PERBEDAAN EFEKTIVITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA.

(1)

i

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING

TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA

Oleh :

INTAN AYU PUSPANINGSIH

NIM. 1202305033

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Perbedaan Efektivitas Intervensi Muscle Energy Technique dan Intervensi Active Isolated StretchingTerhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot

Hamstring pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 1 Semarapura”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan Skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, (K), M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku Ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana.

3. Ni Luh Nopi Andayani, SSt. FT, M.Fis selaku pembimbing I sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti, S.Ked, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

5. Bapak, Ibu, kakak, adek, Aga Satya serta seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi dukungan agar penulis berjuang dan berusaha menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Seluruh teman-teman axoplasmic, Fisioterapi FK Unud 2012 yang selalu

membantu dan memberikan semangat dalam berbagai cara.

7. Dosen – dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Denpasar, Mei 2016


(7)

vii

PERBEDAAN EFEKTIFITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING

DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA

ABSTRAK

Penggunaan otot hamstring yang berlebihan pada pemain sepak bola merupakan penyebab utama dari ketegangan pada otot tersebut. Fleksibilitas otot

hamstring yang baik dapat mendukung kualitas tendangan pemain, sehinggga dapat mencegah terjadinya cedera. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan efektifitas intervensi muscle energy technique dan active isolated stretching terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain sepak bola.

Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre and post two group design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel berjumlah 22 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I (muscle energy technique) dan kelompok II (active isolated stretching). Masing-masing kelompok terdiri dari 11 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur fleksibilitas otot hamstring pada pemain sepak bola menggunakan sit and reach test sebelum dan sesudah intervensi setiap kelompok. Uji normalitas dan homogenitas data menggunakan saphiro wilk test dan levine’s test.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan fleksibilitas otot

hamstring pada kelompok I sebesar 12,4 dan pada kelompok II adanya peningkatan fleksibilitas otot hamstring sebesar 7,0. Hasil uji paired sampel t-test

didapatkan nilai p=0,00(p<0,05) pada kelompok I dan nilai p=0,00(p<0,05) pada kelompok II. Pada uji beda selisih dengan independent test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna Antara kelompok I dan kelompok II dimana p=0,00(p<0,05). Dengan persentase sebesar 51,5% pada kelompok I dan 26,0% pada kelompok II.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Intervensi

muscle energy technique lebih efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring dari pada Intervensi active isolated stretching pada pemain sepak bola.

Kata Kunci : muscle energy technique, active isolated stretching, sit and reach test, fleksibilitas otot hamstring.


(8)

viii

DIFFERENT EFFECTIVENESS OF INTERVENTION MUSCLE ENERGY TECHNIQUE AND INTERVENTION ACTIVE ISOLATED STRETCHING

IN IMPROVING HAMSTRING MUSCLES FLEXIBILITY OF FOOTBALL PLAYERS IN SMAN 1 SEMARAPURA

ABSTRACT

The excessive use of the hamstring muscles in football players as the main cause of tension on the muscle. Good flexibility of Hamstring muscles can support the quality of the players because it can prevent injury. The purpose of this study was to prove the different effectiveness of intervention Muscle Energy Stretching and Active Isolated Stretching in improving hamstring muscles flexibility of football players.

This research was used the design of randomized pre and post two group design. The sampling technique used is simple random sampling. There are 22 people as the samples were divided into 2 groups: group I (muscle energy technique) and group II (active isolated stretching). Each group consists of 11 people. The data collection was done by measuring the flexibility of hamstring

muscles of football players using sit and reach test before and after the intervention of each group. Normality and homogeneity test of the data using

saphiro wilk test and levine’s test.

The result of the research showed that the increased flexibility of hamstring muscle in group I of 12.4 and in group II the increased flexibility of hamstring muscles of 7.0. The result of paired sampel t-test showed the value of p=0,00(p<0,05) in group I and value of p=0,00(p<0,05) in group II. On different average test using independent test show that contained significant increase between group I and group II in which p=0,00(p<0,05). With the percentage of 51,5% in group I and 26,0% in group II.

Based on the results can be concluded that Intervention muscle energy technique more effective in increasing the hamstring muscles flexibility rather than Intervention active isolated stretching of football players.

Keywords: muscle energy technique, active isolated stretching, sit and reach test, flexibility of hamstring muscles.


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTARISTILAH ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9

2.1Fleksibilitas ... 9

2.1.1 Definisi Fleksibilitas ... 9

2.1.2 Fleksibilitas Otot Hamstring pada Pemain SepakBola 13

2.1.3 Pengukuran Fleksibilitas Otot Hamstring ... 14

2.2Anatomi dan Fisiologi ... 15

2.2.1 Anatomi Hamstring ... 15

2.2.2 Fisiologi Otot Rangka ... 17

2.3Mekanisme Pemanjangan Otot ... 18

2.4Muscle Enegy Technique ... 20

2.4.1 Pengertian Muscle Energy Technique ... 20


(10)

x

2.4.3 Mekanisme Muscle Energy Technique Terhadap

Fleksibilitas Otot hamstring ... 23

2.5Active Isolated Stretching ... 23

2.5.1 Pengertian Active Isolated Stretching ... 23

2.5.2 Prosedur Active Isolated Stretching ... 26

2.5.3 Mekanisme Active Isolated Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring... 27

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ... 29

3.1Kerangka Berpikir... 29

3.2Kerangka Konsep ... 32

3.3Hipotesis ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1Desain Penelitian ... 34

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.3Populasi dan Sampel ... 35

4.3.1 Populasi ... 35

4.3.2 Sampel ... 35

4.3.3 Besar Sampel ... 36

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 37

4.4Variabel Penelitian ... 38

4.5Definisi Operasional Variabel ... 38

4.5.1 Fleksibilitas Hamstring ... 38

4.5.2 Muscle Energy Technique ... 39

4.5.3 Active Isolated Stretching ... 39

4.5.4 Umur ... 39

4.5.5 Jenis Kelamin ... 40

4.5.6 IMT ... 40

4.6Instrumen Penelitian ... 40

4.7Prosedur Penelitian ... 40

4.7.1 Prosedur Pendahuluan ... 40

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan ... 41

4.8Alur Penelitian ... 47


(11)

xi

BAB V HASIL PENELITIAN ... 49

5.1 Data Karakteristik Sampel ... 49

5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 50

5.3 Uji Hipotesis ... 52

5.3.1 Rerata Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 52

5.3.2 Uji Komparasi Selisih Peningkatan Fleksibilitas pada Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kedua Kelompok Penerapan ... 53

BAB VI PEMBAHASAN ... 56

6.1 Karakteristik Sampel... 56

6.2 Intervensi Muscle Energy Technique dapat Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring ... 56

6.3 Intervensi Active Isolated Stretching dapat Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring ... 58

6.4 Intervensi Muscle Energy Tehnique Lebih Efektif dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring dari pada Active Isolated Stretching ... 60

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1 Kesimpulan ... 65

7.2 Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 66


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sit and Reach Box ... 15

Gambar 2.2 Anatomi Otot Hamstring ... 17

Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot ... 19

Gambar 2.4 Musle Energy Technique ... 22

Gambar 2.5 Muscle Energy Technique Diikuti dengan Kontraksi Isometric ... 22

Gambar 2.6 Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching. B. Penguluran otot Hamstring ... 26

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 32

Gambar 4.1 Desain Penelitian ... 34

Gambar 4.2 Aplikasi Musle Energy Technique ... 44

Gambar 4.3 Aplikasi Muscle Energy Technique Diikuti dengan Kontraksi Isometric ... 44

Gambar 4.4 Aplikasi Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching. B. Penguluran otot Hamstring ... 46


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sit and Reach Test Scores ... 15 Tabel 4.1 WPRO 2000 IMT untuk Regional ASIA ... 42 Tabel 5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur dan IMT ... 50 Tabel 5.2 Hasil Sebaran Normalitas dan Homogenitas Peningkatan

Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah

Intervensi ... 51 Tabel 5.3 Rerata Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum

dan Sesudah Intervensi ... 52 Tabel 5.4 Komparasi Peningkatan dan Selisih Fleksibilitas pada

Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Intervensi pada

Kedua Kelompok Penerapan ... 53 Tabel 5.5 Persentase Peningkatan Fleksibilitas Setelah Perlakuan .... 54


(14)

xiv

DAFTAR ISTILAH

MET : muscle energy technique

AIS : active isolated stretching

GAGs : Glycosaminoglycans

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SSB : Sekolah Sepak Bola

PORSENIJAR : Pekan Olahraga dan Seni Pelajar LGS : Luas Gerak Sendi

GTO : Golgi Tendon Organ

PIR : Post Isometrik Relaxtion

RI : Repicoral Inhibition

ROM : Range Of Motion

IMT : Indeks Massa Tubuh cm : sentimeter

kg : kilogram m : meter


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Olahraga adalah suatu kegiatan fisik yang merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi fungsi dari tubuh sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani serta berpengaruh dalam peningkatan dari prestasi pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga merupakan aktifitas fisik yang dapat mempunyai tujuan tertentu serta dilakukan dengan cara-cara yang sistematis, di dalam melakukan aktifitas olahraga, setiap manusia memiliki tujuan yang berbeda dalam berolahraga seperti rekreasi, pendidikan, kesehatan, kebugaran, dan pretasi (Nala, 2011).

Seperti halnya di jaman sekarang ini olahraga yang banyak diminati yaitu sepak bola. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang paling disukai di seluruh dunia, dan digemari oleh siapapun baik anak-anak, orang dewasa, orang tua, laki-laki bahkan perempuan. Tim-tim sepak bola bermunculan seiring dengan berkembangnya olahraga ini, baik di tingkat sekolah SMP maupun SMA, salah satunya SMAN 1 Semarapura yang merupakan Sekolah yang memiliki ekstrakulikuler Sepak bola yang diberi nama Semarapura United. Tim ini sering mengikuti lomba-lomba dan sempat meraih juara umum pada PORSENIJAR (Pekan Olahraga dan Seni Pelajar) Klungkung, yang seing digelar di kabupaten Klungkung.


(16)

Sepak bola merupakan permainan olahraga beregu, yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Tujuan dari permainan sepak bola yaitu untuk mendapatkan point dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan dengan sebanyak-banyaknya (Sucipto, 2000). Untuk menjadi pemain Sepak bola yang baik, harus mengetahui terlebih dahulu teknik dasar dalam bermain sepak bola. Berbagai teknik dasar penguasaan bola terdiri dari menendang bola, menerima bola, menggiring, dan teknik penjaga gawang. Pada permainan sepak bola sangat memerlukan kemampuan fisik, dan kemampuan fisik yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan menggiring bola dalam permainan sepak bola yaitu kelentukan, kecepatan, dan kelincahan (Djawad, 1981).

Pada saat berlatih dan bertanding para pemain sepak bola sangat beresiko mengalami cedera terutama pada ekstermitas bawah. Contohnya Strain hamstring, sehingga sebagai jenis cedera yang paling sering dialami, Strain quadriceps, sprain ankle, dan cedera pada knee. Strain hamstring merupakan cedera yang disebabkan karena over stretch. Karena Cedera ini disebabkan karena otot dipaksakan utuk meregang atau melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba sehingga terjadinya robeknya otot hamstring. Robekan otot ini dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan peradangan sehingga nyeri dan peradangan yang ditimbulkan dapat mengganggu aktivitas seorang atlit (Alter, 1999). Dari hasil survey


(17)

(Rosella, 2013) ditemukan lima dari tujuh siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) sering mengalami strain otot hamstring dan mengalami gangguan fleksibilitas pada otot hamstring

dengan adnya tight pada otot hamstring. Hal ini menjadi perhatian kebutuhan rehabilitatif yang memadai untuk mencegah reinjuries (Arnason et al, 2004).

Fleksibilitas adalah kemampuan persendian dalam melakukan gerak dengan luas gerak yang penuh (Duster, et al, 2007). Sendi tubuh yang dikatakan fleksibilitasnya baik apabila ruang gerak dari sendi itu sendiri tidak mengalami gangguan. Gerakan hanya dapat terjadi bila ada suatu kontraksi dari otot-otot yang bersangkutan. Sehingga untuk dapat melakukan suatu gerakan yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, serta kulit). Secara umum menurunnya fleksibilitas lebih diakibatkan oleh kebiasaan bergerak dalam pola tertentu pada seorang individu dan pada gerakan tertentu dibandingkan dengan usia atau jenis kelamin. Fleksibilitas juga berkaitan dengan ukuran tubuh seseorang, jenis kelamin, usia, dan aktifitas fisik yang dilakukan.

Fleksibilitas hamstring pada pemain sepak bola, Pada pemain sepak bola Penggunaan otot hamstring yang berlebihan merupakan penyebab utama ketegangan pada otot

hamstring. Hal ini terjadi ketika otot ditarik melebihi kapasitasnya atau berkontraksi secara tiba-tiba dengan beban yang berlebihan. Misalnya pada gerakan menendang bola secara terhentak, otot hamstring yang memendek secara tiba-tiba akan menyebabkan kontraksi kurang maksimal sehingga serabut-serabut otot yang posisinya menyilang akan dipaksa lurus padahal otot dalam keadaan tidak rileks sehingga hal tersebut berpotensi untuk


(18)

mengakibatkan kerobekan pada otot hamstring. Hamstring yang mengalami pemendekan dapat berpengaruh pada penurunan kekuatan atau keseimbangan otot sehingga kontraksi menjadi tidak sinergis (Stephens et al, 2006). Jika tidak diimbangi dengan fleksibilitas yang baik rawan memunculkan terjadinya cedera. Untuk mencegah terjadinya cedera hamstring, maka otot harus kuat dan lentur. Sehingga, diperlukan latihan peregangan otot yang baik (Rafqi, 2010).

Fleksibilitas otot yang baik dapat mendukung kualitas pemain, karena dapat mencegah strain, salah satu cara untuk mencegah strain adalah dengan melakukan stretching.

Stretching secara umum merupakan bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot – otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga, sehingga untuk dapat mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Misalnya sebelum melakukan olahraga biasanya dilakukan pemanasan terlebih dahulu, diantaranya adalah penguluran otot atau stretching.

Stretching merupakan suatu aktivitas yang sudah banyak diterapkan di lingkungan masyarakat. Contohnya, sebelum melakukan aktivitas olahraga biasanya dilakukan pemanasan terlebih dahulu diantaranya adalah stretching (Kisner and Colby, 2007). Terdapat banyak metode stretching untuk dapat meningkatkan fleksibilitas otot yaitu proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF), ballistic stretching, static stretching, pasif stretching, isometric stretching, auto stretching, active isolated stretching (Kinser and Colby, 2007).


(19)

Active Isolated Stretching merupakan suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merileksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik yang menyebabkan terjadinya peregangan. Dalam penelitian Wismanto (2011) active isolated stretching memberikan peningkatan yang bermakna terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring dengan hasil pre test 24,42 cm dan hasil post test 34,57 cm. Pengaruh ini terjadi karena Intervensi active isolate stretching bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kekakuan serta mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) dan meningkatkan fleksibilitas otot ( Kochno, 2009).

Menurut Rosella (2013) Intervensi lain yang lebih efektif dalam memningkatkan fleksibilitas otot yaitu Muscle Energy Technique Isometric, dimana latihan ini menghinhibisi

golgi tendon organ (GTO) agar tidak terjadinya stretch reflex. Dengan terinhibisinya GTO ini akan memberikan panjang otot baru pada hamstring (Chaintow, 2001). Dalam penelitian Wahyu (2014) muscle energy technique isometric memberikan peningkatan yang bermakna terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring dari pada static stretching dengan hasil pre test 25,958 cm dan hasil post test 37,542 cm. Pengaruh ini terjadi karena muscle energy technique bekerja dengan merileksasikan otot tanpa menimbulkan rasa nyeri dan kerusakan jaringan dengan tekanan yang ringan serta lembut sehingga tidak membuat jaringan iritasi dan tergang kuat (Chintow, 2001).


(20)

Melihat dari kedua Intervensi dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring, sehingga muscle energy technque lebih efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring, tentang muscle energy technque lebih meningkatkan nilai pada post test daripada

active isolated stretching. Terdapat dua tipe muscle energy technique yaitu post isometrik relaxation (PIR) dan reciprokal inhibition (RI). Isometric muscle energy techniques yang biasa disebut post isometric relaxation (PIR) memiliki pengaruh utama yaitu dapat mengurangi tonus sehingga otot yang mengalami hipertonus serta akan mengembalikan panjang normal istirahat otot. Mekanisme kerjanya yaitu secara singkat dimana gamma afferent kembali ke serabut intrafusal dan kembali ke panjangnya, yang merubah panjang istirahat serabut ekstrafusal otot, dimana membuat hamstring yang santai dan terjadinya pemanjangan otot saat rileksasi (Chaitow, 2006).

Melihat latar belakang tersebut, maka pentingnya untuk meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada pemain sepak bola agar dapat terhindar dari cedera. Selain itu belum banyak penelitian terhadap kedua latiahan tersebut dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring. Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan judul

“Perbedaan Efektivitas Intervensi Muscle Energy Technique dan Intervensi Active Isolated Stretching Terhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Pemain Sepak Bola SMAN 1 Semarapura”.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Apakah intervensi Muscle Energy Technique efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

2. Apakah intervensi Active Isolated Stretching efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

3. Apakah ada perbedaan efektifitas intervensi Muscle Energy Technique dengan intervensi Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring

pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang Intevensi Muscle Energy Technique dan Intervensi Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring

pada pemain sepakbola. 1.3.2 Tujuan Khusus

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


(22)

1. Untuk membuktikan efektifitas intervensi Muscle Energy Technique terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1 Semarapura.

2. Untuk membuktikan efektifitas intervensi Active Isolated Stretching terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1 Semarapura.

3. Untuk membuktikan adanya perbedaan efektifitas intervensi Muscle Energy Stretching dan Active Isolated Stretching terhadap peningkatan fleksibilitas otot

hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1 Semarapura.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca (mahasiswa) tentang pengaruh Intervensi Muscle Energy Technique dan Intervensi Active Isolated Stretching terhadap peningkatan Fleksibilitas otot

Hamstring pada pemai sepak bola.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca (mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan pada fisioterapi dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring untuk mencegah cedera pada Atlit.


(23)

2. Dapat dijadikan saran untuk melatih otot hamstring bagi atlit untuk meningkatkan fleksibilitasnya agar terhindar dari cedera.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Fleksibilitas

2.1.1 Definisi Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh serta anggota tubuh dengan seluas-luasnya, berhubungang erat dengan kemampuan gerak kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan peregangan otot dan jaringan sekeliling sendi (Nala, 2011).

Adanya dua jenis dari fleksibilitas yaitu, fleksibilitas dinamis dan fleksibilitas pasif. Fleksibilitas dinamis merupakan mobilitas aktif ROM, dimana otot yang berkontraksi secara aktif untuk dapat menggerakkan satu sendi, segmen dan keseluruhan dari tubuh, sedangkan fleksibilitas pasif merupakan mobilitas pasif ROM yang dimana otot serta jaringan ikat sendi dapat diulur secara pasif sehingga dapat berfungsi sebagai penunjang dari fleksibilitas dinamis (Kinser & Colby, 2007).

Adanya tolak ukur dari fleksibilitas yaitu, dapat dilihat dari luas gerak suatu sendi atau gabungan dari beberapa persendian. Fleksibilitas adalah fungsi yang relatif laksitas atau ekstensibilitas jaringan kolagen dan otot yang melewati persendian bagi sebagian populasi. Ketegangan dari ligament serta otot yang membatasi ekstensibilitas, merupakan inhibitor


(25)

yang paling besar untuk ROM dari sendi. Saat jaringan tersebut tidak terulur maka ekstensibilitasnya akan menurun (Anshar & Sudaryanto, 2011).

Tujuan dari melakukan latihan fleksibilitas adalah untutk meningkatkan elastisitas dari otot supaya mencapai keadaan yang secara maksimal (Dwijowinoto, 1993). Maka dari itu untuk mencapai hasil otot yang maksimal diperlukannya suatu latihan yang dapat meningkatkan fleksibilitas, yang dimana fleksibilitas seseorang dapat menurun jika tidak dilatih.

Menurut Frankl (dalam Suciptha, 2013), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi fleksibilitas yakni;

1. Faktor internal fleksibilitas;

a. Pengaruh usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas seseorang seperti kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai menurun karena gaya hidup aktif pada usia anak – anak mulai tidak dilakukan, apalagi pada usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah degeneratif seperti nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain.

b. Jenis kelamin: secara umun perempuan lebih fleksibel dari pada laki-laki. Hal ini dikarenakan faktor hormonal dimana laki – laki memiliki hormon testosteron yang memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi.


(26)

Pada wanita hamil akan menjadi lebih fleksibel karena hormon estrogen dilepaskan sangat tinggi jumlahnya yang memungkinkan sendi untuk menjadi longgar. Wanita memerlukan kelemahan sendi dasar panggul untuk memudahkan proses persalinan. Tetapi efek kelemahan sendi tersebut tidak terjadi pada sendi lainnya.

c. Sendi: sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi dan permukaan sendi. Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan fleksibilitas.

d. Ligamen: ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih memungkinkan kebebasan subjektif dari gerakan. Jaringan elastis kuning dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula. e. Tendon: tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon dikategorikan sebagai

jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung, mengelilingi, dan mengikat serat-serat otot. Mereka mengandung jaringan elastis baik dan non-elastis.

f. Jaringan areolar: adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua jaringan lain.

g. Jaringan Otot: jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam bundel dari serat paralel.


(27)

h. Reseptor peregangan: reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel spindle dan tendon golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim untuk otot untuk berkontraksi. Golgi reseptor yang terletak dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk rileksasi.

2. Faktor eksternal fleksibilitas;

a. Ukuran tubuh: orang dengan jumlah lemak tinggi (obesitas) akan menurun fleksibilitasnya karena luas gerak sendinya menjadi terbatas.

b. Aktiftas Fisik: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh pada fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya regang otot, dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama.

c. Cidera: karena adanya cidera pada sendi, otot, dan tulang maka seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga akan berpengaruh terhadap fleksibilitas. Pada pemasangan eksternal fiksasi pada cidera tertentu sangat menurunkan fleksibilitas sendi tersebut.

d. Pengalaman: seseorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar, seperti senam, tari, atau seni bela diri, akan memiliki jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan gaya hidup biasa saja. Bahkan olahraga yang kita lakukan sepuluh tahun yang lalu akan mempengaruhi pola motorik tubuh kita yang dapat menguntungkan kita di masa depan.


(28)

2.1.2 Fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola

Otot hamstring merupakan suatu group otot pada sendi paha (hip joint) yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi sebagai gerakan fleksi knee, serta gerakan eksternal

dan internal rotasi hip. Group otot ini terdiri atas otot semimembranosus, otot

semitendinosus, dan otot biceps femoris. Pada Sepak bola melibatkan banyak otot mulai dari otot besar sampai pada otot kecil salah satu yang paling berperan adalah otot hamstring. Otot

hamstring dalam permainan sepak bola mempunyai banyak peran dilihat dari aspek biomekanikanya hampir seluruh gerakan dalam permainan bola yang meliputi menggiring bola, pasing bola, dan melakukan tendangan, derajat knee joint selalu pada posisi flexi pada berbagai derajat. Hal ini menyebabkan otot hamstring bekerja lebih berat dalam membentuk pola keseimbangan untuk penompang tubuh dan potensial mengalami cedera (Shan, 2011).

Pada olahraga sepak bola otot hamstring berfungsi sebagai persiapan awal untuk melakukan tendangan dan kemudian beralih fungsi sebagai stabilisator saat puncak tendangan, gerakan cepat yang dihasilkan biasanya membutuhkan fleksibilitas yang baik, jika tidak diimbangi dengan fleksibilitas biasanya akan rawan memunculkan terjadinya cedera. Untuk mencegah terjadinya cedera hamstring, maka otot harus kuat dan lentur. Untuk itu, perlu latihan peregangan dan penguatan otot yang baik (Rafqi, 2010).

Penurunan fleksibilitas hamstring dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pemendekan otot hamstring, cedera akut ataupun kronis pada otot hamstring, menurunnya


(29)

sendi panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan yang tidak benar. panggul dalam aktivitas sehari-hari jarang diberikan latihan khusus (Miller, 2010).

Pada pemain sepak bola Penggunaan otot hamstring yang berlebihan merupakan penyebab utama dari ketegangan pada otot hamstring. Hal ini terjadi ketika otot ditarik melebihi kapasitasnya atau berkontraksi secara tiba-tiba dengan beban yang berlebihan. Misalnya pada gerakan menendang bola secara terhentak, otot hamstring yang memendek secara tiba-tiba akan menyebabkan kontraksi kurang maksimal sehingga serabut-serabut otot yang posisinya menyilang akan dipaksa lurus padahal otot dalam keadaan tidak rileks sehingga hal tersebut berpotensi untuk mengakibatkan kerobekan pada otot hamstring. Pemendekan pada otot hamstring pada pemain sepak bola dimana akan terjadi gerakan yang tidak optimal. Serta mempengaruhi daya dorong dan sangat mempengaruhi prestasi pada para pemain sepak bola.

2.1.3 Pengukuran Fleksibilitas Otot Hamstring

Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot hamstring yang menggunakan media berupa box terbuat dari papan yang tingginya 30 cm. Dimulai pada angka 23 cm yang berada diujung kaki (Gambar 2.1). Tujuannya agar nilai Sit and Reach Test angkanya selalu positif, hal ini untuk mengantisipasi jika pada saat pengukuran tidak bisa sampai menyentuh jari kaki (Panteleimon et al , 2010).


(30)

Gambar 2.1 Sit and Reach box

Sumber: Panteleimon et al, 2010

Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut ekstensi penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap box. Kemudian diperintahkan untuk menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahan-lahan maju sejauh mungkin sambil menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, Sit and Reach Test skor (cm) tercatat sebagai posisi akhir dari ujung jari (Quinn, 2008; Panteleimon et al., 2010).

Tabel 2.1. Sit and Reach Test Scores

Jenis Kelamin Baik Sekli Diatas

rata-rata

Rata-rata Bawah

Rata-rata

Buruk


(31)

2.2 Anatomi dan Fisiologi 2.2.1 Anatomi Hamstring

Hamstring merupakan salah satu group otot yang terdiri dari 3 macam otot, yang tersusun oleh biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus. Otot hamstring dapat berfungsi sebagai penggerak fleksi dari knee joint dan membantu gerakan ekstensi dari hip joint.

a) Otot semimembranosus

Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara ketiga otot hamstring. Origo : berada pada tuberositas ischia

Insersio : berada pada bagian posterior condyles medialis tibia

Fungsi : otot semimembranosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksi knee, dan

internal rotasi.

b) Otot semitendinosus

Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris Origo : tuberositas ischia


(32)

Fungsi :otot semitendinosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksi knee, dan

internal rotasi hip. c) Otot biceps femoris

Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun hamstring

Origo : pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang femur, bagian lateral supracondylus.

Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur. Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi.

Kelompok otot hamstring tersusun dari tiga otot yakni semitendinosus, semimembranosus

dan biceps femoris dimana kelompok otot ini berfungsi sebagai ekstensi hip dan fleksi pada knee. Otot hamstring disajikan pada gambar 2.2.


(33)

Gambar 2.2: Anatomi otot hamstring Sumber: Stephen et al., 2006

2.2.2 Fisiologi Otot Rangka

Karakteristik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu: contractility yaitu kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila dirangsang (otot polos 1/6 kali; otot rangka 1/10 kali). Exstensibility (distensibility) yaitu kemampuan otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban.

Elasticity yaitu kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami exstensibility atau distensibility (memanjang) atau contractility (memendek).

Exsitability electric yaitu kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan memproduksi sinyal-sinyal listrik disebut tindakan potensi (Tortora & Derrickson, 2009).


(34)

Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono, 2009). Beberapa unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan pelatihan. Dengan latihan yang teratur, akan memberikan beberapa efek positif terhadap otot, bahkan perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013).

2.3 Mekanisme Pemanjangan Otot

Terjadinya kontraksi otot yang dimulai dengan adanya beda potensial pada motor end plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi pada serat otot. Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filament tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat pengikatan myosin dari aktin.

Gambar 2.3: Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: Huxley and Hansen, 2010


(35)

Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang (cross links) Antara actin dan myosin dan terjadi pergeseran filament tipis pada filamen tebal (pemendekan atau kontraksi). Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari troponin, sehingga interaksi antara actin dan myosin berhenti. Pada proses kontraksi dan relaksasi otot maka otot akan mengalami perubahan panjang yang dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung pada muscle spindle. Spindel otot akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis kemudian sistem saraf pusat. Inpuls yang diproses menimbulkan stretch reflex atau refleks miostatis

untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang terjadi oleh tendon golgi dengan cara otot yang diulur akan mengalami kontraksi. Apabila perubahan panjang otot berlangsung secara tiba-tiba maka kontraksi akan semakin kuat.

2.4Muscle Enegy Technique

2.4.1 Pengertian Muscle Energy Technique

Muscle energy techniques (MET) merupakan teknik osteopatik yang memanipulasi jaringan lunak dengan gerakan langsung dan dengan kontrol gerak yang dilakukan oleh pasien sendiri pada saat kontraksi isotonik atau isometrik, ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi muskuloskeletal dan mengurangi nyeri. Muscle energy techniques memiliki prinsip manipulasi dengan cara yang halus, dengan kekuatan tahanan gerak yang minimal hanya sebesar 20-30 % dari kekuatan otot, melibatkan kontrol pernapasan pasien, dan dengan repetisi yang optimal. Muscle energy techniques bekerja dengan merilekskan otot tanpa


(36)

menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan melalui tekanan yang ringan dan lembut sehingga tidak membuat jaringan iritasi dan teregang kuat (Chaitow, 2006; Webster, 2001).

Muscle energy techniques (MET) merupakan teknik isometrik dan isotonik yang digunakan untuk strengthening atau meningkatkan tonus otot yang lemah, melepaskan hipertonus, stretching ketegangan otot dan fascia, dan meningkatkan fungsi muskuloskeletal, mobilisasi sendi pada keterbatasan gerak sendi, dan meningkatkan sirkulasi lokal (Fryer, 2011) Intervensi pada keterbatasan gerak sendi dapat dimodifikasi dengan menggunakan Muscle Energy Technique soft tissue stretching dan mobilisasi sistem osteoligamentous seperti yang ditunjukan dengan peningkatan ROM melalui teknik pulse Muscle energy techniques (Chaitow, 2006).

Terdapat dua tipe Muscle Energy Technique yaitu Post Isometrik Relaxation (PIR) dan

Reciprokal Inhibition (RI) yang dijelaskan sebagai berikut (Grubb, 2010):

1) Isometrik Muscle Energy Techniques

Pengaruh utama yaitu mengurangi tonus pada otot yang mengalami hipertonus dan mengembalikan panjang normal istirahat otot. Mekanisme kerjanya yaitu secara singkat dimana gamma afferent kembali ke serabut intrafusal dan kembali ke panjangnya, yang merubah panjang istrihatat serabut ekstrafusal otot.


(37)

Isotonik Muscle energy techniques menggunakan teknik reciprocal innervation/ inhibition

yang memiliki prinsip kerja yaitu ketikat otot agonist berkontraksi dan memendek, otot antagonist harus rileks dan memanjang sehingga gerakan terjadi dibawah pengaruh otot agonist. Kontraksi otot agonist reciprocal menghambat otot antagonist sehingga menimbulkan gerakan yang pelan, lebih kuatnya kontraksi otot agonist, hambatan lebih terjadi, dan otot antagonist lebih rileks.

2.4.2 Prosedur Muscle Energy Technique

Adapun prosedur pemberian Muscle Energy Technique (MET) adalah sebagai berikut: Sampel melakukan pemanasan agar terhindar dari cedera saat melakukan latihan, memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tujuan latihan yang diberikan, Subjek tidur terlentang pada matrass dengan satu lutut fleksi. Subjek diberikan penjelasan tentang prosedur pelaksanaan latihan tersebut. Terapis mengulur pasif salah satu tungkai dengan lutut subjek ekstensi dan dorsi fleksi ankle. Setelah itu subjek diminta menekuk lutut dengan mendorong kebawah bahu terapis, terapis akan memberi tahanan sebesar 20-30 % selama 10 detik. Setelah melakukan isometrik selama 10 detik, fisioterapi melakukan regangan selama 6 detik dengan perlahan dan halus. Regangan ini akan memaksimalkan fleksibilitas otot dan menambah panjang istirahat otot yang baru (Chaitow, 2006). Keseluruhan gerakan diulang 3 kali kemudian dilanjutkan pada tungkai yang lain. Frekuensi latihan 3 kali dalam satu minggu selama 4 minggu.


(38)

Gambar 2.4: Musle Energy Technique

Sumber: Chaintow, 2001

Gambar 2.5: Muscle Energy Technique diikuti dengan kontraksi isometric

Sumber: Chaintow, 2001

2.4.3 Mekanisme Muscle Energy Technique terhadap fleksibilitas otot hamstring

Sesuai dengan pernyataan dari (rosella, 2013) bahwa muscle energy technique

meningkatkan fleksibilitas otot hamstring secara bermakna pada siswa Sekolah Sepak Bola Angkasa di Surakarta. Latihan ini menginhibisi golgi tendon organ (GTO) agar tidak terjadinya stretch reflex. Dengan terinhibisinya GTO ini akan memberikan panjang otot yang baru pada hamstring. (Chaitow, 2001) menyatakan bahwa, pemberian Muscle Energy Technique pada otot hamstring, akan merenggankan reseptor pada hamstring yang disebut


(39)

Implus aferen saraf dari golgi tendon organ akan menuju dorsal root di spinal cord yang kemudian bertemu dengan hambatan motor neuron. Pertemuan ini akan menghentikan debit

impuls motor neuron eferent untuk mencegah terjadinya kontraksi lanjut dan menghasilkan penurunan tonus otot, membuat hamstring yang santai dan terjadi pemanjangan otot saat rileksasi. Muscle Energy Technique ini akan meregangkan, meningkatkan dan memperpanjang jaringan myofascial pada muscle hamstring yang berpotensi menghasilkan

viscoelastic dan perubahan struktural, perubahan gerakan autonomic mediated dalam cairan ekstraselular otot dan mechanotransductionfibroblast (Chaintow, 2001).

2.5 Active Isolated Stretching

2.5.1 Pengertian Active Isolated Stretching

Active Isolated Stretching merupakan suatu teknik atau metode stretching yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merelaksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (reciprocal inhibition) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa meningkatkan ketegangan otot (muscle tension) pada otot agonis (Longo, 2009). Teknik active isolated stretching atau yang biasa disebut dengan metode Mattes merupakan suatu pengembangan metode myofascial technique yang memiliki tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia.

Menurut Kochno (2009), dimana Active Isolated Stretching merupakan stretching


(40)

maupun yang dalam, tendon dan facia. Stretching berguna mengoptimalkan fleksibilitas. Gerakan aktif yang memungkinkan otot antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas tanpa hambatan. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated Stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur strktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan menigkatkan fleksibilitas otot. Adapun tujuan dari pemberian active isolated stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS).

Teknik Active Isolated Stretching merupakan aspek penting dari program latihan di rumah (home training program) dan merupakan penatalaksanaan terapi jangka panjang pada beberapa gangguan muskuloskeletal. Menurut (Olaf & Jean, 1997) active stretching

merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot yang membatasi gerakan. Pemberian edukasi terhadap subyek tentang cara yang aman melakukan prosedur

active isolated stretching di rumah sangat penting untuk pencegahan injuri kembali atau mencegah terjadinya disfungsi di masa akan datang. Adapun prinsip untuk mengaplikasikan

active isolated stretching adalah sebagai berikut: Posisi awal harus aman dan stabil, latihan harus selalu terkontrol dan mempunyai dampak yang sesuai, otot atau grup otot harus dalam keadaan terulur di berbagai posisi dan memanjang sebisa mungkin sehingga dapat mencapai batas dari mobilitas normal.


(41)

Tsatsouline (2001), secara umum menjelaskan Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat, apabila suatu otot terulur dengan sangat cepat maka spindel otot berkontraksi untuk menghantarkan rangsangan serabut afferen primer yang menimbulkan ekstrafusal melaju dan tegangan otot meningkat. peristiwa ini disebut monosinaptik refleks stretch. Sedangkan jika otot diulur dengan kekuatan yang sedang dan perlahan-lahan maka laju golgi tendon organ dan inhibisi dalam otot menyababkan sarkomer memanjang. Dalam penerapan prosedur Active Isolated Stretching menujukkan suatu kontraksi isotonik dari otot yang mengalami pemendekan, secara aktif otot memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang diakukan saat Active Isolated Stretching dari otot yang mengalami pemendekan akan menghasilkan otot memanjang secara maksimal tanpa perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari spindel otot untuk segera mengulur panjang otot yang meksimal. Golgi tendon organ akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah dipanjangkan.

2.5.2 Prosedur Active Isolated Stretching

Adapun prosedur pemberian Active Isolated Stretching (AIS) adalah sebagai berikut: 1. Sampel melakukan pemanasan agar terhindar dari cedera saat melakukan latihan 2. memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tujuan latihan yang diberikan 3. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman


(42)

4. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan telapak kaki 5. Sebelumnya sampel diberi instruksi terlebih dahulu oleh Fisioterapis.

6. Sampel diminta mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full extensi atau Straight Leg Raises dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk Hip dalam posisi

flexi, setelah itu Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan 2 set.

Gambar 2.6: Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang Yoga Strap Sebelum

Stretching. B. Penguluran otot Hamstring

Sumber: Williams, 2011

2.5.3 Mekanisme Active Isolated Stretching terhadap Fleksibilitas otot hamstring

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur active isolated stretching pasien menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada otot yang mengalami pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat active isolated stretching secara fisiologis akan merespon otot antagonis untuk menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa


(43)

perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari

Muscle Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. Golgi tendon organ

akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah di stretching.

Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat mengurangi

iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnormal

cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan active isolated stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link pada otot yang memendek. Active isolated stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami pemendekan. Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated Stretching yang dilakukan secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas sarkomer yang terganggu. Active Isolated Stretching dapat mencegah dan atau mengurangi tightness dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated Stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot


(1)

Gambar 2.4: Musle Energy Technique Sumber: Chaintow, 2001

Gambar 2.5: Muscle Energy Technique diikuti dengan kontraksi isometric Sumber: Chaintow, 2001

2.4.3 Mekanisme Muscle Energy Technique terhadap fleksibilitas otot hamstring

Sesuai dengan pernyataan dari (rosella, 2013) bahwa muscle energy technique meningkatkan fleksibilitas otot hamstring secara bermakna pada siswa Sekolah Sepak Bola Angkasa di Surakarta. Latihan ini menginhibisi golgi tendon organ (GTO) agar tidak terjadinya stretch reflex. Dengan terinhibisinya GTO ini akan memberikan panjang otot yang baru pada hamstring. (Chaitow, 2001) menyatakan bahwa, pemberian Muscle Energy Technique pada otot hamstring, akan merenggankan reseptor pada hamstring yang disebut golgi tendon organ (GTO) yang terletak ditendon dari muscle hamstring sebagai agonis.


(2)

Implus aferen saraf dari golgi tendon organ akan menuju dorsal root di spinal cord yang kemudian bertemu dengan hambatan motor neuron. Pertemuan ini akan menghentikan debit impuls motor neuron eferent untuk mencegah terjadinya kontraksi lanjut dan menghasilkan penurunan tonus otot, membuat hamstring yang santai dan terjadi pemanjangan otot saat rileksasi. Muscle Energy Technique ini akan meregangkan, meningkatkan dan memperpanjang jaringan myofascial pada muscle hamstring yang berpotensi menghasilkan viscoelastic dan perubahan struktural, perubahan gerakan autonomic mediated dalam cairan ekstraselular otot dan mechanotransduction fibroblast (Chaintow, 2001).

2.5 Active Isolated Stretching

2.5.1 Pengertian Active Isolated Stretching

Active Isolated Stretching merupakan suatu teknik atau metode stretching yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merelaksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (reciprocal inhibition) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa meningkatkan ketegangan otot (muscle tension) pada otot agonis (Longo, 2009). Teknik active isolated stretching atau yang biasa disebut dengan metode Mattes merupakan suatu pengembangan metode myofascial technique yang memiliki tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia.

Menurut Kochno (2009), dimana Active Isolated Stretching merupakan stretching aktif, dengan menggunakan terapi myofacial release dan stretching untuk otot yang dangkal


(3)

maupun yang dalam, tendon dan facia. Stretching berguna mengoptimalkan fleksibilitas. Gerakan aktif yang memungkinkan otot antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas tanpa hambatan. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated Stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur strktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan menigkatkan fleksibilitas otot. Adapun tujuan dari pemberian active isolated stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS).

Teknik Active Isolated Stretching merupakan aspek penting dari program latihan di rumah (home training program) dan merupakan penatalaksanaan terapi jangka panjang pada beberapa gangguan muskuloskeletal. Menurut (Olaf & Jean, 1997) active stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot yang membatasi gerakan. Pemberian edukasi terhadap subyek tentang cara yang aman melakukan prosedur active isolated stretching di rumah sangat penting untuk pencegahan injuri kembali atau mencegah terjadinya disfungsi di masa akan datang. Adapun prinsip untuk mengaplikasikan active isolated stretching adalah sebagai berikut: Posisi awal harus aman dan stabil, latihan harus selalu terkontrol dan mempunyai dampak yang sesuai, otot atau grup otot harus dalam keadaan terulur di berbagai posisi dan memanjang sebisa mungkin sehingga dapat mencapai batas dari mobilitas normal.


(4)

Tsatsouline (2001), secara umum menjelaskan Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat, apabila suatu otot terulur dengan sangat cepat maka spindel otot berkontraksi untuk menghantarkan rangsangan serabut afferen primer yang menimbulkan ekstrafusal melaju dan tegangan otot meningkat. peristiwa ini disebut monosinaptik refleks stretch. Sedangkan jika otot diulur dengan kekuatan yang sedang dan perlahan-lahan maka laju golgi tendon organ dan inhibisi dalam otot menyababkan sarkomer memanjang. Dalam penerapan prosedur Active Isolated Stretching menujukkan suatu kontraksi isotonik dari otot yang mengalami pemendekan, secara aktif otot memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang diakukan saat Active Isolated Stretching dari otot yang mengalami pemendekan akan menghasilkan otot memanjang secara maksimal tanpa perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari spindel otot untuk segera mengulur panjang otot yang meksimal. Golgi tendon organ akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah dipanjangkan.

2.5.2 Prosedur Active Isolated Stretching

Adapun prosedur pemberian Active Isolated Stretching (AIS) adalah sebagai berikut: 1. Sampel melakukan pemanasan agar terhindar dari cedera saat melakukan latihan 2. memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tujuan latihan yang diberikan 3. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman


(5)

4. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan telapak kaki 5. Sebelumnya sampel diberi instruksi terlebih dahulu oleh Fisioterapis.

6. Sampel diminta mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full extensi atau Straight Leg Raises dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk Hip dalam posisi flexi, setelah itu Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan 2 set.

Gambar 2.6: Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching. B. Penguluran otot Hamstring

Sumber: Williams, 2011

2.5.3 Mekanisme Active Isolated Stretching terhadap Fleksibilitas otot hamstring

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur active isolated stretching pasien menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada otot yang mengalami pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat active isolated stretching secara fisiologis akan merespon otot antagonis untuk menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa


(6)

perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari Muscle Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. Golgi tendon organ akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah di stretching.

Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan active isolated stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link pada otot yang memendek. Active isolated stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami pemendekan. Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated Stretching yang dilakukan secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas sarkomer yang terganggu. Active Isolated Stretching dapat mencegah dan atau mengurangi tightness dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated Stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot hamstring yang membatasi gerakan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MUSCLE ENERGY TEHNIQUE (MET) DAN DYNAMIC Pengaruh Muscle Energy Tehnique (Met) Dan Dynamic Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

0 11 11

PENGARUH MUSCLE ENERGY TEHNIQUE (MET) DAN Pengaruh Muscle Energy Tehnique (Met) Dan Dynamic Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

3 14 17

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Muscle Energy Tehnique (Met) Dan Dynamic Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

1 36 4

PENGARUH ACTIVE STRETCHING DAN HOLD RELAX STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN Pengaruh Active Stretching Dan Hold Relax Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Pemain Futsal.

0 1 13

PENGARUH Pengaruh Muscle Energy Technique Dan Static Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Angkasa Surakarta.

0 1 18

PENGARUH Pengaruh Muscle Energy Technique Dan Static Stretching Terhadap Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Angkasa Surakarta.

0 4 14

PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PEMAIN FUTSAL UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA CONTRACT

0 2 11

PENGARUH PENAMBAHAN FOAM ROLLING PADA INTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN SEPAK BOLA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN FOAM ROLLING PADA INTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENINGKATAN FLEKSI

0 0 15

Perbedaan Pengaruh Active Isolated Stretching Dan Static Stretching Terhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Penjahit - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 12

PERBEDAAN PENGARUH BALLISTIC STRETCHING DAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - Perbedaan Pengaruh Ballistic Stretching Dan Active Isolated Stretching Terhadap Peningkatan Flek

0 1 12