Relativitas waktu dalam kisah tidurnya Ashab al Kahfi: tafsir sainstifiq surat al Kahfi ayat 9-26.
RELATIVITAS WAKTU DALAM KISAH TIDURNYA
AS}HA>B
AL-KAHFI
(Tafsir Sainstifiq Atas Surat Al-Kahfi Ayat 9-26)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh:
WINDI WAHYUNING TIYAS NIM: E03213091
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Windi Wahyuning Tiyas, Relativitas Waktu dalam Kisah Tidurnya As}ha>b Al-Kahfi (Tafsir Sainstifiq Atas Surat Al-Al-Kahfi Ayat 9-26)
Fokus masalah yang akan diteliti adalah tentang teori relativitas waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sosok pemuda As}ha>b al-Kahfi yang ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun di dalam gua. Dengan waktu yang cukup lama, tapi tubuh mereka tidak rusak oleh alam. Bahkan fisik mereka masih tetap seperti sebelum mereka ditidurkan oleh Allah. Secara akal, hal ini adalah sesuatu yang musykil bisa terjadi kepada seorang manusia. Karena dilihat dari realitanya, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup selama 3 abad lamanya, apalagi berada di dalam sebuah gua, serta tidak ada asupan makanan. Namun di dalam Alquran dijelaskan bahwa para pemuda As}ha>b al-Kahfi dibangunkan oleh Allah dari tidur panjangnya selama 309 tahun tanpa perubahan fisik apapun, bahkan dari mereka ada yang mengira bahwa mereka hanya tidur selama satu hari saja. Hal ini bisa diteliti dengan menggunakan sains.
Adapun sains yang bisa menjelaskan kisah As}ha>b al-Kahfi adalah relativitas
waktu. Inilah yang akan diteliti dalam skripsi ini. Bagaimana teori relativitas waktu bisa menjelaskan adanya kisah As}ha>b al-Kahfi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, melalui kajian literatur-literatur yang terkait dengan topik teori relativitas waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi (library research). Data yang dihimpun melalui kajian literature tersebut kemudian dianalisis berdasarkan prosedur dalam metode
tahlili dengan merujuk pada karya-karya tafsir Alquran yang terkait dengan topik. Dari penellitian ini ditemukan jawaban bahwa teori relativitas waktu dapat membuktikan adanya kisah As}ha>b al-Kahfi. Pemuda As}ha>b al-Kahfi tidak rusak tubuhnya ketika di dalam gua karena dipengaruhi oleh dua vaiabel. Dua variabel itu adalah kecepatan cahaya dan grafitasi. Seseorang yang bergerak mendekati
kecepatan cahaya akan mengalami diletasi waktu, maksudnya akan mengalami
kelengkungan ruang-waktu, waktu tidak berjalan secara normal atau lebih lambat.
Adapun besar dari kecepatan cahaya adalah 3X108m/s. Ketika seseorang dengan
kecepatan cahaya, waktu ratusan tahun yang seharusnya ditempuh oleh manusia biasa, karena kecepatan cahaya bisa hanya ditempuh dalam satu hari saja. Seperti
halnya peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
(7)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Kegunaan Penelitian... 9
F. Telaah Pustaka ... 9
G. Metode Penelitian... 12
H. Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II : RELATIVITAS WAKTU A. Sains ... 17
B. Relativitas Waktu Menurut Sains ... 19
1. Relativitas Khusus ... 19
2. Relativitas Umum ... 23
C. Relativitas Waktu Menurut Alquran ... 25
(8)
a. Ajal ... 25
b. Dahr ... 26
c. Waqt ... 28
d. ‘Ashr ... 29
2. Relativitas Waktu dalam Alquran ... 30
a. Relativitas Waktu Manusia di Dunia ... 30
b. Relativitas Waktu Manusia di Akhirat ... 32
c. Relativitas Waktu Malaikat ... 34
d. Relativitas Waktu bagi Allah ... 35
BAB III : PENAFSIRAN KISAH ASHA>B AL-KAHFI DALAM SURAT AL-KAHFI AYAT 9-26 A. Ayat dan Terjemah ... 38
B. Penjelasan Surat al-Kahfi ... 41
C. Asbab al-Nuzul Ayat ... 42
D. Munasabah ... 44
E. Kisah Ash}a>b al-Kahfi dalam Surat al-Kahfi Ayat 9-26 Menurut Para Mufassir ... 44
BAB IV : RASIONALISASI TIDURNYA PEMUDA ASHA>B AL-KAHFI MENURUT TEORI RELATIVITAS WAKTU A. Analisis Relativitas Waktu dalam Kisah Ash}a>b al-Kahfi ... 61
1. Kelengkungan Ruang-Waktu dalam Gua Ash}a>b al-Kahfi 66 B. Peristiwa Ash}a>b al-Kahfi Adalah Kekuasaan Allah ... 71
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan
...
75B. Saran
...
75 DAFTAR PUSTAKA(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran merupakan kitab akidah dan jalan hidup untuk mewujudkan dan menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk
keimanan kepada Allah, hari kiamat, dan rukun iman.1
Dalam Alquran ada beberapa isyarat ilmiah terkait berbagai bidang Ilmu
Pengetahuan Alam. Salah satunya terkait dengan kisah As}ha>b Al-Kahfi yang
diceritakan Alquran. Kisah tentang tujuh pemuda beriman dengan seekor anjing yang tertidur di dalam sebuah gua untuk berlindung dari pemerintahan yang
zhalim. Setelah bangun, mereka hanya merasa tidur sehari atau setengah hari saja. Padahal, waktu di luar telah berlalu 309 tahun dan tidak ada perubahan apapun pada fisik mereka.2 Alquran mengisahkan cerita ini dalam surat al-Kahfi ayat 9-26.
As}ha>b Al-Kahfi adalah pemegang teguh ajaran tauhid, dan beriman hanya
kepada Allah sebagai yang pantas untuk disembah serta mengagungkan Allah seabagai penguasa langit dan bumi. Berbeda dengan masyarakat dimana mereka
itu hidup yang menganut paham politheisme (musyrik), maka para pemuda As}ha>b
Al-Kahfi itu adalah penganut tauhid. Akibat keimanan yang berbeda dengan
masyarakat inilah, maka keselamatan jiwanya terancam. Oleh karena itu Allah
1
Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, Vol. 1, terj. Syarif Hade Masyah (t.k: Sapta Sentosa, t.t), 153.
2
Yanuar Arifin, Misteri As}ha>b al-Kahfi: Menguak Kebenaran 7 Sosok Pemuda yang Tertidur Selama 309 Tahun (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 124.
(10)
2
memerintahkan mereka untuk berlindung dengan cara memasuki gua yang
ditunjuk oleh Allah.3
Isyarat ilmiah yang terkait dengan kisah As}ha>b al-Kahfi adalah untuk menunjukkan mukjizat dan kemajuan ilmiah dalam Alquran pada masa ilmu pengetahuan ini. Pada masa ini, fakta ilmu pengetahuan dan hukum alam yang berhasil diungkap memberi penjelasan banyak sekali isyarat Alquran berkaitan dengan alam. Adapun isyarat ilmiah yang bisa digali dari kisah As}ha>b al-Kahfi
yaitu isyarat medis, yang terkait dengan ayat Alquran yang bisa dibuktikan
dengan sains dan isyarat astronomis, yaitu yang terkait dengan tahun syamsiyah
dan tahun qamariyah. Lama waktu tidur mereka di gua adalah 300 tahun masehi yang setara dengan 309 Hijriah, karena selisih antara tahun Masehi dan Hijriah adalah 11 hari.4
Terkait dengan kisah As}ha>b al-Kahfi, para mufassir pada umumnya, baik
dari kalangan mufassir bi al-ma’tsur maupun bi al-ra’yi mempunyai pandangan
yang hampir sama satu sama lain. dari kalangan yang pertama Ibnu Jarir al-Tabari misalnya mendeskripsikan kisah tersebut secara tekstual sesuai bunyi ayat yang ada.
Sesuai urutan ayat yang ada, al-Tabari pertama kali membuka uraian
dengan persoalan tempatnya (gua) dan kata al-Raqim. Al-Tabari
mengidentifikasikan kota tempat gua tersebut dengan nama Aphesus. Al-Tabari
mengetahui nama itu dari kisah-kisah israilliyat. Untuk kata yang terakhir ini para
3
Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmy: Waktu dalam Perspektif al-Qur’a>n dan Sains
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, 2013), 121.
4
(11)
3
mufassir mempunyai pandangan yang berbeda, ada yang menyatakan kata itu disebut sebagai sebuah desa, nama kertas, atau papan yang ditulis bahkan ada yang menyatakan sebagai nama anjing yang setia mengikuti pemuda-pemuda
Ashab al-Kahfi.5 Persoalan penting yang terdapat pada ayat 22 dan 25
menyangkut keberadaan As}ha>b al-Kahfi ketika berada dalam gua dimaknai secara
tekstual, ia menganggap bahwa mereka, sesuai dengan bunyi teks ayat yang ada,
tertidur dalam jangka waktu yang panjang.6
Fakhruddin al-Razi, dalam menangkap makna ayat ini juga memberi kesimpulan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang disimpulkan al-Tabari sebelumnya, ia menyatakan bahwa mereka tertidur dalam jangka waktu yang lama.7
Sedikit berbeda dengan al-Tabari, Quraish Shihab memperoleh data nama
kota tempat gua pemuda As}ha>b al-Kahfi melalui serangkaian penelitian arkeologi.
Dalam tulisanya Quraish Shihab tidak mendiskusikan sama sekali keberadaan pemuda-pemuda tersebut selama berada dalam gua, terkait al-Kahfi ayat 22 dan 25. Secara sederhana ia mengatakan bahwa pemuda-pemuda tersebut tertidur
dalam gua8 selama 300 tahun, yakni menurut hasil penelitian yang didapatnya
antara tahun 112 M sampai dengan 412 M. Dari uraian ini Quraish Shihab menyimpulkan bahwa kesesuaian antara informasi yang diberikan sejarahwan
5
Ibnu Jarir al-Tabari, Tafsir al-Tabari, Vol. VIII (Beirut Libanon: Dar Kutub
al-‘ilmiyah, 1992), 186. 6
Ibid., 187.
7
Fakhruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, Vol. XXI (Teheran: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, t.th), 83.
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a>n, Vol. 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 20.
(12)
4
melalui data-datanya dengan informasi yang terdapat dalam Alquran, yang
demikian ini menjadi bukti kebesaran (Mukjizat) Tuhan.9
Uraian dari kisah As}ha>b al-Kahfi mengindikasikan adanya perbedaan
kecepatan arus yang dialami pemuda Ashab al-Kahfi dengan waktu yang dialami
orang atau lingkungan luar. Bagi para pemuda As}ha>b al-Kahfi waktu berlalu
sehari atau setengah hari saja, sedangkan diluar gua waktu telah berlalu 309 tahun lamanya. Ini menunjukkan bahwa waktu yang dialami antara seseorang dengan orang lain adalah berbeda. Dengan kata lain, waktu itu relatif, artinya tidak sama bagi setiap orang. Dalam dunia sains hal ini dikenal dengan teori relativitas waktu.
Dalam sains ilmiah kontemporer, hukum relativitas waktu ini ditemukan
oleh Albert Enstein.10 Einstein adalah seorang ahli fisika teori terbesar sepanjang
abad. Dia juga seorang professor, doktor, dan ilmuwan yang sangat tekun dalam bidang fisika dan matematika. Hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk berpikir pada bidang fisika dan matematika. Einstein memperkenalkan teori
relativitas waktu pada abad 20.11 Ini merupakan temuan sains terbesar dan sangat
berpengaruh di abad modern. Namun, melalui cerita As}ha>b al-Kahfi itu, hukum relativitas waktu secara implisit telah disinggung oleh Alquran.
Dalam teori relativitas, Einstein berasumsi bahwa tidak ada suatu gerak benda yang mutlak di dalam semesta yang mutlak. Akan tetapi, gerak suatu benda hanya dapat dijelaskan dengan mengaitkan gerak benda-benda yang lain.
9
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’a>n: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitahuan Gaib (Bandung: Mizan, 1997), 206.
10
Tim Baitul Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan al-Qur’a>n dan Hadis (Jakarta: Kamil Pustaka, 2013), 310.
11
Wisnu Arya Wardhana, Melacak Teori Einstein dalam Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 91-92.
(13)
5
kecepatan cahaya merupakan suatu yang mutlak. Kecepatan itu tidak
berubah-ubah, selalu tetap dan tidak bergantung keadaan pengamat.12
Einstein juga menemukan fakta bahwa masa suatu benda adalah nisbi terhadap kecepatannya. Semakin cepat suatu benda bergerak, semakin lebih pasif (terlihat diam) benda itu. Apabila suatu benda, makhluk hidup atau yang lain bergerak dengan kecepatan tertentu (mendekati kecepatan cahaya) maka ia akan
mengalami dilatasi waktu dan kontraksi panjang.13 Sehingga itulah bukti bahwa
waktu tidak sama bagi setiap orang tergantung oleh gravitasi dan kecepatan. Teori ini jelas mengindikasikan bahwa kisah yang ada dalam Alquran adalah masuk akal, karena kondisi tertentu hal itu bisa terjadi atau setidaknya peristiwa-peristiwa di atas bisa dijelaskan oleh akal.
Dalam berbagai literatur keagamaan, bahasan ini belum terjelaskan secara rinci, di dalamnya hanya menyebut tentang relativitas waktu, tetapi itu sekedar memberikan contoh adanya relativitas waktu dalam Alquran tanpa menjelaskan sebab maupun proses. Begitu juga dalam tafsir ilmiy, yang menjelaskan kisah
As}ha>b al-Kahfi.
Dalam tafsir ilmiy dijelaskan bahwa jika dicermati dalam kisah As}ha>b
al-Kahfi terdapat hal-hal yang tersirat yang menjadikan mereka bisa tertidur selama
309 tahun, yang kemudian dijelaskan dengan menggunakan sains. Hal tersirat tersebut adalah pertama, pemuda As}ha>b al-Kahfi ditutup telinganya (ayat 11).
Kedua, mereka ditempatkan dalam gua yang luas, dimana sinar matahari tidak masuk ke gua itu. Matahari terbit di sebelah kanan gua dan terbenam di sebelah
12
Yanuar Arifin, Misteri As}ha>b al-Kahfi,... 124.
13
(14)
6
kirinya (ayat 17). Ketiga, tubuh pemuda As}ha>b al-Kahfi dibolak-balikkan oleh
Allah ke kanan dan kiri (ayat 18).14 Mengenai penjelasan konsep teori relativitas
waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi belum dijelaskan dalam tafsir ilmiy, disana
hanya menjelaskan cara Allah menidurkan mereka yang kemudian hal tersebut diteliti dengan menggunakan sains.
Dari penjelasan tersebut, mengenai pembuktian tentang kebenaran
statemen Alquran dengan menggunakan sains terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi telah
dilakukan oleh para mufassir. Namun, penjelasan tersebut kurang memadai, melihat perkembangan zaman modern seperti sekarang, penjelasan tentang kisah
As}ha>b Al-Kahfi yang up to date dirasa sudah menjadi tuntutan. Sehingga, dari sini penulis tertarik untuk meneliti konsep teori relativitas waktu terhadap kisah
As}ha>b al-Kahfi, untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai kisah As}ha>b
al-Kahfi tentang bagaimana seseorang bisa tidur selama ratusan tahun dan ketika
bangun tidak mengalami perubahan fisik yang berarti, menjadi tua misalnya. Kemudian bagaimana proses peristiwa itu terjadi. Beberapa tanda tanya itu yang dicoba untuk dijawab dalam skripsi ini.
Penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan sedikit keterangan yang memadai untuk zaman sekarang, walau mungkin tidak terlalu memuaskan namun setidaknya bisa sedikit lebih mendalam mengulas proses terjadinya relativitas waktu.
14
(15)
7
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang tercantum dalam latar belakang masalah, dijelaskan bahwa relativitas waktu telah dikenal dalam sains modern, karena itu untuk memahami persoalan, perlu terlebih dahulu dijelaskan aspek-aspek yang terkait tentang relativitas waktu terutama bahasannya dalam sains, antara lain aspek yang menyebabkan adanya relativitas waktu yaitu gravitasi dan kecepatan. Di dalam Alquran sendiri juga memperkenalkan adanya relatifitas waktu, baik yang berkaitan dengan dimensi ruang, keadaan, maupun pelaku.
Jika diklasifikasikan maka ada empat macam fenomena relativitas waktu dalam Alquran, yaitu:
1. Relativitas yang dialami manusia di dunia
2. Relativitas waktu yang dialami di akhirat
3. Relativitas waktu yang dialami malaikat
4. Relativitas waktu Allah yang menyinggung waktu (hari-hari) disisi-Nya
relatif dengan hari-hari manusia.
Banyak sekali relativitas waktu yang telah dijelaskan dalam Alquran, namun di dalam skripsi ini membatasi bahasan pada relativitas waktu yang dialami manusia di dunia. Setidaknya ada dua kejadian yang diabadikan oleh Alquran yang di dalamnya mengandung informasi tentang relativitas waktu yang dialami manusia di dunia. Kisah pertama adalah tentang hamba Allah yang melalui suatu Negeri yang telah porak poranda yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 259.
(16)
8
selama tiga ratus sembilan tahun, mereka mengira berada di dalam gua hanya selama sehari atau kurang, yang terdapat dalam QS. al-Kahfi ayat 9-26.
Adanya pengklasifikasian relativitas waktu dalam Alquran ini pada dasarnya
adalah untuk mendudukkan persoalan relativitas waktu pada kisah As}ha>b al-Kahfi
ini secara utuh sehingga letak fokus pada peta persoalan relativitas waktu menjadi jelas.
C. Rumusan Masalah
Dari kerangka latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar lebih jelas dan memudahkan operasional penelitian, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapat para mufassir mengenai kisah As}ha>b al-Kahfi dalam
al-Qur’an?
2. Bagaimana rasionalisasi tidurnya pemuda As}ha>b al-Kahfi menurut teori
relativitas waktu?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan pendapat para mufassir mengenai kisah As}ha>b al-Kahfi
dalam al-Qur’an.
2. Untuk menjelaskan rasionalisasi tidurnya pemuda As}ha>b al-Kahfi menurut
teori relativitas waktu
E. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan khazanah keilmuan
tafsir dan penelitian sejenis, terutama yang berhubungan dengan sains. Selain itu diharapkan bisa memberi kontribusi terhadap tafsir ilmi untuk
(17)
9
mengembangkan penjelasan ketika menafsirkan teori relativitas waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi
2. Secara praktis, implementasi penelitian ini dapat memberi kontribusi untuk
memberi solusi terhadap problematika yang terkait tentang konsep teori relativitas waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi
F. Telaah Pustaka
Setelah dilakukan telaah pustaka, penulis menemukan beberapa karya yang membahas masalah serupa dengan penelitian ini, baik dari buku maupun dari karya akademis, diantaranya yaitu:
1. Kisah Ashab al-Kahfi dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Karya Azzah Azizah, Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008. Dalam skripsi ini, Azzah Azizah
menjelaskan kisah As}ha>b al-Kahfi menurut M. Quraish Shihab. Dia
memaparkan bahwa dalam mengungkapkan kisah As}ha>b al-Kahfi, M.
Quraish Shihab menggunakan pendekatan historis, dengan berpijak pada
temuan arkeologis yang didapati dan dipahaminya, serta pola munasabah ayat.
2. Kisah dalam Alquran: Studi komparatif pandangan Sayyid Qutb dan Muhammad Ahmad Khalafullah. Karya Ade Alimah, Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2003. Pada penelitian ini, Alimah membandingkan konsepsi kisah dalam Alquran menurut pandangan Sayyid Qutb dan Muhammad Ahmad Khalafullah. Ia menjelaskan bahwa Sayyid Qutb menganggap kisah dalam Alquran tunduk
(18)
10
dan terikat pada tujuan agama yang ingin disampaikannya. Sedangkan
Khalafullah menjelaskan bahwa kisah dalam Alquran bertujuan; pertama,
meringankan kesengsaraan hati Nabi Muhammad dan pengikutnya; kedua,
mengarahkan hati pada akidah dan prinsip-prinsip agama Islam; ketiga,
membangkitkan ketenangan dan ketakutan dalam jiwa.
3. Kisah Ashab al-Kahfi dalam Tarjuman Alquran Karya Maulana Abu Kalam Azad. Karya Mustofa, Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2003. Dalam kesimpulannya, Mustofa
mengatakan bahwa penafsiran Azad tentang As}ha>b al-Kahfi ini berpijak pada
temuan-temuan arkeologis yang didapati dan dipahaminya, pola munasabah ayat yang dijadikan pijakan untuk menafsirkan kisah tersebut, serta pada corak rasionalisme dan materialisme pada pemikiran dan penafsirannya.
Indikasi dari temuan arkeologis termasuk penemuan kerangka mayat As}ha>b
al-Kahfi yang diyakini sebagai mayat As}ha>b al-Kahfi. Untuk menjelaskan penafsiran ini Azad menggunakan perspektif sejarah.
4. Kisah As}ha>b Al-Kahfi dalam Alquran perspektif Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Fa>nn al-Qasasi fi> Alquran al-Kari>m, karya Fathul Hadi, Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010. Dalam skripsi ini, Fathul Hadi mencoba untuk
mengungkapkan kisah As}ha>b al-Kahfi dalam Alquran menurut pandangan
Muhammad Ahmad Khalafullah. Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif-analisis, yaitu mendeskripsikan secara sistematis dan mengevaluasi penafsiran serta penjelasan Muhammad Ahmad Khalafullah
(19)
11
tentang As}ha>b al-Kahfi. Pada kesimpulannya, Muhammad Ahmad
Khalafullah membuktikan bahwa kisah As}ha>b al-Kahfi dalam Alquran bukan
semata-mata data historis.
Karya di atas mempertegas bahwa belum ada yang membahas secara spesifik
tentang konsep relativitas waktu terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi. Mayoritas
penelitian tersebut meneliti kisah As}ha>b al-Kahfi dari pendekatan kisah (qashasi Alquran), sedangkan dalam skripsi ini meneliti dari pendekatan sains modern,
yang membuktikan kebenaran kisah As}ha>b al-Kahfi dengan menggunakan teori
relativitas waktu.
G. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model metode penelitian kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai masalah-masalah yang diteliti dan berlandaskan inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif ke dalam dan interpretatif.15 Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan dari diri penulis terkait persoalan yang sedang diteliti, yaitu tentang indikasi adanya pemahaman terhadap konsep teori relativitas waktu
terhadap kisah As}ha>b al-Kahfi yang terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 9-26.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan)
yaitu dengan cara meneliti pandangan Alquran dari kitab-kitab para mufassir
15
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
(20)
12
atau ulama intelektual Islam dan juga pandangan para saintis atau ilmuwan tentang relativitas waktu.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini membutuhkan metode yang dapat digunakan untuk mengupas segala segi dari kandungan ayat Alquran, karena itu metode tafsir
yang digunakan adalah tahlili (analitis), yaitu metode yang mengkaji suatu
ayat Alquran dari segala segi dan maknanya.16
Dalam menerapkan metode ini biasanya mufassir menguraikan makna yang terkandung oleh ayat Alquran, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutannya dalam mushaf. Namun, dalam skripsi ini mencukupkan surat al-Kahfi ayat 9-26.
Uraian dalam tafsir metode analitis ini meliputi berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan, yaitu kosa kata, konotasi kalimat, latar belakang turun ayat, munasabah, dan pendapat-pendapat yang telah dikeluarkan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang
disampaikan oleh Nabi, sahabat, maupun para tabi’i dan tokoh tafsir
lainnya.17
Para ulama’ membagi wujud tafsir Alquran dengan metode tahlili
menjadi tujuh macam corak yaitu: Tafsir bi al-Ma‟tsur, Tafsir bi al-Ra‟yi,
Tafsir Shufi, Tafsir Fiqhi, Tafsir Falsafi, Tafsir Ilmy, dan Tafsir Adaby.18
16Ali>Hasan al-Arid}l
, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Jakarta: Raja Grafindo, t.t), 41.
17
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 68.
18Ali> Hasan al-Arid}l
(21)
13
Adapun corak yang dipakai dalam skripsi ini adalah corak tafsir ilmy
karena ulasan dari skripsi ini memperbincangkan kaitan antar ayat-ayat
kauniyah Alquran dengan pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang.19 Karena skripsi ini membahas aspek relatifitas waktu dari kisah Ashab al-Kahfi, maka keilmuan sains yang digunakan adalah bidang fisika. Dan teori atau hukum dalam bidang ini yang mencoba menjelasakan ayat ini antara lain teori tentang gravitasi, teori kecepatan, dan teori cahaya yang kesemuanya akan tercantum dalam teori relativitas.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai data berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan hal-hal atau variable terkait penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang sebelumnya telah dipersiapkan.
5. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif yaitu analisis yang memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki, dalam hal ini adalah relativitas waktu yang dialami
As}ha>b al-Kahfi sebagaimana dikisahkan dalam Alquran. Metode ini yang
dipilih karena metode deskriptif mampu memberikan informasi yang
19
(22)
14
mendasar, luas, aktual, dan fungsional bagi pengembangan ilmu pengetahuan
atau kehidupan sehari-hari.20
Bidang yang paling luas mendeskripsikan tentunya dari sains fisika yang sesuai dengan obyek penelitian yakni relativitas waktu pada kisah
As}ha>b al-Kahfi, terutama lagi merupakan kebutuhan bagi corak tafsir ilmy
yang mengkaitkan Alquran dengan pengetahuan modern.
6. Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan sekunder sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai, yaitu:
1. Tafsir ilmiy>karya Kementerian Agama RI
2. Tafsir al-Jawa>hirfi> Tafsir al-Qur’a>nal-Kari>mkarya Tantawi Jauhari
b. Sumber sekunder
1. Buku-buku tafsir dan keilmuan Alquran, antara lain:
a) Alquran dan Tafsirnya karya Kementrian Agama RI
b) Tafsir Fi Z}ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Quthb
c) Tafsir al-Azhar karya Hamka
d) Tafsir al-Mis}bah karya M. Quraish Shihab
2. Buku-buku yang menghubungkan sains dengan Alquran
a) Misteri As}ha>b al-Kahfi: Menguak Kebenaran 7 Sosok Pemuda yang Tertidur Selama 309 Tahun karya Yanuar Arifin
20
(23)
15
b) Melacak Teori Einstein dalam Alquran: Penjelasan Ilmiah tentang Teori Einstein dalam Alquran karya Wisnu Arya Wardhana
c) Wawasan al-Qur’a>n: Tafsir Tematik Atas Persoalan Umat karya M. Quraish Shihab
d) Teori Relativitas Einstein karya Albert Einstein
H. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan, sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua sebagai landasan teori, dijelaskan teori relativitas waktu dalam kajian keilmuan sains yang mencakup teori relativitas umum dan relativitas waktu khusus. Selain itu juga dijelaskan mengenai relativitas waktu dalam Alquran yang mencakup macam-macam relativitas waktu dalam Alquran dan konsep secara umum.
Bab ketiga, dijelaskan kisah As}ha>b al-Kahfi menurut para mufassir dan
penafsiran para mufassir mengenai kisah As}ha>b al-Kahfi yang terdapat dalam
surat al-Kahfi ayat 9-26 dengan disertai beberapa hal penting unsur Ulum Alquran
(24)
16
Bab keempat, menganalisis secara khusus teori relativitas waktu terhadap
kisah As}ha>b al-Kahfi dalam ayat 9-26 surat al-Kahfi menurut Alquran dan Sains.
(25)
BAB II
RELATIVITAS WAKTU
A. Sains
Sains adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang digali dan didasarkan kebenaran atau kenyataan semata. Sifatnya sistematik (teratur) dan dapat
dibuktikan kebenarannya.1
Bidang sains yang paling luas mendeskripsikan bahasan dalam skripsi ini adalah dari sains fisika yang sesuai dengan obyek penelitian yakni relativitas waktu pada kisah As}ha>b al-Kahfi, terutama lagi ini merupakan kebutuhan bagi
corak tafsir ilmy yang mengkaitkan Alquran dengan pengetahuan modern.
Ilmu pengetahuan atau sains adalah prasyarat untuk mewujudkan salah satu tujuan diciptakannya alam ini, yaitu untuk manfaat manusia. Tapi, ilmu pengetahuan itu diberikan kepada manusia melalui kegiatan manusia sendiri dalam usaha memahami alam ini. Hal ini berbeda dengan agama yang diberikan lewat pengajaran atau wahyu lewat para utusan Allah. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan obyeknya, apa yang harus dipahami manusia melalui ilmu pengetahuan ialah hal-hal lahiriah dengan segala variasinya. Sedangkan yang harus dipahami oleh manusia melalui wahyu adalah kenyataan-kenyataan yang tidak empiris, tidak kasat indera, sehingga tidak ada kemungkinan manusia
1
(26)
18
mengetahuinya kecuali melalui sikap percaya dan menerima (iman dan Islam)
khabar para nabi.2
Sebagaimana yang disinggung dalam bab pendahuluan bahwa penjelasan
yang relevan dibutuhkan untuk memberikan As}ha>b al-Kahfi adalah teori
relativitas Einstein, maka dibagian ini dijelaskan seluk beluk teori ini, variabel apa yang berperan, apa fungsi dan bagaimana relativitas itu bisa ada. Beberapa pertanyaan itu yang akan dijelaskan untuk memahami relativitas waktu.
Waktu merupakan suatu paradoks, dalam arti bahwa setiap orang menyadari waktu tapi tidak seorang pun dapat mendefinisikannya. Paradoks ini muncul dari paradoks lain yang lebih mendasar, yaitu paradoks hubungan antara waktu, ruang dan gerak. Waktu diukur menurut gerak dalam ruang, antara lain gerak bumi yang berputar pada sumbunya atau geraknya sewaktu mengelilingi matahari. Tetapi gerak sendiri diukur menurut waktu dan ruang karena menerangkan gerak suatu planet atau atom mislanya, berarti menentukan perubahan kedudukannya bila dilihat dalam matra waktu. Sebagai contoh orang mengukur jarak dalam tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang
ditempuh cahaya dalam satu tahun.3
Inilah segitiga fisik yang abadi. Waktu, ruang, dan gerak adalah tiga segi yang hanya dapat diukur dalam hubungan satu sama lain. Hal ini telah menimbulkan persoalan bagi para filsuf sejak dulu ketika St. Agustinus untuk pertama kalinya dibingungkan oleh waktu yang tak terdefinisikan. Walaupun demikian para ahli fisika telah belajar hidup dengan paradoks waktu. Memang,
2
Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2000), 292
3
(27)
19
kemajuan yang paling mendasar dalam ilmu fisika telah dicapai justru karena adanya usaha untuk mendefinisikan hubungannya yang ganjil ini lebih tepat. Sumbangan terbesar Newton bagi ilmu adalah definisi matematis tentang bagaimana dan dalam situasi apa gerak itu berubah menurut matra waktu. Kemudian, Einstein mengadakan revolusi dalam ilmu fisika dengan menunjukkan,
antara lain bagaimana waktu berubah menurut matra gerak.4
B. Relativitas Waktu Menurut Sains
Teori relativitas ini dibagi menjadi dua, yaitu teori relativitas umum dan relativitas khusus. Teori relativitas khusus bukan merupakan bagian dari relativitas umum, melainkan sebuah teori yang membahas khusus tentang sinar saja yang kemudian teori ini dirumuskan untuk semua variabel yang lebih konsisten dari sebelumnya. Teori penyempurnaan ini yang disebut dengan teori relativitas umum. Jadi, Einstein terlebih dahulu merumuskan teori relativitas khusus sebelum relativitas umum.
1. Relativitas Khusus
Teori relativitas khusus muncul sebagai cara untuk menjelaskan fakta-fakta mengenai elektromagnetis. Clerk Maxwell memberikan sebuah landasan bahwa cahaya merupakan fenomena elektromagnetis yang terdiri atas gelombang-gelombang elektromagnetis. Adapun medium bagi transmisi efek-efek elektromagnetis tersebut adalah berupa eter, yang telah sejak lama dianggap sebagai medium transmisi cahaya. Kebenaran teori cahaya Maxwell dibuktikan oleh eksperimen yang dilakukan Hertz dalam
4
(28)
20
menciptakan gelombang-gelombang elektromagnetis, eksperimen ini
memberikan dasar bagi pengembangan telegram tanpa kabel.5
Menurut teori ini, cahaya dan semua gelombang elektromagnetik lain berjalan dalam ruang hampa dengan laju konstan yang sekarang didefenisikan secara eksak sebesar 299.792.458 m/s atau biasa dituliskan dengan 3 x 108 m/s. Hal ini akan kita temukan dalam ruang hampa yang memiliki peranan penting dalam teori relativitas Einstein. Hasil dari memperkenalkan teori relativitas khusus ini, diperkenalkannya transformasi koordinat baru yang dinamakan Transformasi Lorentz yang sesuai untuk laju tinggi.6
Persamaan Lorentz menunjukkan bahwa rumusan dasar kelistrikan dan kemagnetan sama dalam semua kerangka acuan yang dipakai. Transformasi ini akan tereduksi menjadi transformasi Galileo bila kelajuan (v) relative kecil dibandingkan dengan kelajuan cahaya (c). Dari sini dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa posisi atau waktu akan berbeda bila diamati oleh kerangka acuan yang berbeda ketika perbedan kerangka
acuan tersebut bergerak mendekati kecepatan cahaya.7
Persoalan-persoalan yang berhasil dipecahkan oleh teori relativitas itu sendiri dicirikhaskan oleh eksperimen Michelson-Morley. Dengan mengasumsikan kebenaran teori Maxwell mengenai elektromagnetis, tentunya terdapat efek-efek gerak tertentu yang dapat ditemukan melalui
5
Betrand Russel, Teori Relativitas Einstein: Penjelasan Populer Untuk Umum, terj. Dariyanto(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 2006), 73-74.
6
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern (Jakarta: Erlangga, 1983), 3.
7
Albert Einstein, Teori RelativitasEinstein, terj. Lilih Prilian Ari Pranowo (Yogyakarta: Narasi, 2010), 44.
(29)
21
eter, namun kenyataannya efek-efek gerak yang diduga tersebut tidak terjadi, sehingga muncul fakta bahwa sebuah benda yang bergerak sangat
cepat itu tampaknya meningkat masanya.8 Albert Einstein dalam teori
relativitas khusus berupaya keras untuk menunjukkan bagaimana fenomena elektromagnetik itu tidak dapat dipengaruhi oleh gerakan seragam yang melalui eter. Gerakan seragam disini mengandung arti gerakan di atas permukaan garis lurus dengan kecepatan yang tetap.
Teori relativitas khusus juga berhasil dalam menjelaskan bahwa kecepatan cahaya tampak sama bagi semua pengamat (seperti ditunjukkan oleh eksperimen Michelson-Morley) dan dalam memberikan apa yang
terjadi bila benda bergerak dengan kecepatan cahaya.9
Selain itu terdapat sisi lain yang sangat penting dalam teori relativitas khusus yaitu bahwa meskipun jarak dan waktu itu berbeda-beda bagi pengamat yang berlainan, namun dapat diturunkan besarannya yang disebut
dengan „selang‟ dari keduanya, yang sama bagi pengamat. Selang itu serupa
waktu, apabila waktu diantara peristiwa-peristiwanya itu lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk merambat dari satu tempat peristiwa ke tempat peristiwa yang satunya lagi. Namun, ketika waktu diantara kedua peristiwanya itu sebanding dengan waktu yang dibutuhkan oleh cahaya untuk merambat dari satu tempat ke tempat satunya lagi maka selangnya sebesar nol. Dengan demikian kedua peristiwa tersebut berada
8
Ibid.,76.
9
(30)
22
pada bagian-bagian dari satu berkas cahaya, kecuali apabila tidak ada cahaya
yang kebetulan memancar melewati tempat tersebut.10
Relativitas khusus juga menyatakan pemuluran waktu (Time
Dilatation) yaitu jam berjalan lebih cepat menurut pengamat yang diam relatif terhadap jam. Bagi pengamat yang tidak diam relative terhadap jam, jam bergerak lebih lambat. Jika kita samakan berkas cahaya yang bergerak dari ekor ke hidung pesawat dengan detak jam, maka kita lihat bahwa bagi pengamat di darat, jam bergerak lebih lambat karena berkas cahaya harus menempuh jarak lebih besar dalam kerangka rujukan itu. Tapi efeknya tak bergantung kepada mekanisme jam, efek itu berlaku untuk semua jam, termasuk jam biologis kita.11
Karya Einstein menunjukkan bahwa sebagaimana konsep diam, waktu juga tak bisa mutlak atau absolute seperti dipikirkan Newton. Dengan kata lain, pada setiap peristiwa mustahil menetapkan waktu yang akan disepakati semua pengamat. Sebaliknya, pengamat memiliki pengukuran waktu sendiri, dan waktu yang diukur dua pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain tidaklah sama.
Gagasan ini berlawanan dengan intuisi kita karena dampaknya tidak bisa diamati pada kecepatan yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tapi gagasan ini telah terbukti benar dalam percobaan. Salah satu percobaan yang telah membuktikan gagasan ini adalah percobaan yang dilakukan pada Oktober 1971, satu jam atom yang amat akurat diterbangkan
10
Ibid., 88.
11
(31)
23
mengelilingi dunia searah rotasi bumi, dari barat ke timur. Jadi hal itu bisa memperpanjang hidup kita dengan terbang ke timur terus, walaupun efeknya amat kecil, sekitar 1/180 miliar per detik untuk tiap kali keliling dunia (dan juga agak dikurangi efek perbedaan gravitasi). Para ahli fisika menyebut gagasan ini sebagai penyatuan ruang dan waktu, dengan waktu disebut sebagai dimensi keempat yang memiliki arah tergantung terhadap kecepatan pengamat. Teori relativitas khusus Einstein mencampakkan konsep waktu
mutlak dan diam mutlak (yaitu diam terhadap eter yang bergerak).12
2. Relativitas Umum
Sebelum lahir teori relativitas umum Einstein sibuk dengan eksperimen teoritisnya tentang teori relativitas khusus. Einstein berkali-kali mencoba mencari teori gravitasi yang konsisten dengan relativitas khusus itu. Upaya selama 1908-1914 itu tidak berhasil. Akhirnya dalam tahun 1915
ia mengemukakan apa yang sekarang disebut teori relativitas umum.13
Teori relativitas umum merupakan perluasan dari teori relativitas khusus ke arah gravitasi dan menggantikan hukum gravitasi Newton. Konsep gravitasi dalam relativitas umum sangat berbeda dengan konsep gravitasi Newton. Konsep gravitasi umum didasarkan kepada usul revolusioner bahwa ruang-waktu bukan datar sebagaimana diduga sebelumnya, melainkan melengkung dan terdistorsi oleh massa dan energy di dalamnya. Menurut hukum gerak Newton, benda seperti peluru meriam, dan planet bergerak menyusur garis lurus kecuali jika terpengaruh gaya
12
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern,,,. 8.
13
(32)
24
seperti gravitasi. Tapi gravitasi dalam teori Einstein bukan gaya sebagaimana gaya lain; gravitasi justru konsekuensi kenyataan bahwa massa
mendistorsi ruang-waktu, menciptakan kelengkungan.14
Dalam teori Einstein, benda bergerak mengikuti geodesika, yang merupakan pendekatan bagi garis lurus dalam ruang melengkung. Garis adalah geodesika di bidang datar, dan lingkaran besar adalah geodesika pada permukaan bumi. Tanpa adanya zat, geodesika pada ruang-waktu berdimensi empat sepadan dengan garis pada ruang berdimensi tiga. Tapi ketika ada zat yang yang mendistorsi ruang-waktu, jalur gerak benda dalam ruang berdimensi tiga menjadi melengkung karena tarikan gravitasi menurut
teori Newton.15
Ketika ruang-waktu tidak datar, jalur benda tampak berbelok, sehingga memberi kesan ada gaya yang mempengaruhinya. Penerapan teori relativitas umum dalah model alam semesta yang amat berbeda, yang memprediksi efek-efek baru seperti gelombang gravitasi dan lubang hitam. Teori
relativitas umum menyatakan jagat raya berhingga namun tak terbatas.16
14
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern,,,. 12.
15
Ibid., 13.
16
(33)
25
C. Relativitas Waktu Menurut Alquran
Pengenalan manusia tentang waktu berkaitan dengan pengalaman empiris dan lingkungan. Kesadaran manusia tentang waktu berhubungan dengan bulan dan matahari, baik dari segi perjalanannya (siang saat terbitnya dan malam saat terbenamnya) maupun kenyataan bahwa sehari sama dengan sekali terbit sampai terbenamnya matahari, atau sejak tengah malam hingga tengah malam berikutnya.
Perhitungan seperti ini telah menjadi kesepakatan bersama. Namun, perlu digaris bawahi bahwa meskipun hal tersebut telah dikenalkan oleh Alquran seperti satu tahun sama dengan dua belas bulan, Alquran juga memperkenalkan adanya relativitas waktu, baik yang berkaitan dengan dimensi ruang, keadaan, maupun pelaku.17
1. Term Waktu dalam Alquran
Sebelum menjelaskan mengenai relativitas waktu menurut Alquran, perlu diketahui term-term atau konsep yang berhubungan dengan waktu dalam Alquran. Berikut pembagian term waktu menurut Quraish Shihab. Menurutnya Alquran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan
makna tentang waktu, berikut pembagiannya:18
a. Ajal
Kata ajal digunakan untuk menunjukkan waktu berakhirnya
sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat.19 Kata ajal
dalam Alquran dengan segala perubahannya terulang 46 kali. Yang
17
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran;Tafsir Tematik Atas Pelabagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996), 724.
18
Ibid., 721
19
(34)
26
pasti dalam Alquran kata ajal mempunyai kecenderungan pada
penetapan batas sesuatu.20 Seperti dalam firman Allah sebagai berikut:
َاَف ْمُهُلَجَأ ءاَج اَذِإ ٌلَجَأ ٍةمُأ ِلُكِل ُهّللا ءاَش اَم اِإ ًاعْفَ ن َاَو ًاّرَض يِسْفَ نِل ُكِلْمَأ ا لُق
ْسَي
َنوُمِدْقَ تْسَي َاَو ًةَعاَس َنوُرِخْأَت
-ٜٗ
Katakanlah (Muhammad),”Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah Kehendaki.” Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.21
Dalam ayat lain, kata ajal digunakan sebagai berakhirnya kontrak
perjanjian antara Nabi Syuaib dan Nabi Musa, sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Qas}as} ayat 28:
ٌليِكَو ُلوُقَ ن اَم ىَلَع ُهللاَو يَلَع َناَوْدُع َاَف ُتْيَضَق ِْيَلَجَِْا اََُأ َكَنْ يَ بَو ِِْيَ ب َكِلَذ َلاَق
-١١
Dia (Musa) berkata, “Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi Saksi atas apa yang kita ucapkan.”
Jadi kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah sendiri.
b. Dahr
Kata Dahr dalam Alquran lebih menjelaskan mengenai bentangan
waktu yang dilalui dalam kehidupan. Sejak penciptaan alam semesta
hingga datangnya hari kiamat.22 Hal ini seperti yang difirmankan Allah
sebagai berikut:
20
Yanuar Arifin, Misteri As}ha>b al-Kahfi,,,. 120.
21Terj al-Qur’a>n
, 10: 49.
22
(35)
27
ًاروُكْذم ًائْيَش نُكَي ََْ ِرْدلا َنِم ٌيِح ِناَسنِْْا ىَلَع ىَتَأ ْلَ
-٨
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?23
Dalam ayat-ayat pembukaan surat ini Allah memperingatkan manusia supaya mengenal awal kejadiannya, ketika dahulu sebelum ia diciptakan oleh Allah. Kemudian diciptakannya dari setetes air mani ibu dan ayah yang bercampur, hingga lengkap sempurna dengan panca inderanya mendengar dan melihat serta perasaan dan pikiran akalnya kemudian diuji oleh Allah dengan tuntunan perintah dan larangan-Nya, dan diperingatkan dengan janji dan ancamanNya.
Selain itu kata dahr juga digunakan dalam surat al-Jatsiyah ayat 24, sebagai berikut:
ُتوََُ اَيْ ندلا اَنُ تاَيَح اِإ َيِ اَم اوُلاَقَو
ْنِم َكِلَذِب مََُ اَمَو ُرْدلا اِإ اَنُكِلْهُ ي اَمَو اَيَََْو
َنونُظَي اِإ ْمُ ْنِإ ٍمْلِع
-١ٗ
Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.
Ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang kafir dan musyrik yang mengingkari adanya hari kiamat dan adanya hari kebangkitan, mereka itu selalu berkata bahwasanya kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan sekali di dunia ini saja dan bahwa yang mematikan dan membinasakan manusia adalah masa dan tidak ada kekuatan lain.
23Terj al-Qur’a>n
(36)
28
Jadi, kata dahr memiliki arti bahwa segala sesuatu pernah tiada,
dan keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu.
c. Waqt
Kata waqt mempunyai arti batas akhir kesempatan atau peluang
untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, seringkali Alquran
menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa.24 Hal
ini mengacu pada firman Allah sebagai berikut:
ْاوُميِقَأَف ْمُتنَنْأَمْطا اَذِإَف ْمُكِبوُنُج ىَلَعَو ًادوُعُ قَو ًاماَيِق َهّللا ْاوُرُكْذاَف َةَاصلا ُمُتْيَضَق اَذِإَف
َتِك َيِنِمْؤُمْلا ىَلَع ْتَناَك َةَاصلا نِإ َةَاصلا
ًاتوُقْوم ًابا
-٨ٖٓ
Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.25
Kata
ًاتوُقْوم
terambil dari kataتقو
digunakan dalam arti batas akhirkesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, sering kali Alquran menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. Arti ini tercermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya). Dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam waktu-waktu tersebut.26
24
Ibid., 122.
25Terj al-Qur’a>n
, 4:103.
26
(37)
29
d. „Ashr
Kata ini biasa diartikan sebagai waktu menjelang terbenamnya matahari, tapi juga dapat diartikan sebagai masa secara mutlak. Makna
terahir ini diambil berdasarkan asumsi bahwa „ashr merupakan hal
yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata „ashr sendiri
bermakna perasaan, seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk memeras pikiran dan keringatnya dan hal ini hendaknya dilakukan kapan saja sepanjang masa.27 Hal ini seperti yang terdapat dalam surat al-„Ashr ayat 1-3.
ِرْصَعْلاَو
-٨
-
ٍرْسُخ يِفَل َناَسنِْْا نِإ
-١
-
اْوَصاَوَ تَو ِتاَِْاصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذلا اِإ
ِْْصلاِب اْوَصاَوَ تَو ِقَْْاِب
-ٖ
-
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.28
Kata „ashr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh
manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan fikiran.
Jadi dari penggunaan term-term kata waktu diatas mengandung makna tentang waktu, sesuai dengan pengertian dari waktu sendiri yang
memiliki empat arti kata yaitu: pertama, seluruh rangkaian saat, yang
telah berlalu, sekarang dan yang akan datang. Kedua, saat tertentu
untuk menyelesaikan sesuatu. Ketiga, kesempatan, tempo, atau
peluang. Keempat, ketika atau saat terjadinya sesuatu.29
27
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’a>n,,,. 722-723.
28Terj al-Qur’a>n
, 103:1-3.
29
(38)
30
2. Relativitas Waktu dalam Alquran
Selanjutnya pada relativitas waktu. Dalam menggambarkan fenomena relativitas waktu, Alquran cukup lengkap dan beragam. Jika diklasifikasikan maka ada empat macam fenomena relativitas waktu dalam Alquran, fenomena relativitas yang dialami manusia di dunia, relativitas waktu yang dialami di akhirat, relativitas waktu yang dialami malaikat dan relativitas waktu Allah yang menyinggung waktu (hari-hari) disisi-Nya relatif dengan hari-hari manusia.
a. Relativitas waktu manusia di dunia
Waktu yang dialami manusia di dunia berbeda dengan waktu yang dialaminya kelak di akhirat. Ini disebabkan dimensi kehidupan di dunia berbeda dengan dimensi kehidupan di akhirat. Seperti yang tertera dalam surat al-Kahf ayat 19:
اَنْ ثَعَ ب َكِلَذَكَو
ٍمْوَ ي َضْعَ ب ْوَأ ًامْوَ ي اَنْ ثِبَل اوُلاَق ْمُتْثِبَل ْمَك ْمُهْ نِم ٌلِئاَق َلاَق ْمُهَ نْ يَ ب اوُلءاَسَتَيِل ْمُ
اَه يَأ ْرُظنَيْلَ ف ِةَنيِدَمْلا ََِإ ِِذَ ْمُكِقِرَوِب مُكَدَحَأ اوُثَعْ باَف ْمُتْثِبَل اَِِ ُمَلْعَأ ْمُكبَر اوُلاَق
ىَكْزَأ
ماَعَط
ًادَحَأ ْمُكِب نَرِعْشُي َاَو ْفطَلَ تَيْلَو ُهْنِم ٍقْزِرِب مُكِتْأَيْلَ ف ًا
Dan demikianlah Kami Bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhan-mu lebih Mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
Dalam ayat tersebut dikisahkan sekelompok pemuda As}ha>b
(39)
31
mereka mengira berada di dalam gua hanya selama satu hari atau kurang.
ًاعْسِت اوُداَدْزاَو َيِنِس ٍةَئِم َث َاَث ْمِهِفْهَك ِِ اوُثِبَلَو
-١٘
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.30
Selain kisah As}ha>b al-Kahfi ada juga kisah yang di dalamnya mengandung informasi tentang relativitas waktu yaitu kisah tentang hamba Allah yang melalui suatu Negeri yang telah porak poranda yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 259,
اَِِْوَم َدْعَ ب ُهّللا ِِذَ َ ي ِيُُْ َََأ َلاَق اَهِشوُرُع ىَلَع ٌةَيِواَخ َيَِو ٍةَيْرَ ق ىَلَع رَم يِذلاَك ْوَأ
ُهَتاَمَأَف
َتْثِبل لَب َلاَق ٍمْوَ ي َضْعَ ب ْوَأ ًامْوَ ي ُتْثِبَل َلاَق َتْثِبَل ْمَك َلاَق ُهَثَعَ ب ُُ ٍماَع َةَئِم ُهّللا
ِسانلِل ًةَيآ َكَلَعْجَنِلَو َكِراَِْ ََِإ ْرُظناَو ْهنَسَتَ ي ََْ َكِباَرَشَو َكِماَعَط ََِإ ْرُظناَف ٍماَع َةَئِم
ََِإ ْرُظناَو
ىَلَع َهّللا نَأ ُمَلْعَأ َلاَق ُهَل َيَ بَ ت امَلَ ف ًامَْْ اَوُسْكَن ُُ اَُزِشنُن َفْيَك ِماَظِعلا
ٌريِدَق ٍءْيَش ِلُك
-١ٜ٘
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah Menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah Mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian Membangkitkannya (Menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) Bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah Berfirman, ”Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami Jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami Menyusunnya kembali, kemudian Kami Membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Para ulama berbeda pendapat tentang siapa orang yang diceritakan dalam surat al-Baqarah ayat 259. Menurut Ibnu Abi Hatim
30Terj al-Qur’a>n
(40)
32
meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa yang diceritakan itu adalah Nabi Uzair. Ini adalah pendapat yang terkenal. Sedangkan negeri yang dimaksud menurut pendapat yang masyhur, yaitu Baitul Maqdis. Ia melintasi negeri setelah dihancurkan dan dibunuh
penduduknya oleh raja Bukhtanas}r.
Kisah ini hampir sama dengan kisah yang dialami pemuda As}ha>b
al-Kahfi. Ia merasa tidur hanya sehari atau setengah hari, padahal
Allah telah menidurkan selama seratus tahun. perbedaanya, terletak pada lamanya Allah menidurkan mereka.
b. Relativitas waktu manusia di akhirat
Jika dunia saja waktu demikian relatif maka diakhirat waktu menjadi lebih relatif dibanding dengan dunia. Ayat berikut memberi gambaran:
َ نْ يَ ب َنوُفَراَعَ تَ ي ِراَه نلا َنِم ًةَعاَس اِإ ْاوُثَبْلَ ي َْ نَأَك ْمُُرُشَُْ َمْوَ يَو
ْاوُبذَك َنيِذلا َرِسَخ ْدَق ْمُه
َنيِدَتْهُم ْاوُناَك اَمَو ِهّللا ءاَقِلِب
-ٗ٘
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah Mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah, dan mereka tidak mendapat petunjuk.31
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa waktu dipengaruhi oleh gravitasi dan kecepatan. Maka jika hal itu dianalogikan dengan keadaan di akhirat, dimana orang-orang pada waktu itu merasa hidup di dunia seperti sehari saja bahkan seperti sesaat di siang hari saja, maka dari itu menggambarkan betapa waktu di akhirat berjalan relatif
31Terj al-Qur’a>n
(41)
33
lambat sekali. Selanjutnya jika asumsi dilanjutkan suatu keadaan ruang waktu yang demikian lengkungnya itu hanya bisa terjadi pada kecepatan tinggi atau pada tempat dengan gravitasi yang sangat kuat. Tetapi untuk mengasumsikan ia berada pada kecepatan tinggi agaknya tidak wajar untuk suatu tempat, maka ia bisa lebih wajar diasumsikan pada suatu tempat dengan gravitasi sangat tinggi.
Gravitasi yang tinggi hanya bisa ada pada sebuah bintang raksasa. Tapi untuk manusia yang hidup tentu tidak bakal selamat tinggal pada tempat seperti itu karena dengan cepat tubuhnya mengerut. Namun, tentu itu tidak berarti bagi orang yang hanya tinggal ruh saja.
Dari sini ada yang menganalisis bahwa tempat di akhirat seperti diceritakan dalam ayat di atas adalah sebuah planet yang sangat besar ratusan kali atau mungkin ribuan kali masa bumi atau waktu yang dialami manusia di dunia berbeda dengan waktu yang dialami di akhirat. Ini akibat dimensi kehidupan akhirat berbeda dengan dimensi
kehidupan di dunia.32
Namun, apapun asumsi yang ada itu tentunya tetap tidak bisa dijadikan dasar yang kuat untuk kebenaran suatu hal yang ghaib seperti halnya akhirat.
Akhirat dengan relativitas waktunya, juga segala perihalnya tetap menjadi rahasia Allah, Dia Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu tentu saja masih mungkin menciptakan relativitas waktu tanpa
32
(42)
34
kecepatan dan gravitasi untuk akhirat. Waktu di akhirat sangat relatif lebih lama dari waktu di dunia, ini memberi peringatan bagi manusia bahwa hidup yang dialaminya di dunia ini secara hakiki sangatlah sebentar.
c. Relativitas waktu malaikat
Ketika Alquran berbicara tentang waktu yang ditempuh oleh malaikat menuju hadirat-Nya, salah satu ayat Alquran menyatakan perbandingan waktu dalam sehari kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun bagi makhluk lain (manusia).
ٍةَنَس َفْلَأ َيِسََْ ُُراَدْقِم َناَك ٍمْوَ ي ِِ ِهْيَلِإ ُحورلاَو ُةَكِئ َاَمْلا ُجُرْعَ ت
-ٗ
Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.33
Malaikat mengalami relativitas waktu karena merupakan makhluk
yang diciptakan oleh Allah dari nur atau cahaya. Waktu melambat oleh
faktor gravitasi dan kecepatan. Jika malaikat terbuat dari cahaya, sedangkan cahaya merupakan kecepatan yang mutlak di alam raya ini. Maka ia dengan mutlak kemana saja dengan kecepatan tinggi.
Dengan kecepatan yang seperti itu tentu waktu bagi malaikat menjadi sangat lambat. Jika diperkirakan lagi tentang umur malaikat yang di dunia ini tidak ada yang mengalami kematian, itu bisa pula terjelaskan karena ribuan tahun bagi manusia, bagi malaikat hanya sehari saja atau kurang.
33Terj al-Qur’a>n
, 70:4. Para malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu lima puluh ribu tahun.
(43)
35
Sedangkan dalam ayat lain disebutkan bahwa masa yang ditempuh oleh para malaikat tertentu untuk naik ke sisi-Nya adalah seribu tahun
menurut perhitungan manusia34:
ِّ ٍةَنَس َفْلَأ ُُراَدْقِم َناَك ٍمْوَ ي ِِ ِهْيَلِإ ُجُرْعَ ي ُُ ِضْرَِْا ََِإ ِءاَمسلا َنِم َرْمَِْا ُرِ بَدُي
ا
َنودُعَ ت
-٘
Dia Mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.35
Perbedaan sistem gerak yang dilakukan oleh satu pelaku mengakibatkan perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran. Batu, suara dan cahaya masing-masing membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai sasaran yang sama. Kenyataan ini pada akhirnya mengantarkan kepada keyakinan bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu demi mencapai hal yang dikehendakinya, sesuatu itu adalah Allah.36
d. Relativitas waktu bagi Allah
Allah menegaskan bahwa waktu-Nya begitu relatif dibanding waktu yang dialami manusia.
اِّ ٍةَنَس ِفْلَأَك َكِبَر َدنِع ًامْوَ ي نِإَو َُدْعَو ُهللا َفِلُُْ نَلَو ِباَذَعْلاِب َكَنوُلِجْعَ تْسَيَو
َنودُعَ ت
-ٗٚ
Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.37
34
Ibid., 726.
35Terj al-Qur’a>n
, 32:5.
36
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’a>n,,,.726-727.
37Terj al-Qur’a>n
(44)
36
Apa yang digambarkan Allah dalam ayat di atas tidaklah berarti bahwa Allah berada dalam ruang-waktu itu. Ayat di atas menggambarkan betapa Maha kuasanya Allah, Ia bisa membuat lengkungan ruang-waktu sesuai dengan kehendak-Nya. Adapun angka seribu tahun yang dimaksud adalah sebagai contoh, bukankah bagi Allah tidak ada masa lalu dan masa depan sebagaimana Ia telah menceritakan keadaan masa lalu dan masa ketika manusia di surga atau di neraka kelak. Padahal kehidupan akhirat itu bagi manusia belum terjadi.
َاَف ِهّللا ُرْمَأ ىَتَأ
َنوُكِرْشُي امَع ََاَعَ تَو ُهَناَحْبُس ُوُلِجْعَ تْسَت
-٨
-
Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.38
Bentuk kalimat seperti yang di atas dapat membingungkan para pembaca mengenai makna yang dikandungnya, karena bagi manusia kiamat belum datang. Tetapi kebingungan itu akan sirna jika disadari bahwa Allah berada di luar dimensi waktu. Sehingga baginya masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah sama saja.
Dialah yang menentukan kadar (qadar) bagi waktu di jagad raya
ini, dengan memberi batasan waktu akan menjadi melengkung (dilatasi waktu) bila dalam gravitasi yang kuat atau kecepatan yang sangat tinggi. Demikian sunnah yang ditetapkan-Nya. Namun sebatas itu sunnah yang baru dikenal manusia, sedang taqdir-taqdir yang lain dari keputusan-Nya akan alam raya ini tentu saja pasti masih ada yang
38Terj al-Qur’a>n
(45)
37
belum diketahui oleh manusia. Karena itu pengetahuan yang dicapai manusia sampai sekarang ini belumlah final bahkan tidak bakal mencapai titik itu. Karena itu, apa yang diketahui manusia yang sedikit ini pastilah relatif karena di sana masih ada variabel-variabel lain yang ilmu manusia belum mengetahuinya.
(46)
BAB III
PENAFSIRAN KISAH ASHA>B AL-KAHFI DALAM SURAT
AL-KAHFI AYAT 9-26
A. Ayat dan Terjemah
ًابَجَع اَِتاَيآ ْنِم اوُناَك ِميِقرلاَو ِفْهَكْلا َباَحْصَأ نَأ َتْبِسَح ْمَأ
-ٜ
ِفْهَكْلا ىَلِإ ُةَيْ تِفْلا ىَوَأ ْذِإ
يَ َو ًةَمْحَر َكنُدل نِم اَِتآ اَ بَر اوُلاَقَ ف
ًادَشَر اَنِرْمَأ ْنِم اََل ْئ
-ٔٓ
يِف ْمِهِناَذآ ىَلَع اَْ بَرَضَف
ًادَدَع َنيِِس ِفْهَكْلا
-ٔٔ
ًادَمَأ اوُثِبَل اَمِل ىَصْحَأ ِنْيَ بْزِحْلا يَأ َمَلْعَ ِل ْمُاَْ ثَعَ ب مُث
-ٕٔ
َمآ ٌةَيْ تِف ْمُه نِإ قَحْلاِب مَُأَبَ ن َكْيَلَع صُقَ ن ُنْحَن
ىًدُ ْمُاَنْدِزَو ْمِه بَرِب اوُ
-ٖٔ
ىَلَع اَْطَبَرَو
اَْلُ ق ْدَقَل ًاهَلِإ ِِنوُد نِم َوُعْدن نَل ِضْرَْْاَو ِتاَواَمسلا بَر اَ بَر اوُلاَقَ ف اوُماَق ْذِإ ْمِهِبوُلُ ق
ًاطَطَش ًاذِإ
-ٔٗ
ل ًةَهِلآ ِِنوُد نِم اوُذَختا اَُمْوَ ق ء ََُؤَ
ِنمِم ُمَلْظَأ ْنَمَف ٍن يَ ب ٍناَطْلُسِب مِهْيَلَع َنوُتْأَي ََْو
ًابِذَك ِللا ىَلَع ىَرَ تْ فا
-ٔ٘
ْرُشَي ِفْهَكْلا ىَلِإ اوُوْأَف َللا َِإ َنوُدُبْعَ ي اَمَو ْمُوُمُتْلَزَ تْعا ِذِإَو
ِرْمَأ ْن م مُكَل ْئ يَهُ يو تمحر ن م مُكبَر ْمُكَل
ًاقَفْر م مُك
-ٔٙ
نَع ُرَواَز ت تَعَلَط اَذِإ َسْمشلا ىَرَ تَو
للا ِتاَيآ ْنِم َكِلَذ ُْ م ٍةَوْجَف يِف ْمُ َو ِلاَم شلا َتاَذ ْمُهُضِرْق ت تَبَرَغ اَذِإَو ِنيِمَيْلا َتاَذ ْمِهِفْهَك
ِ
نَلَ ف ْلِلْضُي نَمَو ِدَتْهُمْلا َوُهَ ف ُللا ِدْهَ ي نَم
ًادِشْرم ًاّيِلَو َُل َدِجَت
-ٔٚ
ْمُ َو ًاظاَقْ يَأ ْمُهُ بَسْحَتَو
(47)
39
َلَع َتْعَلطا ِوَل ِديِصَوْلاِب ِْيَعاَرِذ ٌطِساَب مُهُ بْلَكَو ِلاَم شلا َتاَذَو ِنيِمَيْلا َتاَذ ْمُهُ ب لَقُ نَو ٌدوُقُر
ْمِهْي
ُر ْمُهْ ِم َتْئِلُمَلَو ًاراَرِف ْمُهْ ِم َتْيلَوَل
ًابْع
-ٔٛ
ٌلِئاَق َلاَق ْمُهَ ْ يَ ب اوُلءاَسَتَيِل ْمُاَْ ثَعَ ب َكِلَذَكَو
وُثَعْ باَف ْمُتْثِبَل اَمِب ُمَلْعَأ ْمُكبَر اوُلاَق ٍمْوَ ي َضْعَ ب ْوَأ ًامْوَ ي اَْ ثِبَل اوُلاَق ْمُتْثِبَل ْمَك ْمُهْ م
ْمُكِقِرَوِب مُكَدَحَأ ا
ْلَ ف ِةَيِدَمْلا ىَلِإ ِِذَ
ًادَحَأ ْمُكِب نَرِعْشُي َََو ْفطَلَ تَيْلَو ُْ م ٍقْزِرِب مُكِتْأَيْلَ ف ًاماَعَط ىَكْزَأ اَه يَأ ْرُظ َي
-ٜٔ
ًادَبَأ ًاذِإ اوُحِلْفُ ت نَلَو ْمِهِتلِم يِف ْمُكوُديِعُي ْوَأ ْمُكوُمُجْرَ ي ْمُكْيَلَع اوُرَهْظَي نِإ ْمُه نِإ
-ٕٓ
َ ثْعَأ َكِلَذَكَو
ْمُهَ ْ يَ ب َنوُعَزاََ تَ ي ْذِإ اَهيِف َبْيَر ََ َةَعاسلا نَأَو ٌقَح ِللا َدْعَو نَأ اوُمَلْعَ يِل ْمِهْيَلَع اَنْر
تََل ْمِِرْمَأ ىَلَع اوُبَلَغ َنيِذلا َلاَق ْمِهِب ُمَلْعَأ ْمُه بر ًاناَيْ ُ ب مِهْيَلَع اوُْ با اوُلاَقَ ف ْمَُرْمَأ
َذِخ
مِهْيَلَع ن
ًادِجْسم
-ٕٔ
ِبْيَغْلاِب ًامْجَر ْمُهُ بْلَك ْمُهُسِداَس ٌةَسْمَخ َنوُلوُقَ يَو ْمُهُ بْلَك ْمُهُعِبار ٌةَث َََث َنوُلوُقَ يَس
ٌليِلَق َِإ ْمُهُمَلْعَ ي ام مِهِتدِعِب ُمَلْعَأ ي بر لُق ْمُهُ بْلَك ْمُهُ ِماَثَو ٌةَعْ بَس َنوُلوُقَ يَو
َِإ ْمِهيِف ِراَمُت َََف
ًادَحَأ ْمُهْ م مِهيِف ِتْفَ تْسَت َََو ًارِاَظ ءاَرِم
-ٕٕ
ًادَغ َكِلَذ ٌلِعاَف ي نِإ ٍءْيَشِل نَلوُقَ ت َََو
-ٕٖ
َبَرْ قَِْ ي بَر ِنَيِدْهَ ي نَأ ىَسَع ْلُقَو َتيِسَن اَذِإ َكبر رُكْذاَو ُللا َءاَشَي نَأ َِإ
ًادَشَر اَذَ ْنِم
-ٕٗ
ًاعْسِت اوُداَدْزاَو َنيِِس ٍةَئِم َث َََث ْمِهِفْهَك يِف اوُثِبَلَو
-ٕ٘
َُل اوُثِبَل اَمِب ُمَلْعَأ ُللا ِلُق
(48)
40
ْكُح يِف ُكِرْشُي َََو ٍيِلَو نِم ِِنوُد ن م مُهَل اَم ْعِمْسَأَو ِِب ْرِصْبَأ ِضْرَْْاَو ِتاَواَمسلا ُبْيَغ
ًادَحَأ ِِم
-ٕٙ
-(9) Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?.(10) (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (11) Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. (12) kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). (13) Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk (14) dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (15) Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (16) Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. (17) Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (18) Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. (19) Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun. (20) Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (21) Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.
(49)
41
Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya". (22) Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka. (23) Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi. (24) kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". (25) Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (26) Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-pendengaran-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".1
B. Penjelasan Surat al-Kahfi
Jika dilihat dari asbab al-nuzul nya, surat al-Kahfi termasuk surat
makkiyah, karena diturunkan di Mekkah. Surat ini turun saat terjadi perang pendapat antara Nabi Muhammad dengan kaum musyrik Quraisy. Debat ini menandai terjadinya pertentangan besar antara kaum beriman yang diwakili oleh Nabi Muhammad dengan kaum materialisme yang diwakili oleh penduduk kafir Quraisy.2
Surat al-Kahfi merupakan salah satu surat yang panjang di dalam Alquran. Surat ini bernama al-Kahfi yang berarti gua yang besar dan luas sehingga dapat
didiami orang atau tempat berteduh.3 Diberi nama al-Kahfi karena diambil dari
1Terj al-Qur’a>n
, 18:9-26
2
Yanuar Arifin, Misteri As}ha>b al-Kahfi..., 11.
3
(50)
42
kisah beberapa anak muda yang pergi bersembunyi ke dalam gua dan tertidur selama 309 tahun.
Di bagian awal surat al-Kahfi, didapati kisah As}ha>b al-Kahfi, pemilik kebun, kemudian kisah Nabi Adam dan iblis. Dipertengahan surat, terdapat cerita
Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Di akhir surat, terdapat hikayat Dzulqarnain.4
Menurut Sayyid Quthb terdapat tiga tema sentral yang terdapat dalam surat al-Kahfi yaitu tentang perbaikan akidah, pola pikir dan pandangan, dan
nilai-nilai yang berlandaskan akidah.5 Tiga tema tersebut juga ada dalam kisah Asha>b
al-Kahfi, yang digambarkan oleh sekelompok orang beriman yang ikhlas dan teguh memperjuangkan keimanannya. Semua itu mereka lakukan untuk memperbaiki pola pikir kaumnya yang sesat, serta sebagai upaya menanamkan nilai-nilai kebenaran di tengah kehidupan masyarakat yang jahil.
C. Asbab al-Nuzul Ayat
Asbab al-nuzul dari ayat-ayat yang menceritakan kisah Asha>b al-Kahfi ini
beragam. Dalam salah satu riwayat yang lengkap dikemukakan bahwa kaum
Quraisy telah mengutus al-Nad}ar bin Haris# dan Uqbah bin Abi Mu„ait untuk
bertanya tentang kenabian Muhammad dengan cara menceritakan sifat-sifatnya, dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya kepada pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraish menganggap pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab yang diturunkan terdahulu dan mempunyai ilmu tentang tanda-tanda kenabian yang orang Quraish tidak mengetahuinya.
4Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i,
Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
(Jakarta: Gema Insani, 2000), 111.
5
(1)
74
bisa dijadikan dasar keyakinan jika ia tidak terdapat dalam nash yang jelas. Pendekatan keimanan tetap harus dipegang teguh sebagai keyakinan.
Hal ini setidaknya menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah yang tidak terjangkau oleh manusia, dan betapa kuasanya ia dalam berbuat sesuai dengan kehendak-Nya yang cerdas.
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data-data yang telah disajikan serta analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peristiwa pemuda Ash}a>b al-Kahfi adalah sesuatu yang benar terjadi, itu bisa dibuktikan dari Alquran yang menjelaskan secara lengkap mengenai kisah Ash}a>b al-Kahfi.
2. Para pemuda Ash}a>b al-Kahfi bisa bertahan hidup selama 309 tahun karena adanya kelengkungan ruan-waktu. Maksudnya, waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Waktu bisa berjalan lebih lambat karena dua faktor atau dua variabel, yaitu grafitasi dan kecepatan tinggi. Waktu dalam ruang-waktu yang sangat lengkung berjalan sangat lambat hingga titik tertentu. Perlambatan ini sebenarnya adalah perlambatan gerak obyek yang berada dalam ruang-waktu lengkung tadi, dalam keadaan itu seluruh aktifitas menjadi lebih lambat. Jadi, apabila ada orang dalam lengkungan ruang-waktu yang tinggi ia akan lebih awet muda dibanding orang dalam ruang-waktu lebih datar.
B. Saran
1. Dengan terselesaikannya kajian analisis ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih berada pada kesempurnaan yang masih minim, walaupun semaksimal mungkin kemampuan penulis telah tercurahkan sepenuhnya, andaikata terdapat kesalahan dalam skripsi ini, hal itu sama sekali bukan merupakan kesengajaan penulis.
(3)
76
2. Mengingat perkembangan sains yang begitu cepat seiring zaman, dan minim sekali yang mengkaji mengenai teori relativitas waktu terhadap kisah Ash}a>b al-Kahfi, oleh karena itu, penulis mengharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikaji ulang yang tentunya lebih teliti, kritis dan juga lebih mendetail untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
al-Arid}l, Ali> Hasan. t.t. Sejarah dan Metodologi Tafsir. Jakarta: Raja Grafindo Arifin, Yanuar. 2015. Misteri As}ha>b al-Kahfi: Menguak Kebenaran 7 Sosok
Pemuda yang Tertidur Selama 309 Tahun. Yogyakarta: Diva Press
Baidan, Nashruddin. 2002. Metode Penafsiran Alquran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Beiser, Arthur. 1983. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga
Departemen Agama RI. 2012. al-Qur’a>n dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro Einstein, Albert. 2010. Teori RelativitasEinstein, terj. Lilih Prilian Ari Pranowo.
Yogyakarta: Narasi
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Goudsmit, Samuel A. dan Robert Claiborne. 1983. Waktu. Jakarta: Pustaka Ilmu Life
Hamka. 1984. Tafsir al-Azhar, Vol. XV. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hawking dan Stephen. 1995. Riwayat sang Kala. Jakarta: Rajawali Grafiti
Jauhari, Tantawi. 1358 H. al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n Al-Kari>m, Vol. 10. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah
Kementerian Agama RI. 2011. al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. V. Jakarta: Widya Cahaya
Kementerian Agama RI. 2013. Tafsir Ilmy: Waktu dalam Perspektif al-Qur’a>n dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran
al-Khalidy, Salah. 2000. Kisah-Kisah al-Qur’a>n: Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu Jilid 2. Jakarta: Gema Insani
Ma‟rifat, M. 2013. Kisah-Kisah al-Qur’a>n; Anatar Fakta dan Metafora, terj. Azam Bahtiar. t.k.: Citra
(5)
Majid, Nurcholis. 2000. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina Pasiak, Taufik. 2003. Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurasains dan al-Qur’a>n.
Bandung: Mizan
Qardhawi, Yusuf. 1998. al-Qur’a>n Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: t.p
Quthb, Sayyid. 2003. Tafsi>r fi> Zhila>li al-Qur’a>n, Vol. 7. Jakarta: Gema Insani Press
al-Razi, Fakhruddin. t.t. al-Tafsir al-Kabir, Vol. XXI. Teheran: Dar Kutub al-„ilmiyah
al-Rifa‟i, Muhammad Nasib. 2000. Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani
Russel, Betrand. 2006. Teori Relativitas Einstein: Penjelasan Populer Untuk Umum, terj. Dariyanto.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sadam, http://sadam.wordpress.com/definisi pengertian-malaikat-sifat dan fungsi-iman kepada malaikat Allah-pendidikan Agama Islam/ “Definisi Malaikat” (Selasa, 4 Juli 2017, 10.40)
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Alquran;Tafsir Tematik Atas Pelabagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat al-Qur’a>n: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitahuan Gaib. Bandung: Mizan
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a>n, Vol. 8. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a>n, Vol. 8. Jakarta: Lentera Hati
Strathern, Paul. 2003. Einstein dan Relativitas. Jakarta: Erlangga
Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Rosda al-Tabari, Ibnu Jarir. 1992. Tafsir al-Tabari, Vol. VIII. Beirut Libanon: Dar
al-Kutub al-„ilmiyah
Thalbah, Hisham. t.t. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, Vol. 1, terj. Syarif Hade Masyah. t.k: Sapta Sentosa
(6)
Tim Baitul Kilmah. 2013. Ensiklopedia Pengetahuan al-Qur’a>n dan Hadis. Jakarta: Kamil Pustaka
Tim penyusun. 1989. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka
Wardhana, Wisnu Arya. 2009. Melacak Teori Einstein dalam Alquran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar