PENGGUNAAN ABREVIASI PADA RANAH KESEHATAN.

(1)

PENGGUNAAN ABREVIASI PADA RANAH KESEHATAN

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

SILFI PITRIYANTI NIM 1001030

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh Silfi Pitriyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

©Silfi Pitriyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin dari Peneliti.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGGGUNAAN ABREVIASI PADA RANAH KESEHATAN

Oleh Silfi Pitriyanti

1001030

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing 1,

Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd.

NIP :196707151991032001

Pembimbing 2,

Dra. Novi Resmini, M.Pd.

NIP : 196711031993032003

diketahui oleh

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, S.Pd., M.Si.


(4)

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR BAGAN ...ix

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Penelitian ...1

1.2Masalah Penelitian ...6

1) Identifikasi Masalah ...6

2) Batasan Masalah...7

3) Rumusan Masalah ...7

1.3Tujuan Penelitian ...8

1.4Manfaat Penelitian ...8

1) Manfaat Secara Teoretis ...8

2) Manfaat Secara praktis ...8

1.5Struktur Organisasi Penelitian ...9

BAB 2 PENELITIAN TERDAHULU, IHWAL MORFOLOGI BAHASA INDONESIA DAN SOSIOLINGUISTIK ...10

2.1Penelitian terdahulu ...10

2.2Ihwal Morfologi Bahasa Indonesia ...13

2.2.1 Jenis Abreviasi ...14

2.2.2 Pola Pembentukan Abreviasi ...16

2.3Sosiolinguistik ...22

BAB 3 METODE PENELITIAN...24

3.1Metode dan Desain Penelitian ...24

3.2Definisi Operasional...26


(5)

3.4Instrumen Penelitian...27

3.5Teknik Pengumpulan Data ...36

3.6Teknik Pengolahan Data ...36

3.7Teknik Analisis Data ...36

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

4.1Deskripsi Data Abreviasi ...38

4.2Analisis Hasil Penelitian ...39

4.2.1 Jenis dan Pola Abreviasi ...40

4.2.1.1 Singkatan ...40

4.2.1.2 Akronim ...78

4.2.1.3 Penggalan ...80

4.2.2 Analisis Pemahaman Penutur Bahasa Indonesia ...81

4.1 Pembahasan ...86

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...95

5.1 Simpulan ...95

5.2 Saran ...98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kartu Data ... 32 Tabel 3.2 Lembar Angket ke 1 ... 32 Tabel 3.3 Lembar Angket ke 3 ... 39


(7)

DAFTAR BAGAN


(8)

oleh Silfi Pitriyanti NIM 1001030

ABSTRAK

Dalam penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan, ditemukan beberapa bentuk yang sama atau homonim sehingga sangat memungkinkan sekali mengakibatkan kesalah pahaman pemahaman terlebih apabila masyarakat atau penutur bahasa Indonesia lebih menggunakan atau mengetahui abreviasinya daripada kepanjangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan, (2) pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan, (3) jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan, dan (4) pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada ranah kesehatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan angket. Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Hasil temuan penelitian ini adalah (1) Dari data yang didapat yaitu sebanyak 101 data abreviasi dalam ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, ditemukan 96 data jenis abreviasi berupa singkatan, akronim sebanyak 4 data, dan penggalan sebanyak 1 data, (2) Pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus ditemukan 10 macam pola pembentukan, pola pembentukan tersebut terdiri dari 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Sementara pada akronim ditemukan 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola baru. Sementara pada penggalan ditemukan satu pola pembentukan baru yaitu penggalan suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan kelima dari suatu kata, (3) jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah singkatan, yaitu sebanyak 96 data, (4) pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) lebih banyak tidak mengetahui baik abreviasi/singkatan ataupun kepanjangannya yaitu sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5% pada kelompok B.


(9)

ABSTRACT

In utilizing of abbreviation in the health sector found some form of the same words or homonyms so it is most possible to misunderstanding especially if the public or Indonesian speakers more use or know the abbreviation than what it is stands for. This study aims to determine (1) the kinds of abbreviation used in the health sector, (2) the formation pattern of abbreviation in the health sector, (3) the most dominant kinds of abbreviation found in the health sector, and (4) an understanding abbreviation of Indonesian speakers in the health sector. The method used in this research is descriptive method. Data collection techniques used in this study are documentation technique and questionnaires. Documentation technique is used for data collection, while the questionnaire technique is used to determine an understanding abbreviation of Indonesian speakers in the health sector. The results of this study found (1) 101 the kinds of data abbreviation in the health sector, especially the name of diseases and viruses which are 96 data of abbreviations, 4 data acronyms, and 1 datum of hyphenation, (2) 10 kinds of the formation pattern, consist of 4 formation patterns based on Kridalaksana’s rules and 6 formation patterns in a new pattern. In the acronyms, it found 3 kinds of formation pattern, which are 1 formation pattern based Kridalaksana’s rules and 2 formation patterns are a new pattern. In the hyphenation, it found a new pattern that is the hyphenation of the second syllable of a word or letter perpetuation in third, fourth, and fifth of a word, (3) 96 the most of dominant kinds of data which is abbreviation, (4) mostly, an understanding of Indonesian speakers for abbreviation in the health sector (the names of diseases and virusses) are not know well the abbreviation or the abbreviation stands for approximately 77.7% in group A and 52, 5% in group B.


(10)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi atau bersosialisasi. Ilmu yang menganalisis tentang kebahasaan ini dikenal dengan ilmu linguistik. Ilmu linguistik tersebut menganalisis bahasa dari bentuk terkecil bahasa itu sendiri yaitu fon atau fonem, sampai bagian terbesar dari bentuk bahasa yang disebut wacana. Sementara itu, bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata disebut ilmu morfologi (Putrayasa, 2008, hlm. 3).

Salah satu pembentukan kata yang dikaji dalam morfologi adalah abreviasi. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2010, hlm. 159). Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan.

Kridalaksana (2010, hlm.162) mengklasifikasikan abreviasi ke dalam lima bentuk, yaitu terdiri dari akronim, penyingkatan, pemenggalan, kontraksi dan juga lambang huruf. Dalam pembentukan kata dalam abreviasi ini terkadang manusia selalu keluar dari kaidah kebahasaan yang telah ditentukan sehingga membuat pola sendiri. Dalam pembentukan akronim perlu kita perhatikan persyaratan seperti jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam bahasa Indonesia, dan akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, 2002, hlm. 16).

Fungsi dari abreviasi itu sendiri adalah untuk memudahkan orang-orang dalam menyebutkan suatu nama yang panjang dan juga agar lebih mudah diingat, misalnya Diabetes Melitusyang disingkat menjadi DM yang terdapat pada kalimat berikut.


(11)

2

“Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes. Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup penderita.”

Selain itu, Tuberkulosis juga disingkat menjadi TB untuk mudah diingat dan memudahkan penyebutan, seperti yang terdapat pada kalimat berikut ini.

“Temuan kasus penyakit tuberkulosis (TB) Paru di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Dari hasil temuan Sub-sub Recipient (SSR) TB Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kebumen sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 ini, ada sekitar 4.700 warga Kebumen yang terdeteksi mengidap penyakit TB.”

Penelitian mengenai Abreviasi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Andriyani (2009) yang menganalisis penggunaan abreviasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam penelitiannya, Andriyani meneliti bentuk dan pola abreviasi, jenis abreviasi yang paling dominan, kekhasan pada bentuk abreviasi yang terjadi di lingkungan tersebut, serta pemahaman masyarakat terhadap bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD. Hasil dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa ternyata sebagian besar masyarakat kurang memehami bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD.

Setema dengan penelitian di atas, Utami (2009) menganalisis penggunaan abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Dalam penelitiannya, Utami meneliti bentuk dan pola abreviasi, kekhasan abreviasi yang digunakan di lingkungan tersebut, dan pemahaman masyarakat di luar lingkungan POLRI terhadap bentuk abreviasi tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 66% masyarakat umum tidak mengetahui bahkan keliru dalam memahamibentuk abreviasi di lingkungan POLRI.

Kemudian, Wirawan (2010) menganalisis penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring sosial. Dalam penelitiannya, Wirawan meneliti bentuk dan proses abreviasi, serta makna yang terkandung dalam penggunaan abreviasi bahasa prokem slang remaja dalam situs jejaring sosial. Hasil dari penelitian Wirawan adalah terungkap bahwa penggunaan prokem slang merupakan bukti


(12)

dari adanya variasi bahasa yang disebabkan oleh keheterogenan masyarakat tutur beserta kegiatan interaksi sosial mereka.

Tristianasari (2011) menganalisisi abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa SMS (Short Message Service) siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini, Tristianasari meneliti bentuk dan makna penggunaan abreviasi bahasa Indonesia dalam mengirim SMS oleh siswa SMA, serta faktor-faktor yang mempengaruhi siswa SMA menggunakan abreviasi dalam mengirim SMS. Adapun hasil dari penelitian ini,diketahui bentuk abreviasi yang terdapat pada bahasa SMS adalah singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Bentuk-bentuk tersebut memiliki pola-pola baru yang dapat diterapkan pada suatu kata atau gabungan kata. Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat dikatagorikan dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal, dan makna konseptual. Siswa SMA mempunyai alasan tersendiri untuk menyingkat kata dalam SMS sesuai dengan apa yang ada di benak mereka.

Sementara itu, Wijiningsih (2011) menganalisis abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP. Dalam penelitiannya, Wijiningsih meneliti penggunaan abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP.Hasil dari penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 berupa singkatan, akronim, kontraksi, penggalan, dan lambang huruf. Selain itu, abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dapat dijadikan alternatif pembelajaran dengan melihat standar isi mata pelajaran bahasa san sastra Indonesia di SMP kelas IX semester 1.

Selain itu, Wulandari (2013) menganalisis penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda. Dalam penelitiannya, Wulandari meneliti bentuk dan pola abreviasi, serta perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda. Hasil dari penelitian ini ditemukan kosakata sebanyak 133 data dan setelah diklasifikasi tidak ditemukan abreviasi dalam bentuk lambang huruf. Dari 133 data, terdapat 20 data berupa singkatan, 11 data pengekalan, 81 data akronim, 21 data kontraksi. Data


(13)

4

yang mengalami perubahan makna sebanyak 69 data. Pada analisis bentuk abreviasi masih abreviasi masih sesuai dengan teori dari buku kridalaksana, sedangkan analisis pola terdapat pola-pola baru yang tidak sesuai dengan teori dari buku tersebut, seperti 3 pola baru dalam bentuk penggalan, 34 pola baru akronim, dan 15 pola baru kontraksi.

Di tahun yang sama, Astuti (2013) menganalisis penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Dalam penelitiannya, Astuti meneliti jenis dan pola abreviasi, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Data yang diperoleh berupa singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan singkatan dengan akronim berjumlah satu data. Sedangkan, pola baru yang ditemukan berjumlah 54 pola baru yang terdiri dari jenis singkatan terdapat 10 pola baru, jenis akronim terdapat 43 pola baru, dan dalam jenis gabungan singkatan dan akronim memiliki pola. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu karena ingin dianggap sebagai kelompok keren karena telah mengikuti perkembangan zaman, gagah, gaul, dan tidak keringgalan zaman.

Terakhir, Suratminto menganalisis abreviasi dan akronimi pada batu nisan masa VOC di Batavia. Dalam penelitian ini terungkap bahwa batu-batu nisan VOC berisi data-data verbal berupa inskripsi dan data nonverbal berupa simbol-simbol pada lambang heraldiknya.

Kedelapan penelitian tersebut sama-sama membahas tentang abreviasi tetapi sepengetahuan peneliti belum ada yang membahas dan mengeksplorasi secara mendalam dan khusus mengenai abreviasi pada ranah kesehatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan topik ini merupakan suatu topik yang baru.

Penggunaan abreviasi ini sangat sering digunakan oleh masyarakat tetapi terkadang masyarakat sendiri tidak mengetahui dan memahami proses abreviasi tersebut. Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang hanya mengetahui kependekannya saja tanpa mengetahui kepanjangan dari abreviasi tersebut. Hal tersebut biasanya disebabkan karena menurut masyarakat yang singkat lebih praktis dan mudah untuk diingat.


(14)

Mengetahui kepanjangan dan memahami proses dari abreviasi sangat penting diketahui oleh masyarakat, khususnya kepanjangan dan proses abreviasi pada ranah kesehatan. Selain karena kesehatan merupakan suatu kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. pentingnya memahami proses abreviasi pada ranah kesehatan juga disebabkan karena terkadang ada beberapa abreviasi yang mempunyai bentuk sama atau homonim sehingga tidak jarang mengakibatkan kesalahpahaman pemahaman.

Abreviasi pada ranah kesehatan terjadi pada beberapapenamaan dalam kesehatan seperti pada nama-nama penyakit dan virus seperti HIV yang merupakan kepanjangan dari bahasa Inggris Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyebabkan penyakit AIDS pada penamaan obat-obatan dalam resep dokter seperti ctm yaitu kepanjangan dari Chiorphenemie Maleat yang merupakan suatu obat untuk mengobati penyakit alergi, pada peralatan-peralatan medisseperti USG yang merupakan akronim dari bahasaInggris Ultrasonography yaitu alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita yang berfungsi untuk pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi), tempat pelayanan kesehatanseperti Puskesmas yang merupakan kepanjangan dari bahasa Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat, dan lain sebagainya. Adapun pada penelitian ini peneliti memilih menganalisis penggunaan abreviasi pada renah kesehatan pada penamaan nama-nama penyakit dan nama-nama virus.

Adapun untuk menguji pemahaman penutur bahasa Indonesia, peneliti menggunakan dua angket. Angket pertama merupakan angket tertutup yang digunakan untuk menjaring pengetahuan penutur bahasa Indonesia mengenai nama-nama penyakit yang lebih banyak penutur bahasa Indonesia gunakan, ataupun lebih diketahui oleh penutur bahasa Indonesia itu sendiri. Setelah data dari angket satu diketahui, data nama penyakit terbanyak akan dicantumkan pada angket kedua. Angket kedua ini menggunakan angket campuran, fungsinya untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai nama penyakit dan virus tersebut. Untuk memperkuat angket tersebut, peneliti menggunakan teori sosiolinguistik.


(15)

6

Sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Menurut Chaer dan Agustina (2004, hlm. 2) Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai masalah di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sementara linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Oleh karenanya penulis tertarik untuk menganalisis mengenai penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan, selain untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai abreviasi pada ranah kesehatan, juga untuk menambah wawasan mengenai proses dan pola pembentukan abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan dan mengenalkan abreviasi-abreviasi pada ranah kesehatan agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

1.2Masalah Penelitian

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka didapat masalah penelitian. Masalah penelitian ini terbagi ke dalam (1) identifikasi masalah (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah sebagai berikut.

1) Identifikasi Masalah

Di dalam penelitian abreviasi pada ranah kesehatan ini, terdapat beberapa faktor yang ditemukan untuk dijadikan permasalahan, yaitu sebagai berikut. (1) Berkembangnya penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan dengan

menggunakan bahasa asing sehingga dapat menimbulkan kesulitan pada penutur bahasa Indonesia.

(2) Kekurangpahaman penutur bahasa Indonesia terhadap jenis dan pola pembentukan abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan.


(16)

(3) Terjadinya homonimi pada penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan yang dapat mengakibatkan kesalahpahaman pemahaman dan penyampaian maksud penutur.

2) Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis bentuk-bentuk abreviasi di bidang kesehatan dengan ilmu morfologi yaitu pembentukan kata. Oleh karena itu peneliti akan membatasi masalah pada bentuk dan pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan dan pemahaman masyarakat terhadap abreviasi pada ranah kesehatan.

Data yang diambil berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Peneliti mengambil data berupa nama penyakit dan virus saja, disebabkan karena menurut peneliti yang dekat dengan masyarakat dan sering masyarakat keluhkan mengenai kesehatan adalah berupa penyakit. Adapun virusnya, bagi peneliti merupakan data pendukung untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit tersebut.

Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 25, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, dan daftar Singkatan Medis. Adapun responden yang digunakan untuk menguji pemahaman masyarakat penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan adalah mahasiswa keperawatan, siswa-siswi SMA dan masyarakat umum.

3) Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

(1) Apa sajakah jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan? (2) Bagaimana pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan?

(3) Jenis abreviasi manakah yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan? (4) Bagaimana pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada


(17)

8

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut.

1) Mengetahui jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan. 2) Mengetahui pola pembentukkan abreviasi pada ranah kesehatan.

3) Mengetahui jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan.

4) Mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada ranah kesehatan.

1.4Manfaat Penelitian

Dari masalah penelitian di atas, maka dapat dipaparkan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat secara teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian yang sama, khususnya tentang abreviasi bagi kajian morfologi.

2) Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dipahami oleh semua pihak, agar dapat digunakan sebagai data yang bermanfaat untuk berbagai kepentingan. a) Bagi masyarakat umum

Hasil penelitian dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat umum dalam memahami istilah-istilah yang dipendekan dari satu kata atau gabungan kata pada ranah kesehatan agar tidak terjadi kesalahpahaman antarpenutur.

b) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan lebih terhadap abreviasi khususnya pada ranah kesehatan.

c) Bagi lembaga bahasa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan dalam pembelajaran bahasa agar penggunaan abreviasi bisa menjadi lebih baik.


(18)

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam pengetahuan nama-nama penyakit yang diabreviasi.

1.5Struktur Organisasi Penelitian

Bagian ini berisikan rincian tentang urutan penulisan setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai bab pertama sampai bab terakhir. Dalam struktur organisasi skripsi pada penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan ini terdiri atas lima bab.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. Adapun masalah penelitian, terdiri atas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah.

Bab kedua memuat penelitian terdahulu, dan kajian teoretis yang membahas morfologi, abreviasi,dan linguistik kognitif.

Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas desain penelitian, definisi operasional, sumber data dan data, instrumen penelitian yang terdiri atas kartu data, lembar angket 1 dan lembar angket 2, dilanjutkan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data.

Bab keempat memuat deskripsi data abreviasi, analisis dan pembahasan hasil penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Terakhir bab kelima memuat penutup yang membahas simpulan dan saran.


(19)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian atau dalam mengumpulkan data (Djajasudarma, 2010, hlm. 4). Selain itu, metode penelitian bahasa menurut Djajasudarma (2010, hlm. 4) berhubungan erat dengan tujuan penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan untuk mengumpulkan, mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dan teori yang bersifat eklektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori morfologi dan linguistik kognitif. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dan menggunakan analisis data secara sinkronik. Menurut Djajasudarma (2010, hlm. 9) metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang teliti. Metode ini dikatakan pula sebagai pencarian data dengan interpretasi yang tepat.

Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto, 1990, hlm. 47). Pendekatan kualitaif yang bersifat deskriptif ini lebih banyak menghasilkan analisis penelitian berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Sedangkan, analisis data secara sinkronik merupakan penelitian bahasa yang dilakukan dengan mengamati fenomena suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu, jadi bersifat deskriptif.

Untuk memperjelas tentang metode penelitian, maka akan dipaparkan desain penelitian berupa bagan komponen-komponen analisis data yang diadaptasi dari model Milles dan Huberman (1992, hlm. 2).


(20)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Penyimpulan data: 1. Jenis abreviasi pada

ranah kesehatan 2. Pola pembentukan

abreviasi pada ranah kesehatan.

3. Jenis abreviasi yang dominan terjadi pada ranah kesehatan. 4. Pemahaman penutur

bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan.

Hasil penganalisisan: Mengetahui jenis, pola pembentukan, jenis abreviasi yang dominan terjadi serta pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan.

Teknik Pengumpulan Data: 1. Teknik Dokumentasi 2. Teknik Angket Penggunaan Abreviasi

Pada Ranah Kesehatan (Kajian Morfologis)

Sumber Data dan Data:

1. Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 25, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, daftar Singkatan Medis, responden, dan narasumber dari seorang bidan, perawat, serta apoteker. 2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

data dalam bentuk tulisan. Data yang diambil hanya berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang menyebabkan penyakit tersebut.

Penganalisisan Data:

1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data ke dalam jenis abreviasi pada ranah kesehatan yang berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi dan lambang huruf. Berdasarkan teori abreviasi dari Kridalaksana (2010).

2. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data berdasarkan pola abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan. Berdasarkan teori abreviasi dari Kridalaksana (2010).

3. Mendeskripsikan jenis abreviasi yang dominan terjadi pada ranah kesehatan.

4. Mengungkapkan pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan.


(21)

26

3.2Definisi Operasional

Definisi operasional yang terdapat pada penelitian ini adalah abrevisasi, jenis abreviasi, pola pembentukan abreviasi, pemahaman masyarakat, dan ranah kesehatan. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut.

1) Abreviasi merupakan proses pemendekan kata yang terjadi pada ranah kesehatan. Misalnya berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi dan lambang huruf.

2) Jenis abreviasi merupakan macam-macam bentuk dari abreviasi yang diteliti seperti singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf.

3) Pola pembentukan abreviasi merupakan wujud atau susunan dari proses pemendekan. Misalnya HIV (human immunodeficiency virus) yang dibentuk dari pengekalan huruf pertama tiap komponen.

4) Pemahaman abreviasi merupakan tingkat pengetahuan penutur bahasa Indoneia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan.

5) Ranah kesehatan merupakan sebuah lingkup yang meliputi topik pembicaraan yang melatari penggunaan abreviasi nama-nama penyakit yang merupakan wadah bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

6) Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh makhluk hidup.

3.3Sumber Data dan Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi, 2010, hlm. 172). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk tulisan. Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 25, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, daftar Singkatan Medis, responden, dan narasumber dari seorang bidan, perawat, serta apoteker.

Data yang diambil berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Peneliti hanya mengambil data berupa nama penyakit dan virus saja, disebabkan karena menurut peneliti yang dekat dengan masyarakat dan sering masyarakat keluhkan mengenai kesehatan adalah berupa


(22)

penyakit. Adapun virusnya, bagi peneliti merupakan data pendukung untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit tersebut.

Untuk menguji pemahaman penutur bahasa Indonesia dalam penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan maka responden yang dilibatkan dalam penelitian ini meliputi penutur bahasa indonesia usia 16-23 tahun yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswi dan penutur bahasa indonesia usia 24-64 tahun dengan berbagai profesi seperti guru, bidan, petani, pedagang dan ibu rumah tangga. Jumlah penutur yang dijadikan responden adalah 50 orang untuk angket ke-1 dan 50 untuk angket ke-2. Penyampaian angket ke-1 dan angket ke-2 kepada responden berbeda waktu, karena pembuatan angket ke-2 ini harus berdasarkan hasil analisis angket ke-1. Untuk mempermudah pengelompokan, responden dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhirnya. Jumlah responden setiap kelompok sama, agar perhitungan presentase setiap kelompoknya berimbang atau proporsional. Perincian kelompok responden untuk angket ke-1 dan angket ke-2 adalah sebagai berikut.

a. Kelompok A (SMP dan SMA/Mahasiswa) : 25 orang b. Kelompok B (Diploma dan S1) : 25 orang Jumlah : 50 orang

Adapun korpus yang digunakan pada penelitian ini berupa kata-kata abreviasi pada ranah kesehatan.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitin yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kartu data yang memuat pengklasifikasian data abreviasi pada ranah kesehatan, sedangakan lembaran angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai abreviasi pada ranah kesehatan. Lembaran angket ini akan disebar kepada responden yang masih bersekolah dijenjang SMA, mahasiswa, dan penutur bahasa Indonesia umum dengan berbagai profesi. Adapun penguraiannya sebagai berikut:


(23)

28

a) Kartu Data

Berikut adalah contoh kartu data yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini:

No. Kartu: No. Data:

Data Abreviasi

Analisis

Kepanjangan:

Jenis abreviasi:

Pola pembentukan:

Simpulan:

Tabel 3.1 Kartu Data

b) Lembar Angket ke 1

Lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang menyediakan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Profesi :

Pernah Dirawat/Tidak :

Berikut ini merupakan singkatan dalam ranah kesehatan berupa nama-nama

penyakit dan virus. Berilah tanda centang (√) pada kolom berdasarkan


(24)

No Data Abreviasi/ Singkatan Kepanjangan Keterpahaman Tahu Singkatan Tahu Kepanjangan Tidak Tahu Keduanya

1 AFP Acute Flaccid Paralysis

2 AGB Anemia Gizi Besi 3 AIDS

Acquired

Immunodeficiency Syndrome

4 ALL/LLA

Acute Lymphoblastic /Limphocytic Leukemia Atau Leukemia

Limfositik/Limfoblastik Akut

5 AML Acute Myelogenous

Leukemia

6 ARDS Adult Respiratory Distress Syndrome

7 ARF

1. Acute Respiratory Failure

2. Acute Renal Failure

8 ASD Atrial Septal Defect

9 BMJ Breastmilk Jaundice

10 BKB Batuk Kronik Dan Berulang

11 BP Bronchopneumonia

12 Ca Carcinoma

13 CAD Coronary Artery Disease

14 CAH

1. Chronic Active Hepatitis

2. Congenital Adrenal Hiperplasia

15 CC Common Cold

16 CDH Congenital Dislocation Of The Hip

17 CF Cystic Fibrosis

18 CHD Coronary Heart Disease 19 CHF Congestive Heart Failure 20 CLL Chronic Lymphocytic

Leukemia

21 CTEV Congenital Talipes Equinovarus

22 CVA Cerebrovascular Accident 23 CVD Cardiovascular Diseases


(25)

30

24 DA Dermatitis Atopik 25 DADS Diare Akut Dehidrasi

Sedang

26 DBD Demam Berdarah Dengue 27 DCA Diare Cair Akut

28 DCM Dilatation Cardiomyopathy 29 DIC Disseminated

Intravascular Coagulation 30 DLE Discoid Lupus

Erythematosus 31 DM Diabetes Melitus 32 DMG Diabetes Melitus

Gestasional

33 DS Dermatitis Seboroik 34 DSS Dengues Shock Syndrome 35 EKN Enterokolitis Nekrotikans

36 FAM Fibroadenoma Mammae

37 FHF Fulminant Hepatic Failure 38 flu Influenza

39 GBS Guillan Barre Syndrome 40 GE Gastroenteritis

41 GED Gastroenteritis Disease 42 GERD Gastroesophageal Reflux

Disease

43 GGA Gagal Ginjal Akut 44 GGK Gagal Ginjal Kronis 45 GNA Glomerulonephritis Acute 46 H1N1 Hemagglutinin Tipe 1 Dan

Neuraminidase Tipe 1 47 H5N1 Hemagglutinin Tipe 5 Dan

Neuraminidase Tipe 1 48 HAV Hepatitis A Virus

49 HB Hepatitis B

50 HBV Hepatitis B Virus

51 HF Heart Failure

52 HHD Hypertensive Heart Disease

53 HIE Hypoxic Ischemic Encephalophaty

54 HIV Human Immunodeficiency Virus

55 HNP Hernia Nukleus Pulposus 56 HPV Human Papillomavirus


(26)

57 HSV Herpes Symplex Visceral 58 HTLV

Human T-Cell

Leukemia/Lymphoma Virus

59 IHD Ischemic Heart Diseases 60 IRDS Idiophatic Respiratory

Distress Syndrome 61 ISK Infeksi Saluran Kemih

62 ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut

63 IVH Intraventricular Haemorrhage

64 KDK Kejang Demam Kompleks 65 LBP Low Back Pain

66 LN Lupus Nephritic 67 LNH Limfoma Non-Hodgkin

68 MI Myocardial Infarction

69 MM Melanoma Malignan

70 MS Mitral Stenosis

71 MSA Membran Septum

Aneurism

72 NEC Necrotizing Enterocolitis 73 NIDDM Non Insulin Depend

Diabetes Melitus 74 OE Otitis Eksterna

75 OI Osteogenesis Imperfecta 76 OMA Otitis Media Acute 77 PDA Patent Ductus Arteriosus 78 PEB Preeklampsia Berat

79 PFO Patent Foramen Ovale 80 PH Pulmonary Hypertension 81 PID Pelvic Inflammatory

Disease

82 PJB Penyakit Jantung Bawaan 83 PMS Penyakait Menular

Seksual

84 PKU Phenylketonuria 85 PPHN Persistent Pulmonary

Hypertensi Of Newborn 86 PPOK Penyakit Paru Obstruktif

Kronik

87 RA Rheumatoid Arthritis 88 RDS Respiratory Distress


(27)

32

89 ROP Retinopathy Of Prematurity

90 RTA Renal Tubular Asidosis 91 SCID

Severe Combined Immunodeficiency Diseased

92 SLE Systemic Lupus Erythematosus

93 TB Tuberculosis

94 TEN Toxic Epidermal Necrolysis 95 TF Tetralogy Fallot

96 TIA Transient Ischemic Attack 97 TN Tetanus Neonatorum 98 TTN Transient Tachypnea Of

Newborn

99 UDT Undescended Testis 100 UTI Urinary Tract Infection 101 VSD Ventricular Septal Defect

Tabel 3.2 Lemabar Angket ke 1

c) Lembar Angket ke 2

Lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa angket campuran. Angket campuran merupakan angket yang menyediakan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti dan juga satu jawaban kosong yang dapat diisi oleh responden apabila responden memiliki jawabanya sendiri. Adapun lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Profesi :

Pernah Dirawat/Tidak :

Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang sesuai dengan pemahaman Bapak, Ibu, Saudara terhadap nama-nama penyakit dan virus. Bila tidak ada pilihan yang sesuai, dimohon mengisi pada pilihan D sesuai dengan pemahaman Bapak, Ibu, Saudara.


(28)

1. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Hubungan seks/Pelacur B. Jarum suntik

C. Narkoba D. ...

2. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Nyamuk Aedes Aegypti B. Demam tinggi

C. Genangan air D. ...

3. Penyakit DM (Diabetes Melitus) menurut Anda sangat berhubungan dengan.... A. Konsumsi karbohidrat berlebihan

B. Kelebihan gula C. Obesitas

D. ...

4. Penyakit flu (Influenza) menurut Anda sangat berhubungan dengan.... A. Pilek

B. Dingin C. Demam

D. ...

5. Penyakit GGA (Gagal Ginjal Akut) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Cuci darah

B. Penurunan fungsi filtrasi ginjal C. Penggunaan obat-obatan D. ...

6. Penyakit HB (Hepatitis B) menurut Anda sangat berhubungan dengan.... A. Virus Hepatitis B


(29)

34

C. Menular melalui darah, air mani, sperma, dan cairan lain D. ...

7. Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Hubungan Seks/Pelacur B. Jarum Suntik

C. Narkoba

D. ...

8. Penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Bakteri Enscherichia Coli

B. Urin mengandung nanah atau darah C. Hilangnya kontrol kandung kemih D. ...

9. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) menurut Anda sangat berhubungan dengan....

A. Virus Rhino B. Batuk dan bersin C. Pencemaran udara D. ...

10.Penyakit TB (Tuberculosis) menurut Anda sangat berhubungan dengan.... A. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis

B. Batuk berdarah

C. Penularannya melalui batuk, bersin dan hembusan nafas penderita TBC D. ...

d) Lembar Angket ke 3

Lembar angket ini digunakan peneliti untuk mengetahui pelafalan responden, dalam beberapa abreviasi dalam ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, supaya tidak terjadi kekeliruan penganalisisan.


(30)

Berikut ini merupakan singkatan dalam ranah kesehatan berupa nama-nama

penyakit dan virus. Berilah tanda centang (√) pada kolom berdasarkan cara Anda melafalkannya atau mengucapkannya.

Tabel 3.3 Lembar Angket ke 3

No Data Kepanjangan Akronim Singkatan

1 Ca Carcinoma

2 CAD Coronary Artery Disease 3

CAH 1. Chronic Active Hepatitis 2. Congenital Adrenal

Hiperplasia 4 DA Dermatitis Atopik 5 DIC Diffuse Intravascular

Coagulation

6 FAM Fibro Adenoma Mammae

7 GE Gastro Enteritis

8 GED Gastro Enteritis Dehidrasi 9 GERD Gastro Esophageal Reflux

Disease

10 HAV Hepatitis A Virus

11 HIE Hypoxia Ischemic

Enchephalopathy

12 MAS Meconium Aspirasi

Syndrome

13 NEC Necrotizing Enterocolitis 14 OMA Otitis Media Acute 15 PEB Pre Eclampsia Berat 16 PID Pelvic Inplammatory

Disease

17 RA Rhematoid Arthritis

18 ROP Retinopathy of Prematurity 19 TEN Toxic Epidermal Necrolysis 20 TIA Transient Ischemic Attack 21 UTI Upper Respiratory Infection

Keterangan:

 Singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf yang dieja huruf demi huruf. Misalnya KKN (Kuliah Kerja Nyata)

 Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/


(31)

36

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan angket. Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Angket yang digunakan dalam penelitian ada dua jenis. Angket pertama merupakan angket tertutup yang digunakan untuk menjaring pengetahuan penutur bahasa Indonesia mengenai nama-nama penyakit yang lebih banyak penutur bahasa Indonesia gunakan ataupun lebih diketahui oleh penutur bahasa Indonesia itu sendiri. Setelah data dari angket satu diketahui, data nama penyakit terbanyak akan dicantumkan pada angket kedua. Angket kedua ini menggunakan angket campuran, fungsinya untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai nama penyakit dan virus.

3.6Teknik Pengolahan Data

Teknik pertama yang dilakukan setelah data dikumpulkan adalah memilih atau menyortir data yang hanya berupa nama-nama penyakit dan nama virus. Kemudian, data dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam jenis dan pola pembentukan abreviasi. Selain itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai abreviasi pada ranah kesehatan ini digunakan angket yang kemudian direkapitulasi menggunakan coding scheme dan coding form.

3.7Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data ini, peneliti dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Pada teknik analisis data inipun dijelaskan langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam menganalisis atau mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data ke dalam jenis abreviasi pada ranah kesehatan yang berupa singkatan, penggalan, akronim,


(32)

kontraksi dan lambang huruf, berdasarkan teori abreviasi dari Kridalaksana (2010).

2) Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data berdasarkan pola abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan, berdasarkan teori abreviasi dari

Kridalaksana (2010).

3) Mendeskripsikan jenis abreviasi yang dominan terjadi pada ranah kesehatan. 4) Menjelaskan pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan

abreviasi pada ranah kesehatan, berdasarkan teori linguistik kognitif menurut Vyvyan Evans dan Melani Green, serta Dirk Geeraets dan Hubert Cuyckens.


(33)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dari hasil penelitian ini terkait dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Dari data yang didapat yaitu sebanyak 101 data abreviasi dalam ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, ditemukan 96 data jenis abreviasi berupa singkatan dengan 10 pola pembentukan, yang terdiri dari 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV, CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS, DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV, HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1, IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN, PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT, UTI, VSD. Selain singkatan, juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim sebanyak 4 data yang terdiri dari 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembantukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola baru. Data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa akronim adalah Ca, AIDS, ISPA, dan TEN. Selain itu, ditemukan juga 1 data jenis abreviasi berupa penggalan dengan pola baru, yaitu flu.

2. Pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus ditemukan sebanyak 96 data dengan jenis abreviasi singkatan yang terdiri atas 10 macam pola pembentukan. Pola pembentukan tersebut terdiri atas 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Empat macam pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan menurut


(34)

Kridalaksana terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen sebanyak 71 data, yaitu AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD, CAD, CAH, CC, CF, CHD, CHF, CLL, DA, DADS, DBD, DCA, DIC, DLE, DM, DMG, DS, DSS, FHF, GBS, GGA, GGK, HAV, HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HSV, HTLV, IHD, IRDS, ISK, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PFO, PH, PID, PJB, PMS, PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TF, TIA, TN, UTI, VSD. Kedua, pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata sebanyak 4 data, yaitu BKB, CDH, PPHN, dan TTN. Ketiga, pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga sebanyak 1 data, yaitu TB. Keempat, pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata sebanyak 2 data, yaitu BP dan GE. Sedangkan 6 pola pembentukan baru yang ditemukan terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen pertama sebanyak 10 data, yaitu BMJ, CVA CVD, EKN, FAM, GED, GERD, GNA, IVH, PEB. Kedua, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen kedua sebanyak 3 data, yaitu DCM, HPV, dan NEC. Ketiga, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen ketiga, yaitu CTEV. Keempat, pengekalan huruf pertama pada beberapa komponen disertai pelesapan kata dan konjungsi sebanyak 2 data, yaitu H1N1 dan H5N1. Kelima, pengekalan huruf pertama, ketujuh, dan kedua belas sebanyak 1 data, yaitu PKU. Keenam, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf ketiga atau kesembilan atau terakhir komponen pertama sebanyak satu data 1 data, yaitu UDT. Selain jenis abreviasi berupa singkatan, juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim sebanyak 4 data yang terdiri atas 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola baru. Satu pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana yaitu pengekalan huruf pertama tiap komponen


(35)

97

sebanyak 2 data, yaitu ISPA dan TEN. Sedangkan 2 pola pembentukan yang baru, terdiri dari pertama pengekalan huruf pertama setiap komponen pertama dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata pada komponen kedua sebanyak 1 data, yaitu AIDS. Kedua, pengekalan 2 huruf partama dari kata sebanyak 1 data, yaitu Ca. Terakhir ditemukan juga jenis abreviasi berupa penggalan sebanyak 1 data dengan pola pembentukan baru, yaitu penggalan suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan kelima dari suatu kata, yaitu flu.

3. Dari hasil penganalisian ditemukan jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah singkatan, yaitu sebanyak 96 data. Adapun data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV, CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS, DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV, HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1, IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN, PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT, UTI, VSD.

4. Pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) pada kelompok A (SMP dan SMA) yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, pedagang, dan ibu rumah tangga mempunyai persentase sebanyak 157 atau 6,1% responden mengetahui singkatannya, sebanyak 221 atau 8,6% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 195 atau 7,6% responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 2002 atau 77,7% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Semantara kelompok B (D3 dan S1) berprofesi sebagai guru, perawat, bidan, wiraswasta, ajun akuntansi, engineer, dan ibu rumah tangga lebih dominan mengetahui dengan persentase sebanyak 317 atau 12,2% responden mengetahui singkatannya, sebanyak 319


(36)

atau 12,4% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 591 atau 22,9% responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 1348 atau 52,5% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Tetapi dari kedua kelompok tersebut tetap presentasi terbanyak yaitu lebih dari 50% responden tidak mengetahui baik singkatan ataupun kepanjangan data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) dengan persentasenya adalah sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5% pada kelompok B.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Data penelititan ini banyak berupa nama-nama asing, selain dikarenakan penamaan-penamaan pada ranah kesehatan khususnya penyakit dan virus ini memang berasal dari bahasa asing, juga karena sumber data yang diperoleh. Oleh karenanya terjadi penyerapan bahasa asing pada ranah kesehatan dan hal ini tampaknya akan menarik untuk dikaji lebih lanjut.

2. Pada penelititan ini yang dikaji adalah penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan khususnya berupa nama-nama penyakit dan virus. Oleh karena itu, memungkinkan sekali adanya penggunaan abreviasi pada bidang lainnya ataupun bidang yang sama tetapi cakupan yang berbeda misalnya penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan berupa peralatan-peralatan di rumah sakit.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S. W. 2009. Penggunaan abreviasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Astuti, N. 2013. Penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung (suatu kajian sosiolinguistik). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (1992). Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah. Bandung:Pustaka Setia.

Djajasudarma, T. F. (2010). Metode linguistik: ancangan metode penelitian dan kajian. Bandung: Refika Aditama.

Hidayati, I. (2012). Buku pintar eyd: pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera.

Idris, N. S. (2012). Handout perkuliahan metode penelitian linguistik. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Indrasantoso, Doti. dkk. 2006. Glosarium: data & informasi kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.


(38)

Kridalaksana, H. (2010). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kumala, P. dkk. (1998). Kamus saku kedokteran dorland. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif: buku sumber tentang metode-metode baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid. Jakarta: UI-Press.

Putrayasa, I. B. (2008). Kajian Morfologi (bentuk derivasional dan infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Ramlan, M. (2009). Morfologi sebuah tinjauan deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.

Rano. (2009). Singkatan Medis. [Online]. Tersedia di:

http://tm-ranocenter.wikifoundry.com/page/Singkatan+Medis. Diakses 7 April 2014.

Suharsimi, A. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumanto. (1990). Metode penelitian sosial dan pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suratminto, L. (2010). Abreviasi dan akronimi pada batu nisan masa voc di Batavia.٨٢ (١), hlm. 1-10.

Tristianasari, E. 2011. Abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa sms (short massage service) siswa sma di kabupaten banyuwangi. (Skripsi). Universitas Jember, Jember.


(39)

Utami, D. N. 2009. Kajian abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia (POLRI). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wijaningsih. 2011. Abreviasi dalam rubrik wacana pada harian suara merdekaedisi desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP. (Skripsi). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia, Semarang.

Wirawan, A. S. 2011. Penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring sosial. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wulandari, R. E. 2013. Penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda (kajian morfosemantis). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(1)

96

Kridalaksana terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen sebanyak 71 data, yaitu AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD, CAD, CAH, CC, CF, CHD, CHF, CLL, DA, DADS, DBD, DCA, DIC, DLE, DM, DMG, DS, DSS, FHF, GBS, GGA, GGK, HAV, HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HSV, HTLV, IHD, IRDS, ISK, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PFO, PH, PID, PJB, PMS, PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TF, TIA, TN, UTI, VSD. Kedua, pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata sebanyak 4 data, yaitu BKB, CDH, PPHN, dan TTN. Ketiga, pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga sebanyak 1 data, yaitu TB. Keempat, pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata sebanyak 2 data, yaitu BP dan GE. Sedangkan 6 pola pembentukan baru yang ditemukan terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen pertama sebanyak 10 data, yaitu BMJ, CVA CVD, EKN, FAM, GED, GERD, GNA, IVH, PEB. Kedua, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen kedua sebanyak 3 data, yaitu DCM, HPV, dan NEC. Ketiga, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata komponen ketiga, yaitu CTEV. Keempat, pengekalan huruf pertama pada beberapa komponen disertai pelesapan kata dan konjungsi sebanyak 2 data, yaitu H1N1 dan H5N1. Kelima, pengekalan huruf pertama, ketujuh, dan kedua belas sebanyak 1 data, yaitu PKU. Keenam, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf ketiga atau kesembilan atau terakhir komponen pertama sebanyak satu data 1 data, yaitu UDT. Selain jenis abreviasi berupa singkatan, juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim sebanyak 4 data yang terdiri atas 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola baru. Satu pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana yaitu pengekalan huruf pertama tiap komponen


(2)

97

sebanyak 2 data, yaitu ISPA dan TEN. Sedangkan 2 pola pembentukan yang baru, terdiri dari pertama pengekalan huruf pertama setiap komponen pertama dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata pada komponen kedua sebanyak 1 data, yaitu AIDS. Kedua, pengekalan 2 huruf partama dari kata sebanyak 1 data, yaitu Ca. Terakhir ditemukan juga jenis abreviasi berupa penggalan sebanyak 1 data dengan pola pembentukan baru, yaitu penggalan suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan kelima dari suatu kata, yaitu flu.

3. Dari hasil penganalisian ditemukan jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah singkatan, yaitu sebanyak 96 data. Adapun data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV, CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS, DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV, HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1, IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN, PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT, UTI, VSD.

4. Pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) pada kelompok A (SMP dan SMA) yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, pedagang, dan ibu rumah tangga mempunyai persentase sebanyak 157 atau 6,1% responden mengetahui singkatannya, sebanyak 221 atau 8,6% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 195 atau 7,6% responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 2002 atau 77,7% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Semantara kelompok B (D3 dan S1) berprofesi sebagai guru, perawat, bidan, wiraswasta, ajun akuntansi,

engineer, dan ibu rumah tangga lebih dominan mengetahui dengan persentase sebanyak 317 atau 12,2% responden mengetahui singkatannya, sebanyak 319


(3)

98

atau 12,4% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 591 atau 22,9% responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 1348 atau 52,5% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Tetapi dari kedua kelompok tersebut tetap presentasi terbanyak yaitu lebih dari 50% responden tidak mengetahui baik singkatan ataupun kepanjangan data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) dengan persentasenya adalah sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5% pada kelompok B.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Data penelititan ini banyak berupa nama-nama asing, selain dikarenakan penamaan-penamaan pada ranah kesehatan khususnya penyakit dan virus ini memang berasal dari bahasa asing, juga karena sumber data yang diperoleh. Oleh karenanya terjadi penyerapan bahasa asing pada ranah kesehatan dan hal ini tampaknya akan menarik untuk dikaji lebih lanjut.

2. Pada penelititan ini yang dikaji adalah penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan khususnya berupa nama-nama penyakit dan virus. Oleh karena itu, memungkinkan sekali adanya penggunaan abreviasi pada bidang lainnya ataupun bidang yang sama tetapi cakupan yang berbeda misalnya penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan berupa peralatan-peralatan di rumah sakit.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S. W. 2009. Penggunaan abreviasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Astuti, N. 2013. Penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung (suatu kajian sosiolinguistik). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (1992). Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah. Bandung:Pustaka Setia.

Djajasudarma, T. F. (2010). Metode linguistik: ancangan metode penelitian dan kajian. Bandung: Refika Aditama.

Hidayati, I. (2012). Buku pintar eyd: pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera.

Idris, N. S. (2012). Handout perkuliahan metode penelitian linguistik. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Indrasantoso, Doti. dkk. 2006. Glosarium: data & informasi kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.


(5)

Kridalaksana, H. (2010). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kumala, P. dkk. (1998). Kamus saku kedokteran dorland. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif: buku sumber tentang metode-metode baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid. Jakarta: UI-Press.

Putrayasa, I. B. (2008). Kajian Morfologi (bentuk derivasional dan infleksional).

Bandung: Refika Aditama.

Ramlan, M. (2009). Morfologi sebuah tinjauan deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.

Rano. (2009). Singkatan Medis. [Online]. Tersedia di: http://tm-ranocenter.wikifoundry.com/page/Singkatan+Medis. Diakses 7 April 2014. Suharsimi, A. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sumanto. (1990). Metode penelitian sosial dan pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suratminto, L. (2010). Abreviasi dan akronimi pada batu nisan masa voc di Batavia.٨٢ (١), hlm. 1-10.

Tristianasari, E. 2011. Abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa sms (short massage service) siswa sma di kabupaten banyuwangi. (Skripsi). Universitas Jember, Jember.


(6)

Utami, D. N. 2009. Kajian abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia (POLRI). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wijaningsih. 2011. Abreviasi dalam rubrik wacana pada harian suara merdekaedisi desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP.

(Skripsi). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia, Semarang.

Wirawan, A. S. 2011. Penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring sosial. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wulandari, R. E. 2013. Penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda (kajian morfosemantis). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.