PENGARUH LAYANAN PEMBELAJRAN DAN KETERSEDIAAN BAHAN AJAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POLITEKNIK TEDC BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Fokus Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 7

1.5. Kerangka Berfikir ... 8

1.6. Asumsi Penelitian ... 14

1.7. Hipotesis Penelitian... 15

1.8 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Nasional ... 18

2.2. Pendidikan Politeknik ... 19

2.3. Kedudukan Pendidikan Politeknik ... 23

2.4. Hakekat Pembelajaran ... 25

2.5. Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran ... 28

2.6. Layanan pembelajaran ……….. 31

2.7. Bahan Ajar ……… 37

2.8. Hasil Belajar ……….. 46

2.9. Penelitian yang Relevan ………. 50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 52

3.2. Objek Penelitian ... 52


(2)

3.4. Instrumen dan Pengembangan Pengumpulan Data ... 57

3.5. Kisi-kisi Instrument Penelitian ………... 59

3.6. Pengembangn Alat Pengumpul data ……….. 61

3.7. Uji Validitas Instrumen ... 61

3.8. Uji Reliabilitas Instrumen ……….. 65

3.9. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 67

3.10 Rancangan Uji Hipotesis ……… 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Institusi ……… 76

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 78

4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel ……… 78

4.2.2. Uji Persyaratan Analisis ... 94

4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 96

4.2.4. Kontribusi Variabel ……….. 100

4.2.5. Uji Signifikansi ……… 101

4.2.6. Uji Regresi ………... 105

4.3. Pembahasan Hubungan antar Variabel ……….. 111

4.4. Interpretasi Hasil Penilaian ……… 116

4.5. Keterbatasan Penilaian ………... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 120

5.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.

Saat ini khususnya negara di kawasan Asia, bahwa negara yang maju dan berkembang adalah negara yang mempunyai kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Alasan pemikiran ini semakin nyata apabila kita melihat bahwa ke depan masyarakat bergeser dari masyarakat yang berbasiskan keunggulan komparatif (biasanya didukung oleh kekayaan sumber daya alam) ke masyarakat yang berbasiskan keunggulan kompetitif (masyarakat yang mampu menciptakan nilai tambah dari suatu produk).

Terkait dengan masalah ketenagakerjaan di Indonesia, (BPS,Agustus 2007). Berdasarkan pengamatan Depnakertrans menyatakan bahwa jumlah tenaga


(4)

penganggur saat ini mencapai 10,01 juta. Dari jumlah tersebut pengangguran lulusan Diploma dan sarjana mencapai 970.000 orang. Berdasarkan pengamatan Depnakertrans, hal ini disebabkan karena lulusan tidak sesuai dengan kesempatan kerja yang tersedia, juga karena rendahnya mutu/kualitas pencari kerja serta rendahnya permintaan pasar kerja.

Otoritas pengelola pendidikan kita menyadari tentang pendidikan kita yang belum bisa berbuat banyak, terbukti dengan masih banyaknya komentar-komentar dari masyarakat, kemudian ditambah lagi dengan adanya penilaian tentang daya saing bangsa, yang kurang menggembirakan dari lembaga penelitan luar negeri antara lain World Econonic Forum. Menurut World Economic Forum pada tahun 2005, bahwa peringkat daya saing Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 155 negara. Inilah kenyataan yang kita fahami tetapi jarang diikuti dengan penyesuaian diri bahkan antisipasi yang memadai. Salah satu buktinya adalah kemerosotan yang kita alami akhir-akhir ini. Salah satu akar kemerosotan tersebut adalah karena belum cukup banyak SDM kita yang memiliki kemampuan yang memadai. Kita belum banyak memiliki SDM dengan kualitas global, yang memiliki kompetensi. Sebagian masyarakat kita masih menonjolkan gelar kesarjanaan dari pada kemampuan profesional, sehingga memicu timbulnya salah satu kesenjangan antara kebutuhan lapangan kerja dengan tingkat kompetensi yang dimiliki masyarakat. Padahal sesungguhnya dalam banyak kasus di masyarakat gelar yang disandang tidak disertai dengan kompetensi atau keahlian sebagaimana semestinya. Kemampuan atau kompetensi merupakan gabungan pengetahuan teoritis dan praktek yang mestinya


(5)

diperoleh melalui lembaga pendidikan. Diploma tanpa kompetensi atau keprofesionalan pemiliknya menimbulkan kontradiksi terhadap peran dan tanggung jawab institusi pendidikan dalam proses menjadikan seseorang berkemampuan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Melalui pengamatan awal yang dilakukan di Politeknik TEDC Bandung, terdapat masalah belajar mengajar yang dialami mahasiswa dan dosen di dalam kelas diantaranya adalah: (1) materi yang dipelajari cukup sulit, (2) materi yang diajarkan masih bersumber dari bahan yang diberikan dosen saja, (3) jenis media yang digunakan sangat terbatas, yaitu berupa modul, animasi yang didapat dari sumber-sumber yang tidak homogeny, (4) mahasiswa kesulitan memahami materi kuliah, (5) pemilihan metode pembelajaran yang tidak selalu sesuai (6) terbatasnya waktu untuk belajar di kelas, (7), sering adanya keluhan dari mahasiswa bahwa penggunaan pola proses belajar konvensional cenderung membuat mahasiswa mengeluh dan merasa bosan sehingga kehilangan minat dan motivasi belajar (8) kurangnya sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran sehingga hasil belajar belum memuaskan, (9) Jadwal perkuliaan yang sering berubah.

Indonesia Australian Partnership for Skill Development (IAPSD) Automotive Project menyatakan bahwa percaya diri, produktivitas, kreatifitas dan daya saing tenaga kerja orang Indonesia masih rendah, kemudian tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri sangat terbatas serta lulusan pendidikan formal pada umumnya hanya siap latih).


(6)

lembaga pendidikan hanya berorientasi pada lulusan dan bukan pada kebutuhan dunia industri dan usaha. Indonesia saat ini perlu paradigma baru dengan memperhatikan era globaliasi atau pasar bebas dalam perdagangan dan industri yang mempengaruhi pasar kerja. Tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing secara nasional maupun internasional.

Oleh karena itu dunia industri sering dihadapkan pada persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai. Sementara itu ia dituntut oleh pelanggan untuk memberikan produk atau layanan dengan kualitas yang prima. Ada kesenjangan (gap) yang besar antara tuntutan bisnis dengan rendahnya kemampuan SDM yang ada

Dalam mewujudkan industri sebagai media pendidikan tentu saja diperlukan sumber daya yang handal, aktif, kreatif, inovatif dan selektif dan memiliki wawasan ke depan sebagai pembaharu serta memiliki komitmen kerja untuk menangani kompleksitas pengelolaan. Hal ini memerlukan perencanaan pendidikan yang matang dan pemahaman akan tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk mengerti dan mengetahui substansinya adalah dengan memahami tugas dan fungsi yang ada didalamnya, bahwa: (1) pendidikan sebagai kegiatan memiliki posisi penting; (2) pendidikan adalah alat untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien; (3) pendidikan melibatkan banyak orang yang bertugas memberi keputusan, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan yang dilakukan orang-orang yang dilibatkan


(7)

Untuk itu permintaan tenaga kerja kompeten dan profesional seiring pesatnya perkembangan industrialisasi mutlak diperlukan. Sebagai salah satu institusi pendidikan jalur profesional seperti politeknik, sudah selayaknya mempersiapkan lulusannya harus selalu berupaya mengembangkan program-program yang mengandung nilai-nilai akademis, profesional dan sikap yang tinggi serta menjaga interaksi pembelajaran tidak dilaksanakan secara verbalistis, sehingga para lulusan pendidikan seperti ini siap dan mampu menerapkan keahliannya sesuai bidang profesinya (Kep. Mendikbud No. 36/U/1993, pasal 1).

Melihat permasalahan di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar informasi antara pengajar dan peserta didik sehingga terjadi proses belajar. Sebagai sumber informasi berarti guru harus menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh alat-alat indera peserta didik. Namun harus disadari bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuannya. Disamping itu masih ada sumber lain berupa lingkungan, peralatan, media dan sebagainya. Peranan utama guru adalah mengelola kegiatan belajar peserta didik dan memberikan layanan yang diperlukan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, kenyataannya tidak semua institusi pendidikan profesional seperti politeknik mampu memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Politeknik TEDC Bandung, bahwa dalam melaksanakan perkuliahan khususnya pada Program


(8)

Studi Otomotif konsentrasi Mekanik Otomotif dan Teknik Alat Berat perlu melakukan berbagai pengembangan-pengembangan seperti desain program (kurikulum), biaya pendidikan, optimalisasi proses belajar mengajar, metoda pengajaran, sistem evaluasi, pengembangan staf pengajar, manajemen pendidikan dan berbagai aspek sarana dan prasarana penununjang pendidikan yang terus menerus disesuaikan dengan perkembangan teknologi, termasuk peningkatan kerjasama dengan dunia usaha atau kalangan industri.

Kendala kendala ini dapat berimplikasi pada hasil belajar mahasiswa dimana hasil belajar merupakan wujud selama mengikuti proses pendidikan, walaupun tidak dipungkiri bahwa hasil belajar bukan saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebutkan di atas.

1.2 Identifikasi Masalah

Politeknik TEDC Bandung sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi jalur profesional dalam bidang rekayasa dan bisnis yang bernaung di bawah Yayasan TEDC Bandung, senantiasa berupaya mengembangkan pendidikan keahlian yang berorientasi pada keunggulan lulusannya. Sebagai lembaga yang baru berdiri dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 73/D/0/2002, belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan bagaimana upaya-upaya lembaga ini mencapai visi dan misinya. Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang berbagai hal terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa.


(9)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas menurut Prof. Drs. Suyatno Wijoyo

(2006). Perspektif Berpikir Mutu Pendidikan Kita. Tersedia

http://gundala69.wordpress.com/2009/02/19/perspektif-berpikir-mutu-pendidikan-kita/[19 Februari 2009] Faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara signifikan dan merata disebabkan :

1. Minat dan motivasi mahasiswa 2. Kompetensi pengajar

3. Lingkungan keluarga

4. Lingkungan sekolah dan masyarakat 5. Layanan pembelajaran

6. Ketersediaan alat bahan 7. Ketersediaan bahan ajar

1.3 Fokus Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu, dana, kemampuan, maka tidak semua masalah yang teridentifikasi akan diteliti. Untuk itu penulis memberi batasan masalah terhadap : - layanan pembelajaran

- Ketersediaan bahan ajar - Hasil belajar mahasiswa


(10)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, focus penelitian maka rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh layanan pembelajaran terhadap hasil belajar mahasiswa ?

2. Bagaimanakah pengaruh ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa ?

3. Bagaimanakah pengaruh secara bersama-sama antara layanan pembelajaran, dan ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa ?

1.5 Kerangka Berfikir

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran didukung oleh beberapa unsur atau komponen yang saling berhubungan. Bloom (Tangyong, 1996: 50) mengemukakan bahwa perubahan sikap perilaku, serta perolehan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran dipengaruhi oleh tiga hal, yakni: (a) affective entry characteristics; sebagai bagian yang melekat pada diri mahasiswa yang dibawa dari lingkungan keluarga. (b) cognitive entry behaviors; merupakan bagian dari latar belakang keluarga atau jenjang pendidikan sebelumnya, dan (c) kualitas pembelajaran. Dari ketiga aspek ini akan terbentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kepribadian.


(11)

Dalam diagram berikut memperlihatkan bahwa mahasiswa yang merupakan masukan utama di dalam sistem dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya termasuk ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor internal (struktur kognitif, sikap, motivasi dan lain), serta faktor eksternal (keadaan ekonomi keluarga dan lain-lain) , kemudian berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran, hasilnya menjadi keluaran dari sistem. Unsur-unsur lain yang menjadi penunjang adalah termasuk program pendidikan/kurikulum dan perangkatnya, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pembiayaan, manjemen pendidikan; dan (3) peran serta masyarakat.

Proses pembelajaran menyangkut interaksi antara program pendidikan/kuriku-kulum; dosen yang memberikan layanan pembelajaran, bimbingan dan evaluasi; sarana-prasarana; biaya pendidikan; manajemen dan dukungan masyarakat; serta mahasiswa sebagai komponen masukan.

Gambar 1.1. Model Teoritik Alur Berpikir Sumber: A.J. Romiszowki (Tangyong, 1996: 51) Mahasiswa

Masukan

Program Pendidikan

Tenaga Pendidikan

Sarana & Prasarana

Proses Pembelajaran

Manajemen

Masukan dari Masyarakat, Industri, Dunia Usaha

Mahasiswa


(12)

memberikan batasan layanan pembelajaran oleh dosen mencakup layanan pembelajaran dan pendidikan, pemberian motivasi, bantuan mengatasi kesulitan belajar, serta layanan dalam bidang pelatihan berbagai keterampilan.

Berdasarkan model teoritik berpikir di atas, maka secara operasional kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui skema berikut :

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Operasional Hubungan antar Variabel

1.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Layanan pembelajaran sebagai variabel bebas (X1), Ketersedian bahan ajar sebagai variabel bebas (X2), dan Hasil belajar sebagai variabel terikat (Y).

Gambar 1.3 Paradigma Penelitian  Layanan Pembelajaran

(Dosen)  Bahan Ajar

Variabel Bebas

Hasil Belajar Mahasiswa Variabel Terikat

X1

X2

2 1x

rx Y1

1 1x

Py

2 1x


(13)

1.5.2 Keterkaitan antar Variabel

a. Keterkaitan antara layanan pembelajaran dosen kepada mahasiswa dalam hubungannya dengan hasil belajar. Guru dan dosen sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan. Ia juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik. Lebih dari itu ia juga telah diangkat dan diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi guru/dosen bukan sekadar oleh surat keputusan dari pejabat yang berwenang. Walaupun dosen bukan merupakan satu-satunya faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, namun dosen tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik (Soeparto dalam Turin: http://pk.ut.ac.id/jp/12 turi.htm).

Uraian di atas mencerminkan betapa pentingnya peran dosen dalam meningkatkan mutu pendidikan. Bahwa faktor utama yang menjamin mutu pendidikan lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru/dosen profesional. Kemampuan profesional guru direfleksikan pada mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh: (1) tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran, (2) metode, pendekatan, gaya/seni dan prosedur mengajar, (3) pemanfaatan fasilitas belajar, (4) pemahaman guru terhadap karakteristik siswa, (5) kemampuan menciptakan dialog kreatif dan lingkungan belajar yang menyenangkan, serta (6) kepribadian guru. (Tola dan Furqon, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/44/ burhanuddin-furqon.htm).


(14)

Penguasaan materi bagi tenaga pengajar yang profesional merupakan hal yang sangat menentukan khususnya dalam proses pembelajaran. Apabila kemampuan dosen dalam bidang studi yang diajarkan serta penguasaan metodologi penyampaian materi memadai, maka substansi materi yang akan di-transfer menjadi lebih bermakna dan implikasinya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Faktor sikap dan kepribadian guru/dosen dalam membangun kedekatan jarak antara dirinya dan mahasiswa ini akan membuahkan tingkat keakraban antara pelaku pembelajaran. Kondisi psikologis hubungan dosen dan mahasiwa yang akrab dalam dua arah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk berprestasi. Dengan keadaan demikian ini sikap saling terbuka untuk saling memahami, saling menghayati antara satu dengan yang lain dapat melahirkan motivasi belajar mahasiswa dan pada akhirnya dapat meraih hasil belajar yang baik.

Dari uraian di atas, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru. Senada dengan hal tersebut Yuniarsih (2002: 55) mengatakan bahwa salah satu aspek yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pencapaian mutu belajar mahasiswa ialah mutu layanan pembelajaran yang diberikan para dosen, mencakup layanan pendidikan dan pengajaran, layanan pengembangan mutu KBM, pemberian motivasi belajar, layanan dalam bidang evaluasi belajar, bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar, serta layanan dalam bidang pelatihan keterampilan.


(15)

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bias tercapai bila pelajar dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai factor yang mempengaruhinya. Salah satu factor yang ada diluar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karateristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relative stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar. Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang social kultur dan pengalaman pendidikan Nunan, 1991 : 168). Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permualaannya, diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan dijalani. Hal ini akan memudahkan bagi pelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensi yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar


(16)

pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar terhadap terhadap hasil belajar .

1.6 Asumsi Penelitian

Dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI Bandung (2005: 45) dinyatakan bahwa asumsi merupakan titik pangkal penelitian. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi, dan pikiran-pikiran lain yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi. Sebagai titik pangkal penelitian, maka asumsi digunakan untuk memberikan arah dalam penelitian. Asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Pendidikan yang berkualitas didukung oleh sarana-prasarana yang berkualitas seperti peralatan gedung dan perabot, laboratorium, bengkel kerja, perpustakaan serta sarana penunjang pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran (Tangyong, 1996: 64).

2. Pendidikan yang berkualitas banyak ditentukan interaksi antara guru dan siswa, dengan asumsi bahwa interaksi yang baik akan mengeluarkan hasil yang baik (Tangyong, 1996: 64).

3. Pembelajaran yang diberikan di sekolah harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri. Kedua pengalaman belajar baik di sekolah maupun di industri kedudukannya adalah untuk saling memperjelas (Bukit, 1997: 252). Sedangkan Djohar (1995: 4) menyatakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang berkemampuan adalah dengan memadukan pengalaman di sekolah dengan pengalaman di industri. Selanjutnya Barlow (Meirawan, 1996: 41)


(17)

mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan direncanakan dalam kerja sama yang erat dengan industri, sehingga dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang bernilai dalam pasar tenaga kerja.

1.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini yaitu : 1. Terdapat pengaruh yang positif layanan pembelajaran terhadap hasil belajar

mahasiswa.

2. Terdapat pengaruh yang positif ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa.

3. Terdapat pengaruh yang positif secara bersama-sama antara layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa.

1.8 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang layanan pembelajaran. b. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang ketersediaan bahan ajar. c. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang hasil belajar

mahasiswa.

d. Untuk mendapatkan informasi pengaruh layanan pembelajaran terhadap hasil belajar mahasiswa.


(18)

e. Untuk mendapatkan informasi pengaruh ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa.

f. Untuk mendapatkan informasi pengaruh layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa.

2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengayaan khasanah penelitian di bidang pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya pada pendidikan jalur profesional (politeknik) dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa yang bermuara kepada kualitas sumber daya manusia.

2. Diharapkan menjadi bahan kajian pihak lain yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa.

b. Manfaat Praktis

1. Bila penelitian ini dapat membuktikan secara empirik bahwa terdapat pengaruh yang positif antara layanan pembelajaran, dan bahan ajar dengan hasil belajar mahasiswa, maka hasilnya dapat dijadikan masukan bagi pihak terkait dalam menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan di Politeknik TEDC Bandung.


(19)

2. Bagi penulis, menambah pengalaman sebagai peneliti dan meningkatkan kepedulian terhadap proses penyelenggaraan pendidikan di Politeknik TEDC Bandung.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Hasan (2002: 20) menyatakan bahwa “Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan dan memiliki langkah-langkah sistematis.”

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki pengaruh antara beberapa variabel penelitian yaitu variabel layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar serta variabel hasil belajar mahasiswa. Studi korelasi ini akan menggunakan analisis korelasi dan regresi.

3.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu layanan pembelajaran (X1) dan ketersediaan bahan ajar (X2) serta satu variabel terikat yaitu hasil belajar mahasiswa (Y). Kedua variabel bebas (X1, X2) dihubungkan dengan variabel terikat (Y) dengan pola pengaruh : (1) pengaruh antara variabel X1 dengan variabel Y, (2) pengaruh antara variabel X2 dengan variabel Y, dan (3) pengaruh antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y. Ketiga pola pengaruh variabel tersebut merupakan konstelasi masalah dalam penelitian ini.


(21)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Sugiyono (2005: 90) mengatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ”Sedangkan Sudjana (1996: 6) menyatakan bahwa“ Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan subjek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah generalisasi dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik TEDC Bandung, Program Studi Teknik Otomotif tahun ajaran 2007 dan 2008 yakni sebesar 91 orang, namun yang layak dijadikan responden hanya 88 orang dengan pertimbangan: 3 orang mahasiswa dinyatakan mengundurkan diri dari mahasiswa politeknik. Adapun jumlah mahasiswa Politeknik TEDC Program Studi Otomotif yang menjadi populasi adalah sebagai berikut :


(22)

Tabel 3.1

Rekapitulasi Jumlah Responden (Mahasiswa) Politeknik TEDC Bandung

Program Studi Konsentrasi Angkatan Smt Kelompok/ Kelas

Jumlah Mahasiswa

T. Otomotif

Mekanik otomotif 2007 4 Reguler 19

2008 2 Reguler 20

Alat Berat 2007 4 Reguler 21

2008 2 Reguler 28

Total 88

3.3.2 Sampel

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan tertentu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sugiyono (2005: 91) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel merupakan wakil populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data.

Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan dua hal yaitu: (1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi. (2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.


(23)

Teknik penarikan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling. Teknik ini adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Dilakukan sampling ini disebabkan anggota populasi tidak sejenis atau heterogen (Akdon, 2005: 100), yaitu dari sejumlah mahasiswa berbeda tingkatan dan konsentrasi (Mekanik Otomotif Kendaraan Ringan dan Alat Berat).

Dari jumlah populasi sebesar 88 mahasiswa, maka jumlah mahasiswa yang dijadikan sampel dilakukan menggunakan formula sebagai berikut :

Dalam penentuan sampel ini penulis menggunakan estimasi penyimpangan terhadap populasi sebesar 5%, dengan demikian penetapan banyaknya sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

n = = = 72 (responden)

Dari jumlah sampel 81 responden, kemudian dicari pengambilan sampel berstrata dengan rumus :

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi

Ni

ni = x n

N

N

n =

Nd2 + 1

Riduwan (2007 : 65)

Riduwan ( 2007: 66)

88 1+88(0.052)

88 1+88 (0.052)


(24)

Mahasiswa reguler-

angk. 2007 (smt.4) ni == Ni N

n

21 88

x 72 = 17,18 (17) responden Sehingga sampel yang mewakili masing-masing kelas setiap angkatan adalah:

Ni =

Dengan menggunakan teknik dan perhitungan yang sama, maka sampel yang mewakili strata populasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

Program Studi Konsentrasi Angkatan Semester Kelas Populasi Sampel

T. Otomotif

Mekanik

0tomotif 2007 4 Reguler 19 16

2008 2 Reguler 20 16

Alat Berat 2007 4 Reguler 21 17

2008 2 Reguler 28 23

Total 88 72

Keterangan:

n i = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhan Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi keseluruhan


(25)

3.4 Instrumen Pengumpul Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi (data) mengenai variabel-variabel dalam penelitian serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan meliputi :

a. Data variabel bebas layanan pembelajaran (X1), ketersediaan bahan ajar (X2). b. Data variabel terikat hasil belajar (Y).

Untuk memperoleh data yang sah guna menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan alat pengumpul data yang terdiri dari :

3.4.1 Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Variabel layanan pembelajaran : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

2. Variabel ketersediaan bahan ajar : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.


(26)

3. Variabel hasil belajar mahasiswa : menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen nilai mata kuliah kelistrikan Otomotif yang didapat dari Bagian Kemahasiswaan Politeknik TEDC Bandung.

Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Pola Penskoran

No Opsi Skor

1 Sangat setuju/selalu/sangat baik 5

2 Setuju/sering/baik 4

3 Ragu-ragu/kadang-kadang/cukup baik 3

4 Tidak setuju/jarang/kurang baik 2

5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/tidak baik 1

Sumber : Sugiyono (2005: 107)

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data sekunder langsung dari tempat penelitian (Bagian Kemahasiswaan Politeknik TEDC Bandung) berupa data nilai mata kuliah kelistrikan otomotif. Instrumen disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan deskripsi teori dalam bab II


(27)

3.5 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang dijelaskan dalam bab 1, terdapat dua kategori variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya (independen) terdiri dari layanan pembelajaran (X1) dan ketersediaan bahan ajar (X2), sedangkan variabel terikat atau dependen (Y) adalah hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kelistrikan otomotif. Ketiga variabel tersebut kemudian dikembangkan ke dalam kisi-kisi penelitian yang terdiri dari variabel/subvariabel dan indikator. Dari indikator ini dirinci ke dalam bentuk deskripsi. Berdasarkan deskripsi tersebut selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pertanyaan.

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Penelitian

Variabel/Sub Variabel

Indikator Deskripsi No

1. Dalam pendidikan dan pengajaran

Layanan Pembelajaran

a. Dosen memberikan layanan akademik

 Gaya mengajar dosen

 Penguasaan materi dosen

 Layanan akademik oleh dosen

1,2,3,4 5,6 7,8 b. Dosen memberikan

nilai-nilai kehidupan di masyarakat

 Pembelajaran dosen terhadap nilai-nilai kehidupan

9

2.Dalam bidang pengembangan mutu kegiatan belajar mengajar

a. Kedisiplinan dosen  Kedisiplinan dosen dalam mengajar

10,11,12

b. Kepustakaan mutakhir  Penggunaan kepustakaan 13

 dosen c. Penggunaan media

mengajar

 Penggunaan media pembelajaran

14

3.Dalam bidang pemberian motivasi belajar


(28)

4.Dalam bidang evaluasi belajar

a. Objektivitas evaluasi  Objektifitas evaluasi 17

 Relevansi evaluasi dengan silabus

18,19 5.Dalam bidang bantuan untuk

mengatasi kesulitan belajar a. Perhatian dosen atas

kesulitan yang dihadapi mahasiswa

 Tingkat perhatian dosen terhadap kesulitan mahasiswa

20,21

b. Hubungan harmonis dosen dan mahasiswa

 Tingkat hubungan harmonis dosen dan mahasiswa

22,23

c. Kesempatan berbeda pendapat

 Tingkat perbedaan pendapat dosen dan mahasiswa

24,25 6.Dalam bidang pelatihan

keterampilan

a. Bantuan dosen dalam bidang latihan keterampilan

 Tingkat bantuan guru dalam memberikan latihan keterampilan

26,27

7.Pengalaman kerja  Pengetahuan teoritis

 Pengetahuan praktis

 Tingkat ketelitian

 Penggunaan peralatan

 Keselamatan kerja

5,6, 10,11,17 15 4 12 Ketersediaan bahan ajar

8. a.Ketersediaan  Penggunaan bahan ajar 1,2,3,4, 5,6,7,8 b.Relevansi

c. Manfaat

d.Harapan

 Relevansi bahan ajar dengan kurikulum

 Relevansi bahan ajar dengan evaluasi

 Manfaat bahan ajar yang digunakan mahasiswa  Keingintahuan  Pencapaian tujuan

9,10,11 12,13 14 15,16 17,18 19,20 21,22 23,24 25,26 27

Hasil Belajar Nilai mata kuliah : Kelistrikan Otomotif


(29)

3.6. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, maka dilakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang mungkin terjadi, sehingga dengan uji coba instrumen pengumpul data ini derajat validitas maupun reliabilitasnya dapat diketahui. Untuk uji coba kuesioner, penulis melakukannya terhadap 28 orang mahasiswa program studi Teknik Otomotif secara acak di luar anggota populasi penelitian.

Langkah-langkah uji coba angket dilaksanakan sebagai berikut :

1. Setelah Item pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat apakah indikator telah terwadahi dalam butir-butir pertanyaan.

2. Item atau butir instrumen dikonsultasikan dengan ahlinya (pembimbing), apakah sudah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel yang akan diukur.

3. Uji coba dilaksanakan terhadap kelompok mahasiswa yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti.

4. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

3.7 Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005: 137) bahwa instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data


(30)

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Riduan (2007: 109) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Oleh karena itu sebelum instrumen tersebut digunakan hingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen, hasilnya dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment seperti berikut :

Riduwan (2007 : 136) Dimana :

= Koefisien Korelasi

∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Tabel 3.5

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sugiyono (2005: 214)

xy

r

2 2 2

2

y

x

x

n

y

x

y

x

n

r

xy

n

y


(31)

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 72 orang, maka perlu diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product moment adalah sebagai berikut :

Dimana : t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan 5%. (

α

= 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan :

jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya thitung < ttabel berarti tidak valid.

(1) Hasil Uji Validitas Layanan Pembelajaran (X1)

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa dari 29 butir pertanyaan yang diajukan, dua butir dinyatakan tidak valid, yaitu butir nomor 10, dan 20. Item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya tidak digunakan.

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Validitas Variabel Layanan Pembelajaran (X1)

Pernyataan t hitung t tabel Kesimpulan

1 4,36 1.706 v

2 1,85 1.7 v

3 2,76 1.7 v

4 4,23 1.7 v

Riduwan ( 2007 : 137) 2

1 2

r

n

r

t

 


(32)

5 3,91 1.7 v

6 1,75 1.7 v

7 4,42 1.7 v

8 5,67 1.7 v

9 1,72 1.7 v

10 0,66 1.7 tv

11 11.35 1.7 v

12 6,80 1.7 v

13 11,86 1.7 v

14 5,35 1.7 v

15 7,92 1.7 v

16 7,92 1.7 v

17 8,46 1.7 v

18 8,50 1.7 v

19 8,22 1.7 v

20 1,64 1.7 tv

21 3,33 1.7 v

22 15,38 1.7 v

23 15,75 1,7 v

24 7,42 1,7 v

25 3,72 1,7 v

26 4,66 1,7 v

27 9,30 1,7 v

28 14,20 1,7 v

29 12,55 1,7 v

(2) Hasil Uji Validitas Ketersediaan Bahan ajar (X2)

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa dari 29 butir pertanyaan yang diajukan, dua butir dinyatakan tidak valid, yaitu butir nomor 10, dan 23. Item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya tidak digunakan.


(33)

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Validitas Variabel Ketersediaan Bahan ajar (X2)

Pernyataan t hitung t tabel Kesimpulan

1 3.07 1.71 v

2 5.87 1.7 v

3 1.83 1.7 v

4 18.43 1.7 v

5 13.68 1.7 v

6 9.99 1.7 v

7 22.27 1.7 v

8 14.69 1.7 v

9 15.06 1.7 v

10 1.66 1.7 tv

11 5.76 1.7 v

12 1.81 1.7 v

13 17.32 1.7 v

14 16.98 1.7 v

15 19.49 1.7 v

16 19.46 1.7 v

17 19.76 1.7 v

18 17.61 1.7 v

19 17.61 1.7 v

20 14.10 1.7 v

21 17.53 1.7 v

22 16.53 1.7 v

23 1.69 1.7 tv

24 4.73 1.7 v

25 6.48 1.7 v

26 9.99 1.7 v

27 22.27 1.7 v

28 14.69 1.7 v

29 15.06 1.7 v

3.8 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu


(34)

yang berbeda. Dengan demikian dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, sehingga kapanpun alat itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja , kemudian data yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Terdapat beberapa teknik atau cara menghitung reliabilitas instrumen. Namun penulis menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. (Usman 2003: 291) menyebutkan bahwa “Alpha Cronbach dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala Likert (1 sampai 5).”

             

2

2 1 1 x i S S k k

 (Usman, 2003: 291)

Keterangan :

K : Jumlah item Instrumen pertanyaan

: Jumlah varians dari tiap instrumen : Varians Keseluruhan Instrumen

Untuk patokan penentuan reliabilitas digunakan kriteria dari Guilford (Subino, 1987 : 160) sebagai berikut :

 0,19 : tidak reliabel 0,20 – 0,39 : reliabilitas rendah 0,40 – 0,69 : reliabilitas sedang 0,70 – 0,89 : reliabilitas tinggi

0,90 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi i S  2 2 x S


(35)

(1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1, dan X2)

Variabel Nilai Alpha Keputusan

Layanan Pembelajaran 0.860 Reliabilitas tinggi

Ketersediaan Bahan ajar 0.832 Reliabilitas tinggi

3.9 Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data 3.9.1 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian

yang sesungguhnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : (1) Penggandaan instrumen, (2) mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian. (3) Penyebaran kuesioner.

3.9.2 Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah :

1. Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah


(36)

untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Hasan (2002: 89) menyatakan bahwa kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulangataupun dengan penyisipan (interpolasi).

2. Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam tabel rekapitulasi data (tabulasi).

3. Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik kesimpulan.

3.9.3 Teknik Analisis Data

Analisis data dapat diartikan membandingkan dua nilai variabel untuk mengetahui selisih atau rasio kemudian diambil kesimpulannya.

Tujuan analisis data menurut Hasan (2002: 98) adalah :

1. Data dapat diberi arti yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. 2. Memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian. 3. Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam

penelitian.

4. Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.

Penelitian yang berupaya menjawab hipotesis yang diajukan termasuk kategori penelitian kuantitaif. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi tersebut


(37)

mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Peluang kesalahan dan kepercayaan disebut taraf signifikansi. Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu (Sugiyono, 2005: 171). Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametris dan non parametris, penggunaannya tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui data sampel dan datanya adalah data interval dan rasio, sedangkan nonparametris datanya adalah data nominal dan ordinal.

Dari penjelasan di atas, maka teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik parametris. Dalam statistik parametris asumsi yang utama adalah datanya harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2005: 172).

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap deskripsi data, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskripsi Data

Sebelum data dideskripsikan, terlebih dahulu data mentah dikonversikan menjadi Z skor dan T skor. Adapun perhitungan data mentah menjadi Z skor dan T skor untuk setiap variabel adalah sebagai berikut:

Menghitung Zskor:

Riduwan (2007 : 181)


(38)

Dimana:

dan

Menghitung Tskor :

Riduwan (2007 : 189)

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan menyusunnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari modus, median, rata-rata (mean), dan simpangan baku . Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan program komputer MsExcel.

2. Tahap Uji Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi, maka data terlebih dahulu diuji untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas. Oleh karena data penelitian ini masih berupa data ordinal sedangkan statistik parametris mempersyaratkan berupa data interval, maka dilakukan transformasi data ordinal ke dalam bentuk data interval. Metode transformasi data menggunakan software Method of Successive Interval yang diolah dengan bantuan MsExcel. (Lihat lampiran 7: 146).

4. Tahap Pengujian Hipotesis


(39)

korelasi dan regresi, di mana untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi 0,05.

3.10 Rancangan Uji Hipotesis

Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengaruh antar variabel secara diagramatik yang bentuknya ditentukan oleh proporsi teoritik yang berasal dari kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis penelitian.

Gambar Hubungan antar variabel

Model di atas menunjukkan hubungan antara variabel independen yaitu X1 (Layanan Pembelajaran) dengan Y (Hasil belajar); X2 (Ketersediaan Bahan ajar) dengan Y; serta hubungan X1, X2 secara bersama-sama dengan Y.

Sesuai dengan hipotesis dan desain penelitian yang telah dikemukakan, maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

X1

X2

2 1x

rx Y1

1 1x

Py

2 1x


(40)

1. Untuk mengetahui pengaruh antara X1 dengan Y; X2 dengan Y digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment berikut:

Riduwan (2007 : 136) Dimana :

rxy = Koefisien korelasi

∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah sampel

Nilai korelasi PPM dilambangkan (r), apabila nilai r telah diperoleh dari hasil perhitungan, selanjutnya ditafsirkan dengan tabel interpretasi ( tabel 3.5).

2. Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Dimana :

KP = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi

3. Untuk uji signifikansi variabel X terhadap Y digunakan rumus seperti berikut di bawah, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan MsExcel.

KP = r2 x 100% Riduwan (2007 : 136)

Riduwan (2007 :137)

2 2 2 2

y

x

x

n

y

x

y

x

n

r

xy

n

y

2 1 2

r

n

r

t

 


(41)

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

4. Untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel digunakan metode regresi :

a. Regresi Linear Sederhana

Uji regresi ini ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus

Y abX

Dimana :

Y = Variabel terikat (variabel yang diduga) X = Variabel bebas

a = Intersep

b = Koefisien regresi

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan berikut : 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 ) ( ) )( ( ) )( ( 1 X x n Y X X X Y          2 1 2 1 1 1 1 1 ) ( ) )( ( 2 X x n Y X Y X n        

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan MsExcel.

Riduwan (2007 : 147)


(42)

b. Regresi Linear Ganda

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya pegaruh fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, dan X2

terhadap Y.

Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus : Y = a + b1X1 + b2X2

c. Korelasi Ganda ( Rx1x2Y)

r2x1y + r2x2y – 2(rx1y).(rx2y).(rx1x2)

Rx1x2y = Riduwan (2007 : 140) 1 - r2x1x2

Riduwan (2007 : 140)

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi Korelasi Ganda dicari dulu Fhitung

kemudian dibandingkan dengan Ftabel

R2 Dimana : R = Nilai Koefisien Korelasi Ganda K K = Jumlah Variabel Bebas Fhitung = n = Jumlah Sampel

(1-R2) Fhitung = Nilai yang dihitung n-k-1

Kaidah pengujian signifikansi :

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan dan Fhitung ≤ Ftabel terima Ho artinya tidak signifikan Carilah nilai Ftabel menggunakan table F dengan rumus: Taraf signifikan : α =0.01 atau α = 0.05


(43)

3.10.1 Hipotesis Statistik

Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan sebagai berikut :

1 Hipotesis I

: H0: ρy1 = 0

Ha : ρy1≠ 0

:

2 Hipotesis II : H0: ρy2 = 0

Ha : ρy2≠ 0

3 Hipotesis III : H0: ρy12 = 0

Ha : ρy12≠ 0

Keterangan :

H0 = Hipotesis Nol Ha = Hipotesis Alternatif

y1 = Korelasi antara layanan pembelajaran (X1) dengan hasil belajar (Y).

y2 = Korelasi antara ketersediaan bahan ajar (X2) dengan hasil belajar (Y).

y123 = Korelasi antara layanan pembelajaran (X1), ketersediaan bahan ajar (X2),

dengan hasil belajar (Y).


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada bagian akhir tesis ini, penulis mengemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan hasil kajian dan pembahasan pada bab IV, tentang pengaruh layanan pembelajaran, ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa sebagai berikut :

Masalah layanan pembelajaran merupakan salah satu masalah pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan itu sendiri merupakan suatu produk dari proses pendidikan yang dipengaruhi banyak faktor, antara lain faktor guru/dosen, faktor sarana dan prasarana serata faktor minat dan motivasi siswa.

Denagan memperhatikan hasil dari pembahasan penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, maka pengembangan layanan pembelajaran yang terpadu dalam pengelolaan program pendidkan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa di politeknik TEDC bandung, kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh layanan pembelajaran terhadap hasil belajar

Layanan pembelajaran yang diberikan guru/dosen mutlak diperlukan. Oleh karena itu guru/dosen harus berupaya melakukan pendekatan dalam memberikan layanan pembelajaran sebagai upaya mengoptimalisasikan hasil belajar, Layanan pembelajaran meliputi berbagai kegiatan yang dilaksanakan para pendidik dalam proses interaksi belajar mengajar, baik dalam bentuk


(45)

lisan, tindakan atau perbuatan maupun dalam sikap. Dengan layanan pembelajaran yang diberikan oleh para guru atau dosen, maka diharapkan siswa/mahasiswa dapat belajar lebih baik dan memiliki pengetahuan akademik serta kemampuan profesioanal yang memadai sabagai modal bagi pengetahuan dan keterampilan serta satu-satunya sumber belajar, kini berubah peran sebagai pembimbing, pembina, pengajar dan pelatih yang dapat memberikan layanan belajar kehidupannya kelak di masyarakat.

Pengajar yang tadinya berperan sebagai sosok sentral untuk menyampaikan kepada mahasiswa secara optimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara layanan pembelajaran terhadap hasil belajar (kata gori kuat). Melalui analisis regresi dapat disimpulkan semakin positif pengaruh layanan pembelajaran terhadap hasil belajar mahasiswa, maka akan meningkat hasil belajar mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif pengaruh layanan pembelajaran terhadap hasil belajar, maka akan menurun hasil belajar mahasiswa. Hal ini berarti layanan pembelajaran mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu : “Pengaruh layanan pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa“ dapat diterima.

2. Ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar

Pengelolaan program pendidikan memiliki keterkaitan dengan dengan peningkatan hasil belajar mahasiswa. Bahan ajar dinilai memiliki tingkat relevansi, efisiensi, efektivitas yang tinggi bila dikaitkan dengan aspek aspek


(46)

kurikulum, tuntutan dan kebutuhanprogram pendidikan, tututan dunia usaha/industri dan masyarakat pada umumnya serta kebutuhan tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar (kata gori kuat). Melalui analisis regresi dapat disimpulkan bahwa semakin positif pengaruh ketersedian bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa, maka akan meningkatnya hasil belajar mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif pengaruh ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar, akan diiringi dengan menurunnya hasil belajar mahasiswa.

3. Pengaruh layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap peningkatan hasil belajar.

Guna mendukung program pendidikan yang mampu meningkatkan hasil belajar secara optimal, perlu diadakan upaya peningkatan kualitas program melalui pengembangan layanan pembelajaran dan pengadaan bahan ajar yang merupakan sarana aktivitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang harus dipelajari/dikuasai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan secara bersama-sama antara layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap peningkatan hasil belajar (kata gori kuat)

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif layanan pembelajaran, ketersediaan bahan ajar, maka semakin tinggi pula peningkatan hasil belajar


(47)

mahasiswa. Sebaliknya semakin negatif layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar, maka semakin rendah pula peningkatan hasil belajar mahasiswa.

Walaupun diakui bahwa adanya pengaruh yang positif dari kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (hasil belajar), namun hasil belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut, tetapi masih ada lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhinya namun tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan rekomendasi yang ditujukan kepada Politeknik TEDC Bandung sebagai institusi pendidikan, mahasiswa dan pihak-pihak terkait sebagai berikut :

5.2.1 Saran Penerapan

1. Pimpinan Politeknik TEDC Bandung agar selalu berupaya fokus terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa dengan memenuhi kebutuhan pembelajaran di bengkel, melalui pengadaan bahan ajar yang sesuai serta meningkatkan jaringan kerja sama dengan pihak-pihak lain terutama pihak industri.

1. Pembinaan kepada para dosen yang mengajar tidak saja asal memenuhi kewajibannya memberikan perkuliahan, tetapi bagaimana mendorong pelaksanaan perkuliahan bisa memberi dampak bagi peningkatan hasil belajar


(48)

secara utuh dengan cara membiasakan dan mengkondisikan serta membangkitkan motivasi mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Kepada para mahasiwa agar memacu diri dengan strategi belajar yang baik untuk penguasaan kompetensi dan meraih hasil belajar yang maksimal.

5.2.2 Saran bagi Pengembangan Ilmu

Bagi para peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap hasil belajar, maka variabel-variabel dan indikatornya perlu dikembangkan lebih mendalam lagi, sehingga mengungkap seluruh faktor yang berpengaruh terhadap hasilbelajar mahasiswa khususnya di Politeknik TEDC Bandung.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan, Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Bailey, T.R. et al. (2004). Working Knowledge. Work – Based Learning and Education Reform. New York: RoutledgeFalmer.

Bandono. (2009). Pengembangan-bahan –ajar. Tersedia: http:/www.bandono.web.id [2 April 2009].

Bukit, Masriam. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Butler, F.C. (1979). Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. Englewood Cliffs, N.J.: Educational Technology Publication

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Davish, Ivor K. (1981). Instructional Technique. McGraw-Hill Book Company. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Edisi Kedua. Balai Pustaka.

Direktorat Dikmenjur. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT Rosdakarya.

Djohar, As’ari. (1995). Pengembangan dan Implementasi Program Magang pada Pendidikan Apprentis. Tesis pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hasan, Bachtiar. (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.


(50)

Hersey, P. dan Blanchard K. (1982). Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs. Idris, Zahara. (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Lembaran Negara. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 60. Tahun 1999 Tentang Perguruan Tinggi. Jakarta. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program Pembelajaran di SMK Dengan Kebutuhan Industri. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Mendiknas, Keputusan Nomor 232. (2000). Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta: Biro Hukum dan Humas Depdiknas.

Poerwadarminta, WJS. (1991). Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prihantoro, C.R. (1999). Model Pendidikan Keteknikan Berdasar Kompetensi Bagi Pengembangan Pendidikan Profesional di Politeknik. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. ( 2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alvabeta

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. N. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif. Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Surya, M dan Sukmadinata N.S. (1981). Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung.

Tangyong, A.F. (1996). Pengembangan Pendidikan, Pelaksanaan kurikulum 1994. Jurnal Ilmiah. Kajian Dikbud, (007), 39-70.

Tola dan Furqon. Pengembangan Model Sekolah Efektif. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/44/burhanuddin-furqon.htm. [24 Desember 2005].

Turin, La Ode. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Penataran dan Motivasi Kerja dengan Performansi Mengajar Guru-Guru SMU Negeri 3 Kendari


(51)

Sulawesi Tenggara. [Online]. Tersedia: http://pk.ut.ac.id/jp/12turi.htm. [28 Maret 2006].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yuniarsih, Tjutju. (2002). Efektivitas Layanan Pembelajaran dalam Menunjang Pembentukan Kemampuan Profesional Kependidikan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia. Manajerial Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi. 1, (1), 54-65.

Wirawan. (2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & Uhamka Press.


(1)

122 kurikulum, tuntutan dan kebutuhanprogram pendidikan, tututan dunia usaha/industri dan masyarakat pada umumnya serta kebutuhan tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar (kata gori kuat). Melalui analisis regresi dapat disimpulkan bahwa semakin positif pengaruh ketersedian bahan ajar terhadap hasil belajar mahasiswa, maka akan meningkatnya hasil belajar mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif pengaruh ketersediaan bahan ajar terhadap hasil belajar, akan diiringi dengan menurunnya hasil belajar mahasiswa.

3. Pengaruh layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap peningkatan hasil belajar.

Guna mendukung program pendidikan yang mampu meningkatkan hasil belajar secara optimal, perlu diadakan upaya peningkatan kualitas program melalui pengembangan layanan pembelajaran dan pengadaan bahan ajar yang merupakan sarana aktivitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang harus dipelajari/dikuasai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan secara bersama-sama antara layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar terhadap peningkatan hasil belajar (kata gori kuat)

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif layanan pembelajaran, ketersediaan bahan ajar, maka semakin tinggi pula peningkatan hasil belajar


(2)

123 mahasiswa. Sebaliknya semakin negatif layanan pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar, maka semakin rendah pula peningkatan hasil belajar mahasiswa.

Walaupun diakui bahwa adanya pengaruh yang positif dari kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (hasil belajar), namun hasil belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut, tetapi masih ada lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhinya namun tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan rekomendasi yang ditujukan kepada Politeknik TEDC Bandung sebagai institusi pendidikan, mahasiswa dan pihak-pihak terkait sebagai berikut :

5.2.1 Saran Penerapan

1. Pimpinan Politeknik TEDC Bandung agar selalu berupaya fokus terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa dengan memenuhi kebutuhan pembelajaran di bengkel, melalui pengadaan bahan ajar yang sesuai serta meningkatkan jaringan kerja sama dengan pihak-pihak lain terutama pihak industri.

1. Pembinaan kepada para dosen yang mengajar tidak saja asal memenuhi kewajibannya memberikan perkuliahan, tetapi bagaimana mendorong pelaksanaan perkuliahan bisa memberi dampak bagi peningkatan hasil belajar


(3)

124 secara utuh dengan cara membiasakan dan mengkondisikan serta membangkitkan motivasi mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Kepada para mahasiwa agar memacu diri dengan strategi belajar yang baik untuk penguasaan kompetensi dan meraih hasil belajar yang maksimal.

5.2.2 Saran bagi Pengembangan Ilmu

Bagi para peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap hasil belajar, maka variabel-variabel dan indikatornya perlu dikembangkan lebih mendalam lagi, sehingga mengungkap seluruh faktor yang berpengaruh terhadap hasilbelajar mahasiswa khususnya di Politeknik TEDC Bandung.


(4)

Edward Nababan, 2007

Pengaruh Layanan Pembelajaran ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan, Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Bailey, T.R. et al. (2004). Working Knowledge. Work – Based Learning and Education Reform. New York: RoutledgeFalmer.

Bandono. (2009). Pengembangan-bahan –ajar. Tersedia: http:/www.bandono.web.id [2 April 2009].

Bukit, Masriam. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Butler, F.C. (1979). Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. Englewood Cliffs, N.J.: Educational Technology Publication

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Davish, Ivor K. (1981). Instructional Technique. McGraw-Hill Book Company. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Edisi Kedua. Balai Pustaka.

Direktorat Dikmenjur. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT Rosdakarya.

Djohar, As’ari. (1995). Pengembangan dan Implementasi Program Magang pada Pendidikan Apprentis. Tesis pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hasan, Bachtiar. (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.


(5)

Edward Nababan, 2007

Pengaruh Layanan Pembelajaran ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hersey, P. dan Blanchard K. (1982). Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs. Idris, Zahara. (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Lembaran Negara. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 60. Tahun 1999 Tentang Perguruan Tinggi. Jakarta. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program Pembelajaran di SMK Dengan Kebutuhan Industri. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Mendiknas, Keputusan Nomor 232. (2000). Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta: Biro Hukum dan Humas Depdiknas.

Poerwadarminta, WJS. (1991). Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prihantoro, C.R. (1999). Model Pendidikan Keteknikan Berdasar Kompetensi Bagi

Pengembangan Pendidikan Profesional di Politeknik. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. ( 2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alvabeta

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. N. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif. Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Surya, M dan Sukmadinata N.S. (1981). Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung.

Tangyong, A.F. (1996). Pengembangan Pendidikan, Pelaksanaan kurikulum 1994. Jurnal Ilmiah. Kajian Dikbud, (007), 39-70.

Tola dan Furqon. Pengembangan Model Sekolah Efektif. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/44/burhanuddin-furqon.htm. [24 Desember 2005].

Turin, La Ode. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Penataran dan Motivasi Kerja dengan Performansi Mengajar Guru-Guru SMU Negeri 3 Kendari


(6)

Edward Nababan, 2007

Pengaruh Layanan Pembelajaran ....

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sulawesi Tenggara. [Online]. Tersedia: http://pk.ut.ac.id/jp/12turi.htm. [28 Maret 2006].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yuniarsih, Tjutju. (2002). Efektivitas Layanan Pembelajaran dalam Menunjang Pembentukan Kemampuan Profesional Kependidikan pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia. Manajerial Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi. 1, (1), 54-65.

Wirawan. (2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & Uhamka Press.