SIKAP KOMUNITAS SEKOLAH TERHADAP UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG GEDE DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR : Studi Pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

(1)

SIKAP KOMUNITAS SEKOLAH TERHADAP UPAYA

PENGURANGAN RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG

GEDE DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

(Studi Pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

oleh :

Fani Rizkan Julianti 1001460

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

SIKAP KOMUNITAS SEKOLAH TERHADAP UPAYA

PENGURANGAN RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG

GEDE DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

(Studi Pada Sekolah Menegah Pertama di Kecamatan Cipanas KAbupaten Cianjur)

Oleh

Fani Rizkan Julianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan

Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fani Rizkan Julianti 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Fani Rizkan Julianti

SIKAP KOMUNITAS SEKOLAH TERHADAP UPAYA

PENGURANGAN RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG

GEDE DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

(Studi Pada Sekolah Menegah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

DISAJIKAN DAN DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si

NIP. 19610323 198603 1 002

PEMBIMBING II

Drs. Jupri, MT

NIP. 19600615 198803 1 003 Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd


(4)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang sangat rentan akan bencana, diantaranya bencana letusan gunungapi, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Bencana tidak hanya mengakibatkan kerusakaan pada infrastruktur tetapi juga bencana sering juga menghilangan nyawa, menyebabkan trauma yang sangat mendalam pada orang-orang yang terkena bencana.

Menurut Badan Nasional Penangulanngan Bencana (2010):

Salah satu penyebab bencana yang terjadi di Indonesia karena letak Indonesia yang berada dipertemuan dua lempeng lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Pertemuan lempeng dalam jangka panjang akan menghimpun energi yang suatu waktu akan lepas dan dapat menghasilkan bencana. Pertemuan antar lempeg juga menyebabkan Indonesia berada di jalur The Ring of Fire (Cincin Api) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif didunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya gunung api di Indonesia yang berjumlah sekitar 129 gunung api yang beberapa diantaranya memiliki sejarah letusan yang hebat.

Cianjur adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di Jawa Barat yang memiliki gunung api yang masih aktif yaitu Gunung Gede yang memiliki ketinggian 1.000- 3.000 m. dpl dan memiliki Suhu rata-rata di puncak Gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C. Gunung Gede merupakan salah satu dari 17 gunungapi di Jawa Barat Gunung Gede merupakan gunungapi strato. Lereng-lereng gunungnya berkembang bebas kearah selatan dan tenggara (Badan Geologi, 2013). Dokumentasi pertama mengenai letusan Gunung Gede yaitu pada tahun 1747-1748 dan terakhir melakukan aktifitas letusan gunung api pada tanggal 13 Maret ditahun 1957, letusan disertai gemuruh dengan tinggi awan letusan kurang lebih 3 km diatas


(5)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kawah ( Hadi Kusumo, dalam Zufiadi Zakaria 1957). Dari data sejarah kejadian letusan, Gunung Gede memiliki siklus letusan terpendek selama satu tahun, siklus normal empat puluh tahun dan siklus panjang selama tujuh puluh tahun,tabel 1.1 berikut ini data sejarah letusan Gunung Gede :

Tabel 1.1

Sejarah Letusan Gunung Gede

Periode Letusan Deskripsi Kejadian

1747 dan 1748 Erupsi hebat yang menghancurkan tubuh gunung api

1761 Meurut Junghun terjadi letusan yang hanya menghasilkan

abu

29 Agustus 1832 Setelah 71 tahun istirahat terjadi erupsi, kolom erupsi sangat

tinggiterlihat dari Bogor. Pada jam 11 dan 12 terjadi hujan abu lebat. Tiupan angin ke arah barat, di Jakarta abu diendapkan tipis.

1840 Kegiatan Gunung Gede meningkat setelah 8 tahun istirahat

(Haskarl dan Junghun 1854). 12 Noveber jam 03.00 malam terjadi erupsi hebat dengan gempa bumi hebat dan suara gemuruh, terlihat semburan api tinggi 50 meter diatas kawah, teradi lontaran bom vulkanik dengan kolom erupsi tinggi, rah tiupan ngin ke arah Bogior sehingga terjadi hujan abu di kot tersebut. Pda 14 November hujan abu tertiup angin hingga 20 km. Pada 22 November terjadi gempa tremor dengan kolom erupsi membumbung disertai lontaran batu dan keesokan harinya daerah puncaknampak seperti terbakar.

Desember 1840 1 Desember pada jam 06.00 terjadi erupsi paroksisma

dengan suara gemuruh, kolom api setinggi 200m diatas tepi kawah dan kolom erupsi setinggi 2000m ditas puncak gunung. Pada 3 Desember jam 8.00 dan 11 Desember jam 14.00 terjadi erupsi yang sama diakhiri dengan hujan abu

1843 Setelah istirahat selama 3 tahun terjadi erupsi lgi

menghasilkn hujan abu tipis pada 28 Juli 23,30. Junghun (1843) melaporkan adanya tiang asap atau abu yang embara dan abu jatuh didaerah Cianjur dan Cicurug.


(6)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23 Januari 1845 Pada jam 10.30 terjadi erupsi, kolom asap dan abu disertai

gemuruh berlangsung hingga jam 15.00

5 Maret 1845 Terjadi rupsi serupa jam 22.30 dengan gempa tremor terasa

di Cianjur dan Bogor

17-18 Oktober 1847 Terjadi erupsi, abu tipis jatuh di Bogor. 17 Oktober terjadi

tremor dan 18 Oktober terlihat kolom asap tebal hitam diatas Puncak Gunung Gede.

6 Mei 1848 Erupsi abu dengan kolom erupsi tebal

28 Mei 1852 Paagi hari terjadi erupsi abu, dengan tiang asap dan

melontarkan fregmanlava diameter 5-30 cm

14 Maret 1853 Jam 07.00-09.00 pagi terjadi letusan asap tinggi

Periode Letusan Deskripsi Letusan

18 September1866 Hujan abu

29-30 agustus 1869 Erupsi dengan kolom erupsi sangat tebal dan damapk bara

api

03 Oktober 1870 Jam 09.45 terdengar ledakan kuat kemudian tenang

Januari dan Februari 1885

Terjadi erupsi

1-14 Mei 1900 Erupsi, sinar api

2 Mei 1909 Letusan abu, serta gemuruh, menurut Taverne (1926) hujan

abu tipis selama 2 hari. Meurut N.van Padang (1952) merupakan erupsi normal. Menurut Petrochevsky (1948) dikawah terdapat perluasaan lapangan fumarola yang menyebabkan tumbuhan di sekitarnya mati

19-26 Desember 1946 Letusan asap di kawah ratu

2 September -

November1947

Hujan abu tipis, jam 09.00-09.30 terjadi letusan etinggi 600m, berlangsung sampai 20 Noveber jam 01.00 dan 15 November jam 01.25 dan 12,15. 28 November jam 11.25 dan 30 November jam 21.27 terjadi letusan interval 2-3 menit

Januari 1938 8 Januari Jam 00.02 terjadi letusan selama 3 menit,

semburan pasir dan lapili. Selama Januari terjadi 5 kali letusan, yaitu 11 Januari jam 21.50 selama 20 detik, 17 Januari jam 15.45 terjadi letusan pendek, 22 Januari jam 00.45 dan 01.00 letusan pendek, 25v januari jam 07.30 dan 07.32 terjadi letusan 3 menit (Berlage 1948) Pada 28


(7)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Januari 1948 jam 04.23 terjadi letusan (Adnawijaya, 1948)

17 Januari 1949 Letusan kecil di kawah pusat (N.M Van Padang,1951)

2 Agustus 1955 Menurut djatikusumo (1955) jam 02.00 letusan asap teval

300-400 meter diatas kawah

29 April 1956 Jam 07.00 kolom asap hitam tebal disertai sinar selma 30

menit (hadikusumo,1957)

13 Maret 1957 Jam 19.16 terjadi letusan disertai suara gemuruh dengan

tinggi kolom erupsi 3000m diatas kawah Sumber : Peta KRB Gunung Gede 2006

Kecamatan Cipanas merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, jika dilihat dari letaknya Kecamatan Cipanas tepat berada di kawasan kaki Gunung Gede yang merupakan daerah rawan bencana letusan Gunung Gede. Kecamatan Cipanas memiliki tingkat kerentanan yang tinggi karena jumlah penduduk yang padat, pemukiman yang padat, banyaknya sekolah yang berada dikawasan kaki Gunung Gede, bangunan hotel dan villa yang merupakan beberapa indikator dari aspek kerentanan. Kecamatan Cipanas sebagian besar termasuk dalam zona klasifikasi bahaya 1, yaitu awan panas, sebagin besar lainnya termasuk klasifikasi zona bahaya II dan III yaitu bahaya debu vulkanik.

Gunung Gede dikatakan masih aktif karena masih terjadi aktifitas gempa vulkanik, selain itu pada kawahnya masih mengeluarkan asap sulfatara dan fumarola. Berdasarkan hasil laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunungapi Gede yang berada di Desa Ciloto Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat sesuai Surat Nomor : 09/43.02/BGV.P.GDE/2013 Tanggal 1 Oktober 2013 perihal Laporan Kegiatan Gunung Gede dijelaskan, bahwa selama bulan September 2013 kegiatan Gunungn Gede dalam keadaan normal. Meskipun status Gunung Gede dalam keadaan normal, namun Gunung Gede sudah kurang lebih 57 tahun tidak meletus.


(8)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tahun 2006 Kecamatan Cipanas yang memiliki kerentanan tinggi dalam menghadapi letusan Gunung Gede. Berdasarkan potensi bencana letusan Gunug Gede di Kecamatan Cipanas diperlukan penangaan yang bersifat preventif, sehingga masyarakat dapat meningkatkan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana. meningkatkan kapasitas bencana dalam pengurangan risiko bencana diperoleh dari peningkatan tentang karakteristik bencana. Kapasitas dari pengurangan bencana diantaranya ada mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai bencana khususnya bencana gunungapi.

Pengetahuan tentang bencana bisa diperoleh dari jenjang pendidikan. Pemberian materi penurangan risiko bencana pada tingkatan pendidikan sangatlah penting khususnya pada Sekolah Menengah Pertama yang akan berpengaruh terhadap pemahaman mereka akan bencana terutama bila menghadapi ancaman letusan Gunung Gede dan bagaimana cara mereka melalukan mitigasi bila bencana letusan Gunung Gede sewaktu-waktu terjadi. Peranan guru sangatlah penting dalam menanamkan pemahaman pengurangan risiko bencana sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Berkenaan dengan pentingnnya pendidikan tentang pengurangan risiko bencana, perlu disusun strategi pengurangan risiko bencana di sekolah, dengan melibatkan para pemangku kebijakan yang terkait.

Berdasarkan dari latarbelakang diatas maka dirasa penting untuk melakukan

penelitian dan pengkajian mengenai “Pemahaman Kebencanan Letusan Gunung Gede

Terhadap Upaya Pengurangan Risiko Bencana Pada Komunitas Sekolah Menegah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur”.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti telah memfokuskan penelitian terhadap permasalahan yang terjadi dengan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas. Untuk lebih


(9)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperjelas maksud serta batasan masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti merumuskan beberapa hal terkait penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut :

Kecamatan Cipanas memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap ancaman letusan Gunung Gede, berdasarkan masalah tersebut masyarakat harus memiliki pemahaman tentang karakteristik bencana sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana letusan Gunung Gede . Pemahaman tentang karakteristik bencana bisa didapatkan dari jenjang pendidikan formal yang ada di Kecamatan cipanas , fokus d alam penelitian ini upaya sekolah dalam pengurangan resiko bencana letusan gunung gede di kecamatan cipanas. Dimana peneliti mengambil objek penelitiannya Seluruh Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

C. Rumusan Masalah Penelitian

Suatu kondisi dikatakan ada masalah manakala terjadi hambatan atau ketidaksesuaian. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah dalam pembahasannya maka dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman komunitas sekolah tehadap pengurangan risiko bencana

letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur?

2. Bagaimana upaya komunitas sekolah dalam upaya pengurangan risiko bencana

letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


(10)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menganalisis pemahaman komunitas sekolah tehadap pengurangan risiko

bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

2. Menganalisis upaya komunitas sekolah dalam upaya pengurangan risiko bencana

letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan

upaya-upaya yang dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari ancaman bencana letusan Gunung Gede.

2. Sampai Sejauhmana komunitas sekolah pada rawan bencana memiliki tingkat

kepedulian.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Sekolah dalam penetapan kebijakan

mengenai penetapan standar keselamatan bagi Komunitas Sekolah apabila terjadi bencana letusan Gunung Gede.

4. Sebagai bahan pengayaan pada pembelajaran, khususnya pada materi

pembahasan tentang mitigasi bencana.

5. Bagi penulis sebagai sarana menambah wawasan dan pemahaman terutama

dalam kesiapsiagaan bencana.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional serta struktur organisasi skripsi.


(11)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, yang meliputi pengertian bancana, pengurangan risiko bencana, pengertian Gunung Api, pengertian komunitas sekolah.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab III menjelaskan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan hal tersebut, pada bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk mengetahui upaya yng dilakukan komunitas sekolah dalam menghadapai ancaman letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis penemuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.


(12)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, secara administratif Kecamatan Cipanas memiliki batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacet

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pacet dan Kecamatan

Sukaresmi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012, hlm.117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Usman dan Akbar (2009, hlm.42) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Berdasarkan dari pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Populasi wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh Kecamatan Cipanas

b. Populasi manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini adalah seluruh pesertadidik, guru kepala sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada tabel 3.1.


(13)

28

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Sampel

Sampel wilayah yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh komunitas Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Penentuan jumlah sampel manusia penulis mengacu kepada pendapat Tika (2005,hlm.33) yang berpendapat bahwa :

Sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Namun, dalam teori sampling dikatakan bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30.

Tabel 3.1

Persebaran Populasi Responden Siswa dan Guru Di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur

No Nama Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

1. SMP N 1 Cipanas 1.215 50

2. SMP N 2 Cipanas 1.369 47

3. SMP N 3 Cipanas 363 14

4. SMP Mardiyuana Cipanas 231 13

5. SMP Muhammadiyah Cipanas 493 20

6. SMP Raudlatul Ulum Cipanas 55 16

7. SMP Terpadu Miftahul Ulum Cipanas 152 14

8. SMP Islam Sirojussyafi’iyyah Cipanas 35 12

9. SMP PGRI Cipanas 836 34

10. SMP Bina Utama 509 39

11. Mts Assaidiyah 108 32

Jumlah 5366 291

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur 2013

n =


(14)

29

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

: Presisi yang ditetapkan

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut, Jumlah populasi siswa sekolah menengah pertama sebanyak 5366 dan jumlah guru sekolah menengah pertama adalah 291, maka pengambilan sampelnya adalah:

n =

n =

n = 98,17 yang dibulatkan menjadi 98

Jumlah sampel siswa telah diketahui yaitu sebanyak 98 siswa dari seluruh komunitas sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Jumlah sampel guru yang telah diketahui yaitu sebanyak 22 guru dari seluruh komunitas sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Jumlah sampel tersebut dibagi lagi menjadi sebelas sekolah menengah pertama (SMP) yang berada di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Pada pembagianya menurut Sugiyono (dalam Ridwan,2007, hlm. 66) menggunakan rumus sebagai berikut:

= x n Keterangan :

n = Jumlah sampel seluruhnya =Jumlah sampel menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

=Jumlah populasi menurut stratum

Jumlah sampel siswa sebanyak 98, maka pengambilan sampel adalah sebagai berikut

Tabel 3.2

Sampel Pesertadidik di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur


(15)

30

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi Siswa Sampel

Siswa

1 SMP 1 Cipanas 1.215

x 98 22

2 SMP 2 Cipanas 1.369

x 98 25

3 SMP N 3 Cipanas 363

x 98 7

4 SMP Mardiyuana Cipanas 231

x 98 4

5 SMP Muhammadiyah

Cipanas 493

x 98

9

6 SMP Raudlatul Ulum

Cipanas 55

x 98

1

7 SMP Terpadu Miftahul

Ulum Cipanas 152

x 98

3

No Nama Sekolah Jumlah

Populasi Siswa Formula

Jumlah Sampel Siswa

8 SMP Islam

Sirojussyafi’iyyah Cipanas 35 x 98

1

9 SMP PGRI Cipanas 836

x 98 15

10 SMP Bina Utama 509

x 98 9

11 Mts Assaidiyah 108

x 98 2

Jumlah 5.366 98

Sumber : Hasil Perhitungan Sampel 2014

Berdasarkan tabel sampel pesertadidik di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur diatas jumlah pesertadidiknya adalah 5.366 kemudian jumlah setiap sekolah diambil menggunkan rumus dan diperoleh 98 sampel pesertadidik yang terdapat Sekolah Menegah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Tabel 3.3

Sampel Guru di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur

No Nama Sekolah Jumlah Populasi

Guru

Jumlah Sampel Guru

1 SMP 1 Cipanas 50 2


(16)

31

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 SMP N 3 Cipanas 14 2

4 SMP Mardiyuana Cipanas 13 2

5 SMP Muhammadiyah Cipanas 20 2

6 SMP Raudlatul Ulum Cipanas 16 2

7 SMP Terpadu Miftahul Ulum

Cipanas

14 2

8 SMP Islam Sirojussyafi’iyyah Cipanas

12 2

9 SMP PGRI Cipanas 34 2

10 SMP Bina Utama 39 2

11 Mts Assaidiyah 32 2

Jumlah 291 22

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan tabel diatas, jumlah guru Sekolah Menegah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur adalah 291. Maka dari setiap Sekolah Mengah Pertama diambil 2 guru untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel diperoleh adalah 22 sampel guru.

Tabel 3.4

Sampel Kepala Sekolah di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur

No Nama Sekolah Jumlah Populasi

Kepala Sekolah

Jumlah Sampel Kepala Sekolah

1 SMP 1 Cipanas 1 1

2 SMP 2 Cipanas 1 1

3 SMP N 3 Cipanas 1 1

4 SMP Mardiyuana Cipanas 1 1

5 SMP Muhammadiyah

Cipanas

1 1

6 SMP Raudlatul Ulum

Cipanas

1 1

7 SMP Terpadu Miftahul

Ulum Cipanas

1 1

8 SMP Islam Sirojussyafi’iyyah Cipanas 1 1


(17)

32

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 SMP Bina Utama 1 1

11 Mts Assaidiyah 1 1

Jumlah 11 11

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdarkan tabel diatas mengenai sampel kepala sekolah di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur adalah 11 sampel.

C. Definisi Operasional

Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pengurangan Resiko

Bencana Komunitas Sekolah Menengah Petama dalam menghadapi Ancaman

Letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur ”. Untuk membatasi alur penelitian maka berikut akan dijabarkan definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Pengetahuan

Menurut Juariah (2006, hlm. 54) pengetahuan adalah segala informasi yang mampu diterima dan disimpan dalam fikiran manusia yang dapat diungkakan kapan saja dalam bentuk pengungkapan kata-kata maupun tulisan, sedangkam menurut kamus besar bahasa Indonesia mengemukan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui karena mempelajarinya dan yang diketahui karena mengalami, meliat dan mendenar. Jadi jelas pengetahuan berkaitan dengan proses belajar mengajar, pengalaman langsug, atau tidak langsung melalui pengamatan, pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya mempengaruhi sikap dan tindakanuntuk pengurangan risiko bencana, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di tempat yang rentan dengan bencana

2. Sikap

Sikap merupakan respon yang berhubungan dengan kecenderungan individu untuk bereaksi secara emosional terhadap suatu objek atau situasi-situasi yang dihadapi. Perasaan tersebut dapat berupa suka atau tidak suka, senang atau


(18)

33

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak senang tergantung dari pemahaman responden. Perasaan yang muncul tentunya tidak terlepas dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. Untuk mengukur sikap komunitas sekolah mengenai pengurangan risiko bencana menghadapi ancaman letusan gunung gede dapat diketahui melalui beberapa indikator seperti sikap komunitas sekolah dalam menghadapi ancaman bencana, sikap komunitas dalam pengurangan risiko bencana, sikap komunitas sekolah terhadap informasi pendidikan bencana

3. Tindakan

Tindakan adalah suatu proses pelaksanaan menangapi pengetahuan dan sikap yang harus dilaksanakan oleh suatu komunitas . Tindakan disini bagaimana komunitas sekolah menangapi tindak lanjut dari pengetahuan dan sikap komunitas sekolah mengenai pengurangan risiko bencana, apa saja yang sudah dilakukan komunitas sekolah dalam menghadapi ancaman letusan Gunung api.

4. Pengurangan Risiko Bencana

Pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif ditengah masyarakat dan lembaga lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas dari pada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.

5. Komunitas Sekolah

Komunitas sekolah adalah hal yang penting dalam kajian kesiapsiagaan komunitas dalam menghadapi bencana. Menurut Widyatun (dalam Elsa, 2011, hlm.8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan komunitas sekolah terdiri dari tiga unsur, yaitu : sekolah (kepala sekolah, tenaga administrasi), guru, dan siswa. Peran komunitas ini adalah menyebarluaskan peringatan bencana, penyiapan rencana penyelamatan dan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.


(19)

34

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunitas sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Mengah Pertama (SMP) yang berada dalam kawasan ancaman letusan Gunung Gede.

6. Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bencana merupakan kejadian yang mengakibatkan kerugian-kerugian baik harta, lingkungan, dampak psikologis dan dapat menghilangan nyawa manusia.

7. Letusan Gunungapi Menurut BNPB (2009):

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktifitas vukanik yang dikenal

dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan

dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sanat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.

Berdasarkan definisi di atas disimpulkan bahwa letusan Gunungapi batas lempeng yang terjadi perubahan tekanan dan suhu sehingga magma mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.

D. Variabel Penelitian

Sugiyono (2008, hlm. 4) menyatakan variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel

independen), sebagaimana yang diungkapkannya bahwa “variabel bebas


(20)

35

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen), sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas.” Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Bebas Variabel Terikat

\

Gambar 3.1 Variabel Penelitian Sumber : Analisis 2014

Berdasarkan gambar 3.1 variabel bebas indikatornya pengetahuan, sikap dan tindakan sedangkan variabel terikatnya adalah upaya komunitas sekolah dalam pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

E. Alat dan Bahan 1. Alat

- GPS yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui letak koordinat lokasi

penelitian.

- Kamera digital yaitu alat yang digunakan untuk mengambil gambar

yang sebenarnya di lapangan.

- Laptop yang digunakan untuk menyusun dan mengolah data baik

diperoleh dari studi literatur atau studi dokumentasi dan juga data dari lapangan.

Sikap

Upaya Komunitas Sekolah dalam Pengurangan Resiko Bencana

Letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten

Cianjur Pengetahuan


(21)

36

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Angket yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data

dari responden

2. Bahan

- Peta administrasi

- Peta penggunaan lahan

- Peta geologi

- Peta Kerentanan Bencana Gunung Gede

- Peta Kemiringan Lereng

- Monografi Kecamatan Cipanas tahun 2013, beserta data-data sekunder

lain yang diperoleh dari berbagai sumber berisi informasi-informasi yang menunjang terhadap objek yang diteliti

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Pabundu Tika (2005, hlm. 44) mendefinisikan bahwa observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Metode observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi lapangan yang dilakukan ditujukan untuk upaya yang dilkukan komunitas sekolah menegah pertama dalam pengurangan resiko ancaman bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Tujuan dari metode observasi ini yaitu untuk mendapatkan data yang detail melalui pengamatan dan penglihatan langsung di lapangan dengan menggunakan pedoman dan peralatan lapangan yang sangat diperlukan. Dalam penelitian ini, hal-hal yang perlu di observasi adalah sebagai berikut:

- Pengurangan Risiko komunitas sekolah dalam menghadapi ancaman

letusan Gunug Gede

- Upaya Komunitas Sekolah dalam Pengurangan Risiko ancaman


(22)

37

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

-2. Angket/ Kuesioner

Angket/ kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan yang ditujukan untuk masyarakat dan penambang timah di sekitar lokasi penelitian. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan sejumlah data yang bersifat faktual dari responden dengan cara memberikan instrumen yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Daftar pertanyaan berisi tentang identitas responden serta pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pengurangan Risiko ancaman Letusan Gunung grded di kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

3. Studi Literatur/Kepustakaan

Pabundu Tika (2005, hlm. 60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah data yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi atau badan/yayasan. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal, laporan penelitian sebelumnya maupun dari sumber bacaan lainnya yang dapat menunjang terhadap penelitian ini.

Dalam penelitian ini, studi pustaka sangat menekankan terhadap berbagai pustaka mengenai pengurangan resiko bencana, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk langkah-langkah yang pasti dan ilmiah dalam penelitian ini.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari sumber-sumber informasi mengenai variabel-variabel yang berupa transkip, catatan-catatan, buku-buku, foto-foto, peta dan sebagainya yang berada di daerah penelitian yang sesuai serta dapat melengkapi data dan informasi bagi keperluan penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjadi sebuah alat atau media yang dapat sangat membantu peneliti dalam mencari data di lapangan dengan efektif, terstruktur


(23)

38

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta sistematis dilihat dari penyusunannya. Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan kisi-kisi instrumen. Menurut Arikunto (2010, hlm.205), kisi-kisi-kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun. Berikut ini kisi-kisi instrumen yang dibuat oleh peneliti pada table 3.5

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Pesertadidik

Variabel Kisi-Kisi Instrumen Nomor

Item

Pengetahuan

- Pengetahuan jenis bencana - Pengetahuan sumber bencana

- Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh letusan gunungapi

- Dampak positif yang ditimbulkan oleh letusan gunungapi - Ciri-ciri bencana gunungapi yang akan meletus

- Pengetahuan cara menghindari bencana - Pengetahuan Kewaspadaan terjadi letusan gunungapi -Memperoleh informasi mengenai pengetahuan bencana

letusan gunungapi

- Memperoleh materi letusan gunungapi - Membicarakan mengenai etusan gunungapi

1. a-c 2. a-f 3. a-e 4. a-d 5. a-e 6. a-e 7. a-d 8. a-d 9. 10. Sikap

- Sikap pesertadidik dalam menghadapi ancaman bencana - Sikap pesertadidik dalam pengurangan resiko bencana - Sikap pesertadidik terhadap informasi pendidikan bencana

11. a-d

12. 13.

Tindakan

-Kegiatan pelatihan siswa dalam menghadapi bencana - Menceritakan pengetahuan dan keterampilan kepada

teman/keluarga/tetangga

- Panduan cara-cara penyelamatan diri dari letusan gunungapi

14. a-d

15. 16. Sumber : Hasil Penelitian 2014

Tabel 3.6


(24)

39

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Kisi-Kisi Instrumen Nomor

Item

Pengetahuan

- Pengetahuan jenis bencana - Pengetahuan sumber bencana

- Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh letusan gunungapi - Dampak positif yang ditimbulkan oleh letusan gunungapi

- Ciri-ciri bencana gunungapi yang akan meletus -Memperoleh informasi mengenai pengetahuan bencana letusan

gunungapi

-Menyampaikan pelajaran mengenai gunungapi kepada pesertadidik 1. a-c 2. a-f 3. a-e 4. a-d 5. a-e 6. a-h 7-8

Variabel Kisi-kisi Instrumen Nomor

Item Sikap - Sikap guru dalam menghadapi ancaman bencana letusan

gunungapi

9. a-d

Tindakan -Mengikuti pelatihan mengenai ancaman letusan gunungapi -Menginformasikan pengetahuan tentang pengurangan risiko

bencana ancaman letusan gunungapi

-Menceritakan pengetahuan dan keterampilan kepada teman/keluarga/tetangga

10 11.

12.

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Kebijakan Sekolah

Variabel Kisi-Kisi Instrumen Nomor

Item Kebijakan Sekolah dalam

Pengurangan Risiko Bencana

- Kebijakan/program pendidikan yang berkaitan dengan penguranan risiko bencana

1-4

Sikap - Sikap sekolah dalam menghadapi ancaman bencana letusan gunungapi

5-7

Tindakan -Membuat kelompok khusus yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana ancaman letusan

gunungapi

-Mengikuti pelatihan mengenai ancaman letusan gunungapi

-Menyediakan materi tentang pengurangan risiko bencana ancaman letusan gunungapi -Melakukan simuasi evakuasi untuk guru dan

pesertadidik

- Mempunyai alokasi anggaran untuk pengurangan risiko bencana mengahadapi ancaman letusan

gunungapi 8. 9. 10-11 12. 13


(25)

40

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : Hasil Penelitian 2014

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen merupakan alat bantu dalam mencari data di lapangan yang akan membuat waktu menjadi efektif serta efisien dalam melakukan penelitian. Sebelum terbentuknya sebuah instrumen yang baku dan benar, maka harus dilakukannya penyusunan instrumen. Penyusunan instrumen sangatlah penting, karena instrumen yang tersusun dengan baik akan semakin membuat penelitian serta pencarian data dari responden semakin lancar dan terstruktur rapi.

Langkah berikut dalam penyusunan instrumen yang dilakukan setelah menentukan jenis dari instrumen penelitian yaitu membuat kisi-kisi dari instrumen. Kisi-kisi instrumen penelitian melingkupi materi pertanyaan, jenis pertanyaan, jumlah dari pertanyaan.

Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan dari variabel yang telah ditentukan, dijabarkan menjadi beberapa sub variabel dari penelitian sehingga menjadi sebuah indikator dari penelitian. Untuk lebih mengetahui kisi-kisi dari instrumen yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.5.

2. Pengumpulan dan Pengukuran data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap pembuatan pedoman lapangan ataupun instrumen serta kuesioner yang telah dibuat secara mendalam, terstruktur dan terukur.Terdapat beberapa pedoman penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara serta pedoman observasi. Tabel 3.5

H. Alat Pengumpul Data

Peralatan yang dibutuhkan untuk membantu dalam pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah :

1. Peta Dasar (base map) terdiri dari :


(26)

41

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Monografi Kecamatan Cipanas

3. GPS digunakan untuk menentukan lokasi dari tempat yang akan diteliti.

4. Kamera Digital

I. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya yaitu dianalisis sehingga tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pengolahan data yang dimaksud yaitu mengubah data yang bersifat mentah atau kasar menjadi data jadi atau data yang lebih halus yang akan lebih mempunyai makna yang dapat dipahami oleh pembaca. Secara sistematis, langkah-langkah yang ditempuh di dalam penelitian ini dapat dilihat berbagai cara seperti yang akan dibahas selanjutnya. Langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu :

1. Tahap Persiapan

Langkah ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan data yang telah didapatkan di lapangan untuk di olah lebih lanjut. Pengecekan kembali data merupakan langkah awal dalam tahap persiapan. Setelah dilakukan pengecekan ulang, selanjutnya menyusun data-data dengan rapi sehingga dapat memudahkan peneliti untuk memilih data yang akan digunakan.

2. Editing

Langkah ini dilakukan untuk memilahkan serta memisahkan mana data yang dianggap relavan dengan masalah penelitian yang sedang dilakukan atau tidak relevan. Tujuan lain dari editing yaitu untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada administratif di lapangan serta bersifat evaluasi dan koreksi.

3. Coding

Langkah ini dilakukan setelah tahap editing. Coding lebih bersifat mengklasifikasikan jawaban dari para responden yang telah diambil maupun informasi yang didapatkan berdasarkan berbagai kategori untuk dilakukannya proses analisis.


(27)

42

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan langkah yang dilakukan setelah tahap editing serta coding. Tabulasi data dilakukan dengan melakukan penyusunan data dan analisis data ke dalam bentuk Tabel dengan kategori yang telah ditentukan. Skala Likert merupakan salah sati metode analisis data yang digunakan dalam melakukan tabulasi data.

5. Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah diperoleh yang telah melalui beberapa tahap seperti tahap editing, coding, scoring untuk pada akhirnya di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan gambaran terhadap data atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan sampel penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Menurut Darmadi (2013, hlm.148) menyebutkan bahwa analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokkannya, meringkasnya, menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Persentase

Metode persentase adalah suatu cara yang digunakan untuk melihat sebuah kecenderungan. Pada penelitian ini dilakukan teknik analisis data persentase karena digunakan untuk menganalisis respon yang dapat dilihat dari persepsi, sikap serta perilaku komunitas sekolah menengah pertama dalam pengurangan resiko becana ancama letusan Gunung Gede. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


(28)

43

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

P = Persentase

n = Jumlah sampel

f = Distribusi

Menurut Santoso (dalam Mitha,2013, hlm.) kriteria persentase yang digunakan dirinci sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Persentase Rumus Formula

Jenjang (%) Keterangan

0 – 50 Kurang Baik

51 – 100 Baik

Sumber : Santoso Dalam Mitha

2. Analisis Regresi

Penelitian ini dilakukan bukan hanya untuk mengukur asosiasi dua variabel tetapi hubungan lebih dari dua variabel tersebut. Oleh karena itu, analisis yang tepat untuk digunakan yaitu analisis regresi. Manfaat hasil analisis regresi yaitu untuk membuat keputusan apakah meningkatkan suatu variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen. Selain itu analisis regresi sederhana juga digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang sedang diteliti saling berhubungan. Dimana keadaan satu variabel membutuhkan adanya variabel yang lain dan sejauh mana pengaruhnya, serta dapat mengestimasi tentang nilai suatu variabel.

a. Regresi Logistik

Pada prinsipnya, regresi logistik mempunyai tujuan untuk memperkirakan besarnya probabilitas kejadian tertentu di dalam suatu populasi sebagai suatu fungsi eksplanatori, misalnya untuk mengetahui peluang kejadian kebakaran di kawasan taman nasional X pada kondisi wilayah tertentu dan faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian kebakaran di sana. Regresi ini


(29)

44

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan variabel respon/terikat berbentuk dummy. Tidak seperti regresi linier biasa, penggunaan regresi logistik memiliki kelebihan dalam hal pelanggaran beberapa asumsi yang harus ada pada regresi linier biasa seperti asumsi kenormalan dan homokedastisitas. Estimasi nilai Y juga terletak pada range yang sangat luas (dapat berada di luar interval 0-1). Dengan demikian secara matematis penggunaan regresi logistik menjadi lebih mudah digunakan.

Variabel respon/terikat yang digunakan dalam regresi ini dikategorikan. Regresi logistik biner menggunakan variabel respon dikotomi, yaitu 1 sebagai kejadian dan 0 untuk tidak ada kejadian.

Model regresi logistik biner digunakan untuk melihat apakah variabel tak bebas yang berskala dikotomi (Y = 0 dan Y = 1) dipengaruhi oleh variabel bebas baik yang kategorik maupun numerik. Bentuk umum model peluang regresi logistik dengan k variabel diformulasikan sebagai berikut :

Fungsi tersebut merupakan fungsi linier sehingga perlu dilakukan transformasi ke dalam bentuk logit agar dapat dilihat hubungan antar variabel respon dengan penjelas. Dengan melakukan transformasi logit dari phy (x) , didapat persamaan yang lebih sederhana yang merupakan fungsi linier data parameter-parameternya, yaitu:

Apabila terdapat sebanyak p peubah bebas dan peubah ke-j merupakan merupakan peubah kategorik, maka akan terdapat peubah boneka sebanyak k-1,


(30)

45

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dummy variabel kj dinamakan Dju dengan koefisien Bju, u = 1,2,….., kj-1.

Sehingga model transformasi logit dapat dituliskan seperti persamaan berikut ini ::


(31)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Komunitas Sekolah dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, pada bab akhir ini, penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi adalah sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

Pengetahuan komunitas sekolah (pesertadidik dan guru) terhadap risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dikategorikan baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya yang dilakukan dalam pengurangan risiki bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena pengetahuan pesertadidik dan guru yang diperoleh bukan dari sekolah melainkan dari luar sekolah dan guru juga kurang mentransfer pengetahuannya kepada pihak sekolah khususnya pesertadidik

Sikap komunitas sekolah dalam menghadapi letusan Gunung Gede di

Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dikategorikan baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena tidak ada kebijakan-kebijakan sekolah mengenai bencana khususnya bencana letusan Gunungapi. Sekolah kurang mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pada guru dan pesertadidik dikarenakan sekolah mengangap bencana yang terjadi sudah lama tidak terjadi sehingga sangat kurang sekali memperhatikan hal tersebut.

Tindakan komunitas sekolah dalam pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cupanas Kabupaten Cianjur sebagian besar tergolong baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede d Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena tidak ada jalur evakuasi, tidak adanya rambu-rambu jika terjadi bencana


(32)

100

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan di sekolah pun tidak melaksanakan simulasi mengenai bencana khususnya bencana letusan Gunungapi. Komunitas sekolah pun tidak mempunyai petugas/kelompok yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil dari penelitian ini kemudian menghasilkan rekomendasi bagi beberapa pihak mengenai pengurangan risiko bencana khususnya bencana gunungapi.

1. Kepada Pihak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten

Cianjur yaitu dapat meningkatkan perannya dalam rangka pengurangan risiko bencana ancaman letusan Gunung Gede, dengan mengadakan fasilitas-fasilitas mengenai mitigasi bencana di sekolah seperti alarm peringatan bencana dan rambu-rambu jalur menyelamatkan diri apabila terjadi bencana letusan

Gunungapi, kemudian mengadakan penyuluhan-penyuluhan ataupun

mengadakan simulasi menghadapi ancaman bencana Gunungapi di sekolah, dan semakin banyak menyisipkan materi mengenai mitigasi bancana pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas oleh para guru.

2. Kepada Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Pendidikan dapat

mengadakan program-program penyuluhan mengenai mitigasi bencana letusan Gunngapi dan mengagendakan simulasi menghadapi bencana Gunungapi yang dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang berada di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dalam rangka upaya pengurangan risiko bencana ancaman letusan gunungapi.

3. Bagi Pembelajaran Geografi kajian mengenai penguragan risiko bencana

dalam menghadapi bencana gunungapi dapat dijadikan sebagai materi yang cukup banyak dalam mata kuliah Mitigasi Bencana di perkuliahan, dan dapat dimasukan atau disisipkan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah-sekolah yang utamanya terletak di wilayah yang rawan terkena bencana gunungapi, agar dapat mengingatkan akan pentingnya penguramgamn risiko


(33)

101

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam menghadapi suatu bencana khususnya bencana gunungapi agar bisa menekan korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana gunungapi tersebut.


(34)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Aminudin, (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: Angkasa Anonim (2008), Memahami Bencana Informasi Tindakan Masyarakat Memgurangi

Risiko Bencana. Jakarta : Badan Informasi, Dept. Kominfo

Anonim, (2006). Pengembangan Framework untuk Mengukur Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR

Anonim. (2001). Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Penangulangan dan penanganan Pengungsi. Sekertaris Badan Kooridasi Nasional

Anonim. (2004). Mitigasi becana yang Efektif. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat

Anonim. (2007). Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.21 tahun 2007 Tentang Pedomaan Penaataan Ruang Kawasan Rawan bencana Letusan Gunung Berapi dan Gempa, Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum, Direktoraat Jendral Penataan Ruang.

Anonim. (2008). Memahami Bencana, LIPI-UNESCO/ISDR

Azwar, Saifuddin (1995). Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Penangulangan Bencana. (2010). Bencana di Indonesi. BNPB

Bahari, Hamid (2014). Ensklopedia Gunung Berapi Seduia. Jakarta : Diva Press BAKORNAS PB Nomor 2. (2001), Pedoman Umum Penangulangan dan

Penanganan Pegungsi. Jakarta : Sekertaris Badan Koordinasi Nasional Penangulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi

Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Ferrinadewi, Erna. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(35)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juariah, C. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Geografi dan Presepsi Siswa tentang Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan Hidup Pada SMP di Kota Bandung. Bandung. Program Pasca Sarjana UPI.

Kementrian dalam Negri Indonesia. (2006). Pedoman Umum Mitigasi.

Notoadmodjo. S.( 2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. (2010). Mengelola Risiko bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung : LPPM ITB

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Jakarta : Graha Ilmu

Notoadmodjo. S.( 2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Pabundu, M.T.(2005). Metode Penelitin Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Rafi’i, Suryatna. (1995). Ilmu Tanah. Bandung: Alfabeta.

Ramli, S.(2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management), Jakarta : Dian Rakyat.

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Sadisun A.I. (2008). Pemahaman Karakteristik Bencana.[Jurnal].Pusat Mitigasi Bencana. Institut teknologi Bandung. Bandung. Tidak diterbitkan Simatupang, R. (1989), Bencana Alam dan Masalahnya. Jakarta : Yayasan Lembaga

Bencana Alam Indonesia.

Somad, A. (2009). Tentang Guru. Bandung: Al Qaprint.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.


(36)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumaatmadja, Nursid.( 1988). Geografi Pembelajaran. Jakarta. Departemen P dan K, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Supriyono, Primus. (2014). Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Gunung Meletus. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Sutarno, dkk. (2006). Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Kementrian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia

UNISDR. (2009). Terminology Of Disaster Risk Reduction. UNISDR

Widyatun, S dkk. (2009), Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pegabdian Masyarakat ITB

Yamin, S dan Heri, K .(2009),SPSS Complete. Jakarta : Salemba Infotek.

Yulaelawati, E. (2008), Mencerdasi Bencana Gempa, Tsunami, Gunug Api, Tanah Longsor, Kebakaran. Jakarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi.

Zakaria, Z. (2008). Identifikasi Kebencanaan Geologi Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bandung : B ulletin of Scientific Contribution


(1)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Komunitas Sekolah dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, pada bab akhir ini, penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi adalah sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

Pengetahuan komunitas sekolah (pesertadidik dan guru) terhadap risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dikategorikan baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya yang dilakukan dalam pengurangan risiki bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena pengetahuan pesertadidik dan guru yang diperoleh bukan dari sekolah melainkan dari luar sekolah dan guru juga kurang mentransfer pengetahuannya kepada pihak sekolah khususnya pesertadidik

Sikap komunitas sekolah dalam menghadapi letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dikategorikan baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena tidak ada kebijakan-kebijakan sekolah mengenai bencana khususnya bencana letusan Gunungapi. Sekolah kurang mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pada guru dan pesertadidik dikarenakan sekolah mengangap bencana yang terjadi sudah lama tidak terjadi sehingga sangat kurang sekali memperhatikan hal tersebut.

Tindakan komunitas sekolah dalam pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cupanas Kabupaten Cianjur sebagian besar tergolong baik, namun tidak ada pengaruh signifikan terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan Gunung Gede d Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur karena tidak ada jalur evakuasi, tidak adanya rambu-rambu jika terjadi bencana


(2)

100

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan di sekolah pun tidak melaksanakan simulasi mengenai bencana khususnya bencana letusan Gunungapi. Komunitas sekolah pun tidak mempunyai petugas/kelompok yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil dari penelitian ini kemudian menghasilkan rekomendasi bagi beberapa pihak mengenai pengurangan risiko bencana khususnya bencana gunungapi.

1. Kepada Pihak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cipanas Kabupaten

Cianjur yaitu dapat meningkatkan perannya dalam rangka pengurangan risiko bencana ancaman letusan Gunung Gede, dengan mengadakan fasilitas-fasilitas mengenai mitigasi bencana di sekolah seperti alarm peringatan bencana dan rambu-rambu jalur menyelamatkan diri apabila terjadi bencana letusan

Gunungapi, kemudian mengadakan penyuluhan-penyuluhan ataupun

mengadakan simulasi menghadapi ancaman bencana Gunungapi di sekolah, dan semakin banyak menyisipkan materi mengenai mitigasi bancana pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas oleh para guru.

2. Kepada Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Pendidikan dapat mengadakan program-program penyuluhan mengenai mitigasi bencana letusan Gunngapi dan mengagendakan simulasi menghadapi bencana Gunungapi yang dilaksanakan oleh seluruh sekolah yang berada di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dalam rangka upaya pengurangan risiko bencana ancaman letusan gunungapi.

3. Bagi Pembelajaran Geografi kajian mengenai penguragan risiko bencana dalam menghadapi bencana gunungapi dapat dijadikan sebagai materi yang cukup banyak dalam mata kuliah Mitigasi Bencana di perkuliahan, dan dapat dimasukan atau disisipkan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah-sekolah yang utamanya terletak di wilayah yang rawan terkena bencana gunungapi, agar dapat mengingatkan akan pentingnya penguramgamn risiko


(3)

101

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam menghadapi suatu bencana khususnya bencana gunungapi agar bisa menekan korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana gunungapi tersebut.


(4)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Aminudin, (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: Angkasa Anonim (2008), Memahami Bencana Informasi Tindakan Masyarakat Memgurangi

Risiko Bencana. Jakarta : Badan Informasi, Dept. Kominfo

Anonim, (2006). Pengembangan Framework untuk Mengukur Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR

Anonim. (2001). Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Penangulangan dan penanganan Pengungsi. Sekertaris Badan Kooridasi Nasional

Anonim. (2004). Mitigasi becana yang Efektif. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat

Anonim. (2007). Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.21 tahun 2007 Tentang Pedomaan Penaataan Ruang Kawasan Rawan bencana Letusan Gunung Berapi dan Gempa, Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum, Direktoraat Jendral Penataan Ruang.

Anonim. (2008). Memahami Bencana, LIPI-UNESCO/ISDR

Azwar, Saifuddin (1995). Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Penangulangan Bencana. (2010). Bencana di Indonesi. BNPB

Bahari, Hamid (2014). Ensklopedia Gunung Berapi Seduia. Jakarta : Diva Press BAKORNAS PB Nomor 2. (2001), Pedoman Umum Penangulangan dan

Penanganan Pegungsi. Jakarta : Sekertaris Badan Koordinasi Nasional Penangulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi

Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Ferrinadewi, Erna. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(5)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juariah, C. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Geografi dan Presepsi Siswa tentang Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan Hidup Pada SMP di Kota Bandung. Bandung. Program Pasca Sarjana UPI.

Kementrian dalam Negri Indonesia. (2006). Pedoman Umum Mitigasi.

Notoadmodjo. S.( 2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. (2010). Mengelola Risiko bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung : LPPM ITB

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Jakarta : Graha Ilmu

Notoadmodjo. S.( 2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Pabundu, M.T.(2005). Metode Penelitin Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Rafi’i, Suryatna. (1995). Ilmu Tanah. Bandung: Alfabeta.

Ramli, S.(2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management), Jakarta : Dian Rakyat.

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Sadisun A.I. (2008). Pemahaman Karakteristik Bencana.[Jurnal].Pusat Mitigasi Bencana. Institut teknologi Bandung. Bandung. Tidak diterbitkan Simatupang, R. (1989), Bencana Alam dan Masalahnya. Jakarta : Yayasan Lembaga

Bencana Alam Indonesia.

Somad, A. (2009). Tentang Guru. Bandung: Al Qaprint.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Fani Rizkan Julianti, 2015

Sikap komunitas sekolah terhadap upaya pengurangan risiko bencana letusan gunung gede di kecamatan Cipanas kabupaten Cianjur

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumaatmadja, Nursid.( 1988). Geografi Pembelajaran. Jakarta. Departemen P dan K, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Supriyono, Primus. (2014). Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Gunung Meletus. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Sutarno, dkk. (2006). Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Kementrian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia

UNISDR. (2009). Terminology Of Disaster Risk Reduction. UNISDR

Widyatun, S dkk. (2009), Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pegabdian Masyarakat ITB

Yamin, S dan Heri, K .(2009),SPSS Complete. Jakarta : Salemba Infotek.

Yulaelawati, E. (2008), Mencerdasi Bencana Gempa, Tsunami, Gunug Api, Tanah Longsor, Kebakaran. Jakarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi.

Zakaria, Z. (2008). Identifikasi Kebencanaan Geologi Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bandung : B ulletin of Scientific Contribution