MODEL NON THREATENING ROLE PLAYING PADA

MODEL NON THREATENING ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPA
ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan apakah dan bagaimana upaya penerapan Model
Pembelajaran Threatening Role Playing pada pembelajaran materi IPA tentang
penanggulangan akibat dari bencana alam gempa bumi pada siswa kelas V SD. Prosedur
belajar model itu menggunakan simulasi bermain peran di mana siswa dan guru ikut terlibat
memerankan sebuah keluarga dalam situasi bencana gempa bumi. Berdasarkan pendapat
bebarapa ahli pendidikan tentang prosedur pembelajaran menggunakan model tersebut
meyakinkan kita bahwa efektifitas dan hasil belajar siswa meningkat karena proses belajar
yang menyenangkan tersebut.
Kata Kunci
Threatening Role Playing, gempa, penanggulangan bencana, pembelajaran
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pendidikan dalam format pembelajaran di kelas sebagai ujung
tombak kegiatan hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh menyangkut tiga aspek
Taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dilaksanakan secara
simultan guna merangsang seluruh panca indra siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Aspek kognitif ditempatkan dominan seagai pintu masuk dari aspek yang lain sesuai karakter
dasar manusia dari melihat dan mengamati maka manusia akan dapat mengetahui dan
memahami. Serangkaian peristiwa tersebut adalah ranah kognitif. Selanjutnya manusia akan
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasinya atas dasar sikap mental yang baik.

Sehingga hal yang dilrencanakan tercapai maksimal. Serangkaian peristiwa itu adalah terjadi
pada ranah afektif dan psikomotor.
Dalam tataran pelaksanaan program pembelajaran seringkali ranah kognitif lebih
dominan dilaksanakan. Proses pembelajaran di kelas didominasi oleh guru dan buku.
Sehingga terkadang ranah afektif dan psikomotor terabaikan. Pada beberapa materi yang
memiliki kekhasan karakter menghendaki dominasi ranah afektif dan psikomotor. Pada
pembelajaran IPA, yang materi pembelajarannya memerlukan serangkaian pengalaman
belajar siswa untuk mengeksplorasi media dan sumber belajar kadang terselip materi yang
menghendaki dominasi ranah afektif dan psikomotor. Misalnya, materi pembelajaran tentang
bencana alam pada mata pelajaran IPA. Secara umum penyajian materi pada sumber belajar
seperti buku adalah pengetahuan tentang beberapa jenis bencana alam baik yang disebabkan
oleh ulah manusia atau murni karena alam. Ketika guru membelajarkan materi upaya
menanggulangi akibat dari bencana alam seperti gempa bumi. Upaya menghadirkan variasi
pembelajaran pada materi pembelajaran tersebut berdampak keterlibatan siswa secara
simultan pada semua ranah sehingga efektifitas pembelajaran maksimal tercapai.
Konten materi tentang bencana alam seperti gempa bumi pada mata pelajaran IPA di
kelas V kurikulum KTSP berdasarkan sumber belajar seperti buku BSE adalah mengulas
tentang pengetahuan seputar gempa. Sedangkan hal yang paling mendasar seperti bagaimana

cara kita menanamkan sikap dan keterampilan untuk menyelamatkan diri dari gempa jarang

sekali diulas dalam beberapa sumber belajar pendukung materi tersebut. Kelemahan ini
menjadi sangat terasa ketika siswa mengalami sendiri kejadian alam berupa gempa bumi .
Tanpa mempunyai sikap yang tanggap dan keterampilan yang baik saat menghadapi peristiwa
itu maka yang menjadi taruhannya adalah nyawa. Jika saja mereka mengetahui standar sikap
dan keterampilan saat menghadapi gempa maka kemungkinan besar mereka dapat
menyelamatkan orang-orang di sekitar atau paling tidak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri.
Upaya membelajarkan materi penyelamatan diri saat terjadi bencana alam seperti
gempa harus mengedepankan ranah afektif dan psikomotor. Di antara model-model
pembelajaran yang ada, salah satu model pembelajaran yang layak dipertimbangkan adalah
model pembelajaran Non Threatening Role Playing. Seperti apakah model pembelajaran
tersebut sehingga dapat efektif dilaksanakan dalam rangka membelajarkan materi
pembelajaran IPA tentang bencana alam? Pertanyaan berikutnya adalah bagaimanakah
pelaksanaan model pembelajaran tersebut sehingga efektif untuk meningkatkan sikap dan
keterampilan siswa untuk menanggulangi dampak dari bencana gempa alam? Pada uraian
berikut akan dipaparkan penjelasan tentang model pembelajaran Non Threatening Role
Playing dan bagaimanakah pola pelaksanaannya.

MODEL PEMBELAJARAN THREATENING ROLE PLAYING
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati

perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generative. Terdapat berbagai jenis
model pembelajaran. Pemilihan model belajar juga sangat terkait dengan karakteristik materi
pembelajaran yang sedang dibelajarkan oleh guru. Menambahkan kreatifitas sendiri sangat
diharapkan dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran yang dikehendaki.
Beberapa pertimbangan pemilihan metode sesuai saran dari Silberman dalam Silberman
(1996) adalah sebagai mencoba suatu metode baru tidak lebih dari seminggu dan
menawarkan metode baru sebagai sebuah alternatif saja. Model pembelajaran sangat erat
kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru
(teaching style) yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching),
(Hanafiah, 2009). Salah satu model pembelajaran yang layak dipertimbangkan terkait materi
pembelajaran menanggulangi dampak dari bencana alam adalah model Threatening Role
Playing. Pembelajaran dengan model Threatening Role Playing dikembangkan dari model
pembelajaran Role Playing. Model Role Playing atau simulasi adalah gambaran beberapa
segi pengalaman manusia yang di dalamnya terdapat perangkat aturan, pedoman dan
peralatan yang dapat menggambarkan mencerminkan dan menirukan proses atau kejadian
sebenarnya, Mikarsa (2002).
Menurut Hanafiah (2009), terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam
model pembelajaran Role Playing yaitu :
1. Guru menyiapkan dan menyusun skenario yang akan ditampilkan dalam peran.


2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum
proses pembelajaran
3. Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang
4. Guru memberi penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
Model pembelajaran Non Threatening Role Playing merupakan model pembelajaran
bermain peran yang dikembangkan untuk menangani sistuasi tertentu. Model ini mengadopsi
dari model pembelajaran role playing menjadi lebih sepesik di mana dalam salah satu
prosedurnya adalah menempatkan unsur guru sebagai pemeran awal dan feedback sebagai
tindakan untuk menilai kemajuan sikap dan keterampilan yang mereka miliki atas peran
yang dimainkan.
Dalam Silberman (1996) dikemukakan beberapa prosedur pembelajaran dari model
Threatening Role Playing. Prosedur atau langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
1. Buatlah suatu skenario permainan peran di mana Anda akan mendemonstrasiakn
perilaku yang diinginkan, seperti orang marah.
2. Informasikan kepada kelas bahwa Anda yang akan berperan . Pekerjaan peserta
didik adalah membantu anda berhubungan dengan situasi.
3. Mintalah peserta didik untukbermain peran menjadi orang lain dalam situasi itu,
(misalnya orang yang marah). Berilah peserta didik catatan pembukaan untuk
dibaca guna membantunya atau membawa masuk pada peran. Mulailah bermain

peran, tetapi berhentilah pada interval yang sering dan mintalah kelad untuk
memberi feedback dan arah seperti kemajuan scenario. Jangan ragu menyuruh
siswa untuk memberikan garis khusus bagi Anda untuk digunakan, misalnya pada
poin khusus, tanyakan,”Apa yang harus saya katakana berikutnya?” Dengarkan
saran-saran dari audiens dan coba praktikkan.
4. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih Anda dalam
menangani situasi. Hal ini memberi mereka latihan keterampilan ketika Anda
melakukan peran untuk meraka.
5. Variasi yang dapat dilakukan adalah dengan memerintahkan peserta didik untuk
melatih peserta berikutnya. Bila perlu rekam rekam seluruh permainan peran dan
putur ulang untuk didiskusikan dengan peserta didik tentang cara-cara lain untuk
merespon point khusus dalam situasi ini.
Perbedaan model pembelajaran Role Playing dengan NTRP (Non Threatmen Role
Playing ) adalah terletak pada peran guru yang ikut sebagai pemeran pada model NTRP.
Penerapan metode NTRP merupakan suatu alternatif pemilihan metode selain pilihan-pilihan
metode yang lain sesuai dengan gaya belajar siswa, mengajar guru dan karakteristik materi
pelajaran yang akan diajarkan. Karakteristik materi ajar bencana alam dalam membelajarkan
ranah afektif dan psikomotor memiliki alasan rasional jika menggunakan metode Non
Threatening Role Playing. Hal tersebut mengingat konten materi yang diajarkan adalah sikap
dan keterampilan dalam mengatasi bahaya akibat bencana alam sesuai untuk diperankan

sebagai bentuk simulasi penanggulangan akibat bencana yang sering di pertontonkan di
televisi.

MODEL
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN IPA

THREATENING

ROLE

PLAYING

DALAM

Model pembelajaran Threatening Role Playing dalam pembelajaran IPA pada materi
penanggulangan bencana alam seperti gempa bumi dapat dirumuskan dengan menyesuaikan
pada model sesuai referensi dari Silberman di atas. Penyesuaian tersebut diletakkan pada
bagian prosedur pembelajaran. Selain langkah pembelajaran hal lain yang perlu dilakukan
adaptasi adalah pada bagian tujuan pembelajaran perlu disesuaikan agar relevan dengan

langkah-langkah pembelajaran yang akan disusun. Hal ini disisipkan dalam Rencana
Pembelajaran pada bagian Langkah-langkah pembelajaran.
Langkah dan prosedur pembelajaran yang sudah diadaptasi tersebut tergambar pada
langkah –langkah pembelajaran RPP tentang cara menanggulangi akibat gempa yang disusun
guru. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok
2. Guru guru menjelaskan materi ajar tentang pengetahuan, akibat dan cara
menanggulangi gempa
3. Guru menugaskan siswa menyusun sendiri langkah-langkah cara menanggulangi
gempa
4. Guru sendiri ikut membuat susunan langkah-langkah cara menanggulangi akibat
gempa bumi yang selanjutnya menjadi rujukan
- Siswa yang terdiri dari 5 orang dalam sebuah kelompok memerankan satu
keluarga yang sedang tidur di dalam kamar.
- Seorang siswa yang paling besar berperan sebagai ayah dan ibu, siswanya
sebagai orang tua dan 2 orang anak
- Peragaan dimulai dengan suara gemuruh dimana teman kelompok yang lain
memukul meja
- Prosedur penyelamatan saat gempa adalah menghilangkan perasaan panik
dan penyelamatan prioritas kepada anak terkecil dan orang tua

- Orang tua berbagi tugas di mana ayah menggendong anak yang paling kecil
dan si ibu membukakan pintu sementara yang lainnya mencari jalan keluar
sendiri sendiri.
5. Guru pada salah satu siswa bermain peran memperagakan cara menanggulangi
gempa
6. Siswa dari kelompok lain memberi masukan tentang kekurangan dan kelebihan
dari simulasi role playing yang diperagakan salah satu kelompok tersebut.
7. Simulasi pada tahapan berikutnya diberikan kesempatan kepada kelompok lainnya
sementara guru merekam kegiatan tersebut
8. Guru menampilkan hasil rekaman peragaan tersebut pada media tayang.
9. Siswa dan guru mendiskusikan kelemahan dan kelebihan dari simulasi yang telah
dilakukan
Sudah barang tentu suasana kelas saat peragaan dimulai ribut dan riuh karena meja
dipukul siswa sebagai pertanda gempa sedang berlangsung. Suasana kepanikan terjadi saat

itu. Dimana orang dewasa berbagi tugas, ada yang membuka pintu dan ada yang
menggendong anak, sementara anggota keluarga lain mencari jalan sendiri-sendiri. Secara
teori memang terlihat apik dan bagus. Akan tetapi saat penyelenggaraan simulasi suasana
kepanikan memang benar benar terjadi. Tak jarang anggota keluarga tersebut kebingungan
dan salah langkah. Kepanikan terjadi dalam suasana simulasi apalagi dalam situasi nyata.

Gempa yang berlangsung hanya beberapa detik tersebut telah membuat suasana kepanikan
luar biasa.
Peragaan awal memang terkesan acak-acakan. Akan tetapi seiring masukan yang
diberikan siswa lain dari kelompok lain maka peragaan simulasi mendekati sempurna.
Kepanikan dapat dikurangi dan prosedur penyelamatan akan berlangsung lebih tertib dan
rapi. Kondisi para anggota keluarga dapat dimodifikasi sedemikian rupa. Misalnya anak-anak
mereka tidur dengan kamar terpisah. Maka siswa akan berpikir ulang tentang prosedur
penyelamatan sesuai dengan kondisi saat itu. Suasana pembelajaran yang aktif seperti itu
akan berdampak siswa lupa dirinya sedang dalam proses belajar.
Tantangan bagi guru saat ini adalah ketika ingin menutup pembelajaran. Karena sudah
pasti siswa ingin mengulangi kembali. Permasalahan guru selanjutnya adalah waktu
pembelajaran yang tidak mencukupi. Akan tetapi prosese pembelajaran harus diakhiri dengan
kegiatan membuat kesimpulan bersama-sama siswa. Kegiatan selanjutnya adalah evaluasi
singkat untuk mengkonfirmasi kembali sejauhmana pembelajaran tersebut efektif
dilaksanakan dengan variasi instrument evaluasi . Instrumen evaluasi dapat berupa lembar tes
pilihan ganda, essay dan pertanyaan lisan.

KESIMPULAN
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran tanpa meninggalkan tiga aspek dari
Taksonomi Bloom. Ketercapaian efektifitas pembelajaran baik kognitif, afektif dan

psikomotor secara seimbang melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan simultan
melibatkan seluruh panca indra. Untuk itu diperlukan upaya dalam rangka menanggulangi
keterbatasan gaya mengajar guru, gaya belajar siswa yang dikaitkan dengan karakteristik
materi pembelajaran. Maka pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang akan
diterapkan adalah sangat penting. Penerapan model Threatening Role Playing adalah salah
satu cara untuk membelajarkan materi IPA tentang penanggulangan akibat dari bencana alam
seperti gempa bumi.
Penerapan model pembelajaran Threatening Role Playing mengadopsi sintak model
pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Silberman. Pelaksanaan pembelajaran tersebut
membawa siswa seolah-olah berada pada suasana sebenarnya melalui simulasi bermain
peran. Keterlibatan guru dan siswa dalam peran yang terlibat dalam suasana tersebut
membawa dampak kepada proses pembelajaran dimana siswa merasa sedang tidak belajar.
Suasana riuh, senang dan gembira dalam konteks belajar akan membawa pengalaman belajar
yang menyenangkan. Proses tersebut berdampak kepada efektifitas pembelajaran akan

berjalan sangat baik sehingga hasil belajar siswa dalam memahami materi pembelajaran
tentang penanggulangan akibat dari bencana alam akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Silberman, Mel et. al (1996). Akctive Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject.

Terjemahan Sarjuli, et.al. 101 Strategi Pembelajaran Aktive. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2007.
Suciati, dkk (2002). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka, 2002
Sumantri, Mulyani dkk (2005).
Universitas Terbuka, 2005

Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :

Mikarsa, Hera Lestari, dkk (2002). Pendidikan Anak SD. Jakarta :Universitas Terbuka, 2002
Hanafiah, dkk (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama, 2009

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124