Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kreativitas Pada Musisi Band Di Taman Budaya Sumatera Utara

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KREATIVITAS PADA MUSISI BAND DI TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

FARHANI INESYA PUTRI

071301106

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2010/2011


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas Pada Musisi Band di Taman Budaya Sumatera Utara

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2011

Farhani Inesya Putri


(3)

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas pada Musisi Band

Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri dan Tarmidi

ABSTRAK

Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun kombinasi yang berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik. Kreativitas dicerminkan melalui kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi gagasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi, membina hubungan, serta memotivasi diri sendiri yang tercakup dalam kecerdasan emosi. Dalam kaitannya terhadap kemampuan bermusik, kecerdasan emosi musisi band memiliki peranan penting terhadap kreativitas yang timbul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di taman budaya Sumatera Utara. Data penelitian diperoleh dari skala Kecerdasan Emosi dan Tes Kreativitas Figural. Skala Kecerdasan Emosi memiliki reliabilitas alpha sebesar 0.879. Metode yang digunakan adalah metode korelasional kuantitatif dengan populasi seluruh musisi band yang terdaftar di Taman Budaya Sumatera Utara, yaitu sebanyak 78 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara. Dari hasil kategorisasi diketahui rata-rata musisi band di Taman Budaya memiliki kecerdasan emosi dan kreativitas yang berada pada taraf sedang dan tinggi.


(4)

The Relationship between Emotional Intelligence and Creativity in

Band Musicians at Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri and Tarmidi

ABSTRACT

Creativity or creative thinking can bring individuals on a variety of possible solution to a problem and satisfaction. Creativity also allows humans to improve the quality of life which depends on creative contributions in the form of new ideas, new inventions and new technologies. creativity is the individual ability to create something both new and different unique combinations, depending on the experience gained in the form of imagination that leads to achievement and solve real problems to maintain original and critical thinking, then develop a good relationship between individual and environment. Creativity is reflected through fluency, flexibility, originality in thinking and Idea elaboration.

Factors that influence individual creativity is the ability to manage emotions, build relationships, and self motivated which are covered in emotional intelligence. In terms of musical ability, emotional intelligence of band musicians has an important role towards creativity.

The purpose of this study is to determine the relationship between emotional intelligence and creativity on band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. Reseacrh data collected through Emotional Intelligence Scale and Figural Creativity test. Reliability of Emotional Intelligence Scale is 0,879. The study used correlational method with 78 band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara as research population.

The result shows that there is a positive relationship between emotional intelligence and creativity in band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. The categorization indicate that most of band musicians not only have average and high emotional intelligence, but also in creativity.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi, berbagai

kesulitan akan menghalangi terselesaikannya skripsi ini, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Tarmidi, M. Psi., selaku Pembimbing skripsi, yang telah mencurahkan

waktunya untuk membantu dan memberikan masukan dalam proses

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang tidak terhingga atas segala

bantuannya kepada saya.

3. Desvi Yanti Mukhtar, M. Si., Psikolog., selaku dosen Departemen

Psikologi Pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan pada

penulis demi kebaikan skripsi ini

4. Lita Hadiati Wulandari, S. Psi., Psikolog., Fasti Rola, M.Psi.,

Psikolog., dan Dian Ulfa Sari, M.Psi., Psikolog selaku dosen

Departemen Psikologi Pendidikan yang telah menguji draft seminar

memberikan masukan dan dukungan bagi penulis hingga


(6)

5. Etty Rahmawati, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik, yang

telah membimbing penulis selama menjalani masa perkuliahan di

Fakultas Psikologi USU.

6. Ir. H. Mukhlisuddin, MT., selaku Kepala UPT Taman Budaya

Sumatera Utara, yang telah memberikan izin kepada peneliti dan

memberikan fasilitas yang memudahkan terlaksananya penelitian ini

7. Keluarga penulis yang paling penulis cintai, Mama Dr. Trinugroho

Setianingsih Goenawan, Bapak Yuliusman Kesuma Yudha, Papa Hery

Kaoy Basyah, SH., Almh Yangti Dr. H. Kamariah Goenawan, yang

telah memberikan dukungan moril dan materil pada penulis serta kasih

sayang luar biasa yang tidak terbalaskan. Adik-adik Ines, Bili, dan

Nisa, yang rela membantu penulis meskipun kadang terabaikan karena

kesibukan.

8. Ricky Nuzirwan, A. Md., terima kasih untuk kasih sayang, dukungan,

semangat luar biasa dan perjuangannya demi penulis.

9. Sahabat sepanjang hidup, Aidil Kurniawan yang selalu hadir dalam

suka duka sejak di bangku SMA dan Noni Lara Sestia, S.Psi., yang

selalu berjuang bersama penulis selama menjalani

Akhir kata, penulis berharap Tuhan YME berkenan membalas segala

kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis, dan semoga skripsi ini

membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, 23 Mei 2011


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR TABEL……….. v

BAB I PENDAHULUAN……….……….…… 01

A. Latar Belakang Penelitian……….... 01

B. Tujuan Penelitian………. 07

C. Manfaat Penelitian……….. 08

D. Sistematika Penulisan……….. 08

BAB II LANDASAN TEORI………... 10

A. Kecerdasan Emosi……… 10

B. Kreativitas………... 20

C. Musisi Band………. 41

D. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas.. 44

E. Hipotesis………..… 46

BAB III METODE PENELITIAN……… 47

A. Identifikasi Variabel Penelitian……… 47

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian…... 48

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel………. 49

D. Metode dan Alat Pengumpul Data………... 50

E. Metode Analisis Alat Ukur……….. 55

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur………. 57


(8)

H. Metode Analisis Data………... 63

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………. 64

A. Analisis Data……… 64

B. Pembahasan……….. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 80

A. Kesimpulan……… 80

B. Saran……….. 81

DAFTAR PUSTAKA……….……. vii LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Kecerdasan Emosional……… 37

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum

Uji Coba……… 52

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum

Uji Coba……… 58

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional setelah

Uji Coba……… 59.

Tabel 5. Blueprint Skala Kecerdasan Emosional setelah uji coba… 60

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin…. 64

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan usia………. 65

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan aliran musik…… 66

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan posisi

dalam band………. 67

Tabel 10. Normalitas Sebaran Variabel Kecerdasan Emosi

dengan Kreativitas………. 68

Tabel 11. Hasil Pengujian Linearitas………. 69

Tabel 12. Korelasi antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas……. 70

Tabel 13. Hasil Model Summary pada Analisis Regresi……… 70

Tabel 14. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik………… 71

Tabel 15. Kategorisasi Data Variabel Kecerdasan Emosi………. 71

Tabel 16. Mean dan Standar Deviasi Tes Kreativitas Figural……….. 72


(10)

(11)

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas pada Musisi Band

Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri dan Tarmidi

ABSTRAK

Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun kombinasi yang berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik. Kreativitas dicerminkan melalui kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi gagasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi, membina hubungan, serta memotivasi diri sendiri yang tercakup dalam kecerdasan emosi. Dalam kaitannya terhadap kemampuan bermusik, kecerdasan emosi musisi band memiliki peranan penting terhadap kreativitas yang timbul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di taman budaya Sumatera Utara. Data penelitian diperoleh dari skala Kecerdasan Emosi dan Tes Kreativitas Figural. Skala Kecerdasan Emosi memiliki reliabilitas alpha sebesar 0.879. Metode yang digunakan adalah metode korelasional kuantitatif dengan populasi seluruh musisi band yang terdaftar di Taman Budaya Sumatera Utara, yaitu sebanyak 78 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara. Dari hasil kategorisasi diketahui rata-rata musisi band di Taman Budaya memiliki kecerdasan emosi dan kreativitas yang berada pada taraf sedang dan tinggi.


(12)

The Relationship between Emotional Intelligence and Creativity in

Band Musicians at Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri and Tarmidi

ABSTRACT

Creativity or creative thinking can bring individuals on a variety of possible solution to a problem and satisfaction. Creativity also allows humans to improve the quality of life which depends on creative contributions in the form of new ideas, new inventions and new technologies. creativity is the individual ability to create something both new and different unique combinations, depending on the experience gained in the form of imagination that leads to achievement and solve real problems to maintain original and critical thinking, then develop a good relationship between individual and environment. Creativity is reflected through fluency, flexibility, originality in thinking and Idea elaboration.

Factors that influence individual creativity is the ability to manage emotions, build relationships, and self motivated which are covered in emotional intelligence. In terms of musical ability, emotional intelligence of band musicians has an important role towards creativity.

The purpose of this study is to determine the relationship between emotional intelligence and creativity on band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. Reseacrh data collected through Emotional Intelligence Scale and Figural Creativity test. Reliability of Emotional Intelligence Scale is 0,879. The study used correlational method with 78 band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara as research population.

The result shows that there is a positive relationship between emotional intelligence and creativity in band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. The categorization indicate that most of band musicians not only have average and high emotional intelligence, but also in creativity.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu

bangsa yang sedang berkembang untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan

yang terjadi dan berbagai problema yang semakin kompleks (As’adie, 2007).

Sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa, individu harus

mampu memikirkan, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama

secara kreatif, agar dapat survive dan tidak hanyut atau tenggelam dalam

persaingan antarbangsa dan negara.

Menjadi kreatif adalah sebuah keputusan diri, yaitu sebuah pilihan

seseorang akan bertindak kreatif atau tidak (Naqiyah, 2005). Kreativitas juga

begitu bermakna dalam hidup. Maslow (dalam Munandar, 2009) menyatakan

bahwa dengan berkreasi individu dapat mengaktualisasikan dirinya, dan

aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup

manusia. Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai

macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan

kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup

yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru,


(14)

Kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dihayati

perkembangannya karena sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

Kreativitas dapat diwujudkan dimana saja oleh siapa saja karena potensi ada pada

masing-masing individu tergantung cara mengembangkannya. Kreativitas

merupakan fenomena yang melekat dengan kehidupan manusia dan merupakan

hasil interaksi antar manusia dengan lingkungan atau kebudayaan dan sejarah

dimana kreativitas dapat tumbuh dan meningkat tergantung kepada kondusif

kebudayaan dan orangnya (Munandar, 2009)

Getzel, Jakson dan Gough (2002) menyatakan kreativitas dipengaruhi oleh

berbagai faktor emosi seperti humor, rasa bertanggung jawab, percaya diri,

motivasi, minat, rasa ingin tahu dan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa

kreativitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu seperti hambatan

sosial, organisasi dan kepemimpinan dan dari dalam diri individu seperti motivasi

(Kusumah, 2008). Berdasarkan Goleman (2009), kemampuan memotivasi diri

merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional.

Emosi menurut Wang dan Ahmed (2003) adalah konstruk psikologis dari

aktivitas atau arousal, ekspresi motoris, komponen motivasional termasuk

didalamnya niat berperilaku atau kesiapan aksi berperilaku, dan komponen dari

kondisi perasaan subjektif. Emosi adalah keadaan yang menunjukkan manusia

hidup, dan untuk mengaturnya dibutuhkan kecerdasan emosional.

Goleman (2009) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah


(15)

menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional, individu dapat

menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan dan mengatur

suasana hati. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat

menanggulangi emosi mereka sendiri dengan baik, dan memperhatikan kondisi

emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain

Pengendalian emosi dibutuhkan dalam setiap bidang seni, terutama dalam

hal performa yang membutuhkan kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru.

Kondisi emosi yang tidak baik serta ketidakmampuan individu mengendalikan

emosi dapat menghalangi kemampuan individu berkreasi. Fenomena yang terjadi

pada musisi adalah kurangnya kemampuan pengendalian emosi yang baik dalam

melakukan berbagai kegiatan untuk dapat mewujudkan suatu kreativitas. Hal ini

dapat terlihat dari hasil wawancara interpersonal berikut:

“anak band sini yang muda-muda sering ugal-ugalan, jejeritan, screamo, yang mustinya bagus, tertata, jadi berantakan dan tidak enak di apresiasi, mana kreatif itu. Itu justru ngebuat sulit untuk menciptakan sesuatu, terlalu meluap-luap malah bisa merusak penampilan” (Wawancara interpersonal, 2010)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Altenmüller dan Jabusch (2009) yang

menemukan fakta adanya kasus kehilangan kontrol gerakan secara tiba-tiba yang

sering terjadi pada musisi yang tidak mampu mengendalikan emosi yang


(16)

Keterkaitan antara emosi dan kreativitas pada musisi juga tergambar pada

penelitian Lund dan Kranz (1994) yang menyatakan bahwa terdapat keterlibatan

emosional dalam tahap kreativitas musisi. Para musisi yang menjadi subjek

penelitian melaporkan adanya pengaruh emosi yang kuat yang terjadi selama

proses kreatif, seperti keadaan emosi yang tidak beraturan dan meluap-luap yang

menghambat kreativitas. Agar proses kreatif dapat berlangsung dengan baik,

dibutuhkan adanya kecerdasan emosional untuk mengatur dan mengendalikan

emosi pada musisi.

Munandar (2009) menyatakan bahwa faktor emosional merupakan salah

satu kendala dalam mencapai kreativitas. Kendala emosional tersebut dapat

berupa semangat yang berlebih yang cenderung terjadi pada musisi, ketakutan

dalam mengambil resiko dan kesalahan, serta kesulitan untuk rileks atau inkubasi.

Davis (1999) dalam Encyclopedia of Creativity juga menyebutkan adanya

halangan emosional yang menghambat kreativitas, seperti rasa marah, takut,

cemas, benci, bahkan cinta.

Pada musisi yang tergabung dalam sebuah kelompok, atau seringkali

disebut sebagai band, pengendalian emosi masing-masing anggota memiliki

dampak menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti: chemistry antar personel,

kesatuan visi dan misi, kebersamaan, serta harmonisasi, yang jika terganggu akan

menyulitkan suatu kelompok menciptakan karya kreatif. Hal tersebut tergambar

dari hasil wawancara berikut:

“anak band lebih repot daripada solois, musti ada chemistry, kesamaan pendapat, kebersamaan, harmonisasi, yang kompak-kompak lah kan mau


(17)

buat lagu sama-sama, mau manggung sama-sama, kalo gak cocok yah payah lah mau bikin lagu, improv.” (Wawancara interpersonal, 2010)

Aspek-aspek yang dijelaskan tersebut tergambar dalam dimensi “membina

hubungan” pada kecerdasan emosional yang terdiri dari kemampuan

berkomunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan memahami keinginan individu

lain (Goleman, 2009). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Livingstone (2007)

yang menyatakan bahwa emosi merupakan kunci mencapai kreativitas.

Emosi juga diperlukan dalam hal mengekspresikan suatu karya seni yang

kreatif. Suatu pertunjukan seni selalu memiliki muatan emosional dengan porsi

yang berbeda-beda (Deboer, 2008). Salah satu narasumber menyatakan bahwa:

“band rock ya beda sama jazz ato mellow, kalo main rock kan kita harus atur emosi supaya emosi bisa jadi energi dan ngasi semangat. Kalo jazz ya emosi juga harus ditahan jangan sampe kayak ngamuk karena lagunya biasanya santai” (Wawancara Interpersonal, 2010)

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat terlihat bahwa pada musisi yang

memainkan musik rock dibutuhkan muatan emosi yang lebih besar dibandingkan

dengan musik jazz, seperti luapan emosi dengan porsi sesuai untuk memberi

nyawa pada musik yang dibawakan. Untuk dapat maksimal, dibutuhkan

kecerdasan emosi pada musisi agar dapat mengatur porsi emosi yang dikeluarkan

agar tidak berlebihan mapun kurang.Kemampuan mengatur emosi terdapat dalam

aspek kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi.

Musisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai


(18)

terdiri dari satu hingga beberapa personil yang tergabung dalam suatu grup untuk

mencapai suatu harmonisasi musik. Musisi yang tergabung dalam kelompok

disebut band (The American Heritage Dictionary of the English Language,

2000).Suatu kelompok musisi dapat dikategorikan sebagai band jika minimal

terdiri dari 2 orang, dengan masing-masing memegang alat musik yang berbeda

(Wikipedia, 2010).

Musisi band, sebagai salah satu pelaku seni cenderung berada dalam suatu

komunitas sesama dimana mereka dapat saling berbagi informasi mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan dunia musik. Sekelompok musisi band membuat

pertunjukan, menciptakan lagu, memberikan apresiasi satu sama lain agar

menjaga keberlangsungan kreativitas dari masa kemasa. Untuk itulah dibutuhkan

adanya suatu wadah yang mampu menampung sejumlah musisi band di Kota

Medan.

Di Kota Medan, Taman Budaya merupakan pusat kesenian sebagai tempat

berkumpulnya para seniman kota Medan, baik musisi maupun pekerja seni

lainnya (Hidayat, 2009). Seniman dari berbagai latar belakang keahlian, tergabung

dalam sanggar-sanggar seperti sanggar tari, musik, teater, dan kegiatan seni

lainnya (Hidayat, 2009). Untuk lebih menumbuh kembangkan dunia seni,

terutama seni musik, sangat dibutuhkan kegiatan yang dapat merangsang daya

kreativitas para musisi serta meningkatkan apresiasi masyarakat sebagai penikmat


(19)

Sebagaimana kota-kota besar lain di Indonesia, Medan merupakan kota

metropolitan di mana masyarakat urban menjadi salah satu elemen penting bagi

pertumbuhan sosial dan budayanya. Beragam kesenian sebagai bentuk ekspresi

komunal masyarakat dari berbagai etnik yang tumbuh dan berkembang

merupakan sebuah potensi yang sangat luar biasa dari sisi kekayaan kultural.

Taman Budaya Sumatera Utara hadir sebagai suatu komunitas untuk memfasilitasi

keberlanjutan seni tari, teater, musik, dan rupa yang merupakan tradisi sebagai

bentuk pewarisan kreativitas “masa lalu” seiring perkembangan zaman dengan

berbagai kegiatan yang menjadi wadah pekerja seni khususnya dibidang musik

untuk mengekspresikan degala aktifitas dan kreativitas mereka (Melayu Online,

2008)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi

dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara?”

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka peneliti berkeinginan untuk

membuktikan dengan mengajukan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi

dengan Kreativitas pada Musisi Band di Taman Budaya Sumatera Utara”

B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada


(20)

2. Mengetahui gambaran kecerdasan emosi pada musisi band di Taman

Budaya Sumatera Utara

3. Mengetahui gambaran kreativitas pada musisi band di Taman Budaya

Sumatera Utara

4. Mengetahui faktor-faktor kecerdasan emosi yang paling berpengaruh

terhadap kreativitas.

C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan

pemikiran bagi musisi band mengenai kecerdasan emosional dan

kreativitas yang dimiliki, agar dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan.

2. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan

ilmu pengetahuan sebagai kajian teoritis khususnya bidang psikologi

pendidikan yang berkaitan dengan kecardasan emosi terhadap

kreativitas musisi band.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika


(21)

BAB I : Pendahuluan

BAB I berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

BAB II berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai

landasan dalam penelitian, antara lain mengenai kecerdasan

emosional, kreativitas, dan musisi band.

BAB III : Metode Penelitian

BAB III membahas mengenai metode penelitian kuantitatif yang

digunakan, yang di dalamnya secara lebih rinci dijelaskan

mengenai metode pengambilan sampel, alat ukur yang


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECERDASAN EMOSI 1. Pengertian kecerdasan emosi

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari

University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional

yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan

kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang

melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan

menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan

(Yulisubandi, 2009). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan

lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi

dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Gardner (dalam Goleman, 2009) mengatakan bahwa bukan hanya satu

jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam

kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas

utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal

dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan


(23)

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey

(dalam Goleman, 2009) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan

intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan

emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina

hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Cooper dan Sawaf (1999), kecerdasan emosi adalah kemampuan

merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi.

Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui,

menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat,

menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana

kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara

efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih

keberhasilan (Setyawan, 2005).

Goleman (2009) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu

kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk

dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak


(24)

lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman juga menambahkan

kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan

dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati,

ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial.

Kecerdasan emosional lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan

mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar

terkendali dan dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan

terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan

menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan

tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan

sehari hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati)

dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

Goleman (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu:

a. Lingkungan keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari

emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi dengan


(25)

anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa

kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi

anak kelak dikemudian hari.

b. Lingkungan non keluarga.

Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan.

Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan

mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas

bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang

menyertai keadaan orang lain.

Menurut Le Dove (dalam Goleman. 2009) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:

a. Fisik.

Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh

terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya.

Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang

disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang

mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua

bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.

1) Konteks.

Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira kira 3 milimeter yang

membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting

dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa


(26)

mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai

saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum

berbuat sesuatu.

2) Sistem limbic.

Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh

didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas

pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic meliputi hippocampus,

tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat

disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai

pusat pengendalian emosi pada otak.

b. Psikis.

Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga dapat

dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi

kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik

terletak dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik, secara psikis

meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

3. Aspek-aspek kecerdasan emosi

Goleman menggambarkan kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan


(27)

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi

menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000)

kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran

tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah

larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang

belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu

prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah

menguasai emosi.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan

tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi

berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan

mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2009). Kemampuan ini mencakup

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya


(28)

c. Memotivasi diri sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan

dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi

yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

Menurut Goleman (2009) kemampuan seseorang untuk mengenali orang

lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu

yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal

sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan

orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain,

peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan

orang lain.

Rosenthal (dalam Goleman, 2009) dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa orangorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal

lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih

mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki (dalam Goleman, 2009), ahli

psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau

mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi.

Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki


(29)

sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang

tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi

(Goleman, 2009). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan

kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit

untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami

keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.

Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan

lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan

menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi

(Goleman, 2009). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain

dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina

hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang

dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Goleman (2009) juga menambahkan, aspek-aspek kecerdasan emosi

meliputi:


(30)

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya

untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak

ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri.

Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada

pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari

tekanan emosi.

c. Motivasi.

Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan

dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan

bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan

frustasi.

d. Empati

Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif

mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

dengan bermacam macam orang.

e. Keterampilan sosial.

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan

cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar

menggunakan keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan

memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk


(31)

dikemukakan dapat disimpulkan aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi

mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Untuk selanjutnya

dijadikan indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian, dengan

pertimbangan aspek-aspek tersebut sudah cukup mewakili dalam

mengungkap sejauh mana kecerdasan emosi subjek penelitian.

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah

Goleman (1995) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki

kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah sebagai berikut:

(a) Kecerdasan emosi tinggi yaitu mampu mengendalikan perasaan marah,

tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum

bertindak, berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan

hidupnya, menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati

pada orang lain, dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif,

memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan

orang lain, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat menyelesaikan konflik

sosial dengan cara damai.

(b) Kecerdasan emosi rendah yaitu bertindak mengikuti perasaan tanpa

memikirkan akibatnya, pemarah, bertindak agresif dan tidak sabar,

memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa,

kurang peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat


(32)

perasaan negatif, memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin

persahabatan yang baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi

dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial dengan kekerasan.

B. KREATIVITAS

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu

kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan

paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya,

setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat

diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat

(Munandar, 2009).

1. Pengertian kreativitas

Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and

Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam

Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:

“the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.”

Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat


(33)

yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan

(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi

(dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau

produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

Rhodes (dalam Munandar, 2009) menganalisis lebih dari 40 definisi

tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan

dalam istilah pribadi (person), proses, produk, dan lingkungan yang mendorong

(press) individu ke perilaku kreatif. Berikut beberapa definisi tentang kreativitas

berdasarkan empat P, menurut para pakar:

a) Definisi Pribadi

Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2009) Tindakan kreatif

merupakan hal muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam

interaksi dengan lingkungannya. Definisi yang lebih baru tentang

kreativitas diberikan dalam “three-facet model of creativity” oleh

Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas merupakan titik

pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya

kognitif, dan kepribadian.

b) Definisi Proses

Definisi proses dikemukakan oleh Torrance (dalam Munandar, 2009)

yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode

ilmiah, yaitu proses merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan,

membuat dugaan dan memformulasikan hipotesis, merevisi dan


(34)

c) Definisi Produk

Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

Begitu pula menurut Haefele (dalam Munandar, 2009) kreativitas

adalah kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru. Rogers

(Munandar,2009) menekankan produk kreatif harus bersifat

observable, baru, dan merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

d) Definisi Press

Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada aspek

dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai

inisiatif yang dihasilkan individu dengan kemampuannya untuk

mendobrak pemikiran yang biasa.

Guilford (dalam Purwanto, 2008) menyatakan bahwa kreativitas

merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual yang

dinamakan kemampuan berpikir divergen. Oleh karena intelegensi dalam struktur

intelektual Guilford mempunyai tiga dimensi yaitu operasi, bahan dan produk

a) Operasi

Proses atau operasi berpikir dalam struktur intelektual Guilford

mempunyai lima faktor, yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen,


(35)

adalah kemampuan menghasilkan secara divergen yang merupakan

salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual Guilford.

Kreativitas melibatkan berpikir divergen yang merupakan kemampuan

untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa.

Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang

mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah.

Dalam berpikir divergen, pemikiran menyimpang dari jalan yang telah

dirintis sebelumnya dan mencari variasi. Pemikiran melampaui dari

apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa jawaban yang

mungkin ada untuk suatu masalah, bukan hanya satu penyelesaian

yang benar. Dalam memecahkan masalah, pemikir divergen

mengajukan beberapa solusi. Dengan kemampuan itu, dia mampu

menghasilkan sesuatu yang berbeda

b) Bahan

Dalam model struktur intelektual Guilford, intelegensi mengolah

bahan berupa figural, simbol, semantik dan perilaku. Proses berpikir

divergen hanya mengolah bahan berupa figural dan simbolik, sehingga

kreativitas berpikir mempunyai dua jenis konten yaitu figural atau

visual dan simbolik atau verbal. Menurut Guilford (dalam Purwanto,

2008), tes untuk mengukur kreativitas berpikir akan berbentuk figural

dan simbolik dengan indikator berupa unit, kelas, hubungan, sistem,

transformasi dan implikasi. Menurut Good dan Brophy (dalam


(36)

divergen secara figural dan simbolik untuk menghasilkan enam jenis

produk.

c) Produk

Operasi kemampuan berpikir divergen yang mengolah bahan berupa

figural dan simbolik menghasilkan enam jenis produk yaitu unit, kelas,

hubungan, sistem, transformasi dan implikasi (Guilford dalam

Purwanto, 2008). Pertama, unit adalah pertanyaan tugas yang

dilakukan dengan memberi bahan dasar yang darinya sebanyak

mungkin objek nyata diminta dibuat. Dalam bentuk figural, pertanyaan

dapat dilakukan dengan meminta peserta membuat sebanyak mungkin

gambar objek nyata dari sebuah lingkaran dalam waktu tertentu.

Dalam bentuk simbolik, kemampuan ini diukur dengan meminta

peserta membuat sebanyak mungkin kata dengan aturan tertentu.

Misalnya, buatlah sebanyak mungkin kata yang berhuruf awalan p dan

berhuruf akhir m dalam waktu satu menit. Kedua, kelas adalah

kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau golongan ke

kelas atau golongan lain. Secara figural kemampuan ini dapat diukur

dengan memberikan dua atau lebih garis dan meminta peserta

membuat kombinasi gambar sebanyak mungkin. Dalam bentuk simbol,

kemampuan ini diukur dengan memasangkan beberapa hewan atau


(37)

Ketiga, hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan dari dua hal. Misalnya, dari angka 1, 2, 3, 4 dan 5,

kombinasikan dengan sebanyak mungkin cara sehingga hasil

jumlahnya 7. Keempat, sistem melibatkan urutan rasional dari

langkah-langkah yang bermakna. Untuk mengukur kemampuan ini secara

figural dapat dilakukan dengan meminta peserta tes mengorganisasikan

beberapa gambar visual sehingga membentuk objek nyata. Misalnya,

dari lingkaran, segi empat dan segi tiga, buatlah sebanyak mungkin

gambar yang merupakan kombinasi ketiga bangun dan berilah nama.

Pengukuran secara simbolik dapat dilakukan dengan meminta peserta

tes menyusun kalimat sebanyak mungkin dengan kata-kata yang

ditentukan huruf awalnya. Misalnya, buatlah dalam waktu satu menit

sebanyak mungkin kalimat dengan tiga kata yang huruf awalnya M_

E_ P_. Kelima, transformasi melibatkan kemampuan mengubah

strategi ketika suatu strategi mengalami jalan buntu. Kemampuan ini

dapat diukur dengan meminta peserta memanipulasi objek yang

diberikan kepadanya dengan sebanyak mungkin cara. Keenam,

implikasi adalah kemampuan membuat antisipasi dan prediksi

terhadap keadaan-keadaan tertentu di masa yang akan datang.

Implikasi diukur secara figural dengan misalnya meminta peserta tes

membuat dekorasi tambahan atas suatu bangun. Secara simbolik,

kemampuan implikasi diukur misalnya dengan menghadapkan peserta


(38)

kombinasi sebanyak mungkin dua persamaan itu dalam persamaan

baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat

baru maupun yang kombinasi, berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang

diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan

masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta

mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri

individu dan lingkungannya dengan baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Kreativitas dimiliki oleh setiap orang meskipun dalam derajat dan bentuk

yang berbeda. Kreativitas harus dipupuk dan diingkatkan karena jika dibiarkan

saja maka bakat tidak akan berkembang bahkan bisa terpendam dan tidak dapat

terwujud.

Tumbuh dan berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi

oleh kebudayaan serta dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja.

Tumbuh dan berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor

terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan

kultural yang mendukung.

Munandar (2009) menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas


(39)

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu

yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, locus of control yang

internal, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur,

bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru

berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang

bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan

kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat

yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif, adanya waktu

bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk

melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan

untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan

penghargaan terhadap individual.

Penelitian menunjukkan bahwa bukan hanya faktor-faktor non-kognitif

seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang turut menentukan produksi lintas

kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan aspek non-kognitif seperti sikap

berani mencoba sesuatu, mengambil resiko, usaha meningkatkan minat dan

motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu serta kepercayaan diri dan harga

diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar, 2009).

Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat

mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:


(40)

Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki

kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas,

mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas

yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk

kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan

lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam

Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009)

yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk

melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung

oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers

(dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat

mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:

1) Keterbukaan terhadap pengalaman

2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi

seseorang (internal locus of evaluation)

3) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan

konsep-konsep.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat

mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang


(41)

kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap

jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat

berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu.

Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang

dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers

(dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat

mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:

1) Keamanan psikologis

Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling

berhubungan, yaitu:

a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan

keterbatasannya.

b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal

(atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek

mengancam.

c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan,

pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang

mereka dan menerimanya.


(42)

Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan

kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis

pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.

Menurut Hurlock (dalam Munandar, 2009) kepribadian merupakan faktor

yang penting bagi pengembangan kreativitas. tindakan kreativitas muncul dari

keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Dari

ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan

produk-produk yang inovatif. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas,

terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau

perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:

a. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada

anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk

sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak

laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk

mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan

didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif

dan orisinalitas.

b. Status sosial ekonomi

Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung

lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok


(43)

tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

c. Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat

kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan

daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak

tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama.

Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri

dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk

menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

d. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung

lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara

mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang

menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi

perkembangan kreativitas.

e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak

lingkungan pedesaan.

f. Inteligensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih


(44)

gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan

lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Stenberg (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas

merupakan titik pertemuan yang khas antara 3 atribut psikologis yaitu, inteligensi,

gaya kognitif dan kepribadian.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses kreativitas seseorang,

dari luar diri individu seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan.

Sedangkan dari dalam diri individu seperti pola pikir, paradigma, keyakinan,

ketakutan, motivasi dan kebiasaan .

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor kebebasan berpikir, penilaian,

kecerdasan, minat terhadap fantasi, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman,

waktu, penghargaan terhadap fantasi, intellegensi, pola pikir, paradigma,

keyakinan, ketakutan, motivasi dan kebiasaan, hambatan sosial, organisasi dan

kepemimpinan, kepribadian dan tidak kalah pentingnya adalah lingkungan

keluarga dan masyarakat. Selain itu potensi kreatif pada semua orang tergantung

bagaimana cara mengembangkannya secara optimal agar tidak terhambat dan bias

berkembang dengan baik.

3. Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas

Menurut Munandar (2009) terdapat beberapa hal yang dapat menghambat


(45)

a. Evaluasi, menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas

konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi atau paling

tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi.

b. Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan

kreativitas.

c. Persaingan (kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa

pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang

terbaik akan menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas.

d. Lingkungan yang membatasi

Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar yaitu:

1) Kendala dari rumah

Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga dapat

menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara tepat

empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan

atau lingkungan yang terbatas.

2) Kendala dari sekolah

Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:

a. Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu

banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak

otonomi.

b. Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat

perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya cocok


(46)

c. Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan

mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan

mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsic dan kreativitas.

d. Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling

menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas.

e. Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus dan

kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.

3) Kendala konseptual

Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah conceptual blocks

yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu

masalah serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu

memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.

a. Kendala yang bersifat eksternal antara lain:

1) Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa

contoh kendala kultural yaitu:

• Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu. • Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak.

• Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.

• Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.


(47)

• Adanya atau berlakunya tabu.

2) Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala

lingkungan dekat:

• Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.

• Majikan (orang tua) yang otokrat dan tidak terbuka terhadap ide-ide bawahannya (anak).

• Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan. • Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan.

• Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan. b. Kendala yang bersifat internal antara lain:

1) Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa: • Kesulitan untuk mengisolasi masalah.

• Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah.

• Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

• Melihat apa yang diharapkan akan dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.

• Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam pengamatan.

• Ketidakmampuan untuk menggunakan semua masukan sensoris. 2) Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana

kita melihat, dan bagaimana kita berpikir tentang suatu masalah.


(48)

• Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak menarik perhatian kita.

• Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti.

• Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko. • Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan (ambiguity) kebutuhan

yang berlebih akan keteraturan dan keamanan.

• Lebih suka menilai gagasan, daripada member gagasan. • Tidak dapat rileks atau berinkubasi.

3) Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki

dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:

• Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak sadar.

• Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi.

• Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari fantasi.

4) Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau

dirumuskan secra tidak benar. Contoh:

• Kurang informasi atau informasi yang salah.

• Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan masalah. • Perumusan masalah tidak tepat.

5) Kendala dalam ungkapan, misalnya:

• Keterampilan bahasa yang kurang untuk mengungkapkan gagasan. • Kelambatan dalam ungkapan secara tertulis.


(49)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang

dapat menghambat kreativitas terdiri dari kendala dari rumah, kendala dari

sekolah dan kendala konseptual.

4. Aspek-aspek kreativitas

Pada dasarnya manusia mempunyai potensi-potensi untuk kreatif,

tergantung bagaimana engembangkan dan menumbuhkan potensi kreatif tersebut.

Ciri individu yang kreatif menurut pendapat para ahli psikologi antara lain adalah

imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa

ingin tahu yang kuat, ingin mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan

energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta berani dalam pendapat dan

memiliki keyakinan diri. (Munandar, 2009).

Perbedaan ciri sifat antara individu satu dengan yang lain akan

meyebabkan perbedaan cara penyesuaian terhadap lingkungan, misalnya cara

pemecahan masalah. Pada individu yang kreatif akan tampak beberapa ciri sifat

yang berbeda dibanding individu yang kurang kreatif, yang pada prinsipnya akan

menunjukkan individualitas yang kuat. Ciri sifat tersebut diantaranya adalah sifat

mandiri, keberanian mengambil resiko, minat yang luas serta dorongan ingin tahu

yang kuat.

Dalam kreativitas banyak aspek yang berpengaruh dalam mengembangkan

kreativitas yang juga dapat membedakan antara individu satu dengan yang


(50)

Kauffman & Stenberg, 2006) meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri

aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :

a. Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan

adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

b. Flexibility, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara

dalam mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide,

jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat

melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari

alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan

bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif

adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat

meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara

berpikir yang baru.

c. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli.

d. Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk

melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek (respon) disamping

gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan

dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan

atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau


(51)

a) Rasa ingin tahu

b) Bersifat imajinatif

c) Merasa tertantang oleh kemajemukan

d) Berani mengambil risiko

e) Sifat menghargai.

Menurut Ellis dan Hunt, Woolfolk dan Nicolich, Good dan Brophy,

Winkel dan Rakhmat, kreativitas diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor

kreativitas adalah skor gabungan dari ketiga unsur tersebut (Purwanto,, 2008)

Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan

banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur

ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah.

Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan

Brophy (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan

banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama

dinyatakan oleh Rakhmat (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan

menyebutkan sebanyak mungkin.

Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga

kesesuaian jawaban dengan masalahnya Menurut Ellis dan Hunt (dalam

Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak alternatif


(52)

Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan

mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan

kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang

digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru.

Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008), keluwesan dapat mengubah

dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau

kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama

dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (dalam Purwanto, 2008) yang menyatakan

bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan

masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu

masalah dari berbagai sudut tinjauan.

Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa

atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus.

Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang

jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang

diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam

membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut Winkel (dalam Purwanto,

2008), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang

menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (dalam Purwanto, 2008)

memberikan kriteria mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya

diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada

pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang


(53)

diberikan oleh 1% dari kelompok bersifat unik (Purwanto, 2008). Munandar

(1999) mengungkapkan bahwa kriteria orisinalitas setidaknya diberikan oleh lebih

sedikit dari 9% persen jumlah subjek penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, aspek yang digunakan untuk melihat

kreativitas dalam penelitian ini yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan),

originality (keaslian), dan elaboration (elaborasi)

C. MUSISI BAND 1. Definisi Musisi Band

Seorang musisi adalah individu yang memainkan ataupun menulis musik,

serta memiliki kemampuan dalam salah satu atau lebih alat musik, menghabiskan

sejumlah waktu untuk mempelajari hal-hal berkaitan dengan musik, menampilkan

pertunjukan musik, dan mendengarkan musik dengan seksama (Fredrickson,

2000). Menurut The American Heritage Dictionary of the English Language

(2000), musisi adalah sesorang yang menciptakan, memimpin, dan menampilkan

musik.

Musisi dapat mempelajari keahliannya secara otodidak melalui

pengalaman-pengalaman pribadi, ataupun dengan pendidikan formal bersama

seorang instruktur pribadi atau guru dalam suatu lembaga Musisi dapat bersifat

amatir maupun professional, hal ini memiliki definisi yang meluas. Musisi

memiliki level aktivitas dan ambisi dalam bermusik, yang seringkali membuat


(54)

kegiatan bermusik sebagai suatu hal yang bersifat “menyatu” dengan musik, yang

menggambarkan hubungan yang berkelanjutan dan aktif, terutama setelah

menyelesaikan pendidikan formal.

Musisi amatir bukanlah suatu hal yang berkebalikan dengan musisi

professional. Amatir berasal dari bahasa latin “amo” yang berarti mencintai.

Deverich (2009) menyatakan bahwa musisi amatir adalah sesorang yang

menyukai atau mencintai memainkan musik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga menjelaskan definisi musisi,

yang merupakan sinonim dari kata musikus, yaitu orang yg mencipta, memimpin,

atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik.

Band merupakan sekelompok musisi yang menampilkan pertunjukan musik (The American Heritage Dictionary of the English Language, 2000)

Melengkapi definisi tersebut, Wikipedia (2010) menjelaskan Band sebagai

sekelompok musisi yang terdiri dari 2 individu atau lebih yang menampilkan

pertunjukan musik maupun vocal. Dalam setiap gaya bermusik yang berbeda,

dibangun aliran bermusik yang merupakan cirri khas dan menentukan jenis

komposisi alat musik yang digunakan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa musisi band

merupakan sekolompok individu yang menampilkan pertunjukan musik maupun

vokal dan terdiri dari minimal 2 individu.


(55)

a) Band Klasik

Dalam musik klasik, digunakan kombinasi berbagai alat musik petik

seperti biola, cello, banjo, ukelele, bass, serta alat musik tiup seperti

klarinet, oboe, flute, bassoon, trombone, dan klarinet bass.

b) Band Jazz

Pada musik jazz, umumnya formasi pemain alat musik menggunakan

piano, drum, dan bass. Beberapa band menambahkan alat musik gitar

listrik dan alat musik tiup seperti saxophone, trombone, dan terompet.

c) Band Rock dan Pop

Pada band rock dan pop, umumnya alat musik yang digunakan hampir

sama. Band dengan aliran ini menggunakan kombinasi alat musik

seperti; gitar, rithym gitar, bass, drum, keyboard, dan harmonika.

3. Bentuk Kreativitas Bermusik

Kreativitas dalam seni musik berbentuk usaha individu untuk menemukan

hal-hal yang baru dengan latar belakang apresiasi dan proses belajar didalam

memainkan dan bekerja dalam musik itu sendiri. Dengan memainkan alat musik,

seseorang akan menemukan bagaimana cara memainkan yang benar, mencari

nada yang pasti, teknik bermain yang baik hingga penghayatan dari sebuah alat

yang dimainkan (Zufriady, 2009).

Proses seperti ini akan memberikan stimulus untuk berkreativitas dan juga

membangkitkan rasa untuk berinovasi dengan pengalaman-pengalama yang sudah


(56)

Menurut saud (2006) Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang

dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau

sekelompok orang (masyarakat) baik itu berupa hasil peningkatan maupun

penemuan baru. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk

memecahkan suatu masalah tertentu.

Kreativitas dalam bermusik juga dapat tergambar dalam improvisasi.

Kreativitas dan improvisasi (komposisi spontanitas) adalah sebuah istilah yang

secara luas dapat digunakan bergantian. Dengan kata lain, tidak ada improvisasi

tanpa kreativitas. Begitu juga, improvisasi adalah salah satu bentuk kreativitas

(Aditya, 2010).

D. HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KREATIVITAS PADA MUSISI BAND

Getzel, Jakson dan Gough (2002) menyatakan kreativitas dipengaruhi oleh

berbagai faktor emosi seperti humor, rasa bertanggung jawab, percaya diri,

motivasi, minat, rasa ingin tahu dan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa

kreativitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu seperti hambatan

sosial, organisasi dan kepemimpinan dan dari dalam diri individu seperti motivasi

(Kusumah, 2008). Berdasarkan Goleman (2009), kemampuan memotivasi diri

merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional.

Pengendalian emosi dibutuhkan dalam setiap bidang seni, terutama dalam

hal performa yang membutuhkan kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru.


(57)

emosi dapat menghalangi kemampuan individu berkreasi. Fenomena yang terjadi

pada musisi adalah kurangnya kemampuan pengendalian emosi yang baik dalam

melakukan berbagai kegiatan untuk dapat mewujudkan suatu kreativitas.

Penelitian Eckart Altenmüller dan Hans-Christian Jabusch (2009) menemukan

fakta adanya kasus kehilangan kontrol gerakan secara tiba-tiba yang sering terjadi

pada musisi yang tidak mampu mengendalikan emosi yang meluap-luap.

Keterkaitan antara emosi dan kreativitas pada musisi juga tergambar pada

penelitian Lund dan Kranz (1994) yang menyatakan bahwa terdapat keterlibatan

emosional dalam tahap kreativitas musisi. Para musisi yang menjadi subjek

penelitian melaporkan adanya pengaruh emosi yang kuat yang terjadi selama

proses kreatif, seperti keadaan emosi yang tidak beraturan dan meluap-luap yang

menghambat kreativitas. Kemampuan untuk mengendalikan emosi merupakan

salah satu aspek kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi..

Munandar (2009) menyatakan bahwa faktor emosional merupakan salah

satu kendala dalam mencapai kreativitas. Kendala emosional tersebut dapat

berupa semangat yang berlebih yang cenderung terjadi pada musisi, ketakutan

dalam mengambil resiko dan kesalahan, serta kesulitan untuk rileks atau inkubasi.

Davis (1999) dalam Encyclopedia of Creativity juga menyebutkan adanya

halangan emosional yang menghambat kreativitas, seperti rasa marah, takut,

cemas, benci, bahkan cinta.

Pada musisi yang tergabung dalam sebuah kelompok, atau seringkali


(58)

dampak menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti: chemistry antar personel,

kesatuan visi dan misi, kebersamaan, serta harmonisasi, yang jika terganggu akan

menyulitkan suatu kelompok menciptakan karya kreatif. Aspek-aspek tersebut

tergambar dalam dimensi “membina hubungan” pada kecerdasan emosional yang

terdiri dari kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan

memahami keinginan individu lain (Goleman, 2009). Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Livingstone (2007) yang menyatakan bahwa emosi merupakan kunci

mencapai kreativitas.

Emosi juga diperlukan dalam hal mengekspresikan suatu karya seni yang

kreatif. Suatu pertunjukan seni selalu memiliki muatan emosional dengan porsi

yang berbeda-beda (Deboer, 2008). Pada musisi yang memainkan musik rock

dibutuhkan muatan emosi yang lebih besar dibandingkan dengan musik jazz,

seperti luapan emosi dengan porsi sesuai untuk member nyawa pada musik yang

dibawakan. Untuk dapat maksimal, dibutuhkan kecerdasan emosi pada musisi

agar dapat mengatur porsi emosi yang dikeluarkan agar tidak berlebihan mapun

kurang.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan pembahasan mengenai hubungan antara kecerdasan

emosional dan kreativitas pada musisi band, peneliti mengajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan


(59)

H1 : Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas

pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara.

Hubungan positif berarti bahwa jika kecerdasan emosi musisi band berada

dalam kategori tinggi, maka kreativitas musisi juga berada dalam kategori tinggi

dan sebaliknya. Asumsi tersebut diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya serta


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah

karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode penelitian

sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam

pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian

(Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional, yaitu

menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada

satu atau lebih variabel lain dan memperoleh informasi mengenai taraf hubungan

yang terjadi (Azwar, 2009). Penelitian ini ingin melihat hubungan antara

kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band yang berada di Taman

Budaya Sumatera Utara.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diuji yakni

masing-masing satu variabel bebas dan variabel terikat/tergantung. Variabel-variabel

yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas : Kecerdasan Emosi


(1)

diskusi kelompok

23.

Saya memahami perasaan teman saya

dengan melihat wajahnya

STS

TS

N

S

SS

24.

Saat marah, saya merusak barang-barang

disekitar saya

STS

TS

N

S

SS

25.

Saya mampu menentukan alat musik apa

yang paling saya kuasai

STS

TS

N

S

SS

26.

Saya ragu akan kemampuan bermusik saya

STS

TS

N

S

SS

27.

Saya mengikuti pendapat teman meskipun

tidak sesuai dengan saya

STS

TS

N

S

SS

28.

Saya mengaransemen lagu agar terdengan

lebih unik

STS

TS

N

S

SS

29.

Mempelajari lagu baru yang sulit membuat

saya putus asa

STS

TS

N

S

SS

30.

Saya merasa sedih ketika orang yang saya

benci mengalami kesulitan

STS

TS

N

S

SS

31.

Saya senang jika teman berbagi mengenai

masalahnya dengan saya

STS

TS

N

S

SS

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban

32.

Saya enggan mengawali interaksi dengan

orang yang belum saya kenal

STS

TS

N

S

SS

33.

Penyelesaian masalah saya lakukan dengan

meminta pendapat teman-teman lainnya

STS

TS

N

S

SS

34.

Bekerja sama dengan orang lain hanya

merepotkan saya

STS

TS

N

S

SS

LAMPIRAN 3. HASIL UJI COBA AITEM SKALA KECERDASAN

EMOSIONAL


(2)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 220 100.0

Excludeda 0 .0

Total 220 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.879 60

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 152.80 427.113 .140 .880

VAR00002 153.33 428.688 .078 .881

VAR00003 152.83 414.956 .536 .875

VAR00004 152.89 418.244 .370 .877

VAR00005 152.85 414.107 .566 .875

VAR00006 153.13 411.512 .520 .875

VAR00007 152.87 416.955 .430 .876

VAR00008 153.30 424.602 .181 .879

VAR00009 152.90 416.797 .372 .877

VAR00010 153.30 421.829 .237 .878

VAR00011 152.75 417.570 .372 .877

VAR00012 152.55 420.030 .301 .877


(3)

VAR00014 152.70 412.879 .506 .875

VAR00015 152.79 424.014 .161 .880

VAR00016 152.59 419.786 .388 .877

VAR00017 152.89 417.115 .421 .876

VAR00018 154.07 429.498 .064 .881

VAR00019 152.68 421.515 .275 .878

VAR00020 152.66 414.106 .475 .875

VAR00021 152.47 424.880 .249 .878

VAR00022 152.82 417.188 .329 .877

VAR00023 152.20 421.448 .361 .877

VAR00024 152.82 419.647 .250 .878

VAR00025 152.85 415.766 .545 .875

VAR00026 153.36 432.205 .012 .881

VAR00027 153.51 425.329 .171 .879

VAR00028 153.09 417.480 .339 .877

VAR00029 152.23 423.549 .246 .878

VAR00030 153.02 416.168 .379 .876

VAR00031 153.19 427.598 .130 .880

VAR00032 152.61 415.599 .441 .876

VAR00033 152.58 420.656 .368 .877

VAR00034 153.42 416.811 .354 .877

VAR00035 152.96 420.967 .259 .878

VAR00036 153.04 412.934 .521 .875

VAR00037 153.05 423.633 .192 .879

VAR00038 153.18 424.515 .197 .879

VAR00039 152.89 413.754 .585 .874

VAR00040 153.27 417.430 .268 .878

VAR00041 152.61 422.029 .281 .878

VAR00042 153.05 411.075 .556 .874

VAR00043 152.90 421.122 .296 .878

VAR00044 153.65 427.836 .079 .881

VAR00045 152.74 427.181 .151 .879


(4)

VAR00047 152.40 419.748 .365 .877

VAR00048 153.10 415.957 .398 .876

VAR00049 152.56 422.265 .296 .878

VAR00050 152.91 414.403 .383 .876

VAR00051 152.54 423.528 .238 .878

VAR00052 153.70 429.489 .063 .881

VAR00053 152.55 421.390 .320 .877

VAR00054 152.63 418.472 .357 .877

VAR00055 153.48 416.515 .364 .877

VAR00056 153.58 423.213 .214 .879

VAR00057 152.89 417.139 .423 .876

VAR00058 152.54 416.770 .393 .876

VAR00059 152.85 419.814 .345 .877

VAR00060 152.54 419.382 .322 .877

LAMPIRAN 4. UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kecerdasan_emos

i kreativitas

N 78 78

Normal Parametersa,,b Mean 85.81 54.79

Std. Deviation 15.755 23.836

Most Extreme Differences Absolute .123 .135

Positive .123 .135

Negative -.084 -.095

Kolmogorov-Smirnov Z 1.089 1.188

Asymp. Sig. (2-tailed) .186 .119

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

LAMPIRAN 5. UJI LINEARITAS

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F

kreativitas * kecerdasan_emosi

Between Groups (Combined) 41268.585 36 1146.350 18.951

Linearity 39220.240 1 39220.240 648.364

Deviation from Linearity 2048.345 35 58.524 .967

Within Groups 2480.133 41 60.491

Total 43748.718 77

LAMPIRAN 6. UJI KORELASI

Correlations

kecerdasan_emos

i kreativitas

kecerdasan_emosi Pearson Correlation 1 .947**

Sig. (2-tailed) .000

N 78 78

kreativitas Pearson Correlation .947** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 78 78

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

kreativitas * kecerdasan_emosi .947 .896 .971 .943

LAMPIRAN 7. STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

kecerdasan_emosi 78 64 160 85.81 15.755


(6)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

kecerdasan_emosi 78 64 160 85.81 15.755

kreativitas 78 22 161 54.79 23.836

Valid N (listwise) 78

LAMPIRAN 8. PERBANDINGAN MEAN DIMENSI KECERDASAN

EMOSI

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

mengenali_emosi_diri 78 8 28 15.58 3.829

mengelola_emosi_diri 78 10 32 16.92 3.871

memotivas_diri_sendiri 78 12 34 18.67 4.386

mengenali_emosi_orang_lain 78 8 30 15.46 3.970

membina_hubungan 78 11 36 19.18 4.054