AKSIOLOGI SISTEM NILAI DAN PANDANGAN HID

AKSIOLOGI; SISTEM NILAI DAN PANDANGAN HIDUP, ILMU
PENGETAHUAN DAN SISTEM NILAI
A. Pendahuluan
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios dan logos. Axios artinya
nilai dan logos artinya ilmu, penalaran, atau teori.1 Jadi aksiologi adalah teori
tentang nilai.2 Aksiologi secara bahasa dipahami sebagai teori tentang nilai atau
rasionalitas nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Sedangkan
secara istilah, aksiologi dipahami sebagai cabang filsafat yang membahas
persoalan nilai. Aksiologi tidak lain adalah the theory of values.

3

Sehingga

aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan
etika dan estetika.4 Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.5 Aksiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut

pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang
harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu ke dalam praktis. 6 Sehingga
aksiologi menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam
menerapkan ilmu itu sendiri. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan tentang nilai
kegunaan ilmu yang pada hakikatnya dipergunakan untuk menunjang
kehidupan umat manusia di muka bumi tanpa mengabaikan hakikat dari ilmu
itu sendiri.7

1Muhammad In’am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
hal. 119.
2 Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 168.
3 Ibid., hlm. 120.
4 A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 116.
5 Burhanuddin Salam, Logika Materil:Filsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Rineka Cipta,
1997), hal. 169.
6 A. Susanto, loc.cit.
7 Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 130.


1

B. Sistem Nilai dan Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Sistem Nilai
1. Sistem Nilai dan Pandangan Hidup
Sistem merupakan istilah dari “system” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan istilah nilai dalam bahasa Inggris
adalah “value”. Dalam bahasa Latin “velere”
Kuno “valoir”. Rohmat

Mulyana memaknai

atau bahasa Perancis
nilai

secara

denotatif


dengan “harga”. Misalnya nilai atau harga dalam perspektif ilmu ekonomi,
ilmu politik, ilmu jiwa dan sebagainya. Maka dalam konteks filsafat nilai
segala sesuatu harus bernilai, misalnya nilai estetik, nilai etik, nilai sosial
dan nilai biologis.8 Oleh karena itu, maksud filsafat nilai adalah pembahasan
tentang paradigma aksiologis atas segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada sehingga dihubungkannya pada hakikat fungsional seluruh
pengetahuan. Sehingga teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatanperbuatan manusia. Seperti ungkapan “ saya pernah belajar etika”. Arti
kedua merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan oleh manusia yang lain.9 Contoh “ia bersifat etis atau ia
seorang yang jujur”. Atau contoh lain, “pembunuhan merupakan sesuatu
yang tidak susila”.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.
Nilai itu objektif ataukah subjektif sangat tergantung dari hasil pandangan
yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur
segalanya, atau eksistensi maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi

subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apa ini bersifat
psikis atau fisik.10 Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu
8 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 191.
9 A. Susanto, op.cit., hal. 118.
10 Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 29.

2

memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia,
seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan
mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya,
seseorang akan senang melihat matahari yang sedang terbenam di sore hari.
Hal ini menimbulkannya rasa senang karena melihat betapa indahnya
matahari yang terbenam itu. Inilah yang dikatakan merupakan nilai
subjektif dari seseorang dengan orang lain dan akan memiliki kualitas yang
berbeda.
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa aksiologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan
ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan berupa ilmu itu
dipergunakan, bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral.11
Sebagai salah satu cabang filsafat ilmu, aksiologi membicarakan
tentang nilai guna dari ilmu, yang secara umum memiliki kesamaan dengan
nilai kegunaan untuk kemaslahatan atau kebaikan umat manusia dan
permasalahan kemanusiaan, terutama dalam meningkatkan martabat
manusia, yang mengarah pada kemajuan peradaban manusia dengan tidak
mengabaikan nilai-nilai keluhuran budi pekerti dan karakter bangsa suatu
negara.
Sedangkan dalam Encyclopedia of Philosophy, dijelaskan bahwa
aksiologi disamakan dengan value and valuation, yaitu:12
a. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran dan kesucian.
b. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
c. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai.
11 Erliana Hasan, loc.cit.

12 Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 164.

3

Setiap orang yang hidup dan normal pasti mempunyai pandangan
hidupnya sendiri atau filsafat hidupnya sendiri, baik yang berpendidikan
tinggi maupun yang berpendidikan rendah. Karena itu pandangan hidup
seseorang atau filsafat hidup seseorang merupakan jati diri atau identitas
diri.
Filsafat atau pandangan hidup bukan sesuatu yang abstrak.
Pandangan hidup berangkat dari pergulatan hidup manusia di dunia.
Berangkat dari realitas kehidupan yag kemudian merefleksi pemikiran untuk
melakukan perubahan-perubahan untuk menjadi lebih baik. Filsafat
mengajak orang condong untuk memahami imannya secara tepat dan
mendalam. Untuk itu kedangkalan hidup beriman harus dibongkar. Filsafat
tidak hadir untuk menyesatkan. Filsafat mengajak orang untuk berpikir
secara mendalam tentang hidup mereka. Hasil dari filsafat adalah cara
berpikir yang mendalam dan tepat tentang kehidupan. Filsafat mencerahkan
orang melalui pikiran dan tindakan, apapun profesi yang digelutinya.
Filsafat adalah dorongan dasar manusia untuk memahami dunia secara

rasional dan sistematik. Filsafat hadir di sanubari setiap orang tanpa kecuali.
Filsafat membuat hidup menjadi menggairahkan, bagaikan petualangan
intelektual yang membahagiakan.
Pandangan hidup filsafat tidak melulu soal berkutat dengan bukubuku sulit. Filsafat bisa menjadi pandangan hidup yang membahagiakan.
Filsafat dimulai dengan pertanyaan yang mendasar tentang kehidupan, lalu
dilanjutkan dengan penggalian yang seru dan menegangkan. Jalan hidup
filsafat adalah jalan hidup yang penuh dengan petualangan. Dimulai dengan
pertanyaan, dilanjutkan dengan penggalian, itulah kiranya cara hidup orang
yang berfilsafat, apapun profesi resminya, bisa tukang sayur, tukang buah,
manajer, direktur, guru, akuntan, dosen, atau apapun. Orang yang berfilsafat
akan berpikir rasional. Ia tidak mudah percaya mistik, ataupun pendapatpendapat umum yang menyesatkan dan menggelisahkan. Ia tidak terjebak
pada gosip ataupun rumor yang berkeliaran. Orang yang berfilsafat
menyampaikan

pemikirannya

secara

sistematis.


Tulisan

dan

pembicaraannya mudah untuk dimengerti. Ia runtut dalam berpikir. Ia runtut

4

di dalam membuat keputusan. Ia akan menjadi orang yang komunikatif dan
terbuka. Ia akan menjadi pemimpin yang bijaksana. Orang yang berfilsafat
tidak pernah puas pada kedangkalan. Ia akan menjadi seorang wirausahawan
yang cemerlang. Ia akan menjadi manusia yang berkualitas. Orang yang
berfilsafat percaya akan proses. Mereka bertekun dalam hening dan
kesulitan untuk mencapai hidup yang dewasa, apapun profesinya. Orang
yang berfilsafat percaya, bahwa kebaikan adalah suatu proses yang lambat
dan berliku. Di dalam proses tersebut, ia akan bahagia. Beragam masalah di
Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis,
seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan
teknologi teknis, ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah
tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau

berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai pandangan hidup, apapun
profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan
yang menggairahkan. Berdasarkan hakekat dari pandangan hidup atau
filsafat hidup maka ada beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup,
yaitu:
a. Pandangan hidup atau filsafat hidup menolong, mendidik, membangun
diri sendiri dengan berpikir lebih mendalam dan memberi isi kepada
hidup kita sendiri.
b. Pandangan hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan
kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam
hidup sehari-hari.
c. Pandangan hidup memberikan pandangan yang luas membendung
egoisme.
d. Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri
maupun untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut
diatas maka orang yang memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi,
padanya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

5


a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik keindahan alam lingkungan,
keindahan seni budaya, maupun keindahan harmoni keindahan yang
aman tentram aman dan damai.
b. Tanggap dan menaruh empati maupun simpati terhadap penderitaan
orang lain, karena itu ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat
menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung tinggi rasa keadilan, bahkan berani mempertaruhkan
hidupnya demi memperjuangkan keadilan.
Masalah negeri ini tak kunjung usai, mulai dari persoalan sosial,
korupsi,

pelanggaran

hukum,

rendah

diri


terhadap

bangsa

lain,

penyalahgunaan jabatan, sampai pada maraknya penculikan anak-anak.
Rakyatnya masih bergumul dengan masalah pribadi, mulai dari krisis
ekonomi sampai krisis identitas. Beragam masalah diatas kerap dikaji dalam
ruang-ruang diskusi, seminar dan simposium tapi semua analisis masalah
belum membuahkan hasil, seolah ada yang hilang dalam mengobservasi
masalah tersebut. Problematika bangsa terlalu rumit untuk diselesaikan
dengan pendekatan satu dimensi. Akar masalahnya bukan ketiadaan uang.
Bangsa kita punya banyak sekali aset yang bisa dimanfaatkan. Persoalan
pokoknya adalah cara berpikir, dan cara memaknai hidup. Masalah material
di Indonesia, mulai dari kemiskinan sampai korupsi, bisa lenyap dengan
mengubah persepsi warganya tentang hidup. Pandangan hidup sebagai
landasan hidup bisa memberikan sumbangan besar dalam hal ini.
2. Ilmu Pengetahuan dan Sistem Nilai
Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang
berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ‘ilm yang
berarti pengetahuan.13 Ilmu atau sains adalah pengakajian sejumlah
pernyataan-pernyataan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang
disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukum-hukum umum.
Ilmu mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, ilmu dapat membantu manusia untuk memahami, menjelaskan,
13 Suriastmantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003), hal. 78.

6

mengatur dan memprediksi berbagai kejadian baik yang bersifat alami,
maupun sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Berkat kemajuan
ilmu atau teknologi maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan
secara lebih cepat dan lebih mudah disamping penciptaan berbagai
kemudahan

dalam

bidang-bidang

seperti

kesehatan,

transportasi,

pemukiman, pendidikan, dan komunikasi. Namun sejak awal pertumbuhan
ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan negatif, sehingga ilmu bukan saja
digunakan untuk menguasai alam melainkan untuk memerangi dan
menguasai sesama manusia. Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan,
struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-hal yang
diselidikinya (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau
oleh pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya
diuji secara empiris, riset dan eksperimental.14
Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah
tergolong ilmu pengetahuan. Menurut Soetriono dan Rita Hanafie (2007),
seperti dikutip oleh Jalaluddin, pengetahuan adalah pembentukan pemikiran
asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan
kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulangulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan
universal.

Sedangkan

ilmu

(ilmu

pengetahuan)

adalah

akumulasi

pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari
suatu objek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu
kesatuan sistematis.15
Manusia adalah makhluk berpikir yang selalu ingin tahu tentang
sesuatu. Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan pertanyaan.
Dengan bertanya manusia mengumpulkan segala sesuatu yang diketahuinya,
begitulah cara manusia mengumpulkan pengetahuan. Dengan demikian,
dapat dikatakan, bahwa pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni
mengerti sesudah melihat, menyaksikan dan mengalami. 16 Dalam Kamus
14 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hal.
167.
15 Jalaluddin, op.cit., hal. 150.
16 Ibid., hal. 85.

7

Besar Bahasa Indonesia (1990), pengetahuan diartikan sebagai segala
sesuatu yang diketahui/kepandaian; ataupun segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah. Pengetahuan diperoleh
dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu manusia akan semakin
banyak pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri diperoleh dari pengalaman
manusia terhadap diri dan lingkungan hidupnya. Cara memperolehnya
adalah melalui fenomena yang teramati oleh indera, semuanya terkumpul
dalam diri manusia sejak ia sadar akan dirinya hingga keusia lanjut atau
sepanjang hayat. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman ini
berbeda dengan ilmu pengetahuan.17
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai
yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.18 Ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan
ilmiah, yakni melalui penyelidikan yang sistematik, terkontrol dan bersifat
empiris atas suatu relasi fenomena alam, sehingga pengertian ilmu
pengetahuan yaitu ilmu yang teratur (sistematik) dan dapat diuji atau
dibuktikan kebenarannya.19
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan yang
dimaksud dengan sains (science) adalah pengetahuan ilmiah atau
pengetahuan bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat
(hukum) ilmu pengetahuan (KBBI, 1990: 324). Ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia dari
berbagai sumber. Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan metode
tertentu, yakni metode ilmiah dan hasilnya disusun secara sistematis,
selanjutnya dilakukan verifikasi (diuji) kebenarannya secara empiris.
Kebenarannya bisa dibuktikan secara konkret yang didasarkan atas
pengalaman nyata serta dapat diterima akal (rasio).20
Ilmu pengetahuan juga merupakan suatu kata yang digunakan untuk
menunjukkan apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Untuk itu
ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran karena demi mencapai
17 Ibid., hal. 83.
18Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Bayumedia, 2003), hlm. 43.
19 Jalaluddin, op.cit., hal. 84.
20 Ibid., hal. 100.

8

kebenaranlah ilmu pengetahuan itu eksis. Kebenaran ialah kesesuaian
pengetahuan dengan objeknya. Sedangkan ketidaksesuaian pengetahuan
dengan objeknya disebut kekeliruan.
Pernyataan Setelah mengetahui definisi ilmu pengetahuan, maka
ciri-ciri dari sesuatu yang dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan adalah
karena ada objeknya. Ada dua macam objek ilmu pengetahuan yaitu objek
materi dan objek forma.21 Objek materi ialah sasaran atau bahan yang
dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu. Sedangkan objek forma ialah sudut
pandang atau cara pandang mengenai objek materi tersebut, sehingga
dengan objek forma ini dapat dibedakan menjadi ilmu tertentu.
Pengembangan ilmu pengetahuan dilatarbelakangi oleh adanya tiga
dorongan.

Pertama,

dorongan

untuk

mengetahui

yang

lahir

dari

keterpaksaan untuk mempertahankan hidup. Kedua, dorongan manusia
untuk memenuhi kebutuhan yang mendalam dan menemukan tata susuanan
yang sesungguhnya dalam kenyataannya. ketiga, dorongan mengetahui
menyangkut penilaian mengenai realitas eksistensi manusia itu sendiri.22
Ilmu pengetahuan diartikan juga sebagai lukisan atau keterangan
yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sesederahan mungkin. Fudyartanta menyebutkan ada empat fungsi ilmu
pengetahuan, yaitu :23
a. Fungsi deskriptif yaitu menggambarkan, melukiskan dan memaparkan
suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
b. Fungsi pengembangan ialah melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
c. Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar
kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakantindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
d. Fungsi kontrol merupakan berusaha untuk mengendalikan peristiwaperistiwa yang tidak dikehendaki.

21 A. Susanto, op.cit., hal. 123.
22 Jalaluddin, op.cit., hal. 89.
23 A. Susanto, op.cit., hal. 60.

9

Dengan demikian fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan
hidup manusia di dalam berbagai bidangnya. Sedangkan nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang akan dinilai. Terdapat beberapa pandangan
yang berkaitan dengan tingkatan atau hierarki nilai :24
a. Kaum Idealis. Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan
nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (niai
material).
b. Kaum Realis. Mereka menempatkan niai rasional dan empiris pada
tingkatan atas, sebab membantu manusia menemukan realitas objektif,
hukum-hukum alam dan aturan berfikir logis.
c. Kaum Pragmatis. Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti
yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki
nilai instrumental. Mereka sangat sensitif terhadap nilai-nilai yang
meghargai masyarakat.
Nilai dan kegunaannya dalam ilmu pengetahuan yang merupakan
manusia belajar dari pengalaman dan berasumsi bahwa dalam mengikuti
hukum-hukum dan aturan-aturannya. Sehingga ilmu adalah salah satu hasil
budaya manusia dimana lebih mengutamakan kuantitas yang obyektif dan
mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan denngan keinginan
pribadi. Untuk itu dengan ilmu manusia tidak akan mementingkan dirinya
sendiri.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan
berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Dengan mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan berkah dan penyelamat bagi
manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan.
Setelah mempelajari teknologi pembuatan bom atom, manusia bisa
memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan dan
kebutuhan manusia, tetapi dipihak lain bisa juga bersifat sebaliknya, yakni
membawa manusia kepada malapetaka. Menghadapi hal yang demikian,
ilmu pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana
24 Amsal Bahtiar, op.cit., hlm. 162.

10

adanya,

mulai

mempertanyakan

untuk

apa

sebenarnya

ilmu

itu

dipergunakan? Jawabannya, bahwa ilmu itu berkaitan erat dengan persoalan
nilai-nilai moral.
Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsipprinsip etis yang dapat dipertanggungjwabkan secara rasional dan
diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar
seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik
dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam perilaku keilmuannya,
sehingga ia dapat mempertanggungjawabkan perilaku ilmiahnya. Nilai
moral tidak berdiri sendiri, melainkan berada pada atau menjadi milik
seseorang yang akan bergabung dengan nilai yang sudah ada seperti agama,
hukum, budaya, adat, sosial, dan sebagainya. Norma moral menentukan
apakah seorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis.25
Penerapan ilmu pengetahuan yang sudah dihasilkan oleh para
ilmuan, baik berupa teknologi maupun teori-teori emansipasi masyarakat
mesti memperhatikan nilai-nilai kemanusian, nilai agama, nilai adat, dan
sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut tidak bebas nilai. Ada
kalanya penerapan teknologi berdampak negatif, misalnya masyarakat
menolak atau mengklaim suatu teknologi yang bertentangan atau tidak
sejalan dengan keinginan dan pandangan-pandangan yang telah ada
sebelumnya, seperti rekayasa genetik (kloning manusia).26
Di bidang etika tanggung jawab seorang ilmuan bukan lagi memberi
informasi melainkan menjadi contoh. Dimana ia harus bersifat objektif,
dapat menerima kritik dan pendapat, kukuh dalam pendirian yang dianggap
benar, serta berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini merupakan
implikasi etis dari proses menemukan kebenaran secara ilmiah.
Adapun persamaan dan perbedaan dari nilai di dalam ilmu
pengetahuan, di antaranya:
Persamaannya :
a. Kedua-duanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya.

25 Suriastmantri, op.cit., hal. 76.
26 Ibid.

11

b. Kedua-duanya memberikan pengertian yang mengenai hubungan yang
ada antara kejadian yang kita alami.
c. Kedua-duanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang
berhubungan dengan kejadian.
d. Kedua-duanya mempunyai metode dan sistem.
e. Kedua-duanya menjelaskan tentang kenyataan yang sedang terjadi.
Perbedaannya :
a. Obyek material atau lapangan ialah seluruh lapangan atau bahan yang
dijadikan sebagai obyek penyelidikan suatu ilmu.
b. Obyek forma atau sudut pandang ialah obyek material yang diperhatikan
oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dari ilmu lainnya,
jika berobyek materinya sama27
Jadi yang membedakan satu ilmu dari yang lainnya ialah obyeknya.
Apabila kemungkinan obyek materinya sama, maka yang terutama
membedakan satu ilmu dari ilmu yang lainnya itu ialah obyek formanya,
yaitu sudut pandangan tertentu yang menentukan macam ilmu.
Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia dapat terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak
bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat membutuhkan ilmu. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit,
kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu, manusia juga bisa merasakan kemudahan lainnya
seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi dan lain
sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu dalam
mencapai tujuan hidupnya.
Ilmu bukan saja menimbulkan dehumanisasi namun bahkan
mengubah hakikat manusia itu sendiri. Dengan perkataan lain ilmu bukan
lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya,
namun juga dapat menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Menghadapi
kenyataan seperti itu ilmu yang pada hakekatnya mempelajari alam
27 Muhammad In’am Esha, op.cit., hal. 114.

12

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat
seharusnya, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi
mausia.28 Untuk itu dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia dapat
menciptakan berbagai bentuk teknologi. Sehingga ilmu harus ditempatkan
secara proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
Sebab jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai maka yang terjadi adalah
bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang
kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan
menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat tentu tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan kepada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan
masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan harus dipupuk
yang berada pada tempat yang tepat yakni tanggung jawab akademik dan
tanggung jawab moral.

C. Kesimpulan
28 Ibid.

13

Makna aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki kegunaan
ilmu dan hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi berasal dari kata Yunani,
yaitu axios berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah
“teori tantang nilai”.
Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun
dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
hukum-hukum tentang hal-hal yang diselidikinya (alam, manusia dan juga
agama) sejauh yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan
eksperimental.
Ilmu pengetahuan berfungsi untuk kebutuhan hidup manusia di dalam
berbagai bidangnya. Sedangkan nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
akan dinilai. Keguanaan ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikkan
manusia tanpa merendahkan martabat atau merubah hakikat kemanusiaan.
Tiap ilmu terutama dalam implementasinya selalu terkait dengan aksiologinya.

DAFTAR PUSTAKA

14

A.Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Anshari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina
Ilmu.
Bahtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Esha, Muhammad In’am. 2010. Menuju Pemikiran Filsafat. Malang: UIN-Maliki
Press.
Hasan, Erliana. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu
Pemerintahan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jalaluddin. 2014. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan
Peradaban. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mustansyir, Rizal. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suriastmantri. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Saebani, Beni Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya.
Zainuddin. 2003. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Bayumedia.
http://blogwonox.blogspot.com/2015/10/konsep-nilai-norma-budaya-danagama.html

15