INVESTASI DALAM PENGELOLAAN ASET socx

INVESTASI DALAM PENGELOLAAN ASET
Ruang lingkup investasi yang kita coba diskusikan adalah investasi oleh
Pemerintah Daerah, khususnya investasi dalam bentuk barang milik daerah.
Tidak termasuk investasi oleh swasta dalam lingkup administrasi pemerintah
daerah.
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara telah mengamanatkan Pemerintah untuk melakukan investasi jangka
panjang dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya.
Amanat Undang-undang tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Investasi
Pemerintah. Namun, sesuai dengan perkembangan keadaan, dirasakan perlu
dilakukan revisi PP tersebut untuk memberikan peluang kerjasama yang
lebih luas dalam berinvestasi dengan menambah bentuk investasi
pemerintah. Selanjutnya, sebagai hasil revisi tersebut telah terbit Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah pada
tanggal 4 Pebruari 2008.
Sebelum lahirnya PP 8/2007 dan revisinya tersebut telah terbit PP 58/2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah telah mengatur investasi, khususnya
pada Pasal 116 – Pasal 119 dan PP 6/2006 khususnya pada Pasal 62 – Pasal
66, kedua PP tersebut juga merupakan turunan UU 1/2004.

Dimanakah pengaturan tentang investasi pemerintah? Khususnya
pengaturan investasi oleh pemerintah daerah? Terdapat beberapa peraturan
yang mengatur investasi pemerintah daerah secara langsung, diantaranya :
1. Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007;
1. Apa tujuan Investasi ?
2. Bagaimana mekanisme Investasi oleh Pemerintah Daerah ? Bagaimana
mekanismenya jika Pemerintah daerah akan menambah modal dalam
Investasi tersebut?
3. Siapa yang mengelola Investasi Pemerintah Daerah?
4. Investasi jenis apa saja yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah?

5. Dalam bentuk apa Pemerintah Daerah melakukan Investasi Permanen?
6. Apakah sama pengelolaan investasi pemerintah jika dikaitkan dengan

makna “kekayaan daerah yang tidak dipisahkan” dan “kekayaan daerah
yang dipisahkan” ?
7. Apakah sama mekanisme dan sistem prosedur investasi Pemerintah
Daerah dalam bentuk uang atau barang?

Dari lingkup investasi tersebut terdapat beberapa permasalahan utama saat
ini yaitu banyaknya nomenklatur terkait investasi apalagi nomenklatur
Investasi dan Penyertaan Modal Daerah seringkali dipakai secara bergantian
dan terdapatnya beberapa perbedaan definisi investasi diantara regulasi
tersebut diatas.
PP 1/2008 tentang Investasi Pemerintah, Penyertaan Modal adalah bentuk
investasi pemerintah pada badan usaha dengan mendapat hak kepemilikan,
termasuk pendirian perseroan terbatas dan / atau pengambilalihan
perseroan terbatas.
PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Investasi adalah
penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga,
dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
PP 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah makna

dari Penyertaan Modal Daerah adalah pengalihan kepemilikan barang
milik daerah yang semula kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal atau saham daerah
pada BUMN, BUMD atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
PP 44/2005 tentang Tata Cara Penyertaan Dan Penatausahaan Modal Negara
Pada Badan Usaha Milik Negara Dan Perseroan Terbatas, Penyertaan
Modal adalah pemisahaan kekayaan negara dari APBN atau penetapan
cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal
BUMN dan / atau perseroan terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.
Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa Investasi merupakan
Penyertaan Modal oleh Pemerintah Daerah.
Terkait dengan pertanyaan nomor 2 bagaimana mekanisme Investasi oleh
Pemerintah Daerah? Penyertaan Modal Daerah tersebut diatur oleh
Peraturan Daerah. Hal ini sesuai dengan pasal 41 ayat (5) UU 1/2004
tentang perbendaharaan negara dan pasal 65 6/2006 serta pasal 81 ayat
(3) Permendagri 17/2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik
daerah. Apa kaitannya dengan DPRD? Jelas, Perda ditetapkan harus dengan
persetujuan DPRD.

Bagaimana mekanismenya jika Pemerintah daerah akan menambah

modal dalam Investasi tersebut?
Pasal 75 PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah secara tegas
dinyatakan bahwa penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan
apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah
berkenaan.
Hal ini berarti bahwa sebelum dibahas dan ditetapkan dalam APBD maka
terlebih dahulu sudah harus ditetapkan perda tentang penyertaan modal.
Dalam hal terdapat rencana penambahan modal pada perusahaan daerah
yang telah disertakan modal sebelumnya dengan peraturan daerah maka
dilakukan melalui mekanisme pembahasan APBD dan ditetapkan dalam
perda APBD tahun anggaran berkenaan dimana pertimbangan maupun
jumlah penyertaan modalnya ditambahkan dalam diktum/pasal tertentu
pada perda APBD dimaksud sebagaimana diatur dalam surat menteri dalam
negeri nomor 900/4622/sj tanggal 21 desember 2009 perihal penjelasan
pasal 71 ayat (7) permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah.
Pertanyaan pertama sudah jelas terjawab pada Pasal 41 UU 1/2004 bahwa
Pemerintah Daerah melakukan investasi dengan tujuan memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 9 ayat (2) huruf i UU 1/2004 menyatakan Kepala Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah berwenang
melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi, dan pasal penjelasnnya menyatakan dalam rangka pengelolaan
kas, investasi yang dimaksud adalah pembelian Surat Utang Negara.
Pasal 7 ayat (2) huruf j PP 58/2005 PPKD selaku BUD berwenang
melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi.
Investasi jenis apa saja yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah?
PP 58/2005 membedakan jenis investasi menjadi :
1. Investasi Jangka Pendek
2. Investasi Jangka Panjang, terdiri dari :
1. Investasi Permanen
2. Investasi Non permanen
Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama
daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan
aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha
lainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah
untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.


Investasi Permanen
Investasi pemerintah daerah dikaitkan dengan pemanfaatan barang milik
daerah (tidak terjadi pengalihan kepemilikian) meliputi : sewa, kerja sama
pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna serta Aset
sebagai Penyertaan Modal Daerah (terjadi pengalihan kepemilikan barang
milik daerah). Hal ini sebagai definisi penyertaan modal daerah pada PP
6/2006.
Berbicara tentang Investasi Permanen, tidak bisa dilepaskan dengan Pasal 6
UU 17/2003 yang menyatakan Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan yang selanjutnya kekuasaan tersebut diserahkan
kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pertanyaan selanjutnya apa makna “gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintahan daerah mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan”
Sampai sejauh mana arti “dipisahkan”?
Lihat definisi Penyertaan Modal pada PP 6/2006 dan PP 44/2005, apakah

benar-benar dipisahkan dari kepemilikan pemerintah daerah? Dari
pengelolaan dan pemindahtangan aset daerah yang disertakan dalam
penyertaan modal tersebut? Apakah hal ini berlaku sama, ketika penyertaan
modal daerah ke BUMN, BUMD/Perusda dengan ke Perseroan Terbatas (PT)?
Misalnya, Pemerintah Daerah menyertakan sebidang tanah sebagai
penyertaan modal ke BUMD dan PT, apakah sama perlakuan tanah tersebut
dalam pengelolaan dan pemindahtangannya? Apakah BUMD dapat langsung
melakukan pemanfaatan dengan pihak ketiga tanpa persetujuan Pemerintah
Daerah? Apalagi untuk menjual (terjadi pengalihan kepemilikan) tanah
tersebut, apakah BUMD bisa langsung menjual tanpa persetujuan
Pemerintah Daerah? Dan apakah hal itu juga berlaku jika Penyertaan Modal
Daerah oleh Pemerintah Daerah ke sebuah badan usaha seperti Perseroan
Terbatas?
Pertanyaan terakhir “Apakah sama mekanisme dan sistem prosedur investasi
uang dan/atau barang oleh Pemerintah Daerah ke dalam bentuk
penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah
pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya?
peminat pengelolaan barang milik daerah/aset daerah dan pengelolaan
keuangan daerah serta yang terkait dengan hak dan kewajiban DPRD.
blog : http://asetdaerah.wordpress.com, selalu ada yang baru …………..