PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN DALAM EARL

PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN DALAM EARLY WARNING
SYSTEM DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI BEI 2006-2010)
Siswadi Sululing

ABSTRACT

The objective of this research was to determine both partial and that
simultaneous effects of financial ratios in Early Warning System that consists of
incurred loss ratio, liquidity ratio, and SBI rate toward stock return of insurance
companies for a time period of 2006-2010 in Indonesia Stock Exchange. The
research used a descriptive analytical method. The research was conducted by an
explanatory research technique in those insurance companies that were listed and
active in Indonesia Stock Exchange by using secondary data, that is, financial
statements of insurance companies for a time period of 2006-2010 and SBI rate,
whereas the data analysis method used was a multiple regression analysis by
using an Eviews 6.0 program.
The resutl of partial test showed that incurred loss ratio has a negative,
insignificant effect toward stock return of the insurance companies, liquidity ratio
has a possitive, insignificant effect toward stock return of the insurance
companies, and SBI rate has a negative, insignificant effect toward stock return of

the insurance companies. Meanwhile, the result of test simultaneously showed
that financial ratios in early warning system (incurred loss ratio, liquidity ratio),
and SBI rate has no significant effect toward stock return of the insurance
companies in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Financial Ratios in Early Warning System, SBI rate dan Stock Return
of Insurance Companies.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial dan secara
simultan Rasio-rasio keuangan dalam Early Warning System yang terdiri dari
rasio beban klaim, rasio likuiditas, dan tingkat suku bunga SBI terhadap Return
Saham Perusahaan Asuransi Periode 2006-2010 di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan
dengan explanatory research pada perusahaan asuransi yang listing dan aktif di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan asuransi periode 2006-2010 dan tingkat suku bunga SBI sedangkan
metode analisis data yang digunakan adalah analisa regresi berganda dengan
menggunakan program EViews 6.0.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa rasio

beban klaim berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham
perusahaan asuransi, rasio likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
return saham perusahaan asuransi, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap return saham perusahaan asuransi. Sedangkan
hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dalam
early warning system (rasio beban klaim, rasio likuiditas), dan tingkat suku bunga
SBI tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan
asuransi di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: Rasio-Rasio Keuangan Dalam Early Warning System, Tingkat Suku
Bunga SBI dan Return Saham Perusahaan Asuransi.

1. Pendahuluan
Pasar modal memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai
tingkat risiko berbeda-beda. Saham merupakan salah satu sekuritas yang
mempunyai tingkat risiko yang cukup tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidak
pastian return yang akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini
disebabkan risiko saham berhubungan dengan keadaan-keadaan yang terjadi
seperti keadaan perekonomian, politik, industri, dan keadaan perusahaan atau
emiten. Kalau investor ingin memperoleh keuntungan dari suatu investasi saham,

maka harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Faktorfaktor tersebut bisa saja faktor dari eksternal maupan faktor internal perusahaan
itu sendiri. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap return saham
adalah tingkat suku bunga SBI. Kenaikan tingkat suku bunga adalah suatu
pertanda negatif bagi pelaku pasar modal, karena dengan meningkatnya tingkat
suku bunga, para pemilik modal lebih suka menanamkan uangnya di bank dari
pada berinvestasi dalam bentuk saham (Dornbusch dan Fisher, 1992 dalam Daniel
Perwira, 2001). Kondisi tersebut dimaklumi, karena berinvestasi di pasar modal
dalam bentuk saham lebih berisiko apabila dibandingkan dengan berinvestasi di
bank dalam bentuk deposito.
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk
melakukan investasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukan, atau bisa juga dikatakan return
merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi.
Sumber dari return terdiri dari yield dan capital gain (loss). Yield
merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atas pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield untuk investasi dalam saham
ditunjukkan oleh deviden yang diterima. Sedangkan capital gain (loss) merupakan
kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan
keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain (loss) dapat pula diartikan
sebagai pertambahan atau (penurunan) keuntungan akibat adanya perubahan harga

suatu surat berharga. Apabila surat berharga mengalami kenaikan harga, maka
investor akan mendapatkan tambahan keuntungan dari nilai selisih harga yang
terjadi, dan sebaliknya apabila suatu surat mengalami penurunan harga, maka
investor akan mengalami penurunan keuntungan dari selisih harga tersebut
(Tandelilin, 2010:51).
Saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan saham
dari perusahaan yang telah go public. Penjualan saham perusahaan dilakukan
untuk mencari dana melalui pasar modal dan mengenalkan perusahaan tersebut
pada publik. Dalam rangka mencari dana melalui pasar modal dan go public
perusahaan harus melakukan beberapa tahap kegiatan yang merupakan prosedur
yang harus dipenuhi untuk memenuhi ketentuan atau peraturan mengadakan
investasi di Indonesia.
Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya
harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau
suatu kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat
padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau

performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara
umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan.

Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasiorasio keuangan dalam Early Warning System yang khusus dipakai dalam
menganalisis rasio keuangan perusahaan asuransi. Analisis faktor fundamental
didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui rasiorasio keuangan seperti: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Agent’s Balance to
Surplus Ratio dan Pertumbuhan Premi (Satria, 1994:710). Early
Warning
System adalah tolak ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan
menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Harga saham
perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut
mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor.
Proses penentuan harga saham di pasar modal secara obyektif dipengaruhi
oleh kekuatan permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah persepsi investor
terhadap saham yang ditawarkan, sedangkan persepsi tersebut muncul dari
berbagai macam isu yang berkembang dan juga analisis yang telah dilakukan oleh
investor maupun meminta bantuan pialang.
Pertimbangan investor untuk berinvestasi akan dipengaruhi tersedianya
informasi yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian terhadap suatu
investasi. Biarpun dalam memperkirakan dan melakukan penilaian surat berharga
(saham), investor memperhatikan situasi pasar, namun demikian kinerja
perusahaan menjadi faktor penting untuk diperhatikan oleh investor yang dapat

mencerminkan tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan dengan tujuan untuk
memaksimalkan tingkat kesejahteraan pemegang saham (Brigham, 1999:45).
Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh para investor
dalam melakukan transaksi jual beli saham adalah harga saham itu sendiri.
Tingkat keuntungan perusahaan akan mempengaruhi harga saham, semakin tinggi
tingkat keuntungan, maka semakin tinggi harga saham.
Perhitungan rasio-rasio keuangan dalam Early Warning System digunakan
banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal
ini dikarenakan hasil analisis ini memberikan peringatan dini (early warning)
terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja
keuangan perusahaan asuransi (Satria,1994:5).
Menurut Kaminsky (2000) tidak ada krisis yang mendadak atau datang
secara tiba-tiba. Ancaman akan datangnya krisis dapat dideteksi dengan melihat
pergolakan indikator-indikator ekonomi baik mikro ( indikator nilai tukar, neraca
perdagangan, inflasi, suku bunga, dan uang yang beredar) maupun indikator lebih
makro (indikator perbankan, pasar modal dan sektor riil).
Dipilihnya sektor industri asuransi karena sektor asuransi adalah salah satu
usaha yang memiliki karakteristik tersendiri. Menurut (Satria,1994) perbedaan
mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan yang lainnya terletak
pada adanya fungsi underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi penanganan

klaim. Perusahaan lainnya biasanya dapat menghitung biaya secara tepat sebelum

menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan perusahaan
asuransi.
Penelitian mengenai kinerja perusahaan asuransi di Indonesia dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan dalam early warning system belum banyak
dilakukan misalnya Siswandaru K (2006), Achmad Solechan (2007), dan Atia
Verinda (2009) dan Ratauli Siregar (2010). Penelitian mengenai Analisa Pengaruh
Rasio-rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Harga
Saham yang dilakukan oleh Siswandaru K (2006). Hasilnya menunjukkan bahwa
rasio beban klaim, rasio likuiditas, agent’s balance to surplus ratio, rasio
pertumbuhan premi dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham perusahaan asuransi. Atia Verinda (2009) meneliti tentang
Pengaruh Rasio Profitabilitas Early Warning System Terhadap Return Saham,
secara simultan rasio perubahan surplus, rasio underwriting, rasio beban klaim,
rasio komisi, rasio biaya manajemen, rasio pengembalian investasi berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya 2
variabel independen yang mempengaruhi return saham secara siginifikan yaitu
rasio perubahan surplus dan rasio biaya manajemen. Sedangkan Ratauli Siregar
(2010) meneliti untuk mengetahui dan menganalisis rasio keuangan Early

Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas,
Rasio Agent´s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam
pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2005 – 2009, hasilnya menunjukkan bahwa variabel Rasio
Likuiditas dan Rasio Agent´s Balance to Surplus berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham dengan koefisien determinasi parsial masing- masing
sebesar 30,1% dan 56,7%. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai sebesar
0,175 dan kondisi tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen meliputi
rasio-rasio Early Warning System (EWS) memiliki pengaruh sebesar 17,8%
terhadap harga saham asuransi (variabel dependen) selama periode penelitian
antara tahun 2005 – 2009 sedangkan sebesar 82,5% lainnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitian
ini.

Berikut ini adalah gambaran harga saham perusahaan asuransi yang listing
di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun berturut-turut mulai periode 2006 – 2010
adalah:
Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI
Periode 2006-2010

Dalam Rp
NO. KODE
INDUSTRI ASURANSI
HARGA SAHAM
2006 2007 2008 2009 2010
1
ABDA PT. As. Bina Darta, Tbk
220
220
190
300
510
2
AHAP PT. As. Harta Aman Pratama, Tbk
90
225
86
114
125
3

AMAG PT. As. Multi Arta Guna, Tbk
85
83
50
95
144
4
ASBI PT. As. Bintang, Tbk
500
315
360
290
250
5
ASDM PT. As. Dayin Mitra, Tbk
175
290
125
240
550

6
ASJT PT. As. Jasa Tania, Tbk
400
420
420
420
380
7
ASRM PT. As. Ramayana, Tbk
1.000 1.060
610
990
830
8
LPGI PT. Lippo G.Insurance,Tbk
340
540
370
570 1.010
9
MREI PT. Maskapai RI, Tbk
150
225
174
285
420
10
PNIN PT. Panin Insurance, Tbk
280
330
149
255
570
11
PNLF PT. Panin Life, Tbk
165
195
83
140
215
sumber: http://finance.yahoo.com/, olahan data
Dari tabel di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun
penurunan harga saham perusahaan asuransi yang terjadi di pasar modal.
Fluktuasi harga saham ini beriringan dengan return saham yang terjadi. PT Lippo
General Insurance, Tbk mempunyai harga saham tertinggi pada tahun 2010
dibandingkan dengan harga saham asuransi lainnya dengan harga saham sebesar
Rp.1.010 dan harga saham terendah pada PT. Asuransi Multi Arta Guna, Tbk
sebesar Rp.50 pada tahun 2008.
Perhitungan rasio keuangan dalam Early Warning System digunakan
banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal
ini dikarenakan hasil analisis ini memberikan peringatan dini (early warning)
terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja
keuangan perusahaan asuransi (Satria,1994:5). Salah satu alat yang digunakan
oleh lembaga pengawas federal di Amerika Serikat dan negara-negara lain adalah
Early Warning System yang berupaya untuk memprediksi permasalahan potensial
yang berhubungan dengan bank dan lembaga simpanan lainnya.
Krisis nilai tukar yang terjadi di Indonesia, menyebabkan kerugian sektor
perbankan yang runtuh akibat hantaman krisis mata uang di tahun 1997
memerlukan biaya pemulihan dan restrukturisasi hampir 45% dari PDB. Biaya
yang ditimbulkan oleh krisis keuangan mempengaruhi cadangan devisa negara
dan output secara signifikan. Berdasarkan data yang dikeluarkan IMF, tahun 1997
pertumbuhan GDP riil Indonesia sebesar 4,6%, di tahun 1998 pertumbuhan GDP

riil Indonesia mencapai -13,7%, artinya Indonesia harus menanggung biaya krisis
sebesar 9,1% (Bhattacharyay,1999). Sebenarnya krisis ekonomi bisa saja di
hindari jika pemerintah mampu membaca sinyal akan terjadinya krisis sehingga
dapat mengantisipasi terjadinya krisis. Misalnya Indonesia pada krisis 1997 sinyal
terjadinya krisis ditunjukkan dengan neraca berjalan yang mulai negatif,
terjadinya ekspansi kredit besar-besaran yang kebanyakan dari kredit tersebut
digunakan untuk investasi jangka panjang, serta para investor yang mulai
meninggalkan Indonesia. Namun, rupanya hal tersebut dikalahkan dengan
beberapa indikator perekonomian saat itu yang masih baik seperti tingkat suku
bunga tidak berubah secara signifikan, sehingga pemerintah maupun pihak swasta
gagal memprediksi terjadi krisis. Hal tersebut mencerminkan masih adanya
keoptimisan di pasar bursa bahwa Indonesia mampu menahan hantaman krisis ke
depan.
Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk dilakukan karena terdapat
ketidak konsistenan riset-riset terdahulu dengan menggunakan proksi, dimensi
waktu dan tempat yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
secara parsial dan secara simultan pengaruh rasio-rasio keuangan dalam early
warning system yang terdiri dari rasio beban klaim, rasio likuiditas, dan makro
ekonomi yang terdiri tingkat suku bunga SBI terhadap return saham perusahaan
asuransi yang terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010.
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi studi yang berkaitan dengan
early warning system perusahaan asuransi dengan memperhatikan makro ekonomi
tingkat suku bunga.
2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan tentang variabel rasio-rasio
keuangan dalam early warning system yang terdiri dari rasio beban klaim, dan
rasio likuiditas, serta makro ekonomi yang terdiri dari tingkat suku bunga SBI
yang berpengaruh terhadap return saham perusahaan asuransi. Variabel
independen yang merupakan faktor internal dan faktor eksternal dan diduga
pengaruh terhadap return saham terdiri dari:
2.1 Hubungan Rasio Beban Klaim terhadap Return Saham
Tingkat beban klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif
besar akan mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan
risiko bagi perusahaan akibatnya investor akan selalu menghindari perusahaan
yang selalu mnghadapi kondisi keuangan yang seperti itu karena tidak
mendapatkan return yang diharapkan oleh investor. Berkurangnya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan mengurangi minat investor
dalam membeli saham asuransi, demikian pula sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Siswandaru K (2006) tentang Analisa
Pengaruh Rasio-rasio early warning system dan tingkat suku bunga SBI Terhadap
Harga Saham, menunjukkan bahwa rasio beban klaim berpengaruh negatif
terhadap harga saham.

Atia Verinda (2009) mengadakan penelitian tentang profitabilitas early
warning system terhadap return saham perusahaan asuransi kerugian, menyatakan
bahwa rasio perubahan surplus dan rasio biaya manajemen berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham, sedangkan rasio underwriting, rasio beban
klaim, rasio komisi, dan rasio pengembalian investasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
2.2 Hubungan Rasio Likuiditas terhadap Return Saham
Manajemen perusahaan selalu berusaha menjaga kondisi likuditas
perusahaan yang sehat dan terpenuhi secara tepat waktu. Ini dilakukan dengan
maksud untuk memberi reaksi kepada para calon investor dan para pemegang
saham khususnya bahwa kondisi perusahaan selalu berada dalam kondisi yang
aman dan stabil, yang otomatis maka harga saham perusahaan juga akan
cenderung stabil dan bahkan diharapkan terus mengalami kenaikan. Dalam rangka
memperkecil risiko likuiditas, maka perusahaan harus memperkuat nilai rasio
likuiditas. Karena, perusahaan yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi akan
diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung
akan naik karena tingginya permintaan. Kenaikan harga saham ini
mengindikasikan meningkatnya kinerja perusahaan dalam hal ini juga akan
berdampak pada para investor karena mereka akan memperoleh tingkat
pengembalian yang tinggi dari investasinya.
Kemampuan likuiditas keuangan antar perusahaan cenderung berbedabeda. Berdasarkan Raharjo (2006:110) kriteria perusahaan yang mempunyai
posisi keuangan kuat adalah mampu memenuhi kewajiban keuangannya kepada
pihak luar secara tepat waktu, mampu membayar bunga dan kewajiban dividen
yang harus dibayarkan, dan menjaga posisi kredit utang yang aman. Penelitian
yang dilakukan oleh Ulupui (2004) menunjukkan hasil bahwa current ratio
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode
ke depan.
2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Return Saham
Pada kondisi perekonomian seperti saat ini, risiko meningkat tanpa diikuti
kenaikan harapan keuntungan yang proporsional. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga saham. Salah satunya adalah tingkat suku bunga
yang merupakan faktor di luar fundamental perusahaan.
Tingkat suku bunga merupakan persentase dari pokok pinjaman yang
harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbalan jasa yang
dilakukan dalam suatu periode tertentu telah yang telah disepakati kedua belah
pihak. Sunariyah (2006:105) mengemukakan bahwa apabila tingkat bunga
meningkat maka jumlah tabungan juga akan meningkat. Hal ini sangat rasional
karena bunga adalah sebagai daya tarik agar individu yang kelebihan dana akan
menabung. Karvof (2004:79) mengungkapkan bahwa secara teoritis hubungan
antara tingkat suku bunga dan kinerja pasar modal adalah negatif atau berbanding
terbalik. Kenaikan suku bunga pada umumnya akan membuat harga saham turun

karena akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan 2 (dua) cara,
Pertama, kenaikan suku bunga akan akan meningkatkan biaya modal (cost of
capital) dalam bentuk beban bunga yang harus ditanggung perusahaan, sehingga
labanya bisa dipangkas; kedua, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan
meningkat dan harga produksi akan semakin mahal sehingga konsumen mungkin
menunda pembeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibat selanjutnya
penjualan perusahaan menurun dan penurunan penjualan mengakibatkan laba juga
menurun dan akan menekan harga sahamnya yang listing di bursa.
3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya, maka secara lengkap
hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
H1: Rasio beban klaim terdapat pengaruh negatif terhadap return saham
perusahaan asuransi.
H2: Rasio likuiditas terdapat pengaruh positif terhadap return saham perusahaan
asuransi.
H3: Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terdapat pengaruh
negatif terhadap return saham perusahaan asuransi.
H4: Rasio beban klaim, Rasio likuiditas, dan Tingkat suku bunga SBI secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan asuransi.

4 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan asuransi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006-2010. Penentuan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria
perusahaan asuransi yang tercatat dan aktif di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2006-2010 dengan menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan
laporan keuangan tersebut telah di audit oleh kantor akuntan publik. Sedangkan
variabel penelitian yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan dalam early
warning system yaitu rasio beban klaim (X1), rasio likuiditas (X2), dan makro
ekonomi yaitu tingkat suku bunga SBI (X3) sebagai variabel bebas, sedangkan
return saham (Y) sebagai variabel terikat.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, ada beberapa asumsi yang harus
terpenuhi agar kesimpulan dari regresi tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pada
penelitian ini keempat asumsi tersebut diuji karena variabel bebas yang digunakan
pada penelitian ini lebih dari satu (berganda) dan data yang dikumpulkan
mengandung unsur deret waktu (5 tahun pengamatan pada masing-masing
perusahaan). Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji secara parsial (uji t) dan uji

secara bersama-sama (uji F) dan metode analisis data yang digunakan adalah
analisa regresi berganda (Hair et al. 1998). Sementara itu, model regresi data
panel yang digunakan (Wing, 2011: 9.17) adalah sebagai berikut:
Yit = β
Dimana:
Y

+ β 1X1it + β 2X2it + β 3X3it + ԑt

: Return Saham
: Konstanta

0

β 1- β

0i

3

: Koefisien regresi masing-masing variabel independen

X1

: Rasio beban klaim

X2

: Rasio likuiditas

X3

: Tingkat suku bunga SBI

ԑ

: Residual

5 Hasil dan Pembahasan
5.1 Statistik Deskriptif
Tabel 1 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Rasio Beban Klaim
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
.6061
.6501
.5223
.6810
.6028
.6125

Std. Deviation
.24811
.28585
.11233
.37936
.26731
.26773

Minimun
.3058
.3076
.3638
.3337
.2857
.2857

Maximum
1.0587
1.1797
.7235
1.4411
1.0805
1.4411

Tabel 2 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Rasio Likuiditas
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
.6957
.7992
.8588
.5749
.6024
.7062

Std. Deviation
.41890
.53362
.67941
.16274
.17197
.43970

Minimun
.3244
.4158
.4128
.3076
.2951
.2951

Maximum
1.9093
2.3466
2.8768
.8149
.7985
2.8768

Tabel 3 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Agent’s Balance to Surplus Ratio
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
.1341
.1455
.1079
.1736
.2793
.1681

Std. Deviation
.13668
.13211
.14202
.21348
.25576
.18596

Minimun
.0002
.0012
.0010
.0002
.0006
.0002

Maximum
.3447
.3773
.3926
.5672
.6966
.6966

Tabel 4 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Rasio Pertumbuhan Premi
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
2.2397
1.0244
1.1910
1.1204
1.2560
1.3663

Std. Deviation
3.11918
.33409
.37544
.21675
.15648
1.43597

Minimun
.8318
.1267
.6626
.8469
1.0036
.1267

Maximum
11.4678
1.4310
2.0331
1.5247
1.4844
11.4678

Tabel 5 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Tingkat Suku Bunga SBI
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
.0030
.0027
.0026
.0022
.0023
.0026

Std. Deviation
.00004
.00000
.00008
.00000
.00000
.00030

Minimun
.0030
.0027
.0026
.0022
.0023
.0022

Maximum
.0031
.0027
.0028
.0022
.0023
.0031

Tabel 6 Statistik Deskriptif menunjukkan nilai mean, Std. Deviation, Minimum
dan Maximum Return Saham
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Total

N
11
11
11
11
11
55

Mean
.0033
.0430
.0698
.0397
.0278
.0367

Std. Deviation
.04385
.05900
.08630
.05034
.03106
.05919

Minimun
-.1146
-.0054
-.0055
-.0000
-.0025
-.1146

Maximum
.0563
.1906
.2088
.1723
.0930
.2088

5.2 Hasil Estimasi Model Regresi
Berikut ini adalah hasil estimasi model regresi berganda pengaruh rasio
beban klaim, rasio likuiditas, dan tingkat suku bunga SBI terhadap return saham.
Hasil estimasi model regresi linier berganda menggunakan software EViews 6.0
dan diperoleh rangkuman hasil komputasi sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Estimasi Model Regresi
Variabel
Koefisien
Independen
Konstanta
0,070
RBK
-0,007
RL
0,011
SBI
-218,31
R-squared
:
0,082984
Adjusted R-squared
: -0,010589
Fhitung
:
0,886838
p-value uji F
:
0,497135
Sumber: Hasil Pengolahan Data

thitung

p-value

0,885
-0,185
0,626
-0,675

0,380
0,854
0,534
0,503

Maka diperoleh bentuk persamaan regresi data panel sebagai berikut :
RTRN= 0,070 - 0,007 RBK + 0,011 RL – 218,31 SBI
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel 7. Di atas tepatnya dilihat dari nilai RSquared yaitu sebesar 0,083 atau 8,3%. Artinya rasio beban klaim, rasio likuiditas,
dan tingkat suku bunga SBI secara simultan memberikan pengaruh sebesar 8,3%
terhadap return saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 91,7% merupakan pengaruh faktorfaktor lain diluar pengaruh rasio beban klaim, rasio likuiditas, dan tingkat suku
bunga SBI.

5.3 Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama menyatakan bahwa rasio beban klaim berpengaruh
negatif terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kriteria pengujiannya adalah “Menolak H0 jika thitung < negatif ttabel”,
hasil perbandingan yang diperoleh adalah thitung > negatif ttabel (-0,185 > -1,677),
sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak
Ha. Dengan diterimanya Ho berarti hasil pengujian tidak signifikan (p-value =
0,854 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh negatif rasio beban
klaim tidak signifikan terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar
di BEI.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh positif
terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kriteria pengujiannya adalah “Menolak H0 jika thitung > ttabel”, hasil
perbandingan yang diperoleh adalah thitung < ttabel (0,626 < 1,677), sehingga pada
tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha. Dengan
diterimanya Ho berarti hasil pengujian tidak signifikan (p-value = 0,534 > 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif rasio beban klaim tidak
signifikan terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kriteria pengujiannya adalah “Menolak H0 jika thitung < negatif ttabel”,
hasil perbandingan yang diperoleh adalah thitung > negatif ttabel (-0,675 > -1,677),
sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak
Ha. Dengan diterimanya Ho berarti hasil pengujian tidak signifikan (p-value =
0,503 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh negatif rasio tingkat
suku bunga Bank Indonesia tidak signifikan terhadap return saham perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis keempat menyatakan bahwa rasio beban klaim, rasio likuiditas,
dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap return saham. Hasil pengujian
yang diperoleh dari perbandingan Fhitung terhadap Ftabel adalah Fhitung < Ftabel (0,887
< 2,404), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho
dan menolak Ha. Dengan diterimanya Ho berarti hasil pengujian tidak signifikan
(p-value = 0,497 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama
rasio beban klaim, rasio likuiditas, dan tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak
berpengaruh terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hal ini disebabkan karena masing-masing ukuran perusahaan dan
kinerja perusahaan asuransi berbeda-beda antara perusahaan asuransi yang satu
dengan perusahaan asuransi yang lain dan pertumbuhan asuransi di Indonesia
belum berkembang pesat seperti di luar negeri hal ini disebabkan karena
kesadaran masyarakat akan berasuransi masih kecil dan menganggap asuransi
bukan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal indonesia merupakan pasar
efisien dalam bentuk lemah (weak form) yang berarti bahwa semua informasi
dimasa lalu (historis) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan
harga di masa yang akan datang karena sudah tercermin pada harga saat ini.
Sehingga informasi harga dan volume perdagangan masa lalu tidak memiliki
hubungan dengan arah pergerakan harga-harga pada masa yang akan datang.
Implikasinya yang bisa diambil adalah bahwa investor tidak mengandalkan
analisis teknikal di dalam menghasilkan keuntungan di atas normal.

6. Simpulan dan Saran
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik dan
pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disumpulkan adalah i) secara parsial menunjukan bahwa rasio beban klaim
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham, rasio likuiditas
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham, dan tingkat suku
bunga SBI berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham; ii)
sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa rasio beban klaim, rasio
likuiditas, dan tingkat suku bunga SBI tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap return saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2010.

6.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian sebelumnya, penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan asuransi dapat menggunakan rasio-rasio keuangan dalam early
warning system yang dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan
kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang.
2.Bagi investor tidak dapat menggunakan informasi historikal untuk mendapatkan
return karena informasi tersebut sudah tercermin pada harga saat ini, oleh
karena itu investor harus menggunakan informasi publik yang baru di
informasikan, seperti pengumuman laba dan dividen, perkiraan laba
perusahaan, merger, dan pemecahan saham.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor ukuran
perusahaan yang mungkin akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan return saham.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Solechan. 2007. “Pengaruh Manajemen Laba, IOS, Beta, Size dan Rasio
Hutang
Terhadap
Return
Saham
di
BEJ”.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/akuiditi. pp 1-18. Diunduh tanggal 3
Januari 2012 jam 19.00 WIB.
Akhmad Sodikin. 2007. “Variabel Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Return
Saham di BEJ”. Jurnal Manajemen, Vol.6 No. 2. Pp 1-15.
Atia Verinda Dwi Anjarsari. 2009. Pengaruh Rasio Profitabilitas Early Warning
System Terhadap Return Saham. http://jurnal.skripsi.net. Diunduh tanggal
20 Januari 2012 jam 18.30 WIB.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Apostolu, G. Nicholas, dan Crumbley, D. Lawrence. 1993. Memahami laporan
dan Berita Keuangan. Seri Bisnis Baron Bagian 2. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Badrus Sholeh. 2011. Teori Akuntansi (Teori Akuntansi Normatif dan Positif).
UNS.
http://putrasriwijaya.wordpress.com/teori-akuntansi/.
Diunduh
tanggal 30 Desember 2011 jam 20.00 WIB.
Bank Indonesia. ”Suku Bunga SBI”. http://www.bi.go.id/. Diunduh tanggal 2
Nopember 2011 jam 13.00 WIB.
Bhattacharyay, Biswa N. 1999. Implications of the Asian Crisis on estimating
Internationally Comparable National Income. Asian Development Bank.
Bursa Efek Indonesia. 2006-2010. Laporan Keuangan Industri Asuransi. Jakarta:
Indonesia Capital Market Directory.
Chen, Nai-fu., Roll, Richard., dan Ross, Stephen A. 1996. Economic Forces and
the Stock Market. Journal of Business, 59:383-403.
Cooper, Donald R., Bloomberg, Boris., dan Pamela. 2008. Busines Research
Method 2th European Edition, McGraw Hill International Edition United
States.
Daniel Perwira. 2001. “Pengaruh Perubahan Kondisi Ekonomi Makro Terhadap
Permintaan Saham Sektor Pertanian di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia, Volume XLIX No.4.pp.357-375.
Durham, JB. 2000. The Effect of Monetary Policy on Monthly and Quaterly Stock
Market Returns: Cross Country Evidence and Sensitivity Analyses,
Working paper, Division of Monetary Affairs Board of Governors of the
Fed Reserve System, Washington D.C.

Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius.
Elton, Edwin J dan Martin Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and
Investment Analisis 5 ht Edition. New York: Jhon Willey and Sons Inc.
Farid Harinato dan Siswanto Sudomo. 1998. Perangkat dan Teknik Analisa
Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Bursa Efek.
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Second Edition. New Jersey:
Prentice Hall, International Editions.
Greene, Mark R. 1998. Risk and Insurance. Ohio: South-Western Publishing Co.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition. New York:
McGraw-Hill.
Hair, Joseph F., et al. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edision, Prentice
Hall International Inc.
Hanafi M.M dan Abdul Halim. 2003. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta
:Penerbit UPP AMP YKPN.
IG. K.A Ulupui. 2006. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas
dan
Profitabilitas
Terhadap
Return
Saham”.
http://www.pdfs.com/pdf/jurnal-pengaruh-rasio-keuangan-terhadap-return
saham.html. Diunduh tgl 4 Januari 2012 jam 07.00 WIB.
Ilham Fahmi dan Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Edisi Kesatu. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Jensen, M. 1986. “Agency Cost of Free cash Flow”. Corporate Fiance and
Takeovers”, American Economic Review 76,323-329.
Jogiyanto Hartanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam.
Yogyakarta: Penerbit PT. BPFE.
Johar Arifin. 2004. Analisis Laporan Keuangan Berbasis Komputer. Jakarta:
Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Karvof, A. 2004. Guide to Investing in capital Market: Cara Cerdas Meraih
Kebebasan Keuangan untuk Individu yang Bijak. Bandung: Penerbit PT.
Citra Aditya Karya.
Keminsky, Graciela, L. 2000. Currency and banking Crisis: the Early Warning
System of Distress. IMF Working Papers.
Makaryanawati dan Misbachul Ulum. 2009.”Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang
Terdaftar pada JII”, Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 No. 1. pp.49-59.

Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Elex
Media Komputindo.
Riahi-Belkoui, Ahmad. 2006. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Salustra Satria. 1994. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi
Kerugian Di Indonesia dengan Analisa rasio Keuangan EWS. Jakarta:
Kerjasama Lembaga Penerbit UI dengan PAU FE-UI.
Scott, William, R. 2000. Financial Accounting Theory.Second Edition. Ontario,
Canada: Prentice Hall Canada Inc.
Siswandaru Kurniawan. 2006. Analisa Pengaruh Rasio-Rasio EWS dan Tingkat
Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham. http://jurnal.skripsi.net. Diunduh
tanggal 23 Desember 2011 jam 18.30 WIB.
Suad Husnan. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percatakan AMP YKPN.
Sugeng Raharjo. 2009. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Rasio
Keuangan terhadap Harga Saham”.http://e-journal.stie-aub.ac.id. pp.1-21.
Diunduh tanggal 24 Desember 2011 jam 19.00 WIB.
Undand-Undang RI No. 2 Tahun 1992. Koperasi.
Weston, J. Fred dan Eugene F Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan, Edisi KeSembilan Jilid Satu, Alih Bahasa A. Jaka Wasana MSM dan Kibrandoko
MSM. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
Wing Wahyu Winarno.2011. Analisa Ekonometrika dan Statistika dengan
EViews. Edisi Ketiga. Jogyakarta: Penerbit UPP STIM YKPN.