Kinerja Lembaga Perkreditan Desa Berbasis Balanced Scorcard Sekecamatan Buleleng.
i
TESIS
KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA BERBASIS
BALANCED SCORECARD
SE-KECAMATAN BULELENG
MADE AMANDA DEWANTI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
ii
TESIS
KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA
BERBASIS
BALANCED SCORECARD
SE-KECAMATAN BULELENG
MADE AMANDA DEWANTI NIM : 1390662025
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
iii
KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA
BERBASIS
BALANCED SCORECARD
SE-KECAMATAN BULELENG
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
MADE AMANDA DEWANTI NIM : 1390662025
PROGRAM MAGISTER
MANAJEMEN STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
(4)
iv
Lembaran Pengesahan
Tesis Ini Telah Disetujui Tanggal 24 Maret 2016
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE.,M.Si Dr. I.B Panji Sedana,SE.,M.Si NIP. 19630801 198702 2 001 NIP. 19590603 198601 1 001
Mengetahui, Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si NIP. 19590801 198601 2 001
(5)
v
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 2 Maret 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 1213/UN 14.4/HK/2016, Tanggal : 26 Februari 2016
Ketua : Prof.Dr.Luh Putu Wiagustini,SE.,M.Si Anggota :
1. Prof. Dr. I.G.B Wiksuana. SE.,MS 2. Dr. I.B Panji Sedana, SE., M.Si 3. Dr. Luh Gede Sri Artini,SE.,M.Si 4. Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak
(6)
vi
SURAT PERSYARATAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,
(Made Amanda Dewanti)
NAMA : Made Amanda Dewanti NIM : 1390662025
PROGRAM STUDI : Magister Manajemen
JUDUL TESIS : Kinerja Lembaga Perkreditan Desa Berbasis
(7)
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Luh Putu Wiagustini,SE.,M.Si sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I.B Panji Sedana,SE.,Msi sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si sebagai Ketua Program MM Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I.G.B Wiksuana. SE.,MS, Dr. Luh Gede Sri Artini,SE.,M.Si dan Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada semua guru dan dosen yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih teman-teman dan rekan mahasiswa mahasiswi Program Magister Manajemen angkatan XXXI telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk kelancaran tesis ini.
Semoga Ida Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, Penulis
(8)
viii ABSTRAK
KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA BERBASIS BALANCED SCORECARD SE-KECAMATAN BULELENG
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan lembaga keuangan yang berada di desa adat. Pendirian LPD tidak semata-mata hanya untuk sosial ekonomi yang cenderung dikaitkan dengan profit tetapi terdapat misi untuk menjaga kehidupan budaya.
Penelitian ini dilakukan di LPD Kecamatan Buleleng. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dengan metode Balanced Scorecard yang ditinjau dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif nasabah, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Temuan dari penelitian ini berdasarkan analisis perspektif keuangan menunjukkan kinerja dengan predikat sehat, perspektif nasabah menunjukkan kinerja dengan kategori baik, perspektif proses internal menunjukkan kinerja dengan kategori baik dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan kinerja dengan kategori baik. Secara keseluruhan kinerja LPD menunjukkan kinerja dalam katagori baik.
(9)
ix ABSTRACT
LEMBAGA PERKREDITAN DESA PERFORMANCE BASED BALANCED SCORECARD ON BULELENG DISTRICT
Lembaga perkreditan Desa are financial institution built and operated in Traditional Village Especially in Bali. Objective of establishment LPD are not merely to finding profit, but there is another mission to keep social and cultural life in Bali.
This Research was conducted in the LPD Buleleng district. The purpose of this research is know the performance of LPD Buleleng district with Balanced Scorecard Method are evaluated by four perspectives: financial perspectives, customer perspectives, Internal business process perspectives, learning and grow perspectives. In Accordance with the objectives, this research is descriptive research.
The Results of this research based on the analysis of the financial perspectives this indicator for performance with healty predicate, the perspectives of costumers is an indicator for a good performance by category, internal process perspective is an indicator for good performance by category and for the last perspective is learning and growth perspective is an indicator for good performance by category. Overall performance LPD showed good performance in the category.
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PRASYARAT GELAR ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
PENEMPATAN PANITIA PENGUJI ... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja ... 9
2.2 Balanced Scorecard ... 12
2.2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard... 16
2.2.2 Manfaat Balanced Scorecard ... 29
2.2.3 Keunggulan Balanced Scorecard ... 30
2.3 Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ... 33
2.3.1 Tujuan, Fungsi dan Usaha LPD ... 34
2.3.2 Peluang dan Tantangan LPD ... 35
BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Berfikir ... 38
3.2 Kerangka Konseptual ... 40
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian ... 42
4.2 Variabel Penelitian ... 42
4.2.1 Identifikasi Variabel ... 42
4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 43
4.3 Jenis Data ... 50
4.4 Sumber Data ... 50
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 51
4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 55
(11)
xi
4.7.1 Uji Validitas ... 55
4.7.2 Uji Reliabilitas ... 56
4.8 Teknik Analisis Data ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden 5.1.1 Responden Karyawan ... 62
5.1.2 Responden Nasabah ... 63
5.1.3 Responden Kunci ... 65
5.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 5.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Nasabah ... 66
5.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas InstrumenKaryawan .... 67
5.3 Kinerja LPD Kecamatan Buleleng ditinjau dari Perspektif Keuangan 68 5.4 Kinerja LPD Kecamatan Buleleng ditinjau dari Perspektif Proses Bisnis Internal ... 72
5.5 Kinerja LPD Kecamatan Buleleng ditinjau dari Perspektif Nasabah .. 73
5.6 Kinerja LPD Kecamatan Buleleng ditinjau dari Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 75
5.7 Indeks Komposit ... 76
5.8 Pembahasan ... 78
5.9 Perspektif Keuangan ... 78
5.10 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 80
5.11 Perspektif Nasabah ... 81
5.12 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran... 83
5.13 Indeks Komposit ... 86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 88
6.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN
(12)
xii
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1.1 Total Aset dan ROA LPD Kecamatan Buleleng Periode 2013-2014 ... 5
4.1 Jumlah Nasabah dan Karyawan LPD Kecamatan Buleleng ... 51
4.2 Jumlah Populasi dan sampel Nasabah LPD di Kecamatan Buleleng ... 53
4.3 Jumlah Populasi dan sampel karyawan LPD di Kecamatan ... 54
4.4 Rasio Kriteria, Bobot dan Skor untuk Menilai Kinerja Keuangan ... 58
4.5 Penggolongan tingkat kesehatan LPD dari Perspektif Keuangan ... 58
4.6 Nilai Total Kinerja Perspektif Keuangan, Perspektif nasabah,Perspektif Proses Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 61
5.1 Gambaran Umum Responden Karyawan ... 62
5.2 Gambaran Umum Responden Nasabah ... 65
5.3 Gambaran Umum Responden Kunci ... 66
5.4 Perhitungan ROA LPD Kecamatan Buleleng ... 68
5.5 Perhitungan CAR LPD Kecamatan Buleleng ... 69
5.6 Perhitungan BOPO LPD Kecamatan Buleleng ... 70
5.7 Perhitungan LDR LPD Kecamatan Buleleng ... 70
5.8 Perhitungan NPL LPD Kecamatan Buleleng ... 71
5.9 Ringkasan hasil perhitungan rasio keuangan LPD Kecamatan Buleleng tahun 2013 ... 72
5.10 Pernyataan Responden untuk Perspektif Proses Bisnis Internal ... 72
5.11 Pernyataan Responden untuk Perspektif Nasabah LPD Kecamatan Buleleng ... 74
5.12 Pernyataan Responden untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran .... 75
5.13 Hasil indepth interview dan Perhitungan Nilai Bobot Kinerja ... 77
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1 Kuisioner Perspektif Proses Bisnis Internal ... 98
2 Kuisioner Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 100
3 Kuisioner Perspektif Nasabah ... 102
4 Kuisioner Responden Kunci ... 105
5 Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Nasabah ... 108
6 Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Karyawan ... 109
7 Hasil Perhitungan ROA tahun 2013 dan 2014 ... 110
8 Hasil Perhitungan CAR tahun 2013 dan 2014 LPD Kecamatan Buleleng ... 112
9 Hasil Perhitungan BOPO tahun 2013 dan 2014 LPD Kecamatan Buleleng ... 114
10 Hasil Perhitungan LDR tahun 2013 dan 2014 LPD Kecamatan Buleleng ... 116
11 Hasil Perhitungan NPL tahun 2013 dan 2014 LPD Kecamatan Buleleng ... 118
12 Jawaban Responden Karyawan ... 120
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perusahaan dalam melaksanakan strategi yang telah ditetapkan, perlu melakukan pengukuran kinerja beserta evaluasi. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi yang bersifat profit oriented atau
non profit oriented (Fahmi, 2011:2). Pengukuran kinerja organisasi adalah
bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai dasar pengambilan keputusan serta pembuatan strategi organisasi pada masa berikutnya (Sembiring 2012:88).
Penilaian kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena mampu memberikan informasi yang dapat digunakan dalam mengevaluasi dan mengembangkan kinerja. Tanpa adanya penilaian kinerja yang kompleks, sulit untuk menilai apakah perusahaan telah mencapai tujuannya dan mengalami peningkatan kinerja dari segala aspek setiap tahunnya. Saat ini, menurut Aditiyo (2012) penilaian kinerja perusahaan di Indonesia masih didominasi oleh penilaian kinerja secara konvensional, yakni hanya berfokus pada perspektif keuangan semata tanpa memperhitungkan perspektif-perspektif lainnya di dalam perusahaan. Roseman dan Wise (1999) dalam banyak kasus menilai kinerja perusahaan hanya menggunakan perspektif keuangan saja tidak cukup untuk menganalisis perkembangan suatu perusahaan.
(15)
2
Kinerja organisasi yang hanya dinilai dari sisi keuangan tidaklah cukup. Kaplan dan Norton (2000:8) menyebutkan bahwa penilaian kinerja yang hanya berfokus pada finansial saja belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu organisasi sudah baik atau belum, karena pengukuran kinerja yang berdasarkan pada aspek keuangan saja mengakibatkan orientasi organisasi hanya mengarah kepada kepentingan jangka pendek saja tanpa memerhatikan kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang.
Sistem pengukuran kinerja yang dirancang oleh Kaplan dan Norton, merupakan sistem pengukuran kinerja yang diciptakan untuk melengkapi pengukuran kinerja tradisional yang meliputi: perspektif keuangan, perspektif nasabah, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang disebut dengan Balance Scorecard. Perspektif nasabah penting untuk diperhatikan sebab nasabah mendukung kelangsungan LPD Kecamatan Buleleng. Perspektif proses bisnis internal penting diperhatikan agar LPD mampu untuk menyusun perencanaan sumber daya internal untuk memenuhi tuntutan pelayanan yang dibutuhkan oleh nasabah. Pentingnya menanamkan investasi pada sumber daya manusia yang dimiliki mendorong terwujudnya kinerja yang baik untuk itu penting bagi LPD memperhatikan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Melalui perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspektif nasabah serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang kompleks
(16)
3
terhadap visi, misi dan strategi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Balanced Scorecard telah dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk
menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif pada kinerja keuangan dan non keuangan, pada kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjangnya (Moehoriono, 2012:159). Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penggunaan
Balanced Scorecard seperti penelitian yang dilakukan oleh Krisnadewi dan
Pramesti Sukma (2013), Philib (2011), Reid (2011), Panicker dan Seshadri (2013), Trian dan Ridiyah (2015), Darmiyati (2013), Normasari, dkk (2013).
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan Lembaga Perkreditan Desa yang berada di desa pakraman dalam wilayah Provinsi Bali yang diatur oleh Peraturan Desa (Perda) yang diakui dan dikukuhkan dalam status hukum sebagai suatu bentuk badan usaha keuangan, yang bersifat khusus, karena hanya akan menyelenggarakan kegiatan usaha dalam wilayah desa (Nuratni, 2013:7). Bidang usaha LPD meliputi perkreditan, memungut tabungan dan disalurkan melalui kredit yang efektif dan terarah, agar mampu membantu masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah.
Perkembangan LPD setiap tahunnya begitu pesat dan semakin tumbuh, hampir setiap Desa Adat/Pakraman di Bali. Perkembangan tersebut sudah sepantasnya LPD dikelola secara profesional agar kinerja semakin meningkat, baik dari segi sumber daya manusia maupun manajemen, sehingga para pengelola LPD mampu bersaing pada tingkat yang lebih tinggi dan memberi dampak terhadap Desa
(17)
4
Adat pada khususnya dan Bali pada umumnya terjadi pertumbuhan perekonomian dipedesaaan.
Penelitian ini dilakukan di LPD karena lembaga ini memiliki keunikan dibandingkan dengan lembaga keuangan pada umumnya. LPD hanya diperbolehkan menghimpun tabungan dari para masyarakat di desa pakraman tersebut, namun boleh menerima kredit dari lembaga keuangan manapun (Izin Bank Indonesia 17 Februari 1999). Undang-undang LPD mengatur tentang landasan hukum adat yang disebut dengan awig-awig. Jadi konstitusi LPD diakui, diberi ruang hidup, dan budaya masyarakat adat yang memperkaya khasanah budaya, cerminan dari kearifan lokal masyarakat adat itu (Nurjaya, dkk, 2011:32). Pendirian LPD tidak semata-mata hanya untuk sosial ekonomi yang cenderung dikaitkan dengan profit tetapi terdapat misi untuk menjaga kehidupan budaya, dihubungkan lagi dengan persoalan dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana) (Nurjaya, dkk, 2011:25).
Pengukuran kinerja LPD penting untuk dilakukan dalam empat perspektif
Balanced Scorecard agar LPD mampu untuk bersaing tidak hanya dari perspektif
keuangannya saja, namun dapat mempertahankan nasabah yang dimiliki, mengetahui keinginan dari nasabah, melakukan inovasi baik dalam bidang teknologi yang diberikan oleh pihak LPD. Pengukuran kinerja LPD dari perspektif keuangan akan diukur dengan menggunakan ROA, BOPO, LDR, NPL dan CAR. Pengukuran kinerja dari perspektif proses bisnis internal, perspektif nasabah, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan diukur dengan menggunakan kuisioner. Dimensi yang digunakan untuk mengukur perspektif proses bisnis
(18)
5
internal adalah bekerja sesuai dengan prosedur, kepuasan terhadap sarana dan prasarana yang digunakan dan perencanaan yang sistematis. Pengukuran kinerja dari perspektif nasabah akan diukur menggunakan dimensi dari kualitas layanan yang diberikan, dan pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan diukur dengan menggunakan dimensi komitmen, pendidikan dan pelatihan, dan penghargaan.
Lokasi penelitian ini adalah LPD Kecamatan Buleleng yang terdaftar di LPLPD. Kecamatan Buleleng memiliki lima belas LPD yang sehat, memiliki permodalan yang cukup hal ini dapat dilihat dari total aset dan laba yang dihasilkan oleh LPD selama periode 2013-2014 sebagai berikut.
Tabel 1.1 Total Aset dan ROA LPD Kecamatan Buleleng Periode 2013-2014
Nama LPD EAT (2013) EAT (2014) Total Aktiva (2013) Total Aktiva (2014) ROA (2013) ROA (2014) Alapsari 82,099 85,324 3,952,365 5,029,256 2.08 1.70 Anturan 3,228,336 4,274,405 99,190,409 117,602,503 3.25 3.63 Bangkang 6,219 6,412 187,667 186,943 3.31 3.43 Banyuning 761,823 1,154,293 24,018,676 27,202,619 3.17 4.24 Buleleng 26,304 26,501 375,465 435,682 7.01 6.08 Galiran 15,296 13,153 620,840 573,942 2.46 2.29 Kalibukbuk 815,585 1,188,746 22,574,958 28,054,241 3.61 4.24 Nagesepeha 182,735 248,272 3,873,358 5,018,237 4.72 4.95 Padang Keling 25,458 49,192 1,187,813 1,307,637 2.14 3.76 Pemaron 374,655 405,313 9,614,864 9,667,206 3.90 4.19 Penarukan 428,296 471,633 7,413,54 8,368,145 5.78 5.64 Pengelatan 1,043,178 1,394,683 22,658,441 27,056,839 4.60 5.15 Petandakan 165,890 215,048 4,029,605 4,367,730 4.12 4.92 Poh Bergong 162,197 234,182 3,893,140 4,463,481 4.17 5.25 Sari Mekar 151,100 192,351 3,017,609 3,606,995 5.01 5.33 Tukad Mungga 3,633,103 4,131,548 114,226,234 133,109,417 3.18 3.10 Sumber: Laporan Keuangan LPLPD 2013-2014
(19)
6
LPD Kecamatan Buleleng dalam menilai kinerjanya hanya menitikberatkan pada perspektif keuangan saja yaitu mengacu pada Surat Keputusan (SK) Direksi Bank Pembangunan Daerah Bali No. 0303.102.10.2004.2 tanggal 5 Agustus 2004 tentang Sistem Penilaian terhadap Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Beberapa kelemahan dari pengukuran kinerja apabila hanya dilihat dari perspektif keuangan saja diantaranya tidak melibatkan peran karyawan, berorientasi jangka pendek dan hanya memperhitungkan aset yang terlihat (Prihadi, 2013).
Kondisi ini merupakan alasan mengukur kinerja LPD menggunakan
Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan maupun non keuangan. Balanced Scorecard melengkapi ukuran keuangan masa lalu dengan ukuran pemicu kinerja masa depan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan utama dari LPD Kecamatan Buleleng yang sehat serta laba yang meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Lembaga Perkreditan Desa Berbasis
Balanced Scorecarddi Kecamatan Buleleng”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif keuangan?
(20)
7
2) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif proses bisnis internal?
3) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif nasabah?
4) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan?
5) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng secara komprehensif?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif keuangan.
2) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif nasabah.
3) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif proses bisnis internal.
4) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
(21)
8
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kajian empiris terhadap ilmu manajemen tentang penerapan dari Balanced Scorecard
dalam penilaian kinerja LPD Kecamatan Buleleng. 2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi LPD dalam memecahkan masalah yang ada di lapangan guna meningkatkan kinerja karyawannya dan profitabilitas LPD. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan informasi bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan pada LPD Kecamatan Buleleng.
(22)
(23)
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja
Menurut Rivai dan Sagala (2011: 604) kinerja merupakan suatu gambaran yang utuh mengenai hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Sembiring (2012:81) mendefinisikan kinerja sebagai tingkat pencapaian sutu kebijakan atau kegiatan dengan menggunaka sejumlah sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja dapat didefinisikan sebagai gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi (Indra Bastian, 2001).
Keberhasilan pencapaian strategi yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu ditentukan ukurannya dan ditentukan inisiatif strategi untuk mewujudkan sasaran tersebut. Sasaran strategi beserta ukurannya kemudian digunakan untuk menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian kinerja (Mulyadi, 2007:337). Agar dapat mengetahui keefektifan dari strategi yang telah dijalankan perusahaan, pihak manajemen perlu melakukan serangkaian pengukuran atau penilaian terhadap kinerja mereka dalam rangka mengeksekusi strategi yang dijalankan (Tho, 2009).
(24)
10
Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, yang kegiatannya mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan sasaran-sasaran atau tujuan program evalusasi (Moeheriono, 2012). Hasil pengukuran kinerja tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi hasil kerja dari periode yang lalu. David (2011:509) menyatakan pengukuran kinerja merupakan perbandingan antara hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan realiasi pencapaian hasil, penyidikan berbagai penyimpangan yang terjadi terhadap strategi, evaluasi, dan pengamatan akan kemajuan dari arah pencapaian yang telah ditentukan.
Menurut Mardiasmo (2009), tujuan dan manfaat sistem penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1) Tujuan sistem penilaian kinerja
a) Untuk mengkomunikasiakn strategi secara lebih baik agar apa yang menjadi tujuan akan terlaksana dengan baik.
b) Untuk mengukur kinerja financial dan non-financial secara berimbang.
c) Untuk mengakomodasikan pemahaman kepentingan manager level menengah, dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.
d) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
(25)
11
2) Menurut Vanany (2009) manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut.
a) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
b) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
c) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan tingkat kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
d) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) secara objectif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
f) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
(26)
12
2.2 Balanced Scorecard (BSC)
Penilaian kinerja dirancang oleh perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan dalam menjalankan aktivitasnya dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang berkesinambungan. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan tradisional merupakan metode yang biasa digunakan oleh perusahaan secara umum. Namun pengukuran kinerja dengan menggunakan tolak ukur tradisional saja memiliki kelemahan seperti tidak dapat mengukur keahlian pekerja, motivasi, fleksibilitas, serta loyalitas pelanggan (Kaplan dan Norton, 2000: 6). Kelemahan pengukuran kinerja menggunakan pendekatan tradisonal yang disampaikan oleh Amstrong (2009: 232) bahwa pengukuran keuangan tidak dapat mengevaluasi faktor penting seperti inovasi, keterlibatan karyawan hubungan karyawan dan tingkat kepuasan pelanggan dan karyawan. Amstrong (2009: 230) juga menegaskan bahwa sistem penilaian kinerja tradisional belum memadai untuk perusahaan modern, karena hubungan antara karyawan, pelanggan, pemasok dan steak holder lainya juga merupakan aspek penting yang diukur dari kinerja organisasi.
Berdasarkan kelemahan dari pengukuran kinerja menggunakan pendekatan keuangan maka Kaplan dan Norton (2000:7) mengembangkan suatu konsep pengukuran kinerja dengan menggunakan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
(27)
13
Penggunaan Balanced Scorecard diharapkan dapat membantu perusahaan untuk bersaing dan mampu bertahan ditengah lingkungan yang kompetitif. Chirstina dan Sudana (2013) apabila perusahaan menggunakan pendekatan
Balanced Scorecard sebagai alat ukur dalam pencapaian strategi perusahaan, hal
ini dapat memberikan dampak yang baik di masa yang akan datang baik dari sisi finansial dan non-finansialnya.
Balanced Scorecard terdiri atas dua suku kata yaitu scorecard dan
balanced. Scorecard adalah nilai untuk mengukur kinerja, yang dapat dibandingkan
dengan kinerja yang direncanakan dan dapat digunakan sebagai evaluasi. Balanced
(berimbang) artinya kinerja diukur secara berimbang untuk aspek-aspek keuangan dan non keuangan. Otley (1999) menyebutkan bahwa pendekatan Balanced
Scorecard adalah pendekatan multi-dimensi untuk pengukuran kinerja dan
manajemen yang khusus terkait dengan strategi organisasi. Balanced Scorecard
dapat diartikan sebagai satu kumpulan dari empat ukuran yang berkaitan langsung dengan strategi suatu perusahaan: kinerja keuangan, pengetahuan mengenai pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Menurut Suartana (2009:101), Balanced Scorecard adalah sistem pengelolaan (bukan hanya sistem pengukuran) yang dapat membantu organisasi untuk menjelaskan visi, misi dan strategi mereka, serta menerapkan dalam operasinya. Keseimbangan antara pengukuran keuangan dan non keuangan akan dapat membantu perusahaan dalam mengetahui dan mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan (Ciptani, 2000). Keseimbangan disini menunjuk pada keseimbangan perspektif dalam Balanced
(28)
14
Scorecard yang mengukur perspektif keuangan dan non keuangan sebagai berikut
(Hayati, 2011).
1) Perspektif keuangan, untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah perusahaan memandang pemegang saham.
2) Perspektif pelanggan, yaitu untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah konsumen memandang perusahaan.
3) Perspektif internal, untuk menjawab pertanyaan pada bidang apakah perusahaan memiliki keahlian dan bagaimanakah efektifitas internal perusahaan
4) Perspektif inovasi dan pembelajaran, untuk menjawab pertanyaan apakah perusahaan mampu berkelanjutan dan menciptakan nilai serta mengadakan perubahan untuk maju.
Penilaian kinerja dilakukan tidak hanya untuk melihat kinerja jangka pendek melainkan dapat juga digunakan untuk melihat kinerja jangka panjangnya. Beberapa manfaat yang diperoleh oleh perusahaan apabila mengimplementasikan Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen (Kaplan dan Norton, 2000: 7).
1) Menerjemahkan Visi dan Misi Organisasi
Untuk menentukan ukuran kinerja perusahaan, visi organisasi dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh organisasi dimasa mendatang yang biasanya dinyatakan dalam suatu atau beberapa kalimat singkat, dan untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan suatu strategi.
(29)
15
Sedangkan misi adalah kondisi perusahaan yang akan diwujudkan dimasa mendatang dan merupakan penjabaran lebih lanjut visi perusahaan yang mana menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk merumuskannya. Pada proses perencanaan strategi, misi ini dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan strategi dengan ukuran-ukuran pencapaiannya.
2) Mengkomunikasikan dan Mengaitkan Tujuan serta Ukuran Strategis Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dikomunikasikan keseluruh organisasi melalui surat edaran, papan bulletin atau melalui jaringan komputer. Hal tersebut dilakukan agar semua orang yang terdapat didalam organisasi memahami tujuan jangka panjang masing-masing unit bisnis dan juga strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan bagi setiap pekerja sudah dapat menyiapkan strategi yang dapat memberikan kontribusi bagi ketercapaian tujuan dalam unit bisnis tersebut.
3) Rencana Bisnis
Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintregasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua oragnisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintregasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi dengan menggunakan balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk
(30)
16
diprioritaskan, akan menggerakkan ke arah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4) Meningkatkan Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis
Proses keempat ini akan memberikan pembelajaran strategi kepada perusahaan. Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek. dalam mengevaluasi strategi.
2.2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan penilaian kinerja dengan menggunakan
empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif nasabah, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Penjelasan mengenai keempat perspektif dalam Balanced Scorecard akan diuraikan sebagai berikut.
1) Perspektif Keuangan / Financial
Balanced Scorecard menggunakan perspektif keuangan karena penilaian
kinerja merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomis yang telah dilakukan (Kaplan dan Norton, 2000:23). Pengukuran kinerja keuangan penting untuk dilakukan karena keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan mendorong tercapainya tujuan dari ketiga perspektif yang ada dalam
Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja keuangan dapat diukur dengan
(31)
17
(Biaya Operasional Pendapatan Operasional), CAR (Capital Adequency
Ratio), NPL (Non Performing Loan) dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
a) NPL (Non Performing Loan)
Bank dalam operasionalnya memiliki banyak risiko. Salah satu risiko perbankan adalah risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi jika
counterparty gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan (Hanafi,
dkk 2012:383). Menurut Siamat (2005:92), risiko kredit adalah suatu risiko yang muncul sebagai akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Risiko kredit merupakan risiko tidak kembalinya kredit yang diberikan bank kepada masyarakat baik sebagian maupun seluruhnya berdasarkan perjanjian yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban (Sudirman, 2013:192). Haneef et al. (2012) menyatakan bahwa risiko kredit diukur dengan persentase kredit bermasalah terhadap total kredit atau dengan kata lain risiko kredit diukur dengan Non Performing Loan (NPL).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.31, NPL adalah kredit bermasalah pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok atau bunga telah lewat hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Menurut Ijaz et al. (2012), NPL merupakan kredit macet di mana debitur tidak melakukan pembayaran jumlah uang yang dipinjam selama setidaknya 90 hari.
(32)
18
Menurut Haneef et al. (2012), timbulnya kegagalan untuk mengembalikan pinjaman menyebabkan terjadinya NPL sehingga menyebabkan menurunnya profitabilitas. Penelitian Joseph et al. (2012) menyatakan bahwa kredit bermasalah dapat mempengaruhi kemampuan bank untuk memainkan peran dalam perkembangan ekonomi. NPL dapat dirumuskan sebagai berikut.
NPL =
b) LDR (Loan to Deposit Ratio)
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Horne, 2007:206). Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancarnya (Brigham and Houtson, 2010:134). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut dalam keadaan
likuid, sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu memenuhi
kewajibannya disebut illikuid (Raharjaputra, 2009:194). Likuiditas merupakan istilah yang menunjukkan persediaan uang tunai dan aset lain yang digunakan bank untuk menghasilkan uang tunai di mana likuiditas dapat diukur dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) (Darmawi, 2011:61). LDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi
Kredit Bermasalah Total Kredit
(33)
19
jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2011:290). LDR dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sumber: Suyanto (2013: 140)
c) BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Tingkat efisensi usaha bank secara tradisional dapat diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (Wijayanto, 2010). Rasio BOPO merupakan rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan antara biaya operasional yang dikeluarkan dengan biaya operasionalnya (Dendawijaya, 2009:119). Melalui rasio BOPO dapat diketahui apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien (Sudiyatno, 2010).
Semakin rendah rasio BOPO akan lebih baik karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya operasional dengan pendapatan operasional (Rivai,dkk. 2013:482) dengan kata lain semakin efisien bank dalam mengelola biaya operasional yang dikeluarkan sehingga dengan semakin efisiennya pengendalian biaya maka keuntungan bank akan semakin besar. Riyadi (2006:159), jika angka rasio BOPO di atas 90 persen dan mendekati 100 persen berarti kinerja bank tersebut menunjukkan LDR = Total Kredit yang Diberikan X 100%
(34)
20
tingkat efisiensi yang rendah tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75 persen, maka kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi. BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut :
d) ROA (Return on Asset)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Profitabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut (Munawir, 2002:33).
Penelitian ini hanya menggunakan profitabilitas yang terkait dengan penggunaan aktiva yaitu ROA. ROA merupakan rasio antara saldo laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. Menurut Munawir (2002:269), ROA merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Hanafi, dkk (2012:157) menyatakan bahwa analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki
X 100persen
……….(3) Sumber: Suyanto (2013: 139)
BOPO =
Pendapatan Operasional Biaya Operasional
(35)
21
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Rasio ROA sering digunakan manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut.
e) CAR (Capital Adequency Ratio)
Capital Adequency Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kecukupan modal suatu bank dalam menunjang suatu aktiva atau menghasilkan risiko, misalnya kredit. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:256), CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi serta mengontrol risiko-risiko mungkin timbul karena pengaruh dari pada kinerja suatu bank dalam menghasilkan suatu keuntungan dan menjaga besarnya modal yang dimiliki oleh perusahaan perbankan.
CAR adalah perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Semakin besar CAR maka keuntungan bank juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Yuliani, 2007).
ROA = Laba Setelah Pajak
Total Aktiva X 100persen
………..…...(4) Sumber : Suyanto (2013: 138)
CAR =
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Sumber: Suyanto (2013: 135)
Modal LPD
(36)
22
2) Perspektif Nasabah
Nasabah merupakan aset yang penting yang harus diperhatikan oleh LPD Kecamatan Buleleng. Meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh LPD sangat penting dilakukan untuk menjaga loyalitas dari nasabah. Kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara tingkat keunggulan yang dirasakan oleh konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan oleh konsumen (Normasari, dkk, 2013). Berdasarkan definisi yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pegertian dari kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.
Terdapat lima dimensi dari kualitas pelayanan yang disampaikan oleh Tjiptono (2008: 68) sebagai berikut.
a) Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan serta keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang digunakan ,serta penampilan pegawainya.
b) Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan organisasi untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
(37)
23
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
c) Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan.
d) Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Jaminan terdiri dari beberapa komponen antara lain, komunikasi, kredibilitas,
keamanan, kompeten, dan sopan santun.
e) Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Kaplan dan Norton (2000: 59) membagi dua kelompok pengukuran dalam perspektif nasabah yaitu :
(1) Kelompok pengukuran inti (core measurement group).
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan,
(38)
24
mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok pengukuran inti, terdapat lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.
(2) Kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition). Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang dikuasai dan pasar yang potensial yang mungkin dimasuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi. Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan perusahaan dalam produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri dari:
a. Atribut produk/jasa, yang meliputi: fungsi, harga, dan kualitas produk. b. Hubungan dengan pelanggan, yang meliputi: distribusi produk kepada
pelanggan, termasuk respon dari perusahaan, waktu pengiriman, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
c. Citra dan reputasi, yang menggambarkan faktor intangible bagi perusahaan guna menarik pelanggan agar berhubungan dengan perusahaan atau membeli produk.
(39)
25
3) Perspektif Proses Internal / Internal Business Process
Pada perspektif proses bisnis internal perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh manajer dan karyawan untuk menciptakan suatu produk yang memberikan kepuasan bagi pengguna jasa. Secara umum Kaplan dan Norton (2000: 83) membaginya menjadi 3 prinsip dasar yaitu :
(1) Inovasi
Inovasi sebagai gelombang panjang penciptaan nilai di mana perusahaan pertama kali menemukan dan mengembangkan pasar baru, pelanggan baru, serta kebutuhan yang sedang berkembang dan yang tersembunyi dari pelanggan yang ada saat ini. Kemudian dengan melanjutkan gelombang panjang penciptaan dan pertumbuhan nilai, perusahaan merancang dan mengembangkan produk dan jasa baru yang memungkinkan menjangkau pasar dan pelanggan baru serta memuaskan kebutuhan pelanggan yang baru teridentifikasi.
(2) Operasi
Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan nilai di dalam perusahaan. Dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan. Proses ini menitikberatkan kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien, konsisten dan tepat waktu.
(40)
26
(3) Layanan purna jual
Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan serta proses pembayaran. Dalam proses inovasi, unit binis meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih bersembunyi, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut.
Selain yang tiga prinsip yang disampaikan oleh Kaplan dan Norton terdapat tiga dimensi yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kepuasan nasabahnya sebagai berikut.
a) Bekerja sesuai dengan prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.
b) Sarana dan prasarana. Sarana pelayanan dapat berbentuk berbagai fasilitas, peralatan kantor yang digunakan dalam proses memproduksi, menyediakan, atau memberikan pelayanan, antara lain: meja, kursi, filling cabinet, almari, brankas, rak buku, mesin ketik, mesin hitung, alat tulis kantor, formulir, papan tulis, fasilitas pengolahan data, penyimpan data (database), peralatan kontrol/monitoring, komputer, fasilitas telekomunikasi: pesawat telepon, faximile, kendaraan dan lainnya. Prasarana dapat berupa berbagai fasilitas atau peralatan yang mendukung dan melengkapi berfungsinya sarana penyelenggaraan pelayanan secara baik dan optimal, antara lain: berupa instalasi listrik, telpon, air, ruang kerja, ruang rapat/pertemuan, ruang penyimpanan arsip/dokumentasi, ruang sistem kontrol, laboratorium, gudang, ruang tunggu tamu, ruang/halaman parkir dan lain-lainnya yang
(41)
27
digunakan langsung atau menunjang dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
c) Sistematis perencanaan adalah persepsi karyawan tentang sistematika proses kegiatan untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh LPD Kecamatan Buleleng tahun 2014 (Peratuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012).
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan / Learning and Growth
Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkin untuk mendukung tercapainya tujuan tiga perspektif sebelumnya. Kaplan dan Norton (2000: 110) menjelaskan bahwa terdapat tiga kategori dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu:
a) Kapabilitas pekerja
Kapabilitas pekerja merupakan bagian kontribusi dari pekerja kepada perusahaan. Dalam kaitan dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard yaitu : (1) Tingkat kepuasan karyawan. Kepuasan karyawan merupakan suatu prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas pelayanan kepada konsumen, dan kecepatan bereaksi. (2) Tingkat perputaran karyawan (Retensi Karyawan). Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-sia
(42)
28
apabila tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam perusahaannya. (3) Produktivitas karyawan produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata peningkatan keahlian dan semangat, inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang dihasilkan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja.
b) Kapabilitas Sistem Informasi
Motivasi dan keahlian pekerja mungkin diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Tetapi apabila motivasi dan keahlian saja tanpa diikuti dengan informasi mengenai pelanggan, proses internal maka sasaran tersebut tidaklah sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu perusahaan perlu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan agar para pekerja dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan yang kompetitif.
c) Iklim Organisasi
Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif.
5) Hubungan Antar Perspektif Balanced Scorecard
Konsep hubungan sebab akibat memegang peranan yang sangat penting dalam Balanced Scorecard terutama dalam penjabaran tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif. Perspektif keuangan, perspektif nasabah, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran mempunyai satu hubungan antara satu dengan yang lainnya yang penjabarannya merupakan suatu strategi obyektif yang menyeluruh
(43)
29
dan saling berhubungan. Hal tersebut dimulai dari perspektif pembelajaran dan bertumbuh dimana perusahaan mempunyai suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen personel. Peningkatan produktivitas dan komitmen dari karyawan akan meningkatkan kualiatas proses layanan pelanggan. Sehingga, kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula yang terlihat dari perspektif pelanggan. Kepercayaan merupakan modal yang sangat penting bagi perusahaan dalam menunjang keberhasilan dimasa yang akan datang. Tanpa adanya dukungan dari pelanggan perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena pelanggan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting akhirnya akan berpengaruh pada perspektif keuangan yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan penjualan, peningkatan cost
efffectiveness, dan peningkatan return. Jadi dari masing – masing perspektif
memliki peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
2.2.2 Manfaat menggunakan Balanced Scorecard
Pada tahap perkembangannya Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk setiap tahap sistem manajemen strategik, sejak tahap perumusan strategi sampai tahap implementasi dan pemantauan (Mulyadi, 2001). Pada tahap perumusan strategi, Balanced Scorecard digunakan untuk memperluas dalam menafsirkan hasil penginderaan terhadap trend perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri ke perspektif yang lebih luas: keuangan, pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui empat perspektif Balanced Scorecard,
(44)
30
manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang kompleks terhadap misi, visi, dan tujuan perusahaan.
2.2.3 Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai beriku. (Mulyadi, 2001:18-24).
a) Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam
perencanaan strategis. Dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan meluas ketiga perspektif yang lain seperti pelanggan, proses bisnis internal serta pertunbuhan dan pembelajaran. Perluasan persektif secara strategis ke persepektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang serta membuat perusahaan mampu untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. b) Koherensif
Koherensif berarti Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan sebab akibat (Causal Relationship) diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis yang ditetapkan dalam perspektif non-keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekoherensifan strategis yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategis memotivasi personil untuk
(45)
31
bertanggungjawab dalam mencari inisiatif strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
c) Seimbang
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis, penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Sasaran strategis yang lebih difokuskan ke salah satu perspektif mengakibatkan perspektif yang lain terabaikan, hal ini akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan dalam jangka panjang. Oleh karena itu semua perspektif Balanced Scorecard yang ada harus diperlakukan seimbang.
d) Terukur
Keterukuran sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran sasaran strategis yang sulit untuk diukur. Sasaran sararan strategis perspektif non-keuangan merupakan sasaran yang sulit diukur, namun pada pendekatan Balanced Scorecard, ketiga sasaran perspektif non-keuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan dan dilaksanakan dengan baik.
Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan Balanced Scorecard sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Esther (2013) meneliti penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard pada 63 perusahaan jasa yang terdapat di
(46)
32
Kenya. Hasil penelitian ini adalah apabila perusahaan menerapkan Balanced
Scorecard didalam perusahaan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja.
Seperti saat terjadi peningkatan pada kinerja karyawan maka sudah pasti akan meningkatkan efisien dalam hal bisnis internalnya, dan hal ini akan berdampak pada kepuasan pelanggan dan profit yang diterima. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Esther (2013) dapat diambil suatu benang merah bahwa pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Balanced Scorecard tidak hanya melihat dari banyaknya profit yang dihasilkan, melainkan dilihat dari proses yang dilakukan sehingga menghasilkan profit tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Meena Chavan (2009) melakukan penelitian tentang The balanced scorecard: a new challenge, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk fokus pada satu strategi yang dikenal sebagai the Balance Scorecard, membahas tentang semakin pentingnya sistem kinerja Balanced Scorecard, mengeksplorasi isu-isu yang dihadapi oleh organisasi dalam membangun dan menerapkan sistem scorecard, dan berbagi pelajaran dari Organisasi di Australia yang telah menerapkan Balanced Scorecard. Temuan dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa pendekatan Balanced Scorecard memerlukan beberapa substansial perubahan budaya dalam organisasi, membutuhkan pemahaman, komitmen dan dukungan dari manajemen paling atas hingga paling bawah.
Begawan, dkk (2013) penelitian ini dilakukan pada The Coffee Bean and Tea
Leaf Cabang Bali. Pada penelitian ini menggunakan Balanced Scorecard sebagai
alat pengukuran kinerja. Menggunakan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerjanya agar dapat mencapai misi dari perusahaannya yaitu melayani pelanggan
(47)
33
dengan profesional dan ramah, menyediakan service dan produk-produk terbaik, serta memberikan pengalaman terbaik dalam kinerja perusahaan, dan para karyawannya untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik pada kualitas produk, penyampaian pelayanan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang juga dapat memberikan semangat kerja kepada perusahaan dan anggota tim. Agar dapat mencapai misi tersebut maka penilaian kinerja The Coffee Bean and Tea Leaf tidak hanya dari perspektif keuangan saja akan tetapi juga dapat dilakukan dari perspektif non keuangan, sehingga perusahaan dapat terus mempertahankan kinerjanya.
Penelitian dari Begawan ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaanya adalah dalam pengukuran kinerja yang akan dilakukan sama-sama menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja untuk melihat kinerja dari karyawan, kepuasan nasabah, bisnis proses internalnya selain dari perspektif finansialnya. Perbedaan dari penelitian ini adalah objek penelitian yang digunakan serta dalam penelitian yang sudah dilakukan tidak mengukur secara keseluruhan perspektif yang terdapat di dalam Balanced
Scorecard. pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pengukuran secara
keseluruhan terhadap empat perspektif dalam Balanced Scorecard menggunakan indeks komposit.
2.3 Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Definisi Lembaga Perkreditan Desa yang kemudian disingkat LPD sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9, adalah lembaga keuangan milik
(48)
34
desa yang bertempat di desa. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 tahun 2002 menyebutkan bahwa LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa yang dilaksanakan di lingkungan desa dan untuk karma desa dalam wilayah provinsi Bali.
Menurut Suartana (2009:12) LPD merupakan lembaga keuangan milik desa pakraman yang telah berkembang, memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya kepada anggotanya sehingga perlu dibina, ditingkatkan, dan dilestarikan keberadaannya. Definisi yang disampaikan oleh Nurjaya, dkk (2011:25) LPD merupakan badan usaha keuangan yang dimiliki oleh desa dan desa pula yang menjalankan kegiatan usahanya di lingkungan desa dan karma desa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari LPD adalah suatu lembaga keuangan milik desa yang dikelola oleh desa sesuai dengan perda dan awig-awig desa setempat. LPD yang ada didesa memiliki peranan untuk menunjang pembangunan desa, mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa setempat melalui kegiatan menghimpun tabungan dan deposito dari karma desa.
2.3.1 Tujuan, Fungsi dan Usaha LPD
Menurut Nurjaya, dkk (2011:95), tujuan dari adanya LPD adalah sebagai berikut.
1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif.
2) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja dipedesaan.
(49)
35
3) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa.
Fungsi dari LPD adalah memberikan kesempatan berusaha bagi para warga desa setempat, kemudian untuk menampung tenaga kerja yang ada di pedesaan, serta melancarkan lalu lintas pembayaran sekaligus untuk menghapus keberadaan lintah darat atau renternir (Suartana, 2009:4). Sedangkan untuk jenis dari usaha yang dilakukan oleh LPD adalah sebagai berikut.
1) Menerima simpanan uang dari warga masyarakat desanya dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka.
2) Memberikan pinjaman untuk kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian dan kerajinan kecil.
3) Menerima pinjaman dari lembaga keuangan.
2.3.2 Peluang dan Tantangan LPD
Menurut Nurjaya, dkk (2011:105) peluang dan tantangan dari Lembaga Perkreditan Desa adalah sebagai berikut.
Peluang LPD
a) Keunggulan komparatif. Keunggulan yang dimiliki oleh LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, terutama prosedur pelayanan yang sederhana, proses yang cepat, lokasi dari LPD pada umumnya di pusat desa dan adanya sistem kredit yang fleksibel. Disamping itu, LPD memiliki kompetensi inti yakni nasabah LPD
(50)
36
adalah warga desa yang sekaligus adalah pemilik LPD, sehingga loyalitas nasabah terhadap LPD cukup baik.
b) Adanya ikatan pemersatu (common bond) desa yaitu dengan adanya awig-awig desa yang dapat mendukung kinerja LPD, disamping hukum formal berupa peraturan daerah dan peraturan Gubernur. c) Potensi kerjasama keuangan dengan lembaga lain. LPD dapat
mengadakan kerjasama dengan LPD yang lain dan juga dapat melakukan kerjasama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali. d) Karakteristik sosial dan ekonomi nasabah diketahui atau dikenali oleh pengurus atau pengawas LPD, sehingga dapat membantu mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan permohonan pinjaman.
e) Dalam upaya pengentasan kemiskinan dapat bekerjasama dengan desa dinas dan instansi yang terkait lainnya dengan program yang disinergikan.
f) Dukungan kebijakan pemerintah. Pemerintah Provinsi Bali dan Pemda Kabupaten/Kota memberikan perhatian yang besar dalam usahanya untuk memajukan LPD.
Tantangan
a) Persaingan yang semakin ketat dimasa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga dibutuhkan peningkatan pelayanan kepada pelanggan serta diverifikasi sesuai dengan kebutuhan warga desa
(51)
37
sebagai salah satu alternatif mempertahankan dan mencari pelanggan baru.
b) Wilayah operasional yang relatif terbatas. Sesuai peraturan daerah tentang Lembaga Perkreditan Desa, wilayah operasional LPD terbatas pada satu desa saja, sehingga terdapat beberapa LPD yang mengalami kelebihan dana karena terbatasnya peminjam.
c) Peningkatan efisiensi LPD. Meskipun secara umum kinerja LPD sudah baik berdasarkan indikator keuangan seperti ROA dan ROE sehingga efisiensi LPD masih perlu ditingkatkan.
d) Kualitas dan kompotensi SDM LPD relatif masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan guna mengelola LPD yang semakin berkembang. e) Belum adanya program perlindungan khusus bagi nasabah. Seperti
lembaga keuangan lainnya yang mendaftarkan bank mereka pada LPS.
f) Masih sering terjadi permasalahan karena konflik kepentingan, misalnya pergantian pengurus karena alasan yang tidak rasional.
(1)
Kenya. Hasil penelitian ini adalah apabila perusahaan menerapkan Balanced Scorecard didalam perusahaan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja. Seperti saat terjadi peningkatan pada kinerja karyawan maka sudah pasti akan meningkatkan efisien dalam hal bisnis internalnya, dan hal ini akan berdampak pada kepuasan pelanggan dan profit yang diterima. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Esther (2013) dapat diambil suatu benang merah bahwa pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Balanced Scorecard tidak hanya melihat dari banyaknya profit yang dihasilkan, melainkan dilihat dari proses yang dilakukan sehingga menghasilkan profit tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Meena Chavan (2009) melakukan penelitian tentang The balanced scorecard: a new challenge, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk fokus pada satu strategi yang dikenal sebagai the Balance Scorecard, membahas tentang semakin pentingnya sistem kinerja Balanced Scorecard, mengeksplorasi isu-isu yang dihadapi oleh organisasi dalam membangun dan menerapkan sistem scorecard, dan berbagi pelajaran dari Organisasi di Australia yang telah menerapkan Balanced Scorecard. Temuan dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan Balanced Scorecard memerlukan beberapa substansial perubahan budaya dalam organisasi, membutuhkan pemahaman, komitmen dan dukungan dari manajemen paling atas hingga paling bawah.
Begawan, dkk (2013) penelitian ini dilakukan pada The Coffee Bean and Tea Leaf Cabang Bali. Pada penelitian ini menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja. Menggunakan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerjanya agar dapat mencapai misi dari perusahaannya yaitu melayani pelanggan
(2)
dengan profesional dan ramah, menyediakan service dan produk-produk terbaik, serta memberikan pengalaman terbaik dalam kinerja perusahaan, dan para karyawannya untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik pada kualitas produk, penyampaian pelayanan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang juga dapat memberikan semangat kerja kepada perusahaan dan anggota tim. Agar dapat mencapai misi tersebut maka penilaian kinerja The Coffee Bean and Tea Leaf tidak hanya dari perspektif keuangan saja akan tetapi juga dapat dilakukan dari perspektif non keuangan, sehingga perusahaan dapat terus mempertahankan kinerjanya.
Penelitian dari Begawan ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaanya adalah dalam pengukuran kinerja yang akan dilakukan sama-sama menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja untuk melihat kinerja dari karyawan, kepuasan nasabah, bisnis proses internalnya selain dari perspektif finansialnya. Perbedaan dari penelitian ini adalah objek penelitian yang digunakan serta dalam penelitian yang sudah dilakukan tidak mengukur secara keseluruhan perspektif yang terdapat di dalam Balanced Scorecard. pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pengukuran secara keseluruhan terhadap empat perspektif dalam Balanced Scorecard menggunakan indeks komposit.
2.3 Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Definisi Lembaga Perkreditan Desa yang kemudian disingkat LPD sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9, adalah lembaga keuangan milik
(3)
desa yang bertempat di desa. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 tahun 2002 menyebutkan bahwa LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa yang dilaksanakan di lingkungan desa dan untuk karma desa dalam wilayah provinsi Bali.
Menurut Suartana (2009:12) LPD merupakan lembaga keuangan milik desa pakraman yang telah berkembang, memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya kepada anggotanya sehingga perlu dibina, ditingkatkan, dan dilestarikan keberadaannya. Definisi yang disampaikan oleh Nurjaya, dkk (2011:25) LPD merupakan badan usaha keuangan yang dimiliki oleh desa dan desa pula yang menjalankan kegiatan usahanya di lingkungan desa dan karma desa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari LPD adalah suatu lembaga keuangan milik desa yang dikelola oleh desa sesuai dengan perda dan awig-awig desa setempat. LPD yang ada didesa memiliki peranan untuk menunjang pembangunan desa, mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa setempat melalui kegiatan menghimpun tabungan dan deposito dari karma desa.
2.3.1 Tujuan, Fungsi dan Usaha LPD
Menurut Nurjaya, dkk (2011:95), tujuan dari adanya LPD adalah sebagai berikut.
1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif.
2) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja dipedesaan.
(4)
3) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa.
Fungsi dari LPD adalah memberikan kesempatan berusaha bagi para warga desa setempat, kemudian untuk menampung tenaga kerja yang ada di pedesaan, serta melancarkan lalu lintas pembayaran sekaligus untuk menghapus keberadaan lintah darat atau renternir (Suartana, 2009:4). Sedangkan untuk jenis dari usaha yang dilakukan oleh LPD adalah sebagai berikut.
1) Menerima simpanan uang dari warga masyarakat desanya dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka.
2) Memberikan pinjaman untuk kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian dan kerajinan kecil.
3) Menerima pinjaman dari lembaga keuangan.
2.3.2 Peluang dan Tantangan LPD
Menurut Nurjaya, dkk (2011:105) peluang dan tantangan dari Lembaga Perkreditan Desa adalah sebagai berikut.
Peluang LPD
a) Keunggulan komparatif. Keunggulan yang dimiliki oleh LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, terutama prosedur pelayanan yang sederhana, proses yang cepat, lokasi dari LPD pada umumnya di pusat desa dan adanya sistem kredit yang fleksibel. Disamping itu, LPD memiliki kompetensi inti yakni nasabah LPD
(5)
adalah warga desa yang sekaligus adalah pemilik LPD, sehingga loyalitas nasabah terhadap LPD cukup baik.
b) Adanya ikatan pemersatu (common bond) desa yaitu dengan adanya awig-awig desa yang dapat mendukung kinerja LPD, disamping hukum formal berupa peraturan daerah dan peraturan Gubernur. c) Potensi kerjasama keuangan dengan lembaga lain. LPD dapat
mengadakan kerjasama dengan LPD yang lain dan juga dapat melakukan kerjasama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali. d) Karakteristik sosial dan ekonomi nasabah diketahui atau dikenali oleh pengurus atau pengawas LPD, sehingga dapat membantu mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan permohonan pinjaman.
e) Dalam upaya pengentasan kemiskinan dapat bekerjasama dengan desa dinas dan instansi yang terkait lainnya dengan program yang disinergikan.
f) Dukungan kebijakan pemerintah. Pemerintah Provinsi Bali dan Pemda Kabupaten/Kota memberikan perhatian yang besar dalam usahanya untuk memajukan LPD.
Tantangan
a) Persaingan yang semakin ketat dimasa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga dibutuhkan peningkatan pelayanan kepada pelanggan serta diverifikasi sesuai dengan kebutuhan warga desa
(6)
sebagai salah satu alternatif mempertahankan dan mencari pelanggan baru.
b) Wilayah operasional yang relatif terbatas. Sesuai peraturan daerah tentang Lembaga Perkreditan Desa, wilayah operasional LPD terbatas pada satu desa saja, sehingga terdapat beberapa LPD yang mengalami kelebihan dana karena terbatasnya peminjam.
c) Peningkatan efisiensi LPD. Meskipun secara umum kinerja LPD sudah baik berdasarkan indikator keuangan seperti ROA dan ROE sehingga efisiensi LPD masih perlu ditingkatkan.
d) Kualitas dan kompotensi SDM LPD relatif masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan guna mengelola LPD yang semakin berkembang. e) Belum adanya program perlindungan khusus bagi nasabah. Seperti
lembaga keuangan lainnya yang mendaftarkan bank mereka pada LPS.
f) Masih sering terjadi permasalahan karena konflik kepentingan, misalnya pergantian pengurus karena alasan yang tidak rasional.