PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA YANG
TELAH MELAKUKAN MASTEKTOMI
(Sebuah Studi Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologis)
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai
Derajat Sarjana Psikologi

RINGKASAN SKRIPSI

Disusun Oleh:
Rizky Fadhilla Nasution
M2A006083

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
i

HALAMAN PENGESAHAN


PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA YANG TELAH
MELAKUKAN MASTEKTOMI

Ringkasan Skripsi

PENGESAHAN
Ringkasan skripsi telah disetujui dan disahkan
Pada tanggal

______________________

Pembimbing utama

Pembimbing Pendamping

Dr. Yeniar Indriana

Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi, M.Si

ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
ABSTRAK.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1. Minat dan Ketertarikan

1

2. Permasalahan penelitian

4

3. Pertanyaan Penelitian

4


B. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
C. Manfaat Penelitian........................................................................................5
1. Manfaat Teoretis

5

2. Manfaat Praktis

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerimaan Diri............................................................................................6
1. Pengertian Penerimaan Diri....................................................................6
2. Ciri-Ciri Penerimaan Diri.......................................................................7
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri.............................8
4. Proses Penerimaan Diri...........................................................................9
B. Wanita Dewasa Madya.................................................................................10
1. Wanita Dewasa Madya dan Kesehatan Fisik.........................................10


iii

2. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Madya........................................11
C. Kanker Payudara..........................................................................................12
1. Pengertian Kanker Payudara..................................................................12
2. Gejala-Gejala Kanker Payudara.............................................................12
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kanker Payudara............................12
4. Reaksi Ketika Didiagnosis Penyakit Kanker.........................................14
D. Mastektomi..................................................................................................14
1. Pengertian Mastektomi .........................................................................14
2. Reaksi Psikis Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi...............14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Perspektif Fenomenologis............................................................................15
B. Fokus Penelitian...........................................................................................15
C. Subjek Penelitian.........................................................................................16
D. Metode Pengumpulan Data..........................................................................16
E. Analisis Data................................................................................................16
F. Verifikasi Data.............................................................................................17
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Kancah Penelitian........................................................................18

1. Persiapan Penelitian…...........................................................................18
2. Proses Penemuan Subjek.......................................................................18
3. Kendala Peneliti di Lapangan................................................................18
B. Horisonalisasi...............................................................................................18
C. Unit Makna dan Deskripsi...........................................................................19

iv

D. Pemetaan Konsep.........................................................................................19
E. Esensi atau Makna Terdalam.......................................................................21
F. Verifikasi data..............................................................................................22
BAB V PEMBAHASAN
A. Dinamika Psikologis Keseluruhan Subjek...................................................24
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................28
B. Saran............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31

v


PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA YANG TELAH
MELAKUKAN MASTEKTOMI
(Sebuah Studi Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologis)
Oleh:
Rizky Fadhilla Nasution
M2A006083
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah melakukan operasi
pengangkatan payudara atau mastektomi. Penelitian ini juga berusaha
mengungkap permasalahan yang muncul setelah menjalani mastektomi dan cara
mengatasi permasalahan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Subjek berjumlah tiga orang dengan karakteristik: wanita usia 4060 tahun, pernah melakukan satu kali operasi pengangkatan payudara
(mastektomi) dengan jumlah payudara yang diangkat bisa satu atau keduanya dan
batasan waktu pasca operasi antara 1-2 tahun. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara bertahap, observasi, serta menggunakan materi
audio.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penerimaan diri pada
masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu yang berbeda. Subjek

#1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi mastektomi. Subjek #2
dan subjek #3 menerima nasibnya ketika didiagnosis kanker payudara. Subjek #3
membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang dibandingkan kedua subjek
lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kekambuhan penyakitnya dan
komentar negatif yang tidak bisa dilupakan subjek.
Keseluruhan subjek mengalami beragam dampak pasca operasi, yaitu
berupa dampak fisik, dampak psikis (encounter reaction), dan dampak konatif.
Apabila dampak yang muncul dapat diminimalisir dengan melakukan coping dan
menggunakan faktor pendukung maka penerimaan diri pada individu akan tinggi.
Apabila individu tidak bisa meminimalisir faktor penghambat maka penerimaan
dirinya akan rendah.
Kata kunci: Penerimaan Diri, Mastektomi.

vi

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
1. Minat dan Ketertarikan
Payudara merupakan organ penting bagi kaum wanita. Bagi seorang
wanita payudara merupakan organ untuk menyusui bagi bayinya dan juga
merupakan daya tarik bagi kaum pria (Hawari, 2004, h.2-3).
Payudara dapat mengalami berbagai kelainan atau gangguan penyakit.
Salah satu kelainan atau gangguan penyakit yang terjadi pada payudara yaitu
kanker payudara (Luwia, 2003, h.9-13). Kanker payudara adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam payudara. Tumor tersebut dapat tumbuh dalam kelenjar
susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Suryaningsih &
Sukaca, 2009, h.6).
Penyakit kanker menghasilkan rasa sakit karena tumor menciptakan
tekanan pada jaringan normal dan menghambat aliran cairan tubuh. Selain itu,
penyakit kanker juga menyebabkan kematian secara langsung dan secara tak
langsung. Kanker membunuh secara langsung apabila telah menyebar pada organ
vital seperti otak, hati atau paru-paru. Kanker membunuh secara tidak langsung
dalam dua cara yaitu pertama, ketika penyakit melemahkan pasien dan kedua,
ketika penyakit dan pengobatannya mengganggu nafsu makan pasien dan
kemampuan pasien untuk melawan infeksi (Sarafino, 1994, h.447).


2

Di Indonesia, data statistik kanker payudara sangat memprihatinkan karena
setiap tahun muncul 200.000 kasus baru. Sebagian besar kasus kanker payudara,
yakni sekitar 60-70%, terdeteksi dalam stadium 3 (kanker terdapat pada payudara
dan kelenjar limfa) dan stadium 4 (kanker sudah menjalar ke bagian tubuh
lainnya). Sementara, jumlah kasus kanker payudara stadium 1 (kanker hanya
terdapat pada payudara) kurang dari 10% kasus (http://www.omni-hospitals.com/
omni_pulomas/blog_detail.php?_id_post=6, 8 Agustus 2011).
Resiko perkembangan kanker biasanya meningkat sering bertambahnya
usia, terutama pada usia tengah baya. Lincoln (2008, h.4) menyatakan bahwa
separuh dari total keseluruhan kanker payudara ditemukan pada wanita yang
berusia 50-64 tahun dan jarang terjadi pada wanita berusia di bawah 30 tahun.
Rentang usia tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa madya, yaitu antara
usia 45 sampai 65 tahun (Papalia, 2008, h.733).
Menurut Hawari (2004, h.109), salah satu tindakan pengobatan pada
kanker payudara adalah terapi dengan operasi atau mastektomi. Mastektomi
adalah pengangkatan sebagian maupun keseluruhan payudara, yang kadang
dilakukan untuk mengobati kanker payudara. Tujuan dari pelaksanaan mastektomi
adalah untuk membuang seluruh jaringan payudara sehingga resiko kambuh

berkurang (Lincoln, 2008, h.95).
Keputusan untuk melakukan mastektomi tentu saja menimbulkan dampak.
Nealon (1994, h.349-352) mengemukakan efek psikologis dari mastektomi yang
meliputi perubahan suasana hati, yang ditandai dengan reaksi depresi,
menurunnya rasa percaya diri, perubahan gambaran akan tubuh yang ditandai oleh

3

kurangnya rasa kepemilikan dan perubahan dalam seksualitas, daya tarik dan
kewanitaan dengan berpikiran merasa dirinya kurang feminim dan memiliki rasa
takut yang menetap akan kemungkinan kambuh atau menyebarnya penyakit.
Sementara

Hawari

(2004,

h.64-68)

menyatakan


bahwa

kecemasan,

ketergantungan, depresi, hypocondriasis, paranoid, dan obsesi kompulsi
merupakan reaksi psikis yang dialami pasien pasca mastektomi.
Menurut Gottesman dan Lewis (dalam Utami & Hasanat, 1998, h.45)
kondisi penyakit dan penanganan penyakit kanker dapat menimbulkan stres yang
terus menerus. Dibandingkan individu yang sehat pasien kanker menunjukkan
lebih mengalami krisis dan depresi. Jika kondisi psikis yang tidak menyenangkan
terus bertahan dalam diri individu maka akan mengganggu kepribadian individu.
Menurut Hurlock (dalam Ilmi, 2004, h.83) salah satu faktor utama dalam
pembentukan kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Seseorang bisa
menerima dirinya apabila stres yang disebabkan oleh kecemasan dan keadaan
emosional lain yang berpengaruh pada konsep diri berada pada kondisi yang
minimum.
Menurut Allport (dalam Schultz, 1991, h.32), penerimaan diri adalah
kemampuan seseorang dalam menerima semua segi di dalam diri, termasuk
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tanpa menyerah pasif pada
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut. Individu yang
memiliki penerimaan diri yang baik akan merasa mampu untuk menerima diri dan
sifatnya tanpa rasa sesal, keluhan atau bahkan tidak terlalu banyak memikirkannya
(Maslow, 1993, h.9).

4

2. Permasalahan Penelitian
Kondisi fisik dan psikis pada wanita dewasa madya yang telah menjalani
operasi pengangkatan payudara akan memberikan pengaruh yang negatif. Mereka
dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka telah kehilangan payudaranya akibat
operasi yang mereka jalani. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Penerimaan Diri Pada Wanita Dewasa Madya
Yang Telah Melakukan Mastektomi.
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan ketertarikan dan permasalahan penelitian yang dikemukakan
diatas, maka penelitian ini berangkat dari pertanyaan:
1. Bagaimana proses penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah
melakukan mastektomi?
2. Apa saja masalah yang dihadapi subjek setelah mastektomi dan bagaimana
usaha subjek untuk mengatasi permasalahan tersebut?

B. Tujuan Penelitian
Tujuan

penelitian

fenomenologis

ini

adalah

memahami

dan

mendeskripsikan penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah
melakukan operasi pengangkatan payudara atau mastektomi dimana penerimaan
diri melibatkan faktor aspirasi yang realistis, keberhasilan, wawasan diri,
wawasan sosial dan konsep diri yang stabil.

5

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan untuk pengembangan ilmu
psikologi, khususnya psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi subjek penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi subjek dalam memahami
dan menyelami pengalaman-pengalaman dirinya dalam melakukan
penerimaan diri pasca operasi pengangkatan payudara (mastektomi).
b. Bagi penelitian lain
Menambah pengetahuan dan wawasan di bidang psikologi perkembangan.
Selain itu juga dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya, mengingat masih sedikitnya penelitian tentang hal ini
terutama di Indonesia.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri
1. Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri didefinisikan sebagai sikap yang pada dasarnya merasa
puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakatnya sendiri dan
pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri (Chaplin, 2005, h.451).
Maslow (dalam Schultz, 1991, h.100) menyatakan bahwa orang-orang
yang mengaktualisasikan diri mampu menerima diri mereka, menerima
kelemahan-kelemahan atau kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau
kesusahan. Meskipun individu memiliki kekurangan-kekurangan atau cacat-cacat,
tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal tersebut..
Menurut Supratiknya (1995, h.84-85), yang dimaksud dengan menerima
diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau lawannya,
dan tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Demi penerimaan terhadap dirinya
sendiri, individu harus bersikap jujur, tulus dan autentik dalam membuka diri.
Individu yang menerima dirinya lebih mampu menerima orang lain disekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri
adalah kemampuan individu untuk dapat menerima keadaan dirinya, mempunyai
standar sendiri, bersikap terbuka terhadap orang lain, mempunyai penilaian
realistis dan menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya tanpa rasa

7

malu, serta mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya agar merasa dirinya
lebih berharga.
2. Ciri-ciri Penerimaan Diri
Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992, h.254-255) menyebutkan beberapa
ciri-ciri penerimaan diri yang terdapat pada individu yaitu:
a.

Pembukaan diri
Individu dengan penerimaan diri tidak berada dalam hal-hal yang berkaitan
dengan kebutuhan dan keinginannya pribadi. Individu tersebut melakukan
aktivitas yang berguna bagi pekerjaan, keluarga, hobi, keagamaan atau
aktivitas lain yang diaggap berharga

b.

Hubungan yang hangat
Hubungan yang hangat meliputi dua hal yaitu intimacy dan compassion.
Intimacy merupakan kemampuan individu untuk menunjukkan perasaan cinta
yang mendalam kepada keluarga dan teman tanpa disertai rasa posesif dan
cemburu. Compassion merupakan kemampuan individu untuk mentoleransi
perbedaan meliputi nilai dan sikap.

c.

Pengendalian emosi
Individu dengan penerimaan diri mempunyai pandangan yang positif terhadap
dirinya

sehingga

dapat

mentoleransi

frustrasi

kejadian

menyenangkan tanpa disertai kemarahan dan kebencian.

yang

tidak

8

d.

Pemikiran yang realistis
Individu dengan mampu melihat diri sebenarnya bukan seperti dirinya yang
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dan tugas secara objektif
sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki.

e.

Diri sebagai objek
Individu dengan penerimaan diri menempatkan dirinya sebagai objek bagi
dirinya sendiri sehingga mengetahui keinginan, perbedaan dengan individu
lain dan pemikiran orang lain terhadap dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu

yang menerima diri ditandai dengan pembukaan diri, memiliki hubungan yang
hangat, pengendalian emosi, pemikiran yang realistis dan objektif dalam
memandang dirinya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Hurlock (1991, h.259) faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan diri yaitu:
a.

Aspirasi yang realistis
Individu yang mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya dan
tidak mempunyai ambisi yang tidak mungkin tercapai. Individu harus
menetapkan sasaran dalam batasan kemampuannya walaupun batas ini lebih
rendah dari apa yang dicita-citakan.

b.

Keberhasilan
Individu harus mampu mengembangkan faktor peningkat keberhasilan agar
mampu menerima dirinya, sehingga potensinya berkembang secara maksimal.

9

c.

Wawasan diri
Kemampuan dan kemauan menilai diri sendiri secara realistis serta menerima
kelemahan serta kekuatan yang dimiliki, akan meningkatkan penerimaan diri.

d.

Wawasan sosial
Kemampuan melihat diri pada individu seperti pandangan orang lain tentang
diri individu tersebut menjadi suatu pedoman untuk memungkinkan individu
berperilaku sesuai harapan sosial.

e.

Konsep diri yang stabil
Bila individu melihat dirinya dengan satu cara pada suatu saat dan cara yang
lain pada saat yang lain, yang kadang menguntungkan dan kadang tidak, akan
menyebabkan ambivalensi pada dirinya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah penerimaan diri

dipengaruhi oleh aspirasi yang realistis, keberhasilan, wawasan diri, wawasan
sosial, dan konsep diri yang stabil.
4. Proses Penerimaan Diri
Shontz (dalam Sarafino, 1998, h.402) memaparkan adanya serangkaian
reaksi yang muncul setelah individu mengetahui bahwa dirinya terdiagnosis
penyakit kronis. Reaksi tersebut terdiri dari beberapa tahapan sampai akhirnya
individu dapat menerima penyakit dan menerima keadaan diri sepenuhnya. Tahaptahap tersebut adalah:
a. Shock
Keterkejutan akan berbeda kadarnya dan tergantung pada pemahaman individu
mengenai sakitnya.

10

b. Encounter
Tahap ini ditandai oleh munculnya perasaan kehilangan, kesedihan,
ketidakberdayaan, keputusasaan, dan pikiran yang simpang siur karena harus
hidup dengan penyakit tersebut.
c. Retreat
Pada tahap ini, individu mulai menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani
hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan
diri terdiri atas tiga tahapan yaitu shock, encounter, dan retreat.

B. Wanita Dewasa Madya
1. Wanita Dewasa Madya dan Kesehatan Fisik
Hurlock (1996, h.320) menjelaskan bahwa usia dewasa madya atau usia
setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Usia
dewasa madya ditandai dengan menurunnya fisik secara umum dan memburuknya
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan utama pada orang dewasa usia tengah
baya adalah penyakit kanker (Santrock, 2002, h.141).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum
terjadi pada wanita (Gale & Charette, 2000, h.1). Menurut Lincoln (2008, h.4),
separuh dari total keseluruhan kanker payudara ditemukan pada wanita yang
berusia 50-64 tahun dan kanker payudara jarang terjadi pada wanita berusia di
bawah 30 tahun.

11

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita
dewasa madya adalah wanita yang berusia antara 40 tahun sampai 60 tahun. Salah
satu masalah kesehatan yang menjadi ancaman wanita dewasa madya adalah
kanker payudara.
2. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Madya
Menurut

Havighurst

(dalam

Hurlock,

1996,

h.10),

tugas-tugas

perkembangan masa usia pertengahan adalah:
a. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara.
b. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang
dewasa.
d. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu.
e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi pada tahap ini.
f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier
pekerjaan.
g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

12

C. Kanker Payudara
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam
payudara. Tumor tersebut dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak,
maupun pada jaringan ikat payudara (Suryaningsih & Sukaca, 2009, h.6).
Kanker bermula ketika sel mulai membelah dan tumbuh dalam cara yang
tidak terkontrol dan abnormal. Kanker bisa tumbuh dan menyerang ke dalam
jaringan disekitarnya dan sel-sel ganas bisa terpisah dari tumor induk untuk untuk
menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh (Lincoln , 2008, h.31-32).
2. Gejala-Gejala Kanker Payudara
Menurut Gale dan Charette (2000, h.127-128), tanda dan gejala paling
umum dari kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada payudara.
Kebanyakan 90% ditemukan oleh wanita itu sendiri secara kebetulan. Tanda dan
gejala lanjut dari kanker payudara meliputi kulit cekung, retraksi atau deviasi
puting susu, nyeri jika ditekan, puting berdarah, kulit Peau d’Orange (tebal
dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk), nyeri pada bahu, pinggang dan
punggung bagian bawah, berat badan menurun), gangguan pencernaan, pusing,
penglihatan kabur, dan sakit kepala.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kanker Payudara
Menurut Bustan (2000, h.96), faktor resiko kanker payudara yaitu:
a. Umur. Umur yang lebih tua lebih beresiko terkena kanker payudara daripada
umur yang masih muda.

13

b. Status negara. Orang yang berasal dari negara-negara di benua Amerika dan
Eropa lebih beresiko daripada orang yang berasal dari negara-negara di benua
Asia dan Afrika.
c. Status sosial ekonomi. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi lebih
beresiko.
d. Status perkawinan. Wanita yang tidak menikah lebih beresiko terkena penyakit
kanker payudara.
e. Tempat tinggal. Penyakit kanker payudara lebih banyak terjadi pada orang
yang tinggal di daerah perkotaan.
f. Ras. Orang kulit putih lebih beresiko terkena kanker payudara.
g. Berat badan. Orang yang gemuk lebih beresiko terkena kanker payudara.
h. Umur menstruasi. Umur menstruasi yang lebih awal akan lebih beresiko
terkena kanker payudara.
i. Umur menopause. Menopause yang terlambat akan lebih beresiko terkena
kanker payudara.
j. Umur pertama melahirkan. Jika melahirkan di atas usia 30 tahun akan lebih
beresiko terkena kanker payudara.
k. Riwayat keluarga dengan kanker payudara.
l. Oopheroctomy. Oopheroctomy adalah pengangkatan satu atau dua ovarium
(Dorland, 2000. h.1535). Resiko terkena kanker payudara akan lebih rendah
apabila sudah melakukan oopheroctomy.

14

4. Reaksi Ketika Didiagnosis Penyakit Kanker
Pasien yang terdiagnosis penyakit kanker menunjukkan reaksi-reaksi
psikologis yang terkait dengan penyakit yang dideritanya. Perasaan dan pikiran
yang bisa muncul ketika menerima diagnosis kanker adalah kaget dan putus asa,
tidak percaya dan menolak, depresi, rasa marah, rasa bersalah, dan menerima
kenyataan (Miller, 2008, h.126-131).

D. Mastektomi
1. Pengertian Mastektomi
Menurut Lincoln (2008, h.95) mastektomi mencakup pengangkatan
seluruh payudara. Tujuan dari mastektomi adalah membuang seluruh jaringan
payudara sehingga resiko kambuh lokal berkurang. Menurut Kearney (2006,
h.243), mastektomi adalah penghilangan jaringan payudara termasuk otot
pektoralis dan kulit menutupi kanker bersama dengan areola puting susu yang
kompleks.
2. Reaksi Psikis Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi
Suatu penyelidikan psikologis telah dilakukan pada penderita kanker dan
yang telah menjalani tindakan operatif (mastektomi). Penderita menunjukkan satu
atau lebih gejala-gejala tersebut. Keenam gejala klinis gangguan jiwa sebagai
komplikasi psikiatrik (kejiwaan) tersebut adalah kecemasan, ketergantungan,
depresi, hypocondriasis, paranoid, dan obsesi kompulsi (Hawari, 2004, h.64-68)

15

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Perspektif Fenomenologis

Fenomenologi berakar dari filosofi Husserl (1859-1938). Husserl
berpendapat bahwa peneliti atau fenomenologis perlu berupaya memahami
fenomena, seperti pengalaman-pengalaman atau peristiwa-peristiwa, dalam caracara yang berbeda dari yang biasa. Strategi ini bermakna membuat sesuatu yang
normal dan alami menjadi asing, sehingga unsur-unsur intinya dapat dikenali
(Daymon & Holloway, 2008, h.229-230).
Penelitian fenomenologis berusaha menemukan makna-makna psikologis
yang terkandung dalam fenomena melalui penyelidikan analisis contoh-contoh
hidup. Analisis terhadap makna yang dialami seseorang akan dapat membuka
wawasan baru (Smith, 2009, h.53).
Terdapat beberapa ciri yang lazim didapati dalam riset fenomenologi yaitu
mengungkap dasar filosofis riset fenomenologi, mengurung asumsi-asumsi,
berfokus pada sebuah fenomena utama, menggarap sampel kecil, dan analisis data
tematis (Daymon & Holloway, 2008, h.232-234)

B.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah memahami dan mendeskripsikan bagaimana
proses penerimaan diri yang dimiliki oleh wanita dewasa madya yang telah
melakukan mastektomi.

16

C.

Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sample. Pendekatan
purposive sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2002, h.88-89). Jumlah subjek dalam penelitian ini
adalah tiga orang. Karakteristik subjek untuk penelitian ini sebagai berikut:
1.

Wanita dewasa madya usia 40-60 tahun.

2.

Subjek pernah melakukan satu kali operasi pengangkatan payudara
(mastektomi) dengan jumlah payudara yang diangkat bisa satu atau keduanya.

3.

Batasan waktu pasca operasi pengangkatan payudara (mastektomi)
ditetapkan antara 1-2 tahun.

4.

Bersedia dan sanggup menjadi subjek penelitian.

D.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara,
observasi, serta materi audio perekaman data menggunakan MP3 recorder.

E.

Analisis Data

Dalam analisis data, terdapat alur-alur yang bisa dilakukan untuk
menganalisis data. Alur-alur tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Peneliti membuat dan mengatur data yang sudah
dikumpulkan

17

2.

Peneliti membaca dengan teliti data yang sudah
diatur

3.

Deskripsi pengalaman peneliti di lapangan

4.

Horisonalisasi

5.

Unit–unit makna

6.

Deskripsi tekstural

7.

Deskripsi struktural

8.

Makna/esensi pengalaman subjek

F.
Ada

empat

kriteria

Verifikasi Data
yang

digunakan

dalam

pelaksanaan

teknik

pemerikasaan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

18

BAB IV
ANALISIS DATA

1.

A. Deskripsi Kancah Penelitian
Persiapan Penelitian
Sebelum peneliti turun lapangan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan

terlebih dahulu. Persiapan tersebut antara lain membangun rapport, membuat
interview guide, membuat surat izin penelitian, membuat informed consent, dan
menyiapkan materi audio berupa MP3 recorder.
2.

Proses Penemuan Subjek
Peneliti berusaha mencari subjek penelitian dengan perantara key person

yaitu orang yang menurut peneliti mempunyai hubungan dengan orang-orang
yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian. Setiap subjek dalam penelitian ini,
peneliti dapatkan dari key person yang berbeda.
3.

Kendala Peneliti di Lapangan
Selama proses penelitian tidak lepas dari berbagai kendala yang muncul.

Kendala-kendala yang muncul mencakup keterbatasan peneliti, keterbatasan
subjek, dan tempat penelitian.

B. Horisonalisasi

19

Horisonalisasi merupakan proses dalam melakukan analisis data dengan cara
memilah-milah data yang penting dan tidak penting. Transkrip hasil wawancara
yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian dipisahkan dan diolah lebih
lanjut dengan memberi makna psikologis. Pernyataan-pernyataan yang relevan
dengan fenomena yang diteliti ditulis dengan huruf yang dicetak tebal.

C. Unit Makna dan Deskripsi
Unit makna didapat setelah pernyataan-pernyataan hasil horisonalisasi
dipahami dan dimaknai secara psikologis. Kumpulan makna-makna psikologis
tersebut kemudian disimpulkan ke dalam beberapa unit makna. Setiap unit makna
mengandung deskripsi tekstural subjek, yaitu pernyataan-pernyataan orisinal
subjek, dan deskripsi struktural subjek, yaitu interpretasi peneliti berdasarkan
pernyataan orisinal subjek.

D. Pemetaan Konsep
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan saling keterkaitan antara unit-unit makna
dengan menggunakan bagan dinamika penerimaan diri pada wanita dewasa madya
yang telah melakukan mastektomi:

20

21

E. Esensi atau Makna Terdalam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa proses penerimaan
diri pada masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu yang
berbeda. Subjek #1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi
mastektomi. Subjek #2 dan subjek #3 sudah pasrah menerima nasibnya ketika
didiagnosis kanker payudara dan saat mengetahui bahwa payudaranya harus
dioperasi. Subjek #3 membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang
dibandingkan kedua subjek lainnya.
Tahap retreat memberikan sumbangan terhadap pembentukan penerimaan diri
pada subjek. Pada tahap ini, subjek mulai menyadari realitas dan berusaha untuk
menjalani hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.
Subjek sedikit demi sedikit mulai menghadapi kenyataan sampai akhirnya mampu
menghadapi masalah yang dirasakan sebagai stressor.
Setelah operasi, subjek mengalami dampak fisik, psikis, dan konatif. Dampak
yang dialami subjek akan menjadi sumber stres apabila tidak diminimalisir
dengan menggunakan coping terhadap stres. Strategi coping yang memberikan
sumbangan cukup besar pada subjek dalam pembentukan penerimaan diri adalah
turning to religion. Subjek berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan beribadah
kepada tuhan.

22

Faktor pendukung dapat mempengaruhi terbentuknya penerimaan diri. Faktor
pendukung yang memberikan sumbangan besar dalam pembentukan penerimaan
diri adalah dukungan sosial. Orang yang memiliki dukungan sosial yang tinggi
akan mengalami tingkat stres yang rendah ketika berhadapan dengan stressful
experiences dan mereka mengatasinya dengan berhasil (Taylor, 2009, h.187).

F. Verifikasi data
1. Kepercayaan (Credibility)
Untuk menguji keabsahan data yang telah dikumpulkan, maka akan
dilakukan beberapa cara, yaitu:
a.

Keterlibatan langsung di lapangan penelitian

b.

Triangulasi

c.

Peer debriefing

d.

Kecukupan referensi

e.

Pengecekan anggota

2. Keteralihan (Transferability)
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya secara
rinci tentang persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian, namun peneliti tidak
dapat menjamin nilai transfer dalam penelitian ini berlaku secara konstan
disebabkan oleh sifat manusia yang unik dan berbeda satu sama lain.
3. Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan (dependability) bertujuan untuk mengetahui seberapa
konsisten penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai dependabilitas, peneliti

23

melakukan audit eksternal, yaitu pemeriksaan oleh ahli atau pembimbing yang
membantu peneliti dalam melakukan tafsiran hasil penelitian.

4. Kepastian (Confirmability)
Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui
seberapa netral penafsiran dan penarikan kesimpulan. Konfirmabilitas ditunjang
oleh:
a.

Data mentah hasil wawancara yang meliputi baik hasil rekaman
maupun catatan-catatan di lapangan.

b.

Proses analisis yang benar dari horisonalisasi hingga makna atau
esensi.

c.

Pembahasan yang benar dengan menunjukkan bagaimana hasil
analisis dihadapkan dengan teori-teori atau penelitian-penelitian lain.

d.

Pemeriksaan materi audiovisual berupa kaset rekaman berisi hasil
wawancara dan observasi.

e.

Pemeriksaan asumsi pribadi.

24

BAB V
PEMBAHASAN

A. Dinamika Psikologis Keseluruhan Subjek
Proses penerimaan diri dimulai dengan adanya reaksi psikis ketika
merasakan adanya gejala pada payudara. Reaksi psikis yang muncul adalah shock
yang kemudian disertai rasa ingin tahu (curiousity) dan takut. Reaksi psikis yang
muncul pada subjek tidak hanya disebabkan oleh kemunculan gejala kanker, tetapi
juga disebabkan oleh diagnosis dari pihak medis penyakit subjek serta didukung
pula dengan diagnosis menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi).
Diagnosis kanker payudara dan diagnosis untuk menjalani mastektomi
menimbulkan reaksi dalam diri subjek. Reaksi tersebut terdiri dari tiga fase yaitu
shock, encounter dan retreat. Masing-masing subjek mengalami fase tersebut
dalam proses yang berbeda. Subjek #1 langsung mengalami tahap encounter dan
retreat setelah operasi dilaksanakan. Subjek #1 tidak mengalami tahap shock atas
diagnosis dokter karena diagnosis dokter tidak begitu jelas. Subjek #2 dan subjek
#3 mengalami tahap shock dan retreat setelah dokter memberikan diagnosis.
Mereka mengaku telah pasrah dan menerima kenyataan apabila payudaranya
harus diangkat sebagai bentuk pengobatan terhadap penyakit yang mereka derita.

25

Setelah menjalani operasi, mereka mengalami encounter reaction dan akhirnya
menuju pada tahap retreat kembali. Pasca operasi, subjek #1 dan subjek #3 telah
merasa lega meskipun harus kehilangan salah satu payudaranya.
Subjek #3 mengalami tahap shock kembali ketika tumornya tumbuh kembali
pada payudara kanannya. Setelah itu, subjek berada pada tahap encounter karena
muncul kembali perasaan kecewa dan menjadi lebih sensitif. Pada akhirnya subjek
#3 mulai menerima kondisinya dengan ikhlas dan mengganggap kondisinya
sebagai cobaan dari Tuhan.
Operasi mastektomi yang dijalani oleh ketiga subjek juga menimbulkan
beragam dampak, baik dari segi fisik, psikis (encounter reaction) maupun konatif.
Dampak fisik yang dialami mengakibatkan perubahan pada fisik subjek dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas, akibatnya ruang gerak subjek menjadi
terbatas sehingga mengalami penurunan dalam beraktivitas dan menjadi
tergantung kepada anggota keluarga (dampak konatif). Selain itu, dampak psikis
(encounter reaction) juga turut mewarnai kondisi kejiwaan subjek pasca operasi.
Dampak psikis (encounter reaction) yang dialami oleh ketiga subjek adalah
kecewa, marah, guilty feeling, dan malu. Dampak fisik dan psikis tidak hanya
timbul karena efek operasi, tetapi juga timbul karena menjalani pengobatan
kemoterapi maupun radioterapi yang dijalani subjek setelah operasi.
Beragam dampak pasca operasi yang tidak menyenangkan dapat
diminimalisir dengan melakukan upaya coping. Coping dilakukan dengan dua
cara yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Dalam problem
focused coping, ketiga subjek melakukan direct action, seeking information, dan

26

turning to others. Dalam emotion focused coping, ketiga subjek senantiasa berdoa,
meningkatkan ibadah serta mengucapkan syukur kepada tuhan (turning to
religion). Subjek #3 paling banyak melakukan defense mechanism. Subjek #3
menjadi

menghindar

(avoidance)

terhadap

interaksi

sosial

dikarenakan

kekambuhan penyakitnya serta peristiwa traumatis karena subjek pernah
mendapatkan komentar negatif dari tetangganya. Subjek #1 menyangkal terhadap
kondisinya saat ini dengan menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki penurunan
dalam bekerja padahal kenyataannya pekerjaan kantor subjek dibantu oleh rekan
kerja.
Proses penerimaan diri diiringi pula oleh adanya faktor pendorong serta
faktor penghambat. Faktor pendukung akan membantu subjek untuk memperoleh
penerimaan dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah dukungan sosial, penerimaan
sosial, belief, harapan, keberhasilan, aspirasi realistis, ketabahan, optimis dan
wawasan diri. Faktor penghambat akan menghalangi subjek untuk memperoleh
penerimaan diri. Faktor-faktor tersebut adalah konsep diri, komentar negatif, dan
kekambuhan penyakit.
Apabila individu telah melakukan upaya coping dan memaksimalkan
faktor pendukung yang tersedia sehingga mampu untuk meminimalisir faktor
penghambat yang muncul, maka penerimaan diri yang tinggi akan dapat terbentuk
pada diri individu. Apabila individu telah melakukan upaya coping dan
memaksimalkan faktor pendukung yang tersedia tetapi tidak juga mampu untuk
meminimalisir adanya faktor penghambat maka penerimaan diri pada individu
akan menjadi rendah.

27

Keseluruhan subjek memiliki penerimaan diri yang tinggi berupa
penerimaan terhadap perubahan fisik pasca operasi, mau untuk terbuka terhadap
orang lain, dan mampu untuk berinteraksi dengan secara sosial dengan
menunjukkan sikap altruist dan empati. Subjek #2 dan subjek #3 menunjukkan
usahanya dalam mengendalikan emosi pasca operasi dengan berusaha untuk sabar.
Subjek #1 tidak melakukan pengendalian emosi karena suami senantiasa menjaga
perasaan subjek sehingga jika ada sesuatu hal yang tidak akan subjek sukai maka
suami beserta anak memilih untuk tidak memberitahu subjek.
Pada subjek #3 penerimaan dirinya tidak sepenuhnya tinggi karena subjek
#3 masih mengalami penyesalan yang belum bisa dihilangkan. Penyesalan
tersebut berupa penyakitnya yang tanpa disadarinya sudah masuk stadium tiga dan
subjek juga merasa menyesal karena tidak memperhatikan tubuhnya. Penyesalan
yang ada dalam diri subjek terbentuk karena adanya kekambuhan penyakit.
Subjek mengakui bahwa dirinya menjadi lebih sensitif setelah mengetahui bahwa
penyakitnya muncul kembali dan tak kunjung sembuh selama hampir dua tahun.

28

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan,

diperoleh

bahwa

proses

penerimaan diri pada masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu
yang berbeda. Subjek #1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi
mastektomi. Subjek #2 dan subjek #3 sudah pasrah menerima nasibnya ketika
didiagnosis kanker payudara dan saat mengetahui bahwa payudaranya harus
dioperasi. Subjek #3 membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang
dibandingkan kedua subjek lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
kekambuhan penyakitnya dan adanya komentar negatif yang tidak bisa dilupakan
subjek sehingga subjek menjadi menghindar dan menjadi pribadi tertutup. Subjek
juga masih menyimpan penyesalan sampai saat ini dan belum bisa untuk
dihilangkan.
Menjalani

mastektomi

menimbulkan

banyak

permasalahan

yang

mengganggu kehidupan subjek. Permasalahan tersebut mencakup dampak fisik,
dampak psikis (encounter reaction) dan dampak konatif. Ketiga subjek
menggunakan upaya coping untuk mengatasi beragam dampak yang muncul.

29

Proses menuju penerimaan diri tidaklah mudah dan dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi dua yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung penerimaan diri adalah
dukungan sosial, penerimaan sosial, belief, harapan, keberhasilan, aspirasi
realistis, ketabahan, optimis dan wawasan diri. Faktor penghambat penerimaan
diri adalah konsep diri, komentar negatif, dan kekambuhan penyakit.
Apabila individu telah melakukan upaya coping dan memaksimalkan
faktor pendukung sehingga mampu untuk meminimalisir faktor penghambat yang
muncul, maka penerimaan diri yang tinggi akan dapat terbentuk pada diri
individu. Apabila individu tidak mampu untuk meminimalisir adanya faktor
penghambat maka penerimaan diri pada individu akan menjadi rendah.

B. Saran
1. Bagi Subjek
a. Subjek diharapkan dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya dan
terus berkarya walaupun memiliki keterbatasan. Subjek dapat mencari
kesibukan dengan mengikuti organisasi di lingkungannya seperti PKK,
Posyandu, Dharma Wanita, organisasi keagamaan, dan lain sebagainya.
b. Membuka diri dan memperluas sosialisasi terhadap orang lain sehingga
akan memiliki banyak kenalan dan mendapatkan banyak informasi dari
orang lain.
c. Mencari dukungan sosial dari komunitas penderita kanker payudara yang
dapat membantu penderita dalam menghadapi penyakitnya.
d. Mencari informasi tentang kanker payudara dan penanganannya melalui
media cetak, media elektronik atau melalui dokter spesialis kanker
payudara sehingga informasi tersebut dapat menambah wawasan subjek

30

mengenai penyakitnya dan dapat pula diterapkan dalam kehidupan seharihari.
2. Bagi Keluarga
a. Membangun komunikasi yang baik dengan subjek sehingga subjek mau
terbuka dan nyaman dalam mengungkapkan perasaannya, dengan demikian
keluarga dapat memahami dan mengerti perasaan subjek dalam
menghadapi permasalahannya.
b. Anggota keluarga selalu membicarakan dengan subjek mengenai hal-hal
yang terkait dengan penyakit dan pengobatannya untuk mencegah adanya
pengambilan keputusan secara sepihak sebelum dibicarakan dengan subjek
yang bersangkutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lain tentang
kehidupan wanita yang setelah menjalani operasi pengangkatan payudara
(mastektomi) yang mengangkat tema mengenai penerimaan keluarga terhadap
kondisi wanita pasca mastektomi.

DAFTAR PUSTAKA

31

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daymon, C., dan Holloway, I. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam
Public Relations dan Marketing Communications. Alih bahasa: Cahya
Wiratama. Yogyakarta: Bentang.
Dorland, W.A.N. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gale, D., dan Charette, J. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Alih
bahasa: I Made Kariyasa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hawari, D. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hjelle, L.A., dan Ziegler, H.J. 1992. Personality Theories Basic Assumption
Research and Aplication. Singapore: McGraw Hill.
Hurlock, E.B. 1991. Perkembangan Anak Jilid 2. Alih bahasa: Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.
____________.1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan edisi kelima. Alih bahasa: Istiwidayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Ilmi, G.A. 2004. Pengaruh Doa Terhadap Penerimaan diri: Studi Kualitatif Pada
Penderita Kanker Payudara. Jurnal Psikologi Sosial, 2 (1), 81-96.
Kearney, N. 2006. Nursing Patients With Cancer Principle and Practice. London:
Elsevier Churchill Livingstone.
Lincoln, J., dan Wilensky. 2008. Kanker Payudara: Diagnosis dan Solusinya. Alih
bahasa: Nadjamuddin. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Luwia, M.S. 2003. Problematika dan Perawatan Payudara. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Maslow, A.H. 1993. Motivasi dan Kepribadian. Alih bahasa: Nurul Imam.
Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Miller, G. 2008. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kanker. Alih bahasa:
Muhammad Jauhar. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

32

Naland, H. 2011. Kanker Payudara. [online]. Diambil tanggal 8 Agustus 2011.
Diambil dari: http://www.omni-hospitals.com/omni_pulomas/blog_detail.
php?id_post=6
Nealon, T.F., dan Nealon, W.H. 1994. Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Alih
bahasa: Irene Winata dan Brahm U. Pendit. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Otto, S.E. 2001. Oncology Nursing Fourth Edition. Saint Louis: Mosby Inc.
Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. 2008. Human Development. Alih
bahasa: A.K.Anwar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Sepanjang Masa
Hidup Jilid II. Aalih bahasa: Juda Damanik dan Ahmad Chusairi. Jakarta:
Erlangga.
Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology. Canada: John Willey & Sons.
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Alih
bahasa: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Alih Bahasa: Kunta R. Jakarta: Grasindo.
Smith, J.A. 2009. Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Alih
bahasa: Budi Santosa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi
Yogayakarta: Kanisius.

Antar

Pribadi

Tinjauan

Psikologi.

Suryaningsih, E.K., dan Sukaca, B.E. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara.
Yogyakarta: Paradigma Indonesia.
Taylor, S.E. 2009. Health Psychology. New York: McGraw Hill.
Utami, M.S., dan Hasanat, N.U. 1998. Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker.
Jurnal Psikologi, 1, 44-54.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124