PENAMBANG MINYAK BUMI TRADISIONAL (POTRET KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA WONOCOLO, KECAMATAN KEDEWAN, KABUPATEN BOJONEGORO).

(1)

PENAMBANG MINYAK BUMI TRADISIONAL

(Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Wonocolo,

Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

ALFINA LAILA

NIM. B75212058

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

JANUARI

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Alfina laila, 2016, Penambang Minyak Bumi Tradisional (Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan Kabupaten

Bojonegoro), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik UIN

Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Minyak Bumi Tradisional, Sosial, Ekonomi.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah proses penambangan minyak bumi tradisional hingga pendistribusian yang dilakukan, latar belakang masyarakat melakukan penambangan minyak bumi tradisional, , dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi tradisional.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial max Weber.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) proses pengolahan masyarakat menggunakan cara tradisional dan sangat sederhana. Masyarakat menggunakan mengambil minyak dari dalam sumur dengan pipa besi yang ditali dan ditarikdengan mesin diesel, lalu minyak mentah disuling atau direbus menggunakan tungku dari tanah, hasil olahan minyak bumi mentah menjadi solar, bensin, dan minyak tanah. (2) masyarakat tetap melakukan penambangan tradisional karena faktor pendorong dan faktor penarik, faktor penarik adalah faktor ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan, faktor pendorong karena adanya peluang besar adanya sumber daya alam minyak bumi (3) kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi tradisonal, Masyarakat penambang hidup berkelompok dan saling bekerja sama, dengan bekerja sebagai penambang minyak bumi tradisional rata-rata mereka mampu memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Tindakan pertambangan yang dilakukan masyarakat termasuk tindakan sosial karena tindakan mereka berpengaruh terhadap orang lain. Penambangan minyak bumi tardisional termasuk tipe tindakan rasional instrumental dan tipe tindakan tradisonal. Disebut tipe tindakan rasional instrumental karena meereka melakukan dengan pilihan sadar dan mempunyai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan hidup. Tindakan tradisional karena cara masyarakat mengelolah minyak bumi dilakukan secara turun temurun dan cara penambnagan dan pengolahan yang sederhana dan tradisional.


(6)

ABSTRACK

Alfina Laila, 2016, Miners Petroleum Traditional (Images Social Life in the Village Community Economic Wonocolo, District Kedewan Bojonegoro), Thesis Sociology Program Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya

Keywords: Petroleum Traditional, Social Economics.

Issues examined in this study is the traditional petroleum mining process to distribution is done, the community background of traditional petroleum mining, and socio economic life of traditional petroleum mining community.

The method used is descriptive method qualitative data collection techniques of observation, interviews, and documentation. The theory used is the social action theory Max Weber.

From the results of this study found that: (1) the processing of people use the traditional way and very simple. Society uses drawing oil from the wells with a lace-iron pipes and ditarikdengan diesel engines, and crude oil is distilled or boiled use a furnace of earth, the processed crude oil into diesel, gasoline, and kerosene. (2) people still do traditional mining as driving factors and pull factors, attracting factor is the economic factor in fulfilling the needs, the driving factor for their big chance their natural resources petroleum (3) socio-economic life of society miners petroleum Traditionally, Community miners live in groups and cooperate with each other, by working as a miner traditional petroleum on average, they were able to meet their basic needs and other needs. The actions undertaken mining communities including social actions because their actions influence other people. Petroleum mining tardisional including the type of rational action and action type of traditional instrumental. Known instrumental type of rational action because meereka do with conscious choice and has the goal of meeting the needs of life. Traditional action because of the way people manage petroleum carried out for generations and how penambnagan and processing is simple and traditional


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Telaah Pustaka ... 7

G. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 18

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 20

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21

H. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER ... 25

A. Pengertian Tindakan Sosial ... 26

B. Tipe-Tipe Tindakan Sosial ... 29

C. Tindakan Sosial dan Struktur Sosial ... 34

BAB III POTRET KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARKAT PENAMBANG MINYAK BUMI TRADISIONAL ... 40

A. Deskripsi Umum Penelitian ... 40

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

1. Proses Pengolahan dan Pendistribusian Minyak Bumi Tradisional ... 45


(8)

2. Latar Belakang Masyarakat melakukan penambangan Minyak

Bumi Tradisional ... 60

3. Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Penambang Minyak Bumi Tardisional ... 67

C. Kehidupan Masyarakat Penambang Minyak Bumi Tradisional: Tinjauan Tindakan Sosial Max Weber ... 76

BAB V PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Kartu Konsultasi Skripsi

3. Berita Acara Ujian Munaqosah Skripsi 4. Biodata Peneliti

5. Surat ijin Penelitian

6. Surat Pernyataan Penelitian 7. Foto Dokumentasi


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kondisi Penambangan Minyak BumiTradisionla di Wonocolo ... 44

Gambar 2.1 Sumur Minyak Milik Pertamina ... 46

Gambar 3.1 Salah Satu Sumur Minyak Tradisional ... 50

Gambar 3.2 Pekerja yang Bertugas Menarik dan Mengarahkan Timbel Besi ... 55

Gambar 3.4 Tungku Pembakaran Minyak ... 58

Gambar 4.1 Para Penambang yang Beristirahat di Warung dekat Penambangan ... 72


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Daftar Nama Informan ... 18

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Kedewan ... 40

Tabel 2.1 Batas Wilayah Desa Wonocolo ... 41

Table 2.2 Jumlah Penduduk Desat Wonocolo ... 42


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kehidupan manusia yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan tidak berawal di setiap tempat dan waktu yang sama. Hingga sampai saat ini sebagian besar masyarakat disetiap daerah hidup pada batas kehidupan minimal. Hanya minoritas kecil disuatu daerah yang dapat memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. dan saat ini rata-rata masyarakat masih hidup dengan pendapatan yang minimal.1

Seperti halnya di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro ini. Suatu wilayah dimana ada bekas pertambangan Jaman belanda dulu, dan akhirnya dimanfaatkan lagi oleh warga dengan cara yang tradisional. Masyarakat menimba dan mengolah minyak mentah dari dalam perut bumi tanpa bantuan alat berat penambang seperti yang ada di daerah lain yang baru-baru ini ditemukan.

Sumber daya alam merupakan bagian penting yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah Menurut Undang-undang RI No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Menteri ESDM tahun 2008, minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis yang tidak dapat diperbarui,

1

Goldthorpe, J.E. Sosiologi Dunia Ketiga, Kesenjangan dan pembangunan.(Jakarta: Gramedia, 1992), 1


(12)

dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional. Pengelolaannya harus secara maksimal dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Peranan minyak bagi perekonomian Indonesia merupakan faktor yang sangat menentukan, baik sebagai sumber penerimaan negara, sumber cadangan devisa, alat, atau sarana stabilisasi ekonomi. Negara Indonesia memiliki beberapa wilayah penambangan minyak bumi yang dikelola menggunakan cara modern maupun cara tradisional. Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu wilayah penambangan minyak bumi dengan cara tradisional dan dihasilkan dari sumur tua peninggalan Belanda yang dibor sebelum tahun 1970.

Eksplorasi minyak dan gas bumi umumnya dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih. Namun, di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, hingga saat ini sejumlah warga menambangnya secara tradisional. Upaya penambangan minyak dan gas bumi dengan mempergunakan tenaga manusia itu masih dilakukan tanpa alat berat. Memang daerah tersebut terdapat 140 sumur minyak peninggalan Belanda. Tepatnya di kawasan hutan Kawean. Ternyata hingga sekarang, terdapat ratusan sumur diantaranya yang masih dikelola masyarakat sekitar.2 Dengan peralatan yang sederhana, warga mengangkat minyak dari sumur. Biasanya, dibutuhkan tenaga manusia sekitar delapan hingga 15 orang untuk

2 Slamet Agus Sudarmo.”Para Penambang Bojonegoro Suling Sumur Tua.” Antara News,

Januari 26, 2015, diakses pada 18 November 2015, http://antaranews.com/berita/476240/para-penambang-bojonegoro-suling-sumur-tua.html


(13)

menimba minyak. Mereka juga mencampurkannya dengan memakai air. Hasil penjualan tersebut dibagai rata oleh ketua kelompok pada akhir pekan, eksplorasi tersebut dikerjakan lantaran mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Selain itu, bila menggunakan motor penggerak, biaya yang dibutuhkannya tak seimbang dengan hasil yang diperoleh. Kenaikan harga minyak dunia tidak mempengaruhi harga minyak mentah dari masyarakat Wonocolo ini, meski harga bahan bakar minyak terus naik. Namun, para penambang tradisional ini masih hidup pas-pasan. Apalagi, minyak mentah yang mereka hasilkan harganya ditentukan dari pengepul yang kemudian menjualnya ke Pertamina.3

Tambang minyak tersebut sebenarnya telah ada sejak belanda ratusan tahun yang lalu. Telah menjadi cerita turun menurun di masyarakat hingga pada suatu waktu sumur-sumur tersebut dibuka dan sikeruk minyaknya seperti saat ini. Tambang tersebut dimiliki secara pribadi oleh orang-orang Wonocolo, ada pula yang mendapat investasi dari pihak lain bahkan orang luar negeri serta menjadi ladang pekerjaan untuk orang-orang lokal.

Jauh dari dunia modern, berbeda dengan pengelolaan minyak di Desa Gayam yang beberapa tahun ini baru ditemukan disana menggunakan peralatan canggih untuk mengambil minyak dari bumi, dan memiliki banyak investor asing dan menimbulkan perubahan dan perkembangan suatu industry modern. Di Wonocolo ini Pekerja tidak menggunakan alat pengaman selain sepatu boot dan topi ala kadarnya, bahkan ada yang bertelanjang kaki. Tidak

3

Made Pertiwi. “Tambang Minyak Tadisional Wonocolo.” Kompas Travel, Januari 4, 2015,


(14)

ada masker, tidak ada baju panjang atau celana panjang. Penambang minyak itu sama saja dengan petani yang tengah bekerja di sawah.

Desa Wonocolo sebagai salah satu daerah yang kaya minyak bumi, seharusnya memiliki masyarakat yang lebih sejahtera karena perekonomiannya ditopang dari hasil pengolahan minyak bumi, akan tetapi kenyataannya masyarakat tersebut tidak dapat menikmati kekayaan alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dan tidak tersedianya lahan subur yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan tingkat pendidikan serta keterampilan yang rendah membuat mereka tetap pada kondisi ekonomi yang dapat dikatakan di bawah garis kemiskinan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penambangan Mionyak Bumi Tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro? 2. Apa yang melatarbelakangi masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro tetap menambang minyak mentah dengan cara tradisional di jaman modern ini?

3. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi Tradisional di Wonocolo?


(15)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Penambangan Minyak Bumi Tradidional yang dilakukan maysrakat Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro 2. Mengetahui sebab dan latar belakang masyarakat Desa Wonocolo

melakukan penambangan minyak mentah secara tradisional

3. Mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat Wonocolo dengan penambangan minyak mentah secara tradisonal

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat teoritik

a. Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai ilmu sosial khususnya Sosiologi.

b. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik dan lengkap.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pemerintah daerah setempat dapat digunakan untuk pertimbangan dalam mengambil kebijakan.

b. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian tentang masalah yang serupa.

c. Bagi masyarakat diharapkan dengan penelitian dapat menambah wawasan masyarakat luas akan fenomena kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah yang kaya sumber daya alam


(16)

E. Definisi Konseptual

1. Penambang Minyak Bumi Tradisional.

Pertambangan Minyak Bumi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan, dan penjualan bahan galian ( mineral, batubara, panas bumi). Tradisional merupakan sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun menurun. Pertambangan Minyak Bumi Tradisional yaitu pertambangan minyak bumi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara mengolah minyak bumi tanpa bantuan alat teknologi modern dan diolah secara tradisional. dalam penelitian ini penambang minyak bumi tradisional yang dimaksud adalah penambang minyak bumi di Desa Wonocolo, Kedewan , Bojonegoro yang masih menggunakan cara tradisional dalam pengambilan minyak bumi.

2. Kehidupan sosial-ekonomi. Kehidupan merupakan sesuatu yang khas dipunyai oleh organisme hidup dan ditandai oleh aktivitas, proses, atau fungsi khusus.4 Sedangkan Kehidupan Sosial-ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial yang menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. jadi yang dimaksud adalah kehidupan masyarakat wonocolo ketika melakukan interaksi sosial, proses sosial dan berkumpul bersama dalam suatu masyarakat dan bagaimana norma yang mengatur hubungan antara

4


(17)

individu-individu dalam masyarakat Desa Wonocolo ketika melakukan penambangan minyak bumi secara tradisional.

3. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dalam sebuah wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama.menurut Spencer masyarakat adalah suatu organism.5 Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, kabupaten Bojonegoro.

4. Telaah Pustaka

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Rizki Aditia Pranata, mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2009 berjudul “Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Penambang Timah di Desa Mengkubang Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur”. Penelitian tersebut membahas strategi masyarakat miskin dalam mempertahankan kelangsungan hidup sebagai penambang timah untuk dapat memenuhi tiga syarat dasar yang harus dipenuhi manusia agar dapat hidup yaitu syarat alamiah (makan, minum, kesehatan), syarat sosial (status sosial dan hak individu), syarat kejiwaan (aman dan tentram). Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang

5


(18)

dilakukan oleh penambang timah adalah kuatnya faktor keyakinan pekerjaan menambang secara turun-temurun, tidak memiliki keahlian lain selain menambang dan adanya pekerjaan sampingan yang mereka miliki.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Aditia Pranata dengan peneliti adalah meneliti masyarakat di daerah pertambangan dan juga kondisi masyarakat yang menjadikan penambang sebagai pekerjaan yang pokok dan turun temurun, jenis penelitiannya berupa kualitatif. Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rizki aditia penelitian lebih fokus pada kemiskinan masyarakat dan cara-cara masyarakat untuk bertahan hidup, sedangkan penelitian yang dilakukan tidak membahas tentang kemiskinan saja, tapi pada kehidupan sosial ekonomi secara luas yang menunjukan tingakt perekonomi masyarakat yang meningkat, karena dalam masyarakat Wonocolo telah menunjukan kemamuran dalam hidupnya meskipun cara mengolahnya sederhana seperti penambang Timah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Arif Dwiyanto dari Magister teknik pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2007. Dalam tesis yang berjudul Peranan penambangan Minyak Tradisional dalam pembangunan masyarakat Desa di desa Ledok Bojonegoro. Penelitian dilakukan untuk mengetahui peranan penambang minyak bumi tradisional terhadap pembangunan masyarakat desa, hasil penelitian menunjukan bahwa penambangan minyak bumi tradisional telah


(19)

memberikan pengetahuan tentang pola budaya gotongroyong yang ada di masyarakat, adanya penambangan telah meningkatkan pendapatan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan, masyarakat penambang juga berperan dalam pembanguna masyarakat.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan adalah pembahasan tentang suatu masyarakat penambang minyak bumi yang diolah secara tradisional, dan perbedaan terletak pada tema penelitian dan metode penelitian sebelumnya adalah kuantitatif, keadaan wilayah yang juga berbeda di Ledok baru saja ditemukan sumber minyak dan diolah secara tradisional jadi dalam penelitian Arif juga membahas tentang perubahan masyarakat sebelum dan sesudah adanya penambangan minyak bumi tradisional. Sedangkan di Wonocolo telah ada sejak dulu puluhan tahun lalu, penambang penelitian yang dilakukan Arif mengambil tema besar tentang peranan pembangunan masyarakat, sedangakan penelitian yang dilakukan sekarang adalah kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari latar belakang masyarakat, proses penambangan hingga pendistribusian dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi tradisional.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yayang Wira, dari fakultas teknik mineral, teknik Lingkungan, UPN Veteran Yogyakarta 2014. Dalam skripsi yang berjudul Penambangan Minyak Tradisional terhadap kualitas air sungai di Dukuh kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora Jawa Tengah. Penelitian bertujuan mengkaji dan mengetahui


(20)

kualitas air sungai yang tercemar minyak hasil pengolahan, meliputi sifat fisik kimia serta keberadaan vegetasi dan biota air. Metode yang digunakan metode survey lapangan. Hasil penelitian menunjukan aliran sungai tercvemar limbah minyak sehingga tidak dijumpai biota air maupun vegetasi air yang hidup.

Persamaannya penelitian terletak pada adanya pengaruh pertambangan minyak bumi tradsional terhadap lingkungan sekitar. Perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu konteks penelitian yang berbeda peneliti terdahulu meneliti tentang dampak lingkungan alam lebih pada sisi biologi, seperti air dan tanah. Sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini adalah pengaruh pertambangan minyak tardisional terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat.

Dari penelitian terdahulu pertama penelitian dari Rizki aditia fokus pada stategi bertahan hidup masyarakatnya penambang timah dari segi kemiskinan, kedua dari rochmaningrum yang fokus pada pengaruh pertambangan minyak bumi tardisional terhadap pembangunan desa, dan yang ketiga dari Yayang yang meneliti fokus pada dampak pertambangan minyak bumi terhadap keadaan lingkungan alam seperti air dan tanah. Jadi posisi peneliti disini adalah untuk meneliti yang belum pernah di bahas di penelitian terdahulu, yaitu menfokuskan penelitian tentang latar belakang masyarakat melakukan penambangan minyak bumi tradisional, proses penambangan minyak bumi tradisional dan pendistribusiannya, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi tradisional


(21)

Kajian Pustaka

1. Kehidupan sosial ekonomi.

Kondisi sosial ekonomi merupakan posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomi seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan,jenis pekerjaan, pendidikan, dan investasi. Dan status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupinya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sosial memiliki arti segala sesuatu mengenai masyarakat, membicarakan pengaruh sosial adalah membicarakan tentang masyarakat sebagai objeknya, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan pengolongan, pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hubungan dan selalu berubah.6

Jadi jika kita berbicara tentang sosial tidak akan lepas dengan yang namanya masyarakat, masyarakat adalah obyek dari sosial maupun ekonomi. Masyarakat merupakan jalinan hubungan antar individu contoh

6


(22)

hubungan kerja bakti dalam masyarakat merupakan contoh hubungan masyarakat. Dalam suatu masyarakat akan ada system pengelompokan dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Misalkan masyarakat desa akan berbeda kebiasaan denganmasyarakat di kota. Karena dalam masyarakat sendiri hubungan tidak akan selalu sama disetiap anggota masyarakat.

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, pengertian ekonomi dan pengertian sosial sering sekali dibahas terpisah. Pengertian sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan yang ditunjukkkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.7

Dalam pembahasan penelitian ini sosial dan ekonomi akan dibahas secara bersama dan akan saling berkesinambungan. Masyarakat tidak akan lepas dari kegiatan sosial dan ekonomi, karena objek sosial sendiri adalah masyarakat. Dan masyarakat sendiri akan ada dalam kegiatan ekonomi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila dihubungkan antara ilmu sosial dan ekonomi akan ada kesinambungan didalamnya. Orang yang memiliki kesejahteraan dalam hal ekonomi secara tidak langsung masyarakat juga akan memiliki kesejahteraan sosial, begitupun sebaliknya.

7


(23)

Sosial juga dapat diartikan masyarakat yang merupakan suatu pelaku kegiatan ekonomi.

Konsep sosiologi manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan orang disekitarnya sehingga kata sosial sering dikaitkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara secara garis besar ekonomi dapat diartiakan sebagai aturan rumah tangga atau manajement rumah tangga, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi. Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, pendidikan, perumahan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan tersebut berhubungan dengan penghasilan dan pendapatan.8

Jadi menurut penjelasan diatas manusia sering disebut mahkluk sosial karena memang masyarakat yang tidak dapat terlepas dari masyarakat lain. Sehingga sosial akan selalu dihubungkan dengan masyarakat, dan ekonomi yang sebagian besar diartikan sebagai imu yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa hasil dari kegiatan masyarakat.

2. Pertambangan Minyak Bumi Tradisional.

Minyak (petroleum) berasal dari kata Petro yang berarti Rock (Batu) dan Leum yang bererti Oil (minyak). minyak dan gas sebagian besar terdiri dari campuran carbon dan hydrogen sehingga disebut dengan hydrocarbon yang terbentuk melalui siklus alami dan dimulai dengan sedimentasi sisa-sia

8


(24)

tumbuhan dan hewan yang terperangkap selama jutaan tahun yang umumnya terjadi jauh dibawah dasar lautan dan menjadi minyak dan gas akibat pengaruh kombinasi antar tekanan dan temperature berkumpul membentuk reservoir-reservoir minyak dan gas bumi.9

Minyak bumi terbentuk secara alami di dalam perut bumi, yang terbentuk dari tumbuhan dan hewan yang telah berjuta tahun berada dalam tanah yang telah melalui proses alam sehingga akan menghasilkan minyak bumi sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Minyak bumi juga tidak dapat diperbaruhi sehingga minyak bumi terbatas jumlahnya.

Minyak bumi dapat didapatkan dengan proses penambangan, penambangan sendiri berarti kegiatan yang meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan dari benda padat, benda cair, dan gas. Kegiatan ini meliputi pencarian pemanfaatan mineral bagi pembangunan ekonomi. Pertambangan dapat dilakukan diatas permukaan bumi (tambang terbuka), maupun di dalam bumi (tambang dalam) termasuk penggalian, pengerukan, penyedotan, dengan tujuan mengambil benda padat, cair, atau gas yang ada di dalamnya. Hasil kegiatan penambangan biasanya seperti minyak, gas bumi, batu bara, timah, nikel, bauksit, tembaga, emas, perak, dan magma, dan lain-lain.

Pengertian penambangan atau eksploitasi memiliki sedikit perbedaan dengan penjelasan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Menteri ESDM Tahun 2008. Penambangan atau eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang

9

Pertambangan minyak dan Gas Bumi Indonesia. Desember 2012, diakses tanggal 11 Januari 215.http://www.info-pertambangan.blogspot.com/2012/10/pertambangan-minyak-dan-gas-bumi-di.html


(25)

bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi dilapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. Adjat Sudrajat memaparkan jenis pertambangan selain tambang terbuka (open pit)dan tambang dalam (underground mining) ada lagi yang dinamakan dengan pengeboran. Penambangan yang dilakukan dengan cara pengeboran, seperti penambangan minyak bumi, panas bumi, dan penambangan berbagai garam, yodium dan sebagainya. Penggolongan ini memberikan dampak yang berlainan, demikian pula teknologi penambangannya. 10

Penambangan minyak di Desa Wonocolo termasuk jenis tambang dalam, karena hasil tambang berupa minyak diperoleh dari dalam perut bumi dengan cara menimbamenggunakan pipa. Penambangan di Desa Wonocolo dilakukan dengan peralatan sederhana dan menggunakan mesin truk untuk menarik pipa yang telah berisi minyak mentah. Proses penambangan yang dilakukan pada saat ini tidak jauh berbeda dengan penambangan pada zaman dahulu. Sebelum digunakannya mesin truk, penambang menggunakan tali yang langsung ditarik oleh manusia.

10

Lusiana. “Mengenal pertambangan Minyak”. Kompasiana, Juni 24, 2015, diakses tanggal 12 Januari 2015,


(26)

5. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah Upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijadikan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran.11

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Penambang Minyak Tradisional (Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro)”. Peneliti juga bermaksud memahami situasi sosial secara lebih mendalam, menemukan konsep, hipotesis dan teori.12

Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji dari pada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Sehingga dengan Penelitian kualaitatif peneliti mengetahui gambaran secara lengkap mengenai kehidupan sosial di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif yang mengutip Bogdan dan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang

11

Saifudin Azwar, MA, metode Penelitian,(Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset,1998),91-92

12


(27)

diamati. Hal ini berarti penekanannya adalah pada usaha untuk menjawab pertanyaan adalah melalui cara-cara berpikir informan dan argumen. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap.13

2. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Lokasi ini dipilih karena lokasi tersebut sesuai dengan kriteria yang dimaksud di dalam penelitian yang berjudul “Penambang Minyak Bumi Tradisional (Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Kadewa, Kabupaten Bojonegoro)”. Waktu yang digunakan peneliti dalam pengambilan data yang berkaitan dengan penelitian ini berkisar antara bulan November sampai Januari tahun 2015-2016

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian kali ini merupakan warga Desa Wonocolo, Kedewan, Bojonegoro yang merupakan penduduk asli Desa Wonocolo atau yang telah lama tinggal dan bekerja sebagai penambang minyak tradisional.

13


(28)

Sebagaimana daftar tabel di bawah ini:

Table 3.2

Daftar Nama Subyek Penelitian

NO NAMA UMUR PEKERJAAN

1 Jasmin Kepala Desa

2 Gangsar Panrimo 48 Sekertaris desa dan pemilik

sumur

3 Sugiono 37 Sopir penggerak mesin

4 Kuswati 35 Pemilik sumur dan pemilik

warung

5 Sukri 35 Penyuling minyak

6 Agus setiawan 51 Penambang minyak

7 Wiranto 39 Sopir penggerak mesin

8 M. Sugiono 40 Penambang minyak

9 Radiman 41 Penambang minyak

(Sumber : hasil wawancara pada masyarakat Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan kabupaten Bojonegoro)

4. Tahap-tahap Penelitian

Dari uraian langkah-langkah penelitian terdahulu, maka sebetulnya dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut: a. Tahap perencanaan (persiapan)

b. Tahap pelaksanaan penelitian c. Tahap penulisan laporan penelitian 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain:


(29)

Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan mengamati situasi yang terjadi di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro.

Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat maupun tidak terlibat. Ketika melakukan pengamatan, peneliti biasanya memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang mereka miliki.14

Menurut Cholid Narbuko “Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”.15

Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati di tempat penambangan langsung, bagaimana masyarakat melakukan penambangan, peneliti mengamati langsung disekitar penambangan bagaimana mereka mengolahnya secara tradisional hingga pendistribusiannya dan keadaan sosial ekonomi masyarakat penambang.

b. Metode wawancara

Wawancara dilakukan langsung dengan informan, dalam peneltian ini data yang diteliti adalah lisan dan tulisan. Secara lisan peneliti menanyakan pertanyaan kepada narasumber dengan secara mengalir tapi tetap berpedoman pada wawancara, secara garis besar pertanyaan yang diajukan adalah latar belakang masyarakat melakukan penambangan

14

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), 101.

15


(30)

secara tradisional, proses penambangan hingga pendistribusiannya, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dalam proses wawancara peneliti harus dikenal baik oleh informan, dan diuisahakan bisa akrab sehingga dapat memperoleh data yang maksimal. sehingga mereka yang sudah mengenal, tidak curiga ataupun takut terhadap peneliti.16

Jadi ketika wawancara peneliti harus membuat nyaman narasumber, pertama kita harus berkenalan terlebih dahulu, setelah kenal baru kita menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan alat bantu berupa daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan kamera. Daftar pertanyaan yang diajukan berisi pertanyaan seputar tema yang diteliti. Alat rekam suara digunakan untukmerekam ungkapan-ungkapan yang dikemukakan informan. Hasil rekaman kemudian didengar berulang-ulang melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. Kamera digunakan untuk mengambil gambar yang terkait dengan Penambangan Tradisional tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal yang variable yang berupa catatan , transkip, surat kabar, majalah, notulen, rapat dan sebagainya.17

Data dokumentasi didapatkan dari bapak kepala desa dan sekretaris desa, seperti buku milik desa yang memuat profil desa wonocolo, dan

16

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif.(Malang: Umm Press, 2008) , 57

17


(31)

surat kabar ataupun majalah Bojonegoro yang membahas tentang penambangan minyak bumi tradisional Wonocolo.

6. Teknik analisis data

Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data dengan prosedur dan teknis pengolahan sebagai berikut:

a. Melakukan pemilahan dan penyusunan klarifikasi data

b. Melakukan penyuntingan data dan pemberian kode data untuk membangun kinerja analisis data

c. Melakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan pendalaman data

d. Melakukan analisis data sesuai dengan konstruksi pembahasan hasil penelitian.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah menegecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang Penambang Minyak Bumi Tradisional (Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


(32)

Desa Wonocolo, Kedewan, Bojonegoro). Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti, hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas. b. Trianggulasi

Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan cara memanfaatkan hal-hal di luar data atau di luar subyek penelitian yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Jadi merupakan cara mengecek data antara informan satu dengan informan lainyya dengan menggunakan pertanyaan yang sama.

6. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam setiap bab penelitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika pembahasan yang tujuannya mempermudah mengetahui isi dari tiap-tiap bab. Penelitian yang berjudul “Penambang Minyak Bumi Tradisional (Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Kadewa, Kabupaten Bojonegoro)”. Untuk mempermudah dalam mengetahui pembahasan dari setiap bab penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian mengenai sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan


(33)

masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisaan masalah. Definisi konsep harus di gambarkan dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah. Dan teori yang digunakan dalam proposal penelitian ini adalah teori Tindakan Sosial dari Max Weber.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a. Deskripsi umum objek penelitian

Dalam bagian ini objek penelitian harus dipaparkan, peneliti akan memberikan gambaran tentang berbagai hal misal, letak geografis Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, kabupaten Bojonegoro.

b. Deskripsi hasil penelitian

Dalam bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian dan menjawab dari rumusan masalah yang di dasarakan atas hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan lain-lain.


(34)

c. Analisis Data

Dalam bagian ini yaitu tentang pemaparan temuan yang di dapat dan melakukan konfirmasi dengan teori yang telah ada.

BAB IV PENUTUP

Bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dan saran. Selain itu dalam penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti tidak lupa memberikan rekomendasi kepada pembaca laporan ini.


(35)

BAB II

TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER

Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk saling memenuhi kebutuhan satu dengan yang lain dengan hidup bersama yang sesuai dengan masyarakat masing-masing. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan sesamanya. Hal tersebut merupakan suatu kebutuhan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan manusia dibutuhkan proses interaksi dengan manusia lain., dan yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah tindakan sosial.

Alasan menggunakan teori tindakan sosial karena dalam Penambangan Tradisional yang dilakukan di desa Wonocolo termasuk tindakan sosial, dalam suatu kehidupan manusia pasti ada proses interaksi dalam proses interaksi terdapat hubungan-hubungan sosial yang mengandung tindakan sosial. Masyarakat senantiasa melakukan tindakan, sama halnya pada kehidupan masyarakat Penambang Minyak Bumi tradisonal yang dalam proses penambangan dalam sehari-hari secara sadar maupun tak sadar mereka telah melakukan tindakan sosial. Dalam kegiatan penambangan tradisional mereka saling bekerja sama dan akan saling mempengaruhi diantara kegiatan mereka. Kegiatan penambangan yang dilakukan mereka juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik bagi mereka sendiri dan keluarga mereka.


(36)

A. Pengertian Tindakan Sosial

Setiap hari kita melakukan tindakan dengan maksud dan tujuan tertentu, tindakan yang kita lakukan pada umumnya berkaitan dengan orang lain mengingat bahwa manusia adalah mahkluk sosial, yaitu mahkluk yang tidak dapat hidup sendiri dalam kehidupan masyarakat.

Max Weber merupakan ilmuan yang mengemukakan teori tindakan sosial, Weber melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri dari individu-individu dan tindakan-tindakan sosialnya yang berarti. dia mendefinisikan sosiologi sebagai berikut:

Suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretative mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibat-akibatnya. dengan “tindakan” dimaksudkan semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti subyektif kepada tindakan itu…… Tindakan itu disebut sosial karena arti subyektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak, … memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu diarahkan ke tujuannya.1

Jadi yang dimaksudkan Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang dapat mempengaruhi orang lain. Tindakan dan Tindakan sosial memiliki pengertian yang berbeda, Tindakan mencakup semua perilaku yang dilakukan oleh manusia, sedangkan Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang diarahkan kepada orang lain dan memiliki arti baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jika tindakan tersebut tidak diarahkan orang lain dan tidak memiliki arti maka bukan termasuk tindakan sosial tetapi hanya disebut sebuah “tindakan” saja, sehingga tindakan sosial akan memberikan

1

Max Weber, The Theory of social and Economic Organization, edited by Talcot Parsons and translated by A.M.Handerson anda Talcott Parsons (New York: Free Press, 1964),88


(37)

pengaruh bagi orang lain, karena tindakan sosial mengandung tiga konsep yaitu tindakan, tujuan dan pemahaman.

Pemahaman tentang sosiologi dari Weber dan Durkheim berbeda. Weber lebih menekankan pada tindakan-tindakan sosial, bahwa kenyataan sosial dalam kehidupan itu didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial, sedangkan Durkheim hanya mendefinisikan pada fakta sosial. Weber memiliki pendapat yang berbeda dengan Durkheim dalam mendefinisikan sosiologi, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa individu, dan bahwa fakta sosial harus dijelaskan dengan fakta sosial lainnya. Durkheim melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang mengatasi individu, berada pada suatu tingkat yang bebas, sedangkan Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial.2

Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau ditunjukan untuk orang lain yang mungkin terjadi karena pengaruh dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa, atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:

(1)Tindakn manusia, yang menurut si actor mengandung makna yang subyektif. ini meliputi berbagai tindakan nyata. (2)Tindakan nyata dan bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. (3)Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk

2

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 214


(38)

persetujuan secara diam-diam. (4) Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. (5) Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah ke pada orang lain itu.3

Dari pendapat Weber tersebut dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri tindakan sosial yaitu memiliki makna subyektif, tindakan nyata yang bersifat membatin dan bersifat subyektif, tindakan berpengaruh positif, tindakan diarahkan pada orang lain dan tindakan merupakan respon terhadap tindakan orang lain.

Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Maksudnya Tindakan sosial terjadi ketika individu dalam masyarakat melakukan tindakan yang mempunyai makna dalam tindakan mereka , baik bermakna bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam tindakan sosial akan menciptakan hubungan sosial. Hubungan sosial menurut Weber yaitu tindakan dimana beberapa actor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masingindividu berinteraksi dan saling menanggapi.

Weber juga membicarakan bentuk-bentuk empiris tindakan sosial dan antar hubungan sosial tersebut. Weber membedakan dua jenis dasar dari pemahaman ini bisa dibagi sesuai dengan masing-masing pertaliannya, dengan menggunakan tindakan rasional ataupun emosional. Jenis pertama adalah pemahaman langsung yaitu memahami suatu tindakan dengan pengamatan langsung. Kedua, pemahaman bersifat penjelasan. Dalam tindakan ini

3

George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada), 39


(39)

tindakan khusus aktor ditempatkan pada suatu penjelasan dari kenyataan berlangsung dari perilaku.

B. TIPE-TIPE TINDAKAN SOSIAL

Rasional merupakan konsep dasar yang digunakan weber dalam mengelompokan tipe-tipe tindakan sosial. Arti rasional sendiri adalah melalui pemikiran dan pertimbangan secara logis dan sadar. Pembedaan tipe-tipe tindakan sosial andalah antara tindakan rasional dan yang norasional. Tindakan rasional menurut Weber Berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Di dalam kedua kategori utama mengenai tindakan rasional dan non rasional itu, ada dua bagian satu sama lain. Tindakan rasional mencakup tindakan Rasionalitas Instrumental dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai, sedangkan tindakan nonrasional adalah tindakan afektif dan tindakan tradional.

Bagi weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda. Pendekatan obyektif hanya berhubungan dengan gejala yang dapat diamati seperti benda fisik atau perilaku nyata, sedangkan pendekatan subyektif berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang sulit ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikirannya, dan motif-motifnya. Perbedaan juga dapat dilihat dalam hubungannya dengan hal dimana pengalaman subyektif pribadi seseorang dimiliki bersama oleh suatu kelompok sosial, pengalaman


(40)

subyektif dapat dimengerti karena dialami bersama secara meluas, dapat dilihat sebagai obyektif sedangkan pengalaman subyektif yang tidak dapat dikomunikasikan atau dimengerti, tetapi tidak dapat ditangkap sebagai suatu pengalaman pribadi yang benar-benar subyektif, meskipun sangat ril bagi orang yang bersangkutan. 4

Max Weber dalam mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi system dan struktur sosial masyarakat yaitu:

a. Rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Jenis Tindakan sosial Rasional instrumental ini merupakan tindakan yang memiliki rasionalitas paling tinggi, yang meliputi pilihan yang sadar(masuk akal) yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan, lalu individu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan.5

Rasional instrumental merupakan Tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.6

Dalam tindakan ini manusia melakukan suatu tindakan sosial setelah mereka melalui pertimbangan matang mengenai tujuan dan cara

4

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 219

5

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 220

6

GeorgeRitzer dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi(Yogyakarta : Kereasi Wacana, 1995),101


(41)

yang akan ditempuh untuk meraih tujuan itu. maksudnya tindakan atau perilaku yang dilakukan memang jelas untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan sosial itu sudah dipertimbangkan masak-masak tujuan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia dalam melakukan tindakan atau perilaku itu sadar akan apa yang dilakukannya dan sadar akan tujuan tindakannya. Jika dihubungkan dengan penelitian ini jenis tindakan rational instrumental ini merupakan salah satu jenis tindakan sosial yang cocok untuk menganalisis penelitian tentang Kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak tradisional.

b. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Werk Rational)

Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai merupakan tindakan sosial yang hampir sama dengan tindakan rasional instrumental, yaitu tindakan yang dilakukan telah melalui pertimabangan yang matang dan mempunyai tujuan yang jelas, yang membedakannya terletak pada nilai-nilai yang menjadi dasar dalam tindakan ini.

Yaitu alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau merupakan nilai akhir baginya. individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada.7

Tindakan sosial ini memperhitungkan mafaat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan, kriteria baik dan benar

7

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 221


(42)

merupakan menurut penilaian dari masyarakat Bagi tindakan sosial ini yang penting adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai budaya dan agama bisa juga juga nilai-nilai lain yang menjadi keyakinan disetiap individu masyarakat. Setiap individu atau kelompok masyarakat mempunyai keyakinan terhadap nilai-nilai yang berbeda jadi tindakan yang dilakukan oleh setiap individu menurut jenis tindakan ini mempunyai makna yang berbeda-beda. Contoh tindakan yang berorientasi nilai adalah seorang yang kaya akan memberi sodaqoh kepada orang yang miskin dengan tujuan untuk membantu orang miskin tersebut dan mendapatkan pahala dari Allah, karena dalam nilai agama diajarkan agar bersodaqoh terhadap orang yang kurang mampu.

c. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)

Tindakan ini berbeda dengan tindakan rasional instrumental dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai, karena tindakan afektif tidak melalui pertimbangan yang sadar tindakan ini tercipta dengan spontan karena pengaruh emosi dan perasaan seseorang.

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan


(43)

afektif, tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology, atau criteria rasional lainnya.8

Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Tindakan ini dipengaruhi oleh emosi dan perasaan seseorang. Contohnya adanya emosi penambang sehingga terjadi pertengkaran dikarenakan persaingan atau perbedaan pendapat.

d. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional action)

Tindakan sosial ini dilakukan oleh seseorang karena mengikuti tradisi atau kebiasaan yang sudah diajarkan secara turun temurun dan telah baku dan tidak dapat diubah. Jadi tindakan ini tidak melalui perencanaan yang sadar terlebih dahulu, baik dari caranya maupun tujuannya. Karena mereanya mengulangnya dari kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan refleksi emosional dari individu. .9

Apabila dalam kelompok masyarakat ada yang di dominasi oleh orientasi tindakan sosial ini maka kebiasaan dan pemahaman mereka akan di dukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama ada di daerah

8

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 221

9

GeorgeRitzer dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi(Yogyakarta : Kereasi Wacana, 1995),102


(44)

tersebut sebagai kerangka acuannya yang diterima begitu saja tanpa persoalan.10

Sama halnya di penelitian yang telah dilakukan pemahaman dan cara berpikir masyarakat yang masih tradisional yang tercipta dari kebiasaan nenek moyang dan berlanjut secara turun temurun pada setiap lapisan masyarakat sekitar. Dan masyarakat penambang minyak tradisional tetap melakukan dengan cara tradisonal dan tidak ingin mengubah cara mereka dan tidak dipersoalkan meskipun sudah banyak alat-alat yang lebih modern.

C. Tindakan Sosial dan Struktur Sosial

Pembahasan Weber tidak sampai pada tindakan sosial saja, tetapi Weber juga menghubungkan adanya keterkaitan tindakan sosial dan Struktur sosial dalam masyarakat.

Struktur sosial dalam perspektif Weber didefinisikan dalam istilah-istilah yang bersifat probabilistic dan bukan sebagai suatu kenyataan empirik yang ada terlepas dari individu-individu. Suatu kelas ekonomi menunjuk pada suatu kategori orang-orang yang memiliki kesempatan hidup yang sama seperti ditentukan oleh sumber-sumber ekonomi saat dipasarkan.11

Struktur sosial sendiri digambarkan sebagai suatu bangunan sosial yang tersusun atas unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Unsur pembentuk masyarakat adalah manusia atau individu yang menjadi anggota masyarakat. Dalam struktur sosial terdapat Stratifikasi sosial, kelas sosial dan status sosial dalam masyarakat.

10

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 221

11

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 222


(45)

a. Stratifikasi : Ekonomi, Budaya, dan Politik

Weber sependapat dengan Marx pada dasar ekonomi untuk kelas sosial. Marx melihat ekonomi sebagai dasar struktur sosial, dan posisi-posisi orang dalam struktur ini ditentukan terutama oleh apakah dia memiliki alat produksi atau tidak. kalau ini diperluas, pemilikan benda atau kekayaan menjadi dasar utama stratifikasi. Pembagian yang jelas dalam struktur sosial adalah antara yang memiliki dan yang tidak memiliki, meskipun tentunya masih dapat dibagi lagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil dalam pemisahan bagian tersebut12.

Weber tidak menjelaskan stratifikasi menjadi sekadar faktor ekonomi atau kelas, melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang dapat dilihat dari banyak sisi. Jadi masyarakat terstratifikasi menurut basis ekonomi, status, dan kekuasaan. Sehingga masyarakat dapat menempati peringkat yang tinggi di satu atau dua dimensi tingkat kelas tersebut sementara berada pada posisi yang rendah pada dimensi lainnya.

Mulai dari kelas, kelas merupakan lapisan atau strata orang-orang yang berkedudukan sama dalam cangkupan (rangkaian) status sosial. Weber berpegang pada konsep tindakannya dengan menyatakan bahwa kelas bukanlah komunitas, kelas adalah

12

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 223


(46)

sekelompok orang yang situasi bersama mereka dapat menjadi, dan kadang-kadang sering kali melakukan tindakan kelompok. Weber juga mengakui pentingnya startifikasi ekonomi sebagai dasar yang fundamental untuk kelas. Bagi dia , kelas sosial terdiri dari semua mereka yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi.

Weber menyatakan bahwa situasi kelas hadir ketika tiga syarat terpenuhi apabila (1) sejumlah orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang merupakan sumber dalam kesempatan-kesempatan hidup mereka (2) komponen ini secara ekslusif tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa pemilikan benda-benda dan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh pendapatan, dan (3) hal itu terlihat dalam kondisi-kondisi komoditi atau pasar tenaga kerja.13

Konsep kelas ada ketika ada sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama. Jadi kelas bukan suatu komunitas, tetapi hanya sekelompok orang yang mempunyai situai ekonomi yang sama. Sedangkan Status merujuk pada komunitas, kelompok status biasanya berupa komunitas. Situasi status didefinisikan Weber sebagai.

Status dalam masyarakat berhubungan dengan gaya hidup. Status terkait dengan konsumsi barang yang dihasilkan , sementara itu kelas terkait dengan produksi ekonomi. Mereka yang berada di puncak tingkat status teratas akan berbeda dengan yang ada di

13

Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta, 1994), 223


(47)

bawah. Dalam hal ini gaya hidup atau status terkait dengan situasi kelas. Namun kelas dan status tidak selalu terkait satu sama lain.

Kelas dan status dapat dibedakan ketika kita melihat hadirnya suatu kelas dan satus di masyarakat. Kelas dalam masyarakat ada dalam tatanan ekonomi, sedangkan status ada dalam tatanan sosial, dan partai akan hadir dalam tatanan politik. Partai merupakan suatu struktur masyarakat yang selalu ingin meraih suatu kekuasaan dan selalu berusaha dominan dalam masyarakat. Sehingga partai merupakan elemen paling teratur dalam system stratifikasi Weber. Menurut Weber partai begitu luas sehingga tidak hanya dalam klub sosial. 14

Jadi yang membedakan antara kelas dan staus adalah kelas ada dalam tatanan ekonomi seperti penghasilan ekonomi yang diperoleh suatu masyarakat dan yang mentukan kaya atau miskin suatu masyarakat. Sedangkan status tidak hanya menentukan kaya atau miskin saja tetapi juga pertimbangan-pertimbangan yang lain, pada pandangan masyarakat pada sikap dan kebiasaan atau gelar yang telah didapatkan, misalkan pak lurah atau kepala desa salah satu contoh masyarakat yang memiliki status sosial yang tinggi.

Orang digolongkan dalam lapisan-lapisan berdasarkan kehormatan atau prestise, seperti yang dinyatakan dalam gaya hidup

14


(48)

bersama. Hasilnya adalah pengaturan dalam kelompok-kelompok status.

Struktur prestise juga mempengaruhi strata dalam masyarakat yang tidak semata-mata pada posisi kelas ekonomi. Kelas ekonomi dan kelompok status dapat dibedakan dari orang yang memiliki kekayaan baru dan orang yang telah memiliki kekayaan lama, dan kedua hal tersebut tidak dapat dikelompokan menjadi satu.

Dasar lain untuk stratifikasi sosial adalah kekuasaan politik. Menurut weber kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak seseorang meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Orang mungkin berjuang untuk memperoleh kekuasaanya saja, atau kekuasaan sebagai alat untuk meningkatkan posisi ekonomi atau statusnya.

Wilayah sosiologi politik juga termasuk di dalam kajian Weber mengenai kelas status, dan partai. Kelas secara obyektif didefinisikan oleh Weber dalam pengertian ekonomi yang berisi pluralitas kepemilikan rakyat atas suatu komponen dari rangkaian kehidupan, berisi keberuntungan-keberuntungan untuk memeperoleh barang-barang dan pendapatan yang tercermin dalam bentuk ketersediaan barang-barang kebutuhan dan pasar tenaga kerja(kesempatan bekerja), ragam bentuk-bentuk dari organisasi kelas, kesadaran kelas, dan aksi kelas sebagai perjuangan kelas merupakan hal yang mungkin sebagai komponen ekonomi dalam rangkaian kehidupan masyarakat.15

Kekusasaan politik juga mempengaruhi stratifikasi dalam masyarakat. Orang yang berkuasa memiliki lapisan sosial tingkat atas. Kelas dalam penegrtian Weber berisis kelompok-kelompok

15

Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik dari comte hingga Parson (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 281


(49)

masyarakat yang berbeda-beda berada dalam satu sisi pandang ekonomi. Misalnya seseorang memiliki tingkat kelas atas mereka memiliki kesempatan untuk memiliki dan memperoleh barang-barang kebutuhan dan kesempatan untuk bekerja secara luas dalam kehidupan bermasyarakat. Penghargaan status sosial diungkapan dalam bentuk gaya hidup yang diharapkan dan pengakuan dari masyarakat yang bersangkutan, Seperti halnya pembagian kedudukan seseorang dalam lingkungan sosial.


(50)

40

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Subjek Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Kedewan

Kecamatan Kedewan termasuk wilayah geografis Kabupaten Bojonegoro yang terdiri dari 5 desa dan terletak di sebelah barat pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. Desa tersebut adalah Kawengan, Wonocolo, Hargomulyo, Kedewan, Beji. Luas wilayah 56,51 Km2 terdiri dari dataran tinggi di sepanjang Bengawan Solo, yang dihuni oleh 3.316 kepala keluarga dan berpenduduk 12.619 jiwa. Kepadatan penduduk pada akhir tahun 2009 sebanyak 223 jiwa per Km2 terdiri dari:

Table 1.1

Jumlah penduduk kecamatan kedewan

Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 6.247

Perempuan 6372

Sumber : BPS kecamatan Kedewan, Tahun 2014

Adapun batas-batas administrasi Kecamatan Kedewan adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Senori Kabupaten Tuban Sebelah Timur : Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro Sebelah Selatan : Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro Sebelah Barat : Kecamatan Cepu Kabupaten Blora


(51)

41

2. Deskripsi Wilayah Desa Wonocolo a. Letak Geografis

Ditinjau dari letak geografis, Desa Wonocolo merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kedewan. Desa Wonocolo terletak di dataran tinggi atau pegunungan yang memiliki luas 140.002 Ha atau 11,37 Km², yang berjarak 5,5 Km dari Ibukota kecamatan yaitu Kedewan dan 58 Km dari ibu kota kabupaten/kota Bojonegoro, Serta memiliki tanah sawah tadah hujan seluas 5 Ha dan tanah kering seluas 1133 Ha.

Adapun batas-batas desa Wonocolo sebagai berikut:

Tabel 2.1

Batas Wilayah Desa Wonocolo

S

Sumber : Daftar Isian tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan WonocoloTahun 2015

Tanah sawah yang tidak luas mengakibatkan masyarakat tidak memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi penambang minyak bumi. Sawah sebagai penghasil bahan makanan pokok berupa beras seharusnya mampu menopang perekonomian masyarakat, namun struktur tanah di Desa Wonocolo adalah tandus dan berkapur sehingga hanya cocok ditanami oleh pohon-pohon besar dan berkayu. Letak pemukiman yang dikelilingi oleh hutan pohon jati banyak membatu

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Kaligede Senori-Tuban

Sebelah Selatan Sekaran Kasiman

Sebelah Timur Kawengan Kedewan


(52)

42

kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang dijual sebagai bungkus ketika berbelanja, akar-akar pohon yang sudah mati (rencek) dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak minyak mentah. b. Keadaan Demografi

Berdasarkan Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2014 jumlah penduduk desa Wonocolo terdiri dari 516 KK dengan jumlah total 1943, dengan rincian 971 laki-laki dan 972 perempuan.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Desa wonocolo

No. Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 971

2. Perempuan 972

Jumlah 1943

Sumber: Daftar Isian Tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Wonocolo Tahun 2015

c. Prasarana Umum Desa

Jalan lingkungan yang menghubungkan antar dukuh di Desa Wonocolo sebagian sudah diaspal dan sebagian masih berupa jalan tanah. Fasilitas pendidikan yang ada terdiri dari sebuah playgroup dengan jumlah siswa 34 dan tujuh orang guru, TK yang menampung 60 anak yang dibimbing oleh tiga orang guru. Sebuah SD dengan jumlah siswanya mencapai 186 yang dibimbing oleh 13 orang guru.


(53)

43

Tabel 3.1

Lembaga Pendidikan Desa Wonocolo

Lembaga Pendidikan Jumlah Guru Siswa

Playgroup 1 7 34

TK 1 3 60

SDN 2 13 186

Sumber : Daftar Isian Tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Wonocolo Tahun 2015

Untuk melanjutkan sekolah setingkat SMP, anak-anak desa Wonocolo harus keluar dari Desa Wonocolo. SMP-nya berada di Kedewan atau di Kasiman, Untuk tingkat SMA biasanya anak-anak Desa Wonocolo melanjutkan SMA-nya di Kota Cepu atau Kota Bojonegoro, karena di kecamatan Kedewan tidak tersedia. Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Wonocolo adalah sebuah Puskesmas. Pembantu dan sebuah Balai Pengobatan. Sedangkan Posyandu yang ada sebanyak 2 buah. Tenaga bidan desa yang tersedia 1 orang. Sedangkan fasilitas olah raga berupa lapangan sepak bola.1

1

Daftar Isian Tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Wonocolo Tahun 2014


(54)

44

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Suatu pemandangan yang jarang ditemukan di Bojonegoro, suasana berbeda ada di Desa Wonocolo yang terletak di ujung Kota Bojonegoro sebelah utara. ketika memasuki desa Wonocolo suasana penambangan minyak bumi tradisional akan dirasakan setiap mata yang memandang, mungkin sebagian orang saja yang mengetahui bahwa Bojonegoro mempunyai tempat penambangan minyak bumi yang benar-benar masih tradisional, setelah memasuki kawasan hutan akan ada tempat dimana terdapat sumur-sumur minyak yang terlihat, setiap sumur minyak dikelilingi dengan kayu yang disusun berdiri sebagai penyangga alat timba minyak bumi tradisional.

Gambar 1.1

Kondisi Penambangan Minyak Bumi Tradisonal di Wonocolo


(55)

45

Harum khas minyak bumi juga akan tercium menyengat hidung orang yang berkunjung, bau minyak yang menyengat mungkin telah biasa dan tidak dirasakana lagi oleh para pekerja dan masyarakat sekitar, bukan hanya ada beberapa orang saja disana, tetapi puluhan kelompok manusia yang berjuang mengambil minyak bumi tradisonal, dan setiap kelompok rata-rata memiliki 10 orang anggota. Salah jika akan melihat pekerja dengan alat pengaman penambangan lengkap, para pekerja berpakain ala kadarnya seperti orang bekerja di sawah dan yang membedakannya adalah bukan tanah yang mengotori baju mereka tetapi lumpur yang tecampur minyak mentah. suara alat-alat penambang juga akan membuat bising telinga.

1. Proses Pengolahan dan Pendistribusian Minyak Bumi Tradisional a. Kepemilikan dan Proses Pembukaan Sumur

Di Wonocolo Proses pencarian sumur tua dari perut bumi dilakukan dengan dua cara secara modern dan secara tradisional, secara modern pencarian sumur tua dilakukan oleh PT. Pertamina dan oleh penambang tradisional yang sebagian besar berasal dari daerah setempat. Sumur minyak pertamina memiliki alat-alat penambangan yang lebih modern dari sumur-sumur milik warga setempat. Hal tersebut jelas terlihat dari alat-alat yang dibutuhkan, dan sumur milik pertamina tidak membutuhkan tenaga kerja lagi untuk menimba minyak dari dalam sumur minyak bumi.


(56)

46

Gambar 2.1

Sumur Minyak Bumi milik Pertamina

Sumber : Dokumentasi Penelitian 10 Desember 2015

Sumur minyak yang telah dikelola oleh pertamina menggunakan alat yang modern sehingga tidak membutuhkan tenaga manusia, sumur minyak tersebut memompa minyak secara otomatis dan disalurkan ke pipa-pipa minyak menuju penampungan minyak secara otomatis pula, sumur milik pertamina tidak membutuhkan tenaga manusia lagi, sehingga sumur tersebut akan di ambil minyaknya seminggu sekali oleh pihak pertamina tanpa perlu di jaga ataupun diawasi oleh pihak pertamina. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak gangsar panrimo sebagai berikut:

Ada dua yang mengelola di Wonocolo ini, ada dari pertamina dan masyarakat setempat. beda mbak cara mendeteksi adanya minyak di peninggalan belanda ini, kalu Pertamina ada ahli geologi hanya


(57)

47

dengan melihat keadaan beberapa meter saja sudah tahu apa di dalamnya ada minyak apa nggak, tapi kalau tradisional masyarakat hanya mengira-ngira adanya minyak, boiasanya masyarakat hanya mengira-ngira lalu menggali titik sumur tidak jauh dari sumur-sumur yang sudah ada, dan memiliki produksi yang banyak. dan tidak semua penggalian sumur tradisonal itu berhasil yang gagal juga ada2

Selain mesin-mesin pengeboran minyak yang dimiliki oleh pertamina didaerah perbukitan ini juga banyak ditemukan sumur-sumur tradisional yang digarap oleh penduduk sekitar cara pencarian sumur tua antara penambang tradisional dan PT. Pertamina dibedakan dengan peralatan-peralatan yang digunakan, dari PT. Pertamina proses pencarian sumur tua dari perut bumi dilakukan oleh ahli geologis secara modern yang digunakan oleh geologis dalam pencarian minyak bumi, mencari sifat-sifat fisik dari lapisan tanah berbagai metode digunakan dalam tahap ini, cara ini diambil dari titik adanya sumur tua hanya dengan menggali tanah kedalam beberapa meter.

Sedangkan para penambang tradisional hanya mengira-ngira tempat sekitar tempat penambangan yang telah ada, biasanya para penambang tradisional menggali atau mengebor minyak baru tidak jauh dari sumber minyak yang lama. dan pengeboran minyak bumi dengan cara tradisional tidak membuahkan hasil yang positif, karena ada juga biasanya yang telah menggali atau mengebor tapi akhirnya tidak menemukan minyak bumi disana. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak Sukri sebagai berikut:

2


(58)

48

Ngebor iku durung tentu enek minyak e yo enek seng mari ngebor gak enek minyak e. tapi nek mari ngebor trus metu minyak e kelompok seng duwe sumur lagek urunan tuku alat-alat koyo kayu gae nyonggo, katrol, timbel, tali,diesel, nggawe tungku, ambek kayu gawe mabakar minyak mentah. Mari ngono golek pegawe koyo supir ambek penambang. 3

Setelah mereka berhasil melakukan pengeboran minyak bumi dan mengeluarkan minyak , parapemiliki sumur membeli alat-alat pengeboran dan mencari pekerja sebagai sopir, penambang, maupun penyuling minyak

Karena kebanyak pemilikian sumur dimiliki secara berkelompok, maka Pembuatan sumur tradisional berawal dari kesepakatn sekelompok orang untuk membuat sumur, setelah mereka sepakat maka mereka sekelompok mencari tempat untuk melakukan pengeboran. Sebagaimana hasil wawancara yang diungkapkan oleh Gangsar parnimo sebagai berikut:

Gawe sumur iku persetujuan kelompok mbak, dadi sak durunge gawe sumur iku golek kelompok seng gelem urunan kanggo gawe sumur. nek wes duwe kelompok. langsung golek panggon seng ape

dibor mbak.4

(Membuat sumur itu persetujuan kelompok mbak, jadi sebelum membuat sumur itu mencari kelompok yang mau bekerjasama untuk membuat sumur, setelah membuat kelompok dan sepakat mereka langsung cari tempat melakukan pengeboran)

Berdasarkan hasil pengamatan rat-rata kelompok penambang meiliki jumlah kelompok 15-20 orang. Setiap kelompok memiliki bos yang biasanaya merupakan pemilik dan penyedia sarana prasarana yang digunakan untuk proses penambangan. Kebanyakan pemilik sumur jarang datang ke tempat penambagan mereka hanya datang

3

Hasil wawancara Sukri, Sabtu 19 Desember 2015 pukul 11.00 4


(59)

49

beberapa seminggu saja sekedar untuk mengawasi pekerja. Kemudian terdapat seorang mandor, kedudukannya berada dibawah bos/pemilik, mandor merupakan salah seorang yang dipercaya mengkoordinir semua kegiatan penambangan. Disamping membantu pekerjaan tambang. Terkadang seorang mandor juga mengurusi administrative kelompoknya. Namun kebanyakan kelompok yang menjadi mandor adalah bos/pemilik sumur sendiri. Selain bos dan mandor terdapat anggota lainnya yaitu sopir(diesel), penambang, dan penyuling minyak. penyuling minyak ada seseorang bertugas sebagai pemasak minyak menjadi minyak siap dipasrkan seperti bensin, solar dan minyak tanah. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak sukri sebagai berikut:

Seng duwe jarang rene. seng sugeh yo mampu tuku dewe . seng sak sumur wong akeh sampe 40.an yo enek. tergantung mampu e urun iku piro. kebanyakan seng duwe yo sak kecamatan iki. akeh pribumi.

(Yang punya jarang kesini, yang kaya ya akan mampu mengolah sumur secara pribadi, yang satu sumur mionyak dimiliki banyak orang ya ada hingga 40.an orang, tergantung kemampuan masing individu dalam kelompok, kebanyak sumur miyak di Wonocolo dimiliki orang pribumi)

b. Proses Penambangan Minyak Bumi

Ketika kita akan ke daerah Wonocolo dari arah Selatan yaitu dari Desa Malo, kita akan menemukan perbukitan hutan-hutan jati, kondisi jalan yang sebagian baik dan rusak menjadi sedikit kendala. Jalanan sepi dan kondisi naik dan turun pun akan kita temui, memasuki Daerah Kedewan ini terlebih dahulu kita akan melihat mesin-mesin


(60)

50

milik Pertamina yang beroperasi di sepanjang jalan menuju Wonocolo, secara otomatis mesin akan mengambil minyak dari sumur dan disalurkan melaui pipa-pipa ke penampungan minyak milik Pertamina. Namun setelah kita memasuki Wonocolo dan terus ke Utara kita akan menemukan pemandangan daerah penambangan minyak bumi tradisional. Terik matahari tak menyurutkan semangat para pekerja, diantara pepohonan hutan jati terdengar suara deru mesin diesel yang dimodifikasi sebagai katrol yang digunukan menarik dan menurunkan pipa besi untuk menimba minyak mentah (Crude oil) dari dalam perut bumi, rata-rata dengan kedalaman hingga 300 meter lebih. Pipa besi itu naik turun tanpa henti seolah menguras cairan yang ada di dasar sumur tua peninggalan Belanda.

Gambar 3.1

Salah Satu Sumur Minyak Tradisional


(61)

51

Salah satu kelompok penambang di tepi jalan raya, ada sekitar 4 orang yang bekerja yang mempunyai bagian masing-masing. tampak seorang laki-laki yang duduk sambil menunggui mesin diesel yang berbunyi bising, mesin diesel yang dijalankan berfungsi menarik tali yang terhubung dengan pipa panjang sebagai timba yang mengambil cairan minyak bumi dari sumur. bapak tersebut bernama Wiranto yang bekerja sebagai penarik tali dengan mesin diesel.

Kelompok bapak Wiranto ini dimiliki oleh kelompok yang beranggotakan 9 orang semuanya orang Wonocolo, kelompok ini memiliki 15 orang pekerja dan juga orang wonocolo semua. pemilik sumur hanya seminggu sekali mengunjungi sumur mereka, dan tidak semua pemilik ikut, hanya satu atau dua dari ke 9 orang yang datang untuk menjual minyak, dan menggaji para pekerja. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak Wiranto sebagai berikut:

Kelompok ku iki seng nduwe wong 9, terus seng kerjo nek kelompok iki wong 15. seng nduwe yo gak mau tahu pokok e tiap minggu kudu nyetor. seng nduwe sumur iki rene tiap dino rabu,

perwakilan renene. 5

(kelompok saya yang punya sumur ada 9 orang, yang bekerja di kelompok saya 15 orang. Yang punya gak mau tahu yang penting tiap minggu nyetor hasil penambangan. Yang punya sumur kesini tiap hari rabu, perkawilan tidak semuanya ikut)

5


(1)

86

B. Saran

1. Diadakan sosialisai untuk menabung agar masyarakat tidak menyalahgunakan hasil dari penambangan minyak bumi dengan kegiatan negative, agar masyarakat mampu memanfatkan hasil keuangan minyak bumi dengan baik. 2. Bagi pertamina sebaiknya mengadakan pelatihan pengolahan minyak

bumi, agar hasil olahan minyak tradional masyarakat benar-benar mendapatkan hasil minyak yang berkualitas.

3. Adanya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah yang sebaiknya sebaiknya memperbaiki jalan raya di sepanjang desa supaya transportasi masyarakat semakin lancar dan desa tidak semakin terisolasi. Dan ada Penyadaran masyarakat bahwa pembangunan menjadi tanggung jawab bersama


(2)

84

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak di Desa Wonocolo maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pengolahan minyak dimulai dari pengambilan minyak dari dalam sumur minyak. minyak diambil menggunakan Timbel atau pipa besi, setelah pipa besi terisi penuh oleh minyak. Timbel/Pipa besi ditarik keatas dengan menggunakan mesin diesel sebagai penarik tali setelah itu penambang menarik Timbel/Pipa besi kearah penampungan.setelah ditampung. Ada yang dijual langsung, ada yang melalui proses penyulingan minyak terlebih dahulu, yaitu dengan cara merebus minyak dan mengolahnya hingga menjadi bensin solar dan minyak Tanah. Hasil penjualan akan meningkat setelah minyak mentah diolah menjadi minyak siap pakai seperti bensin solar dan Minyak tanah. Sebagian penambang menjual hasil tambang mereka ke Pertamina dan Masyarakat biasa. Dengan harga rata-rata 600 ribu/ Drum (Per Drum berisi 250 liter)

2. Latar belakang masyarakat melakukan penambangan karena faktor ekonomi, karena penambangan minyak bumi merupakan peluang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, tidak ada sumber pendapatan lain. Dan alasan masyarakat tidak mengolah secara modern


(3)

85

dan tetap mempertahankan pengolahan secara tradisional adalah alasan biaya alat-alat modern/berat mahal dan tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan. Karena biasanya hasil sumur minyak tradisonal yang dikelola warga kandungan minyaknya tidak terlalu banyak. Berbeda dengan pertamina, pertamina juga tidak mau mengelola sumur minyak yang mempunyai kandungan minyak sedikit, karena jika hasilnya sedikit tidak mengimbangi dengan biaya operasionalnya.

3. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat penambang minyak bumi tradisional

Kehidupan sosial para penambang minyak bumi dalam masyarakat yaitu penambang hidup secara berkelompok untuk mempertahankan hidupnya. Kelompok tersebut terdiri dari para penambang dari Desa Wonocolo beserta penambang dari desa lain saling bertukar infornasi, dengan demikian akan mempermudah warga untuk memperoleh pekerjaan. Jadi mereka mempunyai solidaritas yang tinggi antar kelompok dalam menjalankan pekerjaan penambangan minyak bumi tradisional. Kehidupan ekonomi masyarakat penambang minyak juga rata-rata menengah ke atas, adanya penambangan minyak bumi tradisional membuat masyarakat mengalami peningkatan ekonomi dan mengurangi pengangguran pada masyarakat sekitar lingkungan penambangan minyak bumi tradisional. Dengan penghasilan untuk penambang rata-rata 300ribu/drum(dibagi jumlah penambang, penyuling 60rb/drum, sopir diesel bisa mencapai 200ribu/hari.


(4)

86

B. Saran

1. Diadakan sosialisai untuk menabung agar masyarakat tidak menyalahgunakan hasil dari penambangan minyak bumi dengan kegiatan negative, agar masyarakat mampu memanfatkan hasil keuangan minyak bumi dengan baik. 2. Bagi pertamina sebaiknya mengadakan pelatihan pengolahan minyak

bumi, agar hasil olahan minyak tradional masyarakat benar-benar mendapatkan hasil minyak yang berkualitas.

3. Adanya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah yang sebaiknya sebaiknya memperbaiki jalan raya di sepanjang desa supaya transportasi masyarakat semakin lancar dan desa tidak semakin terisolasi. Dan ada Penyadaran masyarakat bahwa pembangunan menjadi tanggung jawab bersama


(5)

87

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset,1998. Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik dari comte hingga Parson. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an . Surabaya, KaryaAgung, 2006.

Goldthorpe. Sosiologi Dunia Ketiga Kesenjangan dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia, 1992.

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Umm Press, 2008. Ibrahim, Jabal. Sosiologi Pedesaan. Malang: RinekaCipta, 2003.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009 Jochnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia Pustaka:

Jakarta, 1994.

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Rajawali Press, 2011 Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara,

2009.

Poerwodarminto. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka, 2000.

Pertiwi, Made. . “Tambang Minyak Tadisional Wonocolo.” Kompas Travel, Januari 4, 2015, diakses pada 19 November 2015, http://travel.kompas/read/2015/01/04/170300427.html

Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : Rajawali Press, 1992.

Sugiono . Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2011.


(6)

88

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refiks Aditama, 2010.

Sudarmo, Slamet Agus.”Para Penambang Bojonegoro Suling Sumur Tua.” Antara News, Januari 26, 2015, diakses pada 18 November 2015, http://antaranews.com/berita/476240/para-penambang-bojonegoro-suling-sumur-tua.html

Pertambangan minyak dan Gas Bumi Indonesia. Desember 2012, diakses tanggal 11 Januari 215.

http://www.info- pertambangan.blogspot.com/2012/10/pertambangan-minyak-dan-gas-bumi-di.html

Lusiana. “Mengenal pertambangan Minyak”. Kompasiana, Juni 24, 2015, diakses tanggal 12 Januari 2015, http://kompasiana.com/burselfwoman/mengenal-pertambangan-minyak_552925a3f17e616d418b45ac.html

Weber, Max. The Theory of social and Economic Organization, edited by Talcot Parsons and translated by A.M.Handerson anda Talcott Parsons. New York: Free Press, 1964.

Daftar Isian Tingkat Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Wonocolo Kedewan Tahun 2014


Dokumen yang terkait

Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

7 122 122

Tinjauan Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

2 37 111

POTRET POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo,Kabupaten Lumajang)

1 14 3

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Pengaruhpenambangan Batu Andesit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Penambang Di Desa Malangnengah Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta.

0 9 40

Studi komparatif tingkat konsumsi, jumlah tabungan dan tingkat penghasilan penambang minyak tradisional di Desa Wonocolo dan Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Bojoneogoro, Jawa Timur.

0 0 140

PERAN KIAI KAMPUNG DALAM MEMBANGUN KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO.

0 1 93

PERUBAHAN SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT SAMIN : STUDI KASUS DUSUN JEPANG DESA MARGOMULYO KECAMATAN MARGOMULYO KABUPATEN BOJONEGORO.

0 0 94

STUDI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA TONDO KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

1 1 12

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PERUBAHAN TATA KELOLA SUMUR TUA DAN STRATEGI ADAPTASI PENAMBANG TRADISIONAL DI DESA WONOCOLO, KECAMATAN KEDEWAN, KABUPATEN BOJONEGORO

1 1 16