DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK PADA MASA ORDE
DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK PADA MASA ORDE BARU
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia
Disusun Oleh :
Lucia Triyananda Hayuningsih
/ 21
Maria Areta Lupitasari
/ 22
SMA NEGERI 1 KLATEN
Jl. Merbabu 13, Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten
TAHUN AJARAN 2017/2018
KEBIJAKAN POLITIK INDONESIA MASA ORDE BARU
1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera
dengan tugasnya Dwi Dharma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik
dan stabilitas ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet
Ampera yakni :
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu
tanggal 5 Juli 1968
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya
Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai
presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan,
Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan
MPRS No IX/MPRS/1966
Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap
terlibat Gerakan 30 September 1965.
3. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada
masa
Orde
Baru
pemerintahan
pemerintah
melakukan
penyederhaan
dan
penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik.
Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology,
tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU,
Parmusi, PSII, dan PERTI
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman
sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa
perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik
dan ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum
tertinggi di Indonesia.
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap
Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu
memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[ Pada Pemilu 1997 yang
merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51
% dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh
27 kursi. Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi.
Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan
PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang
menjadi PDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde
Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan
baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan
rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu
kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak
Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah
memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode,
karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap
pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah
selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.
5. Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan
peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini
kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran
ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan
pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di
MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui
Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada
fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah
diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman
telah
melakukannya
dengan
meneruskan
perjuangan,
walaupun
pimpinan
pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto
ketika
menyelamatkan
yangmelahirkankan
Orde
bangsa
Baru.
dari
perpecahan
Boleh
dikatakan
setelah
peran
G
30
S
PKI,
dinamisator
telah
menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa
selama ini.
6. Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan pada
tahun 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan status daerah bagian barat Pulau
Papua, antara milik Belanda atau Indonesia. Pemilihan suara ini menanyakan apakah
sisa populasi mau bergabung dengan Republik Indonesia atau merdeka. Para wakil
yang dipilih dari populasi dengan suara bulat memilih persatuan dengan Indonesia
dan hasilnya diterima oleh PBB, meskipun validitas suara telah ditantang dalam
retrospeksi.
Sebagai bagian dari perjanjian New York , Indonesia sebelum akhir tahun
1969 wajib menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat. Pada awal
tahun 1969, pemerintah Indonesia mulai menyelenggarakan Pepera. Penyelenggaraan
Pepera dilakukan 3 tahap yakni sebagai berikut,
Tahap pertama dimulai pada tanggal 24 maret 1969. Pada tahap ini dilakukan
konsultasi dengan deewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan
Pepera.
Tahap kedua diadakan pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang berakhir pada
bulan Juni 1969.
Tahap ketiga dilaksanakan pepera dari kabupaten Merauke dan berakhir pada tanggal
4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera itu turut disaksikan oleh utusan PBB, utusan Australia dan utusan
Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan masyarakat Irian Barat menghendaki
bergabung dengan NKRI. Hasil Pepera itu dibawa ke sidang umum PBB dan pada tanggal
19 November 1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasil-hasil Pepera
7. Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan
mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal
dengan namaEkaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945secara
murni
dan
konsekuen,
maka
sejak
tahun
1978
pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan
terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah
pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Dan sejak tahun 1985
pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi.
Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak
Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem
budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi
tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan
dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila,
hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila
dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.
DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK INDONESIA MASA ORDE BARU
Selain keberhasilan yang dapat dicapai oleh Orde baru, di sisi lain kebijakan politik
dan ekonomi pemerintah Orde Baru juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang
ekonomi dan politik. Berikut ini dampak positif dan negatif bidang ekonomi dan politik pada
masa orde baru.
No
.
Bidang
Dampak Positif
Dampak Negatif
1. Politik
1.
Pemerintah
mampu
membangun pondasi yang
kuat bagi kekuasaan lembaga
kepresidenan yang membuat
semakin kuatnya peran Negara
dalam masyarakat.
2.
Situasi keamanan pada
masa ORBA relatif aman dan
terjaga dengan baik karena
pemerintah mampu mengatasi
semua tindakan dan sikap
yang dianggap bertentangan
dengan Pancasila.
3.
4.
Dilakukan peleburan partai
dimaksudkan agar pemerintah
dapat mengontrol parpol.
Keamanan dalam negeri
lebih terjamin.
1.
Pemerintah Orde Baru
gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik dan
benar
kepada
rakyat
Indonesia.
2.
Sistem perwakilan bersifat
semu bahkan hanya dijadikan
topeng untuk melanggengkan
sebuah kekuasaan secara
sepihak.
3.
Terbentuk pemerintahan
yang
bersifat
otoriter,
dominative dan sentralistis.
4.
Kebijakan politik teramat
birokratis, tidak demokratis,
dan cenderung KKN.
5.
Dwifungsi ABRI terlalu
mengakar masuk ke sendisendi kehidupan bebangsa dan
benegara.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia
Disusun Oleh :
Lucia Triyananda Hayuningsih
/ 21
Maria Areta Lupitasari
/ 22
SMA NEGERI 1 KLATEN
Jl. Merbabu 13, Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten
TAHUN AJARAN 2017/2018
KEBIJAKAN POLITIK INDONESIA MASA ORDE BARU
1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera
dengan tugasnya Dwi Dharma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik
dan stabilitas ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet
Ampera yakni :
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu
tanggal 5 Juli 1968
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya
Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai
presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan,
Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan
MPRS No IX/MPRS/1966
Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap
terlibat Gerakan 30 September 1965.
3. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada
masa
Orde
Baru
pemerintahan
pemerintah
melakukan
penyederhaan
dan
penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik.
Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology,
tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU,
Parmusi, PSII, dan PERTI
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman
sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa
perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik
dan ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum
tertinggi di Indonesia.
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap
Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu
memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[ Pada Pemilu 1997 yang
merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51
% dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh
27 kursi. Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi.
Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan
PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang
menjadi PDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde
Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan
baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan
rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu
kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak
Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah
memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode,
karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap
pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah
selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.
5. Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan
peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini
kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran
ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan
pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di
MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui
Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada
fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah
diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman
telah
melakukannya
dengan
meneruskan
perjuangan,
walaupun
pimpinan
pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto
ketika
menyelamatkan
yangmelahirkankan
Orde
bangsa
Baru.
dari
perpecahan
Boleh
dikatakan
setelah
peran
G
30
S
PKI,
dinamisator
telah
menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa
selama ini.
6. Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan pada
tahun 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan status daerah bagian barat Pulau
Papua, antara milik Belanda atau Indonesia. Pemilihan suara ini menanyakan apakah
sisa populasi mau bergabung dengan Republik Indonesia atau merdeka. Para wakil
yang dipilih dari populasi dengan suara bulat memilih persatuan dengan Indonesia
dan hasilnya diterima oleh PBB, meskipun validitas suara telah ditantang dalam
retrospeksi.
Sebagai bagian dari perjanjian New York , Indonesia sebelum akhir tahun
1969 wajib menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat. Pada awal
tahun 1969, pemerintah Indonesia mulai menyelenggarakan Pepera. Penyelenggaraan
Pepera dilakukan 3 tahap yakni sebagai berikut,
Tahap pertama dimulai pada tanggal 24 maret 1969. Pada tahap ini dilakukan
konsultasi dengan deewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan
Pepera.
Tahap kedua diadakan pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang berakhir pada
bulan Juni 1969.
Tahap ketiga dilaksanakan pepera dari kabupaten Merauke dan berakhir pada tanggal
4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera itu turut disaksikan oleh utusan PBB, utusan Australia dan utusan
Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan masyarakat Irian Barat menghendaki
bergabung dengan NKRI. Hasil Pepera itu dibawa ke sidang umum PBB dan pada tanggal
19 November 1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasil-hasil Pepera
7. Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan
mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal
dengan namaEkaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945secara
murni
dan
konsekuen,
maka
sejak
tahun
1978
pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan
terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah
pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Dan sejak tahun 1985
pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi.
Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak
Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem
budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi
tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan
dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila,
hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila
dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.
DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK INDONESIA MASA ORDE BARU
Selain keberhasilan yang dapat dicapai oleh Orde baru, di sisi lain kebijakan politik
dan ekonomi pemerintah Orde Baru juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang
ekonomi dan politik. Berikut ini dampak positif dan negatif bidang ekonomi dan politik pada
masa orde baru.
No
.
Bidang
Dampak Positif
Dampak Negatif
1. Politik
1.
Pemerintah
mampu
membangun pondasi yang
kuat bagi kekuasaan lembaga
kepresidenan yang membuat
semakin kuatnya peran Negara
dalam masyarakat.
2.
Situasi keamanan pada
masa ORBA relatif aman dan
terjaga dengan baik karena
pemerintah mampu mengatasi
semua tindakan dan sikap
yang dianggap bertentangan
dengan Pancasila.
3.
4.
Dilakukan peleburan partai
dimaksudkan agar pemerintah
dapat mengontrol parpol.
Keamanan dalam negeri
lebih terjamin.
1.
Pemerintah Orde Baru
gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik dan
benar
kepada
rakyat
Indonesia.
2.
Sistem perwakilan bersifat
semu bahkan hanya dijadikan
topeng untuk melanggengkan
sebuah kekuasaan secara
sepihak.
3.
Terbentuk pemerintahan
yang
bersifat
otoriter,
dominative dan sentralistis.
4.
Kebijakan politik teramat
birokratis, tidak demokratis,
dan cenderung KKN.
5.
Dwifungsi ABRI terlalu
mengakar masuk ke sendisendi kehidupan bebangsa dan
benegara.