PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK TUMBUHAN.

(1)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat penelitian... 7

F. Asumsi... 8

G. Hipotesis... 9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER, PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP SISTEM GERAK TUMBUHAN ... 9

A. Model Pembelajaran Numbered Head Together... 9

a. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered Head Together... 12

B. Kemampuan Berfikir Kritis... 13

C. Penguasaan Konsep... 17

1. Konsep... 17

2. Penguasaan Konsep... 18


(2)

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Defenisi Operasional... 28

B. Metode Penelitian... 29

C. Desain Penelitian... 30

D. Populasi Sampel dan Lokasi Penelitian... 30

E. Instrumen Penelitian... 31

F. Teknik Pengumpulan Data... 32

G. Prosedur Penelitian... 33

H. Uji Coba Instrumen... 35

I. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 38

J. Alur Penelitian... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

A. Hasil Penelitian... 42

1. Data penguaaan Konsep... 42

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis... 47

B. Pembahasan... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81

A. Kesimpulan... 81

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84

LAMPIRAN... 87


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap Pelaksanaan Numbered Head Together... 12

2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis... 14

2.3 Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal... 19

3.1. Desain Penelitian... 30

3.2. Kisi-kisi Respon Siswa... 32

3.3. Interpretasi Indeks Validitas... 35

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran... 36

3.5.Klasifikasi Nilai Daya Pembeda... 37

3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Insrumen Penguaaan Konsep... 38

3.7. Rekapitulasi Hasil Uji Intrumen Berpikir Kritis... 39

3.8. Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis... 40

3.9. Kategori Gain Dinormalisasi... 41

4.1. Rekapitulasi statistik Penguasaan Konsep... 43

4.2 Data N-gain ketercapaian tiap indikator penguasaan konsep... 46

4.3 Rekapitulasi statistik Kemampuan Berpikir Kritis... 49

4.4 Rata-rata Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 50

4.5 Data Rata-rata N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator... 58

4.6 Hasil Wawancara Guru... 63


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Alur Penelitian... 41

4.1. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 46

4.2. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

4.3. Persentase Pretest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 52

4.4. Persentase Posttest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 53


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 85

B. Instrumen Penelitian... 104

C. Analisis Uji Coba Instrumen ...153

D. Pengolahan Data...155

E. Perizinan ...171


(6)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, banyak perubahan-perubahan yang terjadi dan munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan. Salah satunya tidak terlepas dari peran mutu pendidikan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Rendahnya mutu pendidikan akan memberikan dampak dalam mewujudkan lulusan yang kompeten dan kritis yang sangat diperlukan saat ini.

Mutu pendidikan yang rendah, khususnya dalam bidang sains dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: cara guru mengajar yang kurang menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai materi yang diajarkan, guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, dan evaluasi hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran (Sardiman, 2004 dalam Garnita, 2005:2).

Cara yang dapat dilakukan dalam bidang pendidikan untuk menghasilkan seseorang yang peka dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang ada adalah dengan mengembangkan dan melatih cara-cara berpikir tingkat tinggi. Johnson dan Johnson (Hanawasti, 2000:4) menyatakan bahwa untuk mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, sudah saatnya disusun pembelajaran yang dapat melatih berpikir siswa.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang


(7)

diharapkan dapat dilatih secara kontinyu sehingga menghasilkan siswa yang terampil berpikir kritis, karena dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan mudah untuk menganalisis dan menangani informasi yang ditemukan (Hastami, 2007:1).

Menurut Scriven (1996) kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan bersifat analitif, evaluatif, dan reflektif. Seseorang yang berpikir kritis akan menilai tepat atau tidak tepat informasi/data yang diperoleh. Dalam menganalisis, seorang pemikir kritis akan mencari data-data dan argumen yang kuat dalam mendukung analisis yang telah dibuat. Menurut Wilson (Hastami, 2007) seorang pemikir kritis akan mencari data-data pendukung dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

Kemampuan berpikir kritis siswa harus ditingkatkan demi menciptakan sumber daya manusia yang terampil berpikir kritis. Seseorang lebih dapat menerima pendapat dari orang lain dan dengan cepat mengatasi permasalahan yang ada setelah melalui beberapa pertimbangan logis. Menurut Zohar (1994) kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dan diskusi atau studi kasus, begitu juga dengan pemahaman konsepnya (Khoirunnisa, 2006:46).

Pengajaran di sekolah selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang


(8)

telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga keterampilan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan baik dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan agar kemampuan siswa dapat berkembang adalah model pembelajaran yang berbasis kepada keaktifan dan kreativitas siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Situasi tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995 dalam Rusman, 2011:205) dinyatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Pembelajaran kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam suatu pembelajaran di dalam kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota kelompok atau tujuan masing-masing kelompok tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman (Isjoni, 2010).


(9)

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan (2007 dalam Lie, 2008) model NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat, serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Pembelajaran tipe NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

Model pembelajaran NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yakni setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai (Hamsa, 2009).

Sistem gerak tumbuhan merupakan pokok bahasan yang harus dibelajarkan dalam biologi. Materi sistem gerak tumbuhan adalah materi yang memerlukan pengelolaan yang baik dalam penyajiannya, sebab materi ini merupakan salah satu pokok bahasan penting dan bersifat abstrak. Materi sistem gerak tumbuhan dipilih karena materi ini memerlukan pemahaman yang cukup mendalam, maka siswa dirangsang untuk lebih aktif berpikir serta dalam materi ini banyak permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Penelitian mengenai model pembelajaran Numbered Head Together dikembangkan juga oleh Yuli (2007). Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh


(10)

Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Sistem Hormon”. Dalam penelitian tersebut mengemukakan bahwa model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembentukan dan hasil belajar serta kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran NHT terhadap penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dari penelitian yang telah dilakukan adalah: "Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak tumbuhan?"

Perumusan masalah tersebut dapat diturunkan ke dalam pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional/diskusi?


(11)

3. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together) dan konvensional?

4. Bagaimanakah respon siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan?

C. Batasan Masalah

Agar lebih terfokus dan terarah maka dilakukan pembatasan dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5 subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan (mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/ merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin), menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel) mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).

2. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah aspek kognitif siswa menurut taksonomi Bloom C1-C6 yang sudah direvisi.

3. Model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi.

4. Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini adalah materi sistem gerak pada tumbuhan.


(12)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadappenguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini: 1. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

2. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional/diskusi. 3. Menganalisis perbandingan pembelajaran dengan menggunakan model NHT

(Numbered Head Together) dan konvensional.

4. Menganalisis respon siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan.

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu: 1. Bagi siswa

a. Dapat memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.


(13)

2. Bagi guru

a. Memberikan informasi tentang penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Memberikan alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Menjadi rujukan dalam meningkatkan minat, motivasi, dan semangat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau masukan untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep.

F. Asumsi

Dalam mengajukan suatu hipotesis tentunya diperlukan beberapa asumsi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman (Lie,2008).

2. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).


(14)

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada konsep sistem gerak tumbuhan.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional dalam menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu, pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 5-6 orang siswa yang heterogen dimana setiap siswanya diberi nomor. Siswa diminta duduk bersama dengan teman sekelompoknya, kemudian guru memberikan pertanyaan untuk setiap anggota kelompok yang akan didiskusikan dengan kelompoknya, kemudian guru memanggil nomor anggota secara acak untuk menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan dengan teman sekelompoknya. Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam orang siswa, kemudian keenam kelompok tersebut melakukan diskusi bersama teman sekelompoknya masing-masing (Lampiran A1).

b.Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal berpikir kritis berdasarkan fungsi dan indikator


(16)

kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5 subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan (mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/ merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin), menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel) mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).

c. Penguasaan konsep siswa yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif siswa menurut taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Hasil belajar siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1-C6.

B.Metode Dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian Quasi Eksperimen atau eksperimen semu (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan karena banyak faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalan Non equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2010:116). Terdapat satu kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


(17)

NHT dan satu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif pembelaran konvensional (metode diskusi). Masing-masing kelas diberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, dan setelah selesai kegiatan pembelajaran kedua kelas di berikan tes akhir. Desain penelitian ini digambarkan dengan rancangan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Non Equivalent Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 Y O4

Keterangan:

O1,O3 : Pre Test

X : Penerapan Model Numbered Head Together (NHT) O2,O4 : Post Test

Y : Penerapan Metode Diskusi

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 3 Lembang kelas VIII.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII H dan kelas VIII I. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak karena karakteristik kelas yang beragam. Sampel kelas yang dipilih yaitu kelas yang memiliki karakteristik siswa yang aktif dalam setiap pembelajarannya. Dari dua kelas penelitian ditetapkan kelas VIII I sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol.


(18)

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Lembang Jl. Holtitikura No. 24 Lembang Bandung Barat. Dari tanggal 3 Agustus sampai 10 Agustus 2012.

C.Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal Penguasaan Konsep

Soal hasil belajar berbentuk pilihan ganda C1-C6 sebanyak 20 butir soal berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Tes tertulis pilihan ganda ditujukan untuk melihat aspek kognitif siswa yang akan menggambarkan hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal ini, diberikan saat pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengukur aspek kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan (Lampiran B1).

2. Soal kemampuan berpikir kritis

Soal kemampuan berpikir kritis yang digunakan berupa soal uraian sebanyak 10 butir soal yang memuat indikator kemampuan berpikir kritis yang dimodifikasi dari fungsi kemampuan berpikir kritis menurut Paul dan Elder (Inch et al., 2006:6). Dan Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan rublik penilaian (Lampiran C1).

3. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Angket diberikan kepada siswa setelah proses


(19)

pembelajaran selesai. Adapun kisi-kisi angket yang digunakan adalah sebagai berikut (Lampiran C2).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket

4. Wawancara Guru

Wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Wawancara guru dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Instrumen wawancara yang digunakan berbentuk uraian yang diberikan kepada guru mata pelajaran biologi (Lampiran C2).

D.Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1.Menyusun instrumen penelitian. Untuk pengukuran hasil belajar, soal-soal disusun berdasarkan tingkatan taksonomi Bloom C1-C6.

2.Melakukan validasi soal melalui proses judgment dan pengujian.

3.Merumuskan dan menyusun angket untuk mengetahui respon siswa terhadap soal-soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

4.Menentukan subjek penelitian kemudian melakukan pemilihan kelas sampel. 5.Seluruh subjek penelitian melaksanakan tes pengukuran penguasaan konsep

dan kemampuan berpijkir kritis siswa baik pretest maupun posttest.

No Aspek yang Ditanyakan No. Pertanyaan Jumlah Pertanyaan

1 Kesulitan 2,3,13 3

2 Pemahaman terhadap konsep 8,14 2

3 Ketertarikan 1,5,6,9,15 5

4 Keaktifan 4,7,10 3

5 Berpikir kritis 11,12 2


(20)

6.Seluruh subjek mengisi angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Numbered Head Together.

7.Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran biologi mengenai penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together.

8.Hasil tes dianalisis dan diinterpretasikan.

E.Prosedur penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi:

a. Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sebagai pedoman yang akan digunakan pada proses belajar mengajar berikut dengan alat evaluasinya (Lampiran A1). b. Membuat instrumen penelitian (Lampiran B1.2 dan B2.2).

c. Judgement instrumen penelitian (Lampiran B1.1 dan B2.1)

d. Analisis hasil uji coba instrumen untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas soal, serta distraktor (Lampiran E.1).

2. Tahap Perencanaan Penelitian

Dalam perencanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: a) Penentuan sampel penelitian


(21)

c) Analisis instrumen d) Revisi instrumen.

3. Tahapan pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: a. Membentuk kelompok siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara

heterogen berdasarkan aspek kognitf siswa sebelumnya.

b. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang tiap kelompok.

c. Melakukan tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dikelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (metode diskusi). Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

4. Tahap pengolahan data dan analisis data

Dalam pengolahan data dan analisis data , dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Mengolah data hasil penelitian b) Menganalisis data hasil penelitian c) Penarikan simpulan dan saran.


(22)

F.Analisis Uji Coba Instrumen

1. Analisis Tes Penguasaan Konsep

Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa: a. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar yaitu:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy           

Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Koefisien Korelasi Keterangan

0,8 – 1 Sangat Tinggi

0,6 – 0,8 Tinggi

0,4 – 0,6 Cukup

0,2 – 0,4 Rendah

0,0 – 0,2 Sangat Rendah

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil

pengukuran. Menurut Arikunto (2008) Reliabilitas soal dihitung untuk seluruh soal, dengan rumus korelasi :

             2 2 11 1 S pq S n n r


(23)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

 = jumlah hasil perkalian antara p dan q N = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) c. Tingkat kesukaran

Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah:

JS B

P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,0 – 0,3 Sukar 0,3 – 0,7 Sedang 0,7 – 1,0 Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto:2008).


(24)

B A B B A

A P P

J B J

B

D    

Keterangan :

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,0 – 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,0 Baik sekali

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Penguasan Konsep

Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

Validitas Soal

Ket. soal Korelasi/

Validitas Keterangan 1 27,27 Cukup 95,00 Sangat

mudah

0,497 cukup Direvisi 2 0,00 Jelek 7,50 Sangat

sukar

0,233 Rendah Dibuang 3 36,36 Cukup 52,50 Sedang 0,205 Rendah Dipakai 4 54,55 Baik 42,50 Sedang 0,428 Cukup Dipakai 5 9,09 Jelek 95,00 Sangat

mudah

0,368 Rendah Dipakai 6 36,36 Cukup 35,00 Sedang 0,401 Cukup Dipakai 7 27,27 Cukup 30,00 Sukar 0,276 Rendah Direvisi 8 36.36 Tidak

Baik

55,00 Sedang 0,411 Cukup Dipakai 9 72,73 Baik

sekali


(25)

Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

Validitas Soal

Ket. soal Korelasi/

Validitas Keterangan

10 27,27 Cukup 30,00 Sukar 0,276 Rendah Direvisi 11 0,00 Jelek 7,50 Sangat

sukar

0,233 Rendah Dipakai 12 27,27 Cukup 92,50 Sangat

mudah

0,497 Cukup Dibuang

13 36,36 Cukup 77,50 Mudah 0,330 Rendah Dipakai 14 63,64 Tidak

Baik

52,50 Sedang 0,585 Cukup Direvisi

15 18,18 Jelek 92,50 Sangat mudah

0,457 Cukup Dipakai

16 54,55 Baik 75,00 Mudah 0,543 Cukup Dipakai 17 27,27 Cukup 92,50 Sangat

mudah

0,457 Cukup Dipakai

18 36,36 Cukup 35,00 Sedang 0,401 Cukup Dipakai 19 36,36 Cukup 40.00 Sedang 0,174 Sangat

rendah

Dibuang 20 36,36 Cukup 77,50 Mudah 0,330 Rendah Dipakai 21 -9,09 Tidak

Baik

95,00 Sangat mudah

-0,156 - Dibuang

22 36,36 Cukup 70,00 Sedang 0,439 Cukup Dipakai 23 27,27 Cukup 92,50 Sangat

mudah

0,457 Cukup Dipakai

24 18,18 Jelek 95,00 Sangat mudah

0,440 Cukup Dipakai 25 18,18 Jelek 17,50 Sukar 0,259 Rendah Dipakai 26 9,09 Jelek 95,00 Sangat

mudah

0,154 Sangat rendah

Dipakai 27 -27,27 Tidak

baik

40,00 Sedang -0,148 - Direvisi

28 36,36 Cukup 75,00 Mudah 0,303 rendah Dipakai 29 9,09 Jelek 60,00 Sedang 0,102 Sangat

rendah

Dipakai 30 18,18 Jelek 95,00 Sangat

mudah


(26)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 30 soal pilihan ganda, diperoleh soal yang valid sebanyak 27 soal yang valid, tetapi yang diambil hanya 20 soal yang dipakai sebagai instrumen penelitian penguasaan konsep.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Berpikir Kritis Realiabilitas = 0,70 (tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

Validitas Soal

Ket. soal Korelasi/

Validitas Keterangan

1. 48,48 Baik 63,64 Sedang 0,657 Tinggi Dipakai 2. 42,42 Baik 66,67 Sedang 0,663 Tinggi Dipakai 3. 36,36 Cukup 51,52 Sedang 0,516 Cukup Dipakai 4. 33,33 Cukup 56,06 Sedang 0,579 Cukup Dipakai 5. 24,24 Cukup 72,73 Mudah 0,444 Rendah Dipakai 6. 42,42 Baik 66,67 Sedang 0,663 Tinggi Dipakai 7. 45,45 Baik 28,79 Sukar 0,402 Rendah Dipakai 8. 48,48 Baik 72,73 Mudah 0,636 Tinggi Dipakai 9. 18,18 Jelek 69,70 Sedang 0,273 Rendah Dibuang 10. 48,48 Baik 54,55 Sedang 0,780 Tinggi Dipakai 11. 15,15 Jelek 65,15 Sedang 0,364 Rendah direvisi 12. 60,61 Baik 45,45 Sedang 0,656 Tinggi Dipakai 13. 18,18 Jelek 69,70 Sedang 0,273 Rendah Dibuang

14. 15,15 Jelek 27,27 Sukar 0,041 - Dibuang

15. 6,06 Jelek 45,45 Sedang 0,656 Tinggi Dipakai

Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 15 soal berpikir kritis, diperoleh soal yang valid sebanyak 14 soal, tetapi yang diambil hanya 10 soal yang dipakai sebagai instrumen penelitian.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Dari hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, data yang telah diperoleh dianalisis melalui tahap berikut:


(27)

2. Menentukan kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang didapat dengan menghitung persentase dari tiap indikator dengan menggunakan aturan sebagai berikut (Arikunto,2008) :

Tabel 3.9 Kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

Presentase Klasifikasi

90% ≤ A < 100% Sangat baik

75% ≤ B < 100% Baik

55% ≤ C < 100% Cukup

40% ≤ D < 100% Kurang

0% ≤ E < 100% Jelek

Rumus yang digunakan untuk kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa adalah :

Kemampuan

Tingkat perolehan gain ternormalisasikan dikategorikan sebagai berikut Arikunto (2008).

Tabel 3.9 Kategori Gain Dinormalisasi

NG > 0,70 Tinggi

0,30 < NG > 0,70 Sedang


(28)

I. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pra persiapan

 Penyusunan proposal  Studi pendahuluan

Persiapan: Kajian teoritis tantang model pembelajaran NHT, kurikulu

Instrumen penelitian kemampuan berpikirkritis

Uji coba Intrumen

Revisi instrument

Rencana Pembelajaran

(RPP)

Pelaksanaan Pretest

Kelas eksperimen dengan model NHT Kelas kontrol dengan

model pembelajaran konvensional

Pelaksanaan posttest

Hasil Penelitian

Analisis dan pengolahan data


(29)

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, penguasaan konsep siswa dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siswa dikelas kontrol yang menggunakan metode diskusi kelas. Hal tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep saat pretest dan posttest kedua kelas.

Kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa saat pretest dan posttest kedua kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak tumbuhan.

Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara keseluruhan memberikan respon positif, baik dari respon terhadap pelajaran biologi, respon terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan minat siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Respon guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT


(31)

secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya, terutama pada tahap heads together dan answering, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Indikator asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument dan mengidentifikasi kesimpulan pada penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu perlu kegiatan khusus untuk melatihkan siswa agar dapat mencapai indikator Asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument. 3. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Numbered Head

Together terhadap kemampuan berpikir kritis siswa masih dapat dikembangkan lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya dibatasi pada sepuluh indikator dari dua belas indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985: 54-56).

4. Untuk setiap indikator sebaiknya dilakukan observasi agar terlihat kemampuan orisinil siswa dalam memunculkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Afgani, D. (2005). Hubungan antara persepsi siswa terhadap strategi pembelajaran ‘logbook’ dengan hasil belajar pada sub konsep organ

tumbuhan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Aryawan,Bambang,M.M.(2009).Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) untuk Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia:

http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html. [Online: 8 Maret 2012].

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. (2000). Biologi Edisi 5: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dahar. (1989). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung: Erlangga Ennis, R. W. (1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall. Firdaus, M. (2010). Model-model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://www.muhfida.com/astramatika.html.[23 Januari 2010].

Hamsa. (2009). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia: http://aliefhamsa. blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html. (05

Februari 2011)

Hanawasti. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Hastami, W.A. (2007). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan

Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya Press.

Inch, Warnick, Endres. (2006). Critical Thinking and Communication U.S.A: Pearson


(33)

Johnson. (2000). Cooperatif Learning U.S.A: Pearsonal. Kagan. (2008). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia:

http://www.kaganonline.com/catalog/ENH/NumberedHeadsTogether_Use rs_Manual.pdf. (05 Februari 2011)

Karlina, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu startegi Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia: http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf. [Online: 8 Maret 2012].

Khoirunnisa, A. (2006). Kajian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri Bandung sebagai Dampak Implementasi Lesson Study pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia

Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Komunikasi Siswa Madrasah Aliyah Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS: tidak diterbitkan.

Mursell, J.L. (1954). Succesful Teaching. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Nuryanti, B.L. (2009). 99 Model Pembelajaran. Bandung : Bina Tugas Mandiri Paul, R. (2004). Critical Thinking. (Online). Tersedia:

http://www.criticalthinking.org. (25 Maret 2011)

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rodiusri, Y. (2007). Pengaruh Model Numbered Head Together Terhadap Berpikir Kritis Siswa Dan Penguasaan Konsep Pada Sistem Hormon. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rustaman, N. Dirdjooemarto, S. Yudianto, S.A Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: UPI


(34)

Sardiman. (2004). Pendidkan dan Evaluasi. Jakarta: Graha Pustaka. Scriven. (1996). Critical Thinking. (Online). Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/University/univlibrary/library.nk. (29 November 2010)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudargo, Fransisca. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep

BiologiSecaraKonstruktivistik. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19510726 1978032-FRANSISCA_SUDARGO/PROP_hibah_kompetitif10.pdf [Online: 10 Maret 2012].

Sudjana. (2001). Kegiatan Belajar Di Sekolah. Bandung: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Metode Pembelajaran Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, R. (2011). Sistem Gerak Tumbuhan. Tersedia: Rizalsuhardieksakta.blogspot.com. [Online: 25 september 2012, 15.00 WIB].

Tryana. (2008). Kelebihan Model Numbered Head Together. Jakarta: Inter Plus. Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin

Puspendik. 3, (2), 18-29.

Zohar, A. (1994). “The Effect of Biology Critical Thinking Project on the Development of Critical Thinking”. Journal of Research in Science Teaching. 3 (2), 183-194. [3 Maret 2012]


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, penguasaan konsep siswa dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan

dengan siswa dikelas kontrol yang menggunakan metode diskusi kelas. Hal tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep saat

pretest dan posttest kedua kelas.

Kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa saat pretest dan posttest kedua kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak tumbuhan.

Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara keseluruhan memberikan respon positif, baik dari respon terhadap pelajaran biologi, respon terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan minat siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Respon guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT


(3)

secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya, terutama pada tahap heads together dan answering, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Indikator asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument dan mengidentifikasi kesimpulan pada penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu perlu kegiatan khusus untuk melatihkan siswa agar dapat mencapai indikator Asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument. 3. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Numbered Head

Together terhadap kemampuan berpikir kritis siswa masih dapat

dikembangkan lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya dibatasi pada sepuluh indikator dari dua belas indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985: 54-56).

4. Untuk setiap indikator sebaiknya dilakukan observasi agar terlihat kemampuan orisinil siswa dalam memunculkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afgani, D. (2005). Hubungan antara persepsi siswa terhadap strategi pembelajaran ‘logbook’ dengan hasil belajar pada sub konsep organ

tumbuhan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Aryawan,Bambang,M.M.(2009).Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) untuk Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia:

http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html. [Online: 8 Maret 2012].

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. (2000). Biologi Edisi 5: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dahar. (1989). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung: Erlangga Ennis, R. W. (1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall. Firdaus, M. (2010). Model-model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://www.muhfida.com/astramatika.html.[23 Januari 2010].

Hamsa. (2009). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia: http://aliefhamsa. blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html. (05

Februari 2011)

Hanawasti. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hastami, W.A. (2007). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan

Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Subkonsep Pencemaran Air.

Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya Press.

Inch, Warnick, Endres. (2006). Critical Thinking and Communication U.S.A: Pearson


(5)

Johnson. (2000). Cooperatif Learning U.S.A: Pearsonal. Kagan. (2008). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia:

http://www.kaganonline.com/catalog/ENH/NumberedHeadsTogether_Use rs_Manual.pdf. (05 Februari 2011)

Karlina, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai

Salah Satu startegi Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia:

http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf. [Online: 8 Maret 2012].

Khoirunnisa, A. (2006). Kajian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri

Bandung sebagai Dampak Implementasi Lesson Study pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI:

Tidak diterbitkan.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia

Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Komunikasi Siswa Madrasah Aliyah

Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS: tidak diterbitkan.

Mursell, J.L. (1954). Succesful Teaching. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Nuryanti, B.L. (2009). 99 Model Pembelajaran. Bandung : Bina Tugas Mandiri

Paul, R. (2004). Critical Thinking. (Online). Tersedia:

http://www.criticalthinking.org. (25 Maret 2011)

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rodiusri, Y. (2007). Pengaruh Model Numbered Head Together Terhadap

Berpikir Kritis Siswa Dan Penguasaan Konsep Pada Sistem Hormon.

Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rustaman, N. Dirdjooemarto, S. Yudianto, S.A Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar

Biologi. Bandung: UPI


(6)

Sardiman. (2004). Pendidkan dan Evaluasi. Jakarta: Graha Pustaka. Scriven. (1996). Critical Thinking. (Online). Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/University/univlibrary/library.nk. (29 November 2010)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudargo, Fransisca. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep

BiologiSecaraKonstruktivistik. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19510726 1978032-FRANSISCA_SUDARGO/PROP_hibah_kompetitif10.pdf [Online: 10 Maret 2012].

Sudjana. (2001). Kegiatan Belajar Di Sekolah. Bandung: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Metode Pembelajaran Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, R. (2011). Sistem Gerak Tumbuhan. Tersedia:

Rizalsuhardieksakta.blogspot.com. [Online: 25 september 2012, 15.00 WIB].

Tryana. (2008). Kelebihan Model Numbered Head Together. Jakarta: Inter Plus. Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin

Puspendik. 3, (2), 18-29.

Zohar, A. (1994). “The Effect of Biology Critical Thinking Project on the Development of Critical Thinking”. Journal of Research in Science Teaching. 3 (2), 183-194. [3 Maret 2012]


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA KONSEP SPESIASI.

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN.

0 2 46

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GETARAN-GELOMBANG DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF.

0 0 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TGT DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA.

0 1 31