KERJASAMA CINA UNI EROPA DALAM PROGRAM N

K E R J A SA MA C INA -UNI E R OPA DA L A M PR OGR A M NE AR ZE RO
E MMISSION COAL (NZ E C ) T A HUN 2009-2018

A.

A lasan pemilihan J udul

Pembangunan industrialisasi dengan penggunaan bahan bakar fosil
merupakan salah satu kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia yang berdampak buruk bagi dunia. Banyaknya negara maju yang
menggunakan bahan bakar fosil dan batu bara, menyebabkan tingginya emisi gas
karbon di dunia. Menurut kajian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1990-2004, negara maju seperti A merika Serikat, J erman, dan K anada menambah
Emisi gas karbon 16% sampai dengan 17%, sedangkan emisi yang dihasilkan
Cina meningkat menjadi 47%.1 Peningkatan emisi yang dihasilkan oleh Cina
diketahui berasal dari berkembangnya sektor industri Cina yang menggunakan
batu bara sebagai bahan bakar. Dapat diketahui bahwa motor penggerak
kemajuan perekonomian Cina yakni dengan kemajuan sektor industri yang telah
dikembangkan oleh pemerintah Cina sejak terjadinya reformasi ekonomi pada
tahun 1978 hingga sekarang. Perkembangan industrialisasi yang merupakan
penggerak ekonomi Cina, sebagian besar industri yang berada di Cina

menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama industri.
Perkembangan industri tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yang krusial
bagi negara Cina.

1

Muhammad Y unus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Bagaimana Bisnis Sosial
Mengubah Kehidupan Kita, Gramedia Pustaka Utama, J akarta, 2008, hal.21

1

Dalam sebuah pertemuan yang disepakati di K yoto- J epang yang membahas
mengenai perubahan iklim, kemudian disepakati dengan dilahirkannya Protokol
K yoto menyatakan bahwa negara-negara industri diwajibkan untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca. J enis atau tipe Gas Rumah K aca yang keberadaannya di
atmosfer yang berpotensi menyebabkan perubahan iklim adalah CO2, CH4, N20,
HFCs, PFCs, SF 6, Gas Rumah K aca utama ialah CO2, CH4, dan N2O. Dari ketiga
jenis gas ini, yang paling banyak kandungannya di atmosfer ialah CO2.2

Pada Protokol K yoto, pengurangan emisi gas rumah kaca secara kolektif

sebesar 5,2% yang akan dihitung sesuai rata-rata lima tahunan. Dengan adanya
perjanjian tersebut, Cina mendapatkan tekanan dari berbagai pihak agar
mengurangi emisi gas karbon yang tinggi, antara lain dari PBB yang
mengharapkan semua negara di dunia berpartisipasi menyelamatkan lingkungan
dengan cara ikut meratifikasi Protokol K yoto dan harus memenuhi target emisi
yang telah ditetapkan oleh Protokol K yoto. Tekanan lain datang dari negaranegara Uni Eropa yang berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan
batasan yang telah ditentukan dalam Protokol K yoto. Uni Eropa dengan tegas
menyatakan bahwa harus ada hukum yang mengikat dalam menjaga lingkungan
yang lebih bersih. Hampir semua negara Uni Eropa berpartisipasi dalam
meratifikasi Protokol K yoto. Hal inilah yang kemudian mendorong Cina untuk
bekerjasama dengan Uni Eropa karena melihat banyak negara-negara Uni Eropa
yang berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.

2

Martono, F enomena Gas Rumah Kaca, Forum Teknologi V ol.05 No.02, hal.80,
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T6-Fenomena_Gas_rumah_kaca.pdf ,diakses pada 2 Februari
2018

2


Dari penjelasan di atas, hal yang menarik untuk diteliti yaitu mengenai
implementasi dari kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam mengurangi
emisi gas karbon yang menjadi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh
Cina rentang tahun 2009 hingga 2016 melalui program yang ditawarkan oleh Uni
Eropa yakni program Near Zero Emission Coal. Hal yang menarik untuk diteliti
pada tahun 2009-2016 yakni dari adanya kerjasama tersebut, Cina berinovasi
melakukan upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan dan dapat mengurangi
emisi gas karbon namun tetap dapat menjalankan industri di negaranya. Dengan
adanya kerjasama tersebut, diperkirakan Cina dapat mengurangi emisi gas karbon
hingga tahun 2020 seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol K yoto.
Pengurangan emisi gas karbon yang dilakukan oleh Cina tentunya menjadi
dilema oleh Cina sendiri karena dengan tingginya penggunaan bahan bakar batu
bara pada produksi industri Cina akan merusak lingkungan. Namun, bahan bakar
utama industri di negara Cina menggunaan batu bara.

B.

L atar Belakang Masalah


K erusakan lingkungan dimulai sejak Revolusi Industri yang berkembang
pesat terutama di negara-negara barat. Industri, transportasi dan aktifitas manusia
yang berkembang menimbulkan perubahan pada struktur alam. Penggunaan batu
bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan unsur terpenting dalam sistem
penggerak Industri. Negara-negara besar seperti A merika, J erman dan K anada
menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama penggerak industri di

3

Negaranya. K eberadaan batu bara ini mungkin sangat menguntungkan bagi
negara-negara besar guna menjalankan industri dan ekonominya, namun
penggunaan tersebut akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) yang cukup
tinggi dan dapat merusak lingkungan. Hal tersebut dapat meningkatkan jumlah
emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim. Meningkatnya
emisi gas karbon disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca
oleh zat sisa pembakaran dari konsumsi energi yang tidak dapat diperbaharui
terutama batu bara dan minyak bumi.
Fenomena alam dan kerusakan lingkungan serta perubahan iklim tersebut
kini menjadi perhatian dunia. Penggunaan emisi gas rumah kaca mempunyai
komponen gas yang berbahaya. Dikhawatirkan apabila penggunaan batu bara

oleh negara-negara industri tersebut akan mempercepat emisi gas karbon dan
akan menaikkan suhu bumi yang kemudian berdampak pada perubahan dalam
pola cuaca termasuk lebih banyak musim kering, gelombang panas, serta badai
yang semakin hebat.3 Para ilmuwan dan pakar lingkungan banyak yang mendesak
adanya langkah-langkah yang tegas untuk memangkas timbulnya gas karbon.
Menanggapi hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama
dengan para pemimpin dunia dalam K onferensi T ingkat T inggi (K TT ) yang
diselenggarakan di Rio de J aneiro, Brazil pada tahun 1992 telah sepakat untuk
melakukan berbagai rencana besar yang terkait dengan upaya konservasi
lingkungan bumi dan pada saat yang sama juga meningkatkan kesejahteraan umat
manusia disebut juga dengan United Nation Conference on Environment and
3

“What are the effects of climate change (A pa dampak perubahan iklim)”,
www.wri.org/publication/hot-climate-cool-commerce/what-are-effects-of-climate-change, diakses
pada tanggal 1 Maret 2017

4

Development (UNCED). K T T tersebut membahas di antaranya kesepakatan

terhadap K onvesi K erangka K erja PBB mengenai perubahan iklim (UNF CCC,
4

United Nation F ramework Convention on Climate Change)

dengan tujuan

untuk menstabilkan emisi gas rumah kaca sehingga tidak mempengaruhi sistem
iklim bumi dengan berbagai mekanisme yang telah disepakati.

Sebanyak 197 negara yang merupakan negara-negara peserta konvensi
mulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk membentuk suatu aturan yang lebih
detail berupa instrumen operasional dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dalam suatu konvensi

diperlukan wadah untuk

mempersatukan dan

menghasilkan sebuah keputusan sejalan dengan konvensi. Oleh karenanya,

dibentuklah sebuah pertemuan para pihak yang dilaksanakan secara periodik
(CoP, Conference of the Parties). Pada pertemuan CoP 3 diadakan di K yotoJ epang pada tahun 1997 melahirkan sebuah kesepakatan mengenai penurunan
emisi gas rumah kaca yakni Protokol K yoto yang diadopsi sebagai pendekatan
mengurangi emisi gas rumah kaca. Isi dari Protokol K yoto merupakan
seperangkat aturan yang mengikat negara-negara industri untuk berkomitmen
mengurangi emisi gas rumah kaca.
Protokol K yoto bertujuan untuk menjaga konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim bumi.
Protokol K yoto mengatur pelaksanaan penurunan emisi oleh negara industri
sebesar 5,2% dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990. Target nasional
antar negara berbeda-beda, Uni Eropa memiliki target mengurangi 8% emisi gas
4

“UNFCCC 101, Greenpeace Organization” http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/unfccc101/blog/37307/ diakses pada tanggal 3 Maret 2017

5

rumah kaca, 7% untuk A merika Serikat, 6% untuk J epang, 0% untuk Rusia dan
penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk A ustralia dan 10% untuk Islandia.
Pengurangan emisi gas rumah kaca dapat melalui mekanisme yang ditawarkan

oleh Protokol K yoto, antara lain: mekanisme Implementasi Bersama (J oint
Implementation), Perdagangan Emisi (Emission Trading), dan Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).5
Dalam Protokol K yoto dianut prinsip tanggung jawab bersama namun
semua pihak mempunyai tanggung jawab yang berbeda dalam usaha perbaikan
iklim. Seperti halnya kelima negara besar penghasil gas rumah kaca yang ada
pada table berikut:

T abel 1.
L ima Negara Penghasil E misi G as R umah K aca T erbesar Pada T ahun 1990

No.

Negara

Prosentase Emisi (%)

1.

A merika Serikat


36,1

2.

Rusia

17,4

3.

J epang

8,5

4.

J erman

7,4


5.

Inggris

4,2

Sumber : Daga A rdianto, Peran Protokol K yoto Dalam Mengurangi T ingkat Emisi
Dunia Melalui Clean Development Mechanism, 2009, diakses pada tanggal 5
Maret 2017.
Sementara pada tahun 1990 negara Cina tidak terikat dalam upaya
pengurangan emisi karbon di bawah Protokol K yoto karena Cina masih dianggap
berkembang ketika kesepakatan dibuat. Negara Cina juga tidak menyetujui serta

5

BPK P,”Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan
K yoto Protocol T o The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol
K yoto A tas K onvensi K erangka K erja Perserikatan Bangsa -Bangsa Tentang Perubahan Iklim)”,
www.BPK P.go.id,diakses pada tanggal 3 Maret 2017.


6

meratifikasi Protokol K yoto. Namun seiring dengan ekonomi Cina yang semakin
pesat diperkirakan emisi gas karbon yang dihasilkan oleh Cina akan melampaui
A merika Serikat dalam beberapa tahun mendatang. Fakta bahwa Cina merupakan
negara terbesar emitor gas rumah kaca di dunia dan memproduksi lebih dari 6.000
mega ton karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya. Dari tahun 1990 hingga 2001
emisi CO2 di Cina meningkat sejumlah 82,3 juta ton dengan 27% peningkatan di
seluruh dunia dalam periode yang sama. Diperkirakan pada tahun 2025 Cina dapat
menggantikan A merika Serikat sebagai negara dengan emisi CO2 tertinggi di
dunia. Cina pada tahun 1990 hingga 2001 memang tidak terlalu memprioritaskan
isu-isu perubahan iklim dan tidak terlibat dalam organisasi maupun dalam
penandatanganan perjanjian internasional mengenai penguragan emisi gas rumah
kaca.
Fakta bahwa Cina merupakan negara industri yang membutuhkan pasokan
energi batu bara dalam menjalankan industrinya, mempertegas bahwa Cina berada
pada peringkat pertama penghasil emisi karbon di dunia dimana posisi tersebut
sebelumnya ditempati oleh A merika Serikat.6 K ebutuhan batu bara Cina
meningkat sebanyak 7% pada tahun 2010 dan diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan. Bahaya kesehatan akan emisi gas buang karbon tersebut dapat
membahayakan kesehatan masyarakat Cina dimana dalam emisi gas tersebut
membawa bahaya kesehatan berupa penyakit asma, kanker paru-paru bahkan
kematian. Beberapa provinsi di Cina menjadi penyumbang terbesar emisi gas
karbon seperti yang terjadi di Beijing dan Zaozhuang yang merupakan salah satu
6

J GJ Olivier, “Long-Term Trend in Global CO2 Emissions: 2011 Report, PBL Netherlands
Environmental A ssesment A gency” http://www.pbl.nl/en/publications/2011/long-term-trend-inglobal-co2-emissions-2011-report, diakses pada tanggal 2 Februari 2018.

7

provinsi di Cina dimana polusi udara berasal dari konsumsi 3,1 juta ton batu bara
sebagai sumber energi industri pada tahun 2000.7
Badan Pengawas L ingkungan Cina telah mengakui bahwa terdapat separuh
dari pembangkit listrik Cina menggunakan energi batu bara dimana hal tersebut
melanggar undang-undang lingkungan Republik Rakyat Cina, namun tetap saja
negara tersebut tidak melakukan tindakan tegas terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan-perauran tersebut padahal kegiatan produksi di
pembangkit listrik tersebut menimbulkan pencemaran, khususnya udara, akibat
proses pembakaran batu bara. Pemerintah Cina tidak serta merta melakukan
tindakan menjatuhkan sanksi ataupun menutup pembangkit listrik tersebut
dikarenakan kebutuhan akan tenaga listrik yang besar di Cina sehingga
dikhawatirkan

penutupan

pembangkit

listrik

akan

berdampak

pada

terpengaruhinya pemenuhan kebutuhan listrik di Cina.8 Hal tersebut tentunya
menjadi dilema yang cukup besar bagi negara Cina sendiri.
Berikut merupakan diagram kenaikan emisi gas karbon negara-negara
industri yang mengkonsumsi batu bara sebagai bahan bakar industri di negaranya
dari tahun 1990-2010:

7

“Cina Tidak Proritaskan Isu Iklim”,
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/06/070604_chinaclimate.shtml, diakses pada
tanggal 22 Februari 2018
8

R. Meredith, Menjadi Raksasa Dunia : F enomena Kebangkitan India dan Cina yang Luar
Biasa dan Pengaruhnya Terhadap Kita, Penerbit Nuansa, Bandung, 2010, hal.200

8

Diagram 1.
K enaikan E misi Gas K arbon Negara Industri

Sumber : Negara-Negara Penyumbang K arbon Terbesar di Dunia.
www.mongabay.co.id, diakses pada 5 Maret 2017.
Pemerintah Cina mulai menyadari akan bahaya emisi gas karbon yang
dihasilkan dari kegiatan industri di negaranya akan menghambat pertumbuhan
ekonomi di Cina, aktivitas perekonomian Cina juga mulai terganggu akibat
peningkatan emisi gas karbon. Cina berada dalam dilema pembangunan dimana
Cina ditempatkan di

antara kepentingan pembangunan ekonomi

yang

mengutamakan industri dan keselamatan lingkungan dalam hal ini adalah
penurunan emisi gas karbon yang berpengaruh besar pada keselamatan
lingkungan masyarakat Cina. K ondisi dilemma pembangunan tersebut mendesak
Cina melakukan berbagai upaya dalam menurunkan emisi gas karbon.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah Cina menekan pembaharuan untuk
pembangunan ekonomi dan sosialnya dengan melakukan penurunan emisi gas

9

karbon sebesar 20% dengan intensitas energi per PDB dan penguranan 10% debit
polutan utama.9
K enyataan bahwa telah terjadinya pencemaran industrialisasi lingkungan
hidup Cina membuat pemerintah Cina kemudian mengeluarkan banyak kebijakan
dan peraturan yang lebih berpihak pada lingkungan hidup walaupun dalam
pelaksanaannya, pemerintah Cina terkadang masih melakukan tebang pilih untuk
menindaknya dan terkesan masih menomorduakan pelanggaran terhadap undangundang polusi yang dampaknya dapat berakibat pada kematian manusia dan
kerusakan lingkungan hidup yang parah.
K eadaan emisi gas yang cukup besar yang dihasilkan oleh Cina membuat
banyak negara memaksa Cina untuk melakukan pengurangan emisi gas karbon,
karena keadaan tersebut dapat merugikan seluruh negara di Dunia. Desakan
mengurangi emisi gas karbon berasal dari berbagai pihak, salah satunya negaranegara di bawah organisasi Uni Eropa yang merupakan negara A nnex I dimana
negara-negara tersebut merupakan negara penyumbang emisi gas di dunia,
A dapun negara-negara yang dikategorikan sebagai negara Annex I antara lain :
A ustralia, A ustria, Belarus, Belgia, Bulgaria, K anada, K roasia, Cypruz, Republik
Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, J erman, Y unani, Hungaria, Iceland,
Irlandia, Italia, J epang, L atvia, L iechtenstein, L ituania, L uxemburg, Malta,
Monako, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia,

9


Cina Berikrar Dalam K erjasama Perubahan Iklim”, http://bencanakesehatan.net/index.php/13-berita/berita/70-china-berikrar-dalam-kerja-sama-perubahan-iklim,
diakses pada tanggal 22 Februari 2018

10

Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Ukraina, Inggris, A merika.10
Negara-negara tersebut berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan
batasan yang telah ditentukan oleh Protokol K yoto. Untuk negara-negara anggota
Uni Eropa telah berkomitmen untuk mengurangi emisi menjadi 20% dibawah
tingkat 1990. K omitmen ini merupakan salah satu sarana utama Uni Eropa dalam
mengurangi emisi gas karbon hingga tahun 2020 yang dituangkan dalam undangundang yang mengikat seperti

the Emissions Trading Directive, Renewable

Energi Directive, Energi Efficiency Directive dan the Geological Storage of
Carbon Dioxide (CCS) Directive.11
Menengok keadaan Cina yang berada dalam upaya penurunan emisi gas
karbon, Uni Eropa mengajak Cina untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah
emisi gas karbon dengan melakukan transfer teknologi yang dikembangkan oleh
Uni Eropa. A jakan tersebut disambut baik oleh pemerintah Cina. K epentingan Uni
Eropa dalam melakukan kerjasama dengan Cina untuk mengurangi emisi gas
karbon di Cina dikarenakan Uni Eropa menganggap Cina sebagai mitra dagang
bagi Uni Eropa dan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang
menguntungkan pasar Uni Eropa. Cina juga membutuhkan dukungan Uni Eropa
dalam ekspansinya. K ebutuhan oleh Cina dan Uni Eropa ini kemudian mendorong
terjalinnya hubungan kerjasama yang interaksional satu sama lain. Tidak ada yang
mendominasi dikarenakan di kedua pihak sama-sama memiliki kebutuhan dan

10

“List of A nnex I Parties to The Convention”,
http://unfccc.int/parties_and_observers/parties/annex_i/items/2774.php diakses pada tanggal 8
Maret 2018.
11

“K omisi Uni Eropa, The EU climate and energi package”,
http://ec.europa.eu/clima/policies/package/index_en.htm diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

11

kepentingan. Dalam kerangka kerja Protokol K yoto pasal 2 ayat b yang
dinyatakan bahwa:
“Bekerjasama dengan Pihak lain tertentu untuk meningkatkan efektivitas
kebijakan dan tindakan secara individu dan gabungan yang diadopsi
berdasarkan Pasal ini, sesuai Pasal 4, ayat (2) huruf e dan i, dari K onvensi.
Untuk tujuan ini, Para Pihak ini wajib mengambil langkah-langkah untuk
berbagi pengalaman dan bertukar informasi mengenai kebijakan dan
tindakan tertentu, termasuk mengembangkan cara peningkatan
komparabilitas, transparansi dan efektivitasnya. K onferensi Para Pihak yang
berfungsi sebagai Sidang Para Pihak pada Protokol ini wajib, pada
sidangnya yang pertama atau sesegera mungkin setelah itu,
mempertimbangkan cara-cara untuk memfasilitasi kerjasama tertentu,
dengan mempertimbangkan semua informasi yang terkait.”

Pada tanggal 29 Mei 1998 Cina telah meratifikasi Protokol K yoto dan
sepakat untuk memangkas emisi gas rumah kaca setidaknya 5%. Cina menyakini
bahwa GRK diyakini sebagai penyumbang pemanasan global. Pemerintah Cina
kemudian mengambil tindakan tegas untuk mengurangi emisi GRK yakni dengan
meningkatkan efisiensi energi.12 Pemerintah Cina mulai mewaspadai perubahan
iklim yang terjadi sehingga Cina menyepakat kerjasama yang ditawarkan oleh Uni
Eropa untuk memangkas emisi GRK yang telah menjadi tanggung jawab Cina
yang telah meratifikasi Protokol K yoto. K erjasama antara Pemerintah Cina
dengan Uni Eropa bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan yang telah
di sepakati dalam Protokol K yoto, serta guna bertukar informasi maupun
teknologi dan memfasilitasi penurunan emisi gas rumah kaca yang telah lama
menjadi permasalahan negara Cina. K erjasama tersebut dituangkan dalam dua
nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Ministry of

12

“China Ratifies K yoto Protokol”
http://www.china.org.cn/english/China/41661.htm diakses pada tanggal 26 Maret 2018

12

Science and Technology of The Republic of China dengan European Cimission
dimana MoU tersebut terdapat 2 fase.

Pada K TT Uni Eropa-Cina pada September 2005 lalu di Beijing, dimana
Inggris selaku pimpinan K T T tersebut, pada fase pertama menyatakan bahwa
kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa menekankan bahwa kedua belah pihak
sepakat untuk bekerjasama mengatasi perubahan iklim dengan cara melakukan
pengembangan serta transfer teknologi untuk membersihkan emisi gas guna untuk
memperbaiki efisiensi energi dan untuk mencapai pengurangan emisi gas karbon,
serta kerjasama untuk melakukan penangkapan dan pengelolaan karbon
dioksida.13 Fokus dari kemitraan adalah pada teknologi energi bersih. Perjanjian
ini memiliki visi 2020 mendorong kerjasama teknologi yang berlandaskan
“Mendekati Nol Emisi Teknologi Batubara” melalui teknologi penangkapan dan
penyimpanan karbon (CCS) di Cina dan Uni Eropa.14 Program tersebut dicetuskan
dan dikembangkan oleh Uni Eropa yang kemudian akan dilakukan transfer
teknologi ke negara Cina. K esepakatan tersebut telah disepakati dengan
dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak baik
Cina maupun Uni

Eropa.

Penandatangan nota kesepahaman tersebut

diselenggarakan di Shanghai, Cina pada tanggal 20 Februari 2006 dan telah
disalin menggunakan Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris.

13

“Memorandum of Understanding between The Ministry of Science and Technology of The
People’s Republic of Cina and The European Commission Phase I”,
https://ec.europa.eu/clima/sites/clima/files/nzec/docs/nzec_mou_en.pdf diakses pada tanggal 31
A gustus 2017
14

“China-UK Near Zero Emissions Coal Iniatiative”,
http://www.nzec.info/en/assets/Uploads/New-Folder-4/NZE C-article-in-IEA -GHGNewsletterv0.7.pdf diakses pada tanggal 22 Februari 2017

13

Fase kedua dari diadakannya kesepakatan antara Cina dengan Uni Eropa
menyatakan bahwa masing-masing pihak akan ada panitia pengawas yang akan
mengawasi, mengkaji dan memfasilitasi proses kerjasama. A nggota panitia
pengawas untuk masing-masing pihak berjumlah sama. A nggota dari Uni Eropa
dan European Economic Area akan diundang untuk menjadi partisipan dan akan
mewakili panitia pengawas dari kedua belah pihak. Nota kesepahaman ini
ditandatangani oleh K ementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Cina dengan
K omisi Eropa di Nanjing pada tanggal 30 November 2009.15 Berdasarkan kedua
kesepakatan inilah yang kemudian dilakukannya kerjasama antara Cina dengan
Uni Eropa menanggulangi permasalahan emisi gas karbon yang berada di Cina
mulai berjalan sesuai dengan nota kesepahaman.

Progam “Mendekati Nol Emisi Teknologi Batubara” dimotori oleh salah
satu mekanisme Protokol K yoto, yakni mekanisme Clean Development
Mechanism (CDM) yang mana mekanisme tersebut merupakan mekanisme
pengurangan emisi gas rumah kaca dengan cara melakukan penangkapan karbon
di atmosfer. Mekanisme tersebut dianggap efektif untuk memangkas emisi GRK
dan tidak akan merugikan negara-negara industri yang sedang mengembangkan
perekonomian negaranya salah satunya negara Cina yang mengalami dilema
pembangunan karena tingginya prosentase emisi GRK di Cina sedangkan
perekonomian negara Cina sedang meningkat.

15
“Memorandum of Understanding between The Ministry of Science and Technology of The
People’s Republic of Cina and The European Commission Phase II”,
https://ec.europa.eu/clima/sites/clima/files/nzec/docs/mou2_ en.pdf, diakses pada tanggal 31
A gustus 2017

14

C.

R umusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, adapun hal yang ditarik rumusan masalah
yang akan dibahas yaitu : “Bagaimana Implementasi K erjasama C ina-Uni
E ropa Dalam Program Near Zero E mmission Coal (NZE C) T ahun 20092016?”

D.

K erangka Pemikiran

Emisi gas karbon merupakan salah satu gas buang dari gas rumah kaca.
Emisi gas karbon terjadi akibat pembakaran tak sempurna oleh mesin berbahan
bakar batu bara dan mengakibatkan meningkatnya suhu atmosfer. Beberapa
pertemuan internasional telah di selenggarakan guna membahas mengenai
pengurangan emisi gas rumah kaca terutama gas karbon salah satunya dalam K TT
yang menghasilkan Protokol K yoto. Dimana dalam Protokol K yoto negara-negara
industri mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi gas karbon di negaranya
masing-masing.

Cina yang pada saat itu sebagai negara berkembang dan sedang memajukan
perekonomiannya dengan memajukan sektor industri, menghasilkan emisi gas
karbon yang cukup tinggi. Negara-negara Annex I terutama negara-negara anggota
Uni Eropa mendesak Cina agar segera mengurangi emisi gas karbon negaranya,
sehingga terjalinlah kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam mengurangi
gas karbon. Dalam melakukan analisis kasus tersebut akan digunakan teori
sebagai berikut:

15

1. K onsep K erjasama Internasional
K erjasama secara umum dapat didefinisikan sebagai upaya-upaya yang
dilakukan oleh berbagai pihak dalam usahanya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dan mencapai tujuan bersama dengan berdasar pada asas saling
percaya, saling menghargai kepentingan masing-masing, memiliki komitmen
sehingga tercipta suatu keselarasan dalam mencapai tujuan awal yang telah
ditetapkan

dan

tentunya

pencapaian

kerjasama

tersebut

harus

saling

menguntungkan bagi pihak-pihak yang berperan didalamnya.16 Oleh karena itu,
pihak yang membutuhkan bantuan dalam berbagai bidang akan melakukan
kerjasama dengan pihak lain yang mumpuni di bidang yang dibutuhkannya.
K erjasama dapat dilakukan oleh seluruh intrumen baik antar individu,
antar kelompok atau organisasi maupun antar negara. Perlunya kerjasama dengan
negara lain karena dengan adanya saling ketergantungan sesuai dengan kebutuhan
negara masing-masing. K erjasama dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan,
budaya dan keamanan dapat dijalin oleh suatu negara dengan satu atau lebih
negara lainnya. K erjasama ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan bersama
karena hubungan kerjasama antar negara dapat mempererat proses peningkatan
kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih negara tersebut.
Menurut K .J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari
perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau global yang muncul
dan memerlukan perhatian lebih satu negara. Masing-masing pemerintah saling
melakukan

pendekatan

yang

membawa

usul

penanggulangan

masalah

16

Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerjasama ASEAN Latar Belakang, Perkembangan, dan
Masa Depan, Ghalia Indonesia, J akarta, 1995, hal.17

16

mengumpulkan bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang
lainnya dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian yang
memuaskan semua pihak.
Menurut K .J Holsti, kerjasama internasional dapat didefenisikan sebagai
berikut: 17
a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling
bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh
semua pihak sekaligus.
b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan
oleh Negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan
dan nilai-nilainya.
c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antar dua negara atau lebih dalam
rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.
d. A turan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang
dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.
e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.
Menurut Dougherty, kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen
individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan
kepentingan pribadi. K unci dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap
pribadi percaya bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari
kerjasama adalah didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, dimana hasil
yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan bekerjasama dari

17

K .J Holsti. Politik Internasional, Kerangka Untuk Analisis J ilid II, (diterjemahan oleh M.
Tahrir A zhari), Erlangga, J akarta, 1998, hal 652-653

17

pada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan.18 Suatu kerjasama
internasional didorong oleh beberapa faktor:
a. K emajuan di bidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya
hubungan

yang

dapat

dilakukan

negara

sehingga

meningkatkan

ketergantungan satu dengan yang lainnya.
b. K emajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa
dan negara. K esejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan
bangsa-bangsa.
c. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk
saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.

Diskusi kerjasama internasional secara teori meliputi hubungan antara dua
negara atau hubungan antara unit-unit yang lebih besar yang dapat disebut juga
dengan multilateralisme. Multirateralisme didefinisikan oleh J ohn Ruggie sebagai
bentuk institutional yang mengatur hubungan antara tiga atau lebih negara
berdasarkan pada prinsip-prinsip perilaku umum yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk institut di dalamnya organisasi internasional, rezim internasional, dan
fenomena nyata yang belum nyata terjadi, yakni tata aturan internasional.19 Oleh
karenanya kerjasama interasional dapat dilakukan oleh siapapun dan kepada pihak
manapun baik secara individu maupun secara organisasi.

18
Dougherty & Pfaltzgraff, Contending Theories, Harper and Row Publisher, New Y ork, 1997,
hal.419
19

Ibid., hal.420

18

K erjasama internasinal menurut Suprapto digolongkan ke dalam 4(empat)
bentuk, yaitu:
1. K erjasama Global : adanya keinginan yang kuat dari berbagai bangsa di
dunia untuk bersatu dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan citacita bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global. Sejarah
kerjasama global dapat ditelusuri kembali mulai dari dibentuknya
kerjasama multilateral.
2. K erjasama Regional : merupakan kerjasama antar negara yang secara
geografis letaknya berdekatan. K erjasama tersebut bisa berada dalam
bidang pertahanan tetapi juga bisa di bidang lain seperti pertanian, hukum,
kebudayaan dan lain sebagainya.
3. K erjasama Fungsional : permasalahan maupun metode kerjasama menjadi
semakin kompleks disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga
kerjasama yang ada. Walaupun kompleksitas dan banyak permasalahan
yang dihadapi dalam kerjasama fungsional baik di bidang ekonomi
maupun sosial, untuk pemecahannya diperlukan kesepakatan dan
keputusan politik.
4. K erjasama Ideologi : merupakan alat dari suatu kelompok kepentingan
untuk membenarkan tujuan dan perjuangan kekuasaan dalam hal
perjuangan atau kerjasama ideologi batas-batas teritorial tidaklah relevan.

19

Berbagai kelompok kepentigan berusaha mencapai tujuannya dengan
memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global.20

K onsep mengenai kerjasama internasional menurut K .J Hotlsti merupakan
acuan penulis dalam melakukan penelitian mengenai kerjasama antara Cina
dengan Uni Eropa dalam program Near Zero Emmision Coal. Dimana organisasi
Uni Eropa melakukan kerjasama dengan negra Cina dengan cara melakukan
transfer teknologi guna menyelesaikan permasalahan emisi gas karbon, yang
kemudian Uni Eropa juga akan mendapat keuntungan dari kerjasama tersebut.
Hubungan kerjasama yang disepakati antara Cina dengan Uni Eropa dapat disebut
sebagai kerjasama bilateral dimana kerjasama tersebut merupakan suatu hubungan
antara negara dengan organisasi internasional dalam hal ini Uni Eropa merupakan
sebuah Organisasi Internasional. Dilihat dari tujuannya, kerjasama antara Cina
dengan Uni Eropa bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim, maka kerjasama
yang dilakukan tersebut merupakan suatu kerjasama fungsional karena Uni Eropa
dalam hal ini sebagai fasilitator dalam mengembangkan program Near Zero
Emission Coal (NZEC) kepada negara Cina. K erjasama yang dijalin antara Cina
dengan Uni Eropa termasuk dalam kerjasama fungsional dimana kerjasama
tersebut membutuhkan sebuah kesepakatan guna mencapai tujuan bersama.

20

R.Soeprapto, Hubungan Internasional : system, interaksi dan perilaku , Raja grafindo
persada, J akarta,1997, hal.182

20

2. K onsep Politik Hijau
Isu lingkungan hidup semakin hari semakin mengemuka seiring dengan
semakin tingginya kesadaran manusia akan dampak pembangunan terhadap
lingkungan. J umlah populasi masyarakat yang semakin meningkat dengan adanya
aktifitas sosial dan ekonomi manusia secara tidak langsung akan mengancam
lingkungan. K eberadaan campur tangan manusia dapat merusak eksistensi seperti
tumbuhan dan hewan. A ktivitas manusia yang semakin meningkat membuat
lingkungan terancam. Menurut penganut teori lingkungan, di dunia ini harus ada
keadilan untuk semua makhluknya. Mereka percaya bahwa semakin tinggi
kegiatan ekonomi semain besar pula kerusakan lingkungan yang akan terjadi.
Pertumbuhan ekonomi yang bersifat eksponen yang berlangsung sepanjang dua
abad terakhir merupakan penyebab utama krisis lingkungan yang ada sekarang ini.
Salah satu dampak lingkungan yang terjadi yakni pemanasan global, disadari
sebagai akibat dari industrialisasi besar-besaran yang tidak memperhatikan
dampak dari polusi yang dihasilkan oleh asap pabrik dan juga kendaraan
bermotor. Perluasan industri serta produksi massal industri mengancam
menghabiskan sumber daya material dan energi langka selain itu menyebabkan
semakin sempitnya areal hutan dan menipisnya lapisan ozon.21 Hal tersebut
tentunya akan terjadi perubahan iklim yang signifikan dan mengancam kehidupan
masyarakat di dunia.
David C K orten membangun kontras antara pertumbuhan ekonomi dengan
ekologi dan kehidupan komunitas. K arena pertumbuhan ekonomi menciptakan
21

Robert J ackson &George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan
Internasional,(diterjemahkan oleh Dadan Suryadipura), Pustaka Pelajar, Y ogyakarta, 2005,
hal.323

21

kesenjangan ekonomi dan merusak lingkungan hidup.22 Pihak yang optimis
mengatakan bahwa umat manusia tidak perlu khawatir tentang hal itu karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan memberikan solusi atas
masalah itu. Dobson juga menyatakan bahwa adanya pembatasan pertumbuhan
yang merupakan penyebab munculnya krisis lingkungan karena pertumbuhan
ekonomi yang bersifat eksponen yang menyebabkan krisis lingkungan saat ini.
Oleh karena itu fokus utama politik hijau ialah lebih kepada alam, bukan manusia.
Bagaimana pemanfaatan alam yang baik dan menanggulangi ancaman kerusakan
ekosistem terlepas dari peranan manusia dalam mengelola perbaikan-perbaikan
tersebut.
K onsep politik hijau menurut Dobson merupakan acuan dalam penulisan
skripsi karena dalam konteks kerjasama yang disepakati antara Cina dengan Uni
Eropa merupakan kerjasama fungsional dimana tujuan daripada kerjasama ini
adalah mengurangi emisi gas karbon yang merupakan permasalahan lingkungan
yang

berakar

dari

meningkatnya

perekonomian Cina dengan adanya

pembangunan industrialisasi yang pesat. Industrialisasi yang tinggi tersebut
menggunakan bahan bakar batu bara dimana batu bara sendiri menghasilkan emisi
gas karbon yang sangat tinggi yang berdampak pada kesehatan masyarakat Cina.
K erjasama yang dijalin antara Cina dengan Uni Eropa sepaham dengan
konsep politik Hijau menurut David C K orten dimana pertumbuhan ekonomi
menciptakan kesenjangan ekonomi dan merusak lingkungan hidup. Dengan
tingginya kadar emisi gas karbon di Cina, mendorong negara Cina berinisiatif

22

A leksius J emadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Y ogyakarta, 2008,
hal.321

22

untuk mengurangi emisi gas karbon di negaraya dengan cara melakukan transfer
teknologi yang sebeumnya sudah ditawarkan oleh Uni Eropa dalam program Near
Zero Emission Coal (NZEC) yang teah di kembangkan oleh Uni Eropa. Program
tersebut bertujuan untu mengurangi emisi gas karbon yang tinggi.

23