PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI.
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)
DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
(Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X Mekatronika SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi
Oleh:
Hazmy Adlianto RGP 0706916
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)
DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
Oleh
Hazmy Adlianto RGP
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Hazmy Adlianto RGP 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN MENGIKUTI SIDANG SARJANA PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)
DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X Mekatronika SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh
Hazmy Adlianto RGP E.044.055823
Menyetujui, Pembimbing I
Drs. Yoyo Somantri, ST, MT NIP: 19570805 198503 1 003
Pembimbing II
Ir. Chris Timotius, K.K, M.M NIP: 19510630 198203 1 001
Mengetahui,
Ketua Badan Pembimbing Penyelesaian Akhir Studi Program S-1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
FPTK-UPI
Dr.Ade Gafar Abdullah, S.Pd., M.Si NIP. 19471025 198002 1 001
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI
Prof.Dr.H.Bachtiar Hasan,ST,MSIE NIP. 19551204 198103 1 002
(4)
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL
BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI” merupakan
penelitian eksperimental yang dilakukan pada siswa kelas X semester genap SMK Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012.
Metode penelitian yang digunakan adalah Factorial Design dengan menggunakan desain Pretest – Posttest eksperimen. Eksperimen dilakukan
dengan objek penelitian yang terdiri dari dua kelas eksperimen yaitu kelas TAI (Team Assisted Individualization) dan kelas TPS (Think Pair Share). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa, selain itu untuk membandingkan perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share), dengan demikian akan terlihat bagaimana efektivitas penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran mata diklat pengukuran listri.
Hasil eksperimen menunjukkan peningkatan hasil belajar pada kelas TAI (Team Assisted Individualization) dengan pencapaian Gain rata-rata 0,44. Sedangkan hasil yang dicapai pada kelas TPS (Think Pair Share) yaitu 0,34 pada aspek kognitif. Pada penilaian aspek psikomotor kelas TAI (Team Assisted
Individualization) mendapat rata-rata nilai 69,07 sedangkan hasil yang dicapai
pada kelas TPS (Think Pair Share) yaitu 67,96. Untuk penilaian aspek afektis untuk model TAI dan TPS masing-masing mendapatkan nilai rata-rata 66,34 dan 65,66 Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan antara hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization) dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pair Share).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization) lebih efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share). Pembelajaran kooperatif sangat membantu untuk mengantarkan siswa mencapai penguasaan kompetensi secara tuntas pada mata pelajaran Sistem Pengukuran Listrik. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization) lebih efektif untuk menunjang proses pembelajaran produktif.
Kata Kunci : TAI (Team Assisted Individualization), TPS (Think Pair Share), Eksperiment, Pretest–Posttest.
(5)
ABSTRACT
Thesis entitled "COMPARISON OF COOPERATIVE LEARNING
MODEL APPLICATION TYPE TAI (TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION) and TPS (THINK PAIR SHARE) ON THE STUDY OF THE MEASUREMENT OF ELECTRICITY IN SMKN 2 CIMAHI" is an experimental study conducted in the second semester class X SMKN 2 Cimahi School Year 2011/2012.
The method used is the factorial design by using Pretest - posttest experiment. Experiments carried out with the object of study that consists of two classes, namely class experiments TAI (Team Assisted Individualization) and class TPS (Think Pair Share). Study was conducted to obtain an image of raised student learning outcomes, in addition to comparing the differences in learning outcomes between the classes that use cooperative learning model type TAI (Team Assisted Individualization) with a model of cooperative learning type TPS (Think Pair Share), will thus be seen how effective use of learning models in the learning process of electrical measurements.
The experimental results show an increase in class used TAI (Team Assisted Individualization) with an average achievement gain 0.44 on the cognitive aspects. While the results achieved in the class used TPS (Think Pair Share) is 0.34 on the cognitive aspects. These results indicate a difference between the results of classroom learning use the learning model of type TAI (Team Assisted Individualization) with a class that use a cooperative learning model type TPS (Think Pair Share).
From this study it can be concluded that learn to use a type of learning model of TAI (Team Assisted Individualization) is more effective when compared to classroom learning using cooperative learning model type TPS (Think Pair Share). Cooperative learning is helping to usher students achieve mastery of competence in the subject thoroughly Electrical Measurement System. Therefore, learning to use a type of learning model of TAI (Team Assisted Individualization) is more effective to support the learning process productive.
From this study, it can be concluded that learn with using Type TAI learning model is more effective when compared with class which used Type TPS cooperative learning model. Cooperative learning very useful to help students achieve mastery of competence in the subject of Electrical Measurement System thoroughly. Therefore learn using Type TAI learning model more effective to help productive learning process.
Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), TPS (Think Pair Share), factorial design, Pretest-posttest.
(6)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SMK merupakan lembaga pendidikan formal yang mendidik dan menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap setiap perubahan yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu mata pelajaran pada kelompok kompetensi kejuruan adalah pengukuran listrik. Berdasarkan silabus SMKN 2 Cimahi, mata pelajaran kompetensi kejuruan pengukuran listrik terdiri dari beberapa standar kompetensi dan salah satunya adalah standar kompetensi melakukan pengukuran besaran listrik dengan alat ukur analog dan alat ukur digital. Dalam pencapaian kompetensi peserta didik digunakan beberapa pendekatan model pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran pengukuran listrik, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama kegiatan Program Latihan Profesi (PLP) di SMKN 2 Cimahi, mengenai model pembelajaran yang digunakan untuk penyampaian mata pelajaran produktif pengukuran listrik, biasanya dilakukan dengan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvesional itu dimana guru masih sangat dominan dan kurang melibatkan peserta didik, sehingga peserta didik kurang aktif dan terkesan pasif dalam pembelajaran. Di sisi lain, beberapa peserta didik kurang berani bertanya atau mengeluarkan pendapat langsung kepada guru, mereka lebih berani bertanya atau mengeluarkan pendapat kepada
(7)
2
temannya, sehingga berdampak pada penguasaan kompetensi yang seharusnya dimiliki peserta didik kurang maksimal.
. Masih banyaknya guru yang menggunakan model pembelajaran konvesional diperkuat oleh pendapat Anita Lie (2010 : 3) yang mengatakan:
Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigma guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sebagai satu-satunya alternatif mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pengukuran listrik adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS).
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI), peserta didik diharapkan dapat aktif dalam proses
pembelajarannya dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Slavin (2005:190) membuat model ini dengan beberapa alasan:
Pertama, metode ini mengombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, metode ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim. Pada jurnal yang sudah melakukan penelitian terhadap hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif model Team Assisted
(8)
3
Hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran klasikal pada standar kompetensi Membaca Gambar Teknik.
Kemudian untuk hasil belajar yang memuaskan diperlukan suatu metode pengajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) akan dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif model Think Pair
Share (TPS) untuk melihat hasil belajar siswa yang lebih baik dalam mata
pelajaran pengukuran listrik.
Pada jurnal yang sudah melakukan penelitian terhadap hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) Nurfitriana (2012:72) menyebutkan :
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) telah terbukti effektif dalam meninggkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi Memasang Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana di SMK Negeri 6 Bandung. Oleh karena itulah, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan pencapaian Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) oleh sebagian besar siswa. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hasil belajar akan lebih baik jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) daripada menggunakan pola pembelajaran sebelumnya, yakni yang berpusat pada guru (teacher
centered).
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang perbandingan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar peserta didik dengan melakukan studi eksperimen pada peserta didik di SMK.
(9)
4
“Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Pengukuran Listrik di SMKN 2 Cimahi”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti sehingga penelitian akan lebih jelas. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih didominasi oleh guru (teacher center).
2. Adanya tuntutan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Center).
3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada standar kompetensi pengukuran listrik kurang bervariasi, sehingga peserta didik kurang aktif dan terkesan pasif dalam belajarnya yang mengakibatkan peserta didik merasa jenuh saat proses pembelajaran.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pokok pada penelitian: Bagaimana Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap
(10)
5
1.4 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan perumusan masalah agar penelitian ini lebih efektif, maka batasan permasalahan penelitian:
1. Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan TPS
(Think-Pair-Share).
2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik pada standar kompetensi pengukuran listrik yang meliputi tiga ranah, yaitu:
a. Pada aspek kognitif, dibatasi pada aspek Pengetahuan (C1), aspek
Pemahaman(C2), aspek Penerapan(C3), dan aspek Analisi(C4).
b. Pada ranah psikomotorik, untuk melihat gambaran keterampilan siswa standar kompetensi pengukuran listrik.
c. Pada ranah affektif, untuk melihat gambaran sikap siswa standar
kompetensi pengukuran listrik.
3. Peserta didik yang akan menjadi objek penelitian adalah peserta didik kelas X Mekatronika SMKN 2 Cimahi tahun ajaran 2011/2012.
4. Materi yang diteliti adalah standar kompetensi pengukuran listrik pada kompetensi dasar pengukuran dengan menggunakan alat ukur analog dan digital.
(11)
6
1.5 Tujuan Penelitian
Agar dapat dicapai hasil optimal dari suatu penelitian, maka terlebih dahulu dirumuskan tujuan terarah dari penelitian. Berikut rumusan tujuan penelitian:
1. Untuk memperoleh gambar nyata mengenai hasil belajar peserta didik pada
kelas yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dan kelas yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
2. Untuk memperoleh gambar nyata mengenai perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang ingin dicapai, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan
Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik sebagai
upaya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar pada standar kompetensi pengukuran listrik.
(12)
7
3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
1.7 Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah pada judul penelitian, maka perlu dibuat penjelasan istilah yang dapat memberi gambaran mengenai isi penelitian pendidikan ini. Adapun penjelasan istilah dalam judul ini adalah:
1. Perbandingan adalah suatu penelitian ilmiah untuk membandingkan suatu objek dengan objek lainnya untuk memperoleh gambaran tentang persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangannya. Dalam penelitian ini yang diperbandingkan adalah hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan hasil belajar peserta didik dengan model Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
2. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap peserta didik lain yang membutuhkan bantuan.
3. Model Think Pair Share (TPS) merupakan jenis metode pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimaksudkan sebagai alternatif pengganti terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
(13)
8
kelompok kecil (2 - 6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual. Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
4. Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dengan skor atau angka yang diperoleh melalui pre-test dan post-test pada standar kompetensi pengukuran listrik.
5. Standar kompetensi pengukuran listrik adalah salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran kompetensi kejuruan yang merupakan mata pelajaran produktif untuk kompetensi pengukuran listrik di SMKN 2 Cimahi.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman penulis agar penulisannya lebih terarah dan sistematis dalam rangka menuju tujuan akhir yang hendak dicapai. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, penjelasan istilah dalam judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Bab II memuat landasan teori, berisikan teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini seperti pengertian belajar, model pembelajaran tipe TAI dan TPS,
(14)
9
penjelasan mengenai mata diklat pengukuran listrik dan meliputi pokok bahasan yang terkait dengan model pembelajaran tersebut, diakhiri dengan anggapan dasar dan hipotesis.
Bab III membahas tentang metode penelitian, variabel dan paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, tahapan penelitian dan teknis analisa data.
Bab IV menjelaskan uraian tentang deskripsi data, hasil analisa data, hasil pengujian hipotesis beserta pembahasan hasil penelitian.
Bab V berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi bagi para pengguna hasil penelitian.
(15)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Pembatasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.6 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.7 Penjelasan Istilah ... Error! Bookmark not defined. 1.8 SistematikaPenulisan ... Error! Bookmark not defined.
(16)
BAB 2 LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Pengukuran listrik ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) ... Error! Bookmark not defined.
2.4 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Data ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Uji Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.9.1 Uji Validitas Tes ... Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Uji Reliabilitas Tes ... Error! Bookmark not defined.
3.9.3 Taraf Kesukaran Tes ... Error! Bookmark not defined. 3.9.4 Uji Daya Pembeda Tes ... Error! Bookmark not defined. 3.10 Tahapan Penelitian... Error! Bookmark not defined.
(17)
3.11 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.11.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 3.11.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.11.3 Gain yang di normalisasi (N-Gain) .... Error! Bookmark not defined. 3.11.4 Uji Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.11.4.1 Uji T-Test ... Error! Bookmark not defined. 3.11.5 Aspek Psikomotorik dan Afektif ... Error! Bookmark not defined.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Deskripsi Data Hasil Uji Coba Instrumen ... Error! Bookmark not
defined.
4.1.1 Uji Validitas Tes ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Uji Reliabilitas Tes ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Uji Daya Pembeda Tes ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Uji Taraf Kesukaran Tes ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Deskripsi Data ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Deskripsi Data Pretest ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Deskripsi Data Posttest ... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Deskripsi Data N-Gain ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
4.3.1.1 Uji Homogenitas Data Pretest ... Error! Bookmark not defined.
4.3.1.2 Uji Homogenitas Data Postest ... Error! Bookmark not defined.
4.3.2 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 4.3.3 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
4. 4 Deskripsi Hasil Pembelajaran Ranah Psikomotorik Error! Bookmark
not defined.
(18)
4.4.2 Analisis Data Ranah Affektif ... Error! Bookmark not defined.
4.5 Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not
defined.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(19)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Analisa Materi Diklat . . . 14 Gambar 3.1 Paradigma Penelitian . . . 24 Gambar 3.2 Flowchart Tahapan Penelitian . . . . . . 35
(20)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian . . . 22
Tabel 3.2 Tingkat Kesukaran dan Kriteria . . . 33
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda . . . 34
Tabel 3.4 Kategori Perolehan Skor . . . 41
Tabel 3.5 Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek afektif . . . 44
Tabel 3.6 Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek psikomotor . . . 44
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Butir Soal . . . 45
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Daya Pembeda . . . 47
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran . . . 49
Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan N-Gain . . . 53
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas Prettest . . . 54
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Homogenitas Posttest . . . 55
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Normalitas . . . 57
Tabel 4.8 Data Hasil Uji Hipotesis . . . .. . . 58
Tabel 4.9 Hasil Nilai Psikomotor Siswa pada Kelas Eksperimen Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) . . . 59
Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotor Siswa pada Kelas Eksperimen Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) . . . 60
Tabel 4.11 Hasil Nilai Afektif Siswa pada Kelas Eksperimen Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) . . . 61
Tabel 4.12 Hasil Nilai Afektif Siswa pada Kelas Eksperimen Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) . . . 62
(21)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Pretest . . . 51
Grafik 4.2 Diagram Nilai Rata-Rata Posttest . . . 52
Grafik 4.3 Diagram Nilai Rata-Rata N-Gain . . . 53
(22)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan penelitian dan menjawab masalah yang diteliti. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk membandingkan model pembelajaran model Team
Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi pengukuran listrik. Hasilnya dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar peserta didik antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dengan Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi
pengukuran listrik. Subjek penelitiannya adalah kelas yang sedang belajar materi pengukuran listrik, tetapi meski demikian peluang terjadinya subjek yang tidak homogen tetap ada. Hal ini disebabkan oleh berbagai pengaruh lingkungan luar.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Namun, dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di sekolah, maka tidak dibentuk kelompok-kelompok lain sebagai sampel penelitian melainkan menggunakan kelas-kelas yang sudah ditentukan sekolah sebagai sampel penelitian. Metode penelitian ekperimen yang digunakan adalah Factorial Design/Desain Faktorial yaitu desain eksperimen dari dua buah variabel atau lebih (Ruseffendi 1994:49).
(23)
22
Terdapat bagan arus kegiatan penelitian yang memudahkan dalam pengerjaan penelitian
Dalam percobaaan jenis ini peneliti mencoba melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara individual maupun interaksi antara variabel-variabel-varibel. Pada eksperimen ini penempatan subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen Team Assisted Individualization (TAI) dan kelompok eksperimen Think Pair Share (TPS). Desain penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen TAI T1 X1 T2
Eksperimen TPS T1 X2 T2
Keterangan:
T1 = Pretes atau tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik
T2 = Posttes atau tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik setelah diberi perlakuan
X1 = Berupa model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization)
(24)
23
Berdasarkan desain di atas, penelitian ini dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan kelompok eksperimen Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:10) menjelaskan variabel adalah ha-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka:
a. Variable Bebas (X) : Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dan Think-Pair-Share
(TPS)
b. Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar siswa SMKN 2 Cimahi pada mata pelajaran pengukuran listrik
3.3 Paradigma Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:66) paradigma penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis
(25)
24
dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dengan paradigma penelitian, peneliti akan mudah melakukan penelitiannya. Adapun paradigma dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:
Kelas Eksperimen
TAI
KBM Model Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualized) Pre Test Pos Test Kelas Eksperimen TPS Pre Test Subyek > Hasil > Kesmpulan KBM Model Pembelajaran TPS (Think Pais Share)
Pos Test Pengolahan data Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Keterangan:
= Ruang lingkup penelitian = Peningkatan hasil belajar
= Dibandingkan peningkatan hasil belajar
3.4 Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2006:118). Untuk memperoleh gambaran tentang suatu kejadian, persoalan, dan penelitian diperlukan berbagai informasi yang berguna untuk mengarahkan tercapainya penelitian dan untuk membuat solusi pemecahan persoalan.
Menurut Sugiyono (2011:23) data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data
(26)
25
yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring).
Berdasarkan jenisnya, data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa hasil belajar peserta didik yang diambil dari hasil tes, baik pre test maupun
post test untuk kompetensi dasar pengukuran listrik dengan materi pengukuran
listrik kompetensi dasar pengukuran dengan menggunakan alat ukur analog dan digital pada peserta didik kelas X Mekatronika di SMKN 2 Cimahi tahun ajaran 2011/2012 dalam bentuk skor atau nilai. Adapun data pendukung dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa aktivitas peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.
3.5 Sumber Data
Menurut Arikunto (2006:129) sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data ini dapat berupa orang, benda, gerak atau proses sesuatu. Berdasarkan jenis data yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan pada penelitian ini, maka sumber data penelitian ini adalah peserta didik SMKN 2 Cimahi Kelas X kompetensi mekatronika yang mengikuti pembelajaran mata diklat pengukuran listrik dengan dengan kompetensi dasar pengukuran dengan menggunakan alat ukur analog dan digital dan guru yang mengajarkan standar kompetensi pengukuran listrik dengan kompetensi dasar pengukuran dengan menggunakan alat ukur analog dan digital.
(27)
26
3.6 Populasi Penelitian
Faktor penting dalam penelitian adalah data yang menjawab pemecahan masalah (pertanyaan penelitian) serta untuk menguji hipotesis yang telah diturunkan. Data tersebut dapat diperoleh dari populasi yang ada di lapangan. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61).
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh peserta didik SMKN 2 Cimahi Kelas X kompetensi keahlian mekatronika tahun ajaran 2011/2012.
3.7 Sampel
Menurut Sugiyono (2011:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ini menunjukkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik dari populasi. Sampel dalam penelitian eksperimen ini mengambil dua kelas dengan menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu. Satu kelas dipergunakan sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI), yakni kelas X MEKA A sebanyak 29 peserta
didik dan satu kelas lainnya sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share), yakni kelas X MEKA B sebanyak 29 peserta didik. Pemilihan sampel ini didasari pada
(28)
27
pertimbangan bahwa standar kompetensi pengukuran listrik yang diberikan kepada kedua kelas itu dilakukan oleh satu orang guru yang sama, sehingga perlakuan yang dilakukan kepada kedua kelas tersebut akan menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap perbedaan peningkatan hasil belajar.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.
1. Tes
Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes (Arikunto, 2006:223). Berdasarkan pernyataan tersebut, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah tes, karena akan mengukur hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi pengukuran listrik. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Pretest (tes awal), yaitu tes yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar
atau sebelum model pembelajaran (perlakuan) diberikan. Hal ini digunakan untuk mengukur raw input peserta didik terhadap standar kompetensi pengukuran listrik. Hasil pretest akan digunakan untuk mengukur tingkat homogenitas kemampuan peserta didik.
b. Posttest (tes akhir), yaitu tes yang dilakukan setelah proses kegiatan belajar
mengajar atau setelah model pembelajaran diberikan. Sesuai dengan tujuannya, tes akhir ini digunakan untuk mengukur dan membandingkan
(29)
28
peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi pengukuran listrik setelah model pembelajaran diberikan.
3.9 Uji Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat, maka instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini harus valid dan reliabel. Oleh karena itu, instrumennya perlu diuji coba. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:168) instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen penelitian sebelum diputuskan sebagai alat pengumpul data penelitian. Dari hasil uji coba tes instrumen dilakukan pengolahan data yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda. Hasil pengolahan data untuk uji coba instrumen adalah sebagai berikut.
3.9.1 Uji Validitas Tes
Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Instrumen yang valid harus dapat mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2006:168) menjelaskan:
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
(30)
29
berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat.
Menurut Ruseffendi (1994:134) validitas isi ditentukan oleh pakar yang berpengalaman. Tidak ada rumus yang dapat kita pakai/hitung untuk menginterpretasikan validitas isi suatu tes. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk menentukan validitas isi dari instrumen tes ini akan dilakukan melalui judgement, yaitu penilaian oleh ahli. Dalam hal ini guru mata pelajaran pengukuran listrik, untuk mengetahui instrumen yang validitas isinya memadai, diujicobakan kepada peserta didik yang sudah mempelajari materi pengukuran listrik dan berada di luar subjek sampel penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal-soal dapat dipahami dengan baik. Uji coba dilakukan untuk melihat validitas (construct), reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal.
Tahap selanjutnya adalah melakukan validitas butir soal yang digunakan untuk mengetahui dukungan setiap butir soal terhadap seluruh soal yang diberikan. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, adapun instrumen soal objektif dengan pilihan jawaban “benar” atau
“salah” , yaitu menggunakan rumus Point Biserial Corelation dengan angka
(31)
30
q p St
Mt Mp pbis
r (Arikunto, 2010:326)
Keterangan:
rpbis = Korelasi Point Biserial yang dicari
Mp = skor rata-rata responden yang menjawab benar pada butir item
yang dicari validitasnya Mt = rata-rata dari skor total
St = Simpangan Baku dari skor total
P = proporsi responden yang menjawab soal
q = proporsi responden yang menjawab salah (1-p)
Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi korelasi untuk menguji signifikansi hubungan dengan menggunakan rumus distribusi thitung, yaitu :
√
√
(Sudjana 2005 : 239) Dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden yang diujicoba
Uji validitas dikenakan pada setiap item tes, sehingga perhitungannya merupakan setiap item yang disebut analisis item. Validitas item akan terbukti jika
(32)
31
thitung > ttabel, dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(dk) = n-2. Jika thitung < ttabel, maka item soal tidak valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Sesuai pendapat Arikunto (2009:90) yang menyatakan bahwa reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda, sehingga untuk menguji reliabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, yaitu:
- ∑ (Arikunto,2011:230)
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
k = Banyaknya butir pertnyaan
= Varians total
p = proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)
(33)
32
Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
∑ ∑ (Suharsimi Arikunto, 2006: 184) dimana: Σx2
= Jumlah skor total n = Jumlah responden
Hasil yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari rtabel
(Product Moment) . Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
3.9.3 Taraf Kesukaran Tes
Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus:
: (Suharsimi Arikunto, 2002: 208) dimana : P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik perlu direvisi. Dalam penelitian ini menggunakan pilihan ganda, maka kriteria tingkat kesukarannya sebagai berikut :
(34)
33
Tabel 3.2
Tingkat Kesukaran dan Kriteria
No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi
1. 0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah
2. 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang
3. 0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar
(Nana Sudjana, 1995:137) Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan, soal-soal yang mempunyai nilai TK ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar, dan soal-soal yang mempunyai nilai TK ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.
3.9.4 Uji Daya Pembeda Tes
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2002:213)
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(35)
34
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.3
Klasifikasi Daya Pembeda
No. Rentang Nilai D Klasifikasi
1. D < 0,20 Jelek (harus diganti)
2. 0,20 ≤ D ≤ 0,40 Cukup
3. 0,40 ≤ D ≤ 0,70 Baik
4. 0,70 ≤ 1,00 Baik sekali
(36)
35
3.10 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian:
Memilih pendekatan
Menentukan variabel Menentukan dan menyusun instrumen
Merumuskan anggapan dasar Studi pendahuluan (survei) Memilih masalah
hipotesis mulai
Menentukan dan menyusun instrumen
Menentukan dan menyusun instrumen
Mengumpulkan data
Analisis Data
Menarik Kesimpulan
Gambar 3.2
Flowchart Tahapan Penelitian
Secara lebih rinci tahapan penelitian adalah sebagai berikut ini:
(37)
36
2. Studi pendahuluan untuk lebih memperdalam permasalahan dan
mencari informasi yang diperlukan sehingga penelitian memungkinkan untuk diteruskan.
3. Menyusun rancangan penelitian yaitu memilih metode penelitian dan tata cara yang akan dilakukan dalam meneliti.
4. Menetapkan waktu penelitian dan materi pelajaran dengan
mempelajari silabus pengukuran listrik pada kompetensi mekatronika SMKN 2 Cimahi.
5. Menyusun instrumen/alat ukur penelitian.
6. Melakukan pengujian instrumen penelitian (validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran) pada peserta didik kelas selain kelas eksperimen.
7. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dan RPP dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
8. Melakukan eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan sampel penelitian melalui tahapan berikut ini.
1) Pretest yang diberikan kepada dua kelas peserta didik yang
merupakan sampel penelitian.
2) Uji homogenitas kepada dua kelas berdasakan hasil pretest. 3) Dua kelas tersebut dibagi menjadi kelas yang menggunakan
(38)
37
Individualization (TAI) dan kelas yang satunya lagi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
b. Mengadakan KBM di kelas eksperimen dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada standar kompetensi pengukuran
listrik dan di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
c. Mengadakan posttest di kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan kelas yang satu lagi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
d. Pengambilan data-data melalui observasi selama pelaksanaan
pembelajaran dan setelah pelaksanaan pembelajaran. 9. Analisa data untuk menguji hipotesis.
10.Pembahasan hasil analisa yang didukung oleh data-data melalui observasi.
11.Menyimpulkan hasil penelitian.
3.11 Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan setelah data-data yang diperlukan terkumpul, secara garis besar, teknik analisis data menurut Arikunto (2006:235) meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(39)
38
1. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada persiapan ini adalah:
a. Mengecek nama dan jumlah responden yang akan dites.
b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi dari soal tes yang akan diberikan.
c. Menyebarkan soal tes kepada responden.
d. Memeriksa jumlah lembar jawaban tes yang telah diisi responden.
e. Mengecek kelengkapan data kembali dan memeriksa isi dari soal tes yang akan diberikan.
2. Tabulasi
a. Memberi skor pada setiap item jawaban yang telah dijawab responden.
b. Menjumlah skor yang diperoleh dari setiap variabel.
3. Penerapan data-data sesuai dengan pendekatan penelitian
Penerapan data-data sesuai dengan pendekatan peneltian ini adalah menganalisa data dengan tujuan untuk menguji asumsi-asumsi statistik. Sebelum melakukan pengujian asumsi statistik, terlebih dahulu dilakukan perhitungan statistik deskriptif dengan menggunakan harga frekuensi, standar
deviasi, dan rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
perhitungan/analisis data selanjutnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain), dan uji hipotesis.
(40)
39
3.11.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono (2010: 210) menyatakan bahwa:
Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal.
Uji normalitas data sebaiknya dilakukan sebelum data diolah. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik dan jika berdistribusi tidak normal, maka digunakan statistik non parametrik atau
Rank Spearman.
Berikut adalah langkah-langkah uji normalitas distribusi variabel X dan variabel Y untuk Chi Kuadrat, jika χ2
hitung< χ2tabel maka, penyebaran skor
variabel X dan variabel Y berdistribusi normal. 1. Hitung rentang skor (r) :
r = skor maksimum – skor minimum (Nana Sudjana, 2005 : 47)
2. Tentukan banyak interval kelas (k) :
k = 1 + 3,3 log n (Nana Sudjana, 2005 : 47)
(41)
40
(Nana Sudjana, 2005 : 47)
4. Menentukan daftar distribusi frekuensi variabel 5. Hitung rata-rata skor :
∑ ∑ (Nana Sudjana, 2005 : 67)
6. Kemudian hitung simpangan baku :
√ ∑ ∑
(Nana Sudjana, 2005 : 95)
7. Hitung harga baku :
(Purwanto, 2008 : 104) Keterangan :
Z = Harga baku K = Batas kelas X = Mean (rata-rata) SD = Simpangan baku 8. Hitung luas interval kelas :
L = Z1 Tabel – Z2 Tabel
9. Hitung frekuensi ekspektasi :
10.Kemudian hitung Chi Kuadrat :
(Riduwan dan Sunarto, 2005 : 68 )
Dimana Ft adalah frekuensi pengamatan.
(42)
41
12.Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel pada taraf kepercayaan 99 % dengan dk = k – 3, maka data berdistribusi normal.
3.11.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menentukan sampel dari populasi dari dua kelas yang homogen. Apabila kesimpulan menunjukkan kelompok data homogen, maka data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji statistik parametrik. Untuk menguji homogenitas kelompok menggunakan rumus:
F = 2 2
B A
S S
(Siregar, 2004:50)
Keterangan : SA2 = Varian terbesar
SB2 = Varian terkecil
Derajat kebebasan masing-masing dkA = (nA-1) dan dkB = (nB– 1) dan jika
p-value > α = 0,05, maka dinyatakan homogen.
3.11.3 Gain yang di normalisasi (N-Gain)
(Savinainen & Scott,2002:45) Kriteria perolehan skor gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Kategori Perolehan Skor
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(43)
42
3.11.4 Uji Hipotesis Penelitian 3.11.4.1 Uji t
Uji hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan data peningkatan hasil
belajar peserta didik. Menurut Sugiyono (2010:273) bila sampel
berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah
treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sampel relate. Dalam melakukan uji
t-test syaratnya data harus homogen dan normal.
Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada gain dari kelompok eksperimen dan kelompok control. Adapun langkah-langkah pengujian rumus uji t adalah:
1. Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus:
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n S2. Uji t-test dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
2 1 2 1 1 1 n n S X X t gab
(Sudjana, 2005: 239)
Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel. Jika dilihat dari statistik hitung (t hitung) dengan statistik
tabel (t tabel), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut:
1. Hipotesisis nol (H0: t hitung = t tabel): peningkatan hasil belajar
(44)
43
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sama dengan peningkatan hasil belajar kelompok peserta didik yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
2. Hipotesis kerja (HA: t hitung ≠ t tabel): peningkatan hasil belajar
kelompok peserta didik yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) tidak sama dengan peningkatan hasil belajar kelompok peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) pada standar kompetensi pengukuran listrik.
3.11.5 Aspek Psikomotorik dan Afektif
Aspek afektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang berhubungan dengan tahapan-tahapan model kontekstual yang kriterianya telah ditentukan. Sedangkan aspek psikomotor dalam penelitian ini adalah kinerja siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aspek afektif dan psikomotor dengan menentukan Indeks Prestasi Kelompok (IPK). Menurut Luhut Panggabean (1989:29). IPK dapat dihitung dengan membagi nilai rata-rata untuk seluruh aspek penilaian, dengan skor maksimal yang mungkin dicapai dalam tes.
IPK= ̅
Dengan :
(45)
44
: Skor total rata-rata afektif atau psikomotor
SMI : Skor Maksimum Ideal
Tabel 3.5
Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek afektif
No. Kategori Prestasi Kelas Interprestasi
1 00,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat Negatif
2 30,00 ≤ IPK ≤ 55,00 Negatif
3 55,00 ≤ IPK ≤ 75,00 Netral
4 75,00 ≤ IPK ≤ 90,00 Positif
5 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat Positif
(Luhut P. Panggabean, 2008:51)
Tabel 3.6
Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek psikomotor
No. Kategori Prestasi Kelas Interprestasi
1 00,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat Kurang Terampil
2 30,00 ≤ IPK ≤ 55,00 Kurang Terampil
3 55,00 ≤ IPK ≤ 75,00 Cukup Terampil
4 75,00 ≤ IPK ≤ 90,00 Terampil
5 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat Terampil
(46)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) terhadap hasil
belajar pengukuran listrik di SMKN 2 Cimahi, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aspek kognitif peserta kelas X MEKA A dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada kompetensi dasar pengukuran listrik menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelas MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu dengan peningkatan nilai rata-rata Gain 0,44 pada kelas tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dan 0,34 pada kelas tipe TPS (Think-Pair-Share).
2. Aspek psikomotor peserta kelas X MEKA A yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan X MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) pada kompetensi dasar pengukuran listrik menunjukkan
interprestasi yang sama yaitu peserta didik cukup terampil dalam melakukan praktek pengukuran listrik. Tetapi terdapat perbedaan rata-rata nilai psikomotor, untuk kelas X MEKA A mendapatkan rata-rata nilai 69,07 sedangkan X MEKA B mendapatkan nilai rata-rata 67,96, maka keterampilan siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Team Assisted
(47)
69
Individualization (TAI) lebih baik jika dibandingkan kelas yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
3. Aspek afektif peserta kelas X MEKA A yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan X MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) pada kompetensi dasar pengukuran listrik tergolong pada
kategori netral dengan masing-masig nilai rata-rata 66,34 dan 65,66. maka sikap siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Team Assisted
Individualization (TAI) lebih baik jika dibandingkan kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
5.2Saran
Berdasarkan hasil eksperimen model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) yang diterapkan
pada mata pelajaran pengukuran listrik siswa mekatronika kelas X SMK Negeri 2 Cimahi, maka penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait, yaitu:
1. Pengajar mata pelajaran pengkuran listrik
a. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada mata pelajaran pengukuran listrik dengan
materi yang lebih interaktif. Menyusun tatacara pengajaran yang lebih sistematis dan praktis, yang mendukung sistem belajar yang menggunakan
(48)
70
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
b. Pada awal pembelajaran, guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu secara jelas mengenai proses dan tahap jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), terutama bagi siswa yang terbiasa dengan metoda konvensional dalam pembelajarannya. Hal itu supaya konsep belajar kooperatif akan tercapai lebih baik.
2. Pihak Sekolah
a. Supaya membuat perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk pembelajaran selanjutnya pada mata pelajaran Pengukuran Listrik.
b. Supaya membuat perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk mata pelajaran produktif yang lainnya.
3. Pihak Peneliti
a. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah lain.
b. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menerapkan perlakuan (treatment) silang pada kedua kelompok sampel.
(49)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Hake, R.R.(2002), Relationship of Individual student Normalized Learning Gains
in Mechanics With Gender, High-School Physics and Pretest Score on Mathematics And Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h- Hake.pdf [09 Maret 2012]
Ibrahim, R. dan Syaodin, N. (1991). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: PT.Grasindo
Renaldy, Ligar. (2011). Studi Komparasi Hasil Belajar Peserta Didik
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Dengan Model Pembelajaran Klasikal Pada Standar Kompetensi Membaca Gambar Teknik Di Smkn 12 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Mesin FPTK UPI Bandung: tidak di
terbitkan.
Ruseffendy. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.Semarang:IKIP Semarang Perss.
Nurfitriana. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memasang Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana Di Smk Negeri 6 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Elektro FPTK UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Nurhadi, dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Cooperetive Learning di
(50)
Siregar, S.(2004).Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.
Slavin, R.E. (2010). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Jakarta: Nusa Media.
Sudjana, N. (2005).Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N. (2009). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Karya Tulis Ilmiah, Bandung :UPI.
(1)
44
: Skor total rata-rata afektif atau psikomotor SMI : Skor Maksimum Ideal
Tabel 3.5
Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek afektif No. Kategori Prestasi Kelas Interprestasi
1 00,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat Negatif 2 30,00 ≤ IPK ≤ 55,00 Negatif
3 55,00 ≤ IPK ≤ 75,00 Netral 4 75,00 ≤ IPK ≤ 90,00 Positif
5 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat Positif
(Luhut P. Panggabean, 2008:51)
Tabel 3.6
Kategori tafsiran indeks prestasi kelompok untuk aspek psikomotor No. Kategori Prestasi Kelas Interprestasi
1 00,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat Kurang Terampil 2 30,00 ≤ IPK ≤ 55,00 Kurang Terampil
3 55,00 ≤ IPK ≤ 75,00 Cukup Terampil 4 75,00 ≤ IPK ≤ 90,00 Terampil
5 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat Terampil
(2)
Hazmy Adlianto Rogy,2013
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar pengukuran listrik di SMKN 2 Cimahi, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aspek kognitif peserta kelas X MEKA A dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada kompetensi dasar pengukuran listrik menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelas MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu dengan peningkatan nilai rata-rata Gain 0,44 pada kelas tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan 0,34 pada kelas tipe TPS (Think-Pair-Share). 2. Aspek psikomotor peserta kelas X MEKA A yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan X MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada kompetensi dasar pengukuran listrik menunjukkan interprestasi yang sama yaitu peserta didik cukup terampil dalam melakukan praktek pengukuran listrik. Tetapi terdapat perbedaan rata-rata nilai psikomotor, untuk kelas X MEKA A mendapatkan rata-rata nilai 69,07 sedangkan X MEKA B mendapatkan nilai rata-rata 67,96, maka keterampilan siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Team Assisted
(3)
69
Individualization (TAI) lebih baik jika dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
3. Aspek afektif peserta kelas X MEKA A yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan X MEKA B yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada kompetensi dasar pengukuran listrik tergolong pada kategori netral dengan masing-masig nilai rata-rata 66,34 dan 65,66. maka sikap siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik jika dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
5.2Saran
Berdasarkan hasil eksperimen model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Think Pair Share (TPS) yang diterapkan pada mata pelajaran pengukuran listrik siswa mekatronika kelas X SMK Negeri 2 Cimahi, maka penulis merekomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait, yaitu:
1. Pengajar mata pelajaran pengkuran listrik
a. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada mata pelajaran pengukuran listrik dengan materi yang lebih interaktif. Menyusun tatacara pengajaran yang lebih sistematis dan praktis, yang mendukung sistem belajar yang menggunakan
(4)
70
Hazmy Adlianto Rogy,2013
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
b. Pada awal pembelajaran, guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu secara jelas mengenai proses dan tahap jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), terutama bagi siswa yang terbiasa dengan metoda konvensional dalam pembelajarannya. Hal itu supaya konsep belajar kooperatif akan tercapai lebih baik.
2. Pihak Sekolah
a. Supaya membuat perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk pembelajaran selanjutnya pada mata pelajaran Pengukuran Listrik.
b. Supaya membuat perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk mata pelajaran produktif yang lainnya.
3. Pihak Peneliti
a. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah lain.
b. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menerapkan perlakuan (treatment) silang pada kedua kelompok sampel.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Hake, R.R.(2002), Relationship of Individual student Normalized Learning Gains in Mechanics With Gender, High-School Physics and Pretest Score on
Mathematics And Spatial Visualization. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h- Hake.pdf [09 Maret 2012]
Ibrahim, R. dan Syaodin, N. (1991). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: PT.Grasindo
Renaldy, Ligar. (2011). Studi Komparasi Hasil Belajar Peserta Didik
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Dengan Model Pembelajaran Klasikal Pada Standar Kompetensi Membaca Gambar Teknik Di Smkn 12 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Mesin FPTK UPI Bandung: tidak di terbitkan.
Ruseffendy. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.Semarang:IKIP Semarang Perss.
Nurfitriana. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memasang Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana Di Smk Negeri 6 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Elektro FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurhadi, dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Cooperetive Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta:Gramedia Widiasarana.
(6)
Hazmy Adlianto Rogy,2013
PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGUKURAN LISTRIK DI SMKN 2 CIMAHI
Siregar, S.(2004).Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.
Slavin, R.E. (2010). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Jakarta: Nusa Media.
Sudjana, N. (2005).Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N. (2009). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Karya Tulis Ilmiah, Bandung :UPI.