Hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN

KECERDASAN EMOSI PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

MARIA GORETTI NIO VEMBY ARDETHA NIM : 019114168

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

Jangan putus asa

di dalam Tuhan ada jalan keluar

Wanita cantik melukis kekuatan lewat masalahnya,

tersenyum jika tertekan, tertawa disaat menangis,

mendoakan disaat terhina, mempesona karena mengampuni.

Wanita cantik mengasihi tanpa pamrih dan bertambah kuat dalam

setiap doa dan pengharapan.


(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya Terindah Ini Kupersembahkan Kepada :

Papa, Mamaku Tercinta.. yang dengan kesabarannya

menunggu hasil karya ini hingga selesai...

I LUV U So Much..

Kakak-kakakku tercinta..

mas Doni~mbak Noni, mbak Dona~mas Yadi…

Ga ada pengungkapan lain selain kata terimakasih..

untuk doa dan cintanya..

I LUV U So Much..

Adekku tercinta.. Pegi… ga kerasa kalo punya adek,

pendewasaanmu banyak mengajarkan aku dek..

I LUV U So Much..

Alm. Paulus Kristiyanto Utomo.. mmmm… aku penuhi janjiku sekarang…

Terimakasih aku di beri kesempatan mengenalmu walaupun sebentar…

Karena makna itu begitu dalam dan akan selalu tersimpan rapi..

Bergembiralah, karena kamu telah bersama Penyelamat kita di Surga..


(6)

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KECERDASAN

EMOSI PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band cafe. Asumsinya adalah jika kualitas tidur tinggi maka kecerdasan emosi tinggi. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas tidur sebagai variabel bebas dan kecerdasan emosi sebagai variabel tergantung. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan kriteria subyek yang tergabung dalam salah satu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala kualitas tidur dan skala kecerdasan emosional. Dari 70 item, terdapat 15 item gugur dan 35 item valid pada skala kecerdasan emosional dan 4 item gugur dan16 item valid pada skala kualitas tidur. Reliabilitas yang dihasilkan dari uji coba skala adalah sebesar 0,941 pada skala kecerdasan emosi dan reliabiltas sebesar 0,943 pada skala kualitas tidur. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data normal dan linear. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS for Windows versi 13.00. Hasil perhitungan yang diperoleh

menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) yang didapatkan sebesar 0,259 (p<0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian menyatakan diterima.

.


(8)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN QUALITY OF SLEEP AND EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CAFÉ BAND COMMUNITY

Maria Goretti Nio Vemby Ardetha

ABSTRACT

The research aimed to know the relationship between quality of sleep and emotional intelligence in café band community. The assumption is if the quality of sleep is higher so emotional intelligence is higher. The existence of the positive relation between quality of sleep with emotional intelligence propose as the hypothesis of this research. The research variable was quality of sleep as the independent variable and emotional intelligence as the dependent variable. The subject of the research were 50 people, who has join with band and have job with café management. The data collection was done through scattered quality of sleep scale and emotional intelligence scale. From 70 items, there were 15 items invalid and 35 items valid for emotional intelligence scale and 4 items invalid and 16 items valid for quality of sleep scale. The tried out of two scales resulted reliability 0,943 for quality of sleep and 0,941 for emotional intelligence. The result of the data analysis revealed that the distribution of the data is normal and linier. The data research were analyzed using correlation technique of Product Moment from Pearson helped by SPSS for Windows version 13.00. The result showed that the coefficient correlation was 0,259 (p<0.05) . It means that the hypothesis of this research is accepted.

Key word: quality of sleep, emotional intelligence, café band community


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala pemberian dan cinta kasih-Nya yang selalu mengalir tiada pernah henti, hingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapa, Putera dan Roh Kudus,atas segala karunia-Nya dan kesempatan hidup untuk ku. 2. Bpk. V. Didik Suryo Hartoko. S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi berlangsung.

3. P. Henrietta P.D.A.D.S, Spi., terimakasih buat segala ide-ide dan arahannya.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas semua bantuan dan ilmu yang telah diberikan pada penulis, smoga penulis dapat memaknai semuanya untuk kemajuan penulis di masa mendatang.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: mbak Nanik, mas Gandung, pak Gik, mas Doni, mas Muji dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua pelayanan yang sangat menakjubkan..

5 Papaku tercinta.. Yangtung... Pa, mbik hanya bisa persembahkan ini ke papa.. Bukan sesuatu yang spesial, tapi mbik lakukan ini dengan perjuangan mbik sendiri berkat


(11)

xi

semangat dan kasih sayang papa setiap waktu... terimakasih buat pengabdian papa untuk keluarga kita tercinta... makasih pa, mbik sayang papa selalu...

6. Mamaku tercinta.. Yangti...Mam, nuwun buat doa, buat pelukan, buat semangat, buat sun nya... asyikk mulai sekarang dah bisa liat rambut itemnya mama lagi... hehehe... mam... mbik sayang mama selalu...

7. Masku Doni sekeluarga di Bandung... pak dokter... mbik akhirnya selese...makasih ya mas, buat suport dan doanya.. maaf mbik lama sekali selesaikan kuliah.... mas Doni juga semangat ya buat kuliahnya yang sekarang... semoga cepet kelar biar karier terus lancar.. doaku juga selalu buat mbak Noni, Tesa dan Darel.. semoga saja ada kerjaan yang deket-deket Jogja, biar kalo kngen ga perlu jauh-jauh nemuinya... luv u mas.... GBU always.. 8. Mbak Dona plus suami tercinta Mas Yadi... Mbak, Mas... ’nte mbik akhirnya final...

makasih buat suport dan doanya selama ini... Ponakanku tercinta mas Payas, adek Danish... makasih buat senyum tulus kalian berdua, kalian bedua adalah inspirasi dimana mbakmbik ngerasa capek...bentar lagi, ada lagi nih... buat dedek yang masih sembunyi di perut Umi... Sehat selalu ya dek, dah ga sabar nihh nunggu kamu lahir.... I LuvU all.. Muaaaahhh....

9. Adek ku, Pegi... hihihi.... ini dia baru adik.. nuwun nggih dik, buat semua suportnya... Ga kerasa kalo kamu tuh dah gede, dah mandiri.... mbak mbik kagum ma kamu dek... mbak mbik cm bisa beri doa buat semua jalan yang kamu pilih.... Septi sayang, makasih juga ya buat omelannya.. hihihihi.... seneng bisa ngliat kalian bersama... semoga kasih Tuhan selalu bersama kalian berdua.. I Luv U adek-adek ku sayang...

10.Alm. Paulus Kristianto Utomo.. hampir taun ketiga mas… kamu dipanggil di usia yang hampir sama kayak mbik sekarang… Tuhan lebih tau mana yang lebih baik buat kamu


(12)

xii

dan buat aku… makasih selalu buat kasih sayangmu… mbik udah penuhi janji sekarang, udah plong… Bahagialah disana bersama Bapa di surga… I Luv U…

11.Keluargaku tercinta di Gedong Kiwo… Budhe Kusjati, alm. Pak Dhe Kusjati, Mbak Atik, Mbak Ning, Mas Lilik, Mas Ivan, kakak Azka dan adek Vigo... maturnuwun buat semuanya… Mbik sayang semua… Semoga berkat Tuhan selalu menyertai dalam keluarga… amien.

12.My band, Exotic Band… Thank’s a lot….

Mas Imam, sang manajer handal..thanks udah mengantarkan Exotic mpe jadi seperti sekarang ini, tetaplah dengan semangatmu… dan belajarlah dari masa lalu apapun itu… jadikan hidup menjadi lebih hidup.. jangan pernah putus asa…

Eric, Jhon, Ayah,…wahhh jenengmu ki akeh banget je Jhon… selamat ya, anda menjadi Super Dad… semangat terus ya yah, lakukan semua dengan penuh kasih dan keikhlasan… dan selalu ingat ada Tuhan yang akan membantu kalo kamu merasa capek…

Meme senthoen…. Nice to be ur patner… akhirnya qta bisa buktikan, kalo penyanyi tu bisa jadi sarjana…thank girl for ur support..

Roni Tato.. hai kawan… makasih buat suportnya dalam bentuk apapun… aku mengasihi dan menyayangimu… Semoga Tuhan selalu menjaga dan menuntun jalan hidupmu… Eja Tham.. taukah kamu ja... untuk belajar tersenyum seperti kamu, banyak sekali rintangannya, tapi aku akan terus belajar dan belajar..

Isya… ‘qbodist ajaib’, ak ga kan penah lupa sebutan itu.. kmu mank bener-bener ajaib… nuwun buat segala suportnya.. Tuhan ga akan pernah tidur, dan Dia akan selalu mendengar.. Semangat terus ya Jhon.. Tuhan akan selalu menunjukkan jalanmu...


(13)

xiii

Mas Qrun.. meski sekarang statusmu ex-Exotic.. buat ak kamu tetep Exotic, cm keadaan aja yang akhirnya menyebutnya seperti itu… sukses selalu buat kamu dan keluarga ya… makasihhh buat tim qta… jangan pernah berhenti buat berharap.. karena hanya itulah alasan, kenapa qta selalu bisa menjalani semua ini, hingga ke level-level berikutnya… I Luv U all..

13. Teman-teman band Cafe, Expresion Band, Bintang Band, Kilimanjaro Band, Nulight Band, Rhu Band, Fix Band, Fix Band, thank’s yahh.. dah mau aku repotin selagi kerja…. Hehehe… thank’s banget dah isi angket yang buat pusing kalian semua… Luv U all… 14.Teman-temanku tercinta seperjuangan di Paingan… Aan Aconk sekontrakan, Broti

sekontrakan, Yoko, Angga, Rini, Yustinus dan semuanya... huhhh haaahhhhh…. Mari kita lanjutkan perjuangan selanjutnya… bukan saatnya berjuang dengan bambu runcing, tapi saatnya berjuang dengan ide-ide kreatif yang kita punya… aku sayang kalian semua…… muaaahhhhhh…

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu… terimakasih selalu buat dukungannya. Tuhan memberkati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi semakin sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi pada khususnya.

Penulis


(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. TujuanPenelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7


(15)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kecerdasan Emosional ... 8

1. Pengertian Emosi……….…… 8

2. Pengertian Kecerdasan Emosional……….……. 11

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional... 13

B. Kualitas Tidur ... 16

1. Tidur ... 16

2. Kualitas Tidur ... 19

3. Aspek-aspek Kualitas Tidur ... 20

C. Komunitas Band Cafe ... 22

D. Keterkaitan antara Kualitas Tidur dengan Kecerdasan Emosional pada Komunitas Band Cafe ... 24

E. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

D. Subyek Penelitian ... 27

E. Metode dan Teknik Pengambilan Data ... 28

F. Validitas dan Reliabilitas ... 33


(16)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... . 38

B. Data Deskriptif Subyek ... . 38

C. Deskriptif Data Penelitian... 39

D. Tambahan Deskripsi Data Penelitian... 40

1. Kategori Skor Skala... 40

E. Analisis Data Penelitian ... 43

1. Uji Asumsi ... 43

2. Uji Hipotesis ... 44

F. Analisis Tambahan... 45

G. Pembahasan ... 45

BAB V PENUTUP... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional... 31

Tabel 2. Distribusi Item Skala Kualitas Tidur... 33

Tabel 3. Hasil Seleksi Item Skala Kecerdasan Emosional... 35

Tabel 4. Hasil Seleksi Item Skala Kualitas Tidur... 36

Tabel 5. Data Subjek... 40

Tabel 6. Deskriptif Data Penelitian... 40

Tabel 7. Norma Kategori Skor………. 41

Tabel 8. Norma Kategori Skor Kualitas Tidur………... 42

Tabel 9. Norma Kategori Skor Kecerdasan Emosi... 43

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Sebaran... 44

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Hubungan………..….. 45

Tabel 12. Hasil Uji T... 46


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Awalnya orang hanya mengenal istilah Intelligence Quotient (IQ) atau yang sering disebut kecerdasan intelektual. Menurut Binet, hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif (Winkel, 1997).

Memasuki abad 21, legenda atau paradigma lama tentang anggapan bahwa IQ sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan, yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja Sumber Daya Manusia, digugurkan oleh munculnya konsep atau paradigma kecerdasan lain yang ikut menentukan terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Hasil survei statistik dan penelitian yang dilakukan Lohr, yang ditulis oleh Krugman dalam artikel “On The Road on Chairman Lou“ (The New York Times 26/6/1994), menyebutkan bahwa IQ ternyata sesungguhnya tidak cukup untuk menerangkan kesuksesan seseorang. Ketika skor IQ dikorelasikan dengan tingkat kinerja dalam karier mereka, taksiran tertinggi untuk besarnya peran selisih IQ terhadap kinerja hanyalah sekitar 25%, bahkan untuk analisis yang lebih seksama yang dilakukan American Psycological Press (1997) angka yang lebih tepat bahkan tidak lebih dari 10% atau bahkan hanya 4% (Sufnawan, 2007). Setinggi-tingginya, IQ hanya menyumbang 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah


(19)

2 kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) yakni kemampuan yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (Goleman, 2004). Hal ini dapat diartikan, bahwa IQ tidak berpengaruh besar terhadap performansi kinerja atau keberhasilan seseorang.

Kemunculan istilah EI bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EI merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa EI tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2004). Menurut Goleman, EI adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Pada intinya, EI adalah kemampuan orang untuk memahami orang-orang di sekitarnya, berinteraksi untuk mengembangkan empati, simpati, dan untuk bisa bekerjasama (Goleman, 2002).

Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. Bahkan IQ yang tinggi pun tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidupsekolah dan budaya kita lebih menitikberatkan pada kemampuan akademis, mengabaikan EI, yaitu serangkaian ciri-ciri─sebagian ada yang menyebutnya karakter─yang juga sangat besar pengaruhnya terhadap nasib kita. Kehidupan emosional merupakan wilayah yang, sama pastinya dengan matematika atau kemampuan baca, dapat ditangani dengan keterampilan yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan membutuhkan seperangkat keahlian tersendiri. Kecakapan seseorang dalam keahlian ini


(20)

sangatlah penting untuk memperoleh gambaran mengapa seseorang bisa berkembang dalam kehidupan, sementara orang lain─dengan kecerdasan yang sama─mengalami kemandekan: keterampilan emosional adalah meta-ability menentukan seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah (Goleman,2004).

Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap─yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif─memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan atau dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka;orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang kurang jernih (Goleman, 2004). Pada komunitas Band Cafe, dimana mereka bekerja dalam bidang jasa, sangat dibutuhkan kecakapan emosional karena berhadapan langsung dengan orang lain. Namun sayang, sering kali nampak beberapa personil Band Cafe terlihat kurang dapat menguasai emosi disaat-saat tertentu, terutama saat mereka diatas panggung yang disebabkan oleh beberapa hal yang sifatnya kondisional.

Goleman (2004) menyebutkan bahwa:

“Pada tahun 1974, sebuah temuan di laboratorium School of Medicine and Dentistry, University of Rochester, menulis ulang peta biologis tubuh: Robert Ader, seorang ahli psikologi, menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh, seperti halnya otak, mampu belajar. Hasilnya amat mengejutkan; pendapat yang umum berlaku dalam ilmu kedokteran adalah bahwa hanya otak dan sistem saraf pusat yang mampu menanggapi pengalaman dengan mengubah perilaku mereka. Temuan Ader menjurus pada penyelidikan tentang apa yang kemudian diketahui


(21)

4

merupakan ribuan cara komunikasi antara sistem saraf pusat dan sistem kekebalan─jalur biologis yang membuat otak, emosi, dan tubuh tidak terpisah, melainkan terjalin dengan eratnya.

Penelitian tersebut dapat diartikan secara umum, bahwa faktor biologis berkaitan erat dengan emosi dan saling bekerja sama. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang faktor biologis atau fisik (tubuh) ini agar dapat bekerja secara optimal. Salah satunya adalah dengan istirahat dan tidur yang merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang dan merupakan aktivitas sehari-hari, yang akan dilakukan jika tubuh merasa lelah. Hal ini dikarenakan dengan adanya tidur yang baik dan cukup akan ikut memulihkan, meremajakan dan memberikan energi pada tubuh dan otak. Hal ini dinyatakan oleh Maas (2002) pada proses tidur jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan dapat menghasilkan tenaga yang luar biasa, dengan tidur dapat memulihkan, meremajakan dan memberikan energi pada tubuh dan otak. Sepertiga hidup kita yang seharusnya dilewati dengan tidur akan berpengaruh besar terhadap dua pertiga bagian lainnya dalam hal kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat, daya fikir, kecepatan reaksi, produktifitas, kinerja, keterampilan komunikasi, kreativitas, keselamatan dan kesehatan prima (Indie, 2009).

Pada penampilan, tidur dibutuhkan untuk berpikir dengan jernih, bereaksi dengan cepat dan menciptakan memori atau ingatan, selain itu juga diperlukan untuk pemecahan masalah yang kreatif. Kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati, membuat lekas marah, perilaku yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi, selain itu kualitas tidur yang kurang dapat pula menyebabkan meningkatnya resiko tekanan darah tinggi, kerusakan hati dan kondisi kesehatan lainnya.(Bryan F. Read, 2009).

Pada umumnya orang awam memiliki aktivitas sehari-hari dengan bekerja atau berkegiatan pada pagi sampai sore hari dan pada malam hari digunakan untuk beristirahat dan tidur,


(22)

sedangkan dalam dunia hiburan hal tersebut tidak mutlak dilakukan oleh mereka yang terlibat didalamnya. Jam biologis merupakan mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis. Jam biologis manusia sudah terprogram secara genetik untuk menentukan waktu bangun dan tidur, setiap orang memiliki jam biologis yang berbeda- beda tergantung umur, pekerjaan dan temperamen (dr. Rini:2009).

Sebagian besar sarana tempat hiburan khususnya Café yang menampilkan performance home band dibuka pada malam hari rata-rata pada pukul 22.30-03.00, sehingga fenomena aktivitas yang terjadi pada komunitas band Cafe sangat berbanding terbalik dengan aktivitas pada umumnya, mereka sangat jarang dapat menikmati waktu tidur yang lama dan sehat pada malam hari karena seakan-akan waktu tidur malam mereka berubah, tidur malam mereka lakukan pada pagi atau siang hari dan pada malam harinya mereka harus disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Mereka tidur disaat orang-orang dilingkungannya mulai beraktivitas dimana kegiatan orang di sekitarnya tersebut menimbulkan suara-suara yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diasumsikan bahwa jika tidur tidak bermutu maka energi pada tubuh dan otak seperti kewaspadaan, suasana hati, persepsi, daya ingat, daya fikir, kecepatan reaksi, produktifitas, kinerja, keterampilan komunikasi, kreativitas, keselamatan dan kesehatan individu khususnya pada komunitas band Cafe akan menurun. Seperti pernyataan salah satu personil Band Cafe yang peneliti temui, menyatakan suasana hatinya nampak tidak stabil dan fokusnya menjadi menurun jika merasa bangun tidur masih terasa capek dalam artian kualitas tidurnya buruk atau waktu tidurnya berkurang karena harus melakukan aktifitas. Pernyataan personil yang lain pun hampir sama, dimana saat mendapatkan tidur yang tidak berkualitas ia merasa kesusahan mengatur emosi terutama jika bertemu dengan hal-hal yang


(23)

6 terduga yang tidak diharapkannya. Rata-rata waktu tidur mereka dimulai sekitar pukul 4 pagi bahkan ada yang beberapa mulai tidur saat matahari sudah terbit, dan setelah tidur beberapa jam beberapa dari mereka tetap harus melakukan aktifitas di pagi hari. Hal ini seperti yang diungkapkan Bryan (2009) bahwa kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati, membuat lekas marah, perilaku yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi.

Secara sederhana apabila komunitas band Cafe yang kualitas tidurnya buruk maka semua potensi dan kreativitas yang ada dalam pikirannya yang seharusnya dikeluarkan dan dikembangkan tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh mereka yang memiliki kualitas tidur yang buruk akan mudah frustrasi, sensitif, kurang bersemangat dan akan mengalami kelelahan baik fisik maupun mental. Situasi semacam ini tentu saja tidak akan mendukung bagi komunitas band Cafe untuk melakukan berbagai rutinitas, begitu pula dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

Selanjutnya dapat dirumuskan bahwa dengan kualitas tidur yang baik dapat membuat kecerdasan emosional yang ada pada diri komunitas band Cafe tersebut dapat lebih dikembangkan. Mendapatkan kualitas tidur yang baik dan bermutu maka akan membuat komunitas band Cafe tersebut tidak akan mudah menjadi frustrasi, sensitif, kurang semangat dan tidak akan mudah mengalami kelelahan baik fisik maupun mental.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian tersebut, peneliti mengajukan permasalahan “Adakah hubungan kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band Cafe?”


(24)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kecerdasan emosi yang terjadi pada komunitas band Cafe.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. MANFAAT TEORiTIS

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi atau menambah pengetahuan pada dunia psikologi terkait dengan hubungan kualitas tidur terhadap kecerdasan emosional.

2. MANFAAT PRAKTIS

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refleksi, evaluasi, pengembangan dan peningkatan terhadap masyarakat/individu lain terkait dengan kualitas tidur terhadap kecerdasan emosional.


(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECERDASAN EMOSIONAL 1. PENGERTIAN EMOSI

Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu;setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2004).

Menurut William James (dalam Wedge, 1995), emosi adalah “Kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Crow&Crow (1962) mengartikan emosi sebagai “Suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”. Definisi tersebut, jelas bahwa emosi tidak selalu jelek, emosi meminjam ungkapan Jalaludin Rakhmat (1994), “memberikan bumbu kepada kehidupan; tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang” (Sobur, 2003).

Coleman dan Hammen (1974,dalam Rakhmat, 1994) menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi.


(26)

b. Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi kita.

c. Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal.

d. Emosi juga merupakan sumber informasi keberhasilan kita.

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran), love (cinta) dan joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), rage (kemarahan), love (cinta). Goleman (2004) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.

c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik. d. Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali


(27)

10 e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,

hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. Malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2004).

Menurut Mayer (Goleman, 2004) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.


(28)

2. PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Salovey dan Mayer (dalam Shapiro,1998) mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EI sebagai :

“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”.

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Keterampilan EI bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EI tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional (Goleman, 2000).

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antarpribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan


(29)

12 intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2004).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antarpribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antarpribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan-perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2004).

Pada tahun-tahun terakhir ini sekelompok ahli psikologi yang jumlahnya semakin banyak sampai pada kesimpulan-kesimpulan serupa, sepakat dengan Gardner bahwa konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematika yang sempit, dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi ramalan sukses di kelas atau sebagai profesor, tetapi semakin lama semakin melenceng seiring dengan jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademik. Ahli-ahli psikologi ini ─Sternberg dan Salovey termasuk diantaranya─ telah menganut pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam rangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupannya. Dan jalur penelitian tersebut menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya kecerdasan “pribadi” atau kecerdasan emosional (Goleman, 2004).

Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);


(30)

menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2004).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

3. ASPEK-ASPEK KECERDASAN EMOSIONAL

Goleman mengutip Salovey (2004) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

a. Mengenali Emosi Diri

Kesadaran diri ─mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi─merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum


(31)

14 menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi (Goleman, 2004).

b. Mengelola Emosi

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemrosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi; emosi yang berlebihan ─yang meningkat dengan intensitas terlampau tinggi atau untuk waktu yang terlampau lama─ akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2004).

c. Memotivasi Diri Sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional ─menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati─ adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.


(32)

Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadan diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen.

e. Membina Hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam setiap wilayah, beberapa orang mungkin terampil dalam menangani kecemasan tapi kurang mampu untuk meredam kemarahan orang lain. Kekurangan-kekurangan dalam keterampilan emosional dapat terus diperbaiki sampai pada tingkat setinggi-tingginya dimana masing-masing wilayah menampilkan bentuk kebiasaan dan respon yang dengan usaha yang tepat dapat dikembangkan.


(33)

16 Kelima aspek yang dikemukakan oleh Salovey tersebut menujukkan hubungan yang erat antara satu aspek dengan aspek yang lain. Keseimbangan secara menyeluruh melingkupi kelima aspek tersebut membentuk suatu kemampuan yang utuh dan unik yang kemudian disebut sebagai kecerdasan emosional.

B. KUALITAS TIDUR 1. TIDUR

Tidur berasal dari bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode pemulihan, keadaan

fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran (Erfandi,2008). Evans (1984) dengan pendekatan kognitif memandang tidur sebagai periode dimana otak lepas dari dunia eksternal dan menggunakan waktu off-line (bebas) tersebut untuk memilah pikiran dan mereorganisasi banyak jenis informasi yang masuk selama sehari. Menurut teori tersebut, otak seperti komputer dengan bank memori yang besar dan sejumlah program control. Sebagian dari program itu bersifat diturunkan (instinktif); yang lain dipelajari dan terus menerus dimodifikasi oleh pengalaman. Tidur, terutama tidur REM, adalah saat dimana otak menadi off-line, mengisolasi dirinya sendiri dari jalur sensorik dan motorik. Dalam periode off-line tersebut berbagai bank memori dan file program dibuka dan dapat dimodifikasi serta direorganisasi berdasarkan pengalaman. Crick dan Mitchison (1983;1986) dalam pendekatan neurobiologist memandang tidur REM sebagai waktu dimana informasi yang palsu dan tidak berguna dikeluarkan dari memori (Atkinson,dkk., Edisi Kesebelas)).

Menurut Dr. Andreas A. Prasadja (2009), tidur adalah sumber energi bagi otak: Tidurlah dalam jumlah yang cukup. Kantuk ringan pun sudah dapat mengganggu performa akademis


(34)

maupun olah raga. Kurang tidur membuat seseorang lesu, mudah marah hingga tertekan. Tidur merupakan satu kondisi organisme ditandai dengan berkurangnya kesadaran yang jelas kelihatan, ketidakaktifan, proses-proses metabolik yang tertekan, dan ketidakpekaan relatif terhadap rangsangan (Chaplin, 2002).

Dua macam teori untuk tidur telah diusulkan: teori-teori rekuperasi dan teori-teori sirkadian. Perbedaan antara kedua pendekatan ini terlihat dari jawaban yang mereka tawarkan untuk kedua pertanyaan fundamental tentang tidur.

Esensi recuperation theories of sleep (teori-teori rekuperasi tentang tidur) adalah bahwa bangun mendisrupsi homeostatis (stabilitas fisiologis internal) tubuh dengan cara tertentu dan tidur dibutuhkan untuk memulihkannya. Berbagai teori rekuperasi berbeda dalam kaitannya dengan disrupsi fisiologi apa yang mereka kemukakan sebagai pemicu tidur─misalnya, lazim dipercaya bahwa fungsi tidur adalah untuk memulihkan tingkat energi. Akan tetapi, terlepas dari fungsi apa yang dirumuskan oleh teori-teori restorasi tentang tidur, mereka semuanya mengimplikasikan bahwa perasaan mengantuk dipicu oleh deviasi/penyimpangan dari homeostasis yang disebabkan oleh bangun dan tidur dihentikan oleh kembalinya homeostatis.

Esensi circadian theories of sleep (teori-teori sirkadian tentang tidur) adalah tidur bukan reaksi terhadap efek-efek disruptif bangun, tetapi sebagai akibat mekanisme timing internal 24-jam (circadian berarti “berlangsungnya kira-kira 1 hari”) ─artinya, manusia semuanya terprogram untuk tidur dimalam hari terlepas dari apa pun yang terjadi pada diri kita di siang hari. Menurut teori ini, kita telah berevolusi untuk tidur dimalam hari, karena tidur melindungi kita dari kecelakaan dan predator di malam hari (ingat bahwa manusia berevolusi jauh sebelum ditemukannya pencahayaan artifisial).


(35)

18 Teori-teori sirkadian tentang tidur lebih difokuskan pada kapan kita tidur daripada fungsi tidur. Akan tetapi, salah satu versi ekstrem teori sirkadian mengatakan bahwa tidur tidak berperan dalam fungsi fisiologis tubuh yang efisien. Menurut teori ini, manusia zaman dahulu memiliki waktu yang cukup untuk mendapatkan makanan, minum, dan berproduksi selama siang har, dan motivasi kuat mereka untuk tidur dimalam hari berevolusi untuk menghemat sumber energi dan untuk membuat mereka kuarang rentan terhadap kecelakaan (misalnya, predator) di kegelapan. Teori ini mengatakan bahwa tidur seperti perilaku reproduktif dalam arti bahwa kita sangat termotivasi untuk melakukannya, tetapi kita tidak membutuhkannya agar tetap sehat (Pinel, 2009).

Tidur mempunyai fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta pemeliharaan kesehatan tubuh. Proses tidur, jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan menghasilkan tenaga yang luar biasa. Lebih lanjut, tidur dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan energi bagi tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Mass, 2002). Kurang tidur dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kerusakan otak, bahkan kematian. Beberapa peneliti meyakini bahwa tidur REM menjalankan fungsi restoratif untuk otak, sedangkan tidur non-REM manjalankan fungsi restoratif untuk tubuh (Sawyer, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu periode seseorang untuk pemulihan, mengistirahatkan tubuh dan pikiran serta merupakan satu kondisi organisme ditandai dengan berkurangnya kesadaran yang jelas kelihatan, ketidakaktifan, proses-proses metabolik yang tertekan, dan ketidakpekaan relatif terhadap rangsangan.


(36)

2. KUALITAS TIDUR

Selain kondisi fisik, tidur juga mempengaruhi kondisi mental seseorang, tidur yang kurang dapat mampengaruhi suasana hati seseorang (Webb,2001). Tidur yang baik merupakan kunci untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat mengakibatkan kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi klinis (Khaviri,1999). Periode kekurangan tidur yang panjang, terkadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi dan waham selain itu orang yang kekurangan tidur REM mungkin menunjukan sikap mudah tersinggung dan letargi (merasa kehilangan energi dan antusiasme) (Kaplan&Sadock,1997). Yang menjadi pertanyaan adalah ; “Apakah kualitas tidur itu ?”. Nashori (2004) mendefinisikan kualitas tidur sebagai suatu tingkatan keadaan, dimana tidur yang berkualitas dapat menghasilkan kebugaran dan kesegaran pada saat bangun. Kekurangan kuantitas dan kualitas tidur dapat menurunkan atau merusak performansi seseorang secara umum dan keterjagaannya (Sawyer, 2004).

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kualitas tidur ialah keadaan dimana seseorang saat dia terbangun dari tidurya dan merasakan suatu kesegaran, merasa nyaman dan bahagia sehingga dapat memberikan energi yang meningkat bagi otak dan tubuhnya, selain itu bisa berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Tidur yang baik akan memberikan efek yang baik pada kehidupan seseorang, baik secara fisik maupun mental. Bahkan telah dijelaskan pula diatas, keadaaan kurang tidur dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur adalah suatu hal yang penting.

3. ASPEK-ASPEK KUALITAS TIDUR


(37)

20 Tidur melalui beberapa tahap, dari tidak nyenyak hingga sangat nyenyak. Tahap-tahap tidur tersebut biasanya dibagi dalam fase REM dan fase REM. Fase non-REM dibagi lagi empat tahap, yaitu non-non-REM 1 hingga 4, dan dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu REM.

Seseorang yang nyenyak tidurnya tidak mengalami gangguan-gangguan, baik secara internal maupun eksternal. Contoh gangguan internal adalah mudah terbangun karena ingin kencing, suhu tubuh yang panas, dan lain-lain (Nashori, 2004). Sedangkan contoh gangguan eksternal adalah suara yang gaduh, suhu udara yang tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin), dan lain-lain (Nashori, 2004). Apabila seseorang merasakan nyenyak selama tidurnya maka niscaya sewaktu ia terbangun ia akan merasakan kesegaran baik itu pada otak maupun tubuhnya, sehingga sewaktu ia akan melakukan aktivitasnya kemampuan berfikir dan mengeluarkan ide-ide kreatifnya dapat ia keluarkan secara maksimal.

b. Waktu tidur 6-8 jam dalam sehari

Tidur yang cukup akan mempersiapkan seseorang dalam menjalani berbagai aktivitasnya disaat sadar. Mass menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hutang tidur (Nashori, 2004). Chapman mendefinisikan hutang tidur sebagai kesenjangan antara jumlah tidur minimal yang dibutuhkan individu untuk menjalankan aktivitasnya secara memadai, dan jumlah tidur sebenarnya yang dimiliki individu tersebut. Dijelaskan pula, semakin bertambah hutang tidur seseorang, degradasi terhadap performansinya juga semakin meningkat (Sawyer, 2004). LeClair menyatakan, kurang tidur selama dua jam saja dapat menurunkan performansi


(38)

seseorang secara signifikan sehingga kemampuan berfikirnya kreatifnya tidak optimal (Sawyer, 2004).

Maas menjelaskan pula, disamping hutang tidur, setiap orang juga mempunyai rekening tidur. Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur dalam rekening tersebut, agar dapat menjaga kondisi homeostatis tubuhnya tetap stabil (Sawyer, 2004).

c. Keteraturan tidur

Keteraturan tidur dan terjaga adalah suatu hal yang sangat penting, namun yang tidak kalah penting adalah perlunya orang untuk tidur lebih awal dan bangun lebih awal.

C. KOMUNITAS BAND CAFE

Cafe dari bahasa Perancis café. Arti harafiahnya adalah (minuman) kopi, tetapi kemudian menjadi tempat di mana seseorang bisa minum-minum, tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya. Di Indonesia, Café berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup menarik di mana seseorang bisa makan makanan ringan. Dengan ini kafe berbeda dengan warung (http://id.wikipedia.org/wiki/Kafe).

Pengertian Café itu sesungguhnya adalah tempat duduk bagi orang yang ingin melepaskan lelah sambil minum kopi dan makanan ringan (http://groups.yahoo.com/phrase/internet-cafe). Café atau Coffe shop adalah restaurant informal yang menyajikan makanan ringan. Café berbeda dengan kedai kopi, dimana kedai kopi mempunai menu yang terbatas, dan lebih fokus pada penjualan kopi. Beberapa Café memiliki ijin secara hukum untuk menyajikan minuman berakohol. Café-café di Amerika, penyajian lebih mengutamakan penyajian makanan daripada kopi, dan juga tidak selalu menyajikan minuman beralkohol.


(39)

22 Di kota-kota kecil, Café-café lokal sering dijadikan tempat bercakap-cakap ataupun rapat, dan Café juga merupakan tempat yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya sebagai tempat untuk sarapan pagi. Di daerah pusat bisnis, Café-café besar dan kedai kopi lebih sering buka di pagi hari dan siang hari untuk menyediakan sarapan pagi dan makan siang. Café juga dapat diartikan sebagai diskusi publik kecil yang dilakukan secara informal. Diskusi tersebut merupakan percakapan terbuka yang lebih fokus pada topik-topik khusus. Contohnya adalah 1. ”Cafe scientifique” di UK, dan 2. ”Cafe Society” di Chicago (http://en.wikipedia.org/wiki/Caf%C3%A9).

Dapat diamati, semakin marak berdirinya Café yang tersebar di berbagai sudut kota, maupun tengah kota dan lantai-lantai gedung perkantoran dan ramainya pengunjung khususnya oleh kalangan muda dari lapisan sosial menengah ke atas dimana pada lapisan ini berlatar belakang kaum intelektual dan pengusaha muda. Café tersebut merupakan sarana hiburan atau tempat santai pelepas strees setelah bekerja keras. Café-café ini menyuguhkan hiburan yang mampu menarik minat pengunjung sesuai dengan visi dan misinya

(http://zhifaband.wordpress.com/aritikel-musik/fast-foodisasi-lagu-dan-musik-di-cafe-cafe-surabaya/).

Promosi dalam rangka memperkenalkan Café dengan menampilkan Home Band yang membawakan berbagai corak atau jenis lagu dan musik di Surabaya akhir-akhir ini telah dilakukan oleh pihak pengelola secara gencar melalui media massa. Café-café ini menyuguhkan hiburan yang mampu menarik minat pengunjung sesuai dengan visi dan misinya, misalkan dengan mengontrak group Band yang membawakan lagu dan musik dengan corak Rhytem and Blues, Alternative Rock, Fusion (pop, rock, funk, yang dipadu dengan jazz). Lagu dan musik


(40)

merupakan suatu karya seni (budaya) yang mengekspresikan jiwa si pencipta dan lingkungannya. Tentu saja setiap usaha pihak pemilik dan pengelola café memasyarakatkan lagu dan musik yang selektif dan penuh karya seni perlu mendapat tanggapan positif, baik dalam pengertian memberi dukungan praktis, evaluatif, maupun menyikapi secara kritis-reflektif. Respon sosialisasi lagu dan musik di café dapat datang dari siapa saja seperti musisi, akademisi, budayawan, kritikus musik,orang awam, dan lain-lain agar pengertian substansial dari suatu lagu dan musik juga dapat ikut tersebar ke dalam masyarakat luas (http://zhifaband.wordpress.com/aritikel-musik/fast-foodisasi-lagu-dan-musik-di-cafe-cafe-surabaya/).

Café pada dasarnya adalah tempat bertemunya orang-orang yang ingin menikmati sajian-sajian dari Café tersebut baik berupa makanan, minuman maupun hiburan untuk melepas ketegangan saat bersantai dan menikmati waktu luang. Salah satu hiburan yang disuguhkan oleh pihak Café adalah menampilkan group band yang dikontrak, dimana group band ini membawakan corak atau jenis musik yang disesuaikan dengan selera pengunjung Café. Terkadang pihak Cafe dapat mengontrak group band yang berbeda-beda. Group band yang sering mengisi live music didalam Cafe ini sering disebut dengan band Café dan tidak hanya satu tetapi ada beberapa group band Café , sehingga terdapatlah komunitas band Café.


(41)

24

D. KETERKAITAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA KOMUNITAS BAND CAFE

Fenomena yang terjadi pada komunitas band Cafe memiliki keunikan tersendiri, dimana rutinitas mereka berbanding terbalik dengan masyarakat sekitarnya. Mereka bekerja pada malam hari dan beraktifitas hingga dini hari. Saat matahari mulai muncul, dimana disekeliling mereka mulai beraktifitas, justru mereka mempergunakan waktu tersebut untuk tidur hingga di siang hari. Kondisi yang demikian apakah dapat memberikan kualitas tidur yang baik pada masing-masing individu yang termasuk dalam komunitas band cafe sedangkan mereka membutuhkan tidur yang berkualitas untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Tidur mempunyai fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta pemeliharaan kesehatan tubuh. Tidur juga dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan energi bagi tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Mass, 2002). Kekurangan tidur dapat juga mempengaruhi susana hati, membuat lekas marah, perilaku yang kurang bagus dan bermasalah dengan relasi. Kekurangan kuantitas dan kualitas tidur dapat menurunkan atau merusak performansi seseorang secara umum dan keterjagaannya (Sawyer, 2004).

Kondisi-kondisi tersebut dapat mempengaruhi stabilitas emosi komunitas band Cafe. Goleman (2004) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghasilkan kinerja yang cemerlang dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya, namun tidak semua orang memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik. McCown (dalam Goleman, 2002) menyatakan bahwa setiap orang memiliki pilihan masing-masing dalam menanggapi emosi. Seorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menanggapi emosi.


(42)

Bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat sekitar ataupun orang lain diluar komunitasnya disaat mereka memiliki energi yang masih optimal dengan orang lain yang energinya mulai berkurang, sedangkan bertingkah laku dan merespon stimulus sangat berkaitan dengan emosi, baik yang berasal dari dalam ataupun luar dirinya sendiri.

Tuntutan yang terjadi pada masyarakat yang luas bukanlah perkara yang mudah, karena kita diharapkan dapat menjalin relasi, kerjasama serta aktifitas lain yang dapat diterima oleh orang lain. Hal tersebut membutuhkan suatu kecerdasan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang mengharapkan setiap individu dapat diterima oleh individu yang lainnya yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2002:512).

E. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori sebagaimana diuraikan dimuka, dapat dirumuskan hipotesa penelitian ini sebagai berikut, ada hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosional pada komunitas band Cafe, semakin tinggi kualitas tidur individu yang berada dalam komunitas band cafe semakin tinggi pula kecerdasan emosionalnya.


(43)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Narbuko, 1997).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. variabel tergantung = kecerdasan emosional 2. variabel bebas = kualitas tidur

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variable penelitian ini adalah mengenai kecerdasan emosional dan kualitas tidur seperti dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu komunitas band Cafe untuk menyadari perasaan dan keadaannya saat ini yang sebenarnya, untuk mengatur/menangani emosinya selama beraktifitas, untuk memotivasi dirinya dan menjalin relasi yang baik dengan teman dalam satu band. Kecerdasan emosional individu komunitas band Cafe nampak dalam skala skor total yang


(44)

dihasilkan dari skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi skor kecerdasan emosional maka semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang dan semakin rendah skor kecerdasan emosional maka semakin rendah kecerdasan emosional seseorang.

2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah keadaan seseorang saat dia terbangun dari tidurnya dan merasakan suatu kesegaran, merasa nyaman dan bahagia sehingga dapat memberikan energi yang meningkat bagi otak dan tubuhnya, selain itu bisa berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Kualitas individu nampak dalam skor total yang dihasilkan dari skala kualitas tidur. Semakin tinggi skor kualitas tidur maka semakin tinggi kualitas tidur seseorang dan semakin rendah skor maka semakin rendah kualitas tidur seseorang seseorang.

D. SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan saat komunitas band Café sedang beraktifitas atau saat istirahat disela-sela menjalani rutinitas sehari-hari di dalam Cafe. Subyek penelitian adalah individu yang tergabung dalam suatu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak manajemen Café.

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapaun criteria tersebut adalah:


(45)

28 Subyek penelitian ini adalah para individu yang tergabung dengan group band Café, dimana group band ini masih eksis sampai sekarang.

2. Band Café yang memiliki kontrak kerja dengan pihak manajemen Cafe.

Band Cafe yang dipilih oleh peneliti adalah group band yang saat ini memiliki kontrak kerja dengan pihak manajemen Cafe

E. METODE DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian data kali ini adalah dengan menggunakan metode skala. Metode skala adalah suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pernyataan yang berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang harus dijawab oleh orang-orang yang menjadi subyek penelitian (Suryabrata,2002). Dengan kata lain, metode ini digunakan untuk mengungkap aspek yang hendak di ukur dan disertai dengan lembar identitas subyek. Subyek diminta untuk memilih salah satu jawaban yang telah disediakan yang sesuai dengan dirinya.

1. Skala Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan 5 aspek kecerdasan emosional dari Goleman (2002) sebagai berikut :

a. Kesadaran diri : kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu terjadi atau mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakan perasaan tersebut untuk mengambil keputusan, kesadaran akan diri atau ukuran atas kemampuan diri serta kepercayaan diri yang kuat. b. Pengaturan diri : kemampuan untuk menangani perasaan sehingga dapat


(46)

sesuai kata hati, kesanggupan mengontrol hasrat atau kenikmatan dan kemampuan untuk pulih dari tekanan emosi. c. Motivasi : kemampuan menggunakan pertimbangan yang paling dalam

untuk mengerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati : kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan termasuk kebutuhan dan keinginan mereka, memahami reaksi dan arti dari ekspresi seseorang serta memahami perspektif orang lain yang berbeda-beda.

e. Keterampilan sosial : kemampuan membaca situasi, menyesuaikan diri dengan bermacam-macam orang, berinteraksi dengan baik, mengelola emosi orang lain, membina hubungan saling percaya, bekerjasama dengan orang lain, bernegosiasi, dan menyelesaikan masalah.

Tehnik pengumpulan data untuk kecerdasan emosional komunitas band Cafe adalah dengan menggunakan Skala Kecerdasan Emosional. Skala ini menggunakan skala tipe Likert, dimana masing-masing item terdiri dari empat kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S) , Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap kategori diberi skor sebagai berikut:

a. Untuk item-item yang favorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 4, Setuju dengan skor 3, Tidak Setuju dengan skor 2 dan Sangat Tidak Setuju dengan skor 1.


(47)

30 b. Untuk item-item yang unfavorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 1, Setuju dengan skor 2, Tidak Setuju dengan skor 3, Sangat Tidak Setuju dengan skor 4.

Peneliti sengaja hanya menggunakan empat pilihan jawaban untuk menghindarkan bias yang terjadi apabila peneliti memberikan lima jawaban atau dengan jumlah jawaban ganjil. Hadi (2004) berpendapat bahwa subyek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada ditengah atau yang disebut juga dengan central tendency effect. Kecenderungan tersebut dapat dihindari dengan tidak memberikan jawaban tengah yaitu dengan hanya memberikan empat pilihan jawaban.

Skor total yang diperoleh dari skala Kecerdasan Emosiaonal tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki subyek. Item berjumlah 50 pertanyaan dengan komposisi seimbang pada tiap aspeknya. Pembagian antara item yang favorabel dengan item yang unfavorabel juga seimbang. Distribusi atau penyebaran item dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1

Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional No Aspek Kecerdasan

Emosional Favorabel No Item Unfavorabel Jumlah Total

1 Kesadaran Diri 1, 11, 21, 41, 31

6, 36, 46, 26, 16 10 2 Pengaturan Diri 17, 7, 47, 27,

37

2, 42, 32, 12, 22 10

3 Motivasi 3, 13, 33, 43,

23

28, 38, 18, 8, 48 10

4 Empati 29, 9, 39, 49,

19

4, 44, 14, 24, 34 10 5 Keterampilan Sosial 5, 45, 35, 25,

15

40, 20, 30, 10, 50 10


(48)

2. Skala Kualitas Tidur

Skala kualitas Tidur disusun berdasarkan 5 aspek kualitas tidur dari Maas (2000) dan Nashori (2004) sebagai berikut :

a. Tidur nyenyak (tidak mengalami gangguan tidur)

Tidurnya yang tidak mengalami gangguan-gangguan, baik secara internal maupun eksternal. Saat terbangun merasakan kesegaran baik itu pada otak maupun tubuhnya, sehingga sewaktu ia akan melakukan aktivitasnya kemampuan berfikir dan mengeluarkan ide-ide kreatifnya dapat ia keluarkan secara maksimal.

b. Waktu tidur 6 – 8 jam/hari

Tidur yang cukup akan mempersiapkan seseorang dalam menjalani berbagai aktivitasnya disaat sadar. Jumlah tidur minimal yang dibutuhkan individu untuk menjalankan aktivitasnya secara memadai, dan jumlah tidur sebenarnya yang dimiliki individu tersebut. Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur agar dapat menjaga kondisi homeostatis tubuhnya tetap stabil.

c. Keteraturan Waktu Tidur

Keteraturan tidur dan terjaga adalah suatu hal yang sangat penting, namun yang tidak kalah penting adalah perlunya orang untuk tidur lebih awal dan bangun lebih awal.

Tehnik pengumpulan data untuk kualitas tidur adalah dengan menggunakan Skala Kualitas Tidur. Skala ini menggunakan skala tipe Likert, dimana masing-masing item terdiri dari empat kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S) , Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap kategori diberi skor sebagai berikut:


(49)

32 Sangat Setuju dengan skor 4, Setuju dengan skor 3, Tidak Setuju dengan

skor 2 dan Sangat Tidak Setuju dengan skor 1. b. Untuk item-item yang unfavorable jawabannya:

Sangat Setuju dengan skor 1, Setuju dengan skor 2, Tidak Setuju dengan skor 3, Sangat Tidak Setuju dengan skor 4.

Peneliti sengaja hanya menggunakan empat pilihan jawaban untuk menghindarkan bias yang terjadi apabila peneliti memberikan lima jawaban atau dengan jumlah jawaban ganjil. Hadi (2004) berpendapat bahwa subyek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada ditengah atau yang disebut juga dengan central tendency effect. Kecenderungan tersebut dapat dihindari dengan tidak memberikan jawaban tengah yaitu dengan hanya memberikan empat pilihan jawaban.

Skor total yang diperoleh dari skala Kualitas Tidur tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki subyek. Item berjumlah 20 pertanyaan dengan komposisi lebih banyak pada aspek pertama dan seimbang pada berikutnya. Distribusi atau penyebaran item dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Item Skala Kualitas Tidur

No Aspek Kualitas Tidur No Item Jumlah Total Favorabel Unfavorabel

1 Tidur Nyenyak 1, 6, 8, 12, 10,16

9, 15, 20, 18, 14, 4

12

2 Waktu Tidur 6-8/hari 7, 13 2, 17 4

3 Ketarturan Waktu

Tidur

3, 19 11, 5 4


(50)

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Validitas dan reliabilitas adalah dua hal yang sangat berkaitan dan berperan dalam membuat suatu alat ukur yang berkualitas. Dari alat ukur ini nantinya akan menunjukkan aik atau buruknya suatu penelitian.

1. Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk mengungkapkannya sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut (Azwar, 1999). Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yang akan menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur, artinya tes itu bukan saja harus komprehensif tetapi isinya harus tetap relevan dan tidak keluar dari penelitian (Azwar, 1997). Validitas isi dari skala ini diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes atau melalui professional judgement, yaitu dengan cara melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapkan.

2. Seleksi Item

Seleksi item alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi item-total (rix) atau indeks daya beda item (indeks diskriminasi item). Harga indeks diskriminasi item yang baik adalah ≥ 0,3 (Ebel dalam Supratiknya, 1998). Kriteria item yang dapat diterima adalah item yang memiliki koefisien korelasi yang berkisar antara 0,30 hingga 0,50 (Azwar, 2000).


(51)

34 Berdasarkan hasil seleksi item skala kecerdasan emosional, dari 50 item total terdapat 41 item valid dan 9 item gugur. Untuk menyelaraskan komposisi tiap aspeknya maka 6 item digugurkan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Seleksi Item Skala Kecerdasan Emosional No Aspek Kecerdasan

Emosional

No Item Jumlah Total Favorabel Unfavorabel

1 Kesadaran Diri (1), 11, (21), 41, 31

6, 36, 46, 26,

(16)

7 2 Pengaturan Diri 17, 7, (47), 27,

37

2, 42, (32), (12), 22

7 3 Motivasi (3), 13, 33, 43,

23

28, (38), 18, 8, (48)

7 4 Empati 29, 9, (39), (49),

19

4, 44, 14, 24,

(34)

7 5 Keterampilan Sosial (5), 45, 35, 25,

15

(40), 20, 30, 10, (50)

7

TOTAL 18 17 35

Keterangan:

( ) : item yang gugur ( ) : item yang digugurkan

Berdasarkan hasil seleksi item, dari 20 item skala kualitas tidur terdapat 17 item valid dan 4 item gugur. Untuk menyelaraskan tiap aspeknya maka terdapat 1item yang digugurkan seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini.


(52)

Tabel 4

Hasil Seleksi Item Skala Kualitas Tidur

No Aspek Kualitas Tidur No Item Jumlah Total Favorabel Unfavorabel

1 Tidur Nyenyak 1, (6), 8, 12, 10,16

9, (15) , 20, (18) , 14, (4)

8

2 Waktu Tidur 6-8/hari 7, 13 2, 17 4

3 Keteraturan Waktu Tidur

3, 19 11, 5 4

TOTAL 9 7 16

Keterangan:

( ) : item yang gugur ( ) : item yang digugurkan

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh koefisien reliabilitas. Reliabilitas tes ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan skala pada sekelompok subyek (single trial administration). Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tehnik Alpha Cronbach. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui reliabel tidaknya suatu alat ukur adalah dengan membandingkan nilai koefisien alpha. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,90 (Azwar, 2000). Tepatnya suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,60 hingga 0,90 (Azwar,2000). Pada penelitian ini, hasil alat ukur kecerdasan emosi memiliki koeisien reliabilitas sebesar 0,941 dan hasil alat ukur kualitas


(53)

36 tidur memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,943, sehinga dapat diartikan bahwa pada alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang baik.

G. METODE ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis korelasi Product Moment Pearson, digunakan untuk melihat tinggi rendahnya koefisien korelasi yang dihasilkan dari korelasi skor total antara dua variabel, yaitu kualitas tidur dan kecerdasan emosional.

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan atau gangguan terhadap variable-variabel yang ada dalam model (Algifari,2000). Uji persyaratan analisis korelasi yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran atau distribusi data yang diperoleh. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test. Kenormalan distribusi data dapat dinilai dari KS-Z dengan asymp.sig lebih besar dari 0,05 (p>0,05).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas berujuan untuk mengetahui pola hubungan linear atau tidak antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test of linearity. Linear tidaknya variabel-variabel penelitian dapat dilihat dari nilai Fhitung dan nilai signifikansi (p<0,05).


(54)

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada individu yang tergabung dalam komunitas band Cafe. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson, dengan bantuan SPSS versi 13.00.


(55)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dimulai dari tanggal 2-23 Agustus 2009. Proses pengambilan data dilakukan pada malam hari dimana para subyek sedang bekerja di Café dan peneliti mengambil data disela-sela waktu istirahat mereka, selain itu peneliti juga mendatangi subyek secara personal. Peneliti menyebar skala kualitas tidur dan skala kecerdasan emosi kepada 50 subyek penelitian secara langsung dan mengambil hasilnya pada saat itu juga. Pada penelitian ini, peneliti memakai tryout terpakai yang akan digunakan sebagai data penelitian.

B. DATA DESKRIPIF SUBJEK

Pada dasarnya seseorang yang bergabung pada komunitas band Cafe ini tidak didasarkan dari segi umur, jenis kelamin ataupun latar belakang lainnya, namun lebih dilihat pada kemampuan yang terampilan dalam bidang musik dan entertaiment. Pada penelitian ini, subyek yang dipilih oleh peneliti adalah subyek yang tergabung dalam salah satu band yang menampilkan performance dan memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe dimana pada umumnya subjek memiliki waktu tidur yang tidak teratur yang artinya waktu tidur subjek mengikuti aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Usia dari subyek pun beraneka ragam dan berkisar dari usia 20 tahun sampai 35 tahun. Jenis kelamin subyek penelitian lebih dominan laki-laki dari pada perempuan.


(56)

Tabel 5 Data Subjek

NO USIA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 20 - 22 tahun 5 3 8

2 23 - 29 tahun 17 6 23

3 30 < atas 15 4 19

Total 50

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Deskripsi hasil pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 6, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6

Deskriptif Data Penelitian

Variabel Skor Teoritik Skor Empirik

Mean SD Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax

Kualitas Tidur 42.5 8.5 41 164 45.64 10.484 28 73

Kecerdasan Emosi 102.5 20.5 17 68 147.4 16.247 124 191

Mean teoritik adalah rata-rata skor alat penelitian. Mean teoritik ini diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor data penelitian. Mean empirik diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata data hasil penelitian.


(57)

40 Nilai mean empirik kualitas tidur lebih besar dari mean teoritiknya. Hal ini menandakan bahwa rata-rata subyek penelitian memiliki kualitas tidur yang tinggi. Pada kecerdasan emosi, mean empiriknya lebih besar daripada mean teoritiknya yang berarti bahwa subyek penelitian memiliki kecerdasan emosi yang cenderung tinggi.

D. TAMBAHAN DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Deskripsi data ini terdiri dari 2 hal, yaitu kategorisasi skor subyek penelitian dan sumbangan efektif masing-masing aspek variabel kualitas tidur.

1. Kategorisasi Skor Skala

Tujuan dilakukannya kategori skor adalah untuk menempatkan subjek secara terpisah ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang akan diukur. Sebelum melakukan kategorisasi skor skala, terlebih dahulu ditetapkan kriteria kategorisasi kualitas tidur subyek penelitian. Norma kategorisasi skor skala terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Norma Kategorisasi Skor

Skor Kategori

X ≤ (

µ

-1,5

σ

) Sangat rendah

(

µ

-1,5

σ

) <X≤ (

µ

-0,5

σ

) Rendah (

µ

-0,5

σ

) <X≤ (

µ

+0,5

σ

) Sedang (

µ

+0,5

σ

) <X≤ (

µ

+1,5

σ

) Tinggi


(58)

Variabel kualitas tidur memiliki item yang berjumlah 17 dengan skor: 1,2,3,4 sehingga skor minimum= 17, skor maksimum = 68, rentang skor skala = 68 – 17 = 51, standar deviasi (

σ

)= 51/6 = 8.5 dan mean teoritik (

µ

) = 42.5. Setelah dilakukan penghitungan, maka kategorisasi skor skala kualitas tidur dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8

Norma Kategorisasi Skor Kualitas Tidur

Skor Kategori

X ≤ 29.75 Sangat rendah

29.75 <X≤ 38.25 Rendah

38.25 <X≤ 46.75 Sedang

46.75 <X≤ 55.25 Tinggi

55.25 <X Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 10, subyek penelitian terbagi dalam lima kategori skor, yaitu kategorisangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah subyek yang masuk dalam kategori sangat rendah adalah 3 orang (6%), kategori rendah 8 orang (16%), sedang 17 orang (34%), kategori tinggi 14 orang (28%), dan kategori sangat tinggi ada 8 orang (16%). Semakin rendah skor yang diperoleh subjek pada skala kualitas tidur maka kualitas tidur mereka akan semakin buruk. Sebaliknya, semakin tinggi skor yang diperoleh subjek pada skala kualitas tidur maka kualitas tidur mereka akan semakin bagus. Artinya, subyek yang masuk dalam kategori skor sangat rendah berarti memiliki kualitas tidur sangat buruk, kategori rendah berarti buruk, kategori


(59)

42 sedang berarti biasa, kategori tinggi berarti bagus, dan kategori sangat tinggi berarti sangat bagus.

Variabel kecerdasan emosi memiliki item yang berjumlah 41 dengan skor: 1,2,3,4 sehingga skor minimum= 41, skor maksimum = 164, rentang skor skala = 164 – 41 = 123, standar deviasi (

σ

)= 123/6 = 20.5 dan mean teoritik (

µ

) = 102.5. Setelah dilakukan penghitungan, maka kategorisasi skor skala kualitas tidur dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9

Norma Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosi

Skor Kategori

X ≤ 71.75 Sangat rendah

71.75 <X≤ 92.25 Rendah

92.25 <X≤ 112.75 Sedang 112.75 <X≤ 133.25 Tinggi

133.25 <X Sangat tinggi

Berdasarkan tabel 11, subyek penelitian terbagi dalam lima kategori skor, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah subyek yang masuk dalam kategori sangat rendah adalah 0 orang (0%), kategori rendah 0 orang (0%), sedang 0 orang (0%), kategori tinggi 13 orang (26%), dan kategori sangat tinggi ada 37 orang (74%). Semakin rendah skor yang diperoleh subjek pada skala kualitas tidur maka kecerdasan emosi mereka akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin tinggi skor yang diperoleh subjek pada skala kecerdasan emosi maka kecerdasan emosi mereka akan semakin tinggi. Artinya, subyek yang masuk dalam kategori skor sangat rendah berarti


(60)

memiliki kecerdasan emosi yang sangat rendah, kategori rendah berarti rendah, kategori sedang berarti sedang, kategori tinggi berarti tinggi, dan kategori sangat tinggi berarti sangat tinggi.

E. ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan tehnik Sample Kolmogorov-Smirnov Test dalam program SPSS for Windows versi 13. hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 10

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Skor Kualitas Tidur Skor Kecerdasan Emosi

Kolmogorov-Smirnov Z 0.735 0.495

Asymp.Significant 0.653 0.967

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa distribusi sebaran variabel kualitas tidur dan variabel kecerdasan emosi bersifat normal karena signifikansi kedua variabel lebih besar daripada 0.05 (p>0.05).


(61)

44

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel kualitas tidur dan skor variabel kecerdasan emosi merupakan garis lurus atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity dari program SPSS for Windows versi 13, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11

Hasil Uji Linearitas Hubungan

F Sig

Skor Kualitas Tidur*Skor

Kecerdasan Emosi

(combined) 0.609 0.886

Linearity 4.726 0.039

Deviation from linearity 0.430 0.977

Berdasarkan hasil uji linearitas, didapatkan bahwa taraf signifikansi untuk lineritas lebih kecil dari pada 0,05 (p < 0,05), dengan kata lain hubungan antara skor kualitas tidur dan variabel kecerdasan emosi mengikuti fungsi linear.

2. Uji Hipotesis

Analisis data menggunakan tehnik korelasi product moment Pearson dalam program SPSS for Windows versi 13. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi untuk variabel kualitas tidur dan variabel kecerdasan emosi adalah 0.259 dengan taraf signifikansi 0.01 (p<0.01). Analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan signifikan dan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi. Taraf signifikansi di tes dengan uji satu ekor (I-tarled), karena hipotesis pada penelitian ini sudah berarah, yaitu berarah positif


(62)

F. ANALISIS TAMBAHAN

Pada analisis tambahan ini, peneliti menggunakan Uji T untuk melihat apakah ada perbedaan kecerdasan emosi didalam kategori usia. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12 Hasil Uji T

Paired Differences t df Sig

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Cinfidence Interval of the

Difference Lower Upper Kecerdasan

Emosi - Umur

80.40 13.729 1.942 76.498 84.302 42.209 49 .000

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS maka diperoleh sign = 0.000, karena sign <0.05 maka Ho ditolak. Yang artinya bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosi dalam kategori usia.

D. PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab I dimana temuan Arder menyatakan bahwa faktor biologis memiliki kaitan erat dengan emosi dan saling bekerja sama. Salah satu untuk menunjang faktor biologis atau fisik adalah dengan istirahat dan tidur yang merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang.


(63)

46 Berdasarkan uji korelasi antara kualitas tidur dan kecerdasan emosi, didapatkan koefisien hasil korelasi (r) sebesar 0.259. Korelasi tersebut signifikan pada level 0.01. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas tidur dan kecerdasan emosi pada komunitas band Café. Hasil tersebut juga didukung oleh pernyataan Maas (2002) bahwa pada proses tidur jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan dapat menghasilkan tenaga yang luar biasa, dengan tidur dapat memulihkan, meremajakan dan memberikan energi pada tubuh dan otak.

Komunitas band Cafe bergerak di bidang jasa khususnya dalam hal music entertainment, dimana mereka diharapkan untuk memperhatikan penampilan. Salah satu faktor pendukung penampilan yang prima adalah tidur dengan kualitas yang baik. Tidur yang berkualitas dibutuhkan untuk dapat berpikir dengan jernih, bereaksi dengan cepat dan menciptakan memori atau ingatan yang baik (http://www.supermemo.com/articles/sleep.htm#vertes#vertes). Kebutuhan kualitas tidur agar dapat berpikir dengan jernih, diperlukan oleh subyek penelitian untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin apa saja yang perlu mereka lakukan selama live perfrom berlangsung, karena perform yang mereka tampilkan langsung dilihat dan didengar oleh para pengunjung Cafe. Kualitas tidur dibutuhkan untuk menciptakan memori atau ingatan yang baik dan bereaksi dengan cepat, hal ini sangat berkaitan saat subyek-subyek penelitian live perform dimana subyek harus membawakan berbagai macam jenis musik rata-rata 40 lagu sekali perform, dengan lirik lagu dan kunci nada yang berbeda-beda, selain itu mereka juga harus bisa dengan cepat membaca situasi pengunjung dengan tujuan agar pengunjung dapat benar-benar menikmati live perform yang disuguhkan oleh mereka.


(64)

Pada intinya adalah kesegaran tubuh sangat dibutuhkan oleh tiap individu untuk dapat beraktifitas secara maksimal. Kesegaran tubuh dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang salah satunya adalah dengan menjaga kualitas tidur sebaik mungkin disaat tidur. Menjaga kualitas tidur sangat besar manfaatnya untuk beraktifitas selama seharian, tubuh akan terasa segar karena mendapatkan istirahat yang berkualitas dan kemampuan untuk berkonsentrasi lebih terfokuskan, dengan tubuh yag terasa sehat maka dapat menambah semangat untuk berkreatifitas. Selain itu pengendalian diri juga lebih terkontrol dan setiap individu dapat berkomunikasi dengan individu lain dengan lebih rileks, nyaman dan komunikatif. Sehingga tiap individu dapat mencapai kecerdasan emosinya secara optimal.


(65)

48

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosi pada komunitas band Cafe. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi kualitas tidur maka semakin tinggi pula kecerdasan emosinya, sebaliknya semakin rendah kualitas tidurnya maka semakin rendah kecerdasan emosinya. Koefisien korelasi (r) yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0.345. Korelasi tersebut signifikan pada level 0.01. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosional pada komunitas band Cafe diterima kebenarannya.

B. SARAN

Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan beberapa saran yang mungkin dapat dipakai guna mendukung proses penulisan skripsi mahasiswa. Beberapa saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Komunitas Band Cafe

Berdasarkan hasil korelasi yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kualitas tidur dengan kecerdasan emosional pada komunitas band Cafe maka disarankan agar komunitas band Café lebih memperhatikan kualitas tidur mereka sendiri. Hal ini dikarenakan dengan memperhatikan kualitas tidur dapat


(66)

meningkatkan kecerdasan emosional yang sangat diperlukan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan mereka yang bergerak dalam bidang jasa. Pekerjaan dalam bidang jasa bukanlah pekerjaan yang mudah karena mereka lebih diharapakan dapat memberikan pelayanan dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari orang lain.

2. Bagi Penelititian Selanjutnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tryout terpakai dikarenakan jumlah individu yang sangat terbatas dalam komunitas band Café, disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai komunitas band Café, penelitian dapat lebih di perluas areanya dan tidak hanya dalam lingkup satu kota saja.


(1)

(2)

Reliabilitas Kecerdasan Emosi Sebelum Item Gugur

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

Case Processing Summary

50 100.0

0 .0

50 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.925 50

Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

Item-Total Statistics

144.30 256.255 .372 .924

144.52 244.785 .695 .921

144.18 253.824 .470 .923

144.16 254.709 .444 .923

145.56 264.251 -.033 .927

144.30 250.133 .571 .922

144.32 254.467 .450 .923

144.44 247.843 .681 .921

144.08 250.687 .592 .922

144.72 250.981 .398 .924

144.08 253.300 .552 .923

145.02 255.938 .309 .925

143.86 252.123 .626 .922

144.66 249.045 .659 .922

144.24 248.758 .629 .922

145.28 268.410 -.199 .929

144.10 254.010 .557 .923

144.68 246.508 .661 .921

144.26 253.217 .440 .923

144.64 244.031 .667 .921

144.24 259.533 .181 .925

144.44 254.864 .452 .923

144.10 254.010 .557 .923

144.88 251.740 .501 .923

144.44 256.864 .371 .924

144.12 251.863 .575 .922

144.58 251.922 .484 .923

144.86 246.898 .664 .921

144.26 256.400 .395 .924

144.78 248.951 .633 .922

144.20 251.633 .510 .923

145.48 268.173 -.189 .929

143.90 254.622 .521 .923

144.78 259.481 .154 .926

144.14 256.286 .381 .924

144.86 246.898 .664 .921

144.30 256.704 .399 .924

144.80 252.082 .453 .923

143.86 260.286 .167 .925

145.12 260.638 .118 .926

144.04 255.182 .471 .923

144.42 252.820 .388 .924

143.74 252.727 .616 .922

144.30 250.949 .496 .923

143.74 252.727 .616 .922

144.52 250.704 .586 .922

144.26 259.380 .139 .926

144.72 251.226 .499 .923

144.40 261.633 .087 .926

144.92 254.279 .360 .924

item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 item45 item46 item47 item48 item49 item50

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted


(4)

Linearitas


(5)

Normalitas

Korelasi


(6)