni jenis upaya belajar siswa

sehingga

tercipta tujuan pendidikan sesuai

yang meliputi strategi

dengan

metode yang digunakan siswa

yang

diharapkan

dan

untuk

ditetapkan di dalam kurikulum

14

dapat

Belajar

Secara umum dapat dikatakan
bahwa

dan

Drs. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar.
(Jakarta: PT. Rineka Cipta 2008). Cet. Ke-2. Hal. 158168.

melakukan

dan

kegiatan

15

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Prikologi
Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
Hal. 73.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

99

mempelajari

materi-materi

pelajaran.16
Faktor

seseorang
berpengaruh terhadap

yang

mempengaruhi

belajar banyak jenisnya,

belajarnya.

tetapi

Proses

dapat digolongkan menjadi dua

seseorang

akan

golongan saja, yaitu faktor intern

terganggu

jika

dan ektern. Faktor intern adalah

kesehatan

seseorang

faktor yang ada dalam diri individu

terganggu, selain itu

yang sedang belajar, sedangkan

ia juga akan cepat

factor ekstern adalah faktor yang

lelah,

kurang

ada di luar individu.

bersemangat,

mudah

a.

Faktor-faktor Intern

pusing, ngantuk jika

Di dalam membicarakan faktor

badannyalemah,

intern

kurang darah ataupun

ini,

akan

menjadi

tiga

faktor

jasmaniah,

dibahas

faktor,

psikologis,

dan

yaitu:

ada

faktor

gangguan/kelainan-

faktor

kelainan fungsi alat

gangguan-

kelelahan.

indranya

1.

tubuhnya.

Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Sehat

berarti

serta

Agar seseorang
dapat belajar dengan

dalam keadaan baik

baik

segenap badan beserta

mengusahakan

bagian-

kesehatan

bagiannya/bebas dari

tetap terjamin dengan

penyakit.

cara

Kesehatan

haruslah

badannya

selalu

adalah keadaan atau

mengindahkan

hal sehat. Kesehatan

ketentuan-ketentuan
tentang

16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. (Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA. 2013), Hal. 129.

100

belajar

bekerja,

belajar, istirahat, tidur,

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

makan,

2.

olahraga,

Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya

rekreasi, dan ibadah.

tujuh

b) Cacat Tubuh
Cacat

faktor

ada
yang

tergolong ke dalam faktor

tubuh

adalah sesuatu yang

psikologis

menyebabkan kurang

mempengaruhi

baik

Faktor-faktor itu adalah:

atau

sempurna

kurang

minat,

tubuh/badan.

tuli,

setengah

perhatian,

bakat,

motif,

kematangan dan kelelahan.

Cacat itu dapat

buta,

belajar.

intelegensi,

mengenai

berupa buta, setengah

yang

b.

Faktor-faktor Ekstern
Faktor

ekstern

yang

tuli, patah kaki, dan

berpengaruh terhadap belajar,

patah tangan, lumpuh

dapatlah

dan lain-lain.

menjadi 3 faktor, yaitu: faktor

Keadaan

cacat

tubuh

juga

mempengaruhi

dikelompokkan

keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
1.

Faktor Keluarga

belajar. Siswa yang

Siswa yang belajar akan

cacat belajarnya juga

menerima pengaruh dari

terganggu. Jika hal ini

keluarga

terjadi, hendaknya ia

orang tua mendidik, relasi

belajar pada lembaga

antara anggota keluarga,

pendidikan

suasana rumah tangga dan

khusus

atau diusahakan alat

keadaan

bantu

keluarga.

agar

menghindari

dapat
atau

2.

berupa:

cara

ekonomi

Faktor Sekolah

mengurangi pengaruh

Faktor

kecatatannya itu.

mempengaruhi belajar ini

sekolah

yang

mencakup

metode

mengajar,

kurikulum,

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

101

relasi huru dengan siswa,

keterlibatan warga Negara dalam

dan waktu sekolah, standar

proses-proses politik.

keadaan
metode

belajar

c.

Masih

terjadinya

terhadap

pelanggaran

HAM,

baik

yang

dan tugas rumah.

dilakukan

Faktor Masyarakat

warganya.

Masyarakat

merupakan

Syahrial

faktor ekstern yang juga

memberikan

berpengaruh

terhadap

Pendidikan Kewarganegaraan adalah

belajar siswa. Pengaruh ini

suatu bidang kajian yang mempunyai

terjadi

karena

objek telaah kebajikan dan budaya

siswa

kewarganegaraan dengan menggunakan

dalam masyarakat.17

Pendidikan

kewarganegaraan

merupakan kebutuhan mendesak bagi
bangsa indonesia dalam membangun
berkeadaban

karena

beberapa alasan:
Meningkatnya

Negara

Syarbaini

maupun

(2006:

penjelasan

4)

bahwa

disiplin ilmu pendidikan dan ilmu

B.5. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

gejala

dan

kecenderungan Political Illiteracy;
tifak ‘melek’ politik dan tidak
mengetahui cara kerja demokrasi
dan

berpolitik

disiplin sekolah, pelajaran

keberadaannya

a.

apatis

yang ditunjukan dengan sedikitnya

gedung,

demokrasi

Meningkatnya

relasi siswa dengan siswa,

pelajaran,

3.

b.

lembaga-lembaganya

di

kalangan warga Negara.

politik,

sebagai

kerangka

kerja

keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain
yang relevan, yang secara koheren
diorganisasikan dalam bentuk program
kurikuler kewarganegaraan, aktivitas
sosial-kultural.
Pendidikan

kewarganegaraan

adalah suatu program pendidikan yang
berusaha menghubungkan unsur-unsur
substatif yang meliputi demokrasi, hakhak asasi manusia, dan masyarakat
madani melalui model pembelajaran
demokratis, interaktif

dan humanis

dalam lingkungan yang demokratis,
17

Drs. Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal.
54-70.

102

untuk

mencapai

suatu

standar

kompetensi yang telah ditentukan.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

salah

HASIL PENELITIAN
Penelitian

ini

bersifat

satu

fungsinya

adalah

untuk

deskriptif

menyederhanakan data penelitian yang besar

kualitatif adalah metode penelitian yang

jumlahnya menjadi informasi yang lebih

bertujuan untuk menggambarkan secara utuh

sederhana dan mudah dipahami.

dan mendalam tentang realitas sosial dan

Teknik analisis data yang digunakan

berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

yang menjadi subjek penelitian sehingga

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan

tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model

yaitu data kuantitatif, maka teknik yang

dari fenomena tersebut”.

digunakan adalah analisis statistik sebagai

Penelitian depenelitian biasanya tidak
diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan
untuk mencari informasi untuk mengambil
kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan
analisis

datanya,

eksploratif

yang

menggambarkan
fenomena.

penelitian

bertujuan

keadaan

Karena

ini

atau

penelitian

bersifat
untuk
status
ini

mengedepankan suatu gejala nyata yang ada
di lapangan.
Analisis

berikut:
Prosentase
Prosentase

adalah

diprosentasekan setelah

data

yang

ditabulasi

dalam

jumlah frekuensi untuk setiap alternative
jawaban dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N x 100%
Keterangan: P = Persentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = Number of Cases atau Jumlah
Responden.

data

adalah

proses

Kemudian teknik selanjutnya adalah dengan

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

skoring untuk menentukan skor masing-

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan,

masing responden. Semua pertanyaan dan

dalam proses ini digunakan statistik yang

pernyataan diberi nilai sebagai berikut:

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

103

Tabel: 3.2
Skor dan Alternativ Jawaban Untuk Variabel Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua.
Alternativ Jawaban

Skor

Jawaban A

4

Jawaban B

3

Jawaban C

2

Jawaban D

1

Tabel: 3.3
Skor dan Alternative Jawaban Untuk Variable Motivasi Belajar Siswa

Dalam
menggunakan

Alternativ Jawaban

Positif

Negativ

Sangat setuju

4

1

Setuju

3

2

Tidak setuju

2

3

Sangat tidak setuju

1

4

penelitian
korelasi

ini

product

juga

Rxy

: Adalah angka indeks korelasi “r”
product moment.

moment,

adapun rumus yang digunakan adalah korelasi

∑Xy : Jumlah hasil perkalian antara X
dan Y.

product moment, secara operasional analisa
data tersebut melalui tahap:

∑X2

: Jumlah seluruh skor X.

1.

Mencari angka korelasi dengan rumus

∑Y2

: Jumlah seluruh skor Y.

dan ketentuan sebagai berikut:

N

: Number of cases (banyaknya

��� =

�∑�� − (∑�)(∑�)

√[�∑�2 − (∑�)2][�∑�2 − (∑�)2

individu).
Berdasarkan

permasalahan

yang

telah dikemukakan pada penelitian yang

Keterangan:

berjudul

X

: Adalah data tingkat sosial

Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Orang

ekonomi orang tua siswa.

Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa

Y

: Adalah motivasi belajar siswa

“Hubungan

Tingkat

Sosial

Kelas VI Di SD Islam Al-Khairiyah Pada

terhadap mata pelajaran PKn.

104

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

Mata

Pelajaran

Pendidikan

Hal ini ditunjukan pula pada hasil

telah

penelitian korelasi, keduanya berada

dikemukakan sebelumnya dan didasarkan

dalam rentang 0,00 – 0,20 yaitu

atas hasil analisis data yang disebutkan

korelasi yang lemah atau rendah. Hal

dalam bab-bab sebelumnya maka penulis

ini ditunjukan pula dengan hasil

mengemukakan beberapa temuan antara

penelitian yang menyatakan bahwa

lain:

nilai

1.

Status sosial ekonomi dan tingkat

signifikansi 5 % dan 1 % jauh lebih

pendidikan orang tua di SD Islam

besar dari pada nilai rxy atau ro (rt 5%

Al-Khairiyah Cilegon tergolong pada

= 0,396 dan 1% = 0,505 > rxy =

tingkat menengah ke bawah. Hal ini

0,07). Hal ini berarti Hipotesa nol

dapat

Kewarganegaraan”

diketahui

yang

rtabel

atau

rt

pada

taraf

dari

hasil

(Ho) diterima sedangkan Hipotesa

yang

telah

alternative (Ha) ditolak, berarti

dijawab oleh siswa yaitu sebagian

tidak terdapat korelasi positif yang

besar pekerjaan orang tua mereka

signifikan antara variabel X dengan

adalah

dan

variabel Y. kesimpulan yang dapat

pendidikan terakhir orang tua mereka

kita tarik adalah tinggi rendahnya

mayoritas lulusan SD/MI saja.

tingkat sosial ekonomi dan tingkat

Hubungan tingkat sosial ekonomi

pendidikan orang tua dianggap tidak

dan tingkat pendidikan orang tua

ada korelasi atau hubungan dengan

dengan motivasi belajar siswa di

motivasi belajar siswa di SD Islam

sekolah memang memiliki pengaruh

Al-Khairiyah

akan tetapi pengaruh tersebut sangat

penelitian ini nilai rxy adalah 0,07, itu

lemah. Hal ini terlihat dalam hasil

artinya

antara

penelitian yang penulis laksanakan

variabel

Y

dimana tingkat sosial ekonomi dan

korelasi, akan tetapi korelasi itu

tingkat pendidikan orang tua siswa

sangat lemah atau sangat rendah

hampir setengahnya berada di dalam

sehingga korelasi itu diabaikan.

golongan menengah ke bawah. Hal

Hal ini sangat mungkin terjadi

ini tidak berdampak pada motivasi

karena

belajar siswa pada tingkat rendah.

(observasi) mendalam serta hasil

perhitungan

2.

dan

angket

seorang

pedahang,

Cilegon.

variabel
memang

berdasarkan

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

Pada

X

dan

terdapat

pengamatan

105

angket

dan

yang

tersebut, hal ini dapat dibuktikan

oleh

penulis

sendiri,

dengan hasil jawaban dari mereka

menurut

penulis

dengan

sebanyak 64 %. Dan yang terakhir

dilakukan
karena

wawancara

mengadakan pertanyaan-pertanyaan

pada

yang tertera pada angket yang ada

dijelaskan bahwa banyak dari siswa

pada nomor 12 siswa menjawab

yang menjawab tidak setuju jika

bahwa mayoritas dari 100%, 68%

mereka bersemangat belajar karena

mereka melakukan tugas belajarnya

ingin mendapat hadiah dari ayah atau

dengan tanpa disuruh oleh orang tua.

ibu mereka sebanyak 52 %, siswa

Hal itu menunjukkan bahwa siswa di

yang menjawab sangat tidak setuju

SD

Al-Khairiyah Cilegon

yaitu sebanyak 28 %, siswa yang

sangat menyadari akan kewajibannya

menjawab sangat setuju sebanyak 12

sebagai siswa. Hal ini juga diperkuat

%, sedangkan yang menjawab setuju

dari hasil jawaban yang dinyatakan

sebanyak 8 %.

pada

Berdasarkan pemaparan data-data di

Islam

angket

nomor

13

yang

poin

20

dapat

atas,

katagori sangat setuju jika PR adalah

bahwa walaupun usia mereka masih

kewajiban

mereka

sangat dini akan tetapi mereka sudah

menjawab

memiliki kesadaran diri yang cukup

pertanyaan ini sebanyak 76 %. Pada

tinggi tentang arti sebuah tanggung

poin 14 juga menyatakan bahwa

jawab. Mereka menyadari bahwa

siswa

mengerjakan

tugas-tugas mereka sebagai siswa

walaupun

memang haruslah rajin-rajin dalam

mereka tidak memiliki buku paket

belajar, tanpa disuruh orang tua pun

pelajaran, mereka menjawab dengan

mereka menyadari akan kewajiban

jawaban sangat setuju sebanyak 68

tersebut.

laksanakan,

akan

pekerjaan

harus

mereka

tetap
rumahnya

diambil

yaitu

mayoritas siswa menjawab dengan

yang

dapat

ke

kesimpulan

%.
Di sisi lain, pada poin 15 juga
dikatakan bahwa siswa sangat setuju
jika mereka akan rajin belajar karena
mereka menyukai mata pelajaran

106

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

Tingkat pendidikan orang tua di SD

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang

Islam Al-Khairiyah Cilegon tergolong pada

telah dikemukakan pada penelitian yang

tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini

berjudul

Dan

dapat diketahui dari hasil perhitungan angket

Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas VI Di SD

yang telah dijawab oleh siswa yaitu sebagian

Islam

besar pendidikan terakhir orang tua mereka

“Pendidikan

Al-Khairiyah”

Orang

dan

Tua

yang

telah

dikemukakan sebelumnya serta didasarkan

mayoritas lulusan SD/MI saja.
Tingkat motivasi belajar PKn siswa di

atas hasil analisis data yang disebutkan dalam
bab-bab

sebelumnya

maka

penulis

mengemukakan beberapa temuan antara lain:

SD Islam Al-Khairiyah Cilegon memiliki
motivasi yang sangat tinggi terutapa pada
pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman, Panduan Praktis Memahami Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011,
Cet. Ke-1.
Budiono, Sosiologi XI Untuk Kelas XI SMA dan MA, (Jakarta: CV. Rizqi Mandiri, Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009, Cet. Ke-2.
Budiono, Sosiologi XI Untuk Kelas XI SMA dan MA, Jakarta: CV Rizqi Mandiri, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009, Cet. Ke-2.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, Cet. Ke-2
Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: BUMI AKSARA, 1995, Cet. Ke-4.
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, Cet. Ke-9.
Hakim, Lukman, Drs. M.Pd, Manajemen Pendidikan. Genta Press, 2008.
Rasyada, Dede, Dkk. Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani Jakarta: Prenada Media, 2004. Cet. Ke-1.
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, Cet. Ke-1.
Sardiman. A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2001,
Cet. Ke-20.
Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu.

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

107

Peter P. Schoderbek, Charles G. Schoderbek dan Asterios G. Kefalas, Management Systems
Conceptual Considerations, Boston: Homewood, 1990.
Purwanto, M. Ngalim, MP. Prikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA. 2013
Yusuf, H. Tayar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 1995. Cet. Ke-1.

108

JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016