Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukittinggi (Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

A.Yoeti,Okta. 1982. Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Bryson, M. Jhon.1999. Strategik Planning For Public & Non Profit Organization. Jossey-Bass Inc, USA

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT Gramedia

Hadinoto, Kusadianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Strategik. Malang:UMM Press.

Marpaung, Happy dan Bahar Herman, 2002. Pengetahuan Pariwisa. Bandung: Alfabeta. Nisjar dan Winardi. 1997. Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju.

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata. PT.Pradya Pratama.Jakarta

Singarimbun, Masri dan Efendi. 1995. Metode Penelitia Survai. Jakarta:LP3ES.

Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.

Stoner, James, dkk.1996. Manajemen. Jakarta: PT Prenhallindo.

Sunaryo, Bmbang. 2013. Kebijkan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada.

Warpani, Suwardjoko P. dan Warpani Indira P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB.


(2)

Sumber Undang-undang :

Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Sumber Internet :

http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=105, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 12.45 WIB

http://www.harianhaluan.com/index.php/laporan-utama/26456-kunjungan-wisatawan-ke-bukittinggi-menurun, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 13.50 WIB http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/26483-bukittinggi-perlu-berbenah, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 13.55 WIB


(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kota Bukittinggi

3.1.1 Sejarah Pembentukan Kota Bukittinggi

Bukittinggi dalam kehidupan ketatanegaraan semenjak zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang serta zaman kemerdekaan dengan berbagai variasinya tetap merupakan pusat Pemerintahan Sumatera bahagian Tengah maupun Sumatera secara keseluruhan, bahkan Bukittinggi pernah berperan sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia setela Yogyajarta diduduki Belanda dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949.

Semasa pemerintahan Belanda dahulu, Bukittinggi oleh Belanda selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih dikenal dengan Benteng Fort De Kock . Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya di timur ini.

Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah yang sekarang


(4)

Pemerintah bala tebtara Jepang mendirikan pemancar Radio terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan peramg Asia Timur Raya versi Jepang.

Pada zaman perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949 ditunjuk sebagai Ibu Kota Pemerintahan darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera dengan Gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Kemudian dalam peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959 Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing Keresidenan itu telah menjadi Propinsi-propinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Propinsinya,. semenjak tahun 1958 secara defacto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padang namun secara deyuire barulah tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Barat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang.

Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kota madya Daerah Tingkat II sesuai dengan undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan UU NO. 22/99menjadi Kota Bukittinggi.


(5)

Secara ringkas perkembangan Kota Bukittinggi dapat dilihat sebagai berikut : A. Pada Masa Penjajahan Belanda

Semula sebagai Geemente Fort De Kock dan kemudian menjadi Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358 tahun 1938 yang luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi sekarang.

B. Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada masa ini Bukittinggi bernama Shi Yaku Sho yang wilayahnya lebih luas dari Kota Bukittingggi sekarang ditambah dengan nagari-nagari Sianok, Gadut, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah.

C. Pada Masa Kemerdekaan Sampai Sekarang

1. Pada masa permulaan proklamasi, luas wilayah Bukittinggi sama seperti sekarang ini dengan Waliktanya yang pertama yaitu Bermawi Sutan Rajo Ameh.

2. Kota Bukittinggi dengan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera No. 391 tanggal 9 Juni 1947 tentang pembentukan Kota Bukittinggi sebagai Kota yang berhak mengatur dirinya sendiri.

3. Kota Besar Bukittinggi sebagaimana yang diatur Undang-undang No. 9 tahun 1956 tentang Pembentukan Otonom Kota Besar Bukittinggi dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah jo Undang-undang Pokok tentang Pemerintah Daerah No. 22 tahun1960.

4. Kotapraja Bukittinggi, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Pemerintah Daerah No. 1 tahun 1957 jo. Pen. Prs. No. 6 tahun 1959 jo. Pen. prs. No. 5 tahun 1960.

5. Kotamadya Bukittinggi sebagai mana diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah.


(6)

Pemerintah Daerah, baik sebagai pejabat senentara ( Pjs ) atau sebagai pejabat (Pj), maupun sebagai Walikota Pilihan (KDH) dapat diterakan sebagai berikut :

1. Bermawi Sutan RAjo Ameh 2. Iskandar Teja KUsuma 3. Jamin Dt. BAgindo 4. Aziz Karim

5. Enin Karim 6. Saadudin Jambek

7. Nauman Jamil Dt. Mangkuto Ameh 8. MB. Dt. Majo Basa Nan Kuning 9. Syahbuddin LAtif Dt. Sibungsu 10. Dr. S. Rivai

11. Bahar Kamil Marah Sutan 12. Anwar Maksum Marah Sutan 13. M. Asril, SH

14. A. Kamal, SH 15. Drs. Masri

16. Drs. Oemar Gaffar 17. Drs. B. Barhanudin

18. Drs. Hasan Basri ( PLT. Walikota ) 19. Armedi Agus

20. Drs. Rusdi Lubis ( PLT Walikota ) 21. Drs. H. Djufri

22. Drs. H. Oktisir Sjovijerli Osir ( PLT. Walikota ) 23. Drs. H. Djufri


(7)

24. H.Ismet Amzis, SH ( sekarang)

Dengan bermacam ragamnya status maupun fungsi yang diemban Bukittinggi seperti yang diuraikan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Bukittinggi memang cukup strategis letaknya dan ditunjang pula oleh hawanya yang sejuk, karenaterletak di jajaran Bukit Barisan.

Dilihat dari segi sosial kemasyarakatan, Bukitinggi tidak kurang pula perannya, baik dalam ukuran regional, Nasiopnal mupun Internasional. Dikota ini sering diadakan rapat-rapat kerja Pemerintah, Pertemuan-pertemuan ilmiah, kongres-kongres oleh organisasi kemasyarakatan dan lain sebagainya.

3.1.2 Wilayah Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi terletak 100020 - 100025 Bujur Timur dan 00016 - 00020 Lintang Selatan dengan ketinggian 780 – 950m diatas permukaan laut. Kota ini memiliki kontur tanah yang bergelombang, terdiri dari bukit-bukit dan lembah-lembah. Dimana bila kita menyusuri Kota Bukittinggi maka akan banyak sekalai jalan yang mendaki, menurun dan jenjang untuk pejalan kaki, maka tidak salah kota ini dijuluki kota seribu jenjang. Terkenal dengan keindahan alamnya Bukittinggi dikelilingi tiga gunung yaitu Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sago atau disebut juga Tri Arga.

Kota Bukittinggi saat ini terdiri atas 3 kecamatan dengan 24 kelurahan. Bukittinggi akan mengadakan perubahan batas wilayah, dengan memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Agam ke dalam wilayah kota Bukittinggi, sehingga nantinya kota Bukittinggi mempunyai luas 145,299 km2 yang terdiri dari 7 kecamatan dan 58 kelurahan/desa dengan jumlah penduduk 175.452 jiwa.


(8)

Sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan realisasinya menunggu turunnya Peraturan Pemerintah tentang perubahan batas wilayah tersebut.

KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN

Luas wilayah 12.185 Km2 (48,28%, mempunyai penduduk sebanyak 32.157 orang dengan kepadatan rata-rata 930 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 9 Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Campago Ipuh

b. Kelurahan Campago Guguk Bulek c. Kelurahan Kubu Gulai Bancah d. Kelurahan Puhun Tembok e. Kelurahan Puhun Pintu Kabun f. Kelurahan Manggis

g. Kelurahan Pulai Anak Air h. Kelurahan Garegeh i. Kelurahan Koto Salayan

KECAMATAN GUGUK PANJANG

Luas wilayah 6,931 Km2 (27,07%, mempunyai penduduk sebanyak 38.510 orang dengan kepadatan rata-rata 5.638 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 7 Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Kayu Kubu b. Kelurahan Pakan Kurai


(9)

c. Kelurahan Benteng Pasar Atas

d. Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang e. Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah f. Kelurahan Tarok Dipo

g. Kelurahan Bukit Apit Puhun

KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

Luas wilayah 9,252 Km2 (24,778%, mempunyai penduduk sebanyak 20.733 orang dengan kepadatan rata-rata 3.316 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 9 Kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Belakang Balok b. Kelurahan Birugo

c. Kelurahan Aur Kuning d. Kelurahan Sapiran e. Kelurahan Kubu Tanjung f. Kelurahan Pakan Labuah g. Kelurahan Ladang Cakiah h. Kelurahan Parit Antang

Kota bukittingi berbatasan dengan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Agam, yaitu :

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Tilatang Agam b. Sebelah Selatan dengan Banuhampu Sungai Puar c. Sebelah Barat dengan IV Koto


(10)

IKLIM DAN GEOGRAFIS

Di kota ini banyak turun hujan, rata-rata 2,381 milimeter pertahun dengan jumlah hujan rata-rata 193 hari dalam setahun dan kelembaban hawa berkisar antara min 82,0% - 90,8% max. Oleh karena itu daerah ini beriklim sedang, berhawa sejuk dengan suhu antara 1601 - 2409 C serta memiliki alam yang indah.

Karena alamnya yang indah maka Bukittinggi terkenal sebagai salah satu kota tujuan utama wisata di Sumatera Barat. Pada tanggal 11 Maret 1984 Gubernur Sumatera Barat Bapak Ir. Azwar Anas mencanangkan Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata.

3.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukitinggi

3.2.1 Jumlah Pegawai PadaDinas Kebudayaan Dan Pariwisata

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Kota, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kota Bukittinggi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas pokok dalam bidang kebudayaan dan pariwisata.

Jumlah pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bukittinggi yaitu total keseluruhan aparatur yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi berjumlah 119 personil, dengan perincian 87 orang PNS, 7 orang PHL, dan 25 orang pegawai Kontrak. Kondisi PNS Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan jenis kelamin terdiri atas : 83 orang Lk dan 36 orang Pr, berdasarkan pendidikan: S2: 2 orang, S1: 36 orang, D3: 7 orang, SMA: 43 orang, SMK: 6 orang, SMP: 10 orang, SD: 15 orang.


(11)

3.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bukittinggi dan Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Eselon II Dan III Serta Rincian Tugas Eselon IV Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi mempunyai tugas membantu Walikota dalam menyelenggarakan kewenangan dibidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan, pariwisata dan pengelolaan TMS-BK.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebudayaan, pariwisata dan TMS-BK.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan, pariwisata dan TMS-BK.

4. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(12)

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijakan, pedoman serta petunjuk teknis di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Sekretaris Dinas

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Dinas yang meliputi urusan umum dan kepegawaian, urusan keuangan serta urusan perencanaan dan program pelayanan proses kepegawaian sampai dilingkungan dinas, evaluasi pengendalian program dan pelaporan.

Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijakan, pedoman serta petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan administrasi umum dan kepegawaian, serta keuangan dan perencanaan dinas. Membawahi :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, b. Sub Bagian Keuangan


(13)

3. Bidang-bidang terdiri dari : a. Bidang Kebudayaan dan Seni

Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di bidang Kebudayaan dan Seni yang meliputi kebudayaan dan nilai-nilai tradisi, atraksi budayadan bina seni budaya. Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijakan, pedoman serta petunjuk teknis di bidang penyelenggaraan program Kebudayaan dan Seni.

Membawahi :

1. Seksi Kebudayaan dan Nilai-Nilai Tradisi 2. Seksi Atraksi Budaya

3. Seksi Bina Seni Budaya b. Bidang Pariwisata

Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang meliputi promosi dan kerjasama, bina usaha dan industri wisata serta pengembangan sarana kawasan dan objek wisata.

Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijakan, pedoman serta petunjuk teknis di bidang penyelenggaraan program Kepariwisataan.

Membawahi :

1. Seksi Promosi dan Kerjasama

2. Seksi Bina Usaha dan Industri Wisata


(14)

c. Bidang Museum dan Peninggalan Sejarah

Mempunyai tugas menyelenggarakan program kegiatan dan melaksanakan sebagian urusan pemerintah di bidang Kebudayaan dan Pariwisata yang meliputi bidang museum dan peninggalan sejarah.

Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijkan, pedoman serta petunjuk teknis di bidang penyelenggaraan program pengelolaan Musium dan Peninggalan Bersejarah.

Membawahi:

1. Seksi Museum dan kepurbakalaan 2. Seksi Peninggalan sejarah

3. Seksi Pengelolaan Lobang Jepang dan Panorama d. Bidang TMS-BK

Mempunyai tugas menyelenggarakan program kebijakan teknis bidang pengelolaan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dalam arti melaksanakan penyusunan rencana anggaran, perencanaan pembangunan sarana dan prasarana, pemeliharaan, pengolahan data, menginventarisir barang-barang di sekitar lokasi serta menjaga,merawat, dan melindungi benda-benda yang ada di Lobang Jepang dan Panorama dari segala bentuk hukum, memantau dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan pengelolaan Lobang Jepang dan Panorama dan pembinaan terhadap pemandu sejarah di lokasi.

Fungsinya yaitu, merumuskan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kebijakan, pedoman serta petunjuk teknis di bidang penyelenggaraan program pengelolaan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan.


(15)

Membawahi:

1. Seksi Kebersihan Lingkungan dan Kandang 2. Seksi Kesehatan dan Makanan Hewan 3. Seksi Ketertiban dan Keamanan

1. Seketariat di pimpin oleh Sekretaris yang berada dibawah tangung jawab kepada Kepala Dinas.

2. Bidang dan UPT masing-masing dipimpin oleh Kepala Bidang dan Kepala UPT yang berada bertangung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris. 3. Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

4. Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan beranggung jawab kepada Kepala Bidang.

5. Kelompok Jabatan Fungsional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

3.2.3 Visi dan Misi

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisarta Kota Bukittinggi berorientasi pada keluaran (output) dan hasil (outcomes) yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2010-2015 dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi atau cara mencapai tujuan dan sasaran.


(16)

a. Visi

Visi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi mengacu pada batasan tersebut dan mengacu pada visi Pemerintah Kota Bukittinggi, yaitu :

“Terwujudnya Bukittinggi sebagai Daerah Tujuan Wisata Berlandaskan Adat dan Agama”

b. Misi

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan perlu dijabarkan dalam bentuk misi. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan.

Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi ditetapkan sebanyak 4 (empat) misi sebagai berikut :

1. Mendorong peningkatan citra Kota Bukittinggi sebagai daerah tujuan wisata

2. Melakukan pelestarian dan pengembangan Kebudayaan dan Seni 3. Menyelenggarakann promosi pariwisata yang efektif dengan bertumpu

pada kekuatan analisa pasar yang dilakukan secara komprehensif 4. Mengembangkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta


(17)

3.3 Gambaran Umum Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi 1. Jam Gadang

Tepat di pusat Kota Bukittinggi terdapat sebuah bangunan menara yang tinggi menjulang beratap khas Minangkabau yang di sebut Jam Gadang. Didirikan pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Abidin Sutan Gigi Ameh dan dari puncak menara dapat kita saksikan keindahan alam sekitar Bukittinggi. Salah satu keunikan Jam Gadang adalah angka empat yang ditulis dengan empat buah angka atau Romawi yang seharusnya ditulis dengan angka empat romawi. Di sekitar Jam Gadang di kelilingi oleh taman dan setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan.

Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controler (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Belanda dulu. Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.

Gambar 3.1 Jam Gadang


(18)

2. Taman Panorama

Taman Panorama ini terletak di tepi Ngarai Sianok, dari sisni kita dapat menyaksikan keindahan Ngarai Sianok yang dilatarbelakangi oleh Gunung Singgalang. Di lokasi ini terdapat medan nan bapaneh, menara pandang, warung makanan dan minuman, tempat duduk, parkiran dan fasilitas lainnya. Terdapat banyak kera yang berkeliaran sambil bermain melompati dahan dan mendekati pengunjung Taman Panorama.

Gambar 3.2 Taman Panorama

3. Ngarai Sianok

Ngarai Sianok berlokasi di pinggir Kota Bukittinggi yang memisahkan antara Bukittinggi dengan kaki gunung Singgalang. Ketinggian tebingnya kurang lebih 100 - 120 m dan panjang anak sungai kurang lebih 15 m. Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang ini merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur, didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang gunung Singgalang dan gunung Merapi. Keindahannya banyak diabadikan oleh wisatawan yang datang.


(19)

Gambar 3.3 Ngarai Sianok

4. Lobang Jepang

Di tengah Taman Panorama terdapat sebuah sebuah terowongan yang dibuat pada masa penjajahan Jepang yang oleh masyarakat Bukittinggi terowongan ini disebut Lobang Jepang. Dibangun pada Tahun 1942 pada masa Perang Dunia II, yang digunakan sebagai Kubu Pertahanan Militer Jepang dengan panjang lebih kurang 1.400 m. Konstruksinya mulai dikerjakan bulan Maret 1944, dan selesai pada awal juni 1944. Pembuatan terowongan dikerjakan di bawah pimpinan tiga ahli tambang batubara, dikirim dari perusahaan Hokkaido – Tanko Kisen Co. Perusahaan tambang batu bara terkenal di Hokkaido ini selama pendudukan balatentara Jepang, juga mengerjakan tambang batu bara Ombilin.

Di dalam Lobang Jepang terdapat lorong yang bercabang-cabang, lorong-lorong tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: tempat rapat, tempat makan, kamar tidur, barak militer dan ruang tahanan. Terdapat 12 ruangan yang di pakai untuk barak militer, 12 ruangan untuk tempat tidur, 6 ruangan untuk


(20)

tempat amunisi, 2 ruangan untuk tempat makan romusha dan 1 ruangan untuk tempat siding. Ruangan-ruangan tersebut masih terawatt dengan baik dan bisa di kunjungi oleh para wisatawan. Dengan masih terdapatnya sarana-sarana bersejarah di dalam Lobang Jepang maka akan terus meningkatkan minat para wisatawan untuk berkunjung.

Gambar 3.4 Lobang Jepang

5. Benteng Fort De Kock

Benteng merupakan bangunan untuk keperluan pertahanan militer sewaktu dalam peperangan. Benteng Fort de Kock merupakan Bukit Jirek yang dibentuk sedemikan rupa sebagai kubu pertahanan, terutama sejak meletusnya perang Paderi. Pada lereng bukit bagian atas dibuat parit yang melingkari bukit. Parit tersebut berfungsi sebagai tempat ketika menghadapai serangan dari sekitar Bukit Jirek tersebut. Didirikan pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer dengan nama


(21)

Benteng Sterreschant yang kemudian lebih dikenal dengan Benteng Fort De Kock di Bukit Jirek.

Gambar 3.5 Benteng Fort De Kock

6. Jembatan Limpapeh

Jembatan Limpapeh sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De kock dibangunlah sebuah jembatan dengan konstruksi beton yang melintas di atas jalan A. Yani dan jembatan ini di beri nama Jembatan Limpapeh. Diatas jembatan ini kita dapat melihat keidahan kota bukittinggi dengan latar Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang membentang indah.


(22)

Gambar 3.6 Jembatan Limpapeh

7. Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan

Kebun binatang ini merupakan kebun binatang tertua di Indonesia. Berbagai macam binatang langka dan dilindungi ada di sini. Di dalamnya juga terdapat Museum Kebudayaan berbentuk rumah adat Minangkabau dan Museum Zoologi.

Gambar 3.7


(23)

8. Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

Rumah adat ini terdapat di dalam kawasan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK). Di dalamnya di pamerkan berbagai macam barang-barang kuno.

Gambar 3.8

Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

9. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

Kawasan yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta, disinilah tempat kelahiran seorang yang begitu berjasa terhadap bangsa dan Negara Indonesia, beliau bernama Muhammad Hatta yang akrab di panggil Bung Hatta seorang Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Di rumah ini kita bisa melihat foto-foto kenangan Bung Hatta bersama keluarga.


(24)

Gambar 3.9


(25)

Gambar 3.10


(26)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan wawancara dan mengumpulkan data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian ini, berikut peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi dan peneliti berusaha untuk mendeskripsikan semua hasil wawancara dan data-data yang dibutuhkan agar mudah untuk dipahami.

Dalam penyajian data, terdapat tiga aspek utama yakni :

1. Situasi lingkungan Internal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi

2. Situasi lingkungan Ekternal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi

3. Strategi yang dimiliki oleh Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi

Ketiga hal tersebut merupakan pokok yang akan dijelaskan pada penyajian data yang akan digunakan oleh penulis sebagai bahan acuan untuk melakukan analisis data.

4.1 Kondisi Lingkungan Internal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi

Analisis terhadap lingkungan internal organisasi sangat penting dalam mengetahui kondisi sebenarnya organisasi tersebut sehingga dapat mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi pertimbangan penting bagi organisasi


(27)

dalam menyusun suatu strategi. Lingkungan internal yang peneliti identifikasi terdiri dari sistem pengelolaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi.

4.1.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bukittinggi merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan destinasi pariwisata karena memiliki peran sebagai tim pelaksana, pengawas dan juga sebagai orang yang berpotensi untuk pengambilan sebuah keputusan. Perlu juga di ketahui bahwa banyaknya jumlah pegawai di suatu organisasi tidak bisa menjamin akan dapat memberikan dampak positif terhadap pelakasanaan sebuah keputusan ataupun strategi. Namun kurangnya jumlah pegawai di suatu organisasi juga dapat menyebabkan kurang maksimalnya tahap pelaksanaan sampai tahap evaluasi sebuah rencana strategi yang telah disusun. Jadi dalam melaksanakan sebuah strategi diperlukan sumber daya manusia yang cukup baik dalam hal kulitas dan kuantitas, yang biasa di sebut juga dengan tenaga profesional.

Tenaga profesional yaitu tenaga-tenaga di sebuah organisasi baik swasta maupun aparatur pemerintahan yang mampu melaksanakan tugas dengan baik dalam mencapai tujuan. Maka total keseluruhan aparatur yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi berjumlah 119 personil.

Untuk lebih jelasnya informasi mengenai Sumber Daya Manusia Aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, maka peneliti akan menguraikan lebih detail lagi informasi mengenai pegawai yang diuraikan melalui tabel dengan spesifikasi menurut jenis kelamin, pendidikan dan golongan kerja pegawai. Melalui uraian data yang lebih spesifik tersebut diharapkan akan


(28)

memperoleh informasi bagaimana gambaran SDM yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi.

Tabel 4.1

Klasifikasi SDM Menurut Persentase Jenis Kelamin

Nomor Jenis Kelamin Jumlah(orang) Persentase

1. Laki-laki 83 69,7%

2. Perempuan 36 30,3%

Jumlah 119 100%

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, 2014

Bersasarkan tabel yang disajikan diatas menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi lebih banyak di dominasi oleh pegawai berjenis kelamin laki-laki. Situasi ini berhubungan dengan petimbangan bahwa laki-laki sangat di butuhkan di dalam pengelolaan destinasi pariwisata yang di tempatkan di lapangan atau berhadapan langsung dengan tiap-tiap destinasi baik sebagai pelaksana teksnis lapangan maupun pengawas.


(29)

Tebel 4.2

Klasifikasi SDM Menurut Persentase Tingkat Pendidikan

Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah(orang) Persentase

1. S2 2 1,7%

2. S1 36 30,3%

3. D3 7 5,9%

4. SMA 43 36,1%

5. SMK 6 5,0%

6. SMP 10 8,4%

7. SD 15 12,6%

Jumlah 119 100%

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, 2014

Bersasarkan tabel yang disajikan diatas, Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi cukup memadai dalam pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi dan dapat menjadikan tujuan wisata unggulan di Sumatera Barat karena didominasi oleh aparatur lulusan S1 dan SMA. Untuk meningkatkan kompetensi pengelola maka harus adanya program pelatihan dan pembinaan karena pada umumnya pendidikan pengelola destinasi pariwisata tidak sesuai bidangnya yaitu bidang kepariwisataan. Maka dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi memberikan pelatihan-pelatihan tentang pengelolaan pariwisata sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten di setiap bidangnya dan dapat memaksimalkan pelaksanaan strategi pengelolaan yang telah di tetapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi.


(30)

Dalam mengelola sebuah organisasi diperlukan pelatihan dan pembinaan sumber daya manusia yang dilakukan berkala karena ada beberapa faktor seperti menempati posisi baru, pengankatan sebagai pegawai baru, karena perubahan situasi berdasarkan perkembangan zaman, sistem pengunjung yang berubah dan memudahkan mengenali pola pikir pengunjung di dalam memberikan pelayanan dan jasa pariwisata. Maka pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi berencana melakukan kegiatan pelatihan dan pembinaan setiap tahun dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten.36

Tabel 4.3

Klasifikasi SDM Menurut Persentase Status Kepegawaian

Nomor Status Kepegawaian Jumlah(orang) Persentase

1. PNS 87 73,1%

2. PHL 7 5,9%

3. Pegawai Kontrak 25 21,0%

Jumlah 119 100%

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, 2014

Bersasarkan tabel yang disajikan diatas menunjukkan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi di tempati oleh aparatur yang sumber pendapatan (gaji) yang tetap dan jelas yang berasal dari APBN, dan perlakukan pimpinan yang melakukan pendekatan secara manusiawi kepada bawahan untuk meminimalisir kejenuhan,


(31)

ketidaknyamanan dan rasa malas sehingga memungkinkan setiap aparatur atau pegawai bisa melaksanakan tugas pengelolaan secara optimal37.

Sumber Daya Manusia pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi sudah cukup memadai sehingga bisa bekerja secara optimal di dalam proses pengelolaan dan pengawasan setiap strategi yang diimplementasikan terhadap pengembangan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi. Sehingga bisa menjadikan Kota Bukittinggi sebagai tujuan utama wisata baik para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara serta bisa meningkatkan kesadaran masyarakat di dalam mengelola tiap-tiap destinasi wisata atau di sebut juga sadar wisata.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Destinasi Pariwisata di Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi karena alamnya yang indah maka terkenal sebagai salah satu kota tujuan utama wisata di Sumatera Barat. Pada tanggal 11 Maret 1984 Gubernur Sumatera Barat Bpak Ir. Azwar Anas mencanangkan Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata.

Selain kondisi alam yang indah, pariwisata kota bukittinggi juga harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga pengunjung bisa lebih tertarik untuk berlama-lama menikmati objek wisata Kota Bukittinggi, maka pada tiap-tiap destinasi memiliki perbedaan sarana dan prasarana menyesuaikan pada kondisi destinasi tersebut.


(32)

4.1.2.1 Sarana Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi 1. Jam Gadang

Tepat di pusat Kota Bukittinggi terdapat sebuah bangunan menara yang tinggi menjulang beratap khas Minangkabau yang di sebut Jam Gadang. Didirikan pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Abidin Sutan Gigi Ameh dan dari puncak menara dapat kita saksikan keindahan alam sekitar Bukittinggi. Salah satu keunikan Jam Gadang adalah angka empat yang ditulis dengan empat buah angka atu Romawi yang seharusnya ditulis dengan angka empat romawi. Di sekitar Jam Gadang di kelilingi oleh taman dan setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan.

Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controler (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Belanda dulu. Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.

Jam gadang yang terletak di tengah taman Sabai Nan Aluih memiliki beberapa sarana , yaitu:

a. Taman Bunga

Di sekitar Jam Gadang terdapat taman bunga yang terdiri dari berbagai jenis. Taman bunga ini meningkatkan keindahan Jam Gadang. Di dalam pengelolaan Jam Gadang dan sarana nya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi bekerja sama dengan Dinas Pertamanan dan Dinas Kebersihan Kota Bukittinggi.


(33)

b. Bangku Taman

Bangku taman merupakan salah satu sarana penunjang untuk meningkatkan kenyamanan para pengunjung dalam menikmati keindahan Jam Gadang dan taman bunga sehingga merasakan kepuasan terhadap pengelolaan kawasan Jam Gadang. Terdapat 8 bangku taman biasa yang di sediakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dan 3 bangku taman yang kusus di buat mengelilingi pohon rindang sehingga pengunjung bisa merasakan kesejukan udara di Jam Gadang.

c. Lampu taman

Lampu taman merupakan sarana penunjang kegiatan pengunjung pada malam hari karena di kawasan jam gadang kegiatan pariwisata tidak hanya dilakukan pada siang hari saja tapi bisa berlanjut sampai malam hari karena pada hari-hari tertentu juga diadakan atraksi-atraksi budaya.

2. Taman Panorama

Taman Panorama ini terletak di tepi Ngarai Sianok, dari sisni kita dapat menyaksikan keindahan Ngarai Sianok yang dilatarbelakangi oleh Gunung Singgalang.

Dilokasi ini terdapat beberapa sarana, yaitu: a. Medan Nan Bapaneh

Medan Nan Bapaneh merupakan sebuah tempat atau panggung yang digunakan untuk menampilkan pementasan sebuah karya seni, seperti tarian, drama tradisional dan sejenisnya. Situs ini terdapat tepat di atas goa Jepang Ngarai Sinok, Bukittinggi, Sumatera Barat.


(34)

b. Menara Pandang

Menara pandang merupakan sebuah menara yang didirikan untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam ngarai sianok dari ketinggian tanpa adanya penghalang sehingga bisa menikmati semua objek yang ada dari ketinggian.

c. Bangku Taman atau Tempat Duduk

Bangku taman atau tempat duduk yang di sediakan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi ini memiliki cirri khas Budaya Minang, karena atapnya di buat seperti gonjong Rumah Gadang (Rumah Adat Minangkabau).

d. Gapura dan Tiketting

Gapura dan tiketing adalah gedung yang berfungsi sebagai tempat loket pengambilan tiket masuk ke Taman Panorama

3. Ngarai Sianok

Ngarai Sianok berlokasi di pinggir Kota Bukittinggi yang memisahkan antara Bukittinggi dengan kaki gunung Singgalang. Ketinggian tebingnya kurang lebih 100 - 120 m dan panjang anak sungai kurang lebih 15 m. Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang ini merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur, didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang gunung Singgalang dan gunung Merapi. Keindahannya banyak diabadikan oleh wisatawan yang datang.

Pada saat ini para pengunjung tidak hanya sekedar menikmati keindahan alam dan sungai yang membentang membelah bukit antara Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, tetapi sarana-sarana baru mulai di tambah supaya


(35)

para wisatawan mendapati cari berbeda dalam menikmati keindahan alam ngarai sianok, seperti:

a. Great Wall Of Koto Gadang

Janjang Koto Gadang atau yang dikenal dengan sebutan Great Wall ini terbentang sepanjang 1 km. Jejeran tangga yang mirip dengan Tembok China ini menghubungkan Bukittinggi dan Agam. Merupakan sarana pariwisata baru di Ngarai Sianok yang didirikan berdasarkan kerjasama antara Pemerintah Kota Bukittinggi dengan Tifatul Sembiring. Di pintu masuk terdapat sebuah monumen kecil bertuliskan “Janjang Koto Gadang, The Great Wall of Koto Gadang” menjadi tanda pengenal untuk turis yang ingin masuk.

b. Jembatan Gantung

Jembatan gantung ini merupakan jembatan penghubung Janjang Koto Gadang antara Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam. Jembatan dengan ketinggian sekitar 50 meter dari dasar sungai ini hanya boleh di dilewati oleh 10 orang secara bersamaan.

c. Tangga Seribu

Janjang Saribu yang memiliki arti Tangga Seribu ini, memang memiliki anak tangga yang cukup banyak, yakni dengan jumlah 1000 anak tangga. Tangga ini sendiri dibuat sehingga anda bisa menyusuri tebing, hingga ke bawah lembah atau ngarai sianok. Umumnya, tiap-tiap desa yang berada di dekat ngarai, memiliki jalan sendiri untuk menuju dasar lembah, ada yang berupa tangga, ada pula yang berupa jalan-jalan setapak.


(36)

Hal ini dikarenakan jalan turun seperti Janjang Saribu, digunakkan untuk mengambil air yang berada di dasar Ngarai Sianok yakni di batang sianok. Selain itu juga, Janjang Saribu ini sudah merupakan jalur akses penduduk desa untuk berkunjung ke desa lainnya.

Tetapi, tradisi penggunaan Janjang Saribu sebagai jalur pengambilan air sudah jarang dilakukan. Begitupun dengan kunjungan ke desa-desa lain. Hal ini dikarenakan, kebanyakkan dari penduduk desa sudah menggunakkan angkutan umum yang sudah banyak tersedia.

Maka dari itu, Janjang Saribu saat ini, sudah dijadikan salah satu objek wisata untuk para pecinta petualangan dengan menghadirkan sebuah wahana tracking. Hal ini dikarenakan jumlah tangga yang banyak, serta anda akan ditantang melewati celah-celah tebing, sehingga kesan tantangannya sangat terasa. Belum lagi kelok-kelokkan tangga yang membuat perjalanan anda semakin terasa.

Selama perjalanan anda menelusuri Janjang Saribu, anda tidak hanya disuguhi dengan banyaknya anak tangga untuk mencapai dasar lembah. kita juga akan terpana melihat keindahan alam di sekitar dengan tegaknya Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang tampak mempesona dari kejauhan.

Hal inilah yang akan menjadi obat lelah anda karena pemandangan lainnya pun ikut serta menyegarkan pikiran. Selain itu, tak jarang beberapa satwa berupa kera akan tampak melintas, melewati ranting-ranting pepohonan. Tak kalah pula, nyanyian para burung pun menjadikan suasana terasa benar-benar alami.


(37)

4. Lobang Jepang

Di tengah Taman Panorama terdapat sebuah sebuah terowongan yang dibuat pada masa penjajahan Jepang yang oleh masyarakat Bukittinggi terowongan ini disebut Lobang Jepang. Dibangun pada Tahun 1942 pada masa Perang Dunia II, yang digunakan sebagai Kubu Pertahanan Militer Jepang dengan panjang lebih kurang 1.400 m. Konstruksinya mulai dikerjakan bulan Maret 1944, dan selesai pada awal juni 1944. Pembuatan terowongan dikerjakan di bawah pimpinan tiga ahli tambang batubara, dikirim dari perusahaan Hokkaido – Tanko Kisen Co. Perusahaan tambang batu bara terkenal di Hokkaido ini selama pendudukan balatentara Jepang, juga mengerjakan tambang batu bara Ombilin.

Di dalam Lobang Jepang terdapat lorong yang bercabang-cabang, lorong-lorong tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: tempat rapat, tempat makan, kamar tidur, barak militer dan ruang tahanan. Terdapat 12 ruangan yang di pakai untuk barak militer, 12 ruangan untuk tempat tidur, 6 ruangan untuk tempat amunisi, 2 ruangan untuk tempat makan romusha dan 1 ruangan untuk tempat sidang. Ruangan-ruangan tersebut masih terawat dengan baik dan bisa di kunjungi oleh para wisatawan. Dengan masih terdapatnya sarana-sarana bersejarah di dalam Lobang Jepang maka akan terus meningkatkan minat para wisatawan untuk berkunjung. 5. Benteng Fort De Kock

Benteng merupakan bangunan untuk keperluan pertahanan militer sewaktu dalam peperangan. Benteng Fort de Kock merupakan Bukit Jirek yang dibentuk sedemikan rupa sebagai kubu pertahanan, terutama sejak meletusnya perang Paderi. Pada lereng bukit bagian atas dibuat parit yang


(38)

melingkari bukit. Parit tersebut berfungsi sebagai tempat ketika menghadapai serangan dari sekitar Bukit Jirek tersebut. Didirikan pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer dengan nama Benteng Sterreschant yang kemudian lebih dikenal dengan Benteng Fort De Kock di Bukit Jirek.

Di sekitar area Benteng Fort De Kock terdapat beberapa sarana-sarana pariwisata, yaitu:

a. Gerbang masuk dan tiketting

Gerbang masuk dengan atap gonjong nya mencirikan Rumah Gadang Minangkabau dan tiketing adalah gedung yang berfungsi sebagai tempat loket pengambilan tiket masuk ke Benteng Fort De Kock. b. Sarana rekreasi

Sarana rekerasi yang terdapat di kawasan Benteng Fort De kock seperti, meriam peninggalan bangsa belanda, kuda tunggang, tempat duduk dan wahana bermain anak

c. Taman burung

Selain menikmati wahana permainan dan kuda tunggang, kita juga bisa melihat berbagai jenis burung-burung langka karena di kawasan ini juga tempat konservasi hewan-hewan langka

6. Jembatan Limpapeh

Jembatan Limpapeh sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De kock dibangunlah sebuah jembatan dengan konstruksi beton yang melintas di atas jalan A. Yani dan jembatan ini di beri nama Jembatan Limpapeh. Diatas jembatan ini kita dapat melihat keidahan kota bukittinggi dengan latar Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang membentang indah.


(39)

7. Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan

Kebun binatang ini merupakan kebun binatang tertua di Indonesia. Berbagai macam binatang langka dan dilindungi ada di sini. Di dalamnya terdapat

a. Museum Kebudayaan berbentuk rumah adat Minangkabau

Museum kebudayaan ini didirikan untuk memperkenalkan berbagai macam kebudayaan Minangkabau kepada para wisatawan

b. Museum Zoologi

Museum zoology yang terdapat di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan ini didirikan selain sebagai salah satu wisata rekreasi tetapi juga sebagai wisata pendidikan dimana para pelajar bisa mengetahui jenis-jenis binatang yang terdapat di dunia dan juga bisa mengetahui jenis-jenis binatang langka dan dilindungi.

c. Gapura TMSBK

Gapura TMSBK merupakan gerbang masuk ke Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan.

8. Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

Rumah adat ini terdapat di dalam kawasan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK). Di dalamnya di pamerkan berbagai macam barang-barang kuno.

Sarana pelengkap museum Rumah Gadang Nan Baanjuang, yaitu: a. Rangkiang Padi

Rangkiang Padi merupakan bangunan yang terdapat di depan rumah gadang yang memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan


(40)

padi setelah musim panen. Adapun jenis rangkiang padi adalah sitinjau lauik dan sibayau – bayau.

b. Rumah Tabuah

Rumah Tabuah adalah bangunan yang terdapat di depan Mesjid Di loteng bangunan tersebut terdapat sebuah Tabuah (Tabuh) yang gunanya adalah untuk ditabuh sebagai pertanda masuknya waktu Shalat Wajib.

c. Koleksi Rumah Gadang Nan Baanjuang

Koleksi yang ada di rumah Adat ini merupakan koleksi etnografi, sehingga dengan mengunjungi museum ini kita dapat mengetahui budaya Minangkabau. Koleksi-koleksi yang ada di dalam rumah gadang antara lain peralatan rumah tangga, alat transportasi tradisional, berbagai macam kain tradisional minangkabau, berbagai macam tutup kepala, koleksi mata uang, koleksi keramik dan lain-lain.

9. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

Kawasan yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta, disinilah tempat kelahiran seorang yang begitu berjasa terhadap bangsa dan Negara Indonesia, beliau bernama Muhammad Hatta yang akrab di panggil Bung Hatta seorang Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Di rumah ini kita bisa melihat Foto-foto kenangan Bung Hatta bersama keluarga.

Sara yang terdapat di museum Tridaya Eka Darma, yaitu: a. Lumbung padi aminah

Tempat penyimpanan cadangan padi keluarga Bung Hatta yang terletak di belakang rumah kelahiran Bung Hatta.


(41)

b. Bugi atau bendi

Kendaraan yang sering digunakan Bung Hatta pergi ke sekolah sewaktu kecil, yang disimpan di bagian belakang Rumah Kelahiran Bung Hatta, di dekat istal kuda yang kini kosong.

Selain wisata alam dan wisata rekreasi, Kota Bukittingi juga memberikan alternatif wisata yaitu:

1. Wisata Kuliner

Di Kota Bukittinggi akan banyak di temui makanan khas yang berasal dari Kota Bukittinggi, seperti nasi kapau, ketupat kapau (katupek kapau), kerupuk sanjai, kerupuk angka delapan (karang kaliang), kerupuk kulit (karupuak jangek), dendeng kering dan belut kering. Makanan-makanan ini menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi oleh-oleh yang akan dibawa oleh wisatawan.

2. Atraksi Wisata

Bukittinggi memiliki beberapa atraksi wisata, seperti Festival Muharram, Traditional Dance (Tari Tradisional) di Medan Nan Balinduang, Peringatan HUT RI, Pacuan Kuda, Khatam Al-Quran dan berbagai event menarik lainnya.

4.1.2.2 Prasarana Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi

Prasarana merupakan segala sesuatu yang menjadi penunjang terhadap tercapainya suatu tujuan. Untuk menunjang tercapainya suatu tujuan dan melengkapi sarana obyek wisata yang ada yang di sediakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, yaitu:


(42)

1. Tempat parkir

Untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, tempat parkir merupakan salah satu faktor penunjang tercapainya tujuan dari sapta pesona. Maka pengelolaan tempat parkir haruslah dilakukan dengan sabaik-baiknya karena setiap tahunnya jumlah kunjungan selalu meningkat dan jumlah kendaraan yang parkir semakin lama semakin bertambah. Pada saat sekarang ini lahan untuk tempat parkir merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, kususnya lahan parkir untuk para wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Bukitinggi. Walaupun proyek pembuatan lahan parkir dalam tahap penyelesaian akan tetapi masih di rasakan kekurangan karena untuk tempat parkir yang baru ini hanya cukup menampung kurang lebih 500-600 kendaraan sedangkan jumlah kunjungan masih belum sebanding antara tempat parkir dengan kendaraan yang datang dari luar Kota Bukittnggi.

2. Mushalla

Mushalla di bangun untuk memudahkan wisatawan yang beragama Islam dalam melakukan ibadah seperti ibadah shalat.

3. Kamar mandi umum

Kamar mandi umum merupakan tempat yang digunakan pengunjung untuk membuang air, merapikan pakaian dan lain-lain. Maka kebersihan kamar mandi umum haruslah di kelola dengan baik sehingga dapat memberikan kesan bahwa destinasi pariwisata dikelola dan di pelihara secara baik. Pada saat ini kamar mandi umum yang terdapat di setiap


(43)

destinasi pariwisata Kota Bukittinggi kurang terpelihara dengan baik karena masih di terdapat kamar mandi yang rusak dan kurang bersih.

Walaupun masih terdapatnya kekurangan sarana dan prasarana inti pada tiap-tiap destinasi pariwisata Kota Bukittinggi namun secara keseluruhan destinasi pariwisata yang ada di Kota Bukittinggi sudah di kelola cukup baik oleh tiap-tiap bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi yang berdasarkan pada strategi pengelolaan destinasi pariwisata dalam meningkatkan daya tarik pengunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Objek-objek pariwisata di kelola dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam pengelolaan kebersihan, pengelolaan keamanan dan pengelolaan sarana dan prasarana serta dilakukan juga kerja sama dengan mitra kerja pariwisata seperti PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar. Selain bekerja sama dengan mitra kerja pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bukittinggi juga mendatangkan pegawai dan juga melibatkan masyarakat setempat sebagai pengelola (wisata berbasis mayarakat).38

Selain sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di tiap-tiap destinasi pariwisata Kota Bukittinggi, Kota Bukittinggi juga mempunyai kelebihan yaitu fasilitas atau akomodasi bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Kota Bukittinggi ini seperti penginapan baik penginapan kelas berbintang maupun penginapan kelas melati, rumah makan serta pusat penjualan oleh-oleh seperti makanan khas Kota Bukittinggi yang nantinya membantu kekurang di dalam hal sarana dan prasarana yang terdapat di objek wisata tersebut. Sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini.


(44)

Tabel 4.4

Jumlah Fasilitas atau Sarana Penunjang Wisata di Kota Bukittinggi tahun 2013

Nomor Jenis Jumlah

1. Hotel Berbintang 4 3

2. Hotel Berbintang 3 2

3. Hotel Berbintang 2 5

4. Hotel Berbintang 1 5

5. Hotel Melati 43

6. Pondok Wisata 5

7. Rumah Makan 35

8. Tour dan Travel 20

9. Bank 17

10 Toko Souvenir 17

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, 2014

Fasilitas atau akomodasi ini terdapat di sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sehingga bisa memberikan kemudahan akses menuju tempat-tempat tersebut. Pengunjung juga bisa memilih setiap fasilitas sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan.

4.1.3 Kunjungan Wisatawan

Selain memiliki sarana dan prasarana inti dan penunjang, secara umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi juga memiliki strategi guna menarik minat kunjungan wisatawan.


(45)

Strategi yang telah di lakukan selama ini oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai lembaga yang berkompenten dalam hal kebudayaan dan kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan produk wisata.

2. Penguasaan pasar pariwisata lokal, domestik dan mancanegara. 3. Penciptaan iklim investasi yang kondusif

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Pelaku Usaha Wisata dan Masyarakat.

5. Pemberdayaan masyarakat pariwisata.

6. Pemeliharaan, pembinaan, pelestarian, dan pemanfaatan kebudayaan daerah.

Keberhasilan strategi yang telah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dapat di lihat dari jumlah kunjungan yang setiap tahun semakin meningkat dan setiap destinasi memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, dengan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan maka akan menambah rasa nyaman dan ketertarikan sehingga para wisatawan ingin berlama-lama untuk menikmati keindahan destinasi pariwisata yang di tawarkan Kota Bukittinggi.

Berdasarkan hasil data yang penulis peroleh di lapangan bahwa jumlah kunjungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tabel berikut ini disajikan tentang jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bukittinggi tahun 1998-2013:


(46)

Tabel 4.5

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bukittinggi

Tahun Jumlah Wisatawan Persentase

% Mancanegara Nusantara Jumlah

1998 12.673 69.462 82.135 -69,20%

1999 13.472 84.953 98.425 19,83%

2000 15.641 126.466 142.107 44,38%

2001 14.637 128.452 143.089 0,69%

2002 12.478 136.831 149.309 4,35%

2003 13.319 166.941 180.260 20,73%

2004 14.324 169.580 183.904 2,02%

2005 16.472 195.017 211.489 15,00%

2006 15.523 225.215 240.738 13,83%

2007 30.428 236.386 266.814 10,83%

2008 33.470 260.024 293.494 10.00%

2009 34.345 272.068 306.413 4,40%

2010 38.391 291.531 329.922 7,67%

2011 26.629 332.246 358.875 8,78%

2012 26.802 360.193 386.995 17,30%

2013 32.068 404.145 436.213 21,55%

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, 2014

Berdasarkan tabel data jumlah kunjungan diatas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan semakin meningkat, khususnya kunjungan wisatawan nusantara yang diimbangi juga oleh Dinas


(47)

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dengan pembenahan semua sumber daya yang ada baik di dalam pengelolaan maupun promosi. Sehingga para wisatawan selalu memiliki keinginan untuk terus berkunjung ke Kota Bukittinggi.

Semakin bertambahnya jumlah pengunjung destinasi pariwisata Kota Bukittinggi, pengelolaan juga harus ditingkatkan oleh setiap bidang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dengan membuat strategi berbeda sesuai dengan bidang yang di kelola dan potensi alamnya, seperti bidang kebudayaan dan seni yang memiliki strategi pengelolaan sebagai berikut39:

1. Melakukan kerja sama dengan tim kesenian

2. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki sanggar-sanggar budaya dan seni

3. Membuat paket-paket wisata budaya dan kesenian

4. Pengelolaan sarana dan prasarana penunjang atraksi budaya dan seni Pada Bidang Pariwisata yang melaksanakan strategi pengeloaan sebagai berikut40:

1. Penambahan ruang terbuka hijau (RTH) untuk pariwisata. 2. Meningkatkan kerjasama dengan SKPD terkait.

3. Pembangunan destinasi wisata Koto Barangai yang direncanakan realisasinya pada tahun 2015.

4. Peningkatan promosi destinasi pariwisata dengan berbagai kegiatan. 5. Pelatihan sadar wisata.

6. Peningkatan pelayanan terhadap pengunjung.

Lain halnya dengan Bidang Museum dan Peninggalan Bersejarah yang mengelola semua aset budaya yang menjadi salah satu destinasi pariwisata di Kota Bukittinggi memeliki strategi pengelolaan sebagai berikut41:

39

Wawancara dengan Kabid Kebudayaan dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Senin 21 Maret 2014

40

Wawancara dengan Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Senin 21 Maret 2014


(48)

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas-fasilitas pada tiap-tiap museum dan peninggalan bersejarah.

2. Peningkatan kebersihan, kenyamanan dan keamanan bagi para pengunjung.

3. Penyesuaian harga tiket dengan kemampuan wisatawan

Sedangkan Bidang Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan juga memiliki strategi pengelolaan untuk menarik minat pengunjung sehingga jumlah kunjungan bisa terus meningkat, seperti42:

1. Pembuatan kembali kebun bunga

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas TMSBK sebagai lembaga edukasi dan konservasi

3. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) pengelola TMSBK

Berdasarkan strategi pengelolaan yang diterapkan oleh tiap-tiap bidang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, diharapkan bisa menghasilkan destinasi pariwisata yang lebih inovatif tanpa harus meninggalkan sejarah budaya setempat. Karena tugas pokok dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi adalah melestarikan kebudayaan di Kota Bukittinggi sedangkan kepariwisataan merupakan tugas tambahan yang di limpahkan pemerintah pusat kepada Dinas terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi43.

4.1.4 Kondisi Kebersihan Destinasi Pariwisata

Kebersihan destinasi pariwisata merupakan salah satu program dari sapta pesona. Kebersihan destinasi pariwisata sangat menentukan daya tarik destinasi tersebut. Destinasi wisata yang bersih akan membuat wisatawan betah dan ingin kembali mengunjungi destinasi tersebut. Kebersihan destinasi pariwisata dapat

42

Wawancara dengan Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Senin 25 Maret 2014


(49)

dilihat dari kebersihan sarana dan prasarana yang tersedia, termasuk lingkungan sekitar destinasi pariwisata. Kebersihan taman Jam Gadang masih kurang mendapat perhatian dari pengunjung sehingga masih bisa ditemui sampah yang berserakan di sekitar Jam Gadang, walaupun tempat sampah telah di sediakan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bukittinggi44. Selain kebersihan yang harus diperhatikan lagi baik oleh pengunjung maupun Dinas terkait, penertiban pedagang kaki lima seperti penjual makanan maupun souvenir juga harus di benahi serta di bangun lokasi kusus agar tertata dengan rapi dan bisa dijadikan tambahan objek wisata di Kota Bukittinggi45.

Berbeda dengan Jam Gadang, Taman Panorama memiliki petugas kebersihan sendiri yang disediakan oleh Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi untuk menjaga kebersihan, sehingga kebersihan taman panorama bisa terjaga dengan baik. Karena pengelolaan kebersihan merupakan tugas yang cukup berat maka dinas pariwisata melakukan pendekatan secara kemanusiaan sehingga pekerjaan yang diselesaikan bisa maksimal serta juga di berikan pelatihan dan kegiatan studi banding46.

Secara keseluruhan kondisi lingkungan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sudah mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi serta Dinas Terkait yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan, akan tetapi dalam mencapai lingkungan yang bersih aman dan nyaman harus adanya hubungan timbal balik antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat baik pengunjung maupun masyarakat setempat.

44

Wawancara dengan pengunjung, Roni dari Pekan Baru, Sabtu 29 Maret 2014

45


(50)

4.2 Kondisi Lingkungan Eksternal Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota

Bukittinggi

Lingkungan eksternal adalah lingkungan luar organisasi yang berada diluar dan tidak dapat dikendalikan oleh organisasi, namun dapat mempengaruhi organisasi baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap lingkungannya agar mampu bertahan dan bersaing.

Fenomena lingkungan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh detil dan dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan eksternal itu. Sebagaimana kita ketahui faktor-faktor eksternal yang perlu dan penting diperhitungkan adalah faktor politik, faktor ekonomi, dan kondisi sosial budaya yang terjadi di masyarakat.

4.2.1 Faktor Politik

Faktor politik yang mencakup perkembangan lingkungan politik yang terjadi dalam hal ini menyangkut kebijakan-kebijakan politik yang terkait langsung dalam proses pembangunan yang terjadi di daerah, baik berupa undang-undang, komitmen politik, maupun kemampuan politik elite-elite di pusat dan daerah. Demikian juga perkembangan interaksi politik yang terjadi dengan segala akibat dan dampak yang terjadi dipermukaan. Dimensi politik ini akan berdampak atau menghasilkan suatu konsekwen sebagai peluang-peluang atau pun sebaliknya sebagai ancaman.

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yaitu tentang pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang termasuk di dalamnya pengurusan potensi daerah seperti pengelolaan kepariwisataan yang ada didaerahnya tersebut.


(51)

Maka Kota Bukittinggi menjadikan pariwisata sebagai salah satu pendapatan asli daerah (PAD). Untuk menghasilkan PAD yang tinggi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi membuat kebijakan-kebijakan strategis di dalam pengelolaan pariwisata sehingga Kota Bukittinggi bisa menjadi salah satu tujuan wisata unngulan di Sumatera Barat, baik kebijakan-kebijakan strategis yang dikelola sendiri oleh Dinas terkait maupun dilakukannya kerjasama antara pemerintah dengan swasta, pemerintah dengan masyarakat atau pemerintah, swasta dan masyarakat.

Walaupun telah di terapkan otonomi daerah dan kebijakan-kebijkan strategis telah di buat tetapi di dalam pengelolaan potensi pariwisata masih terdapat kendala, seperti kebijakan pencairan anggaran yang mengalami keterlambatan sehingga menghambat peningkatan pelayanan serta kebijakan penentuan masa jabatan yang tidak meiliki kejelasan waktu. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor politik yang mempengaruhi lingkunga eksternal bisa saja memberikan keuntungan apabila dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sebaliknya bisa memberikan kerugian apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah.

4.2.2 Faktor Ekonomi

Pada saat ini, sektor pariwisata merupakan lahan yang sangat subur dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dan peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat yang berjualan di sekitar distinasi pariwisata. Masih kurangnya kepedulian para pedagang seringkali mengakibatkan hilangnya rasa nyaman bagi para pengunjung, karena para pedagang yang pada umumnya pedagang kaki lima ini berjualan di sembarang tempat dapat mengurangi keindahan


(52)

objek wisata47. Terdapat juga jasa foto bersama badut di Jam Gadang yang berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan, juga mengurangi rasa nyaman pengunjung karena para badut menawarkan jasanya dengan memaksa serta pengamen yang hanya meminta uang kepada pengunjung tanpa bermain musik.

Selain itu, masih banyak pedagang yang menetapkan harga dagangannya di atas rata-rata, kurangnya transparansi harga yang mengakibatkan banyaknya keluhan wisatawan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi. Sifat pedagang yang demikian tidak jarang menyebabkan pengunjung akan membeli dan membawa makanan dan minumannya dari luar objek wisata. Para pedagang ini tidak memiliki pandangan jauh kedepan, artinya untuk menarik simpati para wisatawan untuk berkunjung kembali di kemudian hari. Sehingga harus ditingkatkan kesadaran dan kepedulian pelaku wisata dengan program sadar wisata48.

4.2.3 Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang berisikan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat mempengaruhi terlaksananya aktivitas sebuah organisasi. Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor yang dapat berubah dan terimitasi dengan pengaruh budaya-budaya yang di bawa oleh para wisatawan.

Kota Bukittinggi masih memegang erat sifat kedaerahan berlandaskan adat dan agama, sehingga masih dijumpai kesalah pahaman masyarakat terhadap pariwisata yang sering dianggap tempat pariwisata identik dengan tempat maksiat, untuk mengubah pola pikir masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selalu

47

Wawancara dengan pengunjung, Roni dari Pekan Baru, Sabtu 29 Maret 2014

48

Wawancara dengan Kasi Bina Usaha dan Industri Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Jumat 21 Maret 2014


(53)

melakukan sosialisasi dan melaksanakan program pelatihan dan pembinaan tentang sadar wisata kepada seluruh elemen masyarakat49. Sehingga tujuan dari visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota bukittiinggi bisa tercapai.

4.2.4 SWOT pada setiap destinasi pariwisata Kota Bukittinggi 1. Jam Gadang

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Jam Gadang

1) Berada tepat di pusat Kota Bukittinggi, sehingga memudahkan wisatawan menjangkau destinasi pariwisata Jam Gadang.

2) Terdapat sebuah bangunan menara yang tinggi menjulang beratap khas Minangkabau yang di sebut Jam Gadang dan hanya satu-satunya di Sumatera Barat.

3) Memiliki keunikan yaitu angka empat yang ditulis dengan empat buah angka atu Romawi yang seharusnya ditulis dengan angka empat romawi.

4) Di sekitar Jam Gadang di kelilingi oleh taman dan setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan. b. Kelemahan yang dimiliki oleh Jam Gadang

1) Masih banyaknya pengamen yang memaksa pengunjung untuk memberikan uang walaupun pengamen tersebut tidak memberikan jasanya.

2) Masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung Jam Gadang, seperti: bangku taman, toilet umum dan bagian informasi


(54)

3) Pedagang kaki lima yang masih suka berjualan di sembarang tempat sehingga mengurangi kenyamanan wisatawan.

c. Peluang yang dimiliki oleh Jam Gadang

1) Letak Jam Gadang yang strategis memberikan kemudahan pada para pengunjung untuk mengakses Jam Gadang serta jarak dengan destinasi lain relatif dekat, bisa diakses dengan berjalan kaki.

2) Jam Gadang merupakan situs peninggalan bersejarah yang mencerminkan kekuasaan penjajah di Kota Bukittinggi

3) Udara yang sejuk membuat para wisatawan mau berlama-lama menikmati keindahan Jam Gadang.

d. Ancaman yang dimiliki oleh Jam Gadang

1) Gempa bumi yang mengakibatkan rusaknya Jam Gadang sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan renovasi. 2) Rendahnya kesadaran pengunjung dan pengunjung dalam menjaga

kebersihan lingkungan Jam Gadang.

3) Badut yang menyediakan jasa foto dengan pengunjung semakin hari semakin mengganngu kenyamanan pengunjung karena sering memaksa berfoto tanpa adanya permintaan dari pengunjung.

2. Taman Panorama

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Taman Panorama

1) Taman Panorama ini terletak di tepi Ngarai Sianok, dari sisni kita dapat menyaksikan keindahan Ngarai Sianok yang dilatarbelakangi oleh Gunung Singgalang.

2) Di lokasi ini terdapat medan nan bapaneh, menara pandang, warung makanan dan minuman, tempat duduk, parkiran dan fasilitas lainnya.


(55)

3) Terdapat banyak kera yang berkeliaran sambil bermain melompati dahan dan mendekati pengunjung Taman Panorama.

4) Tiket masuk yang dijual berdasarkan kemampuan pengunjung dan juga terdapat program pemberian potongan harga.

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Taman Panorama

1) Masih terdapat beberapa kekurangan pada sarana dan prasarana pendukung Taman Panorama. Walaupun telah disediakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, tetapi pengunjung masih merasakan kekurangan, seperti tempat duduk dan lahan parkir. 2) Kurangnya pengamanan pengelola terhadap gangguan kera-kera

yang bebas berkeliaran di sekitar Taman Panorama. c. Peluang yang dimiliki oleh Taman Panorama

1) Taman Panorama memiliki pemandangan yang indah sehingga cocok bagi pengunjung yang ingin berwisata alam.

2) Pengelola Taman Panorama memberikan asuransi ringan kepada pengunjung yang mengalami kecelakan ringan di kawasan Taman Panorama

3) Taman Panorama memiliki udara yang sejuk dan menenangkan fikiran.

d. Ancaman yang dimiliki oleh Taman Panorama

1) Masih terdapatnya premanisme di sekitar Taman Panorama yang mengusik kenyamanan pengunjung.


(56)

3) Bencana alam seperti gempa bumi membuat pengunjung takut untuk berkunjung ke Taman Panorama karena Taman Panorama termasuk ke dalam zona kuning rawan longsor.

3. Ngarai Sianok

a. Kekuatan yang dimiliki Ngarai Sianok

1) Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang ini merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur.

2) Dasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang gunung Singgalang dan gunung Merapi.

3) Memiliki jembatan gantung yang menghubungkan Kota bukittinggi dengan Kabupaten Agam (Koto Gadang), sehingga para wisatawan bisa meninkmati keindahan anak sungai dari atas jembatan gantung. b. Kelemahan yang dimilik Ngarai Sianok

1) Sarana dan prasarana penunjang yang masih kurang memadai di kawasan Ngarai Sianok

2) Masih banyaknya ruang terbuka hijau di Ngarai Sianok yang masih dalam proses pembebasan lahan, sehingga pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukitinggi masih mengalami kesulitan di dalam pengelolaan.

3) Kurangnya kesadaran masyarakat atau pengunjung dalam menjaga keindahan dan kenyamanan objek wisata, seperti: masih dijumpai pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan terdapatnya coretan-coretan pada sebagian dinding Great Wall.


(57)

c. Peluang yang dimiliki oleh Ngarai Sianok

1) Ngarai Sianok memiliki letak yang strategis, tidak jauh dari pusat kota sehingga pengunjung bisa dengan mudah menjangkau destinasi pariwisata Ngarai Sianok

2) Ngarai Sianok memiliki udara yang sejuk dan bersih, sehingga pengunjung merasa nyaman berada di Ngarai Sianok

3) Ngarai Sianok memiliki destinasi wisata penunjang sehingga pengunjung memiliki alternatif lain dalam menikmati keindahan alam Ngarai Sianok

a. Ancaman yang dimiliki oleh Ngarai Sianok

1) Ancaman bencana alam seperti gempa bumi yang bisa terjadi kapan saja sehingga ditutupnya destinasi pariwisata Ngarai Sianok

2) Besarnya kecurigaan masyarakat lokal terhadap perilaku wisatawan yang dianggap melanggar adat yang berlaku di daerah tersebut. 3) Sulitnya membebaskan lahan yang memiliki potensi wisata tinggi

4. Lobang Jepang

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Lobang Jepang

1) Merupakan peninggalan bersejarah yang menjadi wisata unggulan Kota Bukittingi

2) memiliki konstruksi yang unik di dalam pembangunan Lobang Jepang yang tahan dari gempa

3) Tiap ruangan dihubungkan dengan jalan udara dari ujung jurang tebing yang agak besar sampai ke ujung yang lebih kecil. sehingga udara segar bisa leluasa berlalu-lintas di dalamnya sehingga


(58)

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Lobang Jepang

1) Masih kurangnya informasi tentang sejarah Lobang jepang

2) Tidak adanya atraksi Lobang Jepang yang menggambarkan kekejaman penjajahan jepang

3) Masih ditemukannya pemandu wisata yang tidak mempromosikan Lobang Jepang, tetapi lebih kepada mencari keuntungan.

c. Peluang yang dimiliki oleh Lobang Jepang

1) Letak Lobang Jepang yang strategis yaitu berada di tengan Taman Panorama sehingga bisa meningkatkan jumlah kunjungan ke Lobang Jepang

2) Pada saat ini untuk memasuki destinasi pariwisata Lobang Jepang tidak dikenakan biaya, sehingga bisa meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Lobang Jepang

3) Di dalam Lobang Jepang terdapat lorong yang bercabang-cabang, lorong-lorong tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: tempat rapat, tempat makan, kamar tidur, barak militer dan ruang tahanan. Terdapat 12 ruangan yang di pakai untuk barak militer, 12 ruangan untuk tempat tidur, 6 ruangan untuk tempat amunisi, 2 ruangan untuk tempat makan romusha dan 1 ruangan untuk tempat sidang. Selain berwisata, pengunjung juga bisa belajar tentang sejarah.

d. Ancaman yang dimiliki oleh Lobang Jepang

1) Bencana alam seperti gempa bumi membuat pengunjung takut untuk berkunjung ke Lobang Jepang karena Lobang Jepang termasuk


(59)

terletak di daerah rawan longsor sehingga mengganggu kemanan dan kenyaman wisatawan.

2) Pembangunan detinasi wisata yang baru dan berada tidak jauh dari Lobang Jepang dapat menimbulkan terbaginya konsentrasi dan minat pengunjung sehingga bisa mengakibatkan kurangnya kunjungan. 3) Masih kurannya sarana penerangan yang terdapat di dalam Lobang

Jepang.

5. Benteng Fort De Kock

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Benteng Fort De Kock

1) Lokasi Benteng Fort De Kock yang berada di dataran tinggi maka memiliki udara yang sejuk dan bersih sehingga pengunjung ingin berlama-lama berada di kawasan Benteng Fort De Kock.

2) Lokasi yang sangat strategis untuk menikmati keindahan Kota Bukitinggi dari ketinggian.

3) Dikelilingi oleh pohon-pohon rindang dan tertata dengan rapi sehingga menampilkan keindahan yang berbeda dengan destinasi wisata lainnya di Kota Bukittinggi.

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Benteng Fort De Kock

1) Masih terdapat kekurangan pada sarana dan prasarana penunjang seperti bangku taman, taman bermain anak-anak dan toilet umum yang bersih

2) Pedagang yang masih menjual barang dagangannya secara tidak wajar

3) Pengelolaan destinasi pariwisata Benteng Fort De Kock yang belum optimal


(60)

4) Lahan Parkir yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan para wisatawan

c. Peluang yang dimiliki oleh Benteng Fort De Kock

1) Ditambahnya objek baru yaitu taman burung sehingga pengunjung tidak merasa bosan untuk mengunjungi Benteng Fort De Kock

2) Letak yang dekat dengan pusat kota sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk menjangkau Benteng Fort De Kock

3) Terdapat benteng yang berdiri kokoh di kawasan destinasi Benteng Fort De Kock mencerminkan Kota Bukittinggi memiliki nilai sejarah yang tinggi

d. Ancaman yang dimiliki oleh Benteng Fort De Kock

1) Rendahnya rasa cinta masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar Benteng Fort De Kock

2) Adanya tujuan wisata di daerah lain yang menawarkan pengunjung untuk melihat pemandangan di dataran tinggi yang tidak kalah indahnya dibandingkan Benteng Fort De Kock.

6. Jembatan Limpapeh

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Jembatan Limpapeh

1) Jembatan Limpapeh sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De kock dibangunlah sebuah jembatan dengan konstruksi beton yang melintas di atas jalan A. Yani dan jembatan ini di beri nama Jembatan Limpapeh sehingga memudahkan wisatawan dan menghemat waktu untuk mengunjungi dua destinasi wiasata.


(61)

2) Diatas jembatan ini kita dapat melihat keidahan kota bukittinggi dengan latar Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang membentang indah.

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Jembatan Limpapeh

1) Masih ditemukan sampah yang berserakan di Jembatan Limpapeh 2) Pengelolaan Jembatan Limpapeh yang belum optimal dari segi

keindahan dan kenyamanan

c. Peluang yang dimiliki oleh Jembatan Limpapeh

1) Pengunjung bisa berfoto di atas Jembatan Limpapeh karena memiliki latar yang indah seperti Gunung Singgalang dan Merapi

2) Jemabatan Limpapeh yang relatif tinggi maka memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung yang melewatinya

d. Ancaman yang dimiliki oleh Jembatan Limpapeh

1) Perilaku jahil para pengunjung di atas Jembatan Limpapeh

2) Kerusakan Jembatan Limpapeh akibat bencana alam seperti gempa bumi

7. Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan a. Kekuatan yang dimiliki oleh TMSBK

1) Kebun binatang ini merupakan kebun binatang tertua di Indonesia. 2) Berbagai macam binatang langka dan dilindungi ada di sini.

3) Di dalamnya juga terdapat Museum Kebudayaan berbentuk rumah adat Minangkabau dan Museum Zoologi.

b. Kelemahan yang dimiliki oleh TMSBK


(62)

2) sarana dan prasarana penunjang TMSBK masih kurang memadai, seperti masih adanya toilet umum yang rusak dan kurannya jumlah tempat duduk bagi para wisatwan.

3) Kompetensi pengelola yang masih belum kreatif untuk mengembangkan destinasi pariwisata TMSBK

c. Peluang yang dimiliki oleh TMSBK

1) Dengan rencana pembuatan kembali taman bunga untuk mengembalikan sejarah awal TMSBK akan menambah alternatif destinasi pariwisata TMSBK sehingga minat wisatawan bisa meningkat yang disertai peningkatan jumlah kunjungan

2) Selain menyajikan wisata kreasi, TMSBK juga menyajikan wisata sejarah dan wisata edukasi dalam rangka mewujudkan TMSBK sebagai lembaga konservasi yang bertujuan mengembalikan minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Kota Bukittinggi 3) Kantor pengelola yang berada di kawasan TMSBK memungkinkan

untuk mengawasi dan mengumpulkan saran maupun keluhan demi peningkatan kualitas pengelolaan TMSBK

4) Satu-satunya keunikan TMSBK yaitu berada di tengah Kota Bukittinggi

d. Ancaman yang dimiliki oleh TMSBK

1) Terdapatnya pesaing dari daerah lain yang juga mendirikan kebun binatang yaitu Kota Sawah Lunto yang juga menyajikan wisata yang mampu bersaing dengan kebun binatang lainnya.

2) Keterlambatan pencairan anggaran mengakibatkan sulitnya memenuhi kebutuhan operasional dalam pengelolaan satwa serta


(63)

sarana dan prasarana sehingga banyaknya keluhan yang diterima pihak pengelola TMSBK

8. Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Museum Rumah Adat Nan

Baanjuang

1) Rumah adat ini terdapat di dalam kawasan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK). Di dalamnya di pamerkan berbagai macam barang-barang kuno peninggalan bersejarah budaya Minangkabau

2) Mengandung nilai sejarah yang tinggi sehingga wisatawan bisa mempelajari kebudayaan Minangkabau

3) Memiliki arsitektur yang unik serta bahan-bahan bangunan yang kuat dan pembuatan rumah adat Minagkabau tanpa menggunakan paku sedikitpun

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

1) Belum tersedianya ruang pameran dan audio visual bagi pengunjung yang ingin melihat secara langsung bagaimana sejarah awal Minagkabau

2) Masih kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam mengelola Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

3) Koleksi museum yang belum diperbaharui sehingga tampilannya kurang menarik perhatian pengunjung


(64)

c. Peluang yang dimiliki oleh Museum Rumah Adat Nan

Baanjuang

1) Disekeliling museum terdapat ornament penunjang rumah gadang, seperti rangkiang dan patung bundo kanduang sehingga wisatawan bisa mengabadikan fotonya dengan latar bangunan budaya Minangkabau

2) Letak museum yang strategis yaitu berada dalam kawasan TMSBK dan dekat dengan pusat kota

d. Ancaman yang dimiliki oleh Museum Rumah Adat Nan Baanjuang

1) Adanya pesaing dari daerah lain yang memiliki Museum Rumah Gadang yang tidak kalah indah dari Museum Rumah Gadang Nan Baanjuang

2) Kurangnya minat masyarakat asli Minangkabau untuk mengunjungi situs bersejarah ini.

9. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

a. Kekuatan yang dimiliki oleh Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta 1) Kawasan yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta, disinilah tempat

kelahiran seorang yang begitu berjasa terhadap bangsa dan Negara Indonesia, beliau bernama Muhammad Hatta yang akrab di panggil Bung Hatta seorang Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia

2) Di rumah ini kita bisa melihat Foto-foto kenangan Bung Hatta bersama keluarga, sehingga wisatawan dapat mengetahui informasi tentang Bung Hatta mulai dari masih kecil sampai dewasa


(65)

3) Rumah Kelahiran Bung Hatta menyajikan semua peninggalan-peninggalan Bung Hatta dan keluarga, sehingga wisatawan bisa merasakan langsung bagaimana kehidupan Bung Hatta sewaktu masih tinggal di Bukittinggi

b. Kelemahan yang dimiliki oleh Rumah Kelahiran Bung Hatta

1) Memiliki jarak tempuh yang lumayan jauh dari destinasi wisata lainnya di Kota Bukittinggi

2) Tingkat promosi yang masih rendah sehingga masih ada pengunjung yang belum memiliki ketertarikan untuk mengunjungi Musem Kelahiran Bung Hatta

3) Masih kurangnya informasi tentang Bung Hatta yang berada di Museum, sehingga harus mendatangkan dari Belanda dan Jakarta c. Peluang yang dimiliki oleh Rumah Kelahiran Bung Hatta

1) Akan dibuatnya video tentang kehidupan Bung Hatta yang berdasarkan permintaan dari pengunjung yang pada saat ini masih dalam proses pengumpulan informasi sehingga akan menambah jumlah kunjungan ke Museum Kelahiran Bung Hatta

2) Peninggalan bersejarah Bung Hatta berupa kereta kuda (bendi) dan lumbung padi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wiatawan yang berkunjung ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

d. Ancaman yang dimiliki oleh Rumah Kelahiran Bung Hatta

1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mempelajari sejarah Indonesia melalui berkunjung ke museum-museum yang telah didirikan Pemerintah


(66)

2) Lahan parkir yang masih kurang memadai untuk menampung kendaraan pengunjung.

4.2.5 Hasil Observasi Lapangan Pada Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi Dalam suatu penelitian kualitatif, sumber data yang diperoleh dan disajikan tidak hanya dari hasil wawancara mendalam maupun data sekunder, selain itu data lainnya juga bisa diperoleh melalui observasi berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, maka hasil observasi peneliti disajikan sebagai berikut:

1. Pada destinasi pariwisata Jam Gadang masih kurangnya kenyamanan karena banyak pengamen yang berkeliaran di kawasan Taman Jam Gadang. Mereka memaksa para pengunjung untuk memberikan uang walaupun para pengamen tersebut tidak memberikan jasa apapun kepada pengunjung. Ditambah lagi dengan adanya badut baru-baru ini semakin mengurangi kenyaman pengunjung dalam menikmati keindahan Taman Jam Gadang karena terjadi hal yang sama seperti pengamen yaitu memaksa pengunjung untuk berfoto dengan badut walaupun tidak ada permintaan dari pengunjung dan para badut juga dengan cara memaksa meminta imbalan berupa uang, sehingga pengunjung tidak betah berlama-lama duduk di Taman Jam Gadang.

2. Bangku taman yang disediakan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih kurang memberikan kenyamanan karena tidak memiliki atap pelindung dari sinar matahari maupun hujan dan jumlahnya masih kurang untuk bisa memberikan tempat untuk bersantai yang nyaman dan aman bagi para pengunjung


(67)

3. Pedagang-pedagang yang berjualan di Kota Bukittinggi tidak memberikan transparansi harga kepada pengunjung, karena dimata pedagang pengunjung yang datang membawa uang yang banyak serta bisa di tipu-tipu dengan harga yang jauh dari harga standar sehingga banyaknya keluhan dari para pengunjung yang disampaikan kepada pihak pengelola pariwisata.

4. Pedagang yang tidak menyadari fungsi taman dan tempat wisata, sehingga masih banyak yang berjaualan di sembarang tempat atau sesuka hati yang dirasa bisa memperoleh banyak pembeli maka mucul kesemrautan lokasi berdagang yang mengakibatkan berkurangnya kualitas kenyamanan dan keindahan destinasi pariwisata.

5. Asuransi ringan yang diberikan oleh pengelola Taman Panorama dirasakan pengunjung masih belum maksimal dalam pelaksanaannya, seperti pada hari minggu 30 Maret 2014 sewaktu pengunjung anak-anak mengalami kecelakaan ringan yaitu terluka, tetapi penanganannya dirasakan lambat sehingga orang tua korban langsung mencari alternatif lain untuk mengobati anaknya tersebut. Pengunjung berharap didirikannya posko P3K untuk memberikan pertolongan yang cepat tanggap kepada setiap pengunjung yang mengalami kecelakaan ringan di kawasan Taman Panorama

6. Masih dijumpainya lahan parkir liar yang berada di rumah-rumah penduduk yang pengelolaannya sendiri dilakukan oleh masyarakat tersebut walaupun tanpa adanya persetujuan dari pihak Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kota Bukittinggi. Walaupun lahan parkir tersebut tidak diganggu gugat oleh pemerintah, masih ada keluhan-keluhan yang di sampaikan masyarakat seperti perluasan lahan dan pembuatan lahan parkir yang sesuai standar.


(1)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 18 Mei 2014

Penulis


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Kerangka Teori ... 9

1.5.1 Strategi ... 10

1.5.1.1 Manajemen Strategi ... 11

1.5.1.2 Manfaat Manajemen Strategi ... 13

1.5.1.3 Ciri- ciri Keputusan Strategi ... 14

1.5.2 Pengeloaan Kepariwisataan ... 15

1.5.2.1 Tata Kelola Kepariwisataan Yang Baik ... 15

1.5.2.2 Reformasi Birokrasi Kepariwisataan ... 18

1.5.2.3 Keterpaduan Pengelolaan Pariwisata ... 19

1.5.2.4 Kemitraan Publik Dan Swasta ... 20

1.5.3 Pariwisata ... 21

1.5.3.1 Pengertian Pariwisata ... 21

1.5.3.2 Jenis Pariwisata ... 24

1.5.3.3 Pengembangan Pariwisata ... 27

1.5.3.5Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 29

1.5.3.5 Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata ... 30

1.5.3.6 Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Objek Wisata ... 31

1.6 Definisi Konsep ... 31


(3)

BAB II METODE PENELITIAN ... 35

2.1 Bentuk Penelitian ... 35

2.2 Lokasi Penelitian ... 36

2.3 Informan Penelitian ... 36

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

2.5 Teknik Analisis data ... 38

BAB III DESKRIPSI LOKASI ... 40

3.1 Gambaran Umum Kota Bukittinggi ... 40

3.1.1 Sejarah Pembentukan Kota Bukittinggi ... 40

3.1.2 Wilayah Kota Bukittinggi ... 44

3.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi ... 47

3.2.1 Jumlah Pegawai Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ... 47

3.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktor Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ... 48

3.2.3 Visi dan Misi ... 52

3.3 Gambaran Umum Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 54

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 63

4.1 Kondisi Lingkungan Internal Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi... 63

4.1.1 Sumber Daya Manusia ... 64

4.1.2 Sarana dan Prasarana Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 68

4.1.2.1 Sarana Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 69

4.1.2.1 Prasarana Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 78

4.1.3 Kunjungan Wisatwan ... 81

4.1.4 Kondisi Kebersihan Destinasi Pariwisata ... 85

4.2 Kondisi Lingkungan Eksternal Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi... 87

4.2.1 Faktor Politik ... 87

4.2.2. Faktor Ekonomi ... 88

4.2.3 Faktor Sosial Budaya ... 89

4.2.4 SWOT Pada Setiap Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 90


(4)

4.3 Analisis SWOT ... 105

4.3.1 Faktor Internal ... 106

4.3.1.1 Kekuatan Yang Dimiliki Oleh Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi... 106

... 4.3.1.2 Kelemahan Yang Dimiliki Oleh Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi... 107

4.3.2 Faktor Eksternal ... 108

4.3.2.1 Peluang Yang Dimiliki Oleh Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi... 108

4.3.2.2 Ancaman Yang Dimiliki Oleh Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi... 109

4.4 Matrik SWOT dan Identifikasi Isu ... 109

4.5. Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Jam Gadang ... 54

Gambar 3.2 Taman Panorama ... 55

Gambar 3.3 Ngarai Sianok ... 56

Gambar 3.4 Lobang Jepang ... 57

Gambar 3.5 Benteng Fort De Kock ... 58

Gambar 3.6 Jembatan Limpapeh ... 59

Gambar 3.7 Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan ... 59

Gambar 3.8 Museum Rumah Adat Nan Baannjuang ... 60

Gambar 3.9 Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta ... 61

Gambar 3.10 Bagan Organisasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi ... 62


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Klasifikasi SDM Menurut Persentase Jenis Kelamin ... 65 ... Tabel 4.2 Klasifikasi SDM Menurut Persentase Tingkat Pendidikan ... 66 Tabel 4.3 Klasifikasi SDM Menurut Persentase Status Kepegawaian ... 67 Tabel 4.4 Jumlah Fasilitas atau Sarana Penunjang Wisata di Kota Bukittinggi

Tahun 2013 ... 81 Tabel 4.5 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bukittinggi ... 83