Evaluasi Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata).

(1)

EVALUASI STRATEGI PROMOSI BANYUWANGI

SEBAGAI DESTINASI WISATA (STUDI KASUS PADA

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata.

CHINTIYA BETARI AVINDA 1112025002

FAKULTAS PARIWISATA

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

Fakultas Pariwisata

Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana

Skripsi A. Nama : Chintiya Betari Avinda

B. Judul : Evaluasi Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) C. Jumlah halaman : xiii + 111 Halaman (Ilustrasi: tabel, gambar dan foto)

D. Isi Ringkasan :

Kegiatan promosi yang efektif merupakan hal yang sangat esensial dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah. Bauran promosi merupakan salah satu alat pemasaran, dapat digunakan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan calon wisatawan. Bauran promosi terdiri dari advertising, sales promotion, personal selling, public relations, direct marketing. Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang tengah mengembangkan daerahnya menjadi destinasi wisata yang dapat menarik banyak wisatawan. Dalam kurun waktu 2011-2014 kunjungan wisatawan mengalami peningkatan namun rata-rata lama tinggal wisatawan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi promosi yang telah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta hambatan-hambatan yang dialami, yang hasilnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara dengan kepala dinas dan staf dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, serta studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi melalui bauran promosi sudah memberikan dampak positif terhadap kunjungan wisatawan namun belum cukup efektif untuk memeratakan kunjungan wisatawan dan meningkatkan lama tinggal wisatawan. Program-program advertising dan direct marketing yang dilakukan sudah efektif sedangkan sales promotion dan public relation belum cukup efektif. Dalam pelaksanaan strategi promosi juga terdapat faktor pendukung dan penghambat. Dalam penelitian ini disarankan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengkaji ulang program bauran promosi yang kurang efektif, mengadakan pelatihan kepramuwisataan dan Bahasa Inggris, memperbanyak Tourist Information Center, serta menjalin kerjasama dengan stakeholder lainnya.

E. Kata Kunci : Bauran Promosi, Strategi Promosi.


(3)

iii

ABSTRACT Faculty of Tourism

Study Programme Travel Industry Udayana University

Final Report A. Name : Chintiya Betari Avinda

B. Title : Evaluation of Promotional Strategy Banyuwangi as A Tourism Destination (Case Study of Cultural and Tourism Department) C. Number of pages : xiii + 111 pages (Illustratioins: tables, pictures and photos)

D. Summary :

An effective promotional activity is extremely essential in developing a tourism area. Promotion mix is one of the marketing tools, utilized to inform, persuade and remind the future-tourists people. Promotion mix consists of advertising, sales promotion, personal selling, public relations and direct marketing. Banyuwangi is regency in East Java which is developing its tourism potential to attract lots of tourists around the world. In the last recent years, starting from 2011-2014, tourists visit has increased though the rate of tourist’s occupancy in the regency is still relatively low. This research purpose is to evaluate the promotional strategy that has been used by the Department of Culture and Tourism along with analyzing the obstacles that has been encountered. The result of the research is expected to be an additional consideration in attempt to promote Banyuwangi as a tourism destination.

Method used in the research is descriptive qualitative. Data collection method being used is observation, interview with head of Department of Culture and Tourism in Banyuwangi regency and literature review.

The result has shown that promotional strategy through promotion mix which is used by the Department of Culture and Tourism in Banyuwangi regency has given positive impact to tourists visit, but has not been effective enough to increase the tourists visit throughout the regency nor increase the length of tourists stay. Advertising and direct marketing programs that has been done is effective, while sales promotion and public relation is not yet effective. There are some supporting and resistor factors in the implementation of promotional strategy. Through this research, the advice is given to the Department of Culture and Tourism in Banyuwangi to review the ineffective promotion mix, conducting a training in guiding and English language, multiply numbers of tourist information center, and collaborate with other stakeholders.


(4)

iv

SEBAGAI DESTINASI WISATA (STUDI KASUS PADA

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA)

Nama : Chintiya Betari Avinda NIM : 1112025002

Skripsi ini telah Lulus dengan predikat Sangat Memuaskan pada tanggal 18 Maret 2016 di Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par NIP. 196503152005011001 NIP. 195806141986032001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Universitas Udayana Wisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, M.Si I Made Kusuma Negara, SE., M.Par NIP. 196508222000031001 NIP. 197805292003121001


(5)

v

EVALUASI STRATEGI PROMOSI BANYUWANGI

SEBAGAI DESTINASI WISATA (STUDI KASUS PADA

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Team Penguji Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 18 Maret 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat Sangat Memuaskan.

Tim Penguji,

Ketua : Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par ( )

Sekretaris : Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par ( )

Anggota : 1. I Made Kusuma Negara, SE., M.Par ( )

2. I Putu Sudana, SST.Par., M.Par ( )

3. Ni Made Sofia Wijaya, SST.Par., M.Par., Ph.D ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

I Made Kusuma Negara, SE., M.Par NIP. 197805292003121001


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulisan Skripsi dengan judul “Evaluasi Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun maksud dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) pada Program Studi Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Selama penulisan Skripsi ini penulis mendapatkan bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak baik dalam wujud material maupun nonmaterial, karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par., selaku Kaprodi Industri Perjalanan Wisata.

3. Bapak Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penulisan Skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penulisan Skripsi ini.


(7)

vii

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Industri Perjalanan Wisata atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

6. Staf dan Tata Usaha Fakultas Pariwisata Udayana.

7. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang telah bersedia menerima peneliti untuk melakukan penelitian serta bersedia sebagai informan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

8. Ayah (Mustakim), Ibu (Mujidah), Adik (Rafayza Zaskia), Anand Saputra Dinata, Ari Puspita Dewi, dan keluarga yang tak pernah lelah memberi dukungan.

9. Teman-teman yang telah mendukung, memberi petunjuk, serta membantu dalam proses pengerjaan laporan ini.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Denpasar, 18 Maret 2016


(8)

viii

JUDUL

JUDUL PRASYARAT ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 10

2.2 Kerangka Konsep Penelitian . ... 15

2.3 Tinjauan Mengenai Evaluasi ... 17

2.4 Tinjauan Mengenai Strategi ... 20

2.5 Tinjauan Mengenai Promosi ... 23

2.6 Tinjauan Mengenai Pariwisata ... 32

2.7 Tinjauan Mengenai Destinasi Wisata ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 41

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5 Teknik Penentuan Informan ... 47


(9)

ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 50

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi . ... 50

4.1.2 Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata . ... 54

4.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata ... 56

4.2.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata ... 56

4.2.2 Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ... 58

4.3 Tinjauan Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ... 67

4.4 Program dan Evaluasi Bauran Promosi Advertising (Periklanan) . .... 69

4.4.1 Program Advertising Yang Dilaksanakan ... 71

4.4.2 Evaluasi Program-program Advertising ... 72

4.5 Program dan Evaluasi Bauran Promosi Sales Promotion (Promosi Penjualan) ... 73

4.5.1 Program Sales Promotion Yang Dilaksanakan ... 74

4.5.2 Evaluasi Program Sales Promotion ... 77

4.6 Program dan Evaluasi Bauran Promosi Direct Marketing (Pemasaran Langsung) ... 78

4.6.1 Program-program Direct Marketing Yang Dilaksanakan ... 78

4.6.2 Evaluasi Program Direct Marketing ... 80

4.7 Program dan Evaluasi Bauran Promosi Public Realations (Hubungan Masyarakat) ... 80

4.7.1 Program-program Public Relation Yang Dilaksanakan ... 81

4.7.2 Evaluasi Program Public Relation ... 84

4.8 Faktor Pendukung Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata ... 84

4.9 Faktor Penghambat Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Simpulan ... 95

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA . ... 99


(10)

x

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia ... 2

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Banyuwangi ... 5

Tabel 1.3 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi ... 58

Tabel 1.4 Bauran Promosi Advertising (Periklanan)... 70

Tabel 1.5 Bauran promosi Sales Promotion (Promosi Penjualan). ... 75

Tabel 1.6 Bauran Promosi Direct Marketing (Pemasaran Langsung). ... 78


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian . ... 16 Gambar 1.2 Lambang Kabupaten Banyuwangi . ... 52 Gambar 1.3 Susnanan Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Banyuwangi ... 65 Gambar 1.4 Susnanan Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata


(12)

xii

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Data Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Banyuwangi

Lampiran 3 Data Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Lampiran 4 Dokumen Perijinan Untuk Penelitian


(13)

xiii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan/ plagiat, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Strata 1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Denpasar, 18 Maret 2016 Yang membuat pernyataan

Nama : Chintiya Betari Avinda NIM : 1112025002


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Letak pulau-pulau tersebut dipisahkan oleh selat dan lautan yang memberikan corak dan warna berbeda dari setiap pulau, serta masyarakat yang mendiaminya. Perbedaan kondisi geografis serta tipologi masyarakat menjadikan Indonesia memiliki banyak kebudayaan, adat-istiadat, tradisi yang terangkum menjadi suatu suku bangsa yang beraneka ragam yang membedakan Indonesia berbeda dengan negara-negara lain di dunia. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia tidak hanya menarik bagi wisatawan lokal, namun juga menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan mancanegara.

Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tidak lepas dari adanya globalisasi dan perkembangan kepariwisataan di dunia. Adanya perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dunia ikut memepengaruhi kegiatan pariwisata yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang dengan kemampuan finansial yang diatas rata-rata. Dewasa ini, kegiatan pariwisata tidak hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang saja, namun kegiatan pariwisata sudah menjadi hak asazi manusia yang bisa dilakukan oleh semua orang. Perkembangan ini tidak hanya


(15)

2

terjadi di negara maju, namun juga sudah mulai berdampak dan mempengaruhi negara-negara berkembang di dunia termasuk Indonesia.. Banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Januari 493.799 548.821 652.692 614.328 753.079 Februari 523.135 568.057 592.502 674.415 702.666

Maret 594.242 598.068 658.602 725.316 765.607

April 555.915 608.093 626.100 646.117 726.332

Mei 600.031 600.191 650.883 700.708 752.363

Juni 613.422 674.402 659.531 789.594 851.475

Juli 658.476 745.451 701.200 717.784 777.210

Agustus 586.530 621.084 634.194 717.009 826.821 September 560.367 650.071 683.584 770.878 791.296 Oktober 594.654 656.006 688.341 719.903 808.767 November 578.152 654.948 693.867 807.422 764.461 Desember 644.221 724.539 766.966 860.655 915.334 Total 7.002.944 7.649.731 8.044.462 8.802.129 9.435.411

Rata-rata 584 637 670 734 786

Pertumbuhan 20,73 % 12,51 % 6,62 % 10,23% 11,06% Sumber : Pusdatin Kemenparekraf & Badan Pusat Statistik Indonesia 2014

Dewasa ini, perkembangan pariwisata di Indonesia dapat terlihat dari semakin banyaknya destinasi wisata yang muncul. Minat dan perhatian wisatawan bukan hanya saja tentang keindahan alam dan budaya Pulau Bali, banyak daerah lainnya di Indonesia yang juga mulai menarik minat wisatawan. Hal ini tidak lepas dari diberlakukannya Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kebebasan dan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan


(16)

maksimal untuk menghasilkan pendapatan bagi daerah dan memperkanalkan potensi yang dimiliki oleh daerah.

Adanya sistem Otonomi Daerah membuat beberapa daerah di Indonesia kini mulai mengoptimalkan potensi pariwisata yang dimilikinya dan salah satunya adalah Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi di ujung timur Pulau Jawa yang secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Situbondo disebelah utara, Selat Bali disebelah timur, Samudera Hindia di selatan, dan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 yang menjadikan Banyuwangi sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Banyuwangi memiliki bentang alam yang beragam, mulai dari dataran tinggi berupa daerah pegunungan, dataran rendah serta garis pantai yang membentang sepanjang 175,8 km. Beragamnya bentang alam yang dimiliki menjadikan Banyuwangi kaya akan potensi pariwisata. Potensi daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi menciptakan banyak peluang untuk mengembangkan kepariwisataan yang ada.

Melihat banyaknya peluang tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mulai gencar memasarkan potensi wisata yang ada dengan melakukan promosi pariwisata untuk menarik minat wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Promosi merupakan salah satu tahapan dalam pemasaran dimana tahap ini memiliki peran penting dalam usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Kegiatan promosi yang efektif merupakan hal yang sangat esensial dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah.


(17)

4

Kebijakan pemerintah, staf pelayanan, kepuasan wisatawan adalah tiga faktor terpenting yang berpengaruh terhadap efektifitas promosi pariwisata (Vinh). Salah satu promosi adalah dengan membuat tagline “Sunrise of Java” oleh Bupati Banyuwangi pada tahun 2011 (http://banyuwangikab.go.id diunduh tanggal 3 September 2014) , hal ini mengingat letak Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa dimana matahai terbit pertama kali terlihat saat pagi.

Kabupaten Banyuwangi memiliki 3 daya tarik wisata alam unggulan yang disebut Diamonds Triangle (segitiga berlian). Tagline tersebut dicetuskan karena apabila ditarik garis lurus, ketiga daya tarik wisata tersebut akan membentuk sebuah segitiga. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tidak gegabah dalam memberikan tagline tersebut karena ketiga daya tarik wisata tersebut memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yang ada di Indonesia. Ketiga daya tarik wisata tersebut adalah Kawah Ijen, Sukamade, dan Pantai Plengkung.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pariwisata Banyuwangi mengalami perkembangan yang signifikan. Banyak potensi wisata baru yang dikenalkan kepada masyarakat. Hal itu tidak lepas dari ide kreatif Bupati Banyuwangi untuk memanfaatkan secara maksimal potensi wisata yang dimiliki Banyuwangi yang tentunya akan bisa menambah pendapatan asli daerah dan mengubah citra negatif dari Kabupaten Banyuwangi itu sendiri. Banyaknya potensi wisata yang ditawarkan Banyuwangi berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada 2013, wisatawan mancanegara


(18)

mencapai 10.462 orang, meningkat 90 persen dibanding 2012 sebesar 5.502 orang. Adapun wisatawan nusantara meningkat 24 persen dari 860.831 orang pada tahun 2012 menjadi 1.057.952 pada tahun 2013. (www.beritajatim.com –diunduh tanggal 20 Mei 2014). Secara lebih rinci, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Banyuwangi

Bulan 2011 2012 2013 2014

NUS MAN NUS MAN NUS MAN NUS MAN

Januari 99.244 473 95.085 254 110.394 57 185.852 1.065

Februari 51.678 311 39.997 359 44.658 101 67.612 755

Maret 42.950 396 39.147 238 56.107 172 116.285 624

April 52.684 846 46.392 418 50.210 424 82.570 1.422

Mei 57.815 1.122 49.991 563 66.276 640 109.596 4.118

Juni 74.889 856 53.619 502 85.986 1.605 105.904 3.704

Juli 58.999 1.873 47.779 1.022 61.221 751 150.127 2.585

Agustus 21.019 3.101 183.219 775 240.267 870 226.055 5.096

September 165.004 1.780 64.357 444 95.688 2.239 130.418 4.503

Oktober 55.087 1.464 70.201 426 79.801 1.704 90.283 4.291

November 45.375 780 61.035 361 69.733 1.153 77.968 1.450

Desember 67.989 441 110.009 140 97.611 746 122.278 1.068

Total 789.101 13.377 880.831 5.502 1.057.952 10.462 1.464.948 30.681 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi 2015

Keterangan :

NUS : Wisatawan Nusantara MAN : Wisatawan Mancanegara

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah wisatawan nusantara yang datang ke Banyuwangi, namun kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada tahun 2012. Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi ternyata tidak diiringi dengan


(19)

6

meratanya kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata yang ada. Peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan hanya terjadi di beberapa daya tarik wisata alam yang sudah terkenal di Banyuwangi. Wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi masih terfokus pada daya tarik wisata alam seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung, Pulau Merah, dan Pantai Watu Dodol (rri.co.id diunduh tanggal 10 Agustus 2015).

Banyuwangi juga memiliki daya tarik wisata alam lainnya serta wisata budaya, wisata sejarah, maupun wisata religi. Pada awalnya Banyuwangi merupakan sebuah kerjaaan dengan nama Blambangan dengan suku asli yaitu Suku Osing. Hal itulah yang menjadikan Banyuwangi kaya akan peninggalan sejarah dan budaya masyarakat asli yang berbeda dengan daerah lain.Potensi wisata sejarah dan wisata budaya yang dimiliki Banyuwangi belum bisa menarik banyak wisatawan seperti kebudayaan di Pulau Bali yang dapat mendatangkan banyak wisatawan.

Banyuwangi memiliki 45 daya tarik wisata yang telah terdata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, sejumlah 27 daya tarik wisata yang kini sudah bisa menarik dan mendatangkan wisatawan. Selain itu juga tingkat lama tinggal wisatawan (length of stay) masih rendah yakni 2,5 hari. Hal itu terjadi karena wisatawan hanya berkunjung ke daya tarik wisata alam yang bisa dilakukan selama satu hari penuh, dan setelah perjalanan wisatawan selesai mereka akan langsung kembali ke daerah asal mereka tanpa memperpanjang lama tinggalnya di Banyuwangi.


(20)

Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi strategi promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dalam mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata?

2. Hambatan apa saja yang ada dalam promosi Banyuwangi sebagai destinasi pariwisata?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi strategi promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dalam mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata.

2. Untuk mengetahui hambatan yang ada dalam kegiatan promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.


(21)

8

1.4 Manfaat

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat anatar lain:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat pagi pengembangan keilmuan khususnya bagi kajian strategi pemasaran. Serta mahasiswa diharapkan dapat menambah wawasan mengenai strategi promosi dan mengaplikasikan pengetahuan tentang manajemen pemasaran yang sudah didapatkan di bangku kuliah.

2. Manfaat Praktis

Penelitan ini diharapakan bisa menjadi bahan masukan atau sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam upaya-upaya untuk memeratakan kunjungan wisatawan terhadap semua daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Banyuwangi, serta upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam meningkatkan lama kunjungan (length of stay) wisatawan di Banyuwangi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini akan disusun dalam 5 bab dan masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(22)

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tinjauan mengenai penelitian sebelumnya, tinjauan mengenai evaluasi, tinjauan mengenai strategi, tinjauan mengenai promosi, tinjauan mengenai pariwisata, dan tinjauan mengenai destinasi wisata.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi tentang lokasi penelitian, definisi operasional variabel (DOV), jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil data yang telah diolah serta pembahasannya, di antaranya mengenai gambaran umum lokasi penelitian, strategi promosi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata, dan program-program yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menunjang kegiatan promosi.

BAB V : Simpulan dan Saran

Berisi tentang simpulan dan saran-saran, disertai dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai akhir dari penulisan laporan ini.


(23)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini. Penelitian pertama dilakukan oleh Ambarawati (2011) dengan judul “Evaluasi Strategi Promosi Dinas Pariwisata Provinsi Bali Dalam Event Pesta Kesenian Rakyat Bali Untuk Menarik Wisatawan Mancanegara”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran dan elemen-elemen yang digunakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali dalam mempromosikan Pesta Kesenian Bali, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, studi pustaka, dan wawancara dengan pegawai Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Penelitian ini menghasilkan bahwa promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Bali masih menggunakan elemen strandar seperti periklananan (advertising), billboard, radio, dan televisi untuk memperluas pengetahuan publik pada budaya bali. Untuk hubungan dengan masyarakat (public relation) Dinas Pariwisata Provinsi Bali melakukan promosi dengan mengikui eventpameran didalam maupun diluar negeri. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah membahasa tentang strategi promosi yang dilakukan oleh dinas terkait yang bertanggung jawab terhadap promosi pariwisata daerah. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak


(24)

pada objek penelitian, dimana penelitian sebelumnya dilakukan di Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

Penelitian kedua dengan judul “Analisis Strategi Kebijakan Promosi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat” yang diteliti oleh Putra dan Tinambunan (2012). Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui strategi kebijakan promosi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat untuk meningkatkan minat calon wisatawan, dan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat untuk meningkatkan kerja sama memajukan objek-objek wisata dalam upaya mendukung kegiatan promosi pariwisata. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik dokumentasi, observasi, serta wawancara dengan pegawai Seksi Promosi dan seksi Destinasi Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Sumatera Barat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling Snowball. Hasil dari penelitian ini adalah peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dalam mempromosikan pariwisata Sumatera barat adalah dengan mengikuti festival baik didalam maupun di luar negeri, promosi melalui media periklanan, serta melakukan event baik nasional maupun internasional. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan kerjasama memajukan dan pengelolaan objek wisata adalah dengan melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada masyarakat sekitar objek wisata dan pelaku pariwisata, serta melakukan kerjasama dengan pihak swasta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pembahasannya tentang strategi promosi yang dilakukan oleh dinas kebudayaan


(25)

dan pariwisata. Sedangkan letak perbedaannya adalah pada lokasi peneltian, dimana penelitian sebelumnya dilakukan di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat.

Penelitian ketiga oleh Farhanudin (2012) dalam “Analisis Strategi Pemasaran Objek Wisata Danau Tasikardi Oleh Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Serang”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran objek wisata Danau Tasikardi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang serta untuk mengetahui beberapa faktor penghambat dalam melakukan strategi pemasaran pada objek wisata Danau Tasikardi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini adalah strategi pemasaran Danau Tasikardi yang dilakukan oleh Dinas Parwisata, Pemuda dan olahraga kabupaten Serang masih belum dilaksanakan dengan baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulus adalah membahas tentang analisis strategi promosi wisata oleh dinas terkait. Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada kajian dan objek penelitian, penelitian ini membahas tentang strategi pemasaran serta objek penelitian adalah Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga kabupaten Serang.

Penelitian keempat adalah jurnal internasional dengan judul “Strategies and Problems in The Promotion of Taal as A Culture and Religious Destination


(26)

ini bertujuan untuk menentukan strategi terbaik dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam promosi Taal sebagai destinasi wisata. Dalam penelitiannya menggunakan metode deskriptif untuk menentukan informasi yang dibutuhkan dengan melakukan survei melalui penyebaran kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data. Kuesioner dan wawancara dilakukan dengan 100 responden. Hasil dari penelitiannya didapat bahwa masalah umum yang dihadapi dalam promosi Taal adalah banyaknya pengemis serta Dinas Pariwisata Taal dapat meemberikan program berkelanjutan untuk mempromosikan Taal melalui situs sejarah dan ziarah lainnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah membahas tentang strategi promosi destinasi wisata. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, dan teknik pengumpulan data yang digunakan.

Penelitian kelima adalah jurnal internasional dengan judul "How Promotional Activities and Evaluative Factors Affect Destination Loyalty: Evidence From International Tourists of Vietnam" yang dilakukan oleh Wen-Hsiang Lai dan Nguyen Quang Vinh (2013). Tujuan utama dari penelitiannya adalah untuk menjabarkan bagaimana aktivitas-aktivitas promosi dan faktor evaluasi mempengaruhi loyalitas wisatawan di dalam industri pariwisata. Data dalam penelitian ini didapat dengan menyebar kuesioner secara random kepada wisatawan luar negeri yang tiba di Bandara Internasional Vietnam. Penelitian ini mengembangkan struktur model hubungan antara aktivitas promosi, harapan wisatawan, kepuasan wisatawan, dan loyalitas wisatawan terhadap destinasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara


(27)

5

keempat indikator tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah membahas tentang promosi destinasi wisata. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik pengumpulan data dan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Vietnam, sedangkan penulis melakukan penelitian di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Penelitian keenam adalah jurnal internasional dengan judul Promoting an Emerging Tourism Destination (2010) oleh Esu. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui hubungan antara strategi promosi dengan perkembangan pariwisata dan konseptualisasi sebuah perkembangan strategi untuk destinasi wisata baru. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa strategi promosi yang tepat adalah orientasi produk yang mana faktor fisik, sosial, budaya, dan psikologis suatu daerah harus menjadi dasar dari setiap perencanaan strategi sebuah destinasi. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah membahas tentang bauran promosi dan pemasaran destinasi wisata. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini hanya untuk menciptakan sebuah formula promosi baru tanpa spesifik menunjukkan lokasi penelitian seperti penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Penelitian ketujuh adalah jurnal internasional dengan judul An Application of AHP Approach To Investigate Tourism Promotional Effectiveness (2013) oleh Vinh. Penelitiannya bertujuan untuk menetapkan efektifitas kegiatan promosi dari suatu daerah tujuan wisata dan untuk memutuskan strategi promosi yang tepat sesuai dengan kelengkapan dan gambaran suatu destinasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa kebijakan pemerintah, staf pelayanan, kepuasan wisatawan


(28)

adalah tiga faktor terpenting yang berpengaruh terhadap efektifitas promosi pariwisata. Loyalitas wisatawan dan infrastruktur pariwisata menjadi faktor yang kurang berpengaruh terhadap efisiensi promosi pariwisata. Persamaan antar penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peniliti adalah membahas tentang evaluasi efektifitas kegiatan promosi pariwisata. Perbedaannya adalah penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) didukung oleh data yang dikumpulkan melalui kuesioner.

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar mengenai masalah yang akan dibahas. Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang tengah mengembangkan daerahnya menjadi alah satu destinasi wisata di Indonesia. Banyuwangi memiliki bentang alam dan keanekaragaman budaya yang kaya. Hal iniliah kemudian yang menjadi potensi yang kuat untuk menarik wisatawan.

Potensi alam dan budaya yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi selanjutnya dikembangkan dan dipromosikan menggunakan beberapa saluran promosi yang dibaurkan menjadi sebuah promotion mix (bauran promosi). Perpaduan antara potensi wisata yang dimiliki dengan bauran promosi kemudian dirancang dan menghasilkan sebuah strategi promosi wisata oleh Dinas


(29)

7

Kebudayaan dan Pariwisata. strategi promosi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan strategi tersebut. Promosi yang dilakukan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. promosi yang berjalan lancar dan berhasil akan berdampak pada peningkatan umlah wisatawan begitupula sebaliknya. Secara lebih jelas kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1

Kerangka Konsep Penelitian

Potensi Alam dan

Budaya Kabupaten

Banyuwangi

Bauran Promosi :

1. Advertising (Periklanan) 2. Sales Promotion (Promosi

Penjualan

3. Direct Marketing

(Pemasaran Langsung)

4. Public Relation

(Hubungan Masyarakat)

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

Stategi Promosi

Kunjungan Wisatawan Evaluasi Strategi


(30)

1.3 Tinjauan Mengenai Evaluasi

Evaluasi adalah suatu pemerikasaan terhadap suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan suatu program agar lebih baik kedepannya. Yusuf (2003: 3) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu usaha untuk mengukur sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan kedepan. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa suatu evalusi berorientasi terhadap masa yang akan datang daripada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya-upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan suatu program. Dengan demikian, evaluasi memiliki misi untuk perbaikan dan penyempurnaan suatu program dimasa mendatang.

Menurut Arikunto dan Cepi (2008: 2), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan infromasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.


(31)

9

Evaluasi berusaha untuk mengidentifiasikan tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap pelaksanaan atau penerapan suatu program yang telah dicetuskan sebelumnya. Dengan demikian evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Mengidentifikasi tingkat pencapain tujuan

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

3. Mengetahui dan menganalisa segala jenis konsekuensi yang mungkin terjadi di lingkungan sosial.

Evaluasi memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah jenis-jenis evaluasi yang dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan pada pentahapannya, yaitu:

a) Evaluasi pada tahap perencanaan, yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan suatu program untuk memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b) Evaluasi pada tahap pelaksanaan, yaitu evaluasi degan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Evaluasi pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu program akan tetap bisa dijalankan untuk mencapai tujuan.

c) Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan, yaitu evaluasi untuk menganalisa dampak-dampak yang dihasilkan dari dilaksanakan suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dan ingin dicapai.


(32)

Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah yang telah terselesaikan, tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah. Dunn (2005: 609-610) mengemukakan fungsi dari evaluasi, yaitu:

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan yang telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan terhadap klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mengidentifikasi dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungannya dengan masalah yang dituju.

Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang suatu kebijakan baru yang lebih diunggulkan.


(33)

11

Srategi adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Rangkuti (2004: 4) mendefinisikan strategi sebagai suatu alat yang sangat pentin untuk mencapai keunggulan bersaing. Menurut Hax dan Majluf, strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungannya dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Suatu strategi hendaknya mampu memberi informasi kepada pembacanya, yang sekaligus mudah dipahami oleh setiap anggota manajemen puncak dan setiap staff karyawan organisasi. Strategi memiliki beberapa konsep strategis yang apabila dipahami dengan baik oleh penggagas strategi akan menghasilkan kesuksesan. Konsep-konsep tersebut, yaitu:

1. Distinctive Competence, merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan agar dapat melakukan tindakan yang lebih baik dari pesaingnya yang meliputi keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya yang memiliki andil besar dalam keberhasilan perusahaan. 2. Competitive Advantage, merupakan kegiatan spesifik yang

dikembangkan oleh suatu perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Untuk meraih competitive advantage, perusahaan harus mengedepankan dua prinsip yaitu nilai pandang pelanggan dan keunikan produk.

Untuk meraih kesuksesan, strategi memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan strategis adalah pekerjaan merencanakan strategi untuk menuntun


(34)

seluruh tindakan perusahaan, proses manajerial untuk membangun dan menjaga kesesuaian antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang pasar yang ada. Kotler (1999: 57) mengemukakan bahwa perencanaan strategis yang berorientasi pada pasar adalah sebuah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluag pasar yang terus berubah.

Perencanaan strategis memberikan kerangka kerja bagi kegiatan suatu perusahaan yang bertujuan untuk membentuk dan menyempurnakan usaha dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan. Dalam mengembangkan sebuah konsep yang jelas mengenai perusahaan, manajerial dibantu oleh adanya perencanaan strategis untuk memilah antara peluang yang mengandung ancamana dan peluang aman yang memungkinkan perusahaan menghadapi cepatnya perubahan lingkungan kegiatannya. Perencanaan strategis yang telah diawali dengan penelitian terhadap tujuan dan sasaran perusahaan dapat meminimalisir kemungkinan adanya kesalahan dan kejadian tidak terduga yang tidak menyenangkan.

Perusahaan yang berkembang ikut mempengaruhi tingkatan strategi manajemen dalam perusahaan itu. Secara umum tingkatan strategi dibagi menjadi tiga level, yaitu:

1. Corporate Strategy (Strategi Korporasi)

Strategi ini dibuat oleh manajemen puncak dan seringkali disebut sebagai grand strategy. Strategi ini mencerminkan seluruh arah perusahaan yang bertujuan menciptakan pertumbuhan bagi prusahaan


(35)

13

secara keseluruhan dan bagi unit-unit perusahaan. Strategi ini memiliki ciri berorientasi terhadap value, fleksibilitas tinggi, berorientasi terhadap pertumbuhan perusahaan jangka panjang, terkonsep dengan baik dan terpusat.

2. Business Strategy (Strategi Bisnis)

Strategi ini dibuat oleh manajemen tengah (middle management). Strategi ini menekankan pada penemuan upaya yang tepat untuk melakukan pendekatan terhadap target pasar dengan memanfaatkan sumer daya yang dimiliki. Strategi ini memiliki ciri dengan resiko yang rendah, keuntungan yang dihasilkan sedikit, perencanaan dengan jangka waktu pendek, dan keputusan yang dibuat adalah sebagai jembatan antara keputusan tingkat korporasi dan tingkat fungsional.

3. Functional Strategy (Strategi Fungsional)

Strategi ini digunakan pada level operasional, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Strategi ini berfokus untuk memaksimalkan produktivitas sumber daya yang digunakan untuk memberikan nilai yang terbaik kepada pelanggan (value based strategy). Strategi fungsional merupakan strategi pendukung dan penunjang suksesnya strategi lain. Ciri dari strategi ini adalah berorientasi terhadap aktivitas dengan resiko yang rendah, jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun, dan biaya yang dibutuhkan menyesuaikan dengan sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan lainnya.


(36)

Salusu (2003: 108) menyatakan untuk menjamin keberhasilan atas strategi yang telah disusun oleh manajemen, pembuatan strategi harus memperhatikan hal-hal:

a) Suatu strategi harus konsisten dengan lingkungannya. b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi.

c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak memisahkan dengan yang lain.

d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan bukannya berada di titik kelemahannya.

e) Sumber daya adalah merupakan sesuatu yang kritis.

f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidakterlalu besar. g) Strategi hendaknya disusun atas landasan keberhasilan yang telah

dicapai.

1.5 Tinjauan Mengenai Promosi

Dalam pemasaran promosi merupakan suatu kegiatan menyadarkan calon pembeli akan adanya produk suatu perusahaan. Sehingga jika khalayak yang membutuhkan produk tersebut mereka akan berusaha untuk mencarinya dengan mendatangi tempat-tempat penjualan yang terdekat dari tempat tinggalnya. Tetapi untuk menarik calon pembeli pada sebuah produk baru maka perusahaan harus dapat menyakinkan dan menumbuhkan daya tarik pada produknya. Promosi yang efektif adalah dapat menumbuhkan serta membangkitkan niat pembeli.


(37)

15

Siswanto dan David (2002:21) mendefinisikan promosi sebagai kegiatan memperkenalkan produk, meyakinkan dan meningkatkan dan kembali produk sasaran pembeli dengan harapan mereka tergerak hatinya dan secara sukarela membeli produk. Oleh karena itu promosi harus dilakukan melalui media komunikasi yang efektif, sebab orang-orang yang menjadi sasaran promosi mempunyai selera dan keinginan yang berbeda-beda.

Menurut Tjiptono (2002:21) tujuan promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menginformasikan (informing)

Tujuan utama dari promosi yang akan dilakukan adalah menginformasikan seluruh aspek-aspek dan kepentingan perusahaan yang berhubungan dengan konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk dapat diketahui secara jelas. Kegiatan untuk menginformasikan atas berbagai hal yang berkaitan antara perusahaan dengan konsumen antara lain:

a. Menginformasikan kepada pasar tentang produk yang baru. b. Menyampaikan kepada pasar tentang perubahan harga.

c. Menginformasikan tentang ciri-ciri produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

d. Meluruskan informasi yang keliru, mengurangi ketakutan dan kekhawatiran konsumen.


(38)

e. Membangun citra perusahaan. 2. Membujuk (persuading)

Tujuan promosi yang kedua adalah mempengaruhi dan membujuk pelanggan atau konsumen sasaran agar mau membeli atau mengalihkan pembelian terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Kegiatan untuk membujuk konsumen antara lain:

a. Membentuk pilihan merek.

b. Mengalihkan perhatian ke merek tertentu.

c. Mengubah presepsi pelanggan terhadap atribut tertentu. d. Mendorong konsumen untuk membeli pada saat itu juga.

e. Mendorong konsumen untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesman).

3. Mengingatkan (reminder),

Sebagai alternatif dari tujuan promosi yang akan dilakukan perusahaan adalah mengingatkan kembali konsumen sasaran yang selama ini dimiliki atas keberadaan perusahaan dan merek-merek produk yang dihasilkan yang tetap setia dan konsisten untuk melayani. Hal tersebut dapat dilakukan dengan:

a. Mengingatkan konsumen bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat.

b. Mengingatkan konsumen akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan.


(39)

17

c. Menjaga agar ingatan pertama konsumen jatuh pada produk perusahaan.

Perusahaan atau instansi yang akan diperkenalkan produknya harus menentukan cara yang terbaik untuk menjual produk keputusan yang cocok adalah tentang sifat perpaduan promosi yang mungkin paling efektif. Untuk itu perusahaan harus dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap unsur promosi sehingga dengan demikian dapat disusun strategi penjualan yang tepat dan dianggap efektif untuk dilaksanakan.

Stanton dalam Swasta dan Irawan (1998:349) memaparkan bauran pemasaran adalah kombinasi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling dan alat promosi lain yang semuanya direncanakan untuk mencapai program tujuan penjualan.

Kotler (2005: 264), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu :

a. Advertising (Periklanan)

Menurut Kotler (2008), “Periklanan merupakan segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.” Periklanan memiliki beberapa sifat, antara lain :

1) Presentasi Umum

Periklanan bersifat umum dan memberikan semacam keabsahan pada produk. Hal ini juga berarti menawarkan tawaran yang terstandarisasi. Oleh karena banyak orang yang menerima pesan


(40)

yang sama, pembeli mengetahui bahwa motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum.

2) Tersebar Luas

Periklanan adalah medium yang berdaya sebar luas yang memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali. Iklan juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. Periklanan berskala besar oleh seorang penjual menyiratkan hal yang positif tentang ukuran, kekuatan dan keberhasilan penjual.

3) Ekspresi Yang Lebih Kuat

Periklanan memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara dan warna yang penuh seni.

4) Tidak Bersifat Pribadi

Pada periklanan audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan atau menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog, bukan dialog dengan audiens.

b. Sales Promotion (Promosi Penjualan)

Menurut Kottler (2008),“Promosi penjualan terdiri dari kumpulan alat-alat insentif yang beragam, sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang”. Sales promotion memberi tiga manfaat yang berbeda yaitu:


(41)

19

1) Komunikasi

Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya memberikan informasi yang mengarahkan konsumen ke produk bersangkutan. 2) Insentif

Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen. 3) Ajakan

Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi pembelian sekarang.

Menurut Kotler (2008), terdapat beberapa cara untuk membuat suatu promosi penjualan sebagai alat pembangun kesadaran merek yang efektif yaitu sebagai berikut:

1) Memastikan bahwa promosi yang dilakukan mempunyai alasan yang benar.

2) Mengaitkan kegiatan promosi penjualan dengan citra merek. 3) Promosi sebagai alat komunikasi dan juga sebagai tugas penjualan. c. Personal selling (Penjualan Tatap Muka)

Penjualan personal adalah alat yang paling efektif serta menghemat biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Penjualan personal memiliki 3 ciri khusus sebagai berikut:


(42)

1) Konfrontasi Personal

Penjualan personal mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat. 2) Mempererat

Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui minat pelanggan yang terbaik.

3) Tanggapan

Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.

d. Public Relations (Hubungan masyarakat)

Menurut Kotler (2008), “Hubungan masyarakat merupakan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra

perusahaan atau produk individualnya”. Alat-alat utama promosi

Hubungan Masyarakat Pemasaran adalah sebagai berikut: 1) Publikasi

Perusahaan-perusahaan sangat tergantung materi yang dipublikasikan untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar sasaran mereka. Materi Publikasi itu mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, laporan berkala, dan majalah perusahaan, serta materi audio visual.


(43)

21

2) Peristiwa

Perusahaan dapat menarik perhatian terhadap produk baru atau kegiatan pemasaran lainnya dengan menyelenggarakan peristiwa khusus seperti konferensi berita, seminar, tamasya, pameran, kontes, dan kompetisi, peringatan hari jadi, serta pemberian sponsor olahraga dan budaya yang akan menjangkau masyarakat sasaran.

3) Berita

Salah satu tugas utama profesional humas adalah menemukan atau menciptakan berita yang mendukung perusahaan, produk, dan orang-orangnya. Penciptaan berita membutuhkan keahlian pengembangan konsep cerita, pelaksanaan riset, dan penulisan siaran pers.

4) Pidato

Pidato merupakan alat lain untuk menciptakan publisitas produk dan perusahaan. Penampilan dalam bentuk pidato dapat membangun citra perusahaan.

5) Kegiatan Pelayanan Masyarakat

Perusahaan ikut mendukung kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan dikesempatan lain, perusahaan akan menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk sebab tertentu.


(44)

6) Media Identitas

Suatu perusahaan harus bersaing dengan perusahaan lainnya untuk mendapatkan perhatian masyarakat dan menciptakan identitas perusahaan. Salah satu cara untuk menciptakan identitas adalah dengan identitas visual diberikan oleh logo perusahaan, alat tulis, brosur, tanda, formulir bisnis, bangunan, dan cara berpakaian.

e. Direct Marketing (Pemasaran Langsung)

Definisi pemasaran langsung (direct marketing) menurut Suyanto (2007: 219) merupakan sistem pemasaran yang menggunakan saluran langsung untuk mencapai konsumen dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen tanpa melalui perantara pemasaran. Untuk menghasilkan tanggapan dan/ atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi.

Meski terdapat berbagai bentuk pemasaran langsung seperti surat langsung, pemasaran jarak jauh, pemasaran elektronik dan sebagainya, semuanya memiliki empat karakteristik. Pemasaran langsung bersifat:

1) Nonpublik, pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu.

2) Disesuaikan, pesan dapat disiapkan untuk menarik orang lain yang dituju.

3) Terbaru, pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat.

4) Interaktif, pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan orang tersebut.


(45)

23

1.6 Tinjauan Mengenai Pariwisata

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sanksekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap dan “wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian. Dapat disimpulkan bahwa pariwisata berarti sebuah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berptar-putar dari satu tempat (asal) ke tempat lainnya (tujuan). Pariwisata juga dapat didefinisikan sebagai perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, sifatnya hanya sementara, dilakukan secara perorangan maupun kelompok, dan sebagai uaha mencptakan keserasian, keseimbangan, dan keahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dalam dimensi sosial dan budaya.

Yoeti (1994:116) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu ngara itu sendiri atau diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:


(46)

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat lamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultasi pariwisata rmah makan, bar, angkutan wisata.

Menurut Burkart dan Medlik (dalam Pendit, 2002:16) pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan ini. Dari pengertian tersebut dapat disimpulakn bahwa pariwisata adalah sebuah aktivitas untuk mengisi waktu luang dengan melakukan perjalanan baik dalam lingkup satu negara atau sampa keluar negeri tanpa ada kegiatan untuk mencari nafkah.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, kegiatan pariwisata memiliki beberap ciri, antara lain:

a) Terdapat dua lokasi yang saling terkait yaitu antara darah asal dan derah tujuan wisatawan.

b) Sebagai destinasi memilik objek dan daya tarik wisata yang unik. c) Sebagai destinasi pasti memliki sarana dan prasarana pariwisata. d) Pelaksanaan perjalana ke destinai dilakukan dalam waktu sementara.


(47)

25

e) Terdapat dampak yang ditimbulkan, khsusnya padadaerh destinsi segi sosial budaya, ekonomi dan lingkungan.

Pariwisata dewasa ini menjadi sebuah gejala yang menghasilkan banyak manfaat. Pariwisata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkecukupan dalam hal materi saja, namun pariwisata sekrang ini bisa dinikmati oleh semua orang dari semua golongan. Dalam perkembangannya, menurut Yoeti (dalam Suwena, 2009:16) pariwisata dapat dilihat berdasarkan letak geografis dimana kegiatan pariwisata itu dilakukan, , antara lain:

a) Pariwisata lokal (local tourism) adalah jenis kepariwisataan yang ruang lingkupnya lebih sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. b) Pariwisata regional (regional touris) adalah kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkungan nasional dan dapat pula regional dalam lingkungan internasional.

c) Pariwisata nasional (national tourism) adalah kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya tidak saja sendiri tetapi juga orang asing yang berdiam di negara tersebut.

d) Pariwisata regional-internasional (regional-international tourism) adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbats tetapi melewati baytas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.


(48)

e) Pariwisata internasional (international tourism) adalah kegiaan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara dunia, termasuk didalamnya pariwisata regional-internasional dan pariwisata nasional. Fandeli (1995:3) membedakan pariwisata menjadi tiga yang disesuaikan menurut jenis daya tariknya, antara lain:

1. Daya Tarik Alam

Pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek wisata yang masih alami.

2. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti tanah toraja, keraton Jogjakarta, keraton kesepuhan Cirebon, dan objek wisata budaya lainnya.

3. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti olahraga, wisata rohani, wisata petualangan, wisata kuliner, wisata belanja, dan sebagainya.


(49)

27

Pendit (1994:14) mengelompokkan pariwisata ke dalam beberapa jenis yang didasarkan pada motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat, yaitu:

a) Wisata Budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, kebudayaan, dan seni mereka.

b) Wisata Bahari adalah jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, terlebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan.

c) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) adalah jenis wisata yang banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

d) Wisata Konvensi adalah jenis wisata dekat yang erat kaitannya dengan kegiatan politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan– ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat


(50)

nasional maupun internasional. Biro penyedia jasa konvensi berlomba-lomba untuk menarik organisasi-organisasi untuk menyelenggarakan kegiatannya di pusat konvensi dengan menawarkan berbagai fasilitas dan atraksi menarik dengan harga yang terjangkau.

e) Wisata Pertanian (Agrowisata) adalah jenis wisata yang pengorganisasiannya dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunana, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.

f) Wisata Buru adalah jenis wisata yang banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki derah atau hutan tempat berburu yang dibenarka oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negara di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di indonesia sendiri, pemerintah telah membuka wisata buru untuk di daerah Baluran, Jawa Timur. Wisata ini memberikan ijin kepada wisatawan untuk menembak banteng atau babi hutan.

g) Wisata Ziarah adalah jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan perorangan atau


(51)

29

rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakan tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

1.7 Tinjauan Mengenai Destinasi Wisata

Destinasi wisata merupakan salah satu elemen yang paing penting karena menjadi alasan orang-orang melakukan perjalanan wisata serta daya tarik wisata yang ada di dalamnya akan menarik kunjungan wisatawan (Cooper dkk, 1993). Pendapat lainnya menyatakan bahwa kawasan wisata (destinasi) merupakan suatu tempat yang tidk saja menyediakan segala sesuatu yang dapat dilihat wisatawan, namun juga aktivitas yang dapat dilakukan pada tempat tersebut dan menjadi daya tarik yang memikat orang untuk berkunjung ke tempat tersebut (Gunn, 1993).

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara actual maupun hukum.

Menurut Hadinoto (1996:15) destinasi wisata merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seseorang pengunjung, ia dapat tinggal selama waktu tertentu. Destinasi pariwisata adalah suatu entitas yang mencakup wilayah


(52)

geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan.

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan daerah tujuan wisata atau destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

1. Something to see yaitu suatu daerah harus memiliki atraksi wisata yang berbeda dari daerah lain. Atraksi tersebut haruslah memiliki kekhasan sendiri dibandingkan dengan yang lain, sehingga wisatawan akan tertarik untuk mengunjungi suatu destinasi.

2. Something to do yaitu selain harus memiliki banyak atraksi wisata yang bisa dilihat dan disaksikan, suatu daerah harus pula menyediakan


(53)

31

fasilitas pendukung bagi wisatawan untuk melakukan aktifitasnya disaat waktu luang berupa rekreasi atau amusement yang bisa membuat wisatawan betah saat berada disuatu destinasi.

3. Something to know yaitu suatu tempat selain harus memiliki banyak atraksi menarik yang bisa dilihat, disaksikan, serta dilakukan, destinasi harus bisa menyediakan fasilitas informasi yang dapat menjelaskan tentang arti dan makna tentang atraksi wisata tersebut dengan jelas melalui tour operator atau pramuwisata yang berkualitas. 4. Something to buy yaitu suatu wilayah harus menyediakan

tempat-tempat berbelanja, terutama barang-barang souveir yang khas dari daerah tersebut.

Mill dan Morrison (2009:18) mengembangkan model AFITH sebagai penunjuk elemen-elemen suatu destinasi wisata. Elemen ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya yang selanjutnya disebut dengan destination mix

(DM) atau bauran destinasi yang terdiri dari attraction (atraksi), facilities

(fasilitas), infrastructure (infrastruktur), transportation (transportasi), dan


(1)

e) Pariwisata internasional (international tourism) adalah kegiaan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara dunia, termasuk didalamnya pariwisata regional-internasional dan pariwisata nasional. Fandeli (1995:3) membedakan pariwisata menjadi tiga yang disesuaikan menurut jenis daya tariknya, antara lain:

1. Daya Tarik Alam

Pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek wisata yang masih alami.

2. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti tanah toraja, keraton Jogjakarta, keraton kesepuhan Cirebon, dan objek wisata budaya lainnya.

3. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti olahraga, wisata rohani, wisata petualangan, wisata kuliner, wisata belanja, dan sebagainya.


(2)

Pendit (1994:14) mengelompokkan pariwisata ke dalam beberapa jenis yang didasarkan pada motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat, yaitu:

a) Wisata Budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, kebudayaan, dan seni mereka.

b) Wisata Bahari adalah jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, terlebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan.

c) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) adalah jenis wisata yang banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

d) Wisata Konvensi adalah jenis wisata dekat yang erat kaitannya dengan kegiatan politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan– ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat


(3)

nasional maupun internasional. Biro penyedia jasa konvensi berlomba-lomba untuk menarik organisasi-organisasi untuk menyelenggarakan kegiatannya di pusat konvensi dengan menawarkan berbagai fasilitas dan atraksi menarik dengan harga yang terjangkau.

e) Wisata Pertanian (Agrowisata) adalah jenis wisata yang pengorganisasiannya dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunana, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.

f) Wisata Buru adalah jenis wisata yang banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki derah atau hutan tempat berburu yang dibenarka oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negara di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di indonesia sendiri, pemerintah telah membuka wisata buru untuk di daerah Baluran, Jawa Timur. Wisata ini memberikan ijin kepada wisatawan untuk menembak banteng atau babi hutan.

g) Wisata Ziarah adalah jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan perorangan atau


(4)

rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakan tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

1.7 Tinjauan Mengenai Destinasi Wisata

Destinasi wisata merupakan salah satu elemen yang paing penting karena menjadi alasan orang-orang melakukan perjalanan wisata serta daya tarik wisata yang ada di dalamnya akan menarik kunjungan wisatawan (Cooper dkk, 1993). Pendapat lainnya menyatakan bahwa kawasan wisata (destinasi) merupakan suatu tempat yang tidk saja menyediakan segala sesuatu yang dapat dilihat wisatawan, namun juga aktivitas yang dapat dilakukan pada tempat tersebut dan menjadi daya tarik yang memikat orang untuk berkunjung ke tempat tersebut (Gunn, 1993).

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara actual maupun hukum.

Menurut Hadinoto (1996:15) destinasi wisata merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seseorang pengunjung, ia dapat tinggal selama waktu tertentu. Destinasi pariwisata adalah suatu entitas yang mencakup wilayah


(5)

geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan.

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan daerah tujuan wisata atau destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

1. Something to see yaitu suatu daerah harus memiliki atraksi wisata yang berbeda dari daerah lain. Atraksi tersebut haruslah memiliki kekhasan sendiri dibandingkan dengan yang lain, sehingga wisatawan akan tertarik untuk mengunjungi suatu destinasi.

2. Something to do yaitu selain harus memiliki banyak atraksi wisata yang bisa dilihat dan disaksikan, suatu daerah harus pula menyediakan


(6)

fasilitas pendukung bagi wisatawan untuk melakukan aktifitasnya disaat waktu luang berupa rekreasi atau amusement yang bisa membuat wisatawan betah saat berada disuatu destinasi.

3. Something to know yaitu suatu tempat selain harus memiliki banyak atraksi menarik yang bisa dilihat, disaksikan, serta dilakukan, destinasi harus bisa menyediakan fasilitas informasi yang dapat menjelaskan tentang arti dan makna tentang atraksi wisata tersebut dengan jelas melalui tour operator atau pramuwisata yang berkualitas. 4. Something to buy yaitu suatu wilayah harus menyediakan

tempat-tempat berbelanja, terutama barang-barang souveir yang khas dari daerah tersebut.

Mill dan Morrison (2009:18) mengembangkan model AFITH sebagai penunjuk elemen-elemen suatu destinasi wisata. Elemen ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya yang selanjutnya disebut dengan destination mix (DM) atau bauran destinasi yang terdiri dari attraction (atraksi), facilities (fasilitas), infrastructure (infrastruktur), transportation (transportasi), dan hospitality (hospitaliti).


Dokumen yang terkait

Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Muara Indah Gunungsitoli (Studi Pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kota Gunungsitoli -Nias)

6 110 189

STRATEGI PROMOSI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENCITRAKAN BANYUWANGI SEBAGAI DESTINASI WISATA Studi pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi

6 56 21

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

8 89 139

KEBIJAKAN PROMOSI PARIWISATA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PEMALANG Kebijakan Promosi Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Pemalang (studi kasus Implementasi Komunikasi Organisasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten P

0 1 13

NASKAH PUBLIKASI KEBIJAKAN PROMOSI PARIWISATA DINAS KEBUDAYAAN Kebijakan Promosi Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Pemalang (studi kasus Implementasi Komunikasi Organisasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang).

0 1 15

Evaluasi Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata).

4 18 53

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

0 0 1

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

0 2 34

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

0 0 5

Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

0 0 2