METODE PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTE

METODE PEMBAYARAN
DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

OLEH :
RENDY AL HADI

MUTIARA BANGSA

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada awalnya aktifitas perdagangan hanya terbatas pada suatu wilayah
negara saja. Namun seiring dengan perkembangan peradaban manusia,
meningkatnya permintaan atas pemenuhan kebutuhan manusia, dan
ditambah kemajuan kecerdasan manusia itu dalam menciptakan
teknologi-teknologi mutakhir mendorong adanya perluasan kegiatan
perdagangan tersebut sehingga terjadilah perdagangan lintas negara.
Keterbatasan suatu negara dalam menyediakan komoditas yang
diperlukan oleh masyarakatnya juga memicu terjadinya perdagangan

lintas negara ini. Tidak ada satu negara pun yang bisa benar-benar
mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda baik sumber daya
alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi maupun struktur
sosial. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan komoditas yang
dihasilkan sehingga secara langsung atau tidak langsung akan
membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang atau jasa antar negara.
Maka antara negara-negara di dunia memang perlu menjalin suatu
hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara
tersebut.
Keadaan terkini, perkembangan perdagangan lintas negara atau dapat
kita sebut perdagangan internasional ini semakin dapat kita rasakan. Hal
ini terlihat dari semakin banyak dan mudahnya kita temukan barangbarang di sekitar kita yang ternyata produk dari negara-negara lain.
Perkembangannya, efek dari globalisasi perdagangan ini membuat batasbatas negara seakan-akan tidak ada lagi. Dengan demikian, negaranegara menjadi lebih mudah menyebarluaskan produknya. Apalagi
didukung oleh pesatnya perkembangan teknologi yang membuat aktifitas
global ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja dengan jauh
lebih efektif dan efisien.
Melihat semakin berkembangnya perdagangan internasional, kiranya
sangat menarik untuk mengetahui dan mempelajari banyak hal yang
berkaitan dengan kegiatan perdagangan internasional dan cara

pembayaran yang digunakan dalam transaksi ini, untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan dapat menambah pengetahuan umum

kita.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan perdagangan internasional dan
bagaimana gambaran umumnya?
2. Bagaimana metode dan cara pembayaran dalam transaksi
perdagangan internasional?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan :
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perdagangan
internasional dan gambaran umum mengenai perdagangan internasional
2. Untuk mengetahui metode serta cara pembayaran yang digunakan

dalam transaksi perdagangan internasional.
Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Menambah perbendaharaan pustaka terutama dalam bidang
perdagangan internasional.
2. Menggali ilmu tentang metode dan tata cara pembayaran dalam
perdagangan internasional

II.

PEMBAHASAN

2.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain.
Faktor-faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan

internaisonal diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor alam / potensi alam
b. Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri

c. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara
d. Adaya perbedaan kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
e. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru
untuk menjual produk tersebut
f. Adanya perbedaan keadan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi
g. Adanya kesamaan selera terhadap barang
h. Kenginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain
i. Terjadinya era glabalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia
dapat hidup sendiri
Adapun manfaat dari transaksi perdagangan internasional diantaraya
adalah sebagai berikut :

a. Menjalin persahaabatan antar negara
b. Efisiensi
c. Perluasan pasar dan menambah keuntungan
d. Memperoleh barang yang tidak diproduksi di negeri sendiri
e. Memperoleh keuntungan dari spesialisaasi
f. Peningkatan produktifitas
g. Transfer teknologi modern
h. Sumber penerimaan negara
i. Sumber pemasukan negara dari pajak ekspor dan impor
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi
saja, tapi di bidang politik, sosial dan pertahanan keamanan pun
membawa manfaat. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional
dilakukan oleh semua negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Negara dapat diibaratkan seperti manusia, tidak ada manusia yang bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak
ada negara yang bisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain.
Negara yang dahulu menutup diri dari perdagangan internasional,
sekarang sudah membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, dan
Vietnam.
Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika

harga bahan pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras
berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping memperoleh

keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secara sosial. Mengapa
demikian? Karena jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat
pada krisis ekonomi dan akibat berantainya akan melanda ke semua
negara.
Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik.
Perdagangan antar negara bisa mempererat hubungan politik antar
negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisa mempererat hubungan
dagang. Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan
keamanan karena setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk
mempertahankan wilayahnya. Padahal, tidak semua negara mampu
memproduksi senjata, maka dari itu diperlukan impor senjata.
Mengenai regulasi perdagangan internasional, umumnya perdagangan
dilakukan melalui perjanjian bilateral antara dua negara atau melalui
perjanjian multilateral seperti GATT (General Agreement on Tariffs and
Trade) dan WTO (World Trade Organization).
2.2 Metode Pembayaran dalam Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional selalu menimbulkan 2 aktifitas utama yaitu

ekspor dan impor. Dari aktifitas ekspor impor ini kemudian timbullah
pertanyaan bagaimana cara melakukan pembayaran dalam transaksi
perdagangan tersebut?
Sebelum membahas cara-cara pembayaran dalam perdagangan
internasional, baik kita tahu terlebih dahulu faktor penyebab terjadinya
perdagangan internasional ini. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pembayaran internasional diantaranya sebagai berikut :
a. Pembeli (importir) dan penjual (eksportir) terpisah oleh batas negara
b. Adanya perbedaan mata uang pada masing-masing negara
c. Komunikasi antar negara dengan teknologi mutakhir begitu cepat,
namun pengangkutan barang terutama yang berbobot berat, tinggi dan
berukuran besar masih menyita waktu
Pembayaran internasional adalah pembayaran atas transaksi yang
dilakukan oleh negara-negara yang terlibat dalam perdagangan
internasional berdasarkan kesepakatan yang telah dirundingkan
sebelumnya.
Pembayaran internasional pada umumnya dilaksanakan melalui Bank.
Hal ini karena cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika

digunakan untuk lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu

muncullah cara-cara pembayaran yang lain.
Di Indonesia, berdasarkan ketentuan pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 1
Tahun 1982 tentang Tata Cara Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, cara
pembayaran dalam transaksi ekspor impor dapat dilakukan dengan :
a. Pembayaran di muka (Advance Payment)
b. Perhitungan kemudian (Open Account)
c. Wesel Inkaso (Collection Draft)
d. Konsinyasi (Consigment)
e. Letter of Credit (L/C)
f. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri
sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli
Pada dasarnya pemerintah tidak membatasi penggunaan cara
pembayaran yang lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan
memberikan kelonggarang-kelonggaran agar frekuensi kegiatan
perdagangan internasional semakin meningkat untuk menambah devisa
negara dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Dengan
demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi
perdagangan dapa memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang
dipandang sesuai dan memberikan banyak keuntungan.


2.2.1.

Pembayaran di muka (Advance Payment)

Pembayaran di muka (Advance Payment) ini dilakukan dengan cara
pembeli membayar harga barang sebelum barang tersebut diterimanya
atau dikirimkan kepadanya. Ini berarti bahwa pembeli telah memberika
kredit kepada penjual (buyer’s credit), sehingga penjual dengan kredit
tersebut dapat menyiapkan barang yang akan dikirimkannya kepada
pembeli.
Setelah barang dikirimkan, si penjual mengirim dokumen pengangkutan
disertai invoice yang mencantumkan pembayaran telah dilakukan di
muka. Cara ini tentunya sangat menguntungkan penjual karena selain
penjual mendapatkan kredit, ia juga menerima pembayaran atas barang
yang dijual tanpa adanya resiko.
Namun cara pembayaran seperti ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain sebagai berikut :

a) Untuk pembelian barang tersebut, importir harus menyediakan dana
walaupun barang yang dibelinya belum diterimanya.

b) Dengan cara ini, importir menanggung beberapa macam resiko.
Yaitu resiko mengenai sesuai tidaknya barang yang akan datang dengan
barang yang dipesan, resiko keterlambatan datangnya barang dan resiko
yang timbul dari jujur tidaknya pihak eksportir
c) Pembeli juga menanggung resiko yaitu kemungkinan penjual tidak
mengirimkan barang yang telah dibayarnya. Jika hal tersebut terjadi
pembeli tidak mempunyai bukti otentik untuk dapat menuntut penjual
melalui pengadilan.
Dengan demikian, cara semacam ini tidak banyak dipakai dalam
perdagangan internasional. Cara pembayaran semacam ini biasanya
disyaratkan oleh eksportir dimana importir belum dikenal oleh eksportir
atau dimana eksportir kurang percaya akan kredibilitas importir.
Ada beberapa metode pembayaran transaksi advance payment ini, yaitu
dengan menggunakan :
a) Surat wesel bank atas tunjuk
Biasa disebut bankers sight draft, dapat didefinisikan sebagai surat
perintah yang dibuat oleh bank domestik yang ditujukan kepada bank
korespondennya di negara lain untuk membayar sejumlah uang tertentu
yang disebutkan dalam surat wesel, kepada si pembawa surat wesel atau
kepada pihak tertentu seperti yang disebutkan di dalamnya.

b) Telegraphic transfer
Biasa disingkat dengan menggunakan singkatan T/T, prinsipnya tidak
berbeda dengan wesel bank atas tunjuk seperti yang diuraikan diatas.
Perbedaan antara kedua cara pembayaran tersebut hanya terletak pada
cara yang dipergunakan untuk mengirimkan berita kepada pihak payee.
Kalau surat wesel bank, pemberitahuan kepada payee biasanya dilakukan
dengan menggunakan pengiriman lewat pos, sedangkan transaksi
telegraphic transfer berita pembayaran dikirimkan lewat telex. Dengan
sendirinya pengiriman berita perintah pembayaran teresebut oleh pihak
bank domestik sebagai drawer dilakukan dengan menggunakan kata-kata
sandi.
c)

L/C tunai

Merupakan suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank dimana
bank memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang
namanya disebut dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik
surat wesel atas sejumlah uang tertentu yang harus dibayar bilamana
diminta. Pembayaran dengan menggunakan L/C tunai ini biasanya
dilakukan dalam keadaan dimana importir tidak mau membayar harga
barang yang diimpornya sebelum barang yang dipesannya meninggalkan
negara pengekspor dan dimana eksportir menolak mengirimkan barang
ke negara pengimpor sebelum ia memperoleh kepastian atas
terselenggaranya pembayaran dengan segera.
d) Traveler’s L/C
Merupakan surat dagang dimana bank memberikan otoritas kepada
seseorang seperti yang ditunjuk dalam L/C tersebut untuk menarik surat
wesel atas tunjuk terhadap bank yang mengeluarkan L/C dengan cara
menunjukan L/C tersebut kepada pihak bank korespondensinya di negara
lain. L/C semacam ini banyak dipergunakan oleh pedagang-pedagang
yang keluar negeri dengan maksud berbelanja barang-barang dagangan
berupa barang-barang kelontong.
e) Traveler’s check
Banyak digunakan oleh wisatawan. Travelers Check tersebut oleh para
wisatawan dapat ditukarkan dengan mata uang negara dimana travelers
check tersebut diuangkan atau ditukarkan dengan mata uang lainnya
tergantung kepada aturan yang berlaku di negara bersangkutan, pada
bank-bank atau bahkan mungkin juga dapat langsung dibelanjakan di
toko-toko besar di negara tertentu yang lembaga-lembaga finansialnya
sudah cukup maju.
Pada azasnya, travelers check merupakan surat wesel yang ditarik oleh
sebuah bank yang memerintahkan dirinya sendiri untuk memberikan
sejumlah uang atas tunjuk kepada orang yang namanya dicantumkan
dalam travelers check tersebut.
Agar travelers check diterima oleh kebanyakan bank di negara lain, perlu
dipenuhi syarat : (1) adanya kepercayaan yang cukup besar dari bankbank di berbagai negara terhadap bank atau lembaga keuangan yang
menerbitkan travelers check tersebut, (2) nilai yang tercantum dalam
travelers check dinyatakan dalam mata uang kuat dan (3) travelers check
tersebut tidak mudah dipalsu
f) International money order

Mirip dengan banker’s sight draft , perbedaanya yang pokok ialah kalau
dalam banker’s sight draft bank yang menarik surat wesel harus memiliki
saldo pada bank yang bertindak sebagai drawee, dalam money order hal
itu tidak diperlukan. Untuk transaksi money order biasanya transfer yang
harus dibayar oleh pihak pengirim uang relatif sangat rendah.
g) Cek perorangan (personal check)
Dalam artian yang luas, yang dimaksdu dengan cek perorangan meliputi
disamping cek yang dikeluarkan oleh orang perorangan juga cek yang
dikeluarkan lembaga-lembaga non-bank. Bagi pengirim, pembayaran
dengan cara ini sangat menguntungkan. Disamping mudah, penerbitan
rekeningnya di bank tendensinya memakan waktu cukup lama. Dari
penerima di lain pihak, transaksi seperti ini kurang menguntungkan,
sebab untuk menguangkannya memakan waktu.
h) Uang kertas dan uang logam
Seperti halnya pembayaran dengan menggunakan cek perorangan,
transaksi dengan menggunakan mata uang asing yang dapat berupa
uang kertas atau uang logam relatif sangat kecil. Pada umumnya yang
melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang asing ialah
wisatawan.

2.2.2.

Perhitungan kemudian (Open Account)

Metode open account ini merupakan salah satu cara membiayai transaksi
perdagangan internasional dan bukan merupakan cara melaksanakan
pembayaran. Dari segi pembiayaan transaksi perdagangan, metode open
account dapat dipandang sebagai lawan dari pada metode pembayaran di
muka.
Dalam sistem pembayaran ini, pihak eksportir mengirimkan barang
kepada importir tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta
pembayaran. Commercial invoice atau faktur dipakai sebagai tanda
hutang. Pembayaran dilakukan setelah barang tersebut laku atau setelah
satu/tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai perjanjian yang
disepakati.
Sistem pembayaran ini dapat terjadi apabila :
a) Ada kepercayaan penuh antara eksportir dan importir
b) Barang-barang dan dokumen akan langsung dikirim kepada pembeli
c) Eksportir kelebihan dana

d) Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang
melarang transfer pembayaran impor tersebut ke dalam rekening
eksportir
Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain
:
a) Resiko bagi eksportir sangat besar disebabkan tidak
dipergunakannya dokumen-dokumen yang menjamin pembayaran
tersebut.
b) Eksprtir harus membiayai seluruh transaksi tersebut
c) Resiko yang timbul akibat adanya perubahan kurs devisa dalam cara
ini juga sangat besar
d) Kelemahan lain sistem pembayaran ini yaitu, bahwa pihak eksportir
tidak mendapat perlindungan karena tidak adanya kepastian dari pihak
importir untuk membayar barang dagangan yang telah dikirimkannya.
Sehingga memicu perselisihan.
e) Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir.
Disamping kelemahan-kelemahan tersebut, cara pembayaran open
account ini mempunyai segi-segi yang menguntungkan yaitu :
a) Prosedurnya sangat sederhana.
b) Karena prosedur yang sederhana tesebut, maka biaya
pelaksanaannya akan rendah.
c) Bagi importir cara semacam ini sangat menguntungkan sebab untuk
transaksi ini importir tidak perlu menyediakan modal.
2.2.3. Wesel Inkaso (Collection Draft)
Yang dimaksud dengan cara pembayaran collection draft adalah
penagihan pembayaran dari pembeli dilakukan melalui Bank, yaitu
pengiriman dokumen ekspor kepada importir (tertarik/tertagih/drawee)
dengan menggunakan jasa Bank untuk menagih pembayarannya. Jadi
eksportir baru memperoleh pembayaran setelah dananya tertagih atau
dibayar oleh importir.
Penyerahan dokumen kepada importir didasarkan pada :
a) D/P (Document against Payment): penyerahan
dokumen kepada
importir dilakukan apabila importir telah membayar
b) D/A (Document against Acceptance): penyerahan dokumen kepada
importir dilakukan apabila importir telah menerima weselnya.
Untung-rugi cara pembayaran collection draft yaitu cara pembayaran ini
lebih menguntungkan pembeli (importir), karena pemesanan barang
tidak diikuti dengan kewajiban menyetor dana. Bagi eksportir, cara
pembayaran ini tidak menguntungkan karena tidak adanya kepastian

pembayaran oleh importir. Walaupun kepemilikan barang masih tetap
ditangan eksportir, resiko yang dihadapi adalah jika importir menolak
melakukan pembayaran / akseptasi meskipun barang dan dokumen sudah
dikirim.
Eksportir akan mengalami kesulitan untuk mengurus barang-barang
yang sudah berada di luar negeri. Demikian pula walaupun akseptasi
telah dilakukan oleh importir, masih ada resiko yaitu tidak adanya
pembayaran pada saat jatuh tempo jadi Importir bisa saja membayar
dalam waktu yang sangat lama bahkan tidak melakukan pembayaran
apa-apa (fraud) dan tidak mengambil document ekspor pada tempat
Importir melakukan Banking.
Cara pembayaran ini biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang telah
saling percaya dan telah menjalin kerjasama dalam jangka waktu yang
relatif lama. Cara pembayaran collection draft ini diatur dalam URC
(Uniform Rules for Collection) edisi terakhir.
2.2.4. Konsinyasi (Consigment)
Konsinyasi merupakan sistem pengiriman barang-barang ekspor pada
importir di luar negeri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh
ekspotir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga yang
telah ditetapkan oleh eksportir, barang-barang yang tidak terjual akan
dikembalikan kepada eksportir.
Dalam sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan
importir hanya merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Hal ini
terjadi karena pengiriman barang belum menemukan pembeli. Penjualan
barang di luar negri dapat dilaksanakan melalui Pasar Bebas (Free
Market) atau Bursa Dagang (Commodites Exchange) dengan cara lelang.
Untung - rugi pembayaran dengan konsinyasi biasanya cara ini paling
menguntungkan bagi importir karena tidak perlu modal yang besar untuk
menjual barang, modal yang dikeluarkan paling hanya space untuk
gudang atau tempat menjualnya. Sedangkan bagi eksportir timbul resiko,
antara lain kemungkinan lamanya modal tertahan karena menunggu
sampai terjualnya barang, atau adanya keterlambatan pembayaran walau
barang sudah terjual. Untuk mengurangi resiko, eksportir dapat
menggunakan jasa "bonded warehouse" (entreport) sebagai pihak yang
menyimpan barang untuk dititipkan sampai barang terjual.

2.2.5. Letter of Credit (L/C)
'Letter of Credit' yang biasa disingkat L/C, yang dimaksud di sini adalah
commercial letter of credit' yang dapat didefinisikan sebagai surat yang
dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli sejumlah barang di mana
bank sendiri yang mengakseptir dan membayar surat wesel yang ditarik
oleh eksportir. Dengan demikian surat wesel yang dibuat oleh eksportir
tidak ditarik atas importir, melainkan atas bank. Jadi surat weselnya
bukan lagi merupakan 'trade bill' melainkan 'bank bi!l', yang oleh
karenanya biasa disebut juga 'bank draft'. Dari sini dapat kita lihat lebih
tingginya jaminan atas terbayarnya surat wesel dalam hal menggunakan
'letter of credit' daripada menggunakan 'commercial bill of exchange'.
Berdasarkan L/C, maka bank yang terlibat setuju mengadakan
pembayaran atas dokumen-dokumen yang diserahkan, bila menurut
pengamatannya telah memenuhi persyaratan L/C. Bank sama sekali tidak
terikat dan tidak punya kepentingan atas kontrak-kontrak barang yang
dikapalkan. Bila barang yang dikapalkan tersebut ternyata salah atau
rendah mutunya, tetapi dokumen yang bersangkutan memenuhi syarat,
maka importir lah yang bertanggung jawab atas pembayarannya,
kendatipun dokumen-dokumen tersebut telah dipalsukan.
Tujuan penggunaan L/C adalah untuk memberikan jaminan pembayaran
kepada eksportir atas barang yang dijualnya, sedangkan bagi importir
memberikan jaminan bahwa banknya (Issuing Bank) tidak akan
melakukan pembayaran, sebelum persyaratan yang ditentukan dalam L/C
telah dipenuhi.
Pada pokoknya ada tiga pihak dalam transaksi 'letter of credit', yaitu:
a) 'opener' yang sering disebut juga 'account', yaitu pihak yang
mengajukan perrnintaan pembukaan letter of credit kepada bank.
Sebagai 'opener' dalam pemiagaan intemasional adalah importir,
b) 'issuer' atau 'issuing bank', yaitu bank di negara importir yang
mengeluarkan letter of credit atas permintaan importir,
c) 'beneficiary' yang disebut juga accredite, yaitu pihak untuk siapa
letter of credit dibuka. Dalam perdagangan intemasional, pihak
beneficiary adalah eksportir.
Di samping ketiga pihak tersebut di atas dalam transaksi 'letter of credit'
sering ada tiga pihak lagi yang sifatnya membantu memperlancar
pelaksanaan transaksi 'letter of credit' tersebut. Mereka adalah :
a) 'the confirming bank', yang bertindak menjamin kredit tersebut.
b) 'the notifying bank', yang atas permintaan 'issuing bank' akan

memberitahukan kepada 'beneficiary' bahwa telah dibuka L/C untuknya,
c) 'the negotiating bank', yaitu bank di negara eksportir yang
membayar atau mengakseptir surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Mengenai prosedur penggunaan 'letter of credit', pada garis besarnya
dapat dituturkan sebagai berikut:
a) Eksportir dan importir saling bersepakat untuk mengadakan
transaksi jual beli atas sejumlah barang, dengan syarat-syarat
pembayaran misalnya: pembayaran dilakukan dengan 'irrevocable
letter of credit' ( =· letter of credit yang tidak dapat dibatalkan) dan
eksportir akan menarik surat wesel yang harus dibayar dalam waktu 90
hari.
b) Sesudah ada persetujuan tersebut importir mengajukan permohonan
pembukaan L/C dengan cara mengisi formulir yang disajikan oleh bank di
tempatnya dan kemudian diserahkan kepada bank tersebut.
c) Kalau bank memandang bahwa kredit kepada importir cukup
terjamin, maka bank menerbitkan 'letter of credit'. 'Letter of credit' ini
kemudian dikirimkan kepada bank cabangnya atau bank korespondennya
di negara eksportir.
d) Kalau bank yang menerima "letter of credit' tersebut menyetujui
kredit tersebut maka olehnya eksportir diberitahu bahwa atas
permintaan importir telah dibuka 'letter of credit' untuknya.
e) Setelah eksportir menyerahkan semua dokumen-dokumen
eksportir dapat menerima pembayaran atas surat wesel yang
ditariknya atas 'issuing bank'. Yang mengadakan pembayaran atau
akseptasi ini adalah bank yang menerima dokumen-dokumen tersebut.
f) Surat wesel beserta dengan semua dokumen yang diperlukan oleh
'conforming bank' dikirimkan kepada 'issuing bank', Oleh karena dalam
contoh surat wesel pembayarannya baru dilaksanakan sesudah sembilan
puluh hari, maka bank hanya memberi akseptasi saja atas surat wesel
tersebut. Dengan diakseptinya surat wesel tersebut pada umumnya surat
wesel dapat diperjualbelikan.
g) Kalau barang sudah sampai di ternpat importir, bank dapat memberi
izin kepada importir untuk menerima barang tersebut. Bank dapat juga
meminta kepada importir untuk menandatangani 'trust receipt', yang
merupakan perjanjian bahwa sebelum pembayaran seluruhnya
dilaksanakan oleh importir hak milik atas barang ada di tangan bank.
Dengan cara ini biasanya barang tersebut disimpan dalam gudang dan

surat untuk mengeluarkan barang dari gudang diurus sendiri oleh bank.
Kalau importir ingin mengambil barang tersebut dari gudang, misalnya
dengan maksud untuk menjual atau untuk memakainya, terlebih dahulu
ia harus mendapatkan izin dari bank.
h) Sesudah tiga bulan lewat, tiba saatnya bagi importir untuk
membayar seluruh hutangnya kepada bank. Apabila importir telah
membayar surat wesel tersebut dan 'issuing bank' telah menyelesaikan
pembayarannya kepada 'confirming bank', maka berarti bahwa transaksi
'letter of credit' telah berakhir. Andaikan terjadi importir tidak melunasi
seluruh kewajibannya, maka kerugian yang timbul akan dipikul bersama
oleh 'issuing bank' dan 'confirming bank'.
Perlu kiranya diketengahkan di sini, bahwa menurut kenyataan dalam
praktek banyak sekali variasinya. Jadi apa yang diuraikan di atas
hanyalah merupakan gambaran umum mengenai mekanisme
pembayaran dengan menggunakan 'letter of credit'. Sedangkan jenisjenis L/C antara lain sebagai berikut :
a) Irrevocable L/C
L/C yang tidak dapat dibatalkan dan dirubah secara sepihak, sehingga
semua persyaratan tetap mengikat dan berlaku. Kecuali ada persetujuan
perubahan dari ekportir yang disahkan oleh Bank masing masing. Dibagi
menjadi :
1) Irrevocable Sight L/C
Suatu Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan, bahwa
pembayaran dapat dilaksanakan secepatnya, setelah wesel ekspor
diajukan/diserahkan.
2) Irrevocable Usance L/C
Irrevocable L/C yang mengandung persyaratan “pembayaran berjangka”.
b) Irrevocable Confirmed L/C
L/C selain diadviskan/ diteruskan kepada ekportir juga “dikonfirmasi”
dan advising bank dapat bertindak sebagai confirming Bank. Bila tidak,
bank lain bisa dilibatkan confirming Bank, yakni Bank yang mengikatkan
diri untuk menjamin dibayarnya L/C tersebut sesuai syarat-syarat L/C.
c) Irrevocable Unconfirmed L/C
L/C yang diadviskan melalui Bank lain yang tidak menyatakan tambahan
penggunaan kewajiban apapun atas L/C tersebut. Kebanyakan L/C yang
dibuka oleh Bank-Bank asing tanpa dikonfirmasi, karena Bank yang
menerbitkan L/C tersebut telah cukup dikenal baik kreadibilitasnya.

d) Red Clause L/C
L/C yang memberkan fasilitas kepada eksportir untuk menarik sejumlah
uang lebih dulu sebelum ekspor dilaksanakan, tanpa penyerahan jaminan
dan hanya dilakukan dengan menandatangani kwitansi serta letter of
undertaking. Hasil negosiasi dokumen diutamakan untuk melunasi
pinjaman (uang muka) red calused, bila ada sisanya dapat dibayarkan
kepada yang berkepentingan.
e) Restricted L/C
L/C yang membatasi pengambilalihan (negosiasi) wesel dan dokumen
hanya pada Bank yang tercantum dalam L/C tersebut.
f) Unrestricted L/C
L/C yang dapat diambil alih oleh Bank lain dan tidak terbatas pada Bank
yang tercantum dalam L/C tersebut.
g) Transferable L/C
L/C yang memberi hak kepada beneficiary untuk memindahkan dana
yang tercantum dalam L/C tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian
kepada Beneficiary lain, dengan cara memerintahkan kepada Bank untuk
melakukan pemindahan dana tersebut.
h) Untransferable L/C
L/C dimana beneficiary tidak dapat memindahkan/mengalihkan hak
kepada pihak ketiga, sehingga penggunaanya terbatas pada Beneficiary
yang tercantum dalam L/C tersebut.
i) Revolving L/C
L/C yang dipakai untuk mengekspor berulang-ulang selama waktu yang
ditentukan.
j) Back to Back L/C
L/C yang dapat dijadikan jaminan oleh ekportir untuk membuka
seperangkat L/C kepada supplier untuk menggantikan barang yang
dipesan atau diminta oleh pembeli / Bank pembuka L/C.
k) Premiliminary L/C
Merupakan berita pendahuluan suatu L/C, sehingga belum merupakan
L/C yang definitif atau surat berharga yang dapat dijadikan pegangan.
L/C ini berbentuk teleks / kawat yang belum merupakan “Operation
Credit Instrument”
l) Merchat’s L/C
L/C yang dibuka oleh importir tanpa tanggung jawab bank atau lembaga
keuangan bukan bank, sedangkan Bank hanya sebagai pengirim L/C saja.
m) Stanby L/C
L/C dimana Issuing Bank berjanji akan melaksanakan pembayaran, jika

Bank Accountee tidak memenuhi janjinya
n) Straight L/C
L/C yang dapat mengilat opening bank, apabila dokumen-dokumen
diajukan “secara langsung (straight)” kepadanya. L/C ini biasanya jatuh
tempo di negara bank pembuka.
Dari uraian tentang L/C diatas, maka dapat diketahui bahwa L/C ini
memiliki kebaikan juga kelemahan. Diantara kebaikan-kebaikan L/C yaitu
:
a) Penjual/eksportir dapat menggantungkan kepercayaan pada L/C
yang dikeluarkan bank daripada L/C yang dikeluarkan oleh pedagang,
karena ada jaminan pembayaran bank setelah penyerahan dokumen yang
sesuai dengan syarat L/C.
b) Penjual/eksportir menerima pembayaran secepatnya dari pihak
pembayar, bila semua dokumen sesuai dengan syarat L/C diserahkan
kepada pihak Bank pembayar. Walaupun pembeli/pengimpor belum
menerima dokumen-dokumen tersebut.
c) Penjual/eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan
selanjutnya, seperti back to back L/C dan sebagainya.
d) Pembeli/pengimpor diharuskan menyediakan dana atau presentase
tertentu, sampai barang impor tersebut tiba untuk ditebus.
e) Pembeli/importir dapat menggunakan hak pemilikan atas dokumendokumen berdasarkan L/C, untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya,
yakni pinjaman pembiayaan kembali dan sebagainya.
f) Pembeli/pengimpor merasa terjamin, bahwa bank akan menolak
pembayaran kepada penjual atau eksportir. Kecuali penjual/eksportir
telah memenuhi persyaratan L/C yang telah diminta pembeli atau
pengimpor kepada banknya, seperti yang tercantum dalam L/C.
Sedangkan sisi kelemahan L/C, antara lain :
a) Timbul biaya bank dalam penanganan L/C
b) Butuh waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui
bank
c) Bank hanya berkepentingan terhadap dokumen saja dan tidak
bertanggung jawab pada barang
d) Pembeli/importir tidak mendapat jaminan, bahwa barang-barang
yang dipesan dengan harga tertentu adalah yang sebenarnya dikapalkan.
III.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan transaksi perdagangan internasional atau lebih
dikenal dengan aktifitas ekspor - impor selalu ada metode pembayaran

guna memperlancar proses perdagangan tersebut. Beberapa metode
pembayaran dalam perdagangan internasional dan yang umum
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Advance Payment (pembayaran dilakukan sebelum barang diterima
oleh Importir)
b. Open Account (pembayaran dilakukan setelah barang diterima oleh
Importir)
c. Consigment (barang di jual oleh pihak ketiga dan pembayaran
dilakukan setelah barang laku terjual oleh pihak ketiga tersebut)
d. Collection Draft (pembayaran dilakukan setelah melihat perjanjian di
dalam dokumen pembayaran mencantumkan jatuh tempo pembayaran)
e. Letter Of Credit (importir memberikan jaminan pembayaran).
3.2 Saran
Dalam melakukan transaksi pembayaran dalam perdagangan
internasional tedapat beberapa resiko yang dapat merugikan eksportir
maupun importir. Untuk itu baik eksportir maupun importir harus pandai
memilih cara pembayaran seperti apa yang paling cocok dengan
transaksi yang dilakukan. Resiko-resiko tersebut juga dapat di antisipasi
dengan cara ketelitian dan kecermatan dalam memilih rekan transaksi
maupun pihak ketiga yang menjembatani transaksi perdagangan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad, Rinaldy, dkk. Cara Pembayaran Ekspor-Impor. Makalah
Mata Kuliah Kepabeanan Ekspor Impor, Administrasi Bisnis, Universitas
Brawijay, 2014
2. Elearning Gunadarma, Bab 3. Beberapa Prosedur Dasar Pembayaran
Internasional. Dari
https://www.google.com/elearning.gunadarma.ac.id/bab_3_
beberapa_prosedur_dasar_pembayaran_ internasional.pdf, 28 Maret 2016
3. Ismawanto (2012), Cara dan Alat pembayaran Internasional. Dari
http://www.ssbelajar. net/2012/03/pembayaran-internasional.html, pada
28 Maret 2016
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1982 tentang
Pelaksanaan Ekspor, Impor dan atau Lalu Lintas Devisa
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 tahun 1985 tentang

Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1982
tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan atau Lalu Lintas Devisa
6. Saragih, Rajaingat (2014). Mekanisme Pembayaran Dalam Transaksi
Bisnis Dengan Menggunakan Letter Of Credit (L/C). Jurnal Elektronik
Dading. Vol.1, No.1
7. Sukma, Rivera Pantro (2010). Analisis Discrepancy L/C Dan Cara
Penanganannya Untuk Meningkatkan Pemakaian L/C Pada Perdagangan
Internasional. Jurnal Ilmiah Panorama Nusantara, Edisi IX
8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2014 tentang
Perdagangan
9. Utami, Dewi Sartika (2013). Aspek Hukum Letter Of Credit Sebagai
Alat Pembayaran Dalam Transaksi Dagang Internasional. Jurnal Ilmiah
10. Wikipedia, Perdagangan internasional. dari
https://id.wikipedia.org/wiki/ Perdagangan _ internasional, 28 Maret 2016
11. Yunus, Yayang Indra (2014), Metode Pembayaran Transaksi
Perdagangan Internasional. Dari
http://yainyu.blogspot.co.id/2014/03/makalah-metode-pembayarantransaksi.html, 28 Maret 2016