MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENG

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
(Refleksi Implementasi BK di SMPN 2 Mijen)

DOSEN :Prof. DR. Slameto

DISUSUN OLEH
NASOKHA NURHADI
NPM. : 16.61.1752

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA INDONESIA ( STIEPARI)
SEMARANG
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak
jarangharus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anakanak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran

membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi
frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga
para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar.
Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai
yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa
anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.Akan tetapi yang lebih menyedihkan
adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang
tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka
memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun
gagal. Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak
yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui
masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka
sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.
Untuk mengatasi masalah pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar
mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman di sekolah. Akan tetapi
kemampuan guru dalam membimbing anak didik nya terbatas, sedangkan masalah
yang dihadapi anak didik semakin hari semakin kompleks. Dari semacam kondisi

inilah peranan bimbingan dan konseling diperlukan, dalam rangka meminimalisasi
kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama

dengan tujuan pendidikan di sekolah.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang menjadi kesulitan-kesulitan yang yang dihadapi dalam belajar siswa
di sekolah?
2. Bagaiman peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa di sekolah?

C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar sebagai berikut :
1.

Untuk menjelaskan kesulitan-kesulitan yang yang dihadapi dalam belajar.

2.

Untuk menjelaskan peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa di sekolah.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
rumusan masalahnya sebagai berikut .
1. Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa dalam belajar
2. Peranan Bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa di
sekolah..

BAB II
MANAGEMEN BIMBINGAN KONSELING

A. Definisi, Fungsi dan Azas Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan

dan

Konseling

merupakan

terjemahan


dari

”guidance”.Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1)
mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4)
menyetir (to steer).Menurut Moh. Surya (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:20).
Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Sedangkan istilah konseling berasal dari bahasa inggris yaitu “to counsel” yang
secara etimologis berarti ”to give advice” atau memberi saran dan nasihat.
Homby, 1958 (dalam Hallen, 2005:09).
Menurut Rogers (dalam Hallen A 2005:9), mengatakan bahwa
konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan
untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Menurut
Ahmad Juntika Nurihsan, dkk (2005:9), bimbingan dan konseling adalah upaya
pemberian bantuan kepada individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan


tuntutan dan sesuai keadaan lingkungan Sekolah Dasar, keluarga, dan
masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian bimbingan dan konseling mempunyai pengertian
proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien, guna memecahkan
permasalahan yang dihadapinya dan dapat mencapai tingkat perkembangan yang
optimal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
memberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah
fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
Menurut Hallen A (2005:55-58), fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Fungsi pemahaman ;
Fungsi

bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan


pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri
sendiri, orang tua, guru pembimbing, pemahaman tentang lingkungan
peserta didik, serta pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan
informasi sosial.

b. Fungsi pencegahan ;
Fungsi

bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan
yang akan timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan

kesulitan,

kerugian-kerugian


tertentu

dalam

proses

perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan
Fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya
atau teratasinya suatu masalah dengan cara yang paling cepat,
tepat, dan cermat.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi

bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat
positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan, dengan demikian dapat

diharapkan agar peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian
secara optimal.
e. Fungsi advokasi ;
fungsi

bimbingan

dan

konseling

yang akan

mengasilkan

teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka dan upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan
dan konseling adalah mencegah masalah yang timbul dan menciptakan kondisi

perkembangan seluruh potensi anak secara optimal, baik dalam belajar maupun
dalam bergaul dengan lingkungan sehingga anak didik dapat meningkatkan
prestasi belajarnya di sekolah masing-masing.
3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu atau
dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan kata lain
ada asas yang dijadikannya dasar pertimbangan kegiatan itu. Dalam kegiatan
bimbingan dan konseling. Menurut Hallen A (2005:75-83) ada dua belas asas
yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling yaitu: (a) asas kerahasiaan; asas bimbingan dan konseling yang
menuntut di rahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik
atau klien yang menjadi sasaran layanan yaitu keterangan yang tidak
boleh diketahui orang lain, (b) asas kesukarelaan ; asas bimbingan dan
konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik.
Kesukarelaan ini diindikasikan dengan tingginya motivasi dan
keterlibatan anak untuk mengikuti program bimbingan dan konseling dalam
rangka mengentaskan dan mengembangkan pribadi peserta didik yang akan
menemukan jati diri, (c) asas keterbukaan ; asas bimbingan dan konseling
yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik yang

dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka “bersedia

menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting masingmasing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan
pemecahan masalah yang dimaksud, (d) asas kekinian ; asas kekinian pada
umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah
yang dirasakan klien saat sekarang atau kini. Namun,

pada dasarnya

pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau dimensi waktu yang lebih
luas yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, (e) asas
kemandirian; seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan
dari usaha layanan bimbingan dan konseling. Dalam memberikan layanan
para petugas hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada
diri orang yang dibimbing, (f) asas kegiatan ; asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki peserta didik atau orang tua yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan
bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif
dalam setiap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukkan baginya, (g) asas kedinamisan ; upaya layanan bimbingan dan

konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang
dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan
tidaklah sekedar mengulang - ulang hal - hal yang lama bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan, sesuatu yang
lebih maju, (h) asas keterepaduan ; asas layanan bimbingan dan konseling
memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui
individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak
saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah.

4. Bidang Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat
mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa untuk mengatasi
kesulitan

belajar

perlu

adanya

penerapan

dalam

berbagai

bidang.

Menurut W.S Winkel (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:38), ada tiga bidang
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, yaitu: (a) Bidang bimbingan
pribadi-sosial yaitu bidang bimbingan pribadi yang membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam
bidang bimbingan sosial, membantu siswa, mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, dan bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan
sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusian dengan
sesama diberbagai lingkungan, (b) Bidang bimbingan belajar yaitu bidang
bimbingan yang membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan
belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta
menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, dan (c)
Bidang bimbingan karir, yaitu bidang bimbingan yang membantu siswa.
Dari dua pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling dapat melalui berbagai bidang yaitu

bidang bimbingan pribadi-sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang
bimbingan karier.

A. Visi, Misi, dan Tujuan Bimbingan Konseling SMP Negeri 2 Mijen
1. Visi BK
Terwujudnya perkembangan dari dan kemandirian secara optimal dengan
hakekat kemanusiaan sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu,
dan makhluk social dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.
2. Misi BK
a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
b. Pemahamn perkembangan diri dan lingkungannya
c. Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual
d. Pengambilan keputusan berdsarkan IQ, EQ, dan SQ
e. Pengaktualisasian diri secara optimal.
3. Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa
bimbingan dan konseling menempati bidang layanan pribadi dalam keseluruh
proses dan kegiatan pendidikan. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2005:27-28).
Tujuan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
a.

Tujuan Umum
Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai
dengan tujuan pendidikan, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya
yang cerdas, yang beriman, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir. Bimbingan pribadi sosial
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial
dalam mewujudkan pribadi yang bertakwa, mandiri, dan bertanggung
jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan

pendidikan.

Bimbingan

mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

karir

dimaksudkan

untuk

BAB III
PERANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM
MENGATASI KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu terjemahan dari istilah bahasa Inggris
learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena
“learning” artinya belajar dan disability artinya ketidakmapuan, sehingga
terjemahan yang sebenarnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan
belajar digunakan dalam ini karena dirasakan lebih optimistik. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah (2002:201), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak
didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan
ataupun gangguan dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi, dkk (2004:77), kesulitan
belajar adalah keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya.
Menurut Dalyono (2005:229), kesulitan belajar adalah keadaan dimana
anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Dengan demikian
kesulitan belajar mempunyai pengertian suatu kondisi dimana anak didik tidak
dapat belajar secara wajar, sehingga anak kurang cepat dalam mengembangkan
prestasi belajarnya.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:203-212), faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi:

1. Faktor anak didik ;
anak didik adalah subjek yang belajar, anak didik merasakan langsung
penderitaan akibat kesulitan belajar. Karena anak adalah orang yang belajar,
bukan guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik. Kesulitan belajar
yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang
bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah
kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan kesehatan yang kurang
baik, kebiasaan belajar yang tidak baik adalah faktor non-intelektual yang bisa
dihilangkan.

2. Faktor sekolah ;
sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan
rumah rehabilitasi anak didik. Ditempat inilah anak didik menimba ilmu
pengetahuan dengan bantuan guru yang berhati mulia. Sebagai lembaga
pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja mempunyai dampak
yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam
belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah
dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana dan prasarana
sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang memuaskan bagi
anak didik.
3. Faktor keluarga ;
keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui
keberadaannya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah pentingnya
dalam lembaga formal dan non-formal. Bahkan sebelum anak didik mamasuki

sekolah, anak sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat
kodrati.
4.

Faktor masyarakat sekitar;
jika keluarga adalah komunitas terkecil, maka masyarakat adalah
komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat
sosial terpatri strata sosial yang merupakan yang merupakan penjelmaan dari
suku, ras, agama, pendidikan, dan status. Menurut Hallen A (2005:121-123),
ada dua faktor penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal yaitu faktor yang
di dalam diri peserta didik dan faktor ekstern yaitu faktor yang berada di luar
diri peserta didik. a) faktor internal seperti ; kurangnya kemampuan dasar yang
dimiliki oleh peserta didik, kurangnnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar
tertentu, kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, emosional peserta
didik pada waktu tertentu, faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan
belajar dan faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar. b)
faktor ekstern seperti; faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi
situasai belajar peserta didik, situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar
peserta didik dan situasi lingkungan sosial yang mengganggu kegiatan belajar
peserta didik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor kesulitan belajar
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut
dapat teratasi jika pihak keluarga, lingkungan sekitar dan sekolah secara intensif
memberi motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar, dan anak responsive terhadap bimbingan yang diberikan.

C. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupan seringkali menghadapi persoalan silih berganti, persolan yang satu
dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas
kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu sama lainnya baik sifat maupun
kemampuannya. Maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa
bantuan dari orang lain maupun pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang
tidak sanggup mengatasi persoalan tanpa adanya bantuan orang lain. Peserta
didik di sekolah biasanya juga memiliki masalah-masalah khususnya masalah
dalam menerima atau juga memproses suatu materi pelajaran ke dalam
pikirannya.
Bimbingan dan konseling dimaksudkan agar peserta didik mengenal
kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan
dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu
yang mepunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap
dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif
diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas
dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan
ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti
kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah
masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar
yang sering dialami oleh para peserta didik di sekolah, merupakan masalah

penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para peserta
pendidik. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para
peserta didik di sekolah akan membawa dampak negatif, baik bagi siswa sendiri
maupun lingkungannya. Untuk mencegah dampak negatif yang timbul karena
kesulitan belajar yang dialami peserta didik, maka para pendidik harus waspada
terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh peserta
didiknya.
Masalah belajar yang sering timbul dikalangan peserta didik, misalnya
masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien,
menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana
mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran
yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut
dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk
membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam belajar.
Dalam belajar mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya
peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa
yang meperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk
belajar dengan seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan
menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk
menghadapi peserta didik yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru
tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya, merupakan dasar
dalam usaha meberikan bantuan dan bimbingan yang tepat. Kesulitan belajar
yang dialami peserta didik itu akan termanifestasi dalam berbagai macam gejala,
misalnya menunjukan hasil belajar yang rendah, hasil yang dicapai tidak

seimbang dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas
belajar, menunjukan sikap yang kurang wajar, menunjukan tingkah laku yang
berkelaianan.
Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat
mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan
sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan peserta didik
mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan
kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan
kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial
bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan
memiliki kemampuan sosial yang optimal.

BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas telah jelas diuraikan bahwa bimbingan dan konseling
sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga
siswa dapat meperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik
maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi
kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan . Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling . Jakarta : Quantum Teaching.
Juntika Nurihsan, A. 2004. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta :
PT. Grasindo Anggota Ikapi.
----------- dan Syamsu Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling . Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.
Mulyati. 2007. Pengantar Psikologi Belajar. Jogjakarta : Quality Publishing.
Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Bimbingan dan Konseling . Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi Karir). Yogyakarta: C. V.
Andi Offset.