EVALUASI MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELA

EVALUASI MANAJEMEN
KURIKULUM DAN
PEMBELAJARAN DI SD “X”
SALATIGA
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah manajemen kurikulum dan
pembelajaran di SD

SITI ZUBAIDAH 942015025

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA

2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi

alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber
tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat
tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari
komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga pendidikan, sarana
prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan
lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya.
Seiring dengan perkembangan zaman, proses pembelajaran tidak lagi terpusat
pada suatu pusat pendidikan seperti kampus, sekolah, kursus, ataupun pusat pelatihan.
Perubahan tersebut telah mengarahkan proses pembelajaran untuk mendapatkan
pengetahuan ke arah tersebar. Paradigma pergeseran dalam proses pembelajaran ini
telah dikenal sejak dekade awal tahun 90-an. Dan kini, keadaan tersebut telah dikenal
luas oleh masyarakat dunia pada umumnya.
Kegiatan proses pembelajaran terus diarahkan ke arah yang lebih fleksibel
dalam kaitannya dengan ruang dan waktu. Karena memang sudah semestinya, dalam
mendapatkan suatu pengetahuan, ruang dan waktu seharusnya bukanlah suatu batasan
yang menyulitkan bahkan tidak memungkinkan seseorang untuk mendapatkan suatu
pengetahuan yang ingin diketahuinya.
Pada kondisi seperti sekarang ini, belajar seharusnya bukan lagi merupakan
suatu hal yang membosankan, seperti beberapa dekade yang lalu. Berkat


perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat, bahan ajar dapat disajikan
dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
Pada era seperti sekarang ini, kecepatan belajar seseorang bukan lagi
ditentukan oleh orang lain yang juga merupakan peserta belajar lainnya. Kecepatan
belajar seseorang ditentukan oleh diri sendiri bukan kemampuan yang diseragamkan
dalam kelas, yang tentu saja bila suatu proses kegiatan belajar mengajar selalu
diseragamkan, maka akan mengakibatkan para peserta kegiatan belajar yang cerdas
rugi dalam kapasitasnya menerima porsi pengetahuan, apabila standar pembelajaran
disetarakan dengan peserta yang kemampuan pencerapan pengetahuannya lebih
lambat, yang mana seharusnya para peserta yang cerdas mendapatkan porsi
pembelajaran yang lebih besar menjadi berkurang karena disesuaikan dengan peserta
lainnya yang taraf kemampuannya tidak setara. Sedangkan bila standar pembelajaran
disetarakan dengan peserta yang lebih pintar, hal tersebut jelas akan merugikan
peserta lainnya yang taraf kemampuan pencerapan pengetahuannya lebih lambat.
Pembelajaran berbasis ICT menjawab permasalahan ini.
Belajar merupakan rangkaian proses pengembangan individu yang dilakukan
seumur hidup. Belajar tidak harus di lingkungan formal seperti sekolah, kampus,
tempat kursus ataupun pusat pelatihan dan pengembangan individu. Dengan
berpegang pada pernyataan demikian, dapat ditelusuri bahwa belajar harus
menumbuhkan suatu sikap kemampuan belajar secara mandiri, tanpa perduli ada

tidaknya faktor luar yang mempengaruhi proses belajar tersebut seperti staf pengajar
dan atau ruang kelas. Belajar yang dikatakan sebagai rangkaian proses pengembangan
indvidu selama seumur hidup, sudah tentu memerlukan adanya pengembangan sikap
memotivasi kemampuan belajar secara mandiri. Faktor lainnya yang tak kalah
pentingnya dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah
sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas program
pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik terhadap kegiatan belajarmengajar, yang juga harus didukung dengan upaya pendayagunaan sumber belajar di
antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak lain kenyataan menunjukkan

bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan, diadakan dan
didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru,
pelatih dan instruktur.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang
bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet
sebagai sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam
pendidikan, pembelajaran di sekolah/lembaga pendidikan belum berjalan secara
efektif, bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar.
Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan teacher
centris.
Dari uraian diatas maka penulis melakukan penelitiian berjudul “ Evaluasi

Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran Berbasis ICT Di SD N “X” Salatiga “.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N
“X” Salatiga?
2. Apakah manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N “X”
Salatiga sudah sesuai dengan teori yang ada?
3. Apa saja Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan antara
praksis dengan teori ?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi ?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD
”X” Salatiga
2. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD
”X” Salatiga
3. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD
”X” Salatiga

4. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD
”X” Salatiga


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Definisi Kurikulum dan Teknologi
Rusman (2011) menyatakan bahwa kurikulum merupakan
segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat
belajar baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah.
Sementara Harold B. Alberty mendefinisikan kurikulum sebagai
semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung
jawab sekolah (all of the activities that are provided for the student
by

the

school).

Kurikulum

adalah

seperangkat


rencana

dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai teori tentang kurikulum di atas, pengertian

kurikulum

dapat

dikategorikan

ke

dalam

tiga

hal.

Pertama,

kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik. Kedua, kurikulum
sebagai rencana pembelajaran, dan ketiga, kurikulum sebagai
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik.
Sebagai sebuah rencana belajar, Hilda Taba sebagaimana

dikemukakan oleh Munir, mendefinisikan bahwa a curiculum is a
plan for learning. Dalam hal ini kurikulum berupa materi/ isi, strategi
pembelajaran

dan

evaluasi.

Kurikulum

sebagai

rencana

pembelajaran adalah sebuah rencana pembelajaran di suatu
sekolah. Menurut pandangan ini, kurikulum mencakup sejumlah

mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan
yang harus ditempuh atau dipelajari peserta didik di sekolah atau
perpengajaran tinggi untuk memperoleh ijasah tertentu. Dengan

kata lain bahwa kurikulum adalah sekumpulan mata pelajaran yang
harus dipelajari peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan.
Pendapat seperti ini salah satunya dikemukakan oleh Mac Donald
(1965). Menurutnya sistem persekolahan terbentuk atas empat sub
sistem yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum.
Sedang

kurikulum

sebagai

pengalaman

belajar

memandang

kurikulum bukan hanya rencana pembelajaran saja akan tetapi
berupa suatu pengalaman belajar yang nyata dan aktual terjadi
dalam proses pendidikan di sekolah. Hasan Langgulung (1989),

mengutip pernyataan al-Syaibani, mengemukakan bahwa kurikulum
adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,
olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi muridmurid

di

dalam

maupun

di

luar

sekolah

dengan

maksud


menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala
segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan.
Adapun teknologi sendiri adalah suatu metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis; teknologi berupa ilmu pengetahuan
terapan. Teknologi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan

hidup

manusia.

penggunaan

teknologi

seperti

Teknologi
komputer,

informasi
elektronik

adalah
dan

telekomunikasi, untuk mengolah dan mendistribusikan informasi
dalam

bentuk

digital.

Sedang

teknologi

pendidikan

adalah

penerapan pengetahuan ilmiah tentang belajar dan kondisi belajar

untuk

memperbaiki

efektifitas

dan

efesiensi

pengajaran

dan

pelatihan. Ia merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik-teknik dan alat-alat baru untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Teknologi pendidikan melaksanakan teknikteknik pengujian empirik untuk memperbaiki situasi-situasi belajar.
Teknologi pendidikan merupakan suatu cara sistematik tentang
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses belajar
dan mengajar dalam kerangka tujuan-tujuan khusus, berdasarkan
penelitian dalam belajar dan komunikasi serta mendayagunakan
sumber-sumber manusiawi menuju ke pengajaran yang lebih efektif.
2.2 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen
yang saling berhubungan. Menurut Hamalik (Wina Sanjaya, 2010: 6) pembelajaran
adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian tersebut nampak bahwa pembelajaran memiliki beberapa
unsur, yaitu manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur.
Rusman (2011: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses
menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar
mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen lainnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Corey (Syaiful Sagala, 2010: 61) pembelajaran adalah suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
tururt serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sementara menurut Sudjana (Rusman,
2011: 16) pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan sengaja
untuk menciptakan terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses interaksi yang sistematik antara siswa, guru, dan
komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
2.3 Definisi Pembelajaran Berbasis TIK
Beragam definisi dapat ditemukan untuk Pembelajaran Berbasis TIK,
misalnya menurut Jaya Kumar C. Koran (2002) mengemukakan bahwa E- Learning
sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. Sedangkan menurut

Dong (dalam Kamarga, 2002)

Pembelajaran Berbasis TIK sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya. pengertian Pembelajaran Berbasis TIK menurut Rosenberg (2001)
Pembelajaran Berbasis TIK merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. pengertian Pembelajaran Berbasis TIK menurut adalah Darin E.
Hartley [Hartley, 2001] Pembelajaran Berbasis TIK merupakan suatu jenis belajar
mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
Jadi bisa disimpulkan pengertian Pembelajaran Berbasis TIK adalah cara baru
dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya
internet sebagai sistem pembelajarannya. Pembelajaran Berbasis TIK merupakan
dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
2.4 Manfaat atau Fungsi Pembelajaran Berbasis TIK
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran
di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya
pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi)(Siahaan, 2002).
a. Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), apabila peserta didik
mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran

elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi pesertadidik
untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional,
peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan
atau wawasan.
b. Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang
diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement
(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai
enrichment,

apabila

kepada

peserta

didik

yang

dapat

dengan

cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka
(fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik
yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin
memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disajikan guru di dalam kelas.Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada
peserta didik yangmengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan
guru secara tatapmuka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus
dirancang untuk mereka.Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah
memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c. Substitusi (pengganti)
Beberapa
beberapaalternatif

perguruan
model

tinggi
kegiatan

di

negara-negara

maju

pembelajaran/perkuliahan

memberikan
kepada

para

mahasiswanya.Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola
kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari
mahasiswa.

Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik,
yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap
muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat
Pembelajaran elektronik Learning (E-Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:
1.

Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru
atau instruktur (enhance interactivity).
Apabila

dirancang

secara

cermat,

pembelajaran

elektronik

dapat

meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan
guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan
bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang
bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
konvensional

dapat,

berani

atau

mempunyai

kesempatan

untuk

mengajukanpertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini
disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang
ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab
sangat terbatas.
2.

Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapansaja
(time and place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia

untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat
melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja
(Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat
diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu
menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.
3.

Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal
audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat

dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyakatau
meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di
mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar
dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benarterbuka lebar bagi siapa
saja yang membutuhkan
4.

Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak

(software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan
bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran
bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat
dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,penyempurnaan metode
penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas
umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur
selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
2.5 Peran TIK dalam Pendidikan
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. TIK, seperti juga
namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik
yang terhubung dengan Internet. Dengan cara ini, jumlah Peserta didik yang bisa ikut
berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di
ruang kelas. Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan
kualitas yang relatif lebih standar
TIK dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. TIK secara formal,
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes
yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak
terkait (pengelola TIK dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau

pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan
(biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa
TIK untuk umum. Pembelajaran Berbasis TIKbisa juga dilakukan secara informal
dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, enewsletter

atau

website

pribadi,

organisasi

dan

perusahaan

yang

ingin

mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada
masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Beberapa manfaat yang bisa dinikmati dari proses pembelajaran dengan
Pembelajaran Berbasis TIK , diataranya :
1. Fleksibilitas.
Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di
kelas pada jam-jam tertentu, maka Pembelajaran Berbasis TIKmemberikan
fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa
tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan,
Pembelajaran Berbasis TIKbisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke
Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology

semakin mudah

mengakses Pembelajaran Berbasis TIK .
2. Independent Learning
Pembelajaran Berbasis TIK memberikan kesempatan bagi Siswa untuk
memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi
kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan
bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai
dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa
melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan
untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa
mampu memahami.
3. Biaya
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan Pembelajaran

Berbasis TIK . Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi nonfinansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke
tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di
kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan
tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola
pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk
belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD
player, OHP).
2.6 Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Berbasis TIK
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini,
1997), antara lain. Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan
mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular
atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat dan waktu. Kedua, Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga
keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Ketiga,
Mahasiswa dapat belajar atau me-review bahan ajar (mata kuliaha) setiap saat dan di
mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Keempat,
Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik
doen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas. Keenam, Berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya
pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal
jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.
Walaupun

demikian

pemanfaatan

internet

untuk

pembelajaran

atau

Pembelajaran Berbasis TIK juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai

kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain. Pertama, Kurangnya interaksi antara
guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. Kedua,
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses belajar dan
mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

Keempat,

Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT. Kelima, Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal. Keenam, Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya
tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya
penguasaan bahasa komputer.
2.7 Perencanaan penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK di Sekolah
Persiapan dalam penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK salah satunya ialah
masalah penguasaan teknologi, baik dari guru maupun siswa. Karena Pembelajaran
Berbasis TIK sangat menuntut penggunaan media komputer dan internet. Fasilitas
yang penuh haruslah juga disediakan oleh pihak sekolah maupun pemerintah. Seperti
pengadaan pelatihan pemanfaatan media internet sebagai penunjang proses belajar
mengajar.
Tingkat penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK juga haruslah disesuaikan
dengan umur siswa. Dan mereka juga harus diberikan mata pelajaran khusus
komputer untuk menunjang pemanfaatan media komputer, khususnya dalam
penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK ini. Siswa juga harus diberikan pengertian
bahwa, penggunaan media internet tidak hanya sebatas bersosial media atau main
game saja. Tetapi akan lebih efektiv dalam menunjang proses pendidikan. Apalagi
zaman sekarang, media intenet itu menyediakan informasi yang update. Apabila kita
memanfaatkannya dengan baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik.

Pelajaran komputer juga haruslah diperkenalkan oleh siswa sejak dini, agar
mereka mengerti manfaat yang terkandung. Dan proses penggunaannya juga tidak
sia. Sekolah menyediakan fasilitas komputer sebagai sarana penunjang siswa. Apalagi
di daerah pelosok, mereka sangat membutuhkan fasilitas komputer yang memadai
disekolah. Agar penyebaran pengetahuan itu merata, tidah hanya di kota saja. Dan
mereka juga bisa memanfaatkan Pembelajaran Berbasis TIK sebagai sarana belajar
mengajar.
Bagi para pengajar, ini sangatlah penting. Karena mereka bertugas sebagai
admin. Bekal ilmu pengetahuan komputer haruslah tinggi. Guru harus diberikan
sarana seperti pelatihan pemanfaatan teknologi dalam menunjang proses belajar
mengajar. Apabila mereka tidak sanggup membuat e-learnig, sekolah bisa
menyediakannya dan para guru serta siswa bisa menggunakannya.
Apabila pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan dimanfaatkan dengan
selaras. Maka hal tersebut akan sangat menujang kemampuan siswa dalam menguasai
lebih banyak ilmu pengetahuan. Dan lebih menghemat waktu dan siswa bisa
menggunakannnya kapanpun dimanapun mereka inginkan. Apalagi sekarang, akses
internet mudah sekali didapatkan, dari mobilephone ataupun smartphone. Dan
Pembelajaran Berbasis TIK ini bisa dibungkus dengan hal yang menarik dengan
banyak menggunkan media visual. Karena anak-anak sangat menyukai media gambar
dengan warna yang menarik ini juga akan meningkatkan siswa agar lebih rajin dan
ulet dalam mencari ilmu.
Banyak sekali persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaa penggunaan
Pembelajaran Berbasis TIK . Dari persiapan fasilitas, pengetahuan yang memadai
tentang ilmu komputer oleh siswa dan guru, serta yang utama ialah kemauan dari kita
dalam memajukan bangsa lewat pendidikan
2.8. Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N ”X”
Salatiga

Manajemen kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu bagian dari
MBS. Manajemen kurikulum dan pembelajaran perlu dilakukan agar kegiatan
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Manajemen kurikulum
dan pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.
1. Perencanaan
Dalam hal perencanaan, sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan keadaan sekolah (otonomi). Dalam
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran dipaparkan oleh Kepala sekolah SD ”X” Salatiga
sebagai berikut.
“Ya lingkungan biasanya, kemampuan lingkungan, daya dukung masyarakat,
potensi masyarakatnya dan daerahnya juga. Kalau dari dalam ya kemampuan
tenaga pendidik, sarpras termasuk perhitungan, kemudian lingkungan. Kalau dari
karakteristik peserta didik juga iya, kita lihat dari lingkungan.” (Jumat, 10 Juni
2016).
Sama halnya dengan pernyataan Ibu Umi,
“Ya, yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum ya terutama ya
karakter peserta didik, peserta didik itu jadi pertimbangan utama. Itu ya, selain
peserta didik, guru-gurunya, juga sarana-prasarana di sekolah memenuhi apa
tidak, terus lingkungan juga jadi pertimbangan.” (Jumat, 10 Juni 2016).

Diperkuat dengan pernyataan Bapak Agus yang menyatakan bahwa,
“Ya, banyak si. Yang pertama terkait dengan muatan lokalnya. Muatan lokal kan
biasanya terkait dengan potensi lingkungan sekolah, selain itu, dalam menyusun
kurikulum, kita juga harus mempertimbangkan karakteristik anak kita, potensi
masyarakat dan potensi daerah di mana sekolah tersebut berdiri.” (Jumat, 10 Juni
2016).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum di SD
”X” Salatiga dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
tenaga pendidik, sarana prasarana, lingkungan sekolah, potensi masyarakat dan
daerahnya (fleksibilitas).
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran melibatkan beberapa pihak.
pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SD ”X” Salatiga melibatkan kepala
sekolah, guru, komite sekolah, dan pengawas UPTD (partisipasi). Pernyataan di atas,
diperkuat dengan dokumen daftar hadir rapat tim pengembang kurikulum. Rapat
tersebut dihadiri oleh Kepala UPT Dindikpora, Pengawas TK/SD/SDLB, kepala
sekolah, komite sekolah yang berjumlah tiga orang, serta dewan guru dan karyawan
SD ”X” Salatiga yang berjumlah sepuluh orang.
Selain mengembangkan kurikulum nasional, SD ”X” Salatiga juga
mengembangkan kurikulum muatan lokal. Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. bahwa ada 2 jenis
mulok di SD ”X” Salatiga yaitu Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris. Bahasa Jawa
merupakan mulok provinsi dan Bahasa Inggris merupakan mulok sekolah. Bahasa
Jawa merupakan mulok wajib yang mana SK dan KD nya telah diatur oleh
pemerintah, sedangkan pihak sekolah hanya mengembangkan. Bahasa Inggris adalah
mulok sekolah yang ditentukan sendiri oleh pihak sekolah dengan alasan bahwa
Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional serta seiring berkembangnya zaman,
Bahasa Inggris dibutuhkan oleh peserta didik untuk menghadapi era global, selain itu,
mulok bahasa Inggris di SD juga sebagai dasar bagi peserta didik sebelum menempuh
jenjang pendidikan berikutnya, yaitu SMP. Bahasa Jawa wajib bagi semua siswa kelas

I sampai kelas VI, sedangkan Bahasa Inggris hanya wajib bagi siswa kelas IV sampai
kelas VI.
Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, Sekolah harus
menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program
tahunan, program semester dan sebagainya dalam bentuk perangkat pembelajaran.
perangkat kurikulum dan pembelajaran yang disusun secara mandiri oleh sekolah
adalah program tahunan, program semester, silabus, dan RPP setiap mata pelajaran
yang disusun oleh guru kelas masing-masing (otonomi). Selain perangkat tersebut,
peneliti memperoleh dokumen kalender pendidikan dan jadwal pelajaran yang
disusun oleh SD ”X” Salatiga.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan,
sekolah

mengembangkan

kurikulum

nasional

dan

muatan

lokal.

Dalam

mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, sekolah menjabarkan isi kurikulum
secara lebih rinci dan operasional ke dalam perangkat pembelajaran berupa program
tahunan, program semester, silabus, RPP, KKM, kalender pendidikan, dan jadwal
pelajaran.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam manajemen kurikulum dan pembelajaran berkaitan
dengan pengorganisasian di manajemen pendidik dan tenaga kependidikan.
Pengorganisasian berupa pembagian tugas mengajar bagi guru kelas yaitu untuk
bertanggung jawab mengajar satu kelas tertentu atau bagi guru mata pelajaran
(otonomi). Pengorganisasian juga diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi
sekolah. Peneliti memperoleh dokumen pembagian tugas mengajar serta struktur
organisasi SD ”X” Salatiga.
3. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan kurikulum adalah tahap pelaksanaan pembelajaran. Proses
pembelajaran di SD ”X” Salatiga dilaksanakan dengan PAIKEM berbasis ICT. Siswa
dituntut aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, aktif tidak hanya aktif secara fisik
tetapi juga secara mental. Siswa juga dituntut untuk kreatif dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya. Dalam pemilihan metode dan media, guru juga mempertimbangkan
manakah yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran serta menyenangkan bagi
siswa. Selain itu guru juga harus bisa memanfaatkan IT dalam proses
pembelajarannya. Model pembelajaran berbasis ICT sangat membantu guru dalam
proses PMB karena akan mempermudah guru dan siswa dalam mengajar dan belajar.
Strategi pembelajaran yang digunakan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, interaktif, kreatif, dan mandiri. Aktivitas belajar peserta
didik bervariasi, misalnya wawancara, pengamatan, bermain peran, berdiskusi,
presentasi dan sebagainya sesuai dengan kompetensi yang akan dikembangkan.
Dalam proses pembelajaran, guru memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti
lingkungan sekitar, buku paket, majalah, narasumber dan internet disesuaikan dengan
kompetensi yang dikembangkan. Guru menggunakan alat bantu belajar berupa alat
peraga, LCD, gambar, poster, benda asli, video, dan LKS disesuaikan dengan
kompetensi yang dikembangkan.
Pengorganisasian peserta didik dalam pembelajaran bervariasi, dimulai dari
klasikal,

kelompok,

kemudian

individu.

Pada

proses

pembelajaran,

guru

mengembangkan kompetensi personal dan sosial peserta didik dengan cara
memberikan arahan, pengertian dan motivasi. Selain itu, juga dengan cara
membentuk siswa dalam kelompok. Dalam kelompok, siswa akan belajar banyak hal,
seperti bekerja sama, toleransi, musyawarah, tanggung jawab, kedisiplinan dan
kepemimpinan. Untuk melatih siswa memiliki sifat berani dan percaya diri, dengan
cara siswa diminta untuk maju ke depan kelas. Untuk melatih kejujuran biasanya
dilakukan saat ulangan. Guru memberikan sanksi yang tegas pada siswa yang
mencontek. Pengaturan tempat duduk juga berubah atau bergantian setiap satu
minggu sekali untuk melatih siswa memiliki rasa empati terhadap temannya.
Pernyataan di atas didukung oleh observasi yang telah peneliti lakukan
tentang kegiatan pembelajaran di kelas, terlihat bahwa guru sudah berusaha
menerapkan PAIKEM berbasis ICT dalam proses pembelajarnnya. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk aktif, interaktif, kreatif, dan mandiri dalam

pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat saat ada hal yang kurang dimengerti, siswa
berani menanyakan hal tersebut kepada guru. Siswa berani mengungkapkan
pendapatnya saat ditanya oleh guru serta saat berdiskusi dengan teman. Siswa
berinteraksi dengan teman satu kelompok saat melaksanakan diskusi dan berusaha
menyelesaikan soal secara bersama-sama sesuai dengan pemikiran kelompok masingmasing. Saat mengerjakan lembar evaluasi, siswa dituntut untuk mengerjakan soal
secara mandiri, tidak boleh mencontek pekerjaan siswa lain.
4. Pengawasan / Evaluasi
Pengawasan dilakukan untuk mengukur keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Cara guru menilai keberhasilan siswa dalam belajar adalah melalui penilaian.
Penilaian pembelajaran dilaksanakan mencakup penilaian proses dan hasil belajar.
Penilaian proses dilaksanakan saat pembelajaran terkait keaktifan, kerja sama,
kreativitas, dsb. Sedangkan penilaian hasil belajar dilaksanakan setelah kegiatan
pembelajaran berupa ulangan atau tes formatif serta produk, selain itu, guru juga
menggunakan penilaian portofolio (transparansi).
Hal itu dibuktikan dengan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Di bagian penilaian juga disebutkan bahwa penilaian yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa adalah melalui penilaian proses dan hasil. Selanjutnya,
instrumen penelitian yang digunakan menerapkan teknik tes dan non tes. Teknik tes
dapat berupa tes tertulis maupun tes lisan. Teknik non tes, instrumen yang digunakan
berupa lembar observasi atau pengamatan untuk menilai kerja sama dalam kelompok,
keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta sikap anak dalam keseharian.
Melalui penilaian, guru mengetahui hasil belajar siswa. Terkait hasil belajar
siswa, guru perlu memantau apakah hasil belajar siswa tersebut sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh guru.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap siswa kemudian dilakukan tindak lanjut.
Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan sekolah adalah pelayanan remedial dan
pengayaan. bagi siswa yang belum mencapai KKM, guru memberikan pelayanan
remedial. Sedangkan bagi siswa yang sudah mencapai KKM, guru memberikan

pengayaan. Pelayanan remedial dan pengayaan dilaksanakan setelah ulangan harian
atau tes formatif. Setelah pelaksanaan tes sumatif juga biasanya dilaksanakan, akan
tetapi hasilnya kurang maksimal.
Sekolah memberikan pertanggungjawaban hasil belajar peserta didik kepada
orang tua melalui raport dan hasil ulangan harian maupun UTS peserta didik
(akuntabilitas). Hasil ulangan harian dan UTS diberikan kepada orang tua melalui
siswa kemudian orang tua diminta untuk menandatangani hasil ulangan tersebut
(transparansi). Selanjutnya hasil ulangan dikembalikan lagi ke guru kelas. Hasil
belajar siswa selama satu semester disampaikan secara langsung kepada orang tua
melalui raport dengan cara orang tua datang ke sekolah. Saat pengambilan raport,
biasanya guru kelas menyampaikan pengarahan kepada orang tua terkait hasil belajar
atau permasalahan peserta didik selama satu semester. Hal itu supaya orang tua
perhatian terhadap pendidikan anak dan mau membantu pihak sekolah dalam
mendidik anak agar anak meningkatkan belajarnya dan meningkatkan hasil
belajarnya. Selain itu, juga sebagai reward terhadap orang tua. Hal itu sebagai wujud
transparansi dari pihak sekolah kepada orang tua siswa.
2.9. Apakah manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X”
Salatiga sudah sesuai dengan teori yang ada?
1. Teori tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT.
ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat digunakan untuk
menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses
komunikasi. Yang termasuk teknologi ini adalah:
a. Teknologi Komputer
Media pembelajaran berbasis komputer atau bisa disebut pembelajaran
berbantuan komputer (computer assisted instructional/CAI) adalah salah satu media
pembelajaran yang sangat menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar
peserta didik. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya program computer –assited learning
(CAL), konferensi komputer, surat elektronik atau elektronik mail (email), dan
komputer multimedia yang kemudian disebut multimedia interaktif. Pembelajaran
melalui CAI ini, bersifat offline, sehingga dalam penggunaannya tidak tergantung
pada adanya akses ke internet.
Program pembelajaran berbantuan komputer ini memanfaatkan seluruh
kemampuan komputer, terdiri dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks, grafis,
photo, audio, video, dan animasi. Seluruh media tersebut secara konvergen akan
saling mendukung dan melebur menjadi satu media yang luar biasa kemampuannya.
Salah satu keunggulan media komputer ini yang tidak dimiliki oleh berbagai media
lain, ialah kemampuannya untuk memfalitasi interaktifitas peserta didik dengan
sumber belajar (content) yang ada pada komputer (man and machine interactivity).
b. Teknologi Multimedia
Media pembelajaran yang termasuk kedalam tekhnologi multimedia adalah
kamera digital, kamera video, player suara, player video, dll. Multimedia sering
diartikan sebagai gabungan dari banyak media atau setidak-tidaknya terdiri lebih dari
satu media. Multimedia dapat diartikan sebagai komputer yang dilengkapi dengan CD
Player, sound card, speaker dengan kemampuan memproses gambar gerak, audio, dan
grafis dalam resolusi yang tinggi.
c. Teknologi jaringan Komputer
Teknologi ini terdiri dari perangkat keras seperti LAN, Internet, Wifi, dan
lain-lain. Selain itu juga terdiri dari perangkat lunak pendukungnya atau aplikasi
jaringan seperti Web, E-mail, html, java, php,aplikasi basis data dan lain-lain.
Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran
adalah pengembangan e-dukasi.net yang berbasis internet. E-dukasi.net adalah portal
pendidikan yang menyediakan bahan belajar, fasilitas komunikasi, dan interaksi antar
komunitas pendidikan. Situs atau portal pembelajaran yang dikembangkan ini
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penyediaan bahan belajar yang meliputi seluruh
mata pelajaran untuk seluruh jenjang dan jalur pendidikan, bimbingan belajar,
bimbingan dan penyuluhan atau konsultasi, tutorial, remidial, email, forum diskusi,
mailing list, dll.

Dengan adanya teknologi internet ini sistem penyampaian komunikasi atau
(delivery system and communication) antara peserta didik dan guru, guru dengan
guru atau peserta didik dengan peserta didik lain, dan peserta didik dengan sumber
belajar dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan

(Syncronous) maupun tidak (asyncronous).
Pemanfataan ICT dalam pembelajaran biasanya menggunakan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) beserta aplikasinya, seperti:
perangkat komputer yang tersambung dengan jaringan internet, LCD/Proyektor, CD
Pembelajaran, televisi, bahkan menggunakan web atau situs-situs tertentu dalam
internet.
Dalam pembelajaran berbasis ICT, selain dukungan perangkat keras dan
perangkat lunak, dukungan koneksi berbasis web (internet) juga sangat diperlukan.
Hal ini memungkinkan para siswa dan guru melaksanakan aktifitas pembelajaran
tidak harus selalu bertatap muka secara langsung, akan tetapi bisa dengan cara online
yang terkoneksi dengan jaringan internet.
Dengan adnya internet ini seseorang dapat mengakses data apa saja denga
melakukan browsing ke berbagai penyedia data (server) di berbagai belahan dunia.
Beberapa fasilitas yang tersedia melalui jaringan internet yang bermanfaat untuk
pengembangan pembelajaran adalah:
a. Pencarian informasi dengan menggunakan mesin pencari (search engine)
termasuk didalamnya layanan pengelolaan upload and download dokumen.
Search engine tersebut diantaranya google, yahoo, altavista,ask, dsb.
b. Layanan kelompok diskusi dengan menggunakan mailing-list
c. Layanan komunikasi melalui surat elektronik (email). Dalam perkembangannya,
email dipergunakan sebagai pendukung layanan jejaring sosial seperti facebook,
twitter, dsb.
d. Layanan media komunikasi (interaksi) berbasis web, seperti blog.
e. Ketersediaan aplikasi atau program yang bersifat Freeware (boleh diunduh) untuk
media pembelajran, seperti aplikasi perhitungan zakat, aplikasi pembelajaran baca
tulis alqur’an, aplikasi perhitungan warisan dsb.

2. Praktek Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X”
Salatiga.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya mengenai gambaran manajemen
kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga, Sekolah ini sudah
memiliki kemudahan akses web page karena sudah dilengkapi dengan hotspot. Dalam
proses pembelajaran yang berlangsung banyak guru yang sudah memanfaatkan
pembelajaran berbasis ICT. Kebanyakan guru di sekolah ini masih muda oleh karena
itu mereka tidak canggung lagi untuk menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Selain
itu, ada beberapa guru yang memanfaatkan ICT ini untuk memberikan tugas kepada
siswa melalui media sosial media. Guru mengunggah tugas yang akan dikerjakan
oleh siswa di media sosial media miliknya kemudian para siswa disuruh mengunduh
dan mengerjakan soal pada tugas yang telah diberikan melalui akun sosial media
tersebut.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran kepala sekolah selaku pemegang
kebijakan yang mendukung penuh pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT dan
disiplin dalam mewujudkannya. Selain itu, adanya respon positif dan dukungan dari
seluruh elemen sekolah. Di balik pelaksanaan program pembelajaran berbasis ICT
yang sudah tergolong cukup baik, aplikasi pembelajaran berbasis ICT di kelas belum
maksimal. Guru maupun siswa masih mengalami kendala yang berhubungan dengan
koneksi internet yang cenderung masih lambat, misal jika menggunakan hotspot
sekolah secara bersamaan. Selain itu untuk guru yang sudah senior juga tidak bisa
maksimal dalam menggunakan ICT, bahkan ada beberapa guru yang sudah senior
tidak mau menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Mereka lebih suka menggunakan
model konvensional dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran

berbasis

ICT

memiliki

kelebihan

dibanding

dengan

pembelajaran konvensional, yaitu siswa dapat belajar atau me-review bahan pelajaran
kapan saja dan dimana saja karena bahan ajar tersimpan di komputer, siswa memiliki
sumber belajar yang lebih banyak karena dapat mengaksesnya lewat internet, dan

siswa lebih terampil dalam menggunakan perangkat berbasis teknologi karena telah
terbiasa menggunakannya.
2.10.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan manajemen kurikulum
dan pembelajaran di SD ”X” Salatiga
Perkembangan TIK memang memiliki banyak manfaat, khususnya dibidang

pendidikan. Oleh sebab itu, banyak orang yang ingin segera bisa memanfaatkannya.
Namun, tidak bisa dipungkiri pemanfaatan TIK di dalam sektor pendidikan memiliki
beberapa kendala, di antaranya:
1. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas. Perangkat multimedia
bekas ini tentunya masih menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal
dengan zaman seperti sekarang ini. Sehingga penggunaannya tidak mampu
bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
2. Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang
mengaturnya. Jaringan internet yang minim juga merupakan faktor yang
menjadi kendala dalam penerapan TIK di SD N Kutowinangun 04 Salatiga.
3. Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas TIK. Hal ini
dikembalikan lagi kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih pelit
mengalokasikan dana untuk pengadaan fasilitas TIK yang dapat menunjang
pendidikan Indonesia.
4. Ketidaksiapan sumber daya manusia untuk mendukung penerapan TIK ini.
Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih
belum menganggap penting peranan TIK dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran. Mereka cenderung sudah merasa puas akan materi yang telah
diberikan oleh pengajar secara langsung, sehingga menyebabkan mereka tidak
mau/ malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di Internet walaupun
sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan TIK.
2.11. Solusi untuk mengatasi masalah kesenjangan praktek dengan teori
manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X”
Salatiga
1. Guru

Guru

harus

dibina

agar

memahami

program

ICT

agar

dapat

mengaplikasikannya dalam proses pembelajara yang mereka lakukan. Apabila sudah
mampu menjalankan program ICT maka itu akan sangat membantu para guru dalam
menyampaikan materi dan tugas kepada siswa secara lebih cepat, efisien dan merata.
2. Peserta didik
Peserta didik juga harus dibina agar dapat menjalankan program ICT dengan
benar. Dengan begitu siswa akan lebih mudah dalam menerima materi dan tugas yang
diberikan guru. Siswa tinggal mendownload materi ataupun tugas yang diberikan
dalam ICT dan mengerjakannya dengan cepat dan fleksibel.
3. Perangkat komputer
Harus disediakan perangkat computer yang memadai agar dapat terlaksananya
program pembelajaran berbasis ICT di sekolah karena perangkat computer
merupakan salah satu syarat untuk mengoperasikan program ICT. Tanpa adanya
perangkat computer maka program ICT tidak akan bisa berjalan.
4. Jaringan internet
Harus disediakan jaringan internet yang memadai agar dapat terlaksananya
program ICT di sekolah karena jaringan internet juga merupakan salah satu syarat
untuk mengoperasikan program ICT. Tanpa adanya jaringan internet maka program
pembelajaran berbasis ICT tidak akan bisa berjalan.
5. Tim ahli/administrator
Tim ahli dari pihak sekolah juga harus dibina agar dapat membantu
memperlancar jalannya program ICT disekolah apabila guru-guru khususnya yang
sudah senior memerlukan bantuan terkait dengan menjalankan/mengoperasikan
program e-learning.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Media pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. ICT atau TIK mencakup
semua teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengolah, menampilkan,
dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi. Yang termasuk teknologi ini
adalah: a). Teknologi Komputer, b). Teknologi Multimedia dan c). Teknologi Jaringan
Komputer.

Pelaksanaan program pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga sudah
tergolong cukup baik. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung banyak guru
yang sudah memanfaatkan pembelajaran berbasis ICT terbukti ada beberapa guru
yang memanfaatkan ICT ini untuk memberikan tugas kepada siswa melalui sosmed
kemudian para siswa disuruh mengunduh dan mengerjakan soal yang telah diberikan.
Perkembangan ICT yang begitu pesat harus mampu diimbangi dengan pengembangan
SDM agar mampu mengimbanginya. Apalagi dalam pemanfaatannya, media ICT juga
perlu adanya keahlian khusus. Disamping itu dengan pemanfaatan media ICT yang
baik akan lebih mengena dari hakikat pendidikan yang sebenarnya.
Guru maupun siswa masih mengalami kendala yang berhubungan dengan
koneksi internet yang cenderung masih lambat, misal jika menggunakan hotspot
sekolah secara bersamaan. Selain itu untuk guru yang sudah senior juga tidak bisa
maksimal dalam menggunakan ICT, bahkan ada beberapa guru yang sudah senior
tidak mau menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Mereka lebih suka menggunakan
model konvensional dalam proses pembelajarannya.
Untuk mengatasi kendala yang terjadi maka pihak sekolah menemukan solusi
yaitu mengadakan pelatihan tentang ICT kepada pendidik dan juga peserta didik.
Dengan adanya pelatihan ini maka guru yang tadinya kurang paham mengenai ICT
akan lebih paham dan mau menggunakannya didalam proses pembelajaran. Selain
pelatihan, solusi lain yang ditawarkan adalah dengan menambah jumlah computer
dan mendatangkan tim ahli yang dapat mengajari para guru yang ada di sekolah
dengan menggunakan dana bos yang telah mendapat persteujuan dari pihak yang
terkait. Kemudian pihak sekolah juga harus memerbaiki jaringan internet di sekolah
agar proses pembelajaran berbasis ICT bisa berjalan dengan lancar.
B. Saran
1. Guru harus dapat memanfaatkan media pembelajaran yang sangat banyak dan
beragam di internet untuk sumber dan bahan ajar yang baik serta menarik ,
sehingga akan menambah wawasan baik bagi siswa maupun guru itu sendiri

2. Guru harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan dari
perkembangan IPTEK secara globa