HIPERREALITAS PORNOGRAFI BAGI MAHASISWA KOS DI KELURAHAN JEBRES, SURAKARTA | Anindhita | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 11385 23848 1 SM

HIPERREALITAS PORNOGRAFI BAGI MAHASISWA KOS DI KELURAHAN
JEBRES, SURAKARTA
Priangga Anindhita
K8413061

Jurusan Sosiologi Antropologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui latar belakang mahasiswa
“penikmat pornografi” dalam menikmati pornografi, (2) untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan dari hiperrealitas pornografi, (3) untuk mengetahui hiperrealitas memandang
mahasiswa yang menikmati pornografi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. Sumber data dari penelitian
ini yaitu (1) informan, yaitu mahasiswa kos di daerah Jebres. (2) dokumen, yaitu berupa foto
bukti mengenai alamat web, isi laptop, dan barang yang menunjang. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, (1) wawancara mendalam, (2) observasi.
Untuk menguji data dalam penilitian ini valid menggunakan triangulasi dengan metode.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif yang
memiliki tiga tahapan yaitu reduksi data, sajian data, dan kesimpulan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang mahasiswa dalam mengenal
dan menikmati pornografi terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap pertama adalah pengenalan dari
teman, tahap kedua berupa pengembangan rasa ingin tahu, dan tahap ketiga adalah mulai
mencari informasi untuk mendapatkan pornografi dengan mudah. Kemudian dari latar
belakang muncul dampak bagi penikmat pornografi yaitu, mengalami kecanduan pada
pornografi, penyimpanan file pornografi yang berlebihan, melakukan mastrubasi, sampai
melakukan hubungan seks bebas. Dilihat dari hiperrealitas, pornografi menjadi bentuk
hiperrealitas yang ada didalamnya berupa pemeran yang menarik, adegan yang tidak realita,
dan durasi yang bervariasi. Selain itu para penikmat pornografi sendiri sudah masuk kedalam
ruang semu yang didalamnya terdapat sebuah kenikmatan dan fantasi secara virtual.
Dianggap oleh penikmatnya sebagai bentuk kenikmatan yang nyata padahal hanya berupa
simulasi.
Kata kunci

: hiperrealitas, pornografi, mahasiswa

Abstract
This research aims are: (1) to know the background of students ie pornography
consumer in enjoying pornography, (2) to know the impact of hyper-reality pornography, (3)
to know hyper-reality views students who enjoying pornography.

This research used descriptive qualitative method. The data sources of this research
are: (1) informant, i.e boarding student at Jebres area, (2) document, i.e photos about web
address, contain of laptop, and goods which support. Technique of collecting data used is (1)
deep interview, (2) observation. To know the validity of data, this research used triangulation
with method. Technique of analysis data used is interactive analysis that have three stages
there were data reduction, data presentation, and conclusion.
The result showed that student’s background in knowing and enjoying pornography
consists of three stages; first, introduced by friends; second, developed by curious; last, start
looking for information to get pornography easily. Then from the background appear impact
of pornography consumer who being pornography addicted, excessive pornographic file
storage, doing masturbation, till doing free sex. Pornography is hyper-reality form that
consists of interesting player, unrealistic scenes, and varying duration. Besides, pornography
consumer was entered into pseudo space in which there is a pleasure fantasy virtually.
Considered by the consumer as a form of real pleasure when only a form of simulation.
Keywords

: hyper-reality, pornography

permasalahan


gemar

1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam kemajuan informasi
dan

meresahkan

teknologi,

internet

dalam

pengaksesan

remaja yang memiliki penasaran terhadap
hal

Kemudahan


mengakses dan menikmatinya.

melakukan

internet.

Kebebasan akses internet menimbulkan

mengalami kemajuan yang cukup pesat.
dalam

bagi

masyarakat. Khususnya bagi remaja yang

1. Pendahuluan

komunikasi


yang

pornografi

pengaksesan internet dan juga mampu

dapat

dengan

mudah

Pemerintah telah memfilter link

memberikan informasi penting bagi para

internet

penggunanya, menjadikan internet sesuatu


pornografi, tetapi media sosial masih

kemajuan yang cukup membantu. Disisi

menyediakan konten yang berbau seksual

kemudahan dalam mengakes internet,

tersebut tanpa adanya batasan umur. Di

tentunya terdapat penyalahgunaan internet

internet sendiri dalam web atau link sendiri

dalam hal negatif. Seperti penipuan,

penyebarannya sudah dibatasi pemerintah

perjudian, perdagangan ilegal, pembobolan


dengan menggunakan

atau hack, pornografi, dan lain sebagainya.

Tetapi

Pornografi

memudahkan konten tersebut tersebar,

sebagai

penyalahgunaan

salah

internet

satu
menjadi


yang

hadirnya

menyediakan

konten

“internet positif”.

media

sosial

lebih

hanya dengan syarat memiliki akun media

para


penyelenggara

sosial saja.

jelasnya.(Kominfo.go.id 2013/4/12)

Mengenai “internet positif”, pada

Meskipun

ISP”,

pemerintah

sudah

diakses

berusaha dalam melakukan pemblokiran


tanggal 6 Juni 2017. Terdapat pernyataan

situs pornografi, tetap saja masih banyak

bahwa, Kepala Pusat Informasi dan Humas

situs pornografi yang masih bisa dibuka

Kementerian Komunikasi dan Informatika

denga bebas. Seperti data yang diperoleh

(Kominfo)

Broto

dari surat kabar online (harianterbit.com)

Kominfo


pada 24 Agustus 2014. Menurut Asosiasi

hingga saat ini terus melakukan kegiatan

Jasa Pengguna Internet Indonesia (APJII),

pemblokiran terhadap situs dan konten

pengguna internet di Indonesia didominasi

negatif

kaum muda berusia 12-34 tahun yang

website

Kominfo.go.id

Gatot

menegaskan,

S.

yang

Dewa

Kementerian

yang

dianggap

melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan

mencakup

64,2

persen

dari

jumlah

yang berlaku, seperti UU No. 36 Tahun

pengguna. Situs yang paling populer

1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 11

diakses yakni konten pornografi. Mereka

Tahun 2008 tentang ITE dan sejumlah UU

bebas mengakses situs mesum karena

lainnya.

tanpa pengawasan orangtua. Wakil ketua
APJJI, Sammy memaparkan, kebanyakan
Hal

menjadi

ini,

sebagaimana

komitmen

Menteri

sudah

Kominfo

Tifatul Sembiring pada Kabinet Indonesia
Bersatu, sejak pertama kali dicanangkan
pada tanggal 10 Agustus 2010 untuk mulai
melakukan pemblokiran konten negatif
secara

lebih

komprehensif

dan

berkelanjutan, kata Gatot, dalam siaran
pers tentang Kontinuitas Pemblokiran
Konten

Negatif.

pemblokiran
Kementerian

Untuk

konten

melakukan

negatif

Kominfo

ini,
masih

menggunakan software TRUST+Positif
yang sejauh ini cukup efektif manfaatnya.
“Pemblokiran ini wajib dilakukan oleh

orangtua di Indonesia memperkirakan
anaknya menghabiskan kurang lebih 20
jam

per

bulan

untuk

menggunakan

internet. “Namun, kenyataan sebenarnya
adalah

anak-anak

dan

remaja

menghabiskan waktu lebih dai 20 jam
sebulan

untuk

surfing

website

pada

jaringan internet,” kata Sammy. Sammy
menegaskan, sekitar 41 persen remaja
Indonesia mengakui orangtua mereka tidak
mengetahui situs-situs yang diakses pada
saat online. “Artinya, topik-topik yang
mengandunga pornografi masih menjadi
favorit pengguna internet. Bahkan, data
Kominfo menyebutkan, 97 persen siswa
SMP/SMU mengakses situs porno,”

bahwa

Penanganan dan pencegahan serta

pornografi tersebar melalui situs internet

larangan pornografi sudah diatur oleh

masih memiliki jalur-jalur penyebaran

pemerintah dalam Undang-Undang RI

yang lain. Dulu sebelum ada internet

Nomor 44 Tahun 2008 tentang peran

pornografi hanya disiarkan oleh media

pemerintah dalam pencegahan pornografi.

atau

Kenyataan

membeli

menikmatinya.
internet

yang

untuk

dapat

Menunjukan bahwa di Indonesia sendiri

dengan

adanya

adalah negara hukum yang menjunjung

berkembanya

media

tinggi moral bangsa serta berlandaskan

VCD
Tetapi

maka

ada

komunikasi berupa media sosial yang ada

Pancasila

menjadikan pornografi lebih mudah untuk

KeTuhanan

tersebar dan diterima oleh masyarakat.

adanya aturan negara yang bersifat tegas,

Seperti yang dikutip di Kompasiana edisi

adapula aturan dari agam, yang benar-

30 November 2015 dengan judul Media

benar

Sosial sebagai Media Pornografi Bagi

berasaskan

Remaja:

berusaha mencegah bahkan menghalangi

Terbukti

dengan

adanya

yang

didalamnya

Yang Maha

melarang

Esa.

Selain

pornografi.

pada

perluasan

terdapat

moral,

Dengan

pemerintah

pornografi

tersebut.

penuturan dari Menteri Komunikasi

Kenyataannya undang-undang itu dibuat

dan Informatika Rudiantara yang

pembuatan, penyebaran, dan penggunaan

mengatakan bahwa pihaknya telah

pornografi di Indonesia sudah terlalu

memblokir lebih dari 800.000 situs

meluas.

terus

Masih banyaknya remaja yang

bermunculan situs porno lainnya.

mengakses pornografi sedangkan sudah

Contoh lainnya di instagram terdapat

ada aturan pemerintah yang melarangnya,

situs-situs khusus untuk remaja diatas

menjadi

usia

yang

peneliti mengenai pornografi itu sendiri

Meskipun

dilihat dari teori hiperrealitas pornografi.

isinya terkadang hanya tulisan atau

Selain itu tempat penelitiannya akan

foto foto wanita seksi dan tujuannya

diambil di Kelurahan Jebres, dimana

hanya sebagai hiburan tetap saja bagi

terdapat mahasiswa-mahasiswa yang kos

remaja hal

dan

disana. Mahasiswa sendiri merupakan

mungkin saja itu akan di contoh oleh

orang-orang yang notabenenya memiliki

mereka. Dan hal itu dapat merusak

pendidikan

akhlak dan moral remaja.

penelitian ini berupa keresahan peneliti

porno,

meski

17

menawarkan

masih

tahun

saja

keatas

hiburan.

itu tidak

baik

selaku

sebuah

kajian

tinggi.

calon

penting

Selain

pendidik

itu

bagi

juga,

mengenai

banyaknya

remaja

mengakses

Penelitian ini dibatasi oleh tempat,

pornografi, terlihat dari data yang telah

informan dan permasalahan serta teori

dipaparkan. Hal-hal tersebut membuat

yang digunakan dalam penelitian. Tempat

peneliti

dalam

tertarik

yang

untuk

melakukan

penelitian

ini

adalah

daerah

penelitian tentang penikmat pornografi

Kelurahan Jebres tepatnya di kos dengan

dalam ruang semu. Peneliti memilih

informan mahasiswa kos yang ada di

mahasiswa dikarenakan mahasiswa telah

Jebres. Kemudian permasalahan penelitian

mengalami

ini mengenai pornografi yang dikaji

fase

memungkinkan
terkait

remja,

sehingga

pengalaman-pengalaman

permasalahan

penelitian

dengan teori hiperrealitas.

lebih

mengetahui.

2. Landasan Teori

1.2 Tujuan Penelitian

2.1 Pornografi

1. Untuk mengetahui latar belakang
mahasiswa

“penikmat

pornografi”

mengetahui

ditimbulkan

dari

dampak

yang

hiperrealitas

pornografi.
3. Untuk

memandang

pornografi, yaitu “Pornografi berasal dari
dan

graphien

hiperrealitas

mahasiswa

yang

menikmati pornografi.

yang

berarti

menulis.

Pornografi secara harfiah adalah penulisan
pelacur

mengetahui

mendefinisikan

bahsa Yunani porne, yang berarti pelacur

dalam menikmati pornografi.
2. Untuk

Malamuth

atau

penggambaran

prostitusi”(1999:77). Sehingga pornografi
merupakan sebuah penggambaran pelacur
yang dapat dinikmati atau dilihat oleh
orang lain. Penggambaran ini tidak hanya

1.3 Rumusan Masalah

berbentuk gambar saja melainkan dapat

1. Bagaimana latar belakang mahasiswa

berupa video yang menampilkan tindakan

“penikmat

pornografi”

dalam

menikmati pornografi?

Menurut Undang-undang Nomor

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan
dari hiperrealitas pornografi?
3. Bagaimana hiperrealitas memandang
mahasiswa

dalam

pornografi?

seksual.

menikmati

44 Tahun 2008 Pasal 1 tentang pornografi,
pornografi adalah materi seksual yang
dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar,
sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, syair,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk

1.4 Batasan Penelitian

pesan melalui komunikasi lain melalui
berbagai

bentuk

media

komunikasi

dan/atau pertunjukan di muka umum, yang

wanita melakukan seks dengan banyak

dapat

lelaki.

membangkitkan

hasrat

seksual

dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan

2.2 Hiperrealitas Pornografi

masyarakat.

Pornografi itu sendiri menciptakan

Dalam penelitian yang dilakukan

sebuah ruang semu, dimana penikmatnya

oleh Agus Priyanto dengan judul “Pesan

dapat menikmati ketidak nyataan atau

Adegan Pornografi dan Pornoaksi dalam

simulasi yang tersedia dalam adegan

Film

pornografi.

Horor

Indonesia”,

Tingkatan

Pilliang

(2011:161)

pornografi dibagi menjadi tiga jenis:

berpendapat

1. Softcore

simulasi, manusia dijebak kedalam suatu

bahwa

melalui

model

Digambarkan dengan materi-materi

ruang, yang disadarinya sebagai nyata,

mengenai ketelanjangan, adegan-adegan

meskipun sesungguhnya semu atau tidak

yang mengesankan terjadinya hubungan

realistis.

seksual. Jadi dalam softcore adegan yang

menciptakan

ditampilkan masih berupa ketelanjangan

kenyamanan tersendiri bagi penikmatnya

dan kesan seksual tanpa adanya hubungan

yang

seksual yang dipertontonkan.

merasakan

2. Hardcore

ditayangkan dalam pornografi tersebut.

Digambarkan dengan seks secara

Jadi

pornografi

sebuah

seakan-akan

suasana

dan

penikmatnya

ikut

seksual

yang

sensasi

Pilliang

sendiri

(2011:161)

juga

eksplisit seperti penampilan close up alat

menambahkan bahwa ruang realitas semu

genital

yang

ini

yang

representasi-dekonstruksi dari representasi

ditampilkan dalam hardcore biasanya

itu sendiri. Ruang semu yang diciptakan

berisikan

dimana

merupakan perbandingan antara dua hal

ketelanjangan yang ada juga menampilkan

yang berlawanan mengenai sesuatu yang

kelamin serta hubungan seksual yang jelas

dilihat dan dianggap kebenarannya. Dalam

diadegankan.

ruang semu ini pornografi menjadi sesuatu

3. Obscenity

yang dapat dilihat dan dinikmati oleh

dan

diperlihatkan.

aktivitas

seksual

Adegan-adegan

tindakan

Digambarkan

seksual,

dengan

merupakan

ruang

antitesis

dari

materi

penikmatnya. Meskipun tidak diketahui

seksualitas yang menentang secara ofensif

pasti cara menikmati pornografi tersebut

batas-batas kesusilaan masyarakat, yang

merupakan suatu

menjijikan dan diluar batas wajar. Adegan

merupakan dekonstruksi dari representasi

ini lebih kepada ketidak wajaran dalam

penikmat porno itu sendiri.

adegan seksual, misalnya dimana seorang

yang alamiah

atau

Sejatinya

sendiri

lebih nyata dari kenyataan itu sendiri:

karena

realitas semu. Akantetapi kenyataan

menyamarkan antara yang nyata dengan

semu inilah yang menciptakan sebuah

yang imajiner. Segala adegan dalam

pesona-pesona

pornografi pada awalnya sama sekali tidak

seksual yang lebih nyaman dan terasa

memiliki kebenaran. Pornografi itu sendiri

lebih realitas dari realitas itu sendiri.

telah berubah menjadi sebuah realitas

Sebuah ruang semua

semu dimana lebih memiliki awal daripada

akhirnya

sex itu sendiri. Seperti yang dikatakan

hipperealitasnya sendiri.

memainkan

Baudrillard

pornografi
simulasinya

dalam

Simulacra

and

berkaitan

konten

yang pada

menjadi

Baudrilard

sebuah

(dalam

Ritzer

Simulation, Today abstraction is no longer

2003:163) memandang pornografi “lebih

that of the map, the double, the mirror, or

seksual daripada seks”...hiperseksual. Jadi

the concept. Simulation is no longer that of

Baudrillard sendiri berpendapat bahwa

a territory, a referential being, or a

porno

substance. It is the generation by models

hiperrealitas yang benar-benar disahkan

of a real without origin or reality: a

oleh

hyperreal.(1981:1)

Ketidak realistisan pornografi akhirnya

Porno
dirinya

yang

sebagai

telah

menjadikan

hiperrealitas,

merupakan

masyarakat

suatu

secara

bentuk

tidak

sadar.

menjadin sebuah realistis tersendiri bagi

pada

para penikmatnya. Karena, pornografi

akhirnya dapat bertahan dan bersembunyi

memiliki daya tarik pada adegannya

dalam sebuah imajinasi. Dalam sebuah

sehingga membuat porno itu sendiri lebih

ruang semu, pornografi mengendalikan

seksual daripada seks itu sendiri.

antara yang nyata dan yang tidak nyata
menjadi suatu ketidak pastian. Menurut
Budrillard (1981:2) A hyperreal henceforth
sheltered from the imaginary, and from
any distinction between the real and the

3. Metode
3.1 Lokasi Penelitian

imaginary, leaving room only for the

Penelitian ini dilakukan di daerah

orbital recurrence of models and for the

Kelurahan Jebres yang dimana lokasi

simulated generation of differences.

tersebut dejat dengan Universitas sehingga

Porno, kata Baudrillard (dalam
Pilliang 2011:170);
ia menambahkan satu dimensi lain
pada ruang seks –porno membuatnya

terdapat banyak kos disana. Kos menjadi
tempat penelitian karena disana jauh dari
pengawasan

orang

tua.

Sehingga

memungkinkan terdapatnya permasalahan

dimana

penelitian disana.

mengetahui informasi-informasi berupa

3.2 Pendekatan Penelitian

dokumentasi berbentuk foto bukti.

Sesuai

dengan

tujuan

mahasiswa

yang

kelurahan

Jebres,

menggunakan

pornografi bagi

sekunder

lebih

ingin

3.4 Teknik Pengambilan Informan

penelitian yang hendak di capai, penelitian
terhadap hiperrealitas

data

Teknik pengambilan informasi dari
informan

dalam

penelitian

ini

menikmatinya

di

menggunakan teknik purposive sampling.

Surakarta

ini

Purposive sampling merupakan teknik

penelitian

pengambilan informan dengan memilih

pendekatan

diskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih

informan

oleh peneliti agar mendapatkan sebuah

informasi dan masalah yang hendak diteliti

gambaran naratif untuk

memahami

secara mendalam dan dapat dipercaya

masalah hiperrealitas yang muncul dari

untuk menjadi sumber data yang mantab

penikmat pornografi. Untuk melakukan hal

sehingga kemungkinan pilihan informan

itu

dapat

peneliti

perlu

mengetahui

latar

yang

dianggap

berkembang

mengetahui

sesuai

dengan

belakang dan juga keterjebakan yang

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam

terjadi

memperoleh data (Sutopo 2006: 64).

pada

mahasiswa

penikmat

pornografi. Salah satu elemen kunci dari

3.5 Teknik Pengumpulan Data

pengumpulan data adalah berupa motif-

Dalam penelitian ini teknik yang

motif dan ruang semu yang terbentuk dari

digunakan adalah; wawancara mendalam,

mahasiswa penikmat pornografi dengan

observasi, dan dokumentasi. Wawancara

cara.

mendalam digunakan untuk mendapatkan

3.3 Data dan Sumber Data

data dari informan. Observasi digunakan

Dalam hal ini sumber data primer
diperoleh

langsung

dari

wawancara

untuk mengetahui kondisi lingkungan
disekitar

informan.

Dan

dokumentasi

terhadap informan. Pengumpulan data

digunakan untuk menunjang data dari

primer dilakukan dengan cara memilih

informan.

informan

3.6 Uji Validitas Data

yang

diperkirakan

memberikan

informasi

kebutuhan

data

dapat

terkait

dengan

penelitian.

Dalam

menggunaka teknik uji validitas data

pengumpulan data sekunder, informan

tringulasi metode, menurut Sutopo (2002),

yang dipilih adalah mahasiswa yang

yang dimaksud teknik uji validitas data

bertempat tinggal di Jebres. Lalu penelitian

dengan menggunakan tringulasi metode ini

ini juga menggunakan data sekunder,

dilakukan

Dalam

penelitian

seorang

ini,

peneliti

peneliti

dengan

pengumpulan data yang berbeda. Disini

dari

yang

pornografi

ditekankan

adalah

penggunaan

teman

mereka
dan

yang

memiliki

mengajaknya

untuk

metode pengumpulan data yang berbeda,

melihat, lalu informan juga pergi ke

dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan

warnet bersama teman-temannya untuk

mengarah pada sumber data yang sama

mengakses pornografi karena pada saat itu

untuk menguji kemantapan informasinya.

warnet lah

Sebagaimana dalam penelitian ini metode

internet. Pengaruh teman disini hanya

pengumpulan data yang digunakan adalah

berupa pengenalan terhadap pornografi

wawancara mendalam dan observasi pasif.

terhadap para informan, dan pada akhirnya

Peneliti akan membandingkan dari 2

menjadi

metode tersebut, sehingga data yang

pengembangannya menjadi rasa ingin

didapatkan dipastikan adalah data yang

tahu. Para informan yang sudah mengenal

valid.

dan

3.7 Teknis Analisis Data

akhirnya mulai memiliki rasa penasaran

Reduksi data

Sajian data

yang menyediakan akses

tahap

mengetahui

kedua

apa

itu

yaitu,

pornografi

terhadap konten-konten porno, seperti LB

Penarikan kesimpulan

yang saat sudah memiliki HP baru dan

3.8 Prosedur Penelitian

memungkinkan untuk memutar video dan

Menurut Sutopo (2006, 187-190),

bisa untuk mendownload akhirnya iseng

Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap

mendownload pornografi. Hampir sama

demi tahap kegiatan dari awal sampai

dengan

akhir penelitian. Dalam penelitian ini,

diberitahukan temannya tentang pornografi

peneliti

dari

(hentai) oleh temannya dan pada akhirnya

persiapan, pengumpulan data, analisis

LB mulai iseng mengakses hal-hal yang

data, dan penyusunan laporan penelitian.

berbau pornografi. Setelah rasa ingin tahu

menggunakan

prosedur

itu
4. Hasil dan Pembahasan

pornografi itu sendiri dibagi menjadi 3
tahap, yang pertama adalah pangruh dari
teman.

Dimana

teman

memberikan

informasi mengenai pornografi itu sendiri.
Seperti yang dikatakan oleh para informan,
awal mereka mengenal pornografi berasal

akhirnya

yang

pada

menjadikan

awalnya

informan

menginginkan pornografi lagi, dan menuju
tahap

Latar belakang dalam menikmati

AM

ketiga,

yaitu

dengan

mencari

kemudahan dalam mengaksesnya. Saat ini
para informan sudah bisa mengakses situs
porno tanpa harusn resah atas pemblokiran
yang

dilakukan

oleh

pemerintah

di

internet. LB yang menggunakan browser
UC browser menyatakan browser itu
kadang bisa mengakses porno di internet

tanpa adanya pemblokiran yang dilakukan

alih oleh rekayasa virtual yang dianggap

oleh pemerintah, dan AM mengikuti fans

lebih nyata dari realitas itu sendiri.

page di facebook yang mana memberikan
Dari Latar belakang yang telah

informasi situs web langganan AM jika
harus ganti domain disaat domain lama
diblokir oleh internet positif. Selain dari
dua cara tersebut mereka juga mengguna
cara mengganti kode proxy dalam browser
mereka dan ada juga yang menggunakan
aplikasi di HP android mereka yang secara
otomatis mengganti kode VPN dalam
negri ke kode VPN luar negri, agar
terhindar dari internet positif. Disini
hiperrealitas
informan,

mulai

memasuki

dimana

dari

diri

mereka

mendapatkan informasi dari teman mereka
kemudian dikembangkan melalui rasa
ingin tahu dan mencari kemudahan dalam
mengaksesnya.
teman

bukan

Tetapi

pengaruh

merupakan

dari
suatu

hiperrealitas yang eksplisit, hanya sebuah
faktor

dalam

pengenalan

dalam

hiperrealitas itu sendiri yang mana telah
mengenalkan informan pada pornografi.
Dapat diketahu bahwa pornografi itu
sendiri merupakan rekayasa virtual tetapi
dapat dinikmati oleh para informan dan
mengembangkan rasa ingin tahu mereka
menjadi sebuah kenikmatan dalam melihat
pornografi. Seperti yang diungkapkan
Piliang dalam bukunya Dunia yang Dilipat
(2011)

Hiperrealitas

adalah

keadaan

runtuhnya realitas, karena telah diambil

dijelaskan, penikmat pornografi ini ada
karena terdapat dua alasan yang melandasi
diri mereka. Yang pertama adalah sesuatu
yang

terdapat

pornografi,

dimasa

lalu

berupa

penikmat

pengenalanya

pornografi yang mereka dapatkan. Berawal
dari pengenalan dari teman dan juga rasa
keingintahuan
menjadi

untuk

melihat

menikmati

mereka

pornografi

dan

mengetahui pornografi. Sedangkan alasan
yang

kedua

adalah

sesuatu

yang

mempengaruhi sampai saat ini masih
melihat

pornografi.

Dari

dua

alasan

tersebut dapat ditarik garis waktunya
bahwa mereka masih bertahan melihat
pornografi tersebut. Bagaimana mereka
bertahan dalam melihat pornografi ini
dapat

dilihat

melalui

kacamata

hiperrealitas, bawasanya pornografi ini
menciptakan ruang semu yang dimana
terdapat

simulasi-simulasi

dalam

hubungan seksual. Simulasi ini berupa
tindakan mahasiswa dalam menikmati
pornografi itu sendiri. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Pilliang (2011:161)
melalui simulasi, manusia dijebak kedalam
ruang semu, yang disadarinya sebagai
nyata, meskipun sebenarnya semua atau
tidak

realitas.

Disinilah

pornografi

memberikan kenikmatan seksual yang

sebenarnya tidak nyata, tidak dilakukan

mereka

oleh mereka yang menonton. Tetapi

Keterjebakan disini merupakan bagaimana

mereka yang menonton merasakan kondisi

mahasiswa

seksual yang mana meningkatkan libido,

mengkonsumsi pornografi. Keterjebakan

padahal apa yang ada dalam pornografi itu

ini berupa sesuatu yang menarik dari

sendiri berupa reka adegan dan adanya

pornografi itu sendiri sampai kepada

konsep perfileman yang menjadikannya

penerapannya

lebih menarik daripada hubungan seksual

pornografi. Yang pertama sesuatu yang

itu.

berasal dari pornografi itu sendri. Disini
Setelah mengkaji mengenai latar

belakang

informan

dalam

melihat

pornografi, berlanjut mengenai dampak
negatif yang diberikan oleh pornografi
terhadap informan. Menurut data yang
diberikan para informan, dampak negatif
dari pornografi itu sendiru berupa; (1)
Menyimpan pornografi secara berlebihan,
(2) Melakukan manstrubasi, (3) melakukan

sudah

masuk

masih

tetap

bertahan

dalam

berupa

elemen-elemen

dalam

video

sehingga

kedalamnya.

menikmati

yang

pornografi

mampu

terdapat

itu

sendiri

menarik

para

penikmatnya. Elemen ini dibagi menjadi 3,
yaitu berupa adegan, durasi, dan pemeran.
Dalam pembahasaan keterjebakan atau
keakdiktifan ini diseratai sajian data yang
belum terdapat pada sub bab sajian data.
Dikarenakan lebih menarik dan mendalam
jika sekalian dikaji dalam pembahasan.

hubungan seksual pra nikah, dan (4)
adanya rasa adiktif. Dari dampak tersebut

Menurut

informan,

mereka

sejalan dengan apa yang dikatakan Pilliang

memilih

dalam

Dilipat

senangi. Adegan yang mungkin ingin

(2011:161) bahwa pornografi seakan-akan

mereka representasikan dalam kehidupan

menjadi sebuah tindakan yang realistis

nyata yang sebenarnya belum tentu mereka

dalam pemuasan kebutuhan seks.

mengalami

bukunya

Dunia

yang

adegan-adegan

atau

akan

yang

mereka

mengalami.

Misalnya dari penjabaran adegan yang
Selain hal tersebut, pornografi itu
sendiri memiliki citra didalamnya. Sesuatu
yang dibuat berlebihan sesuai dengan
keinginan para penikmatnya menjadikan
sesuatu dalam pornografi begitu realistis.
Sehingga

para

informan

mengalami

keterjeakan yang tanpa mereka sadari

disukai LB, LB lebih menyukai adeganadegan yang didalamnya terdapat sebuah
alur

cerita.

Terjadinya

obrolan

atau

kegiatan yang menggambarkan keadaan
seperti kenyataan. LB lebih suka adegan
yang memiliki alur cerita. Yang seakanakan bersimulasi dalam kehidupan nyata

yang dimiripkan. Bawasanya sinetron itu

terkesan

sendiri adalah bentuk hiperrealitas dari

berselingkuh.

kehidupan

yang

ditayangkan

negatif

seperti

saling

melalui

Sesuai dengan pendapat AM dan

media, mengambil dari kenyataan yang

LB, mereka akan menikmati pornografi itu

telah ada lalu dikemas sedemikian rupa

sendiri jika terdapat adegan atau alur cerita

untuk mendapatkan suasana yang menarik

yang mereka sukai. Jadi adegan yang

untuk

berusaha

ditampilkan menjadi daya tarik bagi

mengaplikasikan pada kehidupan nyata.

informan untuk melihat pornografi. Tetapi

Begitupula pendapat dari LB. Dimana

AM memiliki pendapat tambahan yang

terdapat adegan pornografi yang memiliki

dimana menganggap bahwa pornografi itu

alur seperti sinetron yang ditambahi

lebih menarik jika terdapat kesadisan

bumbum seks yang sebenarnya hanya

didalamnya,

simularka

dekonstruksi

bahwa pornografi adalah sesuatu yang

pornografi tersebut. Sehingga pornografi

negatif dan juiga terdapat adegan negatif

lebih terkesan sesuatu yang dilihatnya

atau alur yang negatif menjadi lebih suka

nyata. LB juga menceritakan mengani

terhadap

adegan yang memiliki alur, dari bertemu

mengenai durasi sendiri menjadi sebuah

lalu mengobrol sampai pada akhirnya

selera bagi para penikmatnya. Durasi disni

melakukan hubungan seks. Selain itu LB

mampu memberikan kesan kenyamanan

juga pornografi dalam tingkatan obsecnity,

saat menonton. Ada yang menikmati

yang dimana hubungan seks dilakukan

dengan durasi sedikit tidak sampai 10

satu laki-laki dengan banyak perempuan.

menit, LB memiliki selera durasi yang

Dimana

lebih

ditonton

dan

saja

satu

dari

laki-laki

melakukan

karena

adegan

sedikit,

AM

menanggap

tersebut.

sekitar

4

Kemudian

menit.

Dia

hubungan seks lebih dari satu perempuan

berpendapat bahwa jika melihat durasi

sekaligus, disini menggambarkan bentuk

yang

yang sangat berlebihan dari pornografi itu

melihatnya. Sedangkan AM sendiri lebih

sendiri. Dimana hubungan seks yang

menyukai

sewajarnya adalah hubungan badan yang

didalamnya terdapat alur cerita yang lebih

dilakukan oleh sepasang kekasih. Hal

mendominasi

serupa yang berkaitan dengan alur cerita

adegan seks yang menurut AM adalah pas.

dalam pornografi juga dikemukakan oleh

Durasi menentukan kenyamanan

AM,

dimana

AM

memiliki

lama

LB

durasi

dan

malah

yang

juga

bosan

lama

untuk

karena

menampilkan

selera

dan kebosanan dalam melihat pornografi.

mengenai gendre di pornografi terkhusus

Durasi mampu menarik perhatian bagi

hentai, dari segi cerita yang menarik dan

para penikmatnya. Dan konten pornografi

pun sudah menyiapkan segala durasi dari

laki yang melihatnya, seksi, cantik, dan

yang hanya beberapa menit sampai ke

menggairahkan. Dari jawaban LB dan AM

beberapa

mereka

jam.

Disini

Hiperrealitas

memiliki

ketertarikan

kepada

menyuguhkan segala kondisi mengenai

pemeran porno ras Asia karena memiliki

lama cepatnya dalam adegan seks yang

ciri fisik yang hampir sama dengan

dipertontonkan. Dalam durasi pendek lebih

masyarakat

mengutamakan klimaks atau adegan seks

nyaman dalam mengimajinasikan seks

secara eksplisit tanpa basa-basi, sedangkan

yang dilihatnya dari pornografi.

durasi

porno

yang

cukup

Indonesia,

sehingga

lebih

lama

menampilkan sebuah runtutan alur cerita
5. Kesimpulan

yang dipadukan oleh hubungan seks.

Penelitian ini menggunakan teori

Bahkan ada dalam durasi panjang yang
dimana seluruhnya adalah sebuah adegan
seks

semuanya.

Pornografi

memberikan

pilihan

kenyamanan

dan

juga

selain
membuat

kenikmatan

sesuai

dengan yang diminati dan disukai oleh
mereka yang menontonnya. Tanpa adanya
kenyataan yang harus ditelaah dulu, durasi
porno yang lama sebenarnya tidak masuk
akal juga, karena melakukan hubungan
seks yang lama tanpa adanya penetrasi.

Hiperrealitas milik Jean Baudrilarrd untuk
memahami

perilaku

menyimpan

konten

yang

porno

dan
secara

hiperrealitas. Analisis hiperrealitas yang
pada

akhirnya

perilaku

mampu

menyimpan

dan

membentuk
menonton

pornografi secara berlebihan. Baik dari
pornografinya atau penikmatnya telah
dimasuki oleh hiperrealitas yang ada.
Bentuk simulasi dari pornografi yang di
jelaskan

Kemudian

menonton

Baudrilard

menjadi

suatu

membuat

kenyataan semu yang dianggap nyata oleh

pornografi itu menarik adalah pemeran

mereka yang menikmatinya. Kemudian

yang terdapat dalam video porno itu

tanda-tanda yang berupa idealis dari

sendiri. Pemeran disini mampu membuat

pornografi

penikmatnya tertarik dalam menikmati

menontonya sehingga menciptakan sebuah

pornografi.

simulacrum.

Pemeran

adalah

hasil

merasuki

mereka

Hiperrealitas

yang

merasuki

konstruksi pornografi untuk menciptakan

pemikiran

sosok

penikmatnya.

dekonstruksi ulang mengenai realita yang

Banyak artis porno dengan ciri fisik yang

ada dan digantikan oleh sebuah realita baru

berbeda pula, tetapi hampir semua artis

yang disadari mereka nyata tetapi hanya

porno memiliki ciri fisik sesuai ideal laki-

sebuah tiruan kepalsuan.

ideal

bagi

para

mereka

dengan

cara

Hakim,

Daftar Pustaka

N.

L.

(2016,

September

1).

Pertumbuhan Kos di Solo Tak Sejalan
A.S., H. (1974). O ford Leaner’s Dictionar of
Current English. Oxford University Press.

dengan Kesadaran Bayar Pajak. Dipetik
September 23, 2017, dari Joglosemar.co:
https://joglosemar.co/2016/09/pertumb

Almansharu,

J.

G.

(2014).

Metodologi

Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz

uhan-kos-di-solo-tak-sejalan-dengankesadaran-bayar-pajak.html/3

Media.
Mahardika, P. (2011). Undang-Undang RI
Baudrillard,

J.

(1981).

Simulacra

and

simulation. French: Editions Galilee.

Nomor

44

Tahun

2008.

Tentang

Pornografi, Undang-Undang RI Nomor 11

Broto, G. S. (2013, 12 4). Kominfo Terus Blokir

Tahun

2008

Keterbukaan

Informasi

Secara

Publik, Undang-Undang RI Nomor 11

Komprehensif dan Berkelanjutan. Dipetik

Tahun 2008 Tentang Informasi dan

3

Transaksi Elektronik. Yogyakarta.

Situs

15,

dan

Konten

2017,

dari

Negatif

Kominfo.go.id:

https://kominfo.go.id/index.php/content
/detail/3596/Kominfo+Terus+Blokir+Situs
+dan+Konten+Negatif+Secara+Komprehe
nsif+dan+Berkelanjutan/0/berita_satker
Broto, G. S. (2014, 2 18). Riset Kominfo dan
UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan

Malamuth.

(1999).

Phornogrpy.

Jurnal

Pendidikan. Dipetik Mei 2017, 23 , dari
www.sscnet.ucla.edu/com/malamuth/pd
f/99evpc3.Pdf
Moleong.

(2005).

Metodologi

Penelitian

Kualitatif. Bandung: Rwmaja Rodsakarya.

Remaja Dalam Menggunakan Internet .
Dipetik

3

27,

2017,

dari

Pilliang, Y. A. (2004). Dunia yang Dilipat:

www.kominfo.go.id:

Tamasya

https://www.kominfo.go.id/content/deta

Kebudayaan. Bandung: Jalasutra.

il/3834/siaran-pers-no17pihkominfo22014-tentang-risetkominfo-dan-unicef-mengenai-perilakuanak-dan-remaja-dalam-menggunakaninternet/0/siaran_pers
Diyah, M. e.-Y. (1999). Pornografi Sebagai
Delik Pers. Republika.

Priyanto,

A.

Melampau

(2014).

Batas-Batas

PESAN

ADEGAN

PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI DALAM
FILM HOROR INDONESIA: STUDI PADA
FILM HOROR PERIODE TAHUN 2011-2012
. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ritzer, G. (2003). Teori Sosial Post Modern.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Slamet. (2006). Metode Penelitian Sosial.
Surakarta: UNS Press.
Sugiyono.

(2013).

Metode

Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutopo.

(2006).

Metodologi

Penelitian

Kualitatif Dasar Teori dan Tempatnya
Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.