UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DI KELAS VIII-1 SMP SWASTA AL-WASHLIYAH 26 MEDAN.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DI KELAS VIII-1 SMP SWASTA
AL-WASHLIYAH 26 MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh:
DINA PURNAMA SARI
NIM
: 8126182009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
(2)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DI KELAS VIII-1 SMP SWASTA
AL-WASHLIYAH 26 MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh:
DINA PURNAMA SARI
NIM
: 8126182009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
i ABSTRAK
Dina Purnama Sari. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray, Siswa Kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, Juni 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, (2) Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (3) Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap pembelajaran matematika siswa, dan (4) Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tes kemampuan komunikasi matematis, lembar observasi aktivitas siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran, angket disposisi matematis siswa, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk klasikal kelas pada siklus I sebesar 59,3% pada pertemuan pertama dan 75,7% pada pertemuan kedua, pada siklus II menjadi 79,4% pada pertemuan pertama dan 83,3% pada pertemuan kedua, dan pada siklus III menjadi 89,1% pada pertemuan pertama dan 86,8% pada pertemuan kedua, (2) pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan disposisi matematis siswa, untuk skor angket disposisi matematis meningkat dari 67,4% pada siklus I menjadi 72,5% pada siklus II serta 81,4% pada siklus III, (3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap proses pembelajaran matematika efektif, ditandai dengan tercapainya (i) ketuntasan klasikal sebesar 87,9% diatas kriteria yang ditetapkan yaitu 85%, dan rata-rata kelas sebesar 86,4 diatas kriteria yang ditetapkan yaitu 75, (ii) ketuntasan tujuan pembelajaran pada siklus III mencapai 81,5% siswa yang mencapai ketuntasan tujuan pembelajaran 75% untuk setiap individu, (iii) persentase aktivitas siswa kategori baik sebesar 81,1% pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua sebesar 86,8% pada siklus III, untuk kemampuan guru mengelola pembelajaran sebesar 85,7% diatas kriteria yang ditetapkan yaitu 80%, (iv) waktu yang efisien, dimana penerapan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan waktu pada RPP (4) respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray positif, siswa menganggap pembelajaran ini merupakan suatu pembelajaran yang baru sehingga siswa berminat mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa juga memahami dan tertarik dengan lembar aktivitas yang diberikan. Rekomendasi atas hasil penelitian ini adalah para guru agar melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai salah satu alternatif upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis. Kata kunci: kemampuan komunikasi matematis, disposisi matematis, pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray.
(7)
ii ABSTRACT
Dina Purnama Sari. Effort to Increase Student’s Ability of Mathematical Communication and Disposition Through Cooperative Learning by Two Stay Two Stray in the Class VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan. Thesis. Postgraduate School of the state University of Medan, 2014.
The aims of this study were to: (1) increase the student’s ability of mathematical communication, (2) increase the student’s ability of mathematical disposition, (3) discover the effectiveness of cooperative learning by two stay two stray in student’s learning mathematics, (4) discover student’s response to learning through implementation of cooperative learning by two stay two stray. this study was a classroom action research which was conducted in the class VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan by the number of student’s 40 people. The instuments used to collect data, which were consisted of test communication ability, observation of student’s activity sheets and teacher ability to manage learning, student questionnaire mathematical disposition, and interview. The results of this study are: (1) cooperative learning by two stay two stray can increase student’s ability of mathematical communication, for the classical completeness increased in the first cycle was 59,5% at the first meeting and 75,7% at the second meeting, in the second cycle to 79,4% at the first meeting and 83,3% at the second meeting, and in the third cycle to 89,1% at the first meeting and 86,8% at the second meeting, (2) cooperative learning by two stay two stray can increase student’s ability of mathematical disposition, for students questionnaire of mathematical disposistion score increased from 67,4% in the first cycle to 72,5% in the second cycle and 81,4% in the third cycle (3) implementation of cooperative learning by two stay two stray inthe student learning process is effective because (i) classical completeness was 87,9% exceed up to criteria 85%, and class average was 86,4 exceed up to criteria 75, (ii) mastery learning objectives in the third cycle was 81,5% who achieve mastery of learning objectives by 75% for each individual, (iii) percentage of students activities observe with “moderate” category was 81,1% at the first meeting and at the second meeting was 86,8% in the third cycle, for ability of teacher to manage learning was 85,7% exceed up to criteria 80%, (iv) time efficiency, implementation of learning has been implemented in accordance with the time on the lesson plan (4) student’s response to the cooperative learning by two stay two stray is positive, students consider that this learning is a new learning so that interested in participating lesson in the class. Students also understand and interested to activities sheets. The result of recommendation from the study was teachers should implement cooperative learning by two stay two stray as an alternative effort to increase students ability of mathematical communication and disposition students.
Keywords: mathematical communication, mathematical disposition, cooperative learning by two stay two stray.
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
, penulis ucapkan syukur atas kehadirat Allah
SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan tesis ini
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray
, Siswa Kelas VIII-1 SMP Swasta
Al-Washliyah 26 Medan”.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1.
Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan
Bapak. Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan, dan dorongan kepada
penulis. Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah bagi mereka
dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT.
2.
Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dasar, Ibu Dr.Anita Yus. M.Pd, selaku Sekretaris Program studi
Pendidikan Dasar yang telah memberikan motivasi, serta membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
3.
Bapak Prof. Dr. Mun’in Sibuea, M.Pd selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta semua staf yang telah
memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.
(9)
4.
Bapak dan Ibu Dosen yang menagajar di Prodi Pendidikan Dasar PPs
Unimed yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sehingga
bermanfaat dalam menyusun tesis ini.
5.
Kepala Sekolah, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian,
serta Ibu dan Bapak guru SMP Swasta Al-Washliyah Medan Kecamatan
Medan Marelan yang memberikan waktu dan pemikiran sebagai
pengamat.
6.
Khususnya kepada orang tua saya tercinta Dasril Murad dan Desmawati,
S.Pd, kakak abang, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan
dukungan kepada saya baik secara moril maupun materil.
7.
Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah
Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberikan
motivasi dalam upaya menyelesaikan tesis saya ini.
8.
Hizrah Syahputra sebagai Pegawai Prodi Pendidikan Dasar PPs Unimed
yang telah membantu segala urusan yang berkaitan dengan administrasi
dalam perkuliahan dan penyusunan proposal tesis ini.
9.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kelemahan tesis ini. Untuk itu penulis mengharapkan sumbangan
pemikiran maupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaanya. Akhirnya
penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan.
Amin..
(10)
Medan,
2014
Penulis
Dina Purnama Sari
(11)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
...
i
ABSTRACT
...
ii
KATA PENGANTAR
...
iii
DAFTAR ISI
...
v
DAFTAR TABEL
...
ix
DAFTAR GAMBAR
...
xi
DAFTAR LAMPIRAN
...
xii
BAB I PENDAHULUAN
...
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1
1.2
Identifikasi Masalah ...
14
1.3
Batasan Masalah ...
15
1.4
Rumusan Masalah ...
15
1.5
Tujuan Penelitian ...
16
1.6
Manfaat Penelitian ...
17
BAB II KAJIAN TEORI
...
19
2.1
Kemampuan Komunikasi Matematis ...
19
2.2
Disposisi Matematis ...
25
2.3
Efektivitas Pembelajaran Matematika ...
29
2.4
Respon Siswa ...
36
2.5
Pembelajaran Kooperatif ...
38
2.6
Pembelajaran Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray
...
40
2.7
Teori Pendukung Model Pembelajaran
Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray
...
48
2.8
Penelitian yang Relevan ...
53
2.9
Kerangka Konseptual ...
55
2.9.1
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray
55
(12)
iv
Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray
...
56
2.9.3 Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two
Stay Two Stray
...
57
2.9.4
Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two
Stay
Two Stray
...
59
2.10
Hipotesis Tindakan ...
60
BAB III METODE PENELITIAN
...
64
3.1
Jenis Penelitian ...
64
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian ...
64
3.2.1
Lokasi Penelitian ...
64
3.2.2
Waktu Penelitian ...
65
3.3
Subjek dan Objek Penelitian ...
65
3.3.1
Subjek Penelitian ...
65
3.3.2
Objek Penelitian ...
65
3.4
Desain Penelitian ...
66
3.5
Definisi Operasional ...
76
3.5.1
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray
76
3.5.2
Kemampuan Komunikasi Matematis ...
77
3.5.3
Disposisi Matematis ...
77
3.5.4
Efektivitas Pembelajaran Matematika ...
78
3.5.5
Respon Siswa ...
79
3.6
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ...
80
3.6.1
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...
80
3.6.2
Angket Disposisi Matematis ...
81
3.6.3
Observasi atau Pengamatan ...
83
3.6.4
Wawancara ...
85
3.6.5
Dokumentasi ...
86
3.7
Teknik Analisis Data ...
86
3.8
Indikator Keberhasilan Tindakan ...
89
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
...
91
(13)
v
4.1.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I ...
96
4.1.2 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa Siklus I...
101
4.1.3 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus I ...
102
4.1.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Siklus I ...
104
4.1.5 Hasil Refleksi Siklus I ...
105
4.2
Hasil Penelitian Siklus II ...
110
4.2.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II ....
114
4.2.2 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa Siklus II ...
119
4.2.3 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus II ...
120
4.2.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Siklus II ...
121
4.2.5 Hasil Refleksi Siklus II ...
122
4.3
Hasil Penelitian Siklus III ...
126
4.3.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus III ..
130
4.3.2 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa Siklus III ...
136
4.3.3 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus III ...
138
4.3.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Siklus III ...
140
4.3.5 Hasil Wawancara dengan Siswa terhadap Pembelajaran
Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray
Siklus III ...
142
4.3.6 Hasil Refleksi Siklus III ...
144
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian ...
147
4.4.1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two
Stay Two Stray
...
147
4.4.2 Peningkatan
Disposisi
Matematis
Siswa
Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two
Stray
...
149
4.4.3 Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
Two Stay Two Stray
terhadap Pembelajaran
(14)
vi
4.4.4 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray
...
155
4.5
Keterbatasan Penelitian ...
156
4.6
Temuan ...
157
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Simpulan ...
160
5.2
Rekomendasi ...
163
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Matematika Siswa Kelas VIII-3 Semester 1 Tahun
Pelajaran 2013/2014 ...
7 ...
Tabel 2.1
Aktivitas siswa yang akan diamati pada proses Pembelajaran
34
Tabel 2.2
Aktivitas guru yang akan diamati pada proses Pembelajaran .
35
Tabel 2.3
Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif ... 39
Tabel 2.4
Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 45
Tabel 3.1
Pelaksanaan Kegiatan Tindakan Kelas ...
68
Tabel 3.2
Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...
80
Tabel 3.3
Rubrik Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis ...
81
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Skala Disposisi Matematis ...
82
Tabel 3.5
Penskoran Hasil Angket Untuk Pernyataan Positif...
83
Tabel 3.6
Penskoran Hasil Angket Untuk Pernyataan Negatif ...
83
Tabel 3.7
Indikator Aktivitas Siswa ...
84
Tabel 3.8
Indikator
Kemampuan
Guru
dalam
Pengelolaan
Pembelajaran ...
84
Tabel 3.9
Aspek Penilaian dalam Wawancara Siswa ...
86
Tabel 4.1
Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I Pertemuan
Pertama ...
97
Tabel 4.2
Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I Pertemuan
Kedua ...
97
Tabel 4.3 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-Rata, dan Persentase
Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I ....
100
Tabel 4.4 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa pada Siklus I ...
101
Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa
Siklus I...
102
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada
Siklus I...
104
(16)
Tabel 4.8 Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II Pertemuan
Pertama ...
115
Tabel 4.9 Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II Pertemuan
Kedua ...
115
Tabel 4.10 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-Rata, dan Persentase
Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II ..
118
Tabel 4.11 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa pada Siklus II ...
119
Tabel 4.12 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa
Siklus II ...
120
Tabel 4.13 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada
Siklus II ...
121
Tabel 4.14 Rangkuman Refleksi Siklus II...
125
Tabel 4.15 Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus III Pertemuan
Pertama ...
130
Tabel 4.16 Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus III Pertemuan
Kedua ...
131
Tabel 4.17 Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Rata-Rata, dan Persentase
Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II
I
134
Tabel 4.18 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa pada Siklus III ...
136
Tabel 4.19 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa
Siklus III ...
138
Tabel 4.20 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada
Siklus III ...
140
Tabel 4.21 Rangkuman Refleksi Siklus III ...
146
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa ...
5
Gambar 2.1 Skema Diskusi Model
Two Stay Two Stray
...
43
Gambar 3.1 Siklus PTK Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay
Two Stray
...
66
Gambar 4.1 Lembar Jawaban Siswa Siklus I ...
99
Gambar 4.2 Lembar Jawaban Siswa Siklus II ...
117
Gambar 4.3 Lembar Jawaban Siswa Siklus III ...
133
Gambar 4.4 Perolehan Skor Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa per Siklus ...
134
Gambar 4.5 Nilai Rata-Rata, dan Persentase Ketuntasan Kelas
Kemampuan Komunikasi Matematis Setiap Pertemuan ...
135
Gambar 4.6 Perolehan Skor Angket Disposisi Matematis Siswa per
Siklus ...
137
Gambar 4.7 Perolehan Skor Aktivitas Siswa per Siklus ...
139
Gambar 4.8 Perolehan Skor Angket Disposisi Matematis Siswa per
Siklus ...
141
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ...
170
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) ...
175
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) ...
180
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 4) ...
185
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 5) ...
190
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 6) ...
195
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa (LAS-1) ...
200
Lembar Aktivitas Siswa (LAS-2) ...
206
Lembar Aktivitas Siswa (LAS-3) ...
211
Lembar Aktivitas Siswa (LAS-4) ...
216
Lembar Aktivitas Siswa (LAS-5) ...
221
Lembar Aktivitas Siswa (LAS-6) ...
226
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Guru ...
230
Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...
232
Lampiran 4 Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Pertama Siklus I ...
234
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Kedua Siklus I ...
235
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Ketiga Siklus II ...
236
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Keempat Siklus II ...
237
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Kelima Siklus III ...
238
Kisi-Kisi Tes Evaluasi Pertemuan Keenam Siklus III ....
239
Lampiran 5 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Pertama Siklus I ...
240
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Kedua Siklus I ...
247
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Ketiga Siklus II ...
252
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Keempat Siklus II ...
257
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Kelima Siklus III ...
262
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertemuan
Keenam Siklus III ...
268
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Disposisi Matematis Siswa ...
273
Angket Disposisi Matematis Siswa ...
275
Lampiran 7 Kisi-kisi Wawancara Siswa ...
277
Pedoman Wawancara Siswa ...
278
Lampiran 8
Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...
280
Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ...
286
Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ..
292
Hasil Validasi Angket Disposisi Matematis ...
298
Hasil Validasi Observasi Aktivitas Guru ...
299
Hasil Validasi Observasi Aktivitas Siswa ...
300
Lampiran 9
Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...
301
Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru ...
313
(19)
Lampiran 11 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus I
Pertemuan I ...
326
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus I
Pertemuan II ...
329
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus II
Pertemuan I ...
332
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus II
Pertemuan II ...
335
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus III
Pertemuan I ...
338
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus III
Pertemuan II ...
341
Lampiran 12 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I ...
344
Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II ...
346
Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus III ...
348
Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Siswa ...
350
Lampiran 14 Nama-nama Subjek ...
353
Daftar Nama Kelompok Siswa ...
354
Nama-nama Validator ...
355
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ...
356
Lampiran 16 SK
Direktur
PPs
Unimed
No.
632/UN33.27.10/KEP/PG/2013 tentang Pengangkatan
Komisi Pembimbing Program Pascasarjana (S2) Unimed
360
Lampiran 17 Surat Undangan Seminar Proposal ...
361
Lampiran 18 Daftar Revisi Seminar Proposal ...
362
Lampiran 19 Surat Izin Melakukan Penelitian Lapangan dari PPs
Unimed ...
364
Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lapangan
dari SMP A-Washliyah 26 Medan ...
365
Lampiran 21 Surat Undangan Ujian Tesis ...
366
Lampiran 22 Daftar Revisi Ujian Tesis ...
367
(20)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan pendidikan nasional yang harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan dan pembelajaran, baik formal maupun nonformal yang efektif dan efisien. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang kreatif adalah aspek yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan yang direncanakan
(21)
2
baik itu tujuan dari pendidikan nasional maupun tujuan dari proses pembelajaran dikelas.
Setiap proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan peserta didik, begitu pula dengan proses pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics (2000:50) diantaranya : (1) belajar untuk berkomunikasi, (2) belajar untuk bernalar, (3) belajar untuk memecahkan masalah, (4) belajar untuk mengaitkan ide, dan (5) belajar untuk mempresentasikan ide-ide.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperoleh keadaan atau masalah.
(22)
3
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam mempelajari masalah serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika diatas pada dasarnya untuk melatih siswa agar dapat mengkomunikasikan ide-ide yang mereka miliki dalam pembelajaran matematika. Selain itu, terlihat bahwa kurikulum yang disusun juga sudah memperhatikan aspek pengembangan kemampuan komunikasi matematis dan aspek-aspek pengiring yang ditimbulkan dalam pembelajaran matematika seperti disposisi matematis yang tertcantum pada butir kelima. Kemampuan komunikasi matematis merupakan tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran ditingkat manapun, oleh karena itu pembelajaran matematika hendaknya selalu ditujukan agar dapat terwujudnya kemampuan komunikasi matematis sehingga selain dapat menguasai matematika dengan baik siswa juga berprestasi secara optimal.
Ansari (2009:10) menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity: artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Namun kenyataan di lapangan dalam pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan kemampuan
(23)
4
berkomunikasi matematis, padahal kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Hal ini sejalan dengan laporan TIMSS 2007 yang mengatakan bahwa :
“Siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei. prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya. Dari 4 kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.”
Hal di atas menjelaskan begitu pentingnya arti dan peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa sehingga dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematika siswa masih sangat rendah termasuk siswa di Indonesia. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika juga dipengaruhi oleh kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Hal ini jelas akan menghambat siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Seorang siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan dapat dengan mudah mengambil suatu langkah untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ini mengakibatkan siswa sulit untuk mencerna soal-soal yang diberikan sehingga mereka tidak bisa memecahkan masalah tersebut.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga ditemukan pada siswa kelas VIII-1 di SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan yang terdiri dari 40 siswa. Peneliti melakukan observasi terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa terutama pada materi yang berkaitan dengan soal cerita yaitu Sistem
(24)
5
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), dapat dilihat dari jawaban siswa yang diberikan oleh guru seperti berikut ini:
Diakhir pekan Nadia dan Bella memutuskan untuk pergi ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kawasan Marelan yaitu Suzuya. Mereka ingin mencari beberapa boneka dan buku komik yang menjadi barang koleksi mereka dikamar tidurnya. Setelah melihat-lihat barang yang mereka cari, akhirnya Nadia memutuskan untuk membeli 3 buah boneka dan 2 buah buku komik dengan harga Rp. 140.000. sedangkan Bella membeli 2 buah boneka dan 4 buah komik dengan harga Rp. 160.000. Berapakah harga untuk setiap satu buah boneka dan satu buah komik?
Permasalahan yang diberikan diatas menunjukkan bahwa ada beberapa informasi yang disampaikan dan dapat disajikan ke dalam model matematika berupa persamaan matematika. Namun hal tersebut tidak dilakukan siswa dengan teliti dan benar. Hal ini dapat dilihat dari cara siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru seperti berikut ini.
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Kemampuan siswa dalam menyajikan
unsur yang diketahui dan ditanya dari soal masih kurang tepat.
Kemampuan siswa
mengkomunikasikan idenya ke dalam model matematika juga masih belum tepat
Ketidaktelitian
siswa dalam
menjawab soal,
tidak melakukan
pembuktian dan
memeriksa kembali pekerjaan mereka
mengakibatkan
jawaban siswa
(25)
6
Dari cara siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan membuat model konseptual dari soal yang diberikan. Siswa masih belum bisa merumuskan ide matematika ke dalam model matematika. Selain itu, siswa juga tidak teliti terhadap penyelesaian yang dikerjakannya serta tidak melakukan pemeriksaan kembali terhadap penyelesaian yang telah mereka kerjakan sehingga jawaban mereka masih banyak yang salah.
Ketidakmampuan siswa dalam mengkomunikasikan permasalahan matematika yang diberikan membuat siswa kesulitan dalam memecahkan permasalahan tersebut, karena permasalahan tersebut menjadi bias. Selain itu, masih banyak diantara siswa yang belum paham sama sekali atas apa yang harus mereka kerjakan dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari lembar hasil penyelesaian siswa yang belum ada mengerjakan apa-apa padahal waktu yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan 1 buah soal saja 25 menit. Dan dari soal yang diberikan oleh guru, hanya 10 siswa atau sekitar 25% yang menjawab benar dan 30 siswa atau sekitar 75% yang menjawab salah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bukan hanya kemampuan komunikasi matematis siswa saja yang masih rendah namun hasil belajar siswa terutama pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel juga masih tergolong sangat rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi peneliti terhadap hasil nilai ulangan harian siswa SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) berikut ini:
(26)
7
Tabel 1.1. Nilai Matematika Siswa Kelas VIII-1 Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014
Aspek analisis Perolehan Nilai
Nilai terendah 25.00
Nilai tertinggi 87.00
0,00 – 70,00 (< KKM) 30 (75%)
70,00 – 100,00 (≥ KKM) 10 (25%)
(Sumber: Guru Matematika SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan)
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang memenuhi KKM hanya 10 orang atau sekitar 25%. Sementara itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah 70. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan pembelajaran di kelas belum berlangsung secara optimal.
Belum optimalnya pembelajaran matematika di kelas VIII-1 dikarenakan pembelajaran selama ini guru hanya menjelaskan langkah-langkah untuk sekedar menghitung tanpa membantu siswa untuk mengemukakan ide/gagasan dalam wujud lisan dan tulisan. Siswa masih selalu terpaku dengan angka-angka, sehingga ketika suatu permasalahan matematika disajikan berupa masalah dalam berbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu untuk menyelesaikannya. Selain itu, pembelajaran yang masih didominasi oleh guru juga merupakan salah satu penyebab belum optimalnya pembelajaran dikelas.
Dominasi guru dalam pembelajaran terlihat dengan lebih banyak menyampaikan informasi atau materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk ceramah, sedangkan siswa terlihat lebih banyak waktu dihabiskan hanya mendengarkan saja penjelasan dari guru tentang cara menyelesaikan atau menjawab suatu soal matematika. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mencatat materi pelajaran yang dianggap penting serta mencatat cara
(27)
8
penyelesaian soal atau masalah yang diberikan. Setelah menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah yang kadang-kadang diselingi dengan tanya-jawab, guru memberikan beberapa soal latihan yang harus diselesaikan siswa. Keaktifan guru yang lebih dominan dibandingkan dengan siswa dalam pembelajaran, seperti tergambar dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII-1 selama ini lebih berpusat kepada guru (teacher centered).
Kondisi pembelajaran yang selalu didominasi oleh guru (teacher centered) menyebabkan siswa tidak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini, terlihat dalam setiap proses pembelajaran siswa kurang berpartisipasi dalam menggali atau memperoleh pengetahuan seperti: jarang mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada teman sendiri, jarang mengeluarkan pendapat atau tanggapan dalam pembelajaran, jarang menyampaikan kritikan padahal tahu sesuatu itu salah, misal guru dalam menyampaikan sesuatu salah tetapi siswa hanya diam saja dan menerima hal yang salah tersebut. Siswa tidak berusaha untuk menyampaikan apa yang dia telah ketahui sebelumnya dikarenakan takut salah atau malu kepada teman atau guru. Keengganan siswa untuk berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada guru tentang hal yang tidak diketahuinya ternyata sudah menjadi kebiasaan. Terlihat sekali bahwa komunikasi yang terjadi selama proses pembelajaran matematika masih berjalan satu arah. Maka dalam hal ini kemampuan komunikasi matematis siswa masih perlu ditingkatkan demi tercapainya hasil belajar yang diinginkan, atau dengan kata lain kemampuan komunikasi matematis sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
(28)
9
Sejalan dengan penemuan penelitian Kusmaydi (2010) yang menyimpulkan bahwa ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah matematika tetapi tidak mengerti apa yang dikerjakannya dan kurang memahami apa yang terkandung didalamnya. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak mampu menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika, dan juga tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis. Dari ungkapan ini dapat diduga bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah dan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Selain kemampuan komunikasi matematis juga diperlukan sikap yang harus dimiliki oleh siswa, diantaranya adalah menghargai keindahan matematika, menyenangi matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar matematika. Keseluruhan sikap tersebut dikenal dengan disposisi matematis. Dengan sikap seperti itu, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematika, menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya, dan dapat mengembangkan disposisi matematisnya.
NCTM (2000:83) menyatakan bahwa bahwa sikap dan keyakinan siswa dalam menghadapi matematika dapat mempengaruhi prestasi mereka dalam matematika. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka gigih dalam menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika. Disposisi siswa terhadap matematika dapat diamati dalam diskusi kelas. Misalnya, seberapa besar keinginan siswa untuk belajar matematika, keinginan menjelaskan solusi yang diperolehnya dan mempertahankan
(29)
10
penjelasannya. Namun demikian, perhatian guru dalam proses belajar-mengajar terhadap disposisi matematis siswa masih kurang.
Sebagaimana hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pembelajaran matematika siswa di SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan kelas VIII-1, diperoleh fakta bahwa selama siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru siswa terlihat tidak percaya diri dalam mengerjakan soal yang diberikan. Siswa lebih mengandalkan jawaban dari teman yang mereka anggap mampu mengerjakan latihan padahal jawaban temannya juga belum tentu benar. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak memiliki ketekunan dan minat yang tinggi dalam mengerjakan soal. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang asik bercerita dengan teman sebangkunya daripada berdiskusi untuk mengerjakan latihan yang diberikan dan guru tidak memberi perhatian lebih terhadap disposisi matematis siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa disposisi matematis siswa masih rendah karena siswa yang memiliki disposisi tinggi akan lebih gigih, tekun, dan berminat untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Hal ini memungkinkan siswa tersebut memiliki pengetahuan lebih dibandingkan siswa yang tidak menunjukkan perilaku demikian. Pengetahuan inilah yang menyebabkan siswa memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disposisi matematis menunjang kemampuan matematis siswa.
Permasalahan yang dialami diatas juga didukung dengan studi yang dilakukan oleh Kusumawati (2010) pada siswa SMP peringkat tinggi, sedang, dan rendah sebanyak 297 orang di kota Palembang. Hasil studi menunjukkan
(30)
11
persentase skor rerata disposisi matematis siswa baru mencapai 58 persen yang diklasifikasikan rendah. Selain itu, dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih dominan menggunakan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran ini, guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa sebagaimana dijelaskan di atas.
Pentingnya pengembangan disposisi matematis diungkapkan oleh Mahmudi (2010:2) yang mengatakan bahwa siswa memerlukan disposisi matematis untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil tanggung jawab dalam belajar, dan mengembangkan kebiasaan kerja yang baik dalam matematika. Kelak, siswa belum tentu akan menggunakan semua materi yang mereka pelajari, tetapi dapat dipastikan bahwa mereka memerlukan disposisi positif untuk menghadapi situasi problematik dalam kehidupan mereka. Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka mempelajari aspek kompetensi matematis. Sebagai contoh, ketika siswa diberi persoalan matematika yang menggunakan masalah kontekstual (real) atau relevan dengan kehidupan anak dan diawali dengan masalah yang lebih mudah, maka persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau model-model yang sesuai dengan pengalaman anak dan kemampuan matematis yang dimilikinya. Pada matematika, disposisi merupakan komponen yang sangat penting karena anak dibiasakan mendapatkan persoalan-persoalan yang memerlukan sikap postif, hasrat, gairah, dan kegigihan untuk menyelesaikannya. Tanpa disposisi yang baik maka anak tidak dapat mencapai kompetensi atau kecakapan matematika sesuai harapan.
(31)
12
Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi dan disposisi matematis guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan komunikasi dan disposisi matematis. Pada pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional, kemampuan komunikasi siswa masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru dapat mempercepat peningkatan komunikasi matematis dengan cara memberikan tugas matematika dalam berbagai variasi. Komunikasi matematis akan berperan efektif manakala mengkondisikan siswa agar mendengarkan secara aktif sebaik mereka mempercakapkannya. Oleh karena itu perubahan pandangan belajar dari guru mengajar ke siswa belajar sudah menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika.
Banyak model pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa tersebut. Model pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu siswa untuk dapat memecahkan masalahnya secara mandiri. Disini membutuhkan peran guru untuk dapat membawa anak didiknya mempunyai kemampuan tersebut. Guru haruslah dapat menciptakan suasana belajar yang mampu mengeskplorasi kemampuan yang dimiliki siswanya dalam memecahkan masalahnya sendiri. Kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa ini nantinya diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan seperti yang tersebut di atas.
Model pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan informasi dan membimbing siswa agar terlibat secara optimal, sehingga siswa
(32)
13
dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuh kembangkan kemampuannya seperti, mental, intelektual, emosional dan sosial serta keterampilan atau kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian pemilihan model pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan mendorong siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tertentu.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) model pembelajaran kooperatif sangat sesuai dengan paradigma baru pendidikan. Pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pembelajaran yang sistematik dan terstruktur dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang kuat pada siswa karena merasa disukai dan diterima oleh siswa lain serta menaruh perhatian bagaimana kawannya belajar dan ingin membantu kawannya dalam belajar.
Beberapa ahli mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit, tetapi juga menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Two Stay Two Stray yang merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.
Suprijono (2009:93) mengatakan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Ciri khas dari model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dalam kelompok, yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompoknya untuk
(33)
14
memberikan informasi kepada tamunya dari kelompok lain. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah itu siswa yang bertugas menjadi tamu atau yang menerima tamu mendiskusikan dan membahas hasil kerja mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengkaji masalah ini melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan pembelajaran yang lebih inovatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa yang pada akhirnya akan memperbaiki hasil belajar matematika siswa
melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP SMP Swasta Al Washliyah 26 Medan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika ke dalam bahasa simbol, grafik, dan gambar masih rendah.
2. Disposisi matematis siswa masih rendah.
3. Hasil belajar matematika siswa juga masih rendah terutama pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
4. Pembelajaran masih berpusat pada guru dan didominasi oleh metode ceramah.
5. Pembelajaran matematika berlangsung kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajaran siswa secara klasikal masih rendah, aktivitas siswa yang didominasi oleh kegiatan mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru.
(34)
15
6. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian dapat dilakukan dengan lebih mendalam, cermat dan terarah. Oleh karena itu penelitian ini terbatas pada:
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan.
2. Peningkatan disposisi matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan.
3. Efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
terhadap pembelajaran matematika siswa kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan.
4. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah tersebut di atas, diajukan perumusan masalah sebagai berikut:
(35)
16
1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/ 2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?
2. Bagaimana peningkatan disposisi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/ 2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?
3. Bagaimana efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap pembelajaran matematika siswa kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi
(36)
17
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014.
2. Meningkatkan Disposisi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014.
3. Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap pembelajaran matematika siswa kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray di kelas VIII-1 SMP Swasta Al-Washliyah 26 Medan Kecamatan Medan Marelan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini diharapkan dapat membuat siswa akan lebih aktif karena terjadi proses diskusi atau interaksi di antara teman dalam kelompoknya. Melalui kegiatan diskusi, percakapan dalam mengungkapkan ide-ide matematika dapat membantu siswa mengembangkan pikirannya, sehingga siswa yang terlibat dalam perbedaan pendapat atau mencari solusi dari suatu
(37)
18
permasalahan akan memahami konsep matematika dengan lebih baik. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan disposisi matematis siswa serta kemampuan komunikasi matematisnya.
2. Bagi guru, penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
diharapkan dapat mengembangkan/meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran pada mata pelajaran Matematika. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan meningkatkan disposisi serta kemampuan komunikasi matematis siswa.
3. Bagi sekolah atau kelembagaan, penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa.
4. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep matematika yang abstrak dalam bentuk konkret.
(38)
160 BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dikemukakan beberapa kesimpulan berikut.
1. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII-1 SMP Al-Washliyah 26 Medan pada kompetensi dasar menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 13,8%, dimana persentase pada siklus I sebesar 67,5% dan pada siklus II sebesar 81,3%. Selanjutnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dari siklus II ke siklus III sebesar 6,6%, dimana persentase pada siklus II sebesar 81,3% dan pada siklus III sebesar 87,9%. Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 13,8 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 67,6 dan pada siklus II sebesar 81,4, sedangkan nilai rata-rata kelas dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 4,1 menjadi 85,5 pada siklus III.
2. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan disposisi matematis siswa VIII-1 SMP Al-Washliyah 26 Medan pada kompetensi dasar menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Disposisi matematis siswa mengalami peningkatan sebesar 5,1% dari siklus I ke siklus II, dimana disposisi matematis siswa pada siklus I sebesar 67,4% dan pada siklus II meningkat
(39)
161
menjadi 72,5%. Sedangkan disposisi matematis siswa dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 8,9%, dimana disposisi matematis siswa pada siklus II adalah 72,5% dan meningkat menjadi 81,4% pada siklus III. 3. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif terhadap
pembelajaran matematika siswa VIII-1 SMP Al-Washliyah 26 Medan pada kompetensi dasar menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini dikatakan efektif karena ketuntasan klasikal kelas telah mencapai 85%, ketuntasan tujuan pembelajaran mencapai 75%, 80% siswa memperoleh aktivitas dengan kategori baik dan rata-rata skor kemampuan guru mengelola pembelajaran mencapai 80%. Dalam hal ini, pada siklus I terdapat 64,5% siswa memperoleh kategori aktivitas baik. Perolehan skor ini meningkat pada siklus II menjadi 71,8% siswa memperoleh kategori aktivitas baik, begitu pula pada siklus III meningkat menjadi 82,6%. Sedangkan kemampuan guru mengelola pembelajaran pada siklus I adalah 77,5% dan pada siklus II menjadi 83% lalu pada siklus III meningkat menjadi 85,7%. Untuk ketuntasan tujuan pembelajaran dikelas dimana untuk setiap siklus terdiri dari 3 tujuan pembelajaran, diperoleh data pada siklus I sebesar 26% siswa yang mencapai ketuntasan tujuan pembelajaran dan pada siklus II ketuntasan tujuan pembelajaran siswa sebesar 61,1% lalu pada siklus III menjadi 77,2%.
4. Respon siswa kelas VIII-1 SMP Al-Washliyah 26 Medan terhadap pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada kompetensi dasar menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah positif. Respon yang positif
(40)
162
ditunjukkan siswa melalui hasil wawancara dimana siswa termotivasi dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan pada LAS ataupun Tes dimana soal yang disajikan merupakan bentuk soal cerita yang kontekstual, siswa lebih menyukai pembelajaran dengan metode diskusi daripada pembelajaran yang konvensionak, kegiatan bertamu merupakan kegiatan yang paling digemari siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray karena melalui kegiatan ini siswa lebih berani mengeluarkan ide dan pendapat serta membuat hubungan antar siswa menjadi lebih akrab.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, dikemukakan beberapa rekomendasi berikut.
1. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan pembelajaran yang dirancang untuk merangsang kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa melalui penyajian masalah berbentuk soal cerita yang kontekstual. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif.
2. Salah satu kekuatan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terletak pada permasalahan yang disajikan. Oleh karena itu, jikan guru akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray harus mampu merancang permasalahan yang kontekstuan dan menantang bagi siswa. 3. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray akan berhasil jika siswa
(41)
163
masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab masing-masing untuk melakukan proses diskusi dan bertukar informasi yang efektif. Oleh karena itu, guru harus bisa memotivasi siswa untuk saling kerja sama dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam kelompoknya masing-masing termasuk keberanian untuk mengemukakan pendapat maupun mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diberikan.
4. Bagi guru yang akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray di kelas, haruslah melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik diantaranya merancang rencana pembelajaran dengan pengelolaan waktu yang efektif pada setiap pertemuan dan mempersiapkan segala kebutuhan baik itu media pembelajaran maupun pendukung lainnya untuk mendukung suksesnya pembelajaran. Selain itu, guru juga harus benar-benar membimbing siswa terutama dalam menentukan himpunan peanyelesaian dengan metode grafik. Hal ini sejalan dengan temuan yang dipaparkan peneliti berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menggambarkan yang mengakibatkan jawaban siswa menjadi salah pula.
5. Bagi siswa, agar menunjukkan partisipasi aktif dan respon yang positif terhadap pembelajaran di kelas termasuk pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Karena melalui pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray akan membentuk rasa saling tolong menolong antar siswa, kemandirian individu, berkomunikasi dan berinteraksi sosial, rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. 6. Bagi kepala sekolah atau lembaga agar memfasilitasi dan mendorong para
(42)
164
pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan prestasi sekolah secara keseluruhan dan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah.
(43)
165
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I. 2009. Konsep dan Aplikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Arif, Bahrul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Universitas Negeri Malang. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
karya.
---. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
---. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arends, R.I. 1997. “Classroom Intruction and Management”. New York: ME Graw Hill Companies, Inc.
---. 2008. Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs). Jakarta: BSNP.
Baroody, Arthur J. 1993. Problem Solving, Reasoning, And Communicating, K-8 Helping Children Think Mathematically: Macmillan Publishing Company. New York.
Berutu, Alaris. 2012. Penerapan Metode Permainan dengan Menggunakan Media Tangram untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun Datar Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Eka Prasetya Medan T.A 2011/2012. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.
Dalyono,M. 2010. Psikologi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ---. (2006). Standar Isi. Disajikan di
http://www.bsnpindonesia.org/files/StandarIsi.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2013
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.
(44)
166
Fauzi, K.M.S. 2002. Pendekatan Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Folland, Gerald. (2001). Communication in the Mathematical Sciences. Disajikan di http://www.match.washington.edu/~folland/commun/com.html. Diakses tanggal 3 Januari 2014.
Greenes, C dan Schulman, L. (1996). “Communication processes in mathematical exploration and investigations”. Dalam P.C. Elliot dan MJ. Kenney (Eds). Yearbook. Communication in Mathematics,K-12 and Beyond, 159-169. Virginia: Reston.
Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hartutik. 2006. Efektivitas Pembelajaran Biologi SMA dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berdasar Analisis SWOT dalam kemasan CD Interaktif. Tesis: Program Pascasarjana Prodi Pend. IPA Unnes.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Surabaya.
Indrawati. 2000. Teori Belajar. Dikdasmen PPPG. IPA, Bandung: Depdiknas. Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecedasan Komunikasi
Antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istiqomah, Annas Nur. (2010). “Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Dalam Upaya Meningkatkan Peran Aktif Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bambanglipuro Bantul”. (dalam http:// digilib.uin-suka.ac.id).Diakses pada tanggal 1 Januari 2014.
John M. Echols, Hasan Shadily. (2000). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Kemmis S & MC. Taggar. 1988. The Actin Research Planer 3 rd ed Victoria; Deakin University
Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findel, B. (2001). “Adding It Up : Helping Children Learn Mathematics”. Washington, DC : National Academy - Press.
Kusmaydi. 2010. Pembelajaran Matematika Realistic Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Tesis. Bandung: UPI.
(45)
167
---. 2007. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta : Grasindo.
Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, Yogyakarta, 17 April. Mulyani, Sri. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Cetakan Pertama USU Press, Medan.
National Education Department of United States of America. 1996. Educator Servis teaching & Learning Curriculum Resources, Mathematics Curriculum Framework Achieving Mathematical Power &ndash. Diambil dari www.doe.mass.edu/frameworks/ math/1996-similar. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston VA : Authur.
---. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
---. 2002. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Boston USA: University of Massachusetts at Amherst.
Nur, M dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstrukstivis dalam Pengajaran. Edisi ke-3. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah. UNESA Surabaya.
Nurgana. 1985. Efektivitas Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitaspembelajar an/.Diakses: 25 Maret 2014 pukul 15.17 WIB.
Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to Develop Student’s Literacy. Journal Research of Mathematics Education (online). http://www.mynctm.org/ecsources/article-summary. Diakses: 5 Juli 2014 pukul 15.30 WIB.
Putra, Aprizal (2005).”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas I SMA Negeri 6 Padang”. Padang: Universitas Bung Hatta.
Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo.
(46)
168
Sinambela. 2008. Faktor-faktor Penentu Keefektifan Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). Jurnal
Generasi Kampus, 1(2): 74-85.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12087485.pdf. Diakses: 29 Mei 2014. Slavin, Robert. 1995. Cooperatif Learning Theory Reserch and Practice.
Singapura: Allyin dan Bacon.
---. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice (6th ed.). Johns Hopkins University: Allyn & Bacon
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Subekti, Nila Sri. (2009). “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Kekongruenan dan Kesebangunan Segitiga Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Depok Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Lembar Kerja Siswa”. Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.
Sudjana, Nana 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suharsimi, Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sullivan & Mousley (1996) . National Communication in Mathematics
Classroom: What Does i Look Like. In clarkson. Philip C. (Ed) Technology in Mathematics Education. Melbourne: Merga
Sumarmo, U. 2005. Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional.
FPMIPA UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.
---. 2006. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI.
---. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
(47)
169
Susilo, Frans. 2004. Matematika Humanistik. Yogyakarta: Basis
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosadakarya
Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS). 2007. http://infopendidikankita.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003. Disajikan di http://www.inherent-dikti.net.files/sisdiknas.pdf. Diakses tanggal 02 Januari 2014.
Van de Walle, J.A.2006. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wihatma, Ujang. (2004). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD). Disajikan di
http://pps.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat/abstrak04.html. Diakses tanggal 15 Desember 2013.
(1)
pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan prestasi sekolah secara keseluruhan dan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I. 2009. Konsep dan Aplikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Arif, Bahrul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa
Kelas VII D SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka karya.
---. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
---. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arends, R.I. 1997. “Classroom Intruction and Management”. New York: ME Graw Hill Companies, Inc.
---. 2008. Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SMP/MTs). Jakarta: BSNP.
Baroody, Arthur J. 1993. Problem Solving, Reasoning, And Communicating, K-8
Helping Children Think Mathematically: Macmillan Publishing Company.
New York.
Berutu, Alaris. 2012. Penerapan Metode Permainan dengan Menggunakan Media Tangram untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun Datar Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Eka Prasetya Medan
T.A 2011/2012. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.
Dalyono,M. 2010. Psikologi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ---. (2006). Standar Isi. Disajikan di
http://www.bsnpindonesia.org/files/StandarIsi.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2013
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.
(3)
Fauzi, K.M.S. 2002. Pendekatan Matematika Realistik pada Pokok Bahasan
Pembagian di SD. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Folland, Gerald. (2001). Communication in the Mathematical Sciences. Disajikan di http://www.match.washington.edu/~folland/commun/com.html. Diakses tanggal 3 Januari 2014.
Greenes, C dan Schulman, L. (1996). “Communication processes in mathematical
exploration and investigations”. Dalam P.C. Elliot dan MJ. Kenney (Eds).
Yearbook. Communication in Mathematics,K-12 and Beyond, 159-169. Virginia: Reston.
Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hartutik. 2006. Efektivitas Pembelajaran Biologi SMA dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) berdasar Analisis SWOT dalam kemasan CD
Interaktif. Tesis: Program Pascasarjana Prodi Pend. IPA Unnes.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Surabaya.
Indrawati. 2000. Teori Belajar. Dikdasmen PPPG. IPA, Bandung: Depdiknas. Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecedasan Komunikasi
Antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istiqomah, Annas Nur. (2010). “Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Dalam Upaya Meningkatkan Peran Aktif Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Bambanglipuro Bantul”. (dalam http://
digilib.uin-suka.ac.id).Diakses pada tanggal 1 Januari 2014.
John M. Echols, Hasan Shadily. (2000). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Kemmis S & MC. Taggar. 1988. The Actin Research Planer 3 rd ed Victoria; Deakin University
Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findel, B. (2001). “Adding It Up : Helping Children
Learn Mathematics”. Washington, DC : National Academy - Press.
Kusmaydi. 2010. Pembelajaran Matematika Realistic Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Tesis. Bandung: UPI.
(4)
---. 2007. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, Jakarta : Grasindo.
Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah disajikan pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, Yogyakarta, 17 April. Mulyani, Sri. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Cetakan Pertama USU Press, Medan.
National Education Department of United States of America. 1996. Educator Servis teaching & Learning Curriculum Resources, Mathematics
Curriculum Framework Achieving Mathematical Power &ndash. Diambil
dari www.doe.mass.edu/frameworks/ math/1996-similar. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston VA : Authur.
---. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
---. 2002. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Boston USA: University of Massachusetts at Amherst.
Nur, M dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan
Pendekatan Konstrukstivis dalam Pengajaran. Edisi ke-3. Surabaya: Pusat
Studi Matematika dan IPA Sekolah. UNESA Surabaya.
Nurgana. 1985. Efektivitas Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitaspembelajar an/.Diakses: 25 Maret 2014 pukul 15.17 WIB.
Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to Develop Student’s Literacy. Journal
Research of Mathematics Education (online).
http://www.mynctm.org/ecsources/article-summary. Diakses: 5 Juli 2014 pukul 15.30 WIB.
Putra, Aprizal (2005).”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas I SMA Negeri 6 Padang”. Padang: Universitas Bung Hatta.
Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo.
(5)
Sinambela. 2008. Faktor-faktor Penentu Keefektifan Pembelajaran Dalam Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). Jurnal
Generasi Kampus, 1(2): 74-85.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12087485.pdf. Diakses: 29 Mei 2014. Slavin, Robert. 1995. Cooperatif Learning Theory Reserch and Practice.
Singapura: Allyin dan Bacon.
---. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice (6th ed.). Johns Hopkins University: Allyn & Bacon
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Subekti, Nila Sri. (2009). “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Kekongruenan dan Kesebangunan Segitiga Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Depok Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Berbantuan Lembar Kerja Siswa”. Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak
diterbitkan.
Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.
Sudjana, Nana 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suharsimi, Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sullivan & Mousley (1996) . National Communication in Mathematics
Classroom: What Does i Look Like. In clarkson. Philip C. (Ed) Technology
in Mathematics Education. Melbourne: Merga
Sumarmo, U. 2005. Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional.
FPMIPA UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.
---. 2006. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI.
---. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
(6)
Susilo, Frans. 2004. Matematika Humanistik. Yogyakarta: Basis
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosadakarya
Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS). 2007. http://infopendidikankita.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: PT Leuser Cita
Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003. Disajikan di http://www.inherent-dikti.net.files/sisdiknas.pdf. Diakses tanggal 02 Januari 2014.
Van de Walle, J.A.2006. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar
dan Menengah Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wihatma, Ujang. (2004). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD). Disajikan di
http://pps.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat/abstrak04.html. Diakses tanggal 15 Desember 2013.