ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba, dkk: 2008). Menurut Stuart dan Sundeen
(2005), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara
fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan
yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman (Stuart &
Sundeen: 2005). Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas
sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, menghancurkan
atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini
disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif (Purba, dkk: 2008).
Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat
menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan yang diungkapkan

tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan pada individu
serta tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan
frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon
melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon
yang maladaptif yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk: 2008).
2.2 Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Townsend (2005) adalah:

Page 1

a. Teori biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif:

sistem


limbik,

lobus

frontal

dan

hypothalamus.

Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada
sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya

perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan
pusat agresif.
2) Biokomia
Berbagai
dopamine,

neurotransmitter

asetikolin,

dan

(epinephrine,

serotonin)

sangat

norepinefrine,
berperan


dalam

memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat
konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam
teorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi
perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan

Page 2

epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori psikologi

1) Teori psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi
ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru
pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c. Teori sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang
secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

Page 3

2.3 Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan sering kali berkaitan dengan:
a.

Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.


b.

Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.

c.

Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d.

Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.

e.

Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.

f.

Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

2.4 Tanda dan Gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a.

Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku

6) Jalan mondar-mandir

b.

Verbal

Page 4

1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c.

Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain

4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif

d.

Emosi
1) Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman
2) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
3) Bermusuhan, mengamuk, dan ingin berkelahi
4) Menyalahkan dan menuntut

e.

Intelektual
1) Mendominasi
2) Cerewet
3) Kasar
4) Berdebat
5) Meremehkan dan sarkasme


f.

Spiritual
1) Merasa diri berkuasa dan benar
2) Mengkritik pendapat orang lain
3) Menyinggung perasaan orang lain
4) Tidak perduli dan kasar.

g.

Sosial
1) Menarik diri, pengasingan
2) Penolakan
3) Kekerasan

Page 5

4) Ejekan dan sindiran.
h.

Perhatian
1) Bolos
2) Mencuri
3) Melarikan diri
4) Penyimpangan seksual.

2.5 Mekanisme Terjadinya Perilaku Kekerasan
Menurut Iyus Yosep (2009) kemarahan diawali oleh adanya stressor
yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit,
hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari
lingkungan seperti ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga,
tertipu,

penggusuran,

bencana

dan

sebagainya.

Hal

tersebut

akan

mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (disruption
and loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana individu memaknai setiap
kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (personal meaning).
Bila seseorang memberi makna positif, misalnya kemacetan adalah
waktu untuk beristirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana
bising adalah melatih persyarafan telinga maka ia akan dapat melakukan
kegiatan secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan lega
(resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala
sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif
misalnya: olah raga, menyapu atau baca puisi saat ia marah dan sebagainya.
Maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness).
Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (anger). Kemarahan yang
diekspresikan keluar (exspressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif
dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekspresikan dengan
kegiatan destruktif dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal
(guilt). Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikomatis
(painfull symptom).

Page 6

Perasaan marah normal terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif
dan mal adaptif. (Gambar 1)
Respon mal adaptif

Respon adaptif

Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Gambar 1. Rentang Respon Marah
Kegagalan dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif=kekerasan perilaku
yang I menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
1. Asertif, mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega.
2. Frustasi, merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis.
3. Pasif, diam saja karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami.
4. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
5. Kekerasan
Sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, member kata-kata
ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling
berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu
menegndalikan diri.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu:
a. Mengungkapkan secara verbal

Page 7

b. Menekan
c. Menantang.
Dari ketiga cara ini yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara
lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan
menimbulkan rasa bermusuhan dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka
kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan
tampak sebagai depresi psikosomatik atau agresif dan mengamuk.
Mekanisme terjadinya masalah dapat digambarkan melalui diagram
berikut:
Provokasi
(ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi)
Stress
Cemas
Marah
Diungkapkan secara tepat/asertif

Mengingkari marah/merasa kuat
Marah tidak terungkap

Masalah teratasi

Marah berkepanjangan
Marah pada diri sendiri

Marah pada orang lain

Depresi

Agresi

2.6 ASKEP PERILAKU KEKERASAN
Pengkajian
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
2. Keluhan utama

Page 8

Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor tersebut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanakkanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive).

Page 9

d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobus

frontal,

lobus

temporal

dan

ketidakseimbangan

neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
7. Tanda dan gejala
Padapengkajian awal dapat diketahui

alasan utama klien dibawa

kerumah sakit adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara obsevasi dan wawancara. Data
perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
tentang perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
l. tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.

Page 10

Analisa Data
Data
DS: Klien mengatakan benci

Masalah Keperawatan
perilaku kekerasan

atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan
menyerang

orang

mengusiknya jika

yang
sedang

kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras, pandangan tajam
DS : Klien mengatakan benci

Risiko tinggi mencederai orang lain

atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan
menyerang

orang

mengusiknya jika

yang
sedang

kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah
agak merah, nada suara tinggi
dan keras, pandangan tajam
DS: klien merasa tidak

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

berguna, merasa kosong
DO: kehilangan minat
melakukan aktivitas
Pohon masalah
Resiko mencederai orang lain/lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan harga diri : harga diri rendah
Diagnosa Keperawatan

Page 11

1. Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan dibagi dua, yaitu:
A. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien
Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga dapat merawat pasien dirumah.
Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda, dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut).
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/
orang lain.
4. Latih kelurga merawat pasien dengan perilku kekerasan.
a. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
b. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilku kekerasan
d. Evaluasi pengetahan keluarga tentang marah.
5. Buat perawatan lanjutan
a. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Page 12

B. Rencana Tindakan Keperawatan pada Klien
N

Diagnosis

O

Keperawatan
1 Resiko

Perencanaan
Tujuan

Intervensi
Kriteria Hasil

TUM:

mencederai

Klien tidak

diri b.d

mencederai diri

perilaku

sendiri

1.1 Klien mau membalas salam

1.1.1 Beri salam atau panggil nama

kekerasan

TUK:

1.2 Klien mau menjabat tangan

1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan

1. Klien dapat

1.3 Klien mau menyebutkan

1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi

membina

nama

1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

hubungan saling

1.4 Klien mau tersenyum

1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati

percaya

1.5 Klien mau kontak mata

1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering

1.6 Klien mau mengetahui nama
2. Klien dapat
mengidentifikas
i penyebab

perawat
2.1 Klien mengungkapkan
perasaannya
2.2 Klien dapat mengungkapkan

perilaku

perasaan jengkel ataupun

kekerasan

kesal

Page 13

2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2.1.2 Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel atau kesal

3. Klien dapat

3.1 Klien dapat mengungkapkan

mengidentifikas

perasaan saat marah atau

i tanda dan

jengkel

gejala perilaku
kekerasan
4. Klien dapat

3.2 Klien dapat menyimpulkan
tanda dan gejala jengkel atau
kesal yang dialaminya
4.1 Klien dapat mengungkapkan

mengidentifikas

perilaku kekerasan yang biasa

i perilaku

dilakukan

kekerasan yang

4.2 Klien dapatbermain peran

biasa dilakukan

sesuai perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan

3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan
dirasakannya saat jengkel atau marah
3.1.2 Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada
klien
3.2.1 Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel atau
kesal yang dialami klien
4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
kekeraan yang biasa dilakukan klien
4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara klien
lakukan masalahnya selesai

4.3 Klien dapat menngetahui cara
yang biasa dilakukan untuk
5. Klien dapat

menyelesaikan masalah
5.1 Klien dapat menjelaskan

mengidentifikas

akibat dari cara yang

i akibat perilaku

digunakan klien:

kekerasan

a. akibat pada klien sendiri,
b. akibat pada orang lain,
c. akibat pada lingkungan
Page 14

5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang
dilakukan klien
5.1.2 bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
dilakukan klien
5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin mempelajari cara
baru yang sehat

6. Klien dapat

6.1 klien dapat menyebutkan

1.1.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

mendemonstrasi

contoh pencegahan perilaku

kan cara fisik

kekerasan secara fisik: tarik

untuk mencegah

napas dalam, pukul kasur, dan 1.1.3 diskusikan dua cara fisik yang paling mudah untuk

perilaku

bantal

kekerasan

6.2 klien dapat
mendemonstrasikan cara fisik

1.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan
klien
mencegah perilaku kekerasan
6.2.1 Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan
klien

untuk mencegah perilaku

6.2.2 Beri contoh klien cara menarik napas dalam

kekerasan

6.2.3 Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan

6.3 Klien mempunyai jadwak
untuk melatih cara
pencegahan fisik yang telah
dipelajari sebelumnya
6.4 Klien mengevaluasi
kemampuannya dalam
melakukan cara fisik sesuai
jadwal yang disusun

sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai
6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan
yang akan dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang
dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
6.4.3 beikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan

Page 15

perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah
7. Klien dapat

7.1 Klien dapat menyebutkan

7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

mendemonstrasi

cara bicara yang baik dalam

kan cara social

mencegah perilaku kekerasan

d. Meminta dengan baik

untuk mencegah

a. Meminta dengan baik

e. Menolak dengan baik

perilaku

b. Menolak dengan baik

f. Mengungkapkan perasaan dengan baik

kekerasan

c. Mengungkapkan perasaan 7.2.1. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
dengan baik
7.2 Klien dapat
mendemonstrasikan cara
verbal yang baik
7.3 Klien mumpunyai jadwal

7.1.2. Beri contoh cara bicara yang baik :

a. Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk beli
makanan”
b. Menolak dengan baik : “ Maaf, saya tidak dapat
melakukannya karena ada kegiatan lain.
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal

untuk melatih cara bicara

karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai

yang baik

nada suara yang rendah.

7.4 Klien melakukan evaluasi

7.2.2. Minta klien mengulang sendiri

terhadap kemampuan cara

7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien

bicara yang sesuai dengan

7.3.1. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi

jadwal yang telah disusun

cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya :
meminta obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur
tidak pada waktunya; menceritakan kekesalan pada

Page 16

perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk melatih cara yang telah
dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara bicara
yang baik dengan mengisi dengan kegiatan jadwal
kegiatan ( self-evaluation )
7.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “ Bagaimana perasaan Budi
setelah latihan bicara yang baik? Apakah keinginan
8. Klien dapat
mendemonstrasi
kan cara

8.1 Klien dapat menyebutkan
kegiatan yang biasa dilakukan
8.2 Klien dapat

spiritual untuk

mendemonstrasikan cara

mencegah

ibadah yang dipilih

perilaku
kekerasan

8.3 Klien mempunyai jadwal

marah berkurang?”
8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah
dilakukan
8.2.1. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat
dilakukan di ruang rawat
8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan
dilakukan

untuk melatih kegiatan ibadah 8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang
8.4 Klien melakukan evaluasi

dipilih

terhadap kemampuan

8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan klien

melakukan kegiatan ibadah

8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan

Page 17

kegiatan ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah
dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
8.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
8.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan Budi
setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan
9. Klien dapat

9.1 Klien dapat menyebutkan

marah berkurang
9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang

mendemonstrasi

jenis, dosis, dan waktu minum

diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum

kan kepatuhan

obat serta manfaat dari obat

obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00, 19.00); cara minum

minum obat

itu (prinsip 5 benar: benar

obat.

untuk mencegah

orang, obat, dosis, waktu dan

perilaku

cara pemberian)

kekerasan

9.2 Klien mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat sesuai
jadwal yang ditetapkan
9.3 Klien mengevaluasi
kemampuannya dalam
mematuhi minum obat
Page 18

9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat
secara teratur :
a.Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah
minum obat
b. Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter
c.Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak
teratur, misalnya, penyakit kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :

a.Klien meminat obat kepada perawat ( jika di rumah
sakit), kepada keluarga (jika di rumah)
b. Klien memeriksa obat susuai dosis
c.Klien meminum obat pada waktu yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan
mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan Budi
setelah minum obat secara teratur? Apakah keinginan
untuk marah berkurang?”

Page 19

10. Klien dapat

10.1 Klien mengikuti TAK :

mengikuti TAK :

stimulasi persepsi pencegahan

stimulasi persepsi

perilaku kekerasan

pencegahan

10.2 Klien mempunyai jadwal

10.1.1 Anjurkan klien untuk mengikuti TAK : stimulasi
persepsi pencegahan perilaku kekerasan
10.1.2 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)

perilaku

TAK : stimulasi persepsi

10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK

kekerasan

pencegahan perilaku

10.1.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan

kekerasan
10.3 Klien melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan TAK

TAK da beri pujian atas keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan
harian (self- evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK
10.3.3 Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien: “Bagaimana perasaan Ibu
setelah mengikuti TAK?”

11. Klien

11.1 Keluarga dapat

11.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien

mendapatkan

mendemonstrasikan cara

sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap

dukungan

merawat klien

klien selama ini

keluarga dalam

11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam

melakukan cara

merawat klien

pencegahan

11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :
Page 20

perilaku

a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah

kekerasan

secara konstruktif
b. Sikap dan cara bicara
c. Membantu klien mengenal penyebab marah dan
pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien
11.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien
selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah
pulang ke rumah.

Page 21

DAFTAR PUSTAKA

Anna, budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(basic
course).jakarta: EGC
Anna, budi.2009. ModelPraktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta : EGC
Purba, J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press.
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 2005. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,
Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, Budi Anna, d kk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Townsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Ana. 2001. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University press,
Surabaya.
Purba J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing.
Fifth edition. St. Louis: Mosby Year Book.

Page 22

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25